Anda di halaman 1dari 23

TB3002 LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOENERGI DAN

KEMURGI

SEMESTER II-2018/2019

MODUL GRK

ESTERIFIKASI GONDORUKEM

Laporan Singkat

Oleh:

Kelompok TB.B2.1819.15

Andro Alfiandi – 14515023

Muhammad Faizarha Handiman – 14516009

Pembimbing:

Dr. Antonius Indarto

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOENERGI DAN KEMURGI


FAKUTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019

Halaman 1 dari 29
ABSTRAK

Gondorukem adalah produk hasil olahan dari getah pohon pinus. Gondorukem terdiri dari
berbagai jenis asam-asam karboksilat seperti asam abietat, asam levopimarat, asam dehidroabietat,
dan berbagai asam karboksilat lainnya. Karena terdiri dari berbagai asam karboksilat, gondorukem
memiliki kelemahan yaitu mudah teroksidasi sehingga warna gondorukem menjadi lebih gelap
sehingga harga jual gondorukem di pasar pun menurun. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukanlah
modifikasi terhadap struktur kimia di gondorukem. Salah satu jenis modifikasi yang dapat
dilakukan adalah proses esterifikasi gondorukem.

Proses esterifikasi gondorukem adalah proses modifikasi struktur kimia di gondorukem


dimana gugus karboksil direaksikan dengan alkohol sehingga terbentuk senyawa bergugus ester
serta air. Senyawa ester ini membuat gondorukem lebih stabil dan kejernihan warna gondorukem
pun bisa bertahan lebih lama. Proses esterifikasi gondorukem idealnya dilangsungkan pada suhu
250-305℃. Apabila reaksi dilangsungkan pada keadaan yang terlalu panas, maka akan terjadi
reaksi polimerisasi pada gondorukem sehingga warna gondorukem pun berubah menjadi hitam dan
menurunkan harga jual gondorukem. Pada praktikum ini, dilangsungkan esterifikasi gondorukem
dengan gliserol pada keadaan vakum dan keadaan atmosferik.

Pada percobaan ini, didapatkan angka asam sebesar 141.388, 189.837, dan 222.001.
Kejernihan didapatkan 88,5%, 84,5%, dan 76,9%. Yield produk didapatkan 66,54%, 103,9%, dan
79,68%

Kata Kunci: esterifikasi, gondorukem,

Halaman 2 dari 29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gondorukem adalah produk hasil pengolahan getah pinus. Gondorukem merupakan istilah
untuk hasil distilasi getah pinus (Pinus merkusii untuk pohon pinus di Indonesia). Gondorukem
berbentuk padatan berwarna kuning keemasan. Gondorukem dapat diaplikasikan di dunia
industri sebagai bahan dari perekat, kertas, tinta cetak, sabun, deterjen, vernis, cat, dan permen
karet (Coppen dan Hone, 1995).
Gondorukem yang langsung diperoleh dari pengolahan getah pinus disebut dengan
gondorukem non-modifikasi. Gondorukem non-modifikasi sebagian besar mengandung
senyawa-senyawa asam karboksilat seperti asam abietat, asam levopimarat, dan asam
dehidroabietat. Senyawa-senyawa ini mengandung ikatan rangkap dan gugus karboksil yang
membuat gondorukem non-modifikasi memiliki sifat mudah teroksidasi pada udara terbuka
sehingga warnanya berubah menjadi gelap dan menurunkan harga jual gondorukem, mudah
bereaksi pada logam-logam berat dalam vernis, dan cenderung membentuk kristal (Kirk dan
Othmer, 2007).
Untuk mengatasi permasalahan pada gondorukem non-modifikasi, dilakukan modifikasi
struktur kimia pada ikatan rangkap dan gugus karboksil pada senyawa-senyawa asam yang
terkandung pada gondorukem. Salah satu metode modifikasi ini adalah metode esterifikasi.
Pada proses esterifikasi, senyawa asam karboksilat direaksikan dengan alkohol sehingga
terbentuk senyawa ester dan air. Senyawa alkohol yang biasa digunakan untuk
Halaman 3 dari 29
mengesterifikasi gondorukem adalah gliserol. Produk akhir dari proses esterifikasi
gondorukem adalah gondorukem termodifikasi yang memiliki sifat lebih stabil sehingga
kekurangan pada gondorukem non-modifikasi bisa teratasi.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari fenomena yang terjadi pada proses
esterifikasi gondorukem dan menentukan kualitas produk gondorukem hasil esterifikasi

1.3 Sasaran Percobaan


Sasaran dari percobaan ini adalah
 Menentukan angka asam dari produk hasil esterifikasi
 Menentukan angka kejernihan dari produk hasil esterifikasi
 Menentukan perolehan produk hasil esterifikasi

Halaman 4 dari 29
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1. Alat dan Bahan


Alat dan bahan dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Alat dan Bahan Percobaan

Alat Bahan
Labu leher tiga Rosin padat
Termometer Gliserol
Labu Erlenmeyer Gas nitrogen
Kondensor KOH standar
Loyang Reagen Fenoflthalein
Statif Toluen
Klem Etanol 95%
Selang
Buret
Pompa vakum
Timbangan
Pipet tetes
Pipet volum
Gelas ukur
Lux meter
Kaca arloji
Hot plate

2.2 Skema Alat Percobaan

Skema alat yang digunakan dalam percobaan dinamika proses tangki ditunjukkan
dalam Gambar 2.2.

Halaman 5 dari 29
Gambar 2.1 Skema alat percobaan esterifikasi gondorukem

2.3 Prosedur percobaan


2.3.1. Percobaan Utama Esterifikasi Gonderukem dengan kondisi atmosferik
Pada awal percobaan, rangkai labu leher tiga, kondensor, labu Erlenmeyer serta
statif dan klem menjadi set rangkaian distilasi. Setelah itu rosin padat sebanyak 80
gram dihancurkan terlebih dahulu sampai halus lalu dimasukkan ke dalam labu leher
tiga bersama dengan gliserol 12 gram dan dipanaskan seluruhnya hingga meleleh.
Setelah meleleh, dimasukkan stirrer kedalam labu leher tiga lalu masukkan
thermometer dan jaga temperatur tersebut selama 3,5 jam. Setelah 3,5 jam, cairan
gondorukem diletakkan pada loyang dan dibiarkan beberapa saat sampai kering.

2.3.2 Analisis Angka Asam


Dicampurkan 50%-v toluen dan 50%-v etanol 95% ke dalam labu erlenmeyer.
Setelah dicampurkan, pelarut tersebut dicampurkan dengan KOH yang sudah
distandardisasi. Kemudian cairkan kembali sampel gondorukem sebanyak 1,9-2,21
gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, lalu ditambahkan indicator
fenolfthalein. Setelah itu, sampel pada erlenmeyer dititrasi dengan larutan KOH
dalam alcohol sampai kembali berwarna merah jambu dengan intensitas yang sama
seperti pada campuran pelarut.

2.3.3 Analisis Kejernihan Produk

Halaman 6 dari 29
Disiapkan kaca arloji, lux meter lalu gondorukem hasil percobaan yang telah
dicairkan kembali. Setelah itu, teteskan 5-10 tetes produk gondorukem yang telah
dilarutkan dengan pelarut ke kaca arloji. Setelah itu, masukkan kaca arloji ke dalam
lux meter dan hitung intensitas cahaya serta bandingkan dengan intensitas produk
standar.

Halaman 7 dari 29
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Proses Esterifikasi Gondorukem

Dalam percobaan ini, dilakukan tiga variasi percobaan yaitu esterifikasi gondorukem
selama 3,5 jam dalam keadaan vakum dan esterifikasi gondorukem selama 1,5 jam dan 2,5
jam dalam keadaan atmosferik. Ketiga variasi percobaan ini menggunakan gliserol sebagai
reaktan untuk proses esterifikasi. Waktu reaksi esterifikasi dihitung dari ditambahkannya
gliserol ke dalam labu

Pada proses esterifikasi gondorukem dalam keadaan vakum, pada rangkaian alat
esterifikasi ditambahkan pompa vakum dan aliran gas nitrogen. Pompa vakum digunakan
untuk menciptakan keadaan vakum di dalam labu leher tiga dan aliran gas nitrogen
digunakan untuk mengalirkan oksigen keluar dari labu. Oksigen dapat mengoksidasi
gondorukem sehingga produk hasil esterifikasi akan lebih gelap dari seharusnya.

Pada proses esterifikasi vakum selama 3,5 jam, temperatur awal gondorukem dalam labu
saat ditambahkan gliserol adalah 180℃. Panas dalam labu terus meningkat hingga menit
ke-48 suhu dalam labu mencapai 257℃. Suhu labu dari menit ke-48 hingga menit ke-180
stabil di antara 240-260℃ dikarenakan panas yang dipasok oleh heating plate serta panas
yang dihasilkan dari reaksi esterifikasi gondorukem berada pada kesetimbangan. Pada
menit ke-180, temperatur labu melonjak hingga mencapai 300℃ dan terbentuk letupan
serta asap putih di dalam labu. Temperatur yang melonjak ini disebabkan oleh panas yang
dipasok oleh heating plate terlalu tinggi sehingga keadaan kesetimbangan terhenti
menyebabkan temperatur dalam labu terus meningkat. Untuk menanggulangi hal tersebut,
heating plate dimatikan terlebih dahulu lalu setelah temperatur turun hingga 200℃
heating plate kembali dinyalakan. Meskipun heating plate telah dinyalakan kembali,
temperatur dalam labu masih menurun hingga 190℃ kemudian sedikit meningkat pada
akhir proses esterifikasi mencapai 196 ℃

Halaman 8 dari 29
Gambar 3. 1:
Kurva Temperatur Terhadap Waktu Pada Proses Esterifikasi 3,5 Jam Dalam Keadaan Vakum

Fenomena yang terjadi pada proses esterifikasi vakum selama 3,5 jam adalah terbentuknya
asap putih pekat di ujung kondensor pada awal proses esterifikasi. Asap putih ini
sebenarnya adalah uap air yang lolos dari kondensor dikarenakan kondensor yang tidak
terlalu dingin sehingga uap air tidak terkondensasi. Setelah ditambahkan es batu pada air
yang digunakan untuk kondensor, asap putih pada ujung kondensor perlahan-lahan
menghilang. Fenomena lain yang terjadi adalah uap air yang terkadang memenuhi labu dan
terbentuknya gelembung-gelembung pada sambungan labu leher tiga dengan kondensor.
Gelembung-gelembung ini disebabkan oleh uap air yang berusaha lolos melalui
sambungan leher tiga dengan kondensor yang telah diolesi dengan vaseline. Air hasil
reaksi esterifikasi yang turun dari kondensor sangatlah sedikit dikarenakan ada uap air
yang sudah terkondensasi menjadi tetesan air pada leher sambungan antara kondensor
dengan labu leher tiga dan uap air yang lolos melewati kondensor pun akhirnya tersedot
oleh pompa vakum sebelum berubah fasa menjadi cair.

Pada esterifikasi gondorukem dengan kondisi atmosferik dalam waktu 1,5 jam, temperatur
awal labu saat ditambahkan gliserol adalah 160℃. Temperatur dalam labu meningkat
secara perlahan dari awal hingga menit ke-45 yang mencapai 230℃. Setelah menit ke-45,
temperature labu mencapai kestabilan pada temperatur 220-230℃. Kestabilan terjadi

Halaman 9 dari 29
karena panas yang dipasok oleh heating plate dengan panas reaksi esterifikasi mencapai
kesetimbangan.

Kurva Temperatur Terhadap Waktu (Esterifikasi 1,5 Jam


Keadaan Atmosferik)
250

200
Temperatur (℃)

150

100

50

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu (menit)

Gambar 3.2: Kurva Temperatur Terhadap Waktu Esterifikasi Atmosferik Dalam Keadaan Atmosferik Dalam
Waktu 1,5 Jam

Fenomena yang terjadi pada proses esterifikasi dengan kondisi atmosferik dalam waktu 1,5
jam adalah terdapat letupan-letupan yang terjadi akibat air yang menetes kembali ke dalam
labu yang berisi cairan gondorukem. Air yang menetes ini disebabkan oleh uap air yang
terkondensasi di sambungan labu leher tiga dengan kondensor. Air hasil esterifikasi yang
berhasil melewati kondensor pun lebih banyak daripada saat proses esterifikasi
gondorukem keadaan vakum. Hal ini dikarenakan seluruh uap air akhirnya terkondensasi
dan mengalir menuju ujung kondensor.

Pada proses esterifikasi atmosferik dalam waktu 2,5 jam, temperatur awal dalam labu saat
ditambahkan gliserol adalah 176℃. Temperatur dalam labu terus meningkat hingga
mencapai kestabilan pada menit ke-40 pada rentang temperatur 220-230℃. Kestabilan
terjadi karena panas yang dipasok oleh heating plate dengan panas reaksi esterifikasi
mencapai kesetimbangan.

Halaman 10 dari 29
Kurva Temperatur Terhadap Waktu (Keadaan Atmosferik
Waktu 2,5 Jam)
250
Temperatur (℃)

200
150
100
50
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (menit)

Gambar 3.3:
Kurva Temperatur Terhadap Waktu Pada Keadaan Atmosferik Waktu 2,5 jam

Fenomena yang terjadi pada proses esterifikasi dalam waktu 2,5 jam tidak berbeda jauh
dengan peristiwa pada proses esterifikasi dalam waktu 1,5 jam yaitu terjadi letupan-
letupan air dan uap air banyak yang terkodensasi.

3.2 Hasil dan Pembahasan Angka Asam

Angka asam hasil esterifikasi gondorukem pada percobaan ini berturut-turut adalah
141,338; 189,837; dan 222,101 mg KOH/mL. Sedangkan angka asam gondorukem
sebelum diesterifikasi adalah 173,209 mg KOH/mL.

Angka asam yang pertama merupakan angka asam hasil esterifikasi keadaan vakum dalam
waktu 3,5 jam. Angka asam ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
gondorukem sebelum diesterifikasi. Penurunan ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa angka asam akan mengalami penurunan setelah gondorukem
diesterifikasi. Penurunan angka asam ini disebabkan oleh gugus karboksil (-COOH) yang
termodifikasi oleh gliserol menjadi ester sehingga tingkat keasaman dari gondorukem pun
menurun. Angka asam ini berada di bawah batas maksimal angka asam gondorukem yaitu
160 mg KOH/mL.

Halaman 11 dari 29
Angka asam yang kedua merupakan angka asam hasil esterifikasi keadaan atmosferik
dalam waktu 1,5 jam. Angka asam ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan
gondorukem sebelum diesterifikasi. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa angka asam akan menurun setelah diesterifikasi. Hal ini disebabkan oleh
gondorukem yang teroksidasi. Oksidasi ini disebabkan oleh penyimpanan gondorukem di
udara terbuka selama semalaman serta oksigen yang masuk pada saat proses esterifikasi

Angka asam yang kedua merupakan angka asam hasil esterifikasi keadaan atmosferik
dalam waktu 2,5 jam. Angka asam ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan
gondorukem sebelum diesterifikasi. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa angka asam akan menurun setelah diesterifikasi. Hal ini disebabkan oleh
gondorukem yang teroksidasi. Oksidasi ini disebabkan oleh penyimpanan gondorukem di
udara terbuka selama semalaman serta oksigen yang ikut masuk pada proses esterifikasi.

3.3 Analisis Kejernihan dan Yield Produk

Hasil kejernihan produk esterifikasi yaitu 88,5%; 84,5%; dan 76,9%. Sedangkan angka
kejernihan produk gondorukem sebelum diesterifikasi adalah 76,1%. Produk esterifikasi
yang paling jernih adalah produk esterifikasi pertama yang menggunakan keadaan vakum.
Hal ini disebabkan oleh oksigen dari udara yang tidak bisa masuk ke dalam labu leher tiga
sehingga gondorukem tidak teroksidasi di dalam labu. Sedangkan dalam keadaan
atmosferik, udara dapat masuk ke dalam gondorukem sehingga oksigen bisa mengoksidasi
gondorukem di dalam labu leher tiga.

Yield produk produk esterifikasi berturut-turut adalah 66,54%; 103,9%; dan 79,68%. Yield
kedua melebihi 100% disebabkan oleh kesalahan pada proses penimbangan dan
perhitungan gondorukem.

Halaman 12 dari 29
Halaman 13 dari 29
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini adalah
1. Angka asam yang didapatkan 141,338; 189,837; 222,001
2. Kejernihan yang didapatkan 88,5%, 84,5%, dan 76,9%
3. Yield Produk adalah 66,54%, 103,9%, 79,68%

4.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah
1. Alat disatukan di satu tempat
2. Pencucian alat diutamakan

Halaman 14 dari 29
DAFTAR PUSTAKA

Hind, J. D., Kanno, T.T, Miner Jr, Ester Gum by Esterification of Rosin with Glycerol,
Industrial and Chemical Engineering Journal 46 (1954). 441-452.

Hovey A. G., Hodgins, TS, Reaction of maleic Anhydride with Abietic Acid and Rosin.
Industrial and Chemical Engineering Journal 32 (1940), 272-279.

Halaman 15 dari 29
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN

A. 1. Perhitungan Perolehan Produk Esterifikasi


Perolehan produk dihitung dengan persamaan sebagai berikut

massa produk di cetakan+massa sisa di labu leher 3


Perolehan ( % ) = x 100 %
massa gonodrukem+ massa gliserol

A. 2. Perhitungan Angka Asam


Angka asam dihitung dengan persamaan berikut:

56,1 x V x N
Angka Asam= mg-KOH/g-bahan
m

Dimana:

V = Volume larutan KOH dalam alcohol yang dibutuhkan pada titrasi (ml)

N = Normalitas eksak larutan KOH dalam alkohol

m = Berat bahan yang dilarutkan (gram)

A. 3. Perhitungan Intensitas Cahaya

Perhitungan intensitas cahaya dapat dihitung dengan persamaan berikut:

sample intensity ( lux )


Sample Clarity ( % )= x 100 %
reference intensity ( lux )

Halaman 16 dari 29
LAMPIRAN B

HASIL ANTARA

B. 1. Penentuan Perolehan (Yield) Produk

Pada penentuan yield produk, dibutuhkan beberapa data yang harus


didapatkan yang dapat dilihat pada tabel B.1.

Tabel B.1. Data perhitungan perolehan (yield) produk

Percobaan ke- I II III


Massa labu leher tiga kosong (gr) 306.7 306.7 306.7
Massa cetakan kosong (gr) 6.13 6.13 6.13
Massa gliserol (gr) 15 15 15
Massa produk + cetakan (gr) 51.69 50.57 49.05
Massa sisa + labu leher tiga (gr) 324.35 365.87 339.48
Massa gondorukem (gr) 45.56 44.44 42.92
Massa sisa gondorukem (gr) 17.65 54.27 32.78
Yield Produk (%) 66.54 103.90 79.68

B.2. Perhitungan Angka Asam Produk

Pada perhitungan angka asam, dibutuhkan data-data yang dapat dilihat pada
tabel B.2.

Tabel B.2. Data perhitungan angka asam produk


Gondoruke III
Percobaan ke-
m Awal I II
Massa sampel (gr) 2 2 2 2
Volume KOH titrasi (ml) 62.5 51 68.5 59.4
Normalitas KOH (N) 0.0988 0.0988 0.0988 0.1333
Angka Asam 173.209 141.338 189.837 222.101

Halaman 17 dari 29
B.3. Perhitungan Kejernihan Produk

Pada perhitungan kejernihan produk, dibutuhkan lux meter serta sampel


gondorukem yang telah dilarutkan dengan pelarut. Data kejernihan produk dapat
dilihat pada tabel B.3.

Tabel B.3. Data perhitungan kejernihan produk


Sampel Intensitas Intensitas Produk Intensitas Produk Intensitas Produk
Gondorukem Awal Run I Run II Run III
I II Rata- I II Rata- I II Rata- I II Rata-
rata rata rata rata
Toluen 261 262 261. 261 262 261. 261 261 261 261 262 261.5
5 5
Produk 198 200 199 231 232 231. 220 221 220.5 202 200 201
5
Kejerniha 76.1 88.5 84.5 76.9
n (%)

Halaman 18 dari 29
LAMPIRAN C

DATA MENTAH

C.1. Kondisi Laboratorium

Tabel C.1. Data Kondisi Laboratorium

No Tanggal Waktu Temperatur Tekanan (mmHg) Kelembapan (%)


. (°C)
1 13 Feb 09.15 26.5 ± 0.05 990 ± 0.05 74 ± 0.05
2019
2 13 Feb 12.30 28.5 ± 0.05 990 ± 0.05 74 ± 0.05
2019
3 13 Feb 15.00 28.5 ± 0.05 990 ± 0.05 74 ± 0.05
2019
4 14 Feb 09.15 25± 0.05 990 ± 0.05 74 ± 0.05
2019
5 14 Feb 10.27 25± 0.05 990 ± 0.05 74 ± 0.05
2019
6 14 Feb 12.43 25± 0.05 990 ± 0.05 74 ± 0.05
2019
7 14 Feb 13.39 25± 0.05 990 ± 0.05 74 ± 0.05
2019
8 14 Feb 15.10 25± 0.05 990 ± 0.05 74 ± 0.05
2019

C. 2. Data Yield Produk

Tabel C.2. Data Yield Produk

Percobaan ke- I II III


Massa labu leher tiga kosong (gr) 306.7 306.7 306.7
Massa cetakan kosong (gr) 6.13 6.13 6.13
Massa produk + cetakan (gr) 51.69 50.57 49.05
Massa sisa + labu leher tiga (gr) 324.35 365.87 339.48
Massa gondorukem (gr) 45.56 44.44 42.92
Massa sisa gondorukem (gr) 17.65 54.27 32.78

Halaman 19 dari 29
C. 3 Perhitungan Angka Asam

Tabel C.3. Data Angka Asam

Percobaan ke- I II III


Massa sampel (gram) 2 2 2
Volume titrasi (ml) 51 68.5 29.4

C. 4. Analisis Intensitas Cahaya


Tabel C.4. Data Intensitas Cahaya

Referens Gondorukem Produk Run I Produk Run II Produk III


i Awal
I II I II I II I II
Toluen 261 262 261 262 261 261 261 262
Produk 198 200 231 232 220 221 202 200

Halaman 20 dari 29
C. 5. Percobaan dengan Kondisi Vakum

Tabel C.5. Data Temperatur dan Fenomena yang terjadi pada Produk I

Menit ke- Temperatur Fenomena yang terjadi


(menit) (oC)
12 180 Terbentuk uap air
24 205 Terjadi letupan kecil
36 190 Tidak terjadi perubahan berarti
48 257 Tidak terjadi perubahan berarti
60 257 Tebentuk banyak uap air di labu leher 3
72 256 Warna menjadi semakin bening
84 256 Terbentuk buih buih pada labu leher 3
96 256 Tidak terjadi perubahan berarti
108 244 Terbentuk uap air, suhu terlalu tinggi,
diturunkan
120 246 Tidak terjadi perubahan berarti
132 250 Tidak terjadi perubahan berarti
144 255 Tidak terjadi perubahan berarti
156 254 Tidak terjadi perubahan berarti
168 256 Terbentuk buih-buih larutan gondorukem
180 300 Suhu melonjak tinggi, terbentuk asap
putih pekat
192 218 Suhu turun
204 190 Terbentuk uap air, suhu turun
210 196 Seuhu sedikit naik

C. 6. Percobaan dengan Kondisi Atmosferik

Tabel C.6. Data Temperatur dan Fenomena yang terjadi pada Produk II

Menit ke- Temperatur Fenomena yang terjadi


(menit) (oC)
5 160 Terdapat buih-buih
10 160 Terjadi letupan
15 162 Tidak ada perubahan berarti
20 168 Tidak ada perubahan berarti
25 170 Terjadi letupan
30 196 Tidak ada perubahan berarti
35 205 Tidak ada perubahan berarti
Halaman 21 dari 29
40 208 Terjadi letupan
45 230 Terjadi letupan
50 212 Tidak ada perubahan berarti
55 220 Tidak ada perubahan berarti
60 218 Tidak ada perubahan berarti
65 225 Tidak ada perubahan berarti
70 230 Terjadi letupan
75 230 Terjadi letupan
80 225 Tidak ada perubahan berarti
85 230 Tidak ada perubahan berarti
90 230 Tidak ada perubahan berarti

Tabel C.7. Data Temperatur dan Fenomena yang terjadi pada Produk III

Menit ke- Temperatur Fenomena yang terjadi


(menit) (oC)
8 176 Muncul gelembung
16 182 Tidak terdapat perubahan signifikan
24 196 Tidak terdapat perubahan signifikan
32 205 Terdapat letupan air
40 226 Tidak terjadi perubahan signifikan
48 228 Tidak terjadi perubahan signifikan
56 230 Tidak terjadi perubahan signifikan
64 228 Tidak terjadi perubahan signifikan
72 232 Tidak terjadi perubahan signifikan
80 230 Tidak terjadi perubahan signifikan
88 232 Tidak terjadi perubahan signifikan
96 229 Larutan tambah keruh
104 229 Tidak terjadi perubahan signifikan
112 226 Tidak terjadi perubahan signifikan
120 230 Tidak terjadi perubahan signifikan
128 222 Tidak terjadi perubahan signifikan
136 222 Tidak terjadi perubahan signifikan
144 222 Terjadi letupan
148 222 Terjadi letupan
150 222 Terjadi letupan

Halaman 22 dari 29
Halaman 23 dari 29

Anda mungkin juga menyukai