Anda di halaman 1dari 5

Seminar Teknoin 2006, Yogyakarta 22 Juli 2006 ISBN No.

979-96964-4-5
”Pengembangan Produk Berbasis Proses dan Manufaktur”
⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN SERBUK GERGAJI TERHADAP HASIL
OKSIDASI LLDPE DENGAN KMnO4/H2SO4

Hasnah Muin, Denis Prifina Ilhami, dan Lestari Hetalesi Saputri


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam
Indonesia Jalan Kaliurang km. 14,5 Sleman, Jogjakarta 55501
Telp. (0274) 895007, 895287 Faks. (0274) 895007 Ext.131
Email : hasnahmuin2002@Yahoo.com

Abstract
Waste from no biodegradable plastic has become a worlwide environmental problem, not only in developed
countries but also in developing countries. Linear Density Polyethylene (LLDPE) is one type of plastic
widely used in packaging. This compound is chemically inert and extremely difficult to be degraded by soil
microorganism, and hence modification of LLDPE to biodegradable material is desirable. Several data
indicated that the presences of hydrolyzable functional groups in main chain of synthetic polymer are
apparent to be essential for biodegradation. This research aimed to modify LLDPE through oxidation in
acid solution to create several functional groups in LLDPE main chain. To accelerated biodegradation
process in this research, result oxidation of LLDPE has been reacted with sawdust. FTIR analysis indicated
the reaction of sawdust with the result oxidation of LLDPE. Compare to the result of oxidation LLDPE, the
hardness is decrease. It could be expected that oxidation might be one of an alternative way to modify a
synthetic polymer for possible biodegradation.

Key words: LLDPE, oxidation, KMnO4 , H2SO4,,sawdust


Seharusnya di sambung Seharusnya komanya
menjadi keywords satu aja
1. Pendahuluan
Pemakaian plastik di era kemajuan teknologi semakin lama semakin meluas. LLDPE (Linear Low
Density Polyethylene) ialah salah satu jenis plastik yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari,
terutama sebagai bahan pengemas. Sebagai plastik kemas, LLDPE hanya digunakan untuk satu kali
pemakaian dan setelah itu dibuang. LLDPE bersifat tahan terhadap cuaca, penyinaran dan mikroba pengurai
yang terdapat dalam tanah. Akibatnya, terjadi penumpukan sampah plastik yang berasal dari LLDPE.
Sampai saat ini, sampah LLDPE merupakan masalah lingkungan yang cukup serius, bukan hanya di negara
berkembang, tetapi juga di negara maju.
Berbagai usaha telah banyak dilakukan untuk menciptakan plastik yang dapat terbiodegradasi,
misalnya dengan mencampur LLDPE dengan pati. Ternyata usaha ini kurang dapat memuaskan konsumen,
karena proses biodegradasinya berjalan terlalu lama dan yang terbiodegradasi hanyalah pati dan bagian
ujung dari polimernya.
Struktur molekul suatu polimer adalah faktor penentu apakah suatu polimer dapat terbiodegradasi
atau tidak. Dari data yang ada menunjukkan bahwa polimer sintetik yang pada rantai utamanya
mengandung gugus fungsi yang dapat terhidrolisa dan teroksidasi yang relatif lebih mudah terbiodegradasi.
Molekul LLDPE hanya terdiri dari atom karbon dan hidrogen, serta tidak mengandung gugus fungsi yang
dapat terhidrolisis ataupun teroksidasi lanjut. Sehubungan dengan hal itu, maka perlu dilakukan suatu
modifikasi pada struktur LLDPE, dan bila hal ini berhasil dilakukan, maka pencemaran lingkungan akibat
LLDPE dapat dikurangi [4].
Penelitian untuk memodifikasi struktur LLDPE dengan cara oksidasi dengan KMnO 4 dalam
suasana netral sudah pernah dilakukan dan hasilnya telah ditemukan adanya gugus fungsi yang dapat
teroksidasi dan terhidrolisis lanjut, misal : keton, ester [5]. Selain itu, hasil penelitian tersebut juga
menunjukkan adanya penurunan uji tarik dan perpanjangan saat putus pada hasil oksidasi. Penelitian
tersebut dilakukan dengan pelarut xylene.
Oksidasi LLDPE dengan KMnO4/H2SO4 belum pernah diteliti sebelumnya. Untuk menghemat
biaya, maka pada penelitian ini tidak digunakan xylene sebagai pelarut. Selain itu, penelitian ini juga
bertujuan untuk mendapatkan material yang memiliki sifat fisika yang lebih baik. Caranya yaitu dengan
menambahkan serbuk gergaji pada bahan hasil oksidasi. Dengan penambahan serbuk gergaji, diharapkan
akan ditemukan perbaikan terhadap sifat kekerasan material yang dihasilkan dari proses oksidasi. Adapun
pemilihan digunakannya serbuk gergaji karena bahan ini tersedia dalam jumlah yang melimpah dan belum
banyak dimanfaatkan. Di alam, bahan ini hanya bersifat buangan/limbah dari industri yang mengolah kayu
sebagai bahan untuk mebel atau untuk penggunaan bahan bangunan lainnya. Pada umumnya, hasil dari

⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯
perpaduan 2 material yang dikenal dengan komposit akan memberikan sifat yang lebih bagus dari hasilnya.
Selain itu, yang paling utama, komposit kayu bersifat ringan, kuat serta tahan terhadap kelapukan rayap
[10].
Seharusnya setelah kata kuat
harus ada tanda koma
2. Metodologi Penelitian
2.1. Bahan dan Alat
Bubuk LLDPE murni diperoleh dari PT Chandra Asri Cilegon. Kalium Permanganat dan Asam
Sulfat dibeli dari laboratorium MIPA UGM, sedangkan serbuk gergaji diperoleh dari tempat pengolahan
kayu di Jalan Kaliurang km. 14 Yogyakarta. Setelah angka 14 seharusnya koma baru nama
Proses oksidasi dilakukan dalam labu leher tiga,
tempat yang dilengkapi dengan pendingin balik.
Pengaduk mekanik dan termometer. Karakterisasi dilakukan dengan cara analisa gugus fungsi dengan FTIR
(Fourier Transform Infra Red) dan penentuan uji sifat kekerasan material dengan alat Hardness
Durometer. gr, seharus nya di tu g saja atau
langsung gram Harusnya
ml, seharusnya mL
2.2. Metoda tanda koma
2.2.1. Cara Oksidasi
Ke dalam labu leher tiga kapasitas 500 ml, yang dilengkapi pengaduk mekanik, pendingin balik
dan termometer dimasukkan 50 gr LLDPE murni, 20 gr KMnO4, dan 110 ml air. Sementara itu, H 2SO4
sebanyak 50 ml disiapkan kemudian diteteskan pelan-pelan dengan pipet tetes ke dalam labu leher bersuhu
± 70-75°C, sambil diaduk. Setelah H2SO4 habis, pengadukan dilanjutkan sampai terjadi perubahan warnaSeharusnya
yaitu dari ungu menjadi cokelat. Hasil oksidasi tersebut disaring dengan kertas saring dan diambilsetelah pendingin
balek tanda koma
ampasnya. Ampas hasil oksidasi disaring, dicuci dengan asam oksalat dan air sampai netral, lalu.lalu spasi
dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C. Bubuk yang telah kering ditimbang, dibuat film dan kemudian
dikarakterisasi.
Di kata ini bisa di tambah kemudian
setelah kata di saring
2.2.2. Cara Penambahan Serbuk Gergaji
Serbuk gergaji dikeringkan terlebih dahulu dengan oven pada temperatur 60 ºC untuk
menghilangkan kadar air. Setelah itu, dilakukan pengayakan dengan alat screening sampai didapatkan
serbuk gergaji dengan ukuran –300 mesh (0,0025 mm).
Kata seharusnya miring
Ke dalam labu leher tiga yang dilengkapi pendingin balik, pengaduk merkuri dan termometer
dimasukkan 8 gr hasil oksidasi; 0,8 gr serbuk gergaji dan 60 ml xylen. Kemudian pemanas dan pengaduk
dihidupkan. Reaksi ini berlangsung pada suhu ± 70 ºC dan dihentikan setelah serbuk gergaji bercampur
secara homogen di dalam larutan. Kemudian hasil yang didapat dituang sedikit ke cawan patri sehingga
membentuk film, lalu dikarakterisasi dengan FTIR
gr, seharus nya di tu ml seharusnya mL
g saja atau langsung
2.3. Karakterisasi hasil gram
2.3.1. Analisa Gugus Fungsi
Analisa gugus fungsi dilakukan terhadap sampel yang telah dibuat film dengan alat FTIR (Fourier
Transform Infra Red) merk Thermo Nicolet avatar 360 FT-IR.

2.3.2. Uji sifat Mekanik


Uji sifat mekanik dilakukan dengan cara menentukan kekerasan atau kekuatan bahan dengan alat
Hardnees Durometer tipe D terhadap sampel yang berukuran 2x5 cm dengan ketebalan 3 mm.
Kata ini seharusnya bergaris miring

3. Hasil Penelitian dan pembahasan


Karakterisasi dilakukan dengan melakukan analisis gugus fungsi dan sifat kekerasan dari film
LLDPE yang sudah dimodifikasi dengan KMnO 4 / H2SO4 dan hasil oksidasi setelah penambahan serbuk
gergaji. Dalam melakukan karakterisasi digunakan serbuk LLDPE yang belum ditambah aditif sebagai
pembanding.
Oksidasi antara LLDPE dengan KMnO4/H2SO4 menghasilkan data-data sbb :
Berat basah = 37,25 gram
Berat kering = 22,75 gram
Warna = putih kotor campur coklat kehitaman.

3.1. Analisa Gugus Fungsi Hasil Oksidasi


Analisa gugus fungsi hasil oksidasi terlihat pada gambar 1 berikut ini:

Seharusnya huruf Gambar


1710

3602.79 1618.07

Gambar 1. Spektra FTIR (A) LLDPE murni (B) hasil oksidasi LLDPE

Terjadinya reaksi antara LLDPE dengan KmnO4/H2SO4 dapat dibuktikan dengan melihat spektra
FTIR pada gambar 1 di atas. Pada spektra (B) terlihat adanya puncak karbonil pada 1618,07 cm -1 dan 1710
cm-1. Berdasarkan daerahnya, puncak 1618.07 cm-1 adalah puncak β-diketon dalam bentuk enol yang
kemungkinan adalah senyawa :
Seharus nya setelah itu ada tabda
koma

Dugaan ini diperkuat oleh Morrison and Boyd (1967) yang


menyatakan bahwa bentuk enol dari β- diketon mengabsorpsi pada daerah 1650-1580 cm -1. Menurut
Silverstein (1974), bentuk enol dari spektra ini merupakan serapan yang lebar dan beberapa kali lebih kuat
dari serapan karbonil biasa.
Selain itu, pada spektra B di atas juga terlihat adanya puncak OH yang melebar akibat ikatan
hidrogen pada 3602,79 cm-1. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika alkena dioksidasi
dengan zat pengoksid (KMnO4) pada temperatur tertentu maka dapat menghasilkan bermacam-macam
produk antara lain alkohol. Teori tersebut juga menyebutkan apabila reaksi berlangsung pada kondisi yang
tidak terkendali, maka akan terjadi pemutusan rantai dan pada akhirnya akan menghasilkan aldehid, keton
dan asam karboksilat. Oksidasi tersebut dapat dilihat pada reaksi berikut :

Bukti dari teori ini juga dapat dilihat pada puncak baru 1710 cm -1. Dari data dan informasi yang
ada, disebutkan bahwa puncak antara 1705 – 1750 cm -1 merupakan puncak campuran antara keton dan ester
[3].

3.2. Analisa Gugus Fungsi Hasil Penambahan Serbuk Gergaji


Analisa FTIR terhadap hasil oksidasi yang telah ditambahkan serbuk gergaji terlihat pada gambar
2. dibawah ini :
1710
3602.79
1618.07

%T
3472.27
1700
1637.02 1742.29

1940.24
3602.79 1864.38
2731.94 2633.90
1605.39

Gambar 2. Spektra FTIR (a) hasil oksidasi (b) serbuk gergaji (c) hasil penambahan serbuk gergaji

Pada gambar 2 di atas, terlihat jelas adanya perubahan spektrum akibat penambahan serbuk
gergaji. Banyak puncak baru bermunculan yang diduga berasal dari selulosa dan lignin dari serbuk gergaji.
Puncak pada spektrum ini salah satunya ialah puncak aldehide pada spektra 2731,94 cm -1 dan 2633,99 cm-1.
Puncak ini diduga berasal dari selulosa pada serbuk gergaji.dan akibat pemanasan yang terlalu tinggi.
Selain itu, terjadinya reaksi pada kedua material ini juga dapat dilihat pada puncak 1605,39 cm -1
(gambar 2 spektra (C)). Puncak 1605,39 cm-1 ditafsirkan sebagai campuran dari puncak karbonil yang
terkonjugasi ikatan rangkap dan gugus karbonil dari β diketon dalam bentuk enol. Puncak ini terjadi karena
adanya reaksi antara serbuk gergaji dan hasil oksidasi atau dapat dikatakan puncak ini berasal dari
pergeseran puncak 1618,07 cm-1 pada puncak oksidasi ditambah dengan pergeseran puncak 1635,33 cm-1
(gambar 2 spektra (B)) yang berasal dari serbuk yang tercampur.
Gugus ester pada hasil oksidasi tidak begitu dapat terdeteksi, tetapi puncak ini muncul dengan
jelas pada hasil penambahan serbuk gergaji yaitu pada puncak 1742,29 cm -1. Puncak ini diperkirakan terjadi
karena reaksi antara gugus karboksilat pada hasil oksidasi dengan gugus OH dari serbuk gergaji yang
dibuktikan oleh hilangnya puncak 1710 cm-1 (dari hasil oksidasi) dan 1635,33 cm-1 dari serbuk gergaji.
Adanya gugus gugus karbonil ini juga didukung dengan munculnya gugus C-O pada spektra 1080
– 1300 cm-1 yang diduga merupakan campuran alkohol, asam karboksilat dan ester yaitu pada spektra
1091,73 cm-1; 1119,54 cm-1; 1156,72 cm-1; 1169,97 cm-1; 1220,16 cm-1 dan 1244,56 cm-1 (gambar 2 spektra
(C)).
Pada hasil uji FTIR serbuk gergaji (gambar 2 spektra (B)) ditemukan adanya gugus OH dari
selulosa pada puncak 1637.02 cm-1 dan puncak lignin pada 1700 cm-1. Puncak lignin pada spektra ini kurang
dapat terdeteksi,hal ini kemungkinan karena alat FTIR hanya dapat mendeteksi permukaan luar dari serbuk
gergaji dan juga karena lignin masih terikat pada bagian dalam selulosa. Sementara itu, pada spektra hasil
penambahan serbuk gergaji (gambar 2 spektra (C)) puncak lignin terlihat dengan jelas, yang dibuktikan
dengan adanya 4 puncak lignin yaitu 1940.24 cm -1; 1888.07 cm-1; 1964.38 cm-1; dan 1799.28 cm-1.
Munculnya puncak-puncak lignin ini disebabkan karena terputusnya ikatan lignin dari serbuk gergaji.
Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh masing-masing dari
lignin dan selulosa terhadap hasil modifikasi LLDPE.
3.3. Perubahan Sifat Kekerasan Bahan
Hasil pengujian kekerasan untuk material komposit ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. hasil uji kekerasan material Awalan huruf besar Hasil


Material kayu Hasil uji kekerasan Hasil rata-rata

37; 35; 35; 35; 37 35,8


LLDPE murni
32; 32; 35; 32; 32 32,6
Hasil oksidasi
15; 20; 25; 20; 20 20
Hasil oksidasi +
serbuk gergaji

Tabel diatas menunjukkan terjadinya penurunan kekerasan akibat oksidasi dan penambahan serbuk
gergaji. Terjadinya penurunan sifat kekerasan pada hasil penambahan serbuk disebabkan karena masuknya
gugus fungsi yang dapat mengurangi kekompakan antar molekul, sehingga mengakibatkan terjadi
pemutusan pada rantai LLDPE. Penurunan kemungkinan juga terjadi karena terlepasnya lignin dari serbuk
gergaji yang seharusnya memperkuat ikatan antara hasil oksidasi dengan serbuk gergaji dan bisa juga
karena serbuk yang dipakai berasal dari kayu sengon, suatu jenis kayu yang bersifat rapuh dan lunak
dengan kandungan lignin yang lebih besar bila dibandingkan dengan jenis kayu keras. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada jenis serbuk gergaji yang akan ditambahkan sebagai aditif.

4. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan adanya gugus keton dan ester pada hasil
penambahan serbuk gergaji. Adanya gugus ester yang dapat mengalami hidrolisa, gugus keton yang dapat
teroksidasi lanjut menghasilkan asam karboksilat, sedangkan gugus asam karboksilat dalam tanah dapat
mengalami β oksidasi menghasilkan molekul-molekul yang lebih kecil, maka besar kemungkinan proses ini
dapat dijadikan sebagai salah satu langkah awal dalam pembuatan plastik yang dapat terbiodegradasi dalam
tanah. Pada penelitian ini juga ditemukan adanya penurunan pada hasil uji kekerasan dan untuk itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut.

Daftar Pustaka
[1]. Browning, B.L. The Chemistry of Wood. Interscience, 687 p. New York, 1963.
[2]. Fessenden, Fessenden. Penerjemah. Hadyana, Alaysius. Kimia Organik, edisi 3, hlm. 414-418.
Jakarta: Erlangga, 1997.
[3]. Morrison, Boyd. Organic Chemistry , Fifth edition. New Delhi : Prentice Hall of India, 1990.
[4]. Muin, H., E. Ratnaningsih., Oei Ban Liang., dan N.M. Surdia. Oksidasi Pada Linear Low Density
Polyetylene dalam Journal Matematika Sains Institut Teknologi Bandung, hlm.372-381. Bandung 4
Juli 2000.
[5]. Muin, H., Oei Ban Liang, E.Ratnaningsih dan N.M.Surdia. Oksidasi Linear Low Density
Polyethylene dengan Kalium Permanganat, Proceeding The 4th ITB-UKM Join Seminar On
Chemistry, hlm. 511-516. Jogjakarta 12-13 April, 2000.
[6]. Silverstein, dkk. Spectrometric Identification of Organic Compunds, Fifth edition. Canada : John
Wiley & Sons, inc, 1991.
[7]. Stevens, Malcom R., Penerjemah. Sofyan, Iis. Kimia Polimer, hlm. 342-345, Jakarta: Pradnya
Paramita, 2001.
[8]. Surdia Tata, Saito. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta Pusat : Pradnya Paramita, 1985.
[9]. Tim Pengembangan dan pelayanan Teknologi Industri Kulit, Karet dan Plastik. Laporan Diseminasi
Penanganan Sampah Plastik di Semarang. Yogyakarta, 2002.
[10]. Tomo, H.S.S., Swathatafrijiah, W., dan Asror Fatich. Pengaruh Sifat Non Polar untuk
MaterialKomposit Kayu terhadap Sifat Mekanis, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
Indonesia 2003, hlm. MB05 -1 MB05-5, Jogjakarta. 16-17 September 2003.

Anda mungkin juga menyukai