Anda di halaman 1dari 5

XCINTA SILANGX

#HAI RIZAL#
Hitam, jelek, pendek, tonggek, pesek. Itu sebagian dari dia, masih banyak kejelekan
lainnya yang dapat dipandang dari fisiknya. Rizal, sebutan akrab yang sering dilontarkan
teman-temannya.
Ketika itu hujan deras mengguyur pelataran sekolah, terdengar sayup menggema
panggilan Illahi ditengah hari. Termenung menatap hujan yang begitu deras dibalik pintu
kelas, Rizal sambil mendengar lantunan azan seolah-olah menafsirkan kata per kata.
“Woiii.” sorak Diah sambil menepuk bahu kiri Rizal. Mau tidak mau Rizal harus terkejut.
“Jangan berdiri didekat pintu, ntar disamber petir.” Sambung Diah.
Diah adalah sahabat Rizal yang selalu hadir disaat Rizal membutuhkan tempat
curahan hati dirinya. Mereka bersahabat sejak kelas 3 SD. Sudah 7 tahun lebih persahabatan
mereka terhelat, tidak mengubah status mereka menjadi lebih dari sahabat. Terlebih lagi Rizal
dan Diah yang kini duduk dibangku sebelas SMA belum pernah merasakan bagaimana
panorama cinta dalam pacaran. Mereka masih tekun dan asyik dalam menjalankan
persahabatan mereka.
“Lo nggak bosen dikelas? Kantin kuy”, ajak Diah
“Malas ah, gue masih merasakan rindunya hujan dibulan juni”
“haha, terlalu sering baca puisi lo”
“yaudah lebih baik kita duduk dibangku itu” kata Rizal sambil menunjukkan bangku yang
berada didepan ruang UKS.
Selangkah dua langkah jalan menuju bangku, jatuh selembar daun kering di hadapan
mereka. Rizal mencoba mengambil daun kering yang jatuh, sejenak Rizal menatap daun
tersebut.
“segitu amat lo lihat daunnya? Ada petunjuk hidup lo emangnya disitu?” ujar Diah yang
sedikit kebingungan.
Rizal menghela nafas, “ternyata hanya daun kering yang jatuh dari pohonnya”
“Gue berharap ada merpati putih yang terbang menghampiriku, kemudian melemparkan
secarik kertas.” Sambung Rizal
“merpati putih? Perguruan silat maksud lo?”
“gak usah becanda deh. Gue serius bicara seperti ini”
“lagian buat apa selembar kertas sama lo? Nulis daftar hutang dikantin?”
“selembar itu berarti!!!” ucap Rizal dengan tegas.
“gue heran sama lo, belakangan ini kenapa kok puitis banget...”
Ketika itu Rizal menganggap hal ini bagaikan cerita sinetron ala Indonesia, berharap
ada tulisan dibadan daun kering. Tak hanya itu, Rizal juga berharap mendapatkan sebuah
surat yang tak tau dari mana asal penulis surat itu.
Diah yang kini duduk termangu disamping kiri Rizal semakin heran melihat Rizal
yang menatap hujan dengan tajam. Sembari memeluk tangan sebelah kiri Rizal, Diah
merasakan kedinginan yang cukup baginya ditengah hari itu. Sesekali Diah membuka
percakapan, namun tak ada arti. Rizal tetap memanah pandangan kedepan, melihat hujan
yang bergerak mengikuti arah tiupan angin kencang. Diah terkejut ketika Rizal meraih bahu
kanannya, diletakkan Rizal bagian kanan kepala Diah dipangkuan dadanya. Diah tidak
mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh perasaan seorang Rizal, hanya pasrah melihat
keadaan Rizal saat itu.
Bel sekolah pun berbunyi, menandakan tugas belajar disekolah hari ini telah usai.
Diah yang kini masih menggebu-gebu ingin mengetahui ada apa dengan diri Rizal, terpaksa
menahan rasa ingin tahu yang besar. Rizal merangkul Diah dengan penuh kasih mengajak
untuk kembali kekelas.
“Zal, aku pulang bareng kamu yaa”

***
#MIMPI!#
Untuk : Rizal
Assalamu’alaikum Rizal.. mudah-mudahan kamu selalu sehat disana. Walau sudah lama
kita tak bertemu,aku berharap kamu tidak lupa denganku. Btw masih sering ikut lomba baca
puisi lagi nggak zal? Aku disini selalu mengikuti perlombaan itu. Alhamdulillah event
kemarin aku juara 1 ditingkat kota. Masih ingat nggak kamu waktu kita lomba disana?
Apalagi dimalam terakhir kita berjumpa hehehe. Pagi, siang, malam, kita selalu bersama
untuk menyantap santapan yang telah terhidang, tak lupa kita juga selalu sholat berjamaah.
Ketika kamu menjadi imam, ketika itu aku berharap ada seseorang yang mampu menjadi
pemimpin hidupku, ehemm.(menghela napas) Tak sanggup aku mengingat semua hal yang
kita lakukan bersama-sama selama 3 hari disana. Kapan yaa kita berjumpa lagi? Atau kamu
ada niat kerumahku? Sekalian aku kenalin kamu sama orangtuaku. Mana tau yakan, ehem.
Hehehe
Ohiyaa..
Ah ya sudahlah, kapan-kapan saja aku menceritakannya. Belum saatnya..
Kalau ada waktu luang, sisa kan untuk membalas surat ini yaa. Assalamu’alaikum Rizal.

Ttd
Yang lagi kangen, Dina

Tersentak Rizal dalam tidurnya, sejenak ia menghela nafas. Melihat jam dinding yang
menunjukkan pukul 6 pagi, Rizal bergegas bersiapan untuk berangkat ke sekolah.
Sesampainya disekolah Rizal menghampiri Diah.
“selamat pagi Diah”, sapa Rizal
“pagi kembali”
“tumben lama datangnya zal?”, sambung Diah
“iya nih, kesiangan bangunnya hari ini”
Rizal yang ingin menceritakan tentang mimpinya tadi malam kepada Diah tersipu
malu melihat Diah yang menatap wajahnya dengan erat. Lagi-lagi Rizal masih menyimpan
ceritanya ini.
Jam kosong kembali hadir dan menjadi santapan bagi para siswa. Melihat Diah yang
sibuk mengurus program OSIS-nya, membuat Rizal menjadi bosan. Sengaja Rizal merobek
sehelai kertas, dan ditulisnya ...

Dear Diary
Jam 10 pagi, rabu 12 oktober 2016.

Mimpi! Mimpi! Mimpi! Apakah kau akan menjadi kenyataan? Masih terniang dipikiran
tentang mimpiku tadi malam. Jika itu sebuah kenyataan, aku akan bergegas membalas surat
itu. Namun itu hanyalah mimpi.

Mimpi! Mimpi! Mimpi! Aku bangga meraih mimpi seindah itu. Tapi aku kecewa ketika
tersentak dalam tidurku. Tak sanggup rasanya aku memendam rindu ini. Aku bingung
bagaimana bisa aku bertemu lagi denganmu?
Andai kau tau, sejak aku melihat wajahmu untuk pertama kalinya disaat itu pulalah aku
pertama kalinya mengetahui bagaimana rasanya jika hati berbunga-bunga. Namun aku
bertanya kembali, apakah bunga didalam hatiku akan layu? Atau bahkan membusuk?
Jawaban hanya ada padamu!
First love....

Rasa rindu yang masih mampu ditahan, terus memaksa Rizal untuk berusaha mencari
tau dimana Dina bertinggal. Pertemuan mereka yang katanya hanya 3 hari itu merupakan
pertemuan yang sangat-sangat singkat, sehingga tak kesampaian mereka untuk bertukar
alamat rumah dan contact person. Kini Rizal melipat dan mengantongi kertas rahasianya,
kemudian ia berjalan menuju ke lapangan basket.
“zal, sini main!”, sorak Gery dari seberang lapangan.
Rizal menghapiri Gery, “aku tim sini, lo tim sana. Oke?”
“jadi kita lawan nih? Boleh siapa takut”, balas Gery.

Kedua tim sudah dilapangan dan pertandingan dimulai, kali ini tim Rizal menguasai
bola. Namun ada yang aneh dibalik kaca jendela kelas mereka, ada seorang wanita
mengintip-intip para pria yang sedang bermain dilapangan. Ketika Rizal membawa bola dan
dibayang-bayangi oleh Gery, tersenyum lebar wanita itu memberi isyarat bahwa hatinya yang
sedang dilanda kesenangan. Entah dilanda cinta atau dilanda kesenangan, mungkin dilanda
cinta sehingga kesenangan. Bertanya-tanya dihati Gery, siapa wanita itu. Ternyata ia adalah
sekretaris OSIS, Diah namanya. Tersipu malu Diah melihat Gery yang melirik dirinya dibalik
kaca bening itu.
“ehemmm”, colek Moza
“ih apasih za?”, balas Diah
“no what what hehehe”
“gimana program kerja lo? Udah selesai? Coba gue lihat”
“belum diskusi sama anggota yang lain, nanti aja waktu rapat aku beri. Oke?”
“okedeh”

Bel istirahat berbunyi, Diah dan Moza membelikan 2 botol aqua dan memberikannya
kepada Rizal dan Gery. Mereka bergerak menuju kekantin. Sesampai dikantin, Diah duduk
disamping Gery, Gery duduk disamping Rizal, Rizal duduk diantara Moza dan Gery, serta
Moza duduk disamping Rizal.

Anda mungkin juga menyukai