Anda di halaman 1dari 4

Menyimak Dampak Virus Corona,

Lockdown, Aksi Penimbunan Terhadap


Ketahanan Nasional
Pengamat Kebangsaan Tjoki Aprianda Siregar [inakoran.com]

Jakarta, Inako

Virus Corona akan mempengaruhi ketahanan nasional apabila tidak ditangani dengan tepat dan
dengan berbagai pertimbangan.

Pernyataan ini diungkapkan Tjoki Aprianda Siregar, pengamat kebangsaan, yang dihubungi
inakoran.com (23/3/2020).

Ia mengatakan bahwa usulan pemberlakuan lockdown oleh sejumlah pihak, di tengah semakin
masifnya penyebaran virus Corona (Covid-19) dan meningkatnya jumlah warga yang terinfeksi
dan meninggal dari hari ke hari, mungkin dapat mengurangi atau menghentikan bertambahnya
jumlah warga terinfeksi.

Namun langkah lockdown, tegas Tjoki, dapat menimbulkan masalah-masalah baru bagi
Indonesia dan berpotensi besar ke arah gejolak sosial dan mengancam ketahanan nasional dan
dapat bermuara pada bahaya disintegrasi bangsa.

Menurut Tjoki yang juga pemerhati masalah-masalah kebencanaan, karakteristik masyarakat,


perekonomian dan sosial Indonesia berbeda dengan China, Italia dan Malaysia yang telah
memberlakukan lockdown. Pemerintah China segera menginstruksikan ilmuwannya untuk
muncul dengan cara, vaksin atau obat untuk mengatasi virus Corona sembari melakukan
pembatasan bepergian dan jumlah kebutuhan pokok yang dapat dibeli warganya.

Italia juga tidak segera melakukan lockdown meski negara kaya dan memiliki kemampuan
ekonomi untuk mengatasi, namun kemudian memberlakukan lockdown setelah jumlah korban
meninggal akibat Covid-19 tajam melonjak dari hari ke hari. Sementara Malaysia
memberlakukan larangan ke luar rumah dan denda 1000 ringgit hingga penjara 2 tahun apabila
ada warganya yang melanggar larangan itu.
Sedangkan Indonesia yang penduduknya 260 juta jiwa lebih, sebagian besar tersebar di berbagai
pulau secara tidak merata, terdapat perbedaan tingkat ekonomi, sosial dan pendidikan yang
beragam, serta sulitnya akses ke sejumlah daerah, pemberlakuan lockdown tidak semudah di
keempat negara yang telah memberlakukannya tersebut.

Tjoki berpendapat bahwa lockdown atau kebijakan pembatasan atau pelarangan bepergian bagi
mereka dari luar Indonesia masuk ke Indonesia dan bagi mereka yang ingin bepergian ke luar
dari Indonesia, serta warga diminta tinggal di rumah dan tidak bepergian dari rumah, tidak
mengadakan pertemuan atau kegiatan yang mengumpulkan banyak orang, serta bepergian ke
tempat-tempat umum malah akan berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia.

“Dampak negatifnya tidak hanya bagi aktivitas perdagangan, nilai tukar Rupiah, dan indeks
saham di bursa saham nasional, namun juga utamanya bagi mereka yang bekerja di sektor
informal. Para pedagang bakso, ketoprak, siomay, warung-warung makan kecil, akan kehilangan
pendapatan mereka. Secara agregat, ketahanan ekonomi nasional Indonesia akan melemah,” kata
Tjoki kepada inakoran.com dalam pesan tertulis, Senin (23/3/2020).

Mereka yang akan terdampak, dan mungkin sudah terimbas saat ini adalah, para pengemudi ojek
online (ojol) dan taksi online, yang akan sangat berkurang atau dimungkinkan kehilangan
pelanggannya karena semakin banyak pekerja yang bekerja dari rumah. Apabila warga yang
bekerja di sektor informal dan pengemudi transportasi online terpaksa berhenti berdagang atau
“narik”, mereka akan kehilangan penghasilan untuk menopang hidup isteri dan anaknya, yang
pada gilirannya diperkirakan akan menimbulkan keresahan diantara mereka.

“Meskipun misalnya pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah
menyatakan ke media bahwa kementeriannya akan menyiapkan anggaran khusus untuk bantuan
langsung tunai (BLT) sebagai kompensasi warga yang kehilangan pendapatan apabila lockdown
diberlakukan, tapi alternatif solusi ini kurang tepat, dan malah akan membebani keuangan negara
apabila ternyata penyebaran Covid-19 berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan,”
tambahnya.

Dalam skala besar, Tjoki memprediksi, apabila masalah kehilangan pendapatan warga yang
bekerja di sektor informal karena lockdown ini tidak segera ditanggapi atau diatasi oleh
Pemerintah, akan berpotensi gejolak sosial atau bahkan tindak anarki/kerusuhan sosial, yang di
masa digital informasi ini dapat berakibat semakin buruk apabila muncul berita-berita hoaks
hasil provokasi kelompok-kelompok tertentu yang ingin menjatuhkan Pemerintah. Gejolak sosial
dapat berpotensi ke arah tindak anarki apabila diprovokasi, dan hal ini akan dapat melemahkan
ketahanan sosial nasional.

“Melemahnya ketahanan ekonomi dan ketahanan sosial yang merupakan dua sendi utama
ketahanan nasional akan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa”, tegas Tjoki.

Karenanya Tjoki menyambut baik kepastian sikap Presiden Jokowi yang tidak akan mengambil
langkah lockdown sebagaimana disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) yang juga Ketua Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19, Doni
Monardo, Minggu (22/3/2020).

Sebelumnya Pemerintah telah menginstruksikan kementerian/lembaga pemerintah untuk


meminta para ASN untuk bekerja dari rumah (Work from Home / WFH) selama dua minggu,
para pelajar/mahasiswa juga diliburkan sementara, serta meminta perusahaan-perusahaan
meminta karyawannya bekerja dari rumah.

Selain lockdown yang dapat berimbas pada melemahnya ketahanan nasional, Tjoki menyoroti
aksi-aksi penimbunan sembilan bahan pokok (sembako) serta cairan antiseptik (hand sanitizer),
alat-alat kesehatan vital seperti masker dan alat pelindung diri (APD) oleh individu-individu dan
kelompok-kelompok yang ingin mengambil keuntungan sesaat (spekulan).

Ditengarainya terjadi aksi penimbunan hand sanitizer, masker dan APD, terutama setelah
diamatinya semakin mahal atau tidak wajarnya harga ketiga produk tersebut yang dijual
sejumlah took, termasuk took online. Himbauan beberapa dokter dan tenaga medis lainnya
melalui media Youtube dan media sosialnya agar masyarakat tidak melakukan penimbunan
semakin memprihatinkan.

Tjoki menyambut baik edaran Kapolri Jenderal Pol. Idham Aziz yang menegaskan ancaman
hukuman pidana bagi pelaku penimbunan sembako. Namun Tjoki menyayangkan bahwa
pemerintah tidak segera mengantisipasi aksi penimbunan hand sanitizer, masker dan APD, tidak
mengeluarkan pernyataan tegas dan menindak pelakunya.

“Apabila keadaan kelangkaan ini dibiarkan terus terjadi akibat spekulan-spekulan tersebut, isu
ini dikhawatirkan akan dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk menjadikannya komoditas
politik untuk menjatuhkan pemerintah, yang dapat berpotensi mengganggu stabilitas dan pada
gilirannya akan mempengaruhi pula ketahanan nasional. Karenanya pemerintah diharapkan
segera mengambil tindakan terhadap pelaku-pelaku penimbunan hand sanitizer, masker, dan
APD,” tegasnya.

(Dilansir dari INAKORAN.com)

Nama : Kinanti Pradnya Paramitha

No : 21

Kelas : X MIPA 7

Anda mungkin juga menyukai