yang merupakan pemekaran dari wilayah provinsi Maluku.Kepulauan Maluku terdiri dari 21
daerah otonom baik yang berupa daerah otonom kabupaten maupun daerah otonom kota.
Sebagai wilayah kepulauan, Maluku memiliki banyak pulau kecil terluar yang langsung
berbatasan dengan negara tetangga.
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..1 Wilayah
Administrasi Kabupaten/Kota Di Kepulauan Maluku
No Kabupaten/Kota Luas (km2) Persentase Jumlah Jumlah Kawasan Tipologi
Luas Wilayah Pulau Pulau Perkotaan Kawasan
Berpend Utama Perkotaan
uduk Utama
Kabupaten
1. Halmahera Barat 1 704,20 5,33 123 2 Jailolo dan Kota Kecil
Sidangoli
2. Halmahera Tengah 2 653,76 8,3 37 2 Weda Kota Kecil
3. Kepulauan Sula 3 304,32 10,33 16 2 Sanana Kota Kecil
4. Halmahera Selatan 8 148,90 25,48 369 35 Labuha Kota Sedang
Guruapin Kota Kecil
Saketa Kota Kecil
Mafa Kota Kecil
Babang Kota Kecil
5. Halmahera Utara 3 896,90 12,18 112 11 Tobelo Kota Sedang
Galela Kota Kecil
Malifut Kota Kecil
Kao Kota Kecil
6. Halmahera Timur 6 571,37 20,55 42 12 Maba Kota Kecil
7. Pulau Morotai 2 476,00 7,74 33 7 Daruba Kota Kecil
8. Pulau Taliabu 1 469,93 4,6 2 2 Bobong Kota Kecil
Kota
1. Ternate 111,39 0,35 8 8 Ternate Kota Besar
2. Tidore Kepulauan 1 645,73 5,14 12 4 Tidore dan Kota Besar
Sofifi
Maluku Utara 31 982,50 100
Apabila dilihat berdasarkan entitas pulau, Pulau Halmahera merupakan pulau terbesar di
Kepulauan Maluku dengan luas lebih kurang 17.780km 2. Pulau terbesar kedua adalah Pulau
Seram dengan luas lebih kurang 17.100 km 2. Adapun distribusi kabupaten berdasarkan lokasi
pulau dan distribusi pulau berpenduduk di Kepulauan Maluku dapat diikuti pada tabel berikut.
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..2 Pulau
Berpenduduk di Kepulauan Maluku 2016
Tipologi Kawasan
Kawasan
No Nama Pulau Kabupaten/Kota Penduduk Perkotaan/Perdes
Perkotaan
aan
Gambaran lebih jelas karakter wilayah Kepulauan Maluku dapat diikuti pada gambar berikut.
Gambar Wilayah Kepulauan Maluku Berdasarkan Administrasi Kabupaten
Kepulauan Maluku memiliki karakter topografi yang beragam baik berupa dataran rendah di
pesisir, perbukitan dan pegunungan. Sebagian besar wilayah Kepulauan Maluku memiliki
morfologi yang bergunung dan berbukit-bukit. Kepulauan Maluku juga memiliki pulau-pulau
vulkanis dan pulau karang, sedangkan sebagian lainnya merupakan dataran. Kondisi
topografi Kepulauan Maluku beraneka ragam yaitu mulai dari dataran rendah yang landai,
perbukitan dan pegunungan yang curam dan sangat curam dengan bentuk wilayah mulai
bentuk pantai, teras berbukit dan pegunungan. Ketinggian tempat bervariasi dari 0 mdpl
hingga 3024mdpl.
Pulau Halmahera mempunyai banyak pegunungan yang rapat mulai dari Teluk Kao, Teluk
Buli, Teluk Weda, Teluk Payahe dan Dodinga. Disetiap daerah terdapat punggung gunung
yang merapat ke pesisir, sedangkan pada daerah sekitar Teluk Buli (di Timur) sampai Teluk
Kao (di Utara), pesisir barat mulai dari Teluk Jailolo ke utara dan Teluk Weda ke selatan dan
utara ditemui daerah dataran yang luas. Topografi pada pulau Halmahera berkisar antara
0mdpl hingga 1634mdpl yang berada pada sekitar Gunung Ibu di Kecamatan Ibu Selatan.
Bagian tengah dari Pulau Halmahera merupakan wilayah perbukitan dengan lereng pendek
dan curam.
Pada sisi barat Pulau Halmahera terdapat Pulau Ternate dan Pulau Tidore yang merupakan
pulau yang memiliki gunung berapi aktif. Titik tertinggi pada kedua Pulau tersebut berada di
sekitar Gunung Gamalama di Pulau Ternate dan Tidore di Pulau Tidore. Karakter lereng pada
kedua pulau curam dengan kisaran kelerengan sebesar 24%-66%. Gambaran lebih rinci pola
kelerengan pada beberapa pulau besar di Kepulauan Maluku dapat diikuti pada tabel berikut.
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..3 Kelerengan Pada Beberapa Pulau Besar di
Kepulauan Maluku
MANDALA BUSUR
KEPULAUAN GUNUNG
API
MANDALA
HALMAHERA BARAT
MANDALA SULAWESI
TIMUR
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..4 Curah Hujan di
Wilayah Maluku Utara 2012-2017
Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1. Kabupaten 1500-2000 2000-3000 3000-4000 1.500 - 2.000 1000-1500 1500-2000
Halmahera Barat
2. Kabupaten 1510-2000 2000-3000 3000-4000 1.695 - 2.570 2000-3000 1500-2000
Halmahera
Tengah
3. Kabupaten 1500-3000 2000-3000 3000-4000 1.500 - 4.500 1000-1500 1000-1500
Halmahera Utara
4. Kabupaten 2000-3000 1500-2000 2000-3000 1.000 - 2.000 2000-3000 1500-2000
Halmahera
Selatan
5. Kabupaten 1500-2000 2000-3000 3000-4000 1.695 - 2.570 2000-3000 1500-2000
Halmahera Timur
6. Kabupaten 1000-1500 1000-1500 1500-2000 1.000 - 2.000 1000-1500 2000-3000
Kepulauan Sula
7. Kabupaten 1000-1500 1000-1500 1500-2000 1.000 - 2.000 1000-1500 2000-3000
Pulau Taliabu
8. Kabupaten 1000-1500 2000-3000 3000-4000 1.500 - 4.500 2000-3000 1000-1500
Morotai
9. Kota Ternate 1500-2000 1000-1500 1500-2000 2.000 - 2.500 1.000 - 2.000 1500-2000
10. Kota Tidore 1500-2000 1000-1500 1500-2000 2.000 - 2.500 1000-2000 1500-2000
Kepulauan
Sumber: BMKG Maluku Utara
Gambar Jenis Tanah di Pulau Halmahera dsk
Kepulauan Maluku memiliki kerawanan bencana alam yang cukup beragam, mulai dari
kerawanan bencana gempa bumi, kerawanan bencana banjir, kerawanan bencana longsor
dan kerawanan bencana gunung berapi dan cuaca ekstrim. Berdasarkan pada buku IRBI
2016, wilayah Kepulauan Maluku dikategorikan sebagai wilayah dengan kategori bencana
sedang-tinggi.
Gambar Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..2 Indeks
Risiko Bencana Multi Hazard di Kepulauan Maluku
Sumber: IRBI 2016
1. Kerawanan Bencana Pulau Halmahera
Wilayah kepulauan Halmahera yang terdiri ata Pulau Halmahera, Motorai, Obi, Bacan,
Ternate dan Tidore memiliki tingkat kerawanan bencana gempa bumi dalam kategori rendah
hingga tinggi. Tingkat kerawanan gempa rendah memiliki tingkat goncangan skala V-VI MMI.
Tingkat kerawanan bencana gempa menengah memiliki tingkat goncangan skala VII-VIII MMI.
Pada tingkat kerawanan gempa rendah berpotensi menyebabkan retakan tanah dan
pergeseran tanah dalam skala kecil, pelulukan dan longsoran pada daerah dengan lereng
curam. Tingkat kerawanan gempa tinggi memiliki tingkat goncangan skala lebih besar dari
skala VIII MMI. Pada tingkatan kerawanan gempa tinggi berpotensi untuk menimbulkan
retakan tanah, pelulukan dan longsoran pada lereng terjal dan pergeseran tanah. Bangunan
pada lokasi dengan tingkat kerawanan tinggi apabila tidak dibangun dengan standar
bangunan tahan gempa akan berisiko mengalami kerusakan parah saat gempa terjadi. Pada
Pulau Halmahera tingkat kerawanan gempa terdiri dari tingkat kerawanan rendah hingga
menengah pada sebagian besar pulau, tingkat kerawanan tinggi terdapat di lengan selatan
Pulau Halmahera, tepatnya pada wilayah Kecamatan Gane Barat, Gane Timur Tengah, Gane
Timur Selatan. Pada wilayah Pulau Morotai tingkat kerawanan bencana gempa pada tingkat
rendah-sedang. Pada wilayah Kepulauan Bacan tingkat kerawanan gempa dalam kategori
rendah hingga tinggi. Tingkat kerawanan tinggi terdapat di bagian selatan Pulau Bacan, yaitu
di Kecamatan Bacan Selatan, Bacan Timur, Mandioli Utara dan Mandioli Selatan.
Jika dibandingkan dengan peta gempa 2017 (september 2017) terdapat satu perbedaan
antara assesment BNPB dengan peta gempa 2017. Pada wilayah halmahera bagian utara
dan morotai merupakan daerah dengan kerawanan gempa yang tinggi. Sebagai konsekuensi
pada kawasan tersebut yang notabene merupakan pengembangan aktivitas ekonomi di masa
mendatang harus seluruh bangunan yang dikembangkan harus memilki kualifikasi standar
tahan gempa.
Gambaran lebih jelas tingkat kerawanan bencana gempa di Kepulauan Halmahera dapat
diikuti gambar berikut.
Gambar Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..3 Peta Kerawanan Gempa di Pulau Halmahera dan
Sekitarnya
Sumber: BNPB, 2017
Gambar Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..4 Peta Percepatan Gempa di Pulau Halmahera dan
Sekitarnya Tahun 2017
Sumber: BNPB, 2017
Gambar Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..5 Peta Kerawanan Bencana Longsor di Kepulauan
Halmahera
Sumber: KESDM, 2013
Gambar Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..6 Peta Kerawanan Banjir Kepulauan Halmahera
Sumber: BNPB, 2017
Selain bencana gempa, wilayah Kepulauan Halmahera juga dihadapkan pada kerawanan
bencana longsor. Kerawanan bencana longsor pada Pulau Halmahera masuk dalam kategori
sangat rendah hingga sedang. Faktor pemicu tingkat kerawanan longsor pada pulau
Halmahera tidak terlepas dari karakter jenis tanah dan kemiringan lereng yang didominasi
oleh jenis lereng curam. Wilayah dengan tingkat kerawanan longsor sedang terdapat di
wilayah lengan timur dari Pulau Halmahera. Implikasi dari kondisi kerawanan longsor tentu
harus disikapi dengan upaya yang sifatnya mitigatif antara lain pada ruas jalan yang melintas
perbukitan/pegunungan dengan lereng curam maka sebaiknya dilengkapi dengan bangunan
perkuatan tebing atau jika memungkinkan cukup lahan perlu dilakukan pelandaian tebing
dengan sistem terasering untuk mengurangi tingkat kerawanan longsor yang akan menimpa
badan jalan.
Bencana ketiga yang potensial terhadi di Pulau Halmahera dan sekitarnya adalah bencana
gunung berapi. Berdasarkan data BNPB sedikitnya terdapat empat gunung yang memiliki
tingkat kerawasan bencana di Pulau Halmahera yaitu Gunung Dukono, Gunung Ibu, Gunung
Gamalama di Pulau Ternate dan Makian di Pulau Makian.
Bencana cuaca ekstrim juga rawan terjadi di wilayah pesisir Pulau Halmahera dan pulau-
pulau kecil di sekitarnya. BNPB (2017) telah menetapkan kawasan-kawasan di Pulau
Halmahera yang memiliki kerentanan terhadap bencana cuaca ekstrim yang dapat berupa
angin ribut maupun gelombang tinggi.Berdasarkan pada kondisi kerawanan bencana terlihat
bahwa faktor kebencanaan memberikan satu implikasi terhadap permukiman dan aset
infrastruktur PUPR khususnya jalan yang terdapat di Pulau Halmahera. Bangunan rumah
pada kawasan dengan tingkat kebencanaan gempa menengah dan tinggi harus dibangun
dengan standar bangunan tahan gempa dan menggunakan material bangunan yang ringan
untuk mengurangi ancaman terhadap penghuni apabila bangunan runtuh. Adapun rincian
aset infrastruktur jalan di Pulau Halmahera dan sekitarnya yang memiliki kerawanan terhadap
bencana adalah sebagai berikut.
TabelKesalahan! Tidakada teksdarigayayangditentukandalamdokumen..5RuasJalanNasionalYangMemilikiKerawananBencanadiPulauHalmahera
Tingkat Kerawanan Bencana
No Panjang
Ruas Nama Ruas Lintas Pulau (km) Morfologi Rekomendasi
Gempa Banjir Longsor Gunung Api
001 LAP. TERBANG - GALELA JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 10.96 Pesisir Menengah Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
002 GALELA - TOBELO JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 26.82 Pesisir Menengah- Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Rendah Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
002.11 TOBELO - DERMAGA FERRY JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 0.19 Pesisir Rendah Menengah Rendah Tidak Rawan Dukungan
Pengendalian Banjir
dan Sistem Drainase
Perkotaan Tobelo
002.12 TOBELO - PELABUHAN JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 0.13 Pesisir Rendah Menengah Rendah Tidak Rawan Dukungan
Pengendalian Banjir
dan Sistem Drainase
Perkotaan Tobelo
003 TOBELO - PODIWANG JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 48.47 Pesisir Rendah Rendah Rendah Tidak Rawan
004 PODIWANG - KAO JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 32.32 Pesisir Menengah Rendah Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
jalan tahan gempa
005 KAO - BOSO JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 71.49 Pesisir Menengah Rendah- Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Menengah Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
006 BOSO - SIDANGOLI (DERMAGA JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 22.63 Pesisir Rendah- Menengah Rendah- Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
FERY) Menengah Menengah Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
008 BOSO - SIMP. DODINGA JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 1.99 Pegunungan Rendah Menengah Rendah Tidak Rawan Dukungan
Pengendalian Banjir
009 SIMP. DODINGA - SOFIFI JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 40.22 Pesisir Rendah Rendah Rendah Tidak Rawan
010 SOFIFI - AKELAMO JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 33.05 Pesisir Rendah Rendah Rendah Tidak Rawan
011 AKELAMO (KM.60 ) - PAYAHE JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 48.95 Pesisir Menengah Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
012 PAYAHE - W E D A JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 21.83 Pegunungan Rendah Menengah Rendah Tidak Rawan Dukungan
dan Pengendalian Banjir
Perbukitan
013 WEDA - MAFA Halmahera 50 Pesisir Menengah Rendah Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
jalan tahan gempa
014 MAFA - MATUTING Halmahera 43 Pesisir Tinggi Rendah Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
jalan tahan gempa
Tingkat Kerawanan Bencana
No Panjang
Ruas Nama Ruas Lintas Pulau (km) Morfologi Rekomendasi
Gempa Banjir Longsor Gunung Api
015 MATUTING - SAKETA Halmahera 21 Perbukitan Tinggi Rendah Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
jalan tahan gempa
016 SP. DODINGA - BOBANEIGO NON LINTAS Halmahera 2.89 Pegunungan Menengah Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Perkuatan Tebing
Dukungan
Pengendalian Banjir
017 BOBANEIGO - EKOR Halmahera 39.35 Perbukitan Menengah Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
018 EKOR - SUBAIM Halmahera 63.45 Pegunungan Rendah- Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Menengah Jalan Tahan Gempa,
Perkuatan Tebing
Dukungan
Pengendalian Banjir
019 SUBAIM - BULI Halmahera 51.47 Perbukitan Menengah Menengah Rendah- Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
dan Menengah Jalan Tahan Gempa,
Pegunungan Perkuatan Tebing
Dukungan
Pengendalian Banjir
031 BULI - MABA Halmahera 42.6 Pegunungan Rendah Menengah Menengah Tidak Rawan Dukungan
Pengendalian Banjir
034 WEDA - SAGEA Halmahera 60.8 Perbukitan Menengah Menengah Rendah- Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Menengah Jalan Tahan Gempa,
Perkuatan Tebing
Dukungan
Pengendalian Banjir
035 SAGEA - PATANI Halmahera 89.7 Perbukitan Menengah Tidak Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
Rawan jalan tahan gempa,
perkuatan tebing
034 WEDA - SAGEA Halmahera 60.8 Perbukitan Menengah Tidak Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
Rawan jalan tahan gempa,
perkuatan tebing
035 SAGEA - PATANI Halmahera 89.7 Perbukitan Menengah Tidak Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
Rawan jalan tahan gempa,
perkuatan tebing
20 BTS. KOTA DARUBA - SANGOWO NON LINTAS Morotai 32.04 Pesisir Menengah Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
20.11 JLN. TRANS DARAME (DARUBA) NON LINTAS Morotai 1.7 Pesisir Menengah Menengah Sangat Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
Tingkat Kerawanan Bencana
No Panjang
Ruas Nama Ruas Lintas Pulau (km) Morfologi Rekomendasi
Gempa Banjir Longsor Gunung Api
20.12 JLN. KH. ACHMAD SYUKUR NON LINTAS Morotai 1.06 Pesisir Menengah Menengah Sangat Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
(DARUBA) Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
20.13 JL. TUGU PANCASILA (DARUBA) NON LINTAS Morotai 0.3 Pesisir Menengah Menengah Sangat Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
20.14 JLN.MERDEKA (DARUBA) NON LINTAS Morotai 1.7 Pesisir Menengah Menengah Sangat Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
20.15 JLN. DERMAGA FERRY (DARUBA) NON LINTAS Morotai 3.41 Pesisir Menengah Menengah Sangat Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
20.16 JALAN RAYA DARUBA (DARUBA) NON LINTAS Morotai 2.8 Pesisir Menengah Menengah Sangat Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
21 DAEO/SANGOWO - BERE BERE NON LINTAS Morotai 43.83 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
22 BERE-BERE - SOFI Morotai 54 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
24 WAYABULA - DARUBA Morotai 52.95 Pesisir Menengah Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
25 BABANG - LABUHA NON LINTAS Bacan 16.48 Perbukitan Menengah-Tinggi Rendah Menengah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
dan Jalan Tahan Gempa,
Pegunungan Dukungan
Pengendalian Banjir
26 SP. JAMBULA - SP. DUFA-DUFA NON LINTAS Ternate 27.95 Pesisir Rendah Tidak Menengah Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.11 JLN. BANDARA BABULLAH NON LINTAS Ternate 0.8 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
(TERNATE) Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.12 JLN. PEMUDA (TERNATE) NON LINTAS Ternate 2.2 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.13 JLN. SULTAN KHAIRUN (TERNATE) NON LINTAS Ternate 0.72 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
Tingkat Kerawanan Bencana
No Panjang
Ruas Nama Ruas Lintas Pulau (km) Morfologi Rekomendasi
Gempa Banjir Longsor Gunung Api
26.14 JLN. MERDEKA (TERNATE) NON LINTAS Ternate 0.48 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.15 JLN. ARNOLD MONONUTU NON LINTAS Ternate 0.7 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
(TERNATE) Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.16 JLN. JEND. A. YANI (TERNATE) NON LINTAS Ternate 0.49 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.17 JLN. HASAN ESA (TERNATE) NON LINTAS Ternate 0.88 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.18 JLN. MANGGA DUA (TERNATE) NON LINTAS Ternate 0.92 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.19 JLN. BASTIONG (TERNATE) NON LINTAS Ternate 0.99 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
026.1A DERMAGA FERRY - BASTIONG NON LINTAS Ternate 0.22 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
026.1B JLN. BASTIONG - JAMBULA NON LINTAS Ternate 6.98 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
026.1C JLN. BATU ANGUS NON LINTAS Ternate 0.8 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
27.11 JLN. PATTIMURA (TIDORE) Tidore 0.65 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
27.12 JLN. JEND. AHMAD YANI (TIDORE) Tidore 1.8 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
27.13 JLN. PELABUHAN GOTO (TIDORE) Tidore 2.6 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
27.14 JLN. FRANS KAISEIPO (TIDORE) Tidore 2.18 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
27.15 JLN. DAUD UMAR (TIDORE) Tidore 15.43 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
27.16 JLN. SULTAN SYAIFUDIN (TIDORE) Tidore 25.24 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
32 JLN. P. GEBE Gebe 4.61 Perbukitan Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
dan Rawan
Pegunungan
Tingkat Kerawanan Bencana
No Panjang
Ruas Nama Ruas Lintas Pulau (km) Morfologi Rekomendasi
Gempa Banjir Longsor Gunung Api
33 BANDARA GEBE - UMERA Gebe 16.4 Perbukitan Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
dan Rawan
Pegunungan
Sumber: BNPB, 2017, KementerianESDM,2013, BPJNXVI, 2017
Pada wilayah Provinsi Maluku, jumlah penduduk terbesar terdapat di wilayah Kota Ambon
dan Kabupaten Maluku Tengah dengan jumlah penduduk masing-masing adalah 427 ribu jiwa
(Kota Ambon) dan 370 ribu jiwa (Maluku Tengah). Wilayah otonom dengan jumlah penduduk
paling sedikit terdapat di wilayah Kabupaten Buru Selatan.
Jumlah penduduk di Provinsi Maluku Utara yang lebih kurang berjumlah 1.2 juta jiwa,
sebagian besar terditribusi pada wilayah Pulau Halmahera. Wilayah otonom dengan jumlah
penduduk terbesar adalah Kabupaten Halmahera Selatan dengan jumlah penduduk lebih
kurang 220 ribu jiwa. Jumlah penduduk paling sedikit terdapat di wilayah Kabupaten
Halmahera Tengah dengan jumlah penduduk sekitar 50 ribu jiwa.
8 T alia b u P u l a u T ali a b u 1469.93 47493 48140 48875 49507 50066 50713 51036
9 T ern ate T ern ate 111.39 187322 192392 197566 202728 207789 212997 215600
Tid or e,
10 Tid or e K e p ula u a n 1645.73 90532 91881 93296 94498 95814 96983 97567
H al m a h er a
M alu k u Utara 31982.5 1043350 1067173 1091101 1114868 1138666 1162395 1174259
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..8 Prakiraan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di
Kepulauan Maluku 2018-2038
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..9 Prakiraan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di
Kepulauan Maluku 2018-2038 (lanjutan)
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..10 Prakiraan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di
Kepulauan Maluku 2018-2038 (lanjutan)
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..11 Laju
pertumbuhan penduduk di Kepulauan Maluku 2011-2016
No Pulau Kabupaten/Kota Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Halmahera Halmahera Barat 1.98% 1.87% 1.89% 1.85% 1.80% 0.89%
Kepadatan penduduk rata-rata per kabupaten/kota di wilayah Kepulauan Maluku pada 2016
adalah sebesar 185 jiwa per km 2. Daerah otonom paling tinggi kepadatannya adalah Kota Ternate
(1936 jiwa/km 2) dan Kota Ambon (1191 jiwa per km 2). Sedangkan daerah otonom dengan
kepadatan paling rendah adalah Kabupaten Maluku Barat Daya dengan kepadatan penduduk 8
jiwa per km 2. Gambaran lebih rinci dari pola kepadatan penduduk di Kepulauan Maluku
selengkapnya dapat diikuti pada tabel 2.16 berikut.
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..12 Pola
Kepadatan Penduduk di Kepulauan Maluku
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
No Pulau
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Halmahera Halmahera Barat 59 60 61 63 64 65 66
2 Halmahera Halmahera Tengah 16 17 17 18 18 19 19
Mangoli dan
3 Sulabes Kepulauan Sula 26 26 27 28 28 29 29
Halmahera, Bacan,
4 Obi, Makian Halmahera Selatan 24 25 25 26 26 27 27
5 Halmahera Halmahera Utara 42 43 44 44 45 46 47
6 Halmahera, Gebe Halmahera Timur 11 12 12 12 13 13 13
7 Morotai Pulau Morotai 21 22 23 23 24 25 25
8 Taliabu Pulau Taliabu 32 33 33 34 34 35 35
9 Ternate Ternate 1682 1727 1774 1820 1865 1912 1936
10 Tidore, Halmahera Tidore Kepulauan 55 56 57 57 58 59 59
Maluku Utara 33 33 34 35 36 36 37
Kesejahteraan dapat diukur dengan berbagai macam parameter antara lain tingkat pendidikan,
angka harapan hidup, pendapatan per kapita dan sebagainya. Salah satu alat ukur yang paling
umum digunakan dalam penilaian kesejahteraan masyarakat adalah dengan menggunakan
indikator indeks pembangunan manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur
capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai
ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut
mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi
tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi
kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi
pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli
masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran
per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup
layak1.
1
UNDP, 1990 dalam http://papua.bps.go.id/Subjek/view/id/26#subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1
Berdasarkan pada data IPM di Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara terlihat bahwa seluruh
kabupaten/kota di kedua provinsi memiliki nilai indeks pembangunan manusia yang lebih rendah
dari IPM Nasional. Rata-rata IPM di Provinsi Maluku adalah sebesar 67.05 pada tahun 2015,
sedangkan IPM di Provinsi Maluku Utara adalah 65.59. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
masyarakat di Kepulauan Maluku masih belum dapat sepenuhnya menikmati hasil
pembangunan. Kondisi ini tidak terlepas dari minimnya infrastruktur dasar dan juga minimnya
akses masyarakat akan pendidikan dan kesehatan. Gambaran lebih rinci IPM pada masing-
masing kabupaten/kota di Kepulauan Maluku selengkapnya dapat diikuti pada tabel berikut.
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..13 IPM
Kepulauan Maluku per Kabupaten/Kota 2010-2016
Tingkat kemiskinan di Kepulauan Maluku juga sangat tinggi, rata-rata angka kemiskinan di
masing-masing kabupaten jauh diatas angka kemiskinan nasional. Kabupaten dengan tingkat
kemiskinan paling tinggi adalah kabupaten yang berada pada wilayah perbatasan negara yaitu
Kabupaten Maluku Barat Daya dengan angka kemiskinan sebesar 31%, Kabupaten Maluku
Tenggara Barat dengan angka kemiskinan sebesar 28%, sedangkan pada wilayah Maluku Utara
daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di Kabupaten Halmahera Timur dengan
angka kemiskinan sebesar 15.62%. Gambaran lebih rinci tingkat kemiskinan di Kepulauan
Maluku dapat diikuti pada tabel berikut.
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..14 Persentase
Kemiskinan di Kepulauan Maluku per Kabupaten/Kota 2010-2016
Persentase Penduduk Miskin
No Pulau Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Halmahera Halmahera Barat 12.75% 13.02% 10.59% 9.83% 9.60% 9.76% 8.81%
Halmahera, Halmahera
2 Gebe Tengah 23.26% 22.58% 18.15% 17.63% 17.00% 15.10% 14.06%
Mangoli dan
3 Sulabes Kepulauan Sula 16.59% 16.24% 13.09% 14.22% 13.52% 9.47% 9.14%
Halmahera,
Bacan, Obi, Halmahera
4 Makian Selatan 8.31% 8.15% 6.60% 6.09% 5.89% 4.59% 4.08%
5 Halmahera Halmahera Utara 8.67% 8.49% 6.84% 5.95% 5.77% 4.97% 4.17%
6 Halmahera Halmahera Timur 21.25% 20.57% 16.51% 16.52% 16.04% 15.62% 15.62%
7 Morotai Pulau Morotai 11.91% 11.58% 9.28% 9.21% 8.80% 8.38% 7.12%
8 Taliabu Pulau Taliabu 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 7.00% 7.31%
9 Ternate Ternate 5.29% 5.15% 4.15% 3.26% 3.18% 2.99% 2.66%
Tidore,
10 Halmahera Tidore Kepulauan 7.51% 7.40% 6.00% 5.82% 5.73% 5.36% 5.08%
Maluku Utara 10.26% 10.03% 8.08% 7.68% 7.45% 6.87% 6.36%
Struktur perekonomian Provinsi Maluku dan Maluku utara kurang lebih memiliki karakter yang
sama dengan Pulau Papua, dimana sektor pertanian dalam arti luas masih menjadi sektor utama
penopang perekonomian wilayah, disusul sektor perdagangan dan jasa, industri pengolahan dan
pertambangan. Sektor pertanian cenderung mengalami penurunan peran dari tahun ke tahun,
kondisi ini tidak terlepas dari kontribusi sektor pertanian terhadap peningkatan pendapatan
petani, sehingga para petani cenderung beralih fungsi mata pencaharian lain. Dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata maka upaya pengembangan infrastruktur
PUPR untuk menopang sistem produksi di masing-masing pulau sangat dibutuhkan.
Pengembangan infrastruktur yang sangat dibutuhkan dalam rangka mendorong pertumbuhan
perekonomian wilayah di Kepulauan Maluku adalah infrastruktur yang berkaitan atau mendukung
sistem produksi pertanian tanaman pangan dan perikanan serta sistem infrastruktur yang
mendukung sistem distribusi logistik dari pusat-pusat produksi pertanian menuju pusat
pemasaran dan pusat-pusat pusat permukiman di masing-masing pulau. Keberadaan
infrastruktur penunjang distribusi barang akan sangat membantu dalam rangka meningkatkan
arus barang antar pulau di wilayah Kepulauan Maluku. Pengembangan infrastruktur penghubung
antar pusat produksi pertanian pada kawasan perdesaan perlu mendapatkan skala prioritas
dalam pembangunan jangka menengah 2020-2024. Pengembangan infrastruktur ini diharapkan
akan mendorong perkembangan aktivitas ekonomi dan memperkuat rantai nilai produksi yang
akan memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan dan perekonomian wilayah.
Dengan perkembangan sistem rantai nilai ekonomi maka konsep WPS yang didorong oleh
kementerian PUPR akan dapat menemui sasaran yang diharapkan yaitu memperkuat sistem
klaster ekonomi pada masing-masing WPS. Gambaran lebih jelas struktur perekonomian Provinsi
Maluku dan Maluku Utara dapat diikuti pada tabel dan grafik berikut.
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..15 Struktur
Perekonomian Provinsi Maluku Utara 2010-2016
Sektor
Kode Perekonomian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian,
A Kehutanan, dan 26.27% 25.66% 25.53% 24.86% 24.27% 23.26% 22.93%
Perikanan
Pertambangan dan
B 13.57% 13.07% 12.60% 12.17% 10.06% 10.09% 9.39%
Penggalian
C Industri Pengolahan 5.67% 5.44% 5.25% 5.25% 5.49% 5.38% 5.85%
Pengadaan Listrik,
D 0.06% 0.07% 0.07% 0.07% 0.08% 0.09% 0.11%
Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
E 0.09% 0.09% 0.09% 0.08% 0.09% 0.09% 0.09%
Sampah, Limbah dan
Daur Ulang
F Konstruksi 5.80% 6.00% 6.40% 6.25% 6.29% 6.53% 6.66%
Perdagangan Besar
dan Eceran, dan
G 15.04% 15.17% 15.57% 16.52% 17.58% 17.95% 18.17%
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi dan
H 5.38% 5.32% 5.35% 5.36% 5.56% 5.63% 5.80%
Pergudangan
Penyediaan
I Akomodasi dan 0.44% 0.44% 0.43% 0.42% 0.44% 0.43% 0.46%
Makan Minum
Informasi dan
J 3.74% 3.82% 3.87% 3.98% 4.23% 4.35% 4.47%
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
K 2.05% 2.61% 2.77% 2.83% 2.80% 2.92% 3.12%
Asuransi
L Real Estate 0.11% 0.12% 0.12% 0.11% 0.12% 0.12% 0.12%
M,N Jasa Perusahaan 0.33% 0.33% 0.33% 0.34% 0.34% 0.34% 0.34%
Administrasi
Pemerintahan,
O 15.15% 15.58% 15.38% 15.51% 16.27% 16.38% 16.02%
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 3.46% 3.49% 3.45% 3.39% 3.43% 3.47% 3.46%
Jasa Kesehatan dan
Q 2.00% 2.01% 2.00% 2.08% 2.15% 2.16% 2.17%
Kegiatan Sosial
R,S,T,
Jasa lainnya 0.83% 0.80% 0.80% 0.79% 0.80% 0.82% 0.85%
U
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Total PDRB 100.00%
% % % % % %
Sumber: BPS Maluku Utara, 2017
Gambar Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..7 Struktur
Perekonomian Provinsi Maluku Utara 2010 dan 2016
Sumber: BPS Maluku, 2017
Kondisi yang sama di Provinsi Maluku Utara, sektor pertanian mengalami konstraksi, perannya
menurun 4% dalam rentang waktu lima tahun terakhir. Sektor perdagangan mengalami
peningkatan peran menjadi 18% pada 2016 dari sebelumnya 15% pada 2010.