Anda di halaman 1dari 6

“Tak Seperti yang Diinginkan”

Elsa Manora
XII IPA 1

“Lari..lari..sedikit lagi Riry,” gumam Riry dalam hati, “maaf permisi..!” ucap Riry
kepada setiap orang yang dilaluinya.

“Tap..” bunyi loket otomatis khas commuter line. Peron sudah dipenuhi orang-orang
yang akan bekerja. Hari ini keberuntungan masih berpihak pada Riry, siswi kelas 3 SMA.
Sesampainya dikelas Riry langsung terduduk lelah dengan punggungnya yang basah oleh
keringat. Walaupun Riry dihantui dengan kejaran kereta, tetapi Riry selalu melewati paginya
dengan penuh harapan.

“Stress mulai datang,” gumam Riry sambil memandangi selebaran kertas informasi
jadwal UAS.

“Kamu mah ri, stress-stress nanti juga dapet 9,” sanggah Ulan, salah satu sahabat
Riry. Riry mempunyai 2 sahabat lainnya yaitu Rika dan Winda.

Tak terasa pekan UAS sudah di depan mata. Riry belajar dengan rajin dan sungguh-
sungguh. Tetapi sayangnya, ketiga sahabat Riry merasa jika Riry terlalu ambisius dalam
belajar dan melupakan mereka.

“Ri, ka besok main yuk sabtu, kita refreshing sebelum UAS,” ajak Ulan.

“Iya.. ayooo.. aku mumet nihh,” tukas rika dengan antusias.

“Yaudah besok kita ngumpul di Sevel yaa jam 9 pagi, gapake telat,” perintah Winda.

Tiba-tiba Riry berkata dengan nada canggung “Yah, maaf banget aku gabisa dateng.”

“Pasti belajar dehh.” Ulan menebak dengan nada meledek.

“Yaudahlah,” jawab Winda dengan nada jengkel, “kalau Riry gabisa, kita bertiga aja.”

Mereka merasa sebal dengan Riry karena lebih mementingkan dirinya sendiri
dibanding acara istimewa mereka berempat.
“Kring..Kring..” bel berbunyi menandakan UAS sudah dimulai. Riry duduk di pojok
barisan paling kiri. Riry sebangku dengan anak kelas XI yang bernama Kaisar. Kaisar
merupakan cowok yang cukup terkenal karena ketampanannya dan kemampuannya dalam
olahraga. Tetapi ketika ulangan, Kaisar sering bertanya jawaban soal UAS kepada Riry.

“Kak, ini no. 21 A atau C si kak? Saya bingung hehehe,” pinta Kaisar.

“Coba liat, hmm...,” Riry berpikir sejenak. “Jawabannya C.”

“Ok.. makasi kak.”

Tiba-tiba..

“Yang belakang, kumpulkan lembar jawaban kalian!” perintah pengawas. Tampak


Riry terkejut dan kebingungan. Ketika Riry berjalan lunglai ke depan kelas, Pengawas
menyindir dengan nada sinis, “Kamu kakak kelas yang baik ya, ngajarin adik kelasnya ketika
ujian, jadi spesial untuk kamu, boleh kumpulin duluan.”

Semenjak kejadian itu Riry merasa malu dan bersalah. Begitu juga dengan Kaisar.
Kaisar berusaha menemui Riry untuk meminta maaf lewat perantara Edo. Edo merupakan
salah satu teman sekelas Riry yang agak aneh di mata teman-teman, hanya Riry yang mau
menerima Edo apa adanya. Edo pun mau membantu Kaisar dengan membujuk Riry agar mau
menemui Kaisar. Hati Riry akhirnya luluh untuk meminta maaf kepada Kaisar dan
menjelaskan jika selama ini dia yang salah. Karena telah memberi contoh yang tidak baik dan
sempat menghindari Kaisar.

Semenjak hal itu Riry, Kaisar, dan Edo sering bertemu, ngobrol bahkan bermain
bersama. Maklum, Riry belum pernah dekat dengan teman laki-laki sebelumnya. Waktu
bersama dengan Rika, Ulan dan Winda pun semakin berkurang. Pada saat istirahat, Kaisar
menghampiri kelas Riry dan makan bekal bertiga bersama Edo dan Riry. Tentu Riry tidak
bisa menolak ajakan tersebut. Riry juga akhir-akhir ini jarang pulang bersama ketiga
sahabatnya.

“Kalian pulang duluan aja yaa, aku ada urusan sebentar,” kata Riry.

“Mau ngumpul sama orang-orang aneh itu lagi Ri?” Sahut Winda dengan nada heran.
“Iya Ri, kamu masih aja baik sama tuh adek kelas yang banyak gaya, inget Ri dia
orang yang udah bikin nilai UAS dan reputasi kamu jelek di mata guru-guru.” oceh Rika.

“Kan udah aku bilang, mereka gak aneh kok, asik malah. Kalau masalah Kaisar itu
bukan sepenuhnya salah dia dan juga bukan sepenuhnya salahku, lagipula aku juga belajar
banyak kok dari kejadian itu,” tandas Riry dengan polos.

“Terserah kamu deh Ri, tapi bagi kita Edo itu tetap aneh, udah yuk pulang.” Ajak
Winda kesal dan pergi berlalu meninggalkan Riry.

Intensitas pertemuan antara Kaisar dengan Riry semakin meningkat. Dalam artian
Kaisar sering bertanya materi pelajaran kepada Riry, tentu Riry menjawab serta menerangkan
pelajaran dengan senang hati. Tidak hanya Kaisar, tapi adik-adik kelas Riry yang menggeluti
ekskul yang sama dengannya sering berkonsultasi dengan Riry mengenai akademik mereka.
Maklum, karena Riry salah satu siswa yang peringkatnya paralel 10 besar.

Seiringnya berjalannya waktu, Kaisar merasa menemukan seorang kakak yang benar-
benar bisa membimbingnya ke jalan yang benar. Nilai Ulangan Harian Kaisar setidaknya
sekarang sudah berkurang remedialnya. Kaisar pun lebih giat belajar dan mengurangi
perangai pecicilannya. Kaisar merupakan anak tunggal yang cukup dimanja oleh Sang Mama.
Orang tua Kaisar meminta agar Riry rutin mengajari dan membimbing anaknya dalam bidang
akademik dan kesehariannya. Riry tidak bisa menolak amanah yang diberikan orang tua
Kaisar kepadanya.

Hubungan persahabatan Riry dengan Rika, Winda dan Ulan akhir-akhir ini menjadi
renggang. Riry terkucilkan dari mereka bertiga. Setiap Riry memulai untuk mengobrol, tidak
ada tanggapan yang antusias, seringkali Winda memotong dan mengalihkan topik
pembicaraan lain.

“Rika aku pengen ngomong sesuatu, aku heran kenapa Winda kayaknya ketus banget
sama aku belakangan ini? Bukan cuman dia, tapi kamu dan Ulan juga begitu,” tanya Riry
dengan ekspresi wajah yang tidak mengerti.

“Sorry Ri sebelumnya, aku emang cukup kecewa sama sikap kamu yang gak punya
waktu buat kita, kamu terlalu sibuk sama diri kamu. Dan kalau masalah Winda, aku rasa dia
juga cemburu, secara dulu dia sempet suka sama Kaisar, kamu tau itu kan? Aku tau kamu
ngelakuin itu karena ada alasannya dan aku yakin kamu pasti bisa sedikit saja menjadi seperti
apa yang kita harapkan.
Kehidupan Riry diakhir masa SMA nya suram. Bukan hanya masalah
persahabatannya, tapi juga keluarganya. Riry harus menghemat segala bentuk
pengeluarannya. Wirausaha menengah orang tua Riry sedang mengalami krisis. Ayah Riry
sering sakit-sakitan. Modal usaha termakan sedikit demi sedikit untuk berobat ayah Riry.
Riry harus memutar otak agar dia dan keluarga nya bisa bertahan. “Bagai pucuk ulam pun
tiba.” Memang rezeki datang bagi siapa saja yang berusaha, Riry akhirnya bisa membiayai
uang jajan dan keperluan sekolah nya sendiri dengan mengajar les privat kepada anak
tetangganya yang masih duduk di bangku sekolah dasar setiap hari selasa dan jum’at.

Tidak hanya itu, nilai akademik Riry turun drastis akibat banyaknya waktu yang
tersita untuk hal lain. Tapi bukan Riry, jika dia patang arang dalam berusaha. Riry terpuruk
namun dia bangkit lagi. Mengobarkan impian, harapan, dan cita-cita.

Jadilah Riry orang tersibuk di jagat raya. Di sekolah Riry menghabiskan waktunya
untuk belajar dan mengerjakan tugas. Ketika di rumah Riry harus merawat ayahnya,
mengurus rumah dan 2 orang adiknya yang masih kecil, hal itu dikarenakan ibu Riry
menggantikan posisi sang ayah. Riry tidak peduli lagi dengan hal di sekelilingnya. Ia lelah
untuk menjadi seperti apa yang sahabat-sahabatnya harapkan, sudah cukup 2 amanah yang
ada di pundaknya.

Kaisar terkena imbasnya atas kesibukan Riry. Riry jarang sekali ada selepas pulang
sekolah. Tidak seperti biasanya, Riry selalu ada jika Kaisar membutuhkannya. Tetapi Kaisar
memaklumi dan bahkan simpati mengenai perihal mengapa Riry akhir-akhir ini sangat sulit
untuk ditemui.

Namun ketiga sahabat Riry tidak habis pikir, Riry kini sudah berubah. Mereka tak
percaya dan tak bisa memungkiri hal aneh yang terjadi pada Riry.

Sebelum Riry benar-benar kehilangan sahabat-sahabatnya...

Ulan menemukan buku notes Riry yang tertinggal di atas meja. Di bukanya buku
tersebut, “Tulisan Riry belum berubah, masih banyak coretan sana-sini, aa kangen Riry.”
Ulan membuka notes Riry selembar demi selembar.
“ Forgive me cause I’m not be like what you want.” Rika membaca tulisan yang ada
di notes Riry perlahan.

“Itu apaa?” sergah Winda penasaran, dan beberapa saat kemudian. Hening.

“ ......Apa hukum jika ada yang datang maka akan ada yang pergi itu berlaku? Ini
emang salahku, dulu aku terlalu sibuk sama pelajaranku. Sibuk dengan hal yang seharusnya
bisa gak membuat mereka kecewa. Tapi aku gak bisa menjalani keduanya, aku gak mampu
untuk itu. Yang seharusnya aku bisa. Kesibukan aku ternyata bertambah lagi, yaitu Kaisar.
Tepatnya amanah orang tua Kaisar. Aku terlalu lemah untuk menerima amanah itu hingga
aku mengorbankan sahabat lagi untuk yang kedua kalinya. Tanpa ada perbaikan di kesalahan
pertama. Dan mungkin ini finalnya, kesibukan sebenarnya udah terjadi sama diriku.
Kesibukan yang benar-benar penting, yaitu ayah sakit, ibu banting tulang, adik-adik, ngajar
privat. Mungkin aku harus ikhlas, aku bukan orang yang sempurna. Aku gak bisa menjadi
sahabat yang baik. Yang bisa sekarang aku lakuin hanya menjadi anak yang baik untuk orang
tuaku.

Maaf Rika, Winda, Ulan..”

Pecah isak tangis memenuhi seisi ruangan.. tanpa kata apapun..

Akhirnya titik terang kembali berpihak kepada Riry. Rika, Winda dan Ulan meminta
maaf atas perlakuan mereka selama ini, mereka sadar mereka sudah meninggalkan Riry pada
saat ia sedang menjalani masa-masa sulitnya. Riry juga minta maaf dan mengungkapkan apa
yang ada di benaknya. Alasan dia melakukan itu semua, mengakui segala kekurangan, dan
keegoisan dirinya.

Salah seorang yang hampir pergi, kini kembali lagi. Rika, Winda, Ulan dan Riry. 4
sekawan yang akan mengarungi samudra terdalam bersama-sama. Ujian Praktik, Ujian
Nasional, SNMPTN hingga SBMPTN yang sudah menanti. Yang akan saling melengkapi
dan mengingatkan dengan hati. Hingga suatu saat nanti mereka bersama-sama mengatakan
“Aku sedang menjalani mimpiku.”

-SELESAI-

Anda mungkin juga menyukai