Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Aerasi Vol xx no.

xx Bulan tahun

JURNAL AERASI
ISSN (Online) xxxx-xxxx

STUDI PENGOLAHAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA DENGAN


METODE PIROLISIS UNTUK MENGHASILKAN ASAP CAIR

Faldi Lulrahman, Andi Irawan


Teknik Lingkungan, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang
*Corresponding Author Email : Faldi20061993lul@gmail.com

Abstrak: Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia, salah satu daerah yang
menghasilkan kelapa adalah Sumatera barat. Bertambahnya produksi kelapa, maka bertambahnya
limbah tempurung kelapa. Metode yang diperkirakan sangat efektif dalam menangani limbah
tempurung kelapa adalah metode pirolisis yang dapat mengasilkan asap cair. Proses pirolisis limbah
tempurung kelapa adalah dengan cara memberikan panas ke limbah tempurung kelapa tanpa adanya
udara. Asap hasil pembakaran akan di kondensasi (perubahan fasa gas menjadi fasa cair) dengan
menggunakan kondensor, kemudian hasil asap cair keluaran kondensor akan ditampung dengan
menggunakan gelas ukur. Pada penelitian ini dilakukan variasi terhadap temperatur proses pirolisis,
waktu/lama proses pirolisis, ukuran limbah tempurung kelapa, dan kadar air limbah tempurung
kelapa. Hasil Rendemen asap cair yang didapatkan pada variasi temperatur adalah 17,6466%,
19,3226%, 21,8426% dan 26,0420%. Rendemen asap cair pada variasi waktu pirolisis adalah
14,7735%, 15,4574, 17,7999 dan 20,1498%. Rendemen asap cair untuk variasi ukuran partikel adalah
11,8923%, 150928% dan 17,1074%. Rendemen asap cair untuk variasi kadar air limbah tempurung
kelapa adalah 17,2636%, 13,4098% dan 6,7132%. Hubungan temperatur pirolisis terhadap rendemen
asap cair adalah berbanding lurus. Hubungan waktu pirolisis dengan rendemen asap cair adalah
berbanding lurus. Hubungan ukuran limbah tempurung kelapa dengan rendemen asap cair adalah
berbanding terbalik.

Kata Kunci: Pirolisis, Pirolisator, Asap Cair, Limbah tempurung Kelapa.

PENDAHULUAN
Limbah padat tempurung kelapa mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi produk yang
bermanfaat dan bernilai ekonomis karena mengandung bahan organik dengan kadar yang cukup
tinggi yaitu lignin 36,51%, sellulosa 33,61% dan hemisellulosa 19,27% (Arbi, Aidha and Deflianti,
2018). Selama ini, penanganan limbah tempurng kelapa belum optimum, banyak limbah tempurung
kelapa yang dibuang ke sungai atau ke drainase sehingga menyebabkan terjadinya banjir (Zumaro
and Arbi, 2017).

Metode yang diperkirakan sangat efektif dan efesien dalam menangani limbah padat tempurung
kelapa adalah dengan menerapkan metode pirolisis (Haji,2006). Metode pirolisis merupakan proses
dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa oksigen, dimana material mentah
akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi gas, pada umumnya proses pirolisis diawali pada
suhu 200oC dan bertahan pada suhu sekitar 250-300oC (Hasnah, 2012). Salah satu keuntungan metode
pirolisis dalam pengolahan limbah padat tempurung kelapa adalah menghasilkan produk berupa asap
cair, arang aktif dan gas metan.

Page | 21
Jurnal Aerasi Vol xx no. xx Bulan tahun

JURNAL AERASI
ISSN (Online) xxxx-xxxx

Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara
langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,
hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya dari bagian tanaman (Mullen dan Boateng, 2008;
Darmaji, 2009). Selama proses pirolisis senyawa selulosa yang terkandung di dalam tempurung
kelapa akan terdekomposisi pada suhu 2800C dan berakhir pada suhu 300oC menghasilkan karbonil
dan asam asetat serta homolognya, sedangkan dari senyawa lignin akan terdekomposisi pada suhu
3000C – 3500C menghasil phenol dan tar, selanjutnya dari senyawa hemiselulosa akan terdekomposisi
pada suhu 2000C-2500C mengasikan furfural, furan, dan asam karboksilat. Asap cair biasa digunakan
sebagai pengawet makanan, ikan dan kayu karena kandungan asam dan senyawa phenol yang
terkandung pada asap cair akan membunuh bakteri penyebab pembusukan(Arbi and Irsad, 2018).

Untuk mengetahui kinerja alat pirolisator bekerja dengan baik atau tidak adalah dengan menghitung
rendemen asap cair. Semakin tinggi rendemen asap cair yang dihasilkan, maka semakin bagus atau
baik kinerja dari alat pirolisator. Faktor yang mempengaruhi hasil rendemen asap cair adalah
temperatur operasi, laju pemanasan, waktu proses pirolisis, kehadiran oksigen, kadar air dan ukuran
partikel material dan tekanan (Tumuluru, 2011).

METODOLOGI
Alat Dan Bahan.
Alat Pirolisator, kondensor, pipa, termokopel, neraca/timbangan, jangka sorong, gelas ukur, corong,
piknometer, stopwatch, oven, desikator, cawan penguap, tempat penampung asap cair.
Bahan: limbah tempurung kelapa, kayu, minyak tanah.
Cara Kerja.
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penelitian ini.
2. Dilakukan pengecilan ukuran limbah tempururng kelapa dengan variasi ukuran limbah
tempurung kelapa sebagai berikut:
• Tanpa dikecilkan ukurannya
• Ukuran 7-8 cm
• Ukuran 2-3 cm
3. Diukur kadar air limbah tempurung kelapa dengan variasi sebagai berikut
• Limbah tempurung kelapa yang dikeringkan.
• Limbah tempurung kelapa tanpa dikeringkan
• Limbah tempurung kelapa yang basah karena hujan.

Pengukuran kadar air limbah tempurung kelapa menurut SNI 01-2891-1992 dilakukan dengan
cara timbang 10 gram limbah tempurung kelapa. Kemudian sampel limbah tempurung kelapa
diletakan dalam wadah cawan penguap, dan masukan kedalam oven dengan suhu 1050C
selama 3-5 jam. Selanjutnya masukan sampel ke dalam desikator untuk mendinginkan sampel,
kemudian timbang berat akir sampel dengan menggunakan neraca analitik, adapun rumus
untuk menghitung kadar air adalah:

Kadar air = (W1-W2)/W2 x 100%........Pers 1

Keterangan :
W1= berat sampel awal (gram).

Page | 22
Jurnal Aerasi Vol xx no. xx Bulan tahun

JURNAL AERASI
ISSN (Online) xxxx-xxxx

W2= berat sampel akir (gram).


4. Setelah dilakukan pengukuran kadar air, ditimbang limbah tempurung kelapa sebanyak 10 Kg
dengan menggunakan timbangan.
5. Dimasukkan sampel limbah tempurung kelapa kedalam alat pirolisator secara merata dan
kemudian tutup alat pirolisator.
6. Dialirkan air pendingin ke kondensor sencara kontinue.
7. Dibakar kayu sebagai sumber panas dan ukur suhu pirolisis dengan menggunakan termokopel,
untuk variasi suhu proses pirolisis adalah sebsagai berikut:
• Suhu 2500C.
• Suhu 2800C.
• Suhu 3100C.
• Suhu 3500C.
8. Diukur lama proses pirolisis yang berlangsung dengan menggunakan stopwatch, untuk
variasi waktu adalah sebagai berikut:
• 60 menit.
• 90 menit.
• 120 menit.
• 150 menit.
9. Kemudian ditampung produk asap cair yang didapatkan dengan menggunakan wadah
penampung..
10. Setelah proses selesai, dimatikan sumber panas dan biarkan alat dingin atau didiamkan selama
1 hari.
11. Dikeluarkan lempengan limbah tempurung dari alat pirolisis dan pisahkan antara lempengan
yang menjadi arang dan lempengan yang belum menjadi arang.
12. Diukur volume asap cair yang didapatkan dengan menggunakan gelas ukur.
13. Kemudian dihitung densitas asap cair untuk menentukan berat asap cair, penentuan densitas
asap cair dengan cara ditimbang pikonometer kosong dengan menggunakan neraca analitik
dan catat hasilnya, kemudian masukan asap cair kedalam piknometer dan timbang piknometer
yang berisi asap cair dengan neraca analitik dan catat hasilnya.

Adapun skema dari proses pirolisis limbah tempurung kelapa dengan menggunakan asap cair terlihat
pada Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1. Skema Pirolisis

Rangkaian alat pirolisis pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Page | 23
Jurnal Aerasi Vol xx no. xx Bulan tahun

JURNAL AERASI
ISSN (Online) xxxx-xxxx

Gambar 2. Rangkaian Alat Pirolisis.


Data.
1. Data Variasi Temperatur Operasi.
Data variasi temperatur operasi adalah 2500C, 2800C, 3100C dan 3500.
2. Data Variasi Waktu Operasi.
Data variasi waktu operasi adalah 60 menit, 90 menit, 120 menit, dan 150 menit.
3. Data Variasi Ukuran Partikel.
Data variasi ukuran partikel adalah tanpa pengecilan ukuran, 7-8cm, dan 2-3cm.
4. Data variasi kadar air limbah tempurung kelapa adalah 4,8835%, 11,4350, dan 27,9131%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Produk asap cair saat keluar kondensor.

Gambar 3. Produk Asap Cair saat Keluar Kondensor

Page | 24
Jurnal Aerasi Vol xx no. xx Bulan tahun

JURNAL AERASI
ISSN (Online) xxxx-xxxx

2. Produk asap cair setelah disaring dan destilasi.

Gambar 4. Asap Cair Hasil saringan dan Destilasi


3. Hasil arang hasil pirolisis.

Gambar 5. Hasil arang Proses Pirolisis

Hubungan Temperatur Proses Pirolisis dengan Rendemen Asap Cair.

Gambar 6. Grafik Hubungan Temperatur Pirolisis Terhadap Hasil Rendemen Asap Cair.
Dari gambar 6 terlihat bahwa semakin tinggi temperatur proses pirolisis asap cair, maka rendemen
asap cair yang didapatkan semakin tinggi, ini menandakan hubungan temperatur dengan rendemen
adalah berbanding lurus. Range nilai temperatur yang diambil pada penelitian ini adalah 2500C
sampai 3600C, karena proses dekomposisi senyawa organik pada limbah tempururng kelapa menjadi
senyawa yang terkandung dalam asap cair terjadi pada range temperatur tersebut. Semakin tinggi
temperatur proses pirolisis, maka semakin tinggi laju dekomposisi senyawa organik dan kerusakan

Page | 25
Jurnal Aerasi Vol xx no. xx Bulan tahun

JURNAL AERASI
ISSN (Online) xxxx-xxxx

struktur penyusun material meningkat sehingga asap cair yang dihasilkan akan semakin banyak,
kemudian berpengaruh terhadap nilai rendemen asap cair yang semakin tinggi. Hasil penelitian ini
sesuai dengan teori yang dikembangkan oleh Brigeman pada tahun 2008 yang menyatakan bahwa
temperatur pirolisis berpengaruh terhadap rendemen asap cair yang didapatkan. Tetapi, jika
temperatur reaksi terlalu tinggi melebihi temperatur pirolisis, tingkat dekomposisi akan sangat reaktif
yang mengakibatkan komponen penyusun material akan banyak dikonversikan ke dalam bentuk gas
dan liquid.

Hubungan Waktu Pirolisis terhadap Rendemen Asap Cair.

Gambar 7. Grafik Hubungan Waktu Pirolisis Terhadap Rendemen Asap Cair.

Gambar 7memperlihatkan bahwa semakin lama proses pirolisis maka semakin tinggi nilai rendemen
asap cair yang didapatkan, ini menandakan hubungan waktu pirolisis dengan rendemen asap cair
adalah berbanding lurus. Waktu pirolisis berkaitan dengan lamanya waktu tahan limbah padat
tempurung kelapa dalam pirolisator. Variabel ini akan mempengaruhi proses dekomposisi dan
karbonisasi selama proses pirolisis berlangsung. Jika waktu tinggal cukup lama, proses pirolisis akan
sempurna untuk mengkonversikan limbah tempururng kelapa menjadi asap cair, sehingga jumlah
asap cair yang dihasilkan akan semakin banyak dan berpengaruh terhadap hasil rendemen asap cair
yang semakin tinggi.

KESIMPULAN
Rendemen asap cair yang didapatkan pada variasi temperatur 2500C, 2800C, 3100C, 3500C adalah
17,6466%, 19,3226%, 21,8426% dan 26,0420%. Rendemen asap cair pada variasi waktu pirolisis 60
menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit adalah 14,7735%, 15,4574, 17,7999 dan 20,1498%.
Rendemen asap cair untuk variasi ukuran partikel tanpa pengecilan ukuran, 7-8 cm, dan 2-3 cm adalah
11,8923%, 150928% dan 17,1074%. Rendemen asap cair untuk variasi kadar air limbah tempurung
kelapa 4,8835%, 11,4530% dan 27,9131% adalah 17,2636%, 13,4098% dan 6,7132%.

Hubungan temperatur pirolisis terhadap rendemen asap cair adalah berbanding lurus. Hubungan
waktu pirolisis dengan rendemen asap cair adalah berbanding lurus. Hubungan ukuran limbah
tempurung kelapa dengan rendemen asap cair adalah berbanding terbalik. Hubungan kadar air
material dengan rendemen asap cair adalah berbanding terbalik. Kondisi operasi optimum terjadi pada
temperatur pirolisis 3500C, waktu pirolisis 150 menit, ukuran partikel limbah tempurung kelapa 2-3
cm, dan kadar air limbah tempurung kelapa 4,8835%

Page | 26
Jurnal Aerasi Vol xx no. xx Bulan tahun

JURNAL AERASI
ISSN (Online) xxxx-xxxx

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arbi, Y., Aidha, E. R. and Deflianti, L. (2018) ‘Analisis Nilai Kalori Briket Tempurung
Kelapa Sebagai Bahan Bakar Alternatif Di Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Mentawai’,
Jurnal PTK: Pendidikan Teknologi Kejuruan, 1(3), pp. 119–123.

[2] Arbi, Y. and Irsad, M. (2018) ‘Pemanfaatan Limbah Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Briket
Arang Sebagai Bahan Bakar Alternatif’, CIVED, 5(4), pp. 1–9.

[3] Alimsyah, Angelica. 2013. Penggunaan Arang Tempurung Kelapa dan Eceng Gondok untuk
Pengolahan Air Limbah Tahu dengan Variasi Konsentrasi. Teknik Pomits, 2013: 2301- 9271.

[4] Alpian. 2014. Kualitas Asap Cair Batang Gelap. Penelitian Hasil Hutan, Juni 2014: 83-92.

[5] Gani, Abdul Haji. 2013. Komponen Kimia Asap Cair. Rekayasa Kimia dan Lingkungan,
2013: 109-116.

[6] Girard, Smoking in Technology of Meat and Meat Products, Ellis Horward Limited, New
York, 1992.

[7] Padil, Sunarso. 2008. Pirolisis Cangkang Sawit Menjadi Asap Cair. Palm Industry and Energy
Research Group, 2008: 1-7.

[8] Qonita Rahmawati dan Welly Herumurti. 2015. Pengolahan Sampah secara Pirolisis dengan
Variasi rasio Sampah dan Jenis Plastik. Teknik ITS, 2015: 2301-9271).

[9] Syah, Hendri. 2014. Rancang Bangun Unit Penghasil Asap Cair yang Terintegrasi dengan
Pengering Kabinet. Rona Teknik Pertanian, April 2014: 58-71.

[10] Towaha, Juniaty. 2013. Pemanfaatan Asap Cair Kayu Karet dan Tempurung Kelapa untuk
Penanganan Polusi Udara pada Lump. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar,
Februari 2013: 71-80.

[11] Weni Murfihenni dan Dedy Hermawan, Pengelolaan Bahan Baku Biobriket dan Asap Cair,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan , Bandung, 2014.

[12] Zumaro, A. R. and Arbi, Y. (2017) ‘Perancangan Reaktor Biogas Di Uptd Pasar Ternak
Palangki’, Sains dan Teknologi: Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknologi Industri. PADANG:
Jurnal sains dan Teknologi sttind padang, 17(1), pp. 14–19. Available at:
http://ojs.sttind.ac.id/ojs/index.php/Sain/article/view/61.

Page | 27

Anda mungkin juga menyukai