tempat kerja yang lebih baik secara berkelanjutan. Penerapan 5R bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
dan kualitas di tempat kerja.
Budaya 5R (5S) sudah banyak diterapkan pada perusahaan-perusahaan, bahkan dengan menerapkan
budaya 5R (5S) di tempat tersebut itulah perusahaan-perusahaan banyak yang berkembang menjadi
perusahaan kelas atas. Budaya 5R (5S) merupakan investasi awal bagi sebuah perusahaan untuk
menuju kesuksesan berkelanjutan.
Pengendalian Visual merupakan bentuk penerapan 5R langkah R yang ke-2 (dua) yaitu "Rapi". Langkah
ini dilakukan dengan cara menata / mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses kerja dan
juga menata /mengurutkan peralatan/barang berdasarkan keseringan penggunaan serta
pengaturan/pengendalian (manajemen) secara visual peralatan/barang di tempat kerja dengan
label/tanda dengan maksud/tujuan barang/peralatan lebih cepat/mudah ditemukan sehingga terdapat
keteraturan di tempat kerja.
Manfaat dari pengaturan (pengendalian) visual ialah supaya orang ataupun orang lain (tamu/pengunjung)
di tempat kerja dapat dengan mudah mengetahui (memahami) situasi tempat/area kerja secara langsung
bahkan tanpa harus menanyakan kepada petugas yang bekerja di tempat kerja.
Berikut adalah contoh label dan kode warna sebagai pengaturan (pengendalian) visual dalam
mengorganisir tempat kerja :
LABEL KETERANGAN
Batas Area Kerja.
Batas Ruangan Kerja.
Batas Jalur Lalu Lintas.
Produk Jadi.
Sarana Umum.
Barang/Bahan Baku.
Sarana P3K.
Sarana Keselamatan.
Sarana Darurat & Evakuasi.
Jalur Pejalan Kaki.
Barang/Bahan yang akan diproses.
Terdapat 5 (lima) langkah dalam penerapan 5R (5S) di tempat kerja yaitu : Ringkas, Rapi Resik, Rawat
dan Rajin. Masing-masing penjelasan penerapan 5R (5S) tersebut antara lain :
1. Ringkas
o Memilah barang yang diperlukan & yang tidak diperlukan.
o Memilah barang yang sudah rusak dan barang yang masih dapat digunakan.
o Memilah barang yang harus dibuang atau tidak.
o Memilah barang yang sering digunakan atau jarang penggunaannya.
2. Rapi
o Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses kerja.
o Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan keseringan penggunaannya.
o Pengaturan (pengendalian) visual supaya peralatan/barang mudah ditemukan, teratur
dan selalu pada tempatnya.
3. Resik
o Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran, debu dan sampah.
o Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di tempat kerja.
o Meminimalisir sumber-sumber kotoran dan sampah.
o Memperbarui/memperbaiki tempat kerja yang sudah usang/rusak.
4. Rawat
o Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu ke waktu.
5. Rajin
o Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di atas.
STRUKTUR DAN HAL-HAL TINDAKAN PENANGANAN KEBAKARAN
Keadaan Darurat ialah keadaan sulit yang tidak diduga (terduga) yang memerlukan penanganan segera
agar (supaya) tidak terjadi kecelakaan (fatal).
Unit Tanggap Darurat ialah unit kerja yang dibentuk untuk menanggulangi keadaaan darurat dalam
lingkungan suatu organisasi (perusahaan). Unit kerja tersebut dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi
persyaratanOHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Preparedness and Response (Persiapan
Tanggap Darurat). Bagian dari perencanaan untuk memenuhi klausul OHSAS 18001:2007 tersebut
antara lain :
1. Kebakaran yang tidak mampu dipadamkan Regu Pemadam Kebakaran Perusahaan dalam waktu
singkat.
2. Peledakan spontan pada tangki, bin, silo, dsb.
3. Kebocoran gas/cairan/bahan material berbahaya lainnya dalam sekala besar dan tidak bisa
diatasi dalam waktu singkat.
4. Bencana alam di lingkungan Perusahaan (Banjir, Gempa Bumi, Angin Ribut, Gunung Meletus,
dsb).
5. Terorisme (Ancaman Bom, Perampokan, dsb).
6. Demonstrasi/Unjuk Rasa/Huru-hara di dalam/di luar lingkungan Perusahaan.
7. Kecelakaan / Keracunan Massal.
Struktur Susunan Unit Organisasi Tim Tanggap Darurat K3 (Emergency Response Team)
Syarat-syarat Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di tempat kerja tertuang
dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3. Di dalamnya terdapat 18
(delapan belas)syarat-syarat dasar keselamatan kerja di tempat kerja di antaranya sebagai berikut :
PERINGATAN !!!
BAHAN PENYEBAB IRITASI
Gunakan sarung tangan karet saat
menggunakan bahan. Selau tutup rapat
kemasan dan jauhkan dari jangkauan anak-
anak. Simpan kemasan di tempat yang sejuk.
JIKA TERKENA KULIT : Segera basuh
dengan air yang banyak.
Lihat Data Keselamatan Bahan untuk penggunaan produk
secara aman
PT. XKMW, Jln. Kicau-kicau 14, Ronorawe
22098
28. Contoh Penerapan Label (2) :
TOXFLAM
(CxHyOz)
BAHAYA !
BAHAN BERACUN & MUDAH TERBAKAR
Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah penggunaan.
Hindarkan dari sumber api. Selalu tutup rapat kemasan.
JIKA TERTELAN : Segera hubungi dokter dan Rumah
Sakit.
JIKA TERBAKAR : Gunakan Media CO2 & Tepung Kimia
Kering.
Lihat Data Keselamatan Bahan untuk penggunaan produk secara aman
PT. XKMW, Jln. Kicau-kicau 14, Ronorawe 22098
29. Contoh Pemasangan Label Kemasan Bahan (Material) Berbahaya / B3 (Bahan Beracun dan
Berbahaya) :
Contoh Pemasangan Label Pada Kemasan
1. Bentuk lambang K3: palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau di atas warna dasar
putih.
2. Arti dan Makna simbol/lambang/logo K3 :
o Palang : bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).
o Roda Gigi : bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.
o Warna Putih : bersih dan suci.
o Warna Hijau : selamat, sehat dan sejahtera.
o Sebelas gerigi roda : sebelas bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
Lambang/Logo K3
Secara umum logo/lambang K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dapat dipasang pada seragam kerja
maupun APD (helm keselamatan) sebagai wujud komitmen Perusahaan terhadap penerapan K3 di
tempat kerja. Selain itu logo/lambang K3 juga biasa dipasang pada dokumen-dokumen K3, poster, rambu
maupun papan nama Perusahaan sebagai bagian dari komitmen Perusahaan terhadap K3 di lingkungan
Manajemen Perusahaan.
Insiden, kecelakaan kerja dan nearmiss
merupakan tolak ukur utama dalam mengukur kinerja K3 secara umum. Semua kejadian yang berkaitan
dengan ketiga hal di atas perlu dicatat dan diselidiki (investigasi) guna menentukan langkah-langkah
perbaikan untuk meningkatkan kinerja K3di tempat kerja.
Form laporan insiden/kecelakaan kerja digunakan sebagai alat untuk mencatat kejadian (kronologi)
insiden, kecelakaan kerja maupun nearmissbaik itu terhadap tempat, waktu, pekerjaan, alat/mesin,
bahan, serta hal-hal terkait insiden/kecelakaan kerja. Form laporan kecelakaan kerja/insiden kerja juga
digunakan untuk mencatat kerugian-kerugianyang ditimbulkan akibat insiden, kecelakaan kerja
ataupun nearmiss.
Form insiden/kecelakaan kerja juga digunakan untuk mencatat korban-koban insiden, kecelakaan kerja
ataupun nearmiss beserta tindakan penanganannya serta keparahan yang diderita juga banyaknya hari
hilang akibat insiden kerja / kecelakaan kerja.
Selanjutnya form laporan insiden/kecelakaan kerja digunakan untuk mencatat seluruh hasil penyelidikan
(investigasi) berkaitan dengan sebab-sebab kecelakaan kerja / insiden kerja baik penyebab langsung,
penyebab tidak langsung maupun penyebab dasarnya.
Catatan paling akhir dari laporan insiden/kecelakaan kerja ialah mencatat hasil-hasil tindakan perbaikan
dan pencegahan yang direncanakan berdasarkan hasil investigasi insiden/kecelakaan kerja berikut
dengan jadwal pelaksanaan, wewenang pelaksanaan serta perkembangan pelaksanaannya.
Form laporan insiden/kecelakaan kerja divalidasi oleh saksi-saksi, korban, petugas/pengawas K3,
manajer area bersangkutan juga manajemen atas. Bagian paling akhir dari laporan insiden/kecelakaan
kerja dapat diisi gambar-gambar (foto) dokumentasi kecelakaan kerja serta catatan-catatan penting
lainnya yang diperlukan (dibutuhkan) di dalam laporan.
Selanjutnya laporan tersebut dicatat dalam laporan statistik kecelakaan kerja untuk mengetahui faktor-
faktor lain yang berkaitan (berhubungan) dengan kinerja K3 di tempat kerja.
Form Laporan Kecelakaan Kerja
Job Safety Analysis (JSA) atau dikenal juga dengan Job Hazard Analysismerupakan upaya mempelajari
dan pencatatan tiap-tiap urutan langkah kerja suatu pekerjaan, mengidentifikasi bahaya-bahaya di
dalamnya serta menentukan upaya terbaik untuk mengurangi ataupun menghilangkanbahaya-
bahaya pada suatu pekerjaan tersebut. Dengan menyusun dan mensosialisasikan Job Safety Analysis
pada tenaga kerja merupakan suatu salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja di tempat kerja.
Pekerjaan yang memiliki riwayat kecelakaan kerja paling parah ataupun sering merupakan
prioritas utama untuk dianalisa keselamatannya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan pekerjaan yang akan dianalisa ialah sebagai berikut :
Pencatatan dan pemantauan pengendalian bahaya dapat dilaksanakan setiap hari ataupun setiap shift.
Pencatatan bahaya didokumentasikan dengan gambar (foto) berikut detail tanggal dan waktu,
area/lokasi/tempat, pekerjaan yang dilakukan, potensi bahaya, resiko & tingkat resiko (prioritas),
rekomendasi, wewenang, jadwal penyelesaian, status dan keterangan lainnya. Pengendalian yang sudah
diterapkan atau yang belum bisa diterapkan dicatat dan didokumrntasikan berupa gambar (foto) berikut
keterangan lainnya.
Berikut adalah contoh sederhana Form Pemantauan dan Pengendalian Bahaya di tempat kerja :
Form Laporan Pemantauan dan Pengendalian Bahaya di Tempat Kerja
Pengertian (Definisi) APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat yang ringan serta mudah dilayani
untuk satu orang untuk memadamkan apipada mula terjadi kebakaran (berdasarkan Permenakertrans RI
No 4/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan). Dan
berikut ialah tata cara penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) / Tabung Pemadam :
1. Perhatikan arah angin (usahakan searah dengan arah angin) supaya media pemadam benar-
benar efektif mengarah ke pusat api.
2. Perhatikan sumber kebakaran dan gunakan jenis APAR yang sesuai dengan klasifikasi sumber
kebakaran.
1. APAR Air.
2. APAR Uap Air.
3. APAR Busa.
Media
4. APAR Serbuk Kimia Kering.
Pemadam
5. APAR Cairan Kimia.
6. APAR Gas CO2.
7. APAR Halon (sekarang dilarang karena efek rumah kaca)
1. APAR Kartu Gas (Menggunakan tabung gas bertekanan yang dipasang di luar
tabung APAR untuk mengeluarkan isi tabung APAR).
Konstruksi
2. APAR Tekanan Tetap (Gas bertekanan untuk mengeluarkan isi APAR dijadikan
satu dengan tabung APAR).
1. APAR Gantung.
Penempatan
2. APAR Troli (Roda Dorong) untuk APAR kapasitas besar.
1. Mudah dilihat, diakses dan diambil serta dilengkapi dengan tanda pemasangan APAR / Tabung
Pemadam.
2. Tinggi pemberian tanda pemasangan ialah 125 cm dari dasar lantai tepat di atas satu atau
kelompok APAR bersangkutan (jarak minimal APAR / Tabung Pemadam dengan laintai minimal
15 cm).
3. Jarak penempatan APAR / Tabung Pemadam satu dengan lainnya ialah 15 meter atau
ditentukan lain oleh pegawai pengawas K3 atau Ahli K3.
4. Semua Tabung Pemadam / APAR sebaiknya berwarna merah.
Syarat Pemasangan Tanda APAR / Tabung Pemadam pada kolom (tiang) bangunan :
Tanda Pemasangan APAR / Tabung Pemadam Pada Kolom (Tiang) Bangunan
Kebakaran ialah nyala api baik kecil maupun besar pada tempat, situasi dan waktu yang tidak diinginkan
dan umumnya bersifat merugikan dan sulit dikendalikan.
Oleh karena sifat kebakaran dimana mengakibatkan banyak kerugian, maka untuk mencegah terjadinya
kebakaran dapat diupayakan langkah-langkah berikut :