Anda di halaman 1dari 14

Konsep Budaya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Dalam Organisasi (Perusahaan)
Budaya Organisasi
Membangun budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja
merupakan hal yang tidak mudah untuk dicapai, tingginya tingkat kecelakaan
menjadi indikator yang jelas bahwa budaya K3 masih rendah.

Jika kita bertanya kepada pekerja tentang risiko yang mungkin dapat terjadi
jika melakukan tindakan tidak aman, maka pekerja dapat menjawabnya.
Akan tetapi actual yang dilakukan oleh pekerja – pekerja tersebut dalam
melakukan pekerjaan masih jauh dari prinsip K3.
Penerapan 5R (5S) di Tempat Kerja

1. Ringkas (Seiri)
2. Rapi (Seiton)
3. Resik (Seiso)
4. Rawat (Seiketsu)
5. Rajin (Shitsuke)
Contoh Pengendalian Visual 5R (5S) di tempat Kerja
Contoh Label dan Kode warna sebagai Pengendalian Visual
1. Batas Area Kerja. 1. Produk / Bahan ditolak.
2. Batas Ruangan Kerja. 2. Sisa Pekerjaan yang
tidak terpakai.
3. Batas Jalur Lalu Lintas.
3. Tanda Berhenti.
1. Produk Jadi.
1. Rak / Lemari.
2. Sarana Umum.
2. Meja.
1. Barang / Bahan Baku. 3. Perlengkapan /
2. Sarana P3K. peralatan / Mesin.
3. Sarana Keselamatan 1. Area terbatas untuk
sarana darurat & tujuan operasional.
Evakuasi. 1. Mesin / alat berbahaya.
4. Jalur Pejalan Kaki. 2. Area terbatas untuk
1. Barang / Bahan yang keselamatan.
akan diproses. 3. Sarana Darurat Kebak
aran.
1. Barang / Bahan
1. Zona mengandung
Inspeksi QC.
bahaya.
Budaya Perusahaan
Tips membangun budaya safety di area kerja yang dilansir dari Industrial
Safety & Hygiene News (ISHN) adalah sebagai berikut :

1. Definisikan Peran dan Tanggung Jawab.


2. Komunikasikan Visi dan Misi Perusahaan.
3. Tingkatkan Akuntabilitas Semua Pekerja.
4. Pelaporan Insiden.
5. Tinjau Ulang Sistem Investigasi Kecelakaan.
6. Sediakan Wadah Komunikasi.
7. Bangun Kepercayaan.
Budaya Keselamatan
Menurut Model Bandura(1986) tentang determinisme timbal balik menjelas-kan
bahwa budaya keselamatan terdiri dari 3 aspek yang saling terkait

1. Aspek Psikologis
sering disebut sebagai iklim keselamatan. Aspek ini berhubungan
dengan nilai – nilai individu & kelompok serta sikap dan persepsi
terhadap keselamatan
2. Aspek Perilaku
Aspek perilaku budaya keselamatan memberikan perhatian pada apa yg
dilakukan orang – orang. Ini termasuk kegiatan yang terkait dengan
keselamatan, perilaku, juga komitmen manajemen terhadap keselamatan.
3. Aspek Situasional
mengacu pada apa yang organisasi punya. Termasuk misalnya
kebijakan, prosedur, peraturan, struktur organisasi, sistem komunikasi.
Budaya dan Iklim K3
Iklim K3 memiliki kontribusi yang jelas terhadap budaya K3 organisasi
melalui sikap yang diekspresikan dalam perilaku K3 setiap pekerja.

Budaya K3 meliputi :
• presepsi
• asumsi nilai
• norma
• keyakinan para pekerja, di anggap lebih bersifat global dari pada iklim k3.
Dimensi dan Iklim K3
Berdasarkan pendapat Flin et.al. (2000) dan guldenmund (2000) yang
mengidentifikasi bahwa dimensi iklim keselamatan dan kesehatan kerja
terdiri atas variabel :
• Komitmen manajemen ( manager/supervisor attitude toward safety)
• Sistem manajemen K3 ( safety system )
• Faktor Resiko ( factor risk )
• Tekanan tempat kerja (workplace pressure )
• Performa K3
Sistem Manajemen K3
Sistem manajemen K3 merupakan sitem dokumentasi formal untuk
pengendalian potensi sumber bahaya yang beresiko kecelakaan.
Dan memiliki dua tujuan umum, yaitu :
1. Meningkatkan kinerja keselamatan organisasi, yang meliputi
perencanaan, pengendalian, dan pengawasan keselamatan dalam
aktivitas normal, transien, dan situasi darurat.
2. Memelihara dan mendukung terciptanya budaya keselamatan yang
kuat melalui pengembangan dan memperkuat sikap serta perilaku
keselamatan yang baik dalam diri individu dan tim sehingga mereka
dapat menyelesaikan tugas dengan selamat.
Faktor Resiko dalam Iklim K3

Presepsi tentang resiko dalam dunia kerjanya, di pengaruhi oleh :


1. Faktor demografi : umur, pengalaman dan status praktek kerja.
2. Faktor situasional : kondisi tempat kerja, tekanan kerja dan tekanan
kelompok kerja
Tekanan Kerja

Menurut dyer, (2000), beban kerja yang berlebihan dari atasan


perusahaan akan mempengaruhi kemampuan pekerja dalam memonitor
kesehatan dan keselamatan kerja.
Performa K3
Barlington dan Hutchion (2000) berpendapat bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) harus di padukan kedalam sistem kerja
bereformasi tinggi, agar sistem tersebut memotivasi orang – orang untuk
memproduksi barang – barang dan pelayanan yang berkualitas dan
berkuantitas, menjadi kreatif , inovatif dan sangat aman.

• pengukuran terhadap performa bertujuan untuk memperbaiki da


meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di dalam organisasi.
SEKIAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai