Anda di halaman 1dari 45

Kepulauan Maluku terdiri atas dua provinsi yaitu Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara

yang merupakan pemekaran dari wilayah provinsi Maluku.Kepulauan Maluku terdiri dari 21
daerah otonom baik yang berupa daerah otonom kabupaten maupun daerah otonom kota.
Sebagai wilayah kepulauan, Maluku memiliki banyak pulau kecil terluar yang langsung
berbatasan dengan negara tetangga.

Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..1 Wilayah
Administrasi Kabupaten/Kota Di Kepulauan Maluku
No Kabupaten/Kota Luas (km2) Persentase Jumlah Jumlah Kawasan Tipologi
Luas Wilayah Pulau Pulau Perkotaan Kawasan
Berpend Utama Perkotaan
uduk Utama
Kabupaten
1. Halmahera Barat 1 704,20 5,33 123 2 Jailolo dan Kota Kecil
Sidangoli
2. Halmahera Tengah 2 653,76 8,3 37 2 Weda Kota Kecil
3. Kepulauan Sula 3 304,32 10,33 16 2 Sanana Kota Kecil
4. Halmahera Selatan 8 148,90 25,48 369 35 Labuha Kota Sedang
Guruapin Kota Kecil
Saketa Kota Kecil
Mafa Kota Kecil
Babang Kota Kecil
5. Halmahera Utara 3 896,90 12,18 112 11 Tobelo Kota Sedang
Galela Kota Kecil
Malifut Kota Kecil
Kao Kota Kecil
6. Halmahera Timur 6 571,37 20,55 42 12 Maba Kota Kecil
7. Pulau Morotai 2 476,00 7,74 33 7 Daruba Kota Kecil
8. Pulau Taliabu 1 469,93 4,6 2 2 Bobong Kota Kecil
Kota
1. Ternate 111,39 0,35 8 8 Ternate Kota Besar
2. Tidore Kepulauan 1 645,73 5,14 12 4 Tidore dan Kota Besar
Sofifi
Maluku Utara 31 982,50 100

Apabila dilihat berdasarkan entitas pulau, Pulau Halmahera merupakan pulau terbesar di
Kepulauan Maluku dengan luas lebih kurang 17.780km 2. Pulau terbesar kedua adalah Pulau
Seram dengan luas lebih kurang 17.100 km 2. Adapun distribusi kabupaten berdasarkan lokasi
pulau dan distribusi pulau berpenduduk di Kepulauan Maluku dapat diikuti pada tabel berikut.

Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..2 Pulau
Berpenduduk di Kepulauan Maluku 2016
Tipologi Kawasan
Kawasan
No Nama Pulau Kabupaten/Kota Penduduk Perkotaan/Perdes
Perkotaan
aan

1 Morotai Morotai 61553 Daruba Kota Kecil


Tobelo Kota Sedang
Galela Kota Kecil
2 Halmahera Halmahera Utara 181888 Malifut Kota Kecil
Tipologi Kawasan
Kawasan
No Nama Pulau Kabupaten/Kota Penduduk Perkotaan/Perdes
Perkotaan
aan
Kao Kota Kecil
Jailolo dan Kota Kecil
Halmahera Barat 111702 Sidangoli
Halmahera Timur 86282 Maba Kota Kecil

Tidore Kepulauan 42666 Sofifi Kota Besar


Guruapin Kota Kecil
Saketa Kota Kecil
Halmahera Selatan 39593 Mafa Kota Kecil
Halmahera Tengah 41624 Weda Kota Kecil
Labuha Kota Kecil
3 Bacan Halmahera Selatan 71876 Babang Kota Kecil
4 Obi Halmahera Selatan 44942 Laiwui Kota Kecil
5 Mandioli Halmahera Selatan 9577 Perdesaan Pesisir
6 Batang Lomang Halmahera Selatan 6603 Perdesaan Pesisir
7 Kasiruta Halmahera Selatan 9206 Perdesaan Pesisir
8 Kayoa Halmahera Selatan 17936 Perdesaan Pesisir
9 Lata-lata Halmahera Selatan 3753 Perdesaan Pesisir
10 Makian Halmahera Selatan 13374 Waikyon Kota Kecil
11 Kepulauan Joronga Halmahera Selatan 5644 Perdesaan
12 Ternate Kota Ternate 207611 Ternate Kota Besar
13 Pulau Hiri Kota Ternate 3070 Perdesaan Pesisir
14 Pulau Moti Kota Ternate 4919 Perdesaan Pesisir
15 Tidore Kota Tidore 54901 Tidore Kota Besar
16 Pulau Gebe Halmahera Tengah 8890 Patani Kota Kecil
17 Sulabes Kepulauan Sula 56636 Sanana Kota Kecil
18 Mangole Kepulauan Sula 39247 Falabisahaya Kota Kecil
19 Taliabu Pulau Taliabu 51036 Bobong Kota Kecil
Provinsi Maluku Utara 1174529

Gambaran lebih jelas karakter wilayah Kepulauan Maluku dapat diikuti pada gambar berikut.
Gambar Wilayah Kepulauan Maluku Berdasarkan Administrasi Kabupaten
Kepulauan Maluku memiliki karakter topografi yang beragam baik berupa dataran rendah di
pesisir, perbukitan dan pegunungan. Sebagian besar wilayah Kepulauan Maluku memiliki
morfologi yang bergunung dan berbukit-bukit. Kepulauan Maluku juga memiliki pulau-pulau
vulkanis dan pulau karang, sedangkan sebagian lainnya merupakan dataran. Kondisi
topografi Kepulauan Maluku beraneka ragam yaitu mulai dari dataran rendah yang landai,
perbukitan dan pegunungan yang curam dan sangat curam dengan bentuk wilayah mulai
bentuk pantai, teras berbukit dan pegunungan. Ketinggian tempat bervariasi dari 0 mdpl
hingga 3024mdpl.
Pulau Halmahera mempunyai banyak pegunungan yang rapat mulai dari Teluk Kao, Teluk
Buli, Teluk Weda, Teluk Payahe dan Dodinga. Disetiap daerah terdapat punggung gunung
yang merapat ke pesisir, sedangkan pada daerah sekitar Teluk Buli (di Timur) sampai Teluk
Kao (di Utara), pesisir barat mulai dari Teluk Jailolo ke utara dan Teluk Weda ke selatan dan
utara ditemui daerah dataran yang luas. Topografi pada pulau Halmahera berkisar antara
0mdpl hingga 1634mdpl yang berada pada sekitar Gunung Ibu di Kecamatan Ibu Selatan.
Bagian tengah dari Pulau Halmahera merupakan wilayah perbukitan dengan lereng pendek
dan curam.
Pada sisi barat Pulau Halmahera terdapat Pulau Ternate dan Pulau Tidore yang merupakan
pulau yang memiliki gunung berapi aktif. Titik tertinggi pada kedua Pulau tersebut berada di
sekitar Gunung Gamalama di Pulau Ternate dan Tidore di Pulau Tidore. Karakter lereng pada
kedua pulau curam dengan kisaran kelerengan sebesar 24%-66%. Gambaran lebih rinci pola
kelerengan pada beberapa pulau besar di Kepulauan Maluku dapat diikuti pada tabel berikut.
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..3 Kelerengan Pada Beberapa Pulau Besar di
Kepulauan Maluku

Luas Lereng (Ha)


No Pulau Kabupaten 0-8% 8.01-16% 16.01-24% 24.01-32% 32.1-40% >40% Jumlah
Morotai 53532.17 44272.07 49795.54 38855.61 27297.4 20958.95 234711.7
1 Morotai 23% 19% 21% 17% 12% 9%
2 Halmahera Halmahera Utara 163607 68609.58 47446.03 27948.95 15334.78 9702.45 332648.8
49% 21% 14% 8% 5% 3%
Halmahera Barat 67203.84 53054.98 38923.21 21668.26 12277.26 9223.06 202350.6
33% 26% 19% 11% 6% 5%
Halmahera Tengah 60227.5 55715.54 49204.36 25401.01 11027.34 6438.83 208014.6
29% 27% 24% 12% 5% 3%
Halmahera Timur 173293.2 129506.3 137083.4 98301.04 60620.68 47793.33 646598
27% 20% 21% 15% 9% 7%
Halmahera Selatan 79151.7 66127.86 42818.7 22853.66 13951 11944.77 236847.7
33% 28% 18% 10% 6% 5%
Kota Tidore Kepulauan 36569.49 31704.65 34602.03 25351.11 15733.15 11518.38 155478.8
24% 20% 22% 16% 10% 7%
3 Bacan Halmahera Selatan 41468.09 1405.59 2759.75 3292.79 2634.8 812.16 52373.18
79% 3% 5% 6% 5% 2%
4 Obi Halmahera Selatan 81099.61 1979.03 3544.79 34044.5 3156.4 19205.8 143030.1
57% 1% 2% 24% 2% 13%
5 Ternate Kota Ternate 2144.57 2197.13 1797.95 1311.37 1204.65 1476.07 10131.74
21% 22% 18% 13% 12% 15%
6 Tidore Kota Tidore Kepulauan 1644.65 3222.64 2498.8 1765.91 1126.54 1938.21 12196.75
13% 26% 20% 14% 9% 16%
7 Sulabes Kepulauan Sula 9948.68 14470.02 13889.76 8841.4 4842.71 1881.9 53874.47
18% 27% 26% 16% 9% 3%
8 Mangole Kepulauan Sula 45000.6 32653.27 25091.61 14545.91 9522 6909.73 133723.1
34% 24% 19% 11% 7% 5%
9 Taliabu Taliabu 0
Luas Lereng (Ha)
No Pulau Kabupaten 0-8% 8.01-16% 16.01-24% 24.01-32% 32.1-40% >40% Jumlah
#DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Sedangkan pada Pulau Morotai, topografi secara umum memiliki karakter yang sama dengan
topografi pada Pulau Halmahera. Wilayah yang memiliki ketinggian paling tinggi terdapat di
Kecamatan Morotai Utara. Bagian tengah dari Pulau Morotai merupakan puncak-puncak
perbukitan. Gambaran lebih jelas kondisi topografi di Pulau Halmahera dan Pulau Morotai
dapat diikuti pada gambar berikut.
Gambar Kondisi Topografi Wilayah Maluku Utara
Sumber: SRTM 30, USGS
1.1.1.1 Geologi
1. Pulau Halmahera
Formasi geologi Pulau Halmahera berdasarkan pada peta geologi lembar ternate terbagi
dalam tiga mandala (bagian utama) yaitu Mandala Halmahera Timur, Halmahera barat
termasuk Pulau Morotai, dan Busur Kepulauan Gunung Api Kuarter yang meliputi pulau-pulau
kecil di bagian barat Pulau Halmahera. Mandala Halmahera Timur meliputi Lengan Timur
Laut, Lengan Tenggara dan beberapa pulau kecil di sebelah Timur Pulau Halmahera.
Morfologi mendala ini terdiri dari pegunungan berlereng terjal dan torehan sungai yang dalam,
serta sebagian mempunyai morfologi karst. Morfologi pegunungan berlereng terjal merupakan
cerminan batuan keras. Jenis batuan penyusun pegunungan ini adalah batuan ultrabasa.
Morfologi karst terdapat pada daerah batugamping dengan perbukitan yang relatif rendah dan
lereng yang landai.
Mandala Halmahera Barat meliputi bagian Utara dan lengan Selatan Halmahera. Morfologi
mandala berupa perbukitan yang tersusun atas Batuan Sedimen, pada Batugamping berumur
Neogen dan morfologi karst dan di beberapa tempat terdapat morfologi kasar yang
merupakan cerminan batuan gunung api berumur oligosen.
Mendala busur kepulauan gunung api kuarter meliputi pulau-pulau kecil di sebelah barat pulau
Halmahera. Deretan pulau ini membentuk suatu busur kepulauan gunung api kuarter.
Sebagian pulaunya mempunyai kerucut gunung-gunung api yang masih aktif.
Terdapat 11 formasi batuan di Pulau Halmahera antara lain formasi batuan ultrabasa, formasi
batuan beku basa, formasi batuan intermediete, formasi batuan dodoga, formasi batuan
batusagu, formasi batuan batugamping, formasi batuan konglomerat, formasi batuan bacan,
formasi batuan weda, formasi batuan tingteng. Adapun rincian formasi batuan pada masing-
masing formasi utama adalah sebagai berikut.
1. Formasi Batuan Ultrabasa; terdiri dari Serpentinit, Piroksenit dan Dunit umumnya
berwarna hitam kehijauan, getas, terbreksikan mengandung asbes dan Garnierit.
Satuan batuan ini hubungannya dengan satuan yang lebih muda berupa bidang
ketidakselarasan atau bidang sesar naik.
2. Formasi Batuan Beku Basa; terdiri dari Gabbro Piroksen, Gabbro Hornblende dan
Gabbro Olivin. Tersingkap di dalam batuan Ultrabasa.
3. Satuan Batuan Intermediet; terdiri dari batuan Diorite Kuarsa dan Hornblende,
tersingkap juga dalam batuan Ultrabasa.
4. Formasi Dodaga; berumur Kapur, tersusun oleh Serpih berselingan dengan
Batugamping dan sisipan Rijang. Selain itu ditutupi pula oleh batuan yang berumur
Paleosen – Eosen yaitu Formasi Dorosagu, Satuan Konglomerat dan Satuan
Batugamping.
5. Formasi Dorosagu; terdiri dari Batupasir berselingan dengan Serpih Merah dan
Batugamping. Formasi ini berumur Paleosen – Eosen. Hubungannya dengan batuan
yang lebih tua (Ultrabasa) adalah ketidakselarasan dan sesar naik. Tebal Formasi ini
adalah + 250 m.
6. Satuan Batugamping; berumur Paleosen – Eosen, dipisahkan dengan batuan yang
lebih tua (Ultrabasa) oleh ketidakselarasan dan yang lebih muda oleh sesar. Tebal
satuan ini + 400 m.
7. Satuan Batuan Konglomerat; tersusun oleh batuan Konglomerat sisipan batupasir,
Batulempung dan batubara. Satuan ini ini berumur kapur dan tebalnya lebih dari 500
meter. Hubungannya dengan batuan yang lebih tua (ultrabasa) dan formasi yang lebih
muda (Formasi Tingteng) adalah ketidakselarasan sedangkan dengan satuan
batugamping hubungannya menjemari. Setelah pengendapan sejak Eosen Akhir –
Oligosen Awal selesai, baru terjadi aktifitas gunung api Oligosen Atas – Miosen
Bawah, membentuk bagian-bagian yang disatukan sebagaiFormasi Bacan.
8. Formasi Bacan; tersusun atas batuan Gunung Api berupa Lava, Breksi dan Tufa
sisipan Konglomerat dan Batupasir. Dengan adanya sisipan Batupasir maka dapat
diketahui umur Formasi Bacan yaitu Oligosen – Miosen Bawah. Dengan batuan yang
lebih tua (F ormasi Dorosagu) dibatasi oleh bidang sesar dan dengan batuan yang
lebih muda (Formasi Weda) oleh bidang ketidakselarasan. Setelah pengendapan
miosen bawah bagian atas selesai, terbentuk cekungan luas yang berkembang sejak
Miosen Atas-Pliosen. Pada cekungan tersebut diendapkanFormasi Weda, satuan
konglomerat, dan Formasi Tingteng.
9. Formasi Weda; terdiri dari Batupasir berselingan Napal, Tufa, Konglomerat dan
Batugamping. Berumur Miosen Tengah Awal – Pliosen. Bersentuhan secara tidak
selaras dengan Formasi Kayasa yang berumur lebih muda dan hubungannya dengan
Formasi Tingteng adalah menjemari.
10. Satuan Konglomerat; berkomponen batuan Ultrabasa, Basal, Rijang, Diorit dan
Batusabak. Tebalnya + 100 m, menutupi batuan Ultrabasa secara tidakselaras
berumur Miosen Tengah – Pliosen Awal.
11. Formasi Tingteng; tersusun oleh Batugamping hablur dan Batugamping pasiran,
sisipan Napal dan Batupasir. Berumur Miosen Akhir – Pliosen Awal, tebal + 600 m.
setelah pengendapan Formasi Tingteng, terjadi pengangkatan pada kuarter
sebagaimana ditunjukkan oleh Batugamping terumbu di pantai lengan timur
Halmahera.
MANDALA
HALMAHERA TIMUR

MANDALA BUSUR
KEPULAUAN GUNUNG
API

MANDALA
HALMAHERA BARAT

MANDALA SULAWESI
TIMUR

Gambar Formasi Geologi Halmahera dan Sekitarnya


Secara geologi dan tektonik Halmahera cukup unik, karena pulau ini terbentuk dari pertemuan
3 lempeng, yaitu Eurasia, Pasifik dan Indo- Australia yang terjadi sejak zaman kapur. Di
selatan Halmahera pergerakan miring sesar Sorong ke arah barat bersamaan dengan Indo-
Australia struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada formasi Weda yang
berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah Utara-Selatan, Timur Laut -
Barat Daya, dan Barat Laut-Tenggara.
Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik umumnya berarah Utara-Selatan dan
Barat Laut-Tenggara. Kegiatan tektonik dimulai pada Kapur Awal dan Awal Tersier,
ketidakselarasan antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan batuan berumur Eosen-
oligosen Awal, mencerminkan kegiatan tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti
kegiatan gunung api. Sesar naik akibat tektonik terjadi pada jaman Eosen- Oligosen. Tektonik
terakhir terjadi pada jaman Holosen berupa pengangkatan terumbu dan adanya sesar normal
yang memotong batugamping.
Perkembangan tektonik pada lengan timur diperkirakan terjadi pada akhir Kapur dan awal
Tersier. Mandala lengan timur terdiri atas batuan tua ultrabasa dan serpih merah yang diduga
berumur Kapur terdapat dalam batuan sedimen Formasi Dorosagu yang berumur Paleosen-
Eosen. Kegiatan tektonik lanjutan terjadi pada awal Eosen – Oligosen. Ini diketahui dari
ketidak selarasan antara Formasi Dorosagu dan Formasi Bacan (batuan vulkanik berumur
akhir Oligosen – Miosen Awal (Oligo-Miosen). Mandala Timur terdiri dari hampir seluruhnya
relatif batuan tua dibanding Mandala Barat.
Pada Miosen Tengah, Plio-Plistosen dan akhir Holosen terjadi kegiatan tektonik berupa
perlipatan, sesar naik secara intensif dengan arah utama UUT – SSB. Sesar normal berarah
BUB – TUT dan ini terjadi pada fase tektonik akhir, memotong semua sesar naik.
Pada Mandala Geologi Barat karakteristiknya jauh berbeda dari yang di jelaskan diatas.
Batuan tertua di daerah ini adalah Formasi Bacan berumur Oligo-Miosen, tersingkap di ujung
utara P. Halmahera dan sebagian P. Doi. Sesar yang dapat teramati adalah sesar Normal.
Menurut Katili (1980) dalam Bukunya “Geotectonic of Indonesia” membagi kawasan
Halmahera bagian utara menjadi dua zona yaitu: Lengan Mandala Timur dinamakan zona
subduksi dan Lengan Mandala Barat (utara) sebagai zona busur magmatic.
2. Kepulauan Sula
Formasi geologi pada Kepulauan Sula merupakan bagian dari formasi geologi banggai-sula
yang merupakan serpihan benua.Pulau Taliabu dan Pulau Sulabesi merupakan bagian dari
deretan Kepulauan Banggai Sula, secara tektonik merupakan bagian dari mintakat Banggai
Sula (Metcalfe, 1990) atau benuamicro (micro continent, Audley –Charles drr., 1972;
Simanjuntak & Barber, 1996).Kepulauan Sula merupakan hasil tumbukan dengan sistem
penunjaman sepanjang batas timur Paparan Sunda yang menghasilkan kerangka tektonik
Indonesia Bagian Timur (Silver, 1977; Hamilton 1979). Pulau ini diyakini berasal dari batas
Utara benua Australia (Klompe, 1954), yang terpisah pada akhir Mesozoikum atau hingga
Paleogen, dan terdorong disepanjang sesar besar Sorong yang di akibatkan oleh pergerakan
lempeng laut Filipina ( Mc Caffrey drr., 1981).
Kepulauan Sula terpisah menjadi dua sistem sesar, masing-masing adalah Sesar Sula Utara
dan Sesar Sula Selatan Kepulauan Banggai-Taliabu-Mangole yang terpisah dengan pulau
Sulabesi di Selatannya. Bentuk pulauTaliabu- Mangole mencerminkan pergerakan sesar
Sorong yang berarah BaratTimur. Sementara itu , Pulau Sulabesi – Sula yang berarah Utara-
Selatan memotong tegak lurus kedua pulau tersebut.
Susunan stratigrafi Pulau Taliabu tersaji pada Gambar terdiri dari runtunan batuan paling
bawah adalah Kompleks Batuan Malihan yang terdiri atas sekis, genes, amfibolit, filit, argilit,
dan kuarsit yang diduga berumur Karbon. Ketebalan kompleks ini diduga lebih dari 1000 m.
Berdasarkan hasil pentarikhan radiometri, batuan malihan jenis sekis satuan ini berumur 305
+ 6 juta tahun atau Karbon (Sukamto, Secara tak selaras di atas Kompleks Batuan Malihan
diendapkan Formasi Menanga yang terdiri atas perselingan batugamping hablur, batupasir
malih, batusabak, dan filit. Tebal satuan Formasi Menanga yang diperkirakan 1000 m
diendapkan dalam lingkungan fluviatil - laut dangkal. Umurnya diperkirakan Perem
(Supandjono & Haryono, 1993; Surono & Sukarna, 1993). Lokasi tipe berada di Sungai
Menanga Pulau Taliabu.
Formasi Menanga ditindih tak selaras oleh Batuan Gunung Api Mangole yang dikuasai breksi
gunung api, tuf terkersikkan, dan ignimbrit. Terobos-an Granit Banggai terdiri atas granit, diorit
kuarsa, granodiorit, dan pegmatit yang berumur Perem Akhir - Trias (Sukamto, 1975a,b,c).
Secara tak selaras di atas batuan Paleozoikum dan Trias diendapkan Formasi Bobong yang
terdiri atas breksi, konglomerat, dan batupasir kuarsa di bagian bawah, dan perselingan serpih
dan batulempung-batulumpur di bagian atas. Setempat terdapat lensa batugamping, sisipan
batulanau, bintal pirit, dan lapisan batubara. Berdasarkan fasies, runtunan batuannya terdiri
dari batubara menunjukkan bahwa satuan batuan Formasi Bobong ini diendapkan dalam
lingkungan fluviatil, peralihan, sampai laut dangkal, dan diduga berumur Jura Awal - Tengah
Formasi Bobong tersebar luas di bagian barat, utara dan timur Pulau Taliabu. Tebal formasi
ini sekitar 2000 m (Supandjono & Haryono, 1993), dan terlipat dengan kemiringan lapisan
batuan rata-rata 20°-30°. Secara selaras dan sebagian menjemari di atas Formasi Bobong
diendapkan.
Gambar Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..1 Formasi Geologi Kepulauan Sula
Formasi Buya yang terdiri atas serpih bersisipan batupasir dan konglo-merat, bintal batulempung
gampingan, dan oksida besi. Keberadaan fosil foraminifera, belemnit, dan amonit terutama dalam
batuan serpih memberikan indikasi kisaran umur Jura Tengah - Akhir. Lingkungan pengendapan
Formasi Buya adalah lingkungan laut dalam sampai peralihan (Sato drr., 1978); dan lingkungan
laut dangkal, dalam, sampai terbuka (Bizon drr., 1982). Tebal satuan ini diduga lebih dari 1000
m. Formasi Buya secara selaras ditindih oleh Formasi Tanamu yang terdiri atas napal, kelabu
agak kecoklat- an, berlapis baik, dan tersebar di bagian timur dan utara Pulau Taliabu. Surono &
Sukarna (1993) menjumpai adanya batugamping kapuran dan serpih pada seri napal Formasi
Tanamu ini. Formasi ini ber-umur Kapur (Supandjono & Haryono, 1993; Surono & Sukarna,
1993). Berdasarkan runtunan napal yang berasosiasi dengan batugamping dan batupasir, maka
lingkungan pengendapan Formasi Tanamu adalah garis pantai - laut dangkal. Tebal satuan
batuan Formasi Tanamu sekitar 300 m. Secara tak selaras dan terpisah di atas Formasi Tanamu
diendapkan Formasi Salodik yang terdiri atas batugamping dan napal (Surono & Sukarna, 1993),
sedangkan di Pulau Mangole ada sisipan batupasir pada runtunan batugamping. Sebaran
Formasi Salodik di Pulau Taliabu dijumpai terutama di pantai utara bagian timur dan bagian
selatan; sedangkan di Pulau Sehu terdapat di seberang barat Pulau Taliabu. Batugamping
formasi ini berwarna kelabu terang yang sebagian berlapis baik, sementara sisipan batupasir,
dan napal, berwarna coklat, agak padat dan agak keras, berlapis baik dengan ketebalan lapisan
1-10 cm.
Iklim di Wilayah Kepulauan Maluku dipengaruhi oleh iklim tropis dan iklim musim yang
disebabkan oleh kondisi Kepulauan Maluku yang terdiri dari pulau-pulau dan dikelilingi oleh lautan
yang luas. Wilayah Maluku Utara dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim musim sehingga
iklimnya bervariasi antara tiap bagian wilayah yaitu iklim Halmahera Utara, Halmahera Tengah,
Halmahera Barat, Halmahera Selatan dan Kepulauan Sula. Berikut rincian musim berdasarkan
iklim – iklim tersebut:
1. Daerah Iklim Halmahera Utara
Musim Hujan (Desember – Februari), sedangkan musim kemarau (Agustus – Desember)
2. Daerah Iklim Halmahera Tengah/Barat
Musim Utara (Oktober – Maret), Pancaroba (April). Musim Selatan (April – September) yang
diselingi angin timur dan pancaroba pada bulan September.
3. Daerah Iklim Halmahera Selatan/Bacan
Musim Utara (Oktober – Maret) yang diselingi angin barat dan pancaroba (April), Musim
Selatan (April – Desember) diselingi angin timur dan pancaroba pada bulan September
4. Daerah Iklim Kepulauan Sula
Musim Utara (Oktober – Maret) diselingi angin barat dan pancaroba pada bulan April, musim
selatan (April – September) diselingi angin timur dan pancaroba September.

Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..4 Curah Hujan di
Wilayah Maluku Utara 2012-2017
Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1. Kabupaten 1500-2000 2000-3000 3000-4000 1.500 - 2.000 1000-1500 1500-2000
Halmahera Barat
2. Kabupaten 1510-2000 2000-3000 3000-4000 1.695 - 2.570 2000-3000 1500-2000
Halmahera
Tengah
3. Kabupaten 1500-3000 2000-3000 3000-4000 1.500 - 4.500 1000-1500 1000-1500
Halmahera Utara
4. Kabupaten 2000-3000 1500-2000 2000-3000 1.000 - 2.000 2000-3000 1500-2000
Halmahera
Selatan
5. Kabupaten 1500-2000 2000-3000 3000-4000 1.695 - 2.570 2000-3000 1500-2000
Halmahera Timur
6. Kabupaten 1000-1500 1000-1500 1500-2000 1.000 - 2.000 1000-1500 2000-3000
Kepulauan Sula
7. Kabupaten 1000-1500 1000-1500 1500-2000 1.000 - 2.000 1000-1500 2000-3000
Pulau Taliabu
8. Kabupaten 1000-1500 2000-3000 3000-4000 1.500 - 4.500 2000-3000 1000-1500
Morotai
9. Kota Ternate 1500-2000 1000-1500 1500-2000 2.000 - 2.500 1.000 - 2.000 1500-2000
10. Kota Tidore 1500-2000 1000-1500 1500-2000 2.000 - 2.500 1000-2000 1500-2000
Kepulauan
Sumber: BMKG Maluku Utara
Gambar Jenis Tanah di Pulau Halmahera dsk
Kepulauan Maluku memiliki kerawanan bencana alam yang cukup beragam, mulai dari
kerawanan bencana gempa bumi, kerawanan bencana banjir, kerawanan bencana longsor
dan kerawanan bencana gunung berapi dan cuaca ekstrim. Berdasarkan pada buku IRBI
2016, wilayah Kepulauan Maluku dikategorikan sebagai wilayah dengan kategori bencana
sedang-tinggi.

Gambar Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..2 Indeks
Risiko Bencana Multi Hazard di Kepulauan Maluku
Sumber: IRBI 2016
1. Kerawanan Bencana Pulau Halmahera
Wilayah kepulauan Halmahera yang terdiri ata Pulau Halmahera, Motorai, Obi, Bacan,
Ternate dan Tidore memiliki tingkat kerawanan bencana gempa bumi dalam kategori rendah
hingga tinggi. Tingkat kerawanan gempa rendah memiliki tingkat goncangan skala V-VI MMI.
Tingkat kerawanan bencana gempa menengah memiliki tingkat goncangan skala VII-VIII MMI.
Pada tingkat kerawanan gempa rendah berpotensi menyebabkan retakan tanah dan
pergeseran tanah dalam skala kecil, pelulukan dan longsoran pada daerah dengan lereng
curam. Tingkat kerawanan gempa tinggi memiliki tingkat goncangan skala lebih besar dari
skala VIII MMI. Pada tingkatan kerawanan gempa tinggi berpotensi untuk menimbulkan
retakan tanah, pelulukan dan longsoran pada lereng terjal dan pergeseran tanah. Bangunan
pada lokasi dengan tingkat kerawanan tinggi apabila tidak dibangun dengan standar
bangunan tahan gempa akan berisiko mengalami kerusakan parah saat gempa terjadi. Pada
Pulau Halmahera tingkat kerawanan gempa terdiri dari tingkat kerawanan rendah hingga
menengah pada sebagian besar pulau, tingkat kerawanan tinggi terdapat di lengan selatan
Pulau Halmahera, tepatnya pada wilayah Kecamatan Gane Barat, Gane Timur Tengah, Gane
Timur Selatan. Pada wilayah Pulau Morotai tingkat kerawanan bencana gempa pada tingkat
rendah-sedang. Pada wilayah Kepulauan Bacan tingkat kerawanan gempa dalam kategori
rendah hingga tinggi. Tingkat kerawanan tinggi terdapat di bagian selatan Pulau Bacan, yaitu
di Kecamatan Bacan Selatan, Bacan Timur, Mandioli Utara dan Mandioli Selatan.
Jika dibandingkan dengan peta gempa 2017 (september 2017) terdapat satu perbedaan
antara assesment BNPB dengan peta gempa 2017. Pada wilayah halmahera bagian utara
dan morotai merupakan daerah dengan kerawanan gempa yang tinggi. Sebagai konsekuensi
pada kawasan tersebut yang notabene merupakan pengembangan aktivitas ekonomi di masa
mendatang harus seluruh bangunan yang dikembangkan harus memilki kualifikasi standar
tahan gempa.
Gambaran lebih jelas tingkat kerawanan bencana gempa di Kepulauan Halmahera dapat
diikuti gambar berikut.
Gambar Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..3 Peta Kerawanan Gempa di Pulau Halmahera dan
Sekitarnya
Sumber: BNPB, 2017
Gambar Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..4 Peta Percepatan Gempa di Pulau Halmahera dan
Sekitarnya Tahun 2017
Sumber: BNPB, 2017

Gambar Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..5 Peta Kerawanan Bencana Longsor di Kepulauan
Halmahera
Sumber: KESDM, 2013

Gambar Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..6 Peta Kerawanan Banjir Kepulauan Halmahera
Sumber: BNPB, 2017
Selain bencana gempa, wilayah Kepulauan Halmahera juga dihadapkan pada kerawanan
bencana longsor. Kerawanan bencana longsor pada Pulau Halmahera masuk dalam kategori
sangat rendah hingga sedang. Faktor pemicu tingkat kerawanan longsor pada pulau
Halmahera tidak terlepas dari karakter jenis tanah dan kemiringan lereng yang didominasi
oleh jenis lereng curam. Wilayah dengan tingkat kerawanan longsor sedang terdapat di
wilayah lengan timur dari Pulau Halmahera. Implikasi dari kondisi kerawanan longsor tentu
harus disikapi dengan upaya yang sifatnya mitigatif antara lain pada ruas jalan yang melintas
perbukitan/pegunungan dengan lereng curam maka sebaiknya dilengkapi dengan bangunan
perkuatan tebing atau jika memungkinkan cukup lahan perlu dilakukan pelandaian tebing
dengan sistem terasering untuk mengurangi tingkat kerawanan longsor yang akan menimpa
badan jalan.
Bencana ketiga yang potensial terhadi di Pulau Halmahera dan sekitarnya adalah bencana
gunung berapi. Berdasarkan data BNPB sedikitnya terdapat empat gunung yang memiliki
tingkat kerawasan bencana di Pulau Halmahera yaitu Gunung Dukono, Gunung Ibu, Gunung
Gamalama di Pulau Ternate dan Makian di Pulau Makian.
Bencana cuaca ekstrim juga rawan terjadi di wilayah pesisir Pulau Halmahera dan pulau-
pulau kecil di sekitarnya. BNPB (2017) telah menetapkan kawasan-kawasan di Pulau
Halmahera yang memiliki kerentanan terhadap bencana cuaca ekstrim yang dapat berupa
angin ribut maupun gelombang tinggi.Berdasarkan pada kondisi kerawanan bencana terlihat
bahwa faktor kebencanaan memberikan satu implikasi terhadap permukiman dan aset
infrastruktur PUPR khususnya jalan yang terdapat di Pulau Halmahera. Bangunan rumah
pada kawasan dengan tingkat kebencanaan gempa menengah dan tinggi harus dibangun
dengan standar bangunan tahan gempa dan menggunakan material bangunan yang ringan
untuk mengurangi ancaman terhadap penghuni apabila bangunan runtuh. Adapun rincian
aset infrastruktur jalan di Pulau Halmahera dan sekitarnya yang memiliki kerawanan terhadap
bencana adalah sebagai berikut.
TabelKesalahan! Tidakada teksdarigayayangditentukandalamdokumen..5RuasJalanNasionalYangMemilikiKerawananBencanadiPulauHalmahera
Tingkat Kerawanan Bencana

No Panjang
Ruas Nama Ruas Lintas Pulau (km) Morfologi Rekomendasi
Gempa Banjir Longsor Gunung Api
001 LAP. TERBANG - GALELA JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 10.96 Pesisir Menengah Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir

002 GALELA - TOBELO JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 26.82 Pesisir Menengah- Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Rendah Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir

002.11 TOBELO - DERMAGA FERRY JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 0.19 Pesisir Rendah Menengah Rendah Tidak Rawan Dukungan
Pengendalian Banjir
dan Sistem Drainase
Perkotaan Tobelo

002.12 TOBELO - PELABUHAN JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 0.13 Pesisir Rendah Menengah Rendah Tidak Rawan Dukungan
Pengendalian Banjir
dan Sistem Drainase
Perkotaan Tobelo

003 TOBELO - PODIWANG JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 48.47 Pesisir Rendah Rendah Rendah Tidak Rawan
004 PODIWANG - KAO JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 32.32 Pesisir Menengah Rendah Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
jalan tahan gempa
005 KAO - BOSO JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 71.49 Pesisir Menengah Rendah- Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Menengah Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir

006 BOSO - SIDANGOLI (DERMAGA JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 22.63 Pesisir Rendah- Menengah Rendah- Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
FERY) Menengah Menengah Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir

008 BOSO - SIMP. DODINGA JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 1.99 Pegunungan Rendah Menengah Rendah Tidak Rawan Dukungan
Pengendalian Banjir
009 SIMP. DODINGA - SOFIFI JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 40.22 Pesisir Rendah Rendah Rendah Tidak Rawan
010 SOFIFI - AKELAMO JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 33.05 Pesisir Rendah Rendah Rendah Tidak Rawan
011 AKELAMO (KM.60 ) - PAYAHE JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 48.95 Pesisir Menengah Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir

012 PAYAHE - W E D A JALAN LINTAS PULAU HALMAHERA Halmahera 21.83 Pegunungan Rendah Menengah Rendah Tidak Rawan Dukungan
dan Pengendalian Banjir
Perbukitan
013 WEDA - MAFA Halmahera 50 Pesisir Menengah Rendah Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
jalan tahan gempa
014 MAFA - MATUTING Halmahera 43 Pesisir Tinggi Rendah Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
jalan tahan gempa
Tingkat Kerawanan Bencana

No Panjang
Ruas Nama Ruas Lintas Pulau (km) Morfologi Rekomendasi
Gempa Banjir Longsor Gunung Api
015 MATUTING - SAKETA Halmahera 21 Perbukitan Tinggi Rendah Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
jalan tahan gempa
016 SP. DODINGA - BOBANEIGO NON LINTAS Halmahera 2.89 Pegunungan Menengah Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Perkuatan Tebing
Dukungan
Pengendalian Banjir

017 BOBANEIGO - EKOR Halmahera 39.35 Perbukitan Menengah Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir

018 EKOR - SUBAIM Halmahera 63.45 Pegunungan Rendah- Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Menengah Jalan Tahan Gempa,
Perkuatan Tebing
Dukungan
Pengendalian Banjir

019 SUBAIM - BULI Halmahera 51.47 Perbukitan Menengah Menengah Rendah- Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
dan Menengah Jalan Tahan Gempa,
Pegunungan Perkuatan Tebing
Dukungan
Pengendalian Banjir

031 BULI - MABA Halmahera 42.6 Pegunungan Rendah Menengah Menengah Tidak Rawan Dukungan
Pengendalian Banjir
034 WEDA - SAGEA Halmahera 60.8 Perbukitan Menengah Menengah Rendah- Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Menengah Jalan Tahan Gempa,
Perkuatan Tebing
Dukungan
Pengendalian Banjir

035 SAGEA - PATANI Halmahera 89.7 Perbukitan Menengah Tidak Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
Rawan jalan tahan gempa,
perkuatan tebing
034 WEDA - SAGEA Halmahera 60.8 Perbukitan Menengah Tidak Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
Rawan jalan tahan gempa,
perkuatan tebing
035 SAGEA - PATANI Halmahera 89.7 Perbukitan Menengah Tidak Rendah Tidak Rawan Konstruksi bangunan
Rawan jalan tahan gempa,
perkuatan tebing
20 BTS. KOTA DARUBA - SANGOWO NON LINTAS Morotai 32.04 Pesisir Menengah Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir

20.11 JLN. TRANS DARAME (DARUBA) NON LINTAS Morotai 1.7 Pesisir Menengah Menengah Sangat Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir
Tingkat Kerawanan Bencana

No Panjang
Ruas Nama Ruas Lintas Pulau (km) Morfologi Rekomendasi
Gempa Banjir Longsor Gunung Api
20.12 JLN. KH. ACHMAD SYUKUR NON LINTAS Morotai 1.06 Pesisir Menengah Menengah Sangat Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
(DARUBA) Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir

20.13 JL. TUGU PANCASILA (DARUBA) NON LINTAS Morotai 0.3 Pesisir Menengah Menengah Sangat Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir

20.14 JLN.MERDEKA (DARUBA) NON LINTAS Morotai 1.7 Pesisir Menengah Menengah Sangat Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir

20.15 JLN. DERMAGA FERRY (DARUBA) NON LINTAS Morotai 3.41 Pesisir Menengah Menengah Sangat Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir

20.16 JALAN RAYA DARUBA (DARUBA) NON LINTAS Morotai 2.8 Pesisir Menengah Menengah Sangat Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir

21 DAEO/SANGOWO - BERE BERE NON LINTAS Morotai 43.83 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
22 BERE-BERE - SOFI Morotai 54 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
24 WAYABULA - DARUBA Morotai 52.95 Pesisir Menengah Menengah Rendah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
Jalan Tahan Gempa,
Dukungan
Pengendalian Banjir

25 BABANG - LABUHA NON LINTAS Bacan 16.48 Perbukitan Menengah-Tinggi Rendah Menengah Tidak Rawan Konstruksi Bangunan
dan Jalan Tahan Gempa,
Pegunungan Dukungan
Pengendalian Banjir

26 SP. JAMBULA - SP. DUFA-DUFA NON LINTAS Ternate 27.95 Pesisir Rendah Tidak Menengah Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.11 JLN. BANDARA BABULLAH NON LINTAS Ternate 0.8 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
(TERNATE) Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.12 JLN. PEMUDA (TERNATE) NON LINTAS Ternate 2.2 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.13 JLN. SULTAN KHAIRUN (TERNATE) NON LINTAS Ternate 0.72 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
Tingkat Kerawanan Bencana

No Panjang
Ruas Nama Ruas Lintas Pulau (km) Morfologi Rekomendasi
Gempa Banjir Longsor Gunung Api
26.14 JLN. MERDEKA (TERNATE) NON LINTAS Ternate 0.48 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.15 JLN. ARNOLD MONONUTU NON LINTAS Ternate 0.7 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
(TERNATE) Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.16 JLN. JEND. A. YANI (TERNATE) NON LINTAS Ternate 0.49 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.17 JLN. HASAN ESA (TERNATE) NON LINTAS Ternate 0.88 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.18 JLN. MANGGA DUA (TERNATE) NON LINTAS Ternate 0.92 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
26.19 JLN. BASTIONG (TERNATE) NON LINTAS Ternate 0.99 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
026.1A DERMAGA FERRY - BASTIONG NON LINTAS Ternate 0.22 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
026.1B JLN. BASTIONG - JAMBULA NON LINTAS Ternate 6.98 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
026.1C JLN. BATU ANGUS NON LINTAS Ternate 0.8 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
27.11 JLN. PATTIMURA (TIDORE) Tidore 0.65 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
27.12 JLN. JEND. AHMAD YANI (TIDORE) Tidore 1.8 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
27.13 JLN. PELABUHAN GOTO (TIDORE) Tidore 2.6 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
27.14 JLN. FRANS KAISEIPO (TIDORE) Tidore 2.18 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
27.15 JLN. DAUD UMAR (TIDORE) Tidore 15.43 Pesisir Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
Rawan
27.16 JLN. SULTAN SYAIFUDIN (TIDORE) Tidore 25.24 Pesisir Rendah Tidak Rendah- Tidak Rawan Perkuatan Tebing atau
Rawan Menengah perlandaian tebing
dengan sistem
terasering
32 JLN. P. GEBE Gebe 4.61 Perbukitan Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
dan Rawan
Pegunungan
Tingkat Kerawanan Bencana

No Panjang
Ruas Nama Ruas Lintas Pulau (km) Morfologi Rekomendasi
Gempa Banjir Longsor Gunung Api
33 BANDARA GEBE - UMERA Gebe 16.4 Perbukitan Rendah Tidak Rendah Tidak Rawan
dan Rawan
Pegunungan
Sumber: BNPB, 2017, KementerianESDM,2013, BPJNXVI, 2017

TabelKesalahan! Tidakada teksdarigayayangditentukandalamdokumen..6 InfrastrukturSumberDayaAirYangMemilikiPotensiKerawananBencana


KerawananBencanaAlam Rekomendasi
No Jenis Infrastruktur Pulau Kabupaten Morfologi
Gempa Banjir Longsor GunungApi
A Bendung
1 BendungWairoro Halmahera HalmaheraTengah Datarandanperbukitan Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan Penggunaan
Konstruksi Bendung
yang tahangempadan
2 BendungKobe Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan perkuatan struktur
tanah di sekitar
HalmaheraTengah bendung
3 BendungEkor HalmaheraTimur Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
4 BendungMancalele HalmaheraTimur Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
5 BendungOpiyang HalmaheraTimur Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
6 BendungAkedaga HalmaheraTimur Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
7 BendungTutuling HalmaheraTimur Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
8 BendungGoal HalmaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Penggunaan
9 BendungToliwang HalmaheraUtara Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan Konstruksi Bendung
yang tahangempadan
10 BendungTolabit Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan perkuatan struktur
tanah di sekitar
HalmaheraUtara bendung
B Daerah Irigasi danJaringan Irigasi
1 D.I. Akedaga-Tutiling-Meja HalmaheraTimur Rendah Sedang Tinggi TidakRawan
2 D.I. Opiyang-Mancalele HalmaheraTimur Rendah Sedang Tinggi TidakRawan
3 D.I. Akediri HalmaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
4 D.I. Goal HalmaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
5 D.I. Jailolo HalmaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
6 D.I. Loloda HalmaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
7 D.I. Sahu HalmaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
8 D.I. Susupu HalmaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
9 D.I. Talaga HalmaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
10 D.I. Tosoa HalmaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
11 D.I. Bibinohi HalmaheraSelatan Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
12 D.I. GaneTimur HalmaheraSelatan Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
13 D.I. Geti HalmaheraSelatan Rendah Rendah Tinggi TidakRawan Perkuatan struktur
14 D.I. Goro-Goro HalmaheraSelatan Rendah Rendah Tinggi TidakRawan tanah di sekitar
15 D.I. Sayoang HalmaheraSelatan Rendah Rendah Tinggi TidakRawan jaringan irigasi
16 D.I.Wayamiga HalmaheraSelatan Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
17 D.I. Kobe HalmaheraTengah Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
18 D.I. Sagea HalmaheraTengah Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
19 D.I. Tilope HalmaheraTengah Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
20 D.I. Akelamo HalmaheraTimur Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
21 D.I. Dorosagu I, II HalmaheraTimur Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
22 D.I. Biang HalmaheraUtara Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
23 D.I. Lelesang HalmaheraUtara Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
24 D.I. Malifut HalmaheraUtara Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
25 D.I. Toboulamo HalmaheraUtara Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
26 D.I. Toliwang HalmaheraUtara Tinggi Rendah Tinggi TidakRawan
27 D.I. Cinga KotaTidoreKepulauan Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
KerawananBencanaAlam Rekomendasi
No Jenis Infrastruktur Pulau Kabupaten Morfologi
Gempa Banjir Longsor GunungApi
28 D.I. Maidi KotaTidoreKepulauan Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
29 D.I. Gamtala HamaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Perkuatan konstruksi
30 D.I. Lolori HamaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi Tinggi jaringan irigasi tahan
31 D.I. Taboso HamaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi Tinggi gempa, perkuatan
32 D.I. Gamomeng HamaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi Tinggi struktur tanah dan
33 D.I. Hoku-Hoku HamaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi Tinggi pembangunan sabo
34 D.I. Jano HamaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi Tinggi untuk pengendalian
35 D.I. Porniti HamaheraBarat Tinggi Rendah Tinggi Tinggi lahardingin
36 D.I.Wayana HalmaheraSelatan Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
37 D.I. Dodaga HalmaheraTimur Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
38 D.I. Mancalele HalmaheraTimur Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
39 D.I. Meja HalmaheraTimur Rendah Rendah Tinggi TidakRawan Perkuatan struktur
40 D.I. Pediwang HalmaheraTimur Rendah Rendah Tinggi TidakRawan tanah di sekitar
41 D.I. Tolabit HalmaheraTimur Rendah Rendah Tinggi TidakRawan jaringan irigasi
42 D.I. Dorolamo HalmaheraTimur Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
43 D.I. Gagapok HalmaheraTimur Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
44 D.IKahohoTayawai KotaTidoreKepulauan Rendah Rendah Tinggi TidakRawan
Sumber: BNPB, 2017, KementerianESDM,2013, BWSMalukudanMalukuUtara, 2017
2. Potensi Kebencanaan Kepulauan Sula
Wilayah Kepulauan Sula terdiri dari dua daerah otonom yaitu Kabupaten Sula dan Kabupaten
Pulau Taliabu. Kepulauan Sula memiliki potensi kebencanaan berupa bencana gempa bumi
dari tingkatan goncangan rendah hingga tinggi. Tingkat goncangan menengah- tinggi terdapat
di Pulau Mangoli sedangkan tingkat goncangan gempa rendah-menengah terdapat di Pulau
Sulabes dan Pulau Taliabu. Potensi gempa pada pulau Mangoli berpotensi besar untuk
merusak struktur bangunan dikarenakan skala gempa berkisar antara VI-VIII MMI dan pada
beberapa lokasi memiliki skala > VIII MMI.
Potensi kebencanaan longsor skala menengah terdapat di Pulau Taliabu dan Pulau Mangoli.
Sedangkan potensi kebencanaan longsor skala rendah terdapat di ketiga pulau dalam wilayah
Kepulauan Sula. Gambaran lebih jelas pola keruangan bencana alam di Kepulauan Sula
dapat diikuti pada gambar berikut.
3. Potensi Kebencanaan Pulau Buru-Seram dan Ambon
Wilayah Pulau Buru, Seram dan Ambon yang terletak pada busur banda juga memiliki
keragaman potensi bencana alam. Jenis bencana yang mengancam ketiga pulau tersebut
antara lain bencana gempa bumi, bencana longsor, banjir dan bencana cuaca ekstrem
(bencana hidrometeorlogi). Potensi kerawanan gempa pada ketiga pulau hampir seragam.
Pulau Buru dan Ambon memiliki tingkat kerawanan gempa tinggi dengan skala goncangan
>VIII MMI. Pulau Seram memilki tingkat kerawanan bencana gempa bumi tinggi pada bagian
barat Pulau Seram dan tingkat kebencanaan gempa bumi skala menengah pada bagian
tengan hingga timur Pulau Seram.
Potensi bencana tanah longsor tersebar merata pada seluruh pulau dengan tingkat
kebencanaan skala sangat rendah hingga tinggi. Pulau Buru memiliki skala kebencanaan
tanah longsor pada tingkatan sangat rendah berada pada sekitar perkotaan Waeapo, Waelata
dan Teluk Kayeli, skala rendah berada pada wilayah Waeapo, Waelata dan Lolong Guba,
bencana tingkat menengah tersebar pada hampir seluruh kecamatan dan bencana tingkat
tinggi berada pada wilayah Kecamatan Namrole hingga ke arah Kecamatan Teluk Kayeli.
Pada wilayah Pulau Seram potensi bencana longsor tingkatan sangat rendah terdapat di
wilayah pesisir pulau Seram. Potensi kebencanaan longsor skala menengah sebagian besar
berada pada wilayah Pulau Seram bagian tengah yang berada dalam wilayah otonomi
Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat.
Potensi bencana banjir dan cuaca esktrem tersebar secara merata pada bagian pesisir Pulau
Seram dan Pulau Buru. Gambaran lebih jelas potensi kebencanaan secara keruangan dapat
diikuti pada gambar berikut.
Gambar Potensi Kerawanan Bencana Gempa Bumi Kepulauan Sula
Sumber: Kementeritan ESDM, 2013 BNPB, 2017
Gambar Potensi Kerawanan Bencana Longsor Kepulauan Sula
Sumber: Kementerian ESDM, 2013
Gambar Potensi Kerawanan Bencana Banjir Kepulauan Sula
Sumber: BNPB, 2017
Wilayah Kepulauan Maluku memiliki jumlah penduduk lebih kurang 2,9 juta jiwa pada 2016.
Jumlah penduduk terbanyak berada pada wilayah Provinsi Maluku sebesar 1,7 juta jiwa.
Meskipun memiliki jumlah penduduk yang besar, tetapi pola kepadatan cenderung tidak
merata dan hanya terkonsentrasi pada wilayah otonom perkotaan seperti di Kota Ambon, Kota
Ternate, Kota Tual dan Kota Tidore.

Pada wilayah Provinsi Maluku, jumlah penduduk terbesar terdapat di wilayah Kota Ambon
dan Kabupaten Maluku Tengah dengan jumlah penduduk masing-masing adalah 427 ribu jiwa
(Kota Ambon) dan 370 ribu jiwa (Maluku Tengah). Wilayah otonom dengan jumlah penduduk
paling sedikit terdapat di wilayah Kabupaten Buru Selatan.

Jumlah penduduk di Provinsi Maluku Utara yang lebih kurang berjumlah 1.2 juta jiwa,
sebagian besar terditribusi pada wilayah Pulau Halmahera. Wilayah otonom dengan jumlah
penduduk terbesar adalah Kabupaten Halmahera Selatan dengan jumlah penduduk lebih
kurang 220 ribu jiwa. Jumlah penduduk paling sedikit terdapat di wilayah Kabupaten
Halmahera Tengah dengan jumlah penduduk sekitar 50 ribu jiwa.

Perkembangan penduduk pada masing-masing kabupaten/kota di Kepulauan Maluku


memiliki pertumbuhan yang positif. Apabila mengikuti kecenderungan pertumbuhan yang ada,
diperkirakan jumlah penduduk di wilayah Kepulauan Maluku akan menjadi 4.1 juta jiwa,
dengan perincian penduduk di Provinsi Maluku akan bertambah menjadi 2.4 juta jiwa pada
2035 dan penduduk Provinsi Maluku Utara akan menjadi 1.7 juta jiwa pada 2035. Gambaran
lebih rinci jumlah dan distribusi penduduk di Kepulauan Maluku selengkapnya dapat diikuti
pada tabel dan gambar.
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..7 Distribusi Penduduk di Kepulauan Maluku

J e nis Luas J u m l a h P e n d u d u k (Ji w a)


No P ulau K a b u p a te n/ K o ta Perkotaa n Wilaya h
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(k m 2)
1 H al m a h er a H al m a h er a B ar at 1704.2 100889 102883 104808 106785 108762 110722 111702
H al m a h e r a,
2 H al m a h er a T e n g a h 2653.76 42991 44291 45724 47078 48405 49811 50514
Gebe
M a n g o li dan
3 K e p ulau a n S ula 3304.32 85582 87465 89382 91397 93446 95297 96222
S ulabes
H al m a h e r a,
4 B acan, O bi, H al m a h e r a S el at a n 8148.9 199648 203804 207715 211708 215783 219857 221895
M akian
5 H al m a h er a H al m a h er a Utar a 3896.9 162579 166086 169593 173100 176569 180115 181888

6 H al m a h er a H al m a h er a Ti m ur 6571.37 73402 75834 78134 80499 82931 85165 86282

7 M o r ot ai P u l a u M o r ot ai 2476 52912 54398 56007 57567 59102 60736 61553

8 T alia b u P u l a u T ali a b u 1469.93 47493 48140 48875 49507 50066 50713 51036

9 T ern ate T ern ate 111.39 187322 192392 197566 202728 207789 212997 215600
Tid or e,
10 Tid or e K e p ula u a n 1645.73 90532 91881 93296 94498 95814 96983 97567
H al m a h er a
M alu k u Utara 31982.5 1043350 1067173 1091101 1114868 1138666 1162395 1174259
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..8 Prakiraan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di
Kepulauan Maluku 2018-2038

Luas Prakiraan Penduduk


No Pulau
Kabupaten/Kota Wilayah
(km2)
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
1 Halmahera Halmahera Barat 1704.2 113925 116193 118506 120865 123271 125724 128227
2 Halmahera Halmahera Tengah 2653.76 51519 52545 53591 54658 55746 56855 57987
3 Mangoli dan Sulabes Kepulauan Sula 3304.32 98137 100091 102083 104115 106187 108301 110457
4 Halmahera, Bacan, Obi, Makian Halmahera Selatan 8148.9 226312 230817 235411 240097 244876 249750 254721
5 Halmahera Halmahera Utara 3896.9 185508 189201 192967 196808 200725 204721 208796
6 Halmahera, Gebe Halmahera Timur 6571.37 87999 89751 91538 93360 95218 97113 99046
7 Morotai Pulau Morotai 2476 62778 64028 65302 66602 67928 69280 70659
8 Taliabu Pulau Taliabu 1469.93 52052 53088 54145 55222 56322 57443 58586
9 Ternate Ternate 111.39 219891 224268 228732 233285 237929 242665 247495
10 Tidore, Halmahera Tidore Kepulauan 1645.73 99509 101490 103510 105570 107672 109815 112001
Maluku Utara 31982.5 1197633 1221471 1245785 1270582 1295873 1321667 1347974

Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..9 Prakiraan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di
Kepulauan Maluku 2018-2038 (lanjutan)

Luas Prakiraan Penduduk


No Pulau Kabupaten/Kota Wilayah
(km2)
2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
1 Halmahera Halmahera Barat 1704.2 130779 133382 136037 138745 141507 144323 147196
2 Halmahera Halmahera Tengah 2653.76 59141 60318 61519 62743 63992 65266 66565
3 Mangoli dan Sulabes Kepulauan Sula 3304.32 112655 114898 117185 119517 121896 124323 126797
4 Halmahera, Bacan, Obi, Makian Halmahera Selatan 8148.9 259792 264963 270237 275616 281102 286697 292404
5 Halmahera Halmahera Utara 3896.9 212952 217191 221514 225923 230420 235007 239684
6 Halmahera, Gebe Halmahera Timur 6571.37 101018 103028 105079 107171 109304 111480 113699
7 Morotai Pulau Morotai 2476 72065 73500 74963 76455 77977 79529 81112
Luas Prakiraan Penduduk
No Pulau Kabupaten/Kota Wilayah
(km2)
2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
8 Taliabu Pulau Taliabu 1469.93 59752 60942 62155 63392 64654 65941 67253
9 Ternate Ternate 111.39 252421 257446 262570 267797 273127 278564 284109
10 Tidore, Halmahera Tidore Kepulauan 1645.73 114230 116504 118823 121188 123600 126060 128570
Maluku Utara 31982.5 1374806 1402171 1430081 1458547 1487579 1517189 1547389

Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..10 Prakiraan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di
Kepulauan Maluku 2018-2038 (lanjutan)

Luas Wilayah Prakiraan Penduduk


No Pulau Kabupaten/Kota
(km2)
2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038
1 Halmahera Halmahera Barat 1704.2 150126 153114 156162 159270 162441 165674 168972 172335
2 Halmahera Halmahera Tengah 2653.76 67890 69242 70620 72025 73459 74921 76413 77934
3 Mangoli dan Sulabes Kepulauan Sula 3304.32 129321 131895 134521 137198 139929 142714 145555 148452
Halmahera, Bacan, Obi,
4 Makian Halmahera Selatan 8148.9 298224 304160 310215 316389 322687 329110 335661 342342
5 Halmahera Halmahera Utara 3896.9 244455 249321 254284 259345 264508 269773 275142 280619
6 Halmahera, Gebe Halmahera Timur 6571.37 115962 118270 120624 123025 125474 127972 130519 133117
7 Morotai Pulau Morotai 2476 82726 84373 86053 87765 89512 91294 93111 94965
8 Taliabu Pulau Taliabu 1469.93 68592 69957 71350 72770 74218 75696 77202 78739
9 Ternate Ternate 111.39 289764 295531 301414 307414 313533 319773 326139 332630
10 Tidore, Halmahera Tidore Kepulauan 1645.73 131129 133739 136401 139116 141885 144709 147590 150528
Maluku Utara 31982.5 1578189 1609603 1641642 1674319 1707646 1741637 1776304 1811661
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten/Kota di Kepulauan Maluku relatif rendah. Kondisi ini
menyebabkan pertambahan penduduk pada masing-masing kabupaten juga tidak terlalu tinggi.
Kabupaten dengan pertumbuhan tertinggi terdapat di Kabupaten

Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..11 Laju
pertumbuhan penduduk di Kepulauan Maluku 2011-2016
No Pulau Kabupaten/Kota Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Halmahera Halmahera Barat 1.98% 1.87% 1.89% 1.85% 1.80% 0.89%

2 Halmahera, Gebe Halmahera 3.02% 3.24% 2.96% 2.82% 2.90% 1.41%


Tengah
3 Mangoli dan Sulabes Kepulauan Sula 2.20% 2.19% 2.25% 2.24% 1.98% 0.97%
4 Halmahera, Bacan, Obi, Halmahera 2.08% 1.92% 1.92% 1.92% 1.89% 0.93%
Makian Selatan

5 Halmahera Halmahera Utara 2.16% 2.11% 2.07% 2.00% 2.01% 0.98%

6 Halmahera Halmahera Timur 3.31% 3.03% 3.03% 3.02% 2.69% 1.31%

7 Morotai Pulau Morotai 2.81% 2.96% 2.79% 2.67% 2.76% 1.35%

8 Taliabu Pulau Taliabu 1.36% 1.53% 1.29% 1.13% 1.29% 0.64%

9 Ternate Ternate 2.71% 2.69% 2.61% 2.50% 2.51% 1.22%


10 Tidore, Halmahera Tidore 1.49% 1.54% 1.29% 1.39% 1.22% 0.60%
Kepulauan

Maluku Utara 2.28% 2.24% 2.18% 2.13% 2.08% 1.02%

Kepadatan penduduk rata-rata per kabupaten/kota di wilayah Kepulauan Maluku pada 2016
adalah sebesar 185 jiwa per km 2. Daerah otonom paling tinggi kepadatannya adalah Kota Ternate
(1936 jiwa/km 2) dan Kota Ambon (1191 jiwa per km 2). Sedangkan daerah otonom dengan
kepadatan paling rendah adalah Kabupaten Maluku Barat Daya dengan kepadatan penduduk 8
jiwa per km 2. Gambaran lebih rinci dari pola kepadatan penduduk di Kepulauan Maluku
selengkapnya dapat diikuti pada tabel 2.16 berikut.
Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..12 Pola
Kepadatan Penduduk di Kepulauan Maluku
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
No Pulau
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Halmahera Halmahera Barat 59 60 61 63 64 65 66
2 Halmahera Halmahera Tengah 16 17 17 18 18 19 19
Mangoli dan
3 Sulabes Kepulauan Sula 26 26 27 28 28 29 29
Halmahera, Bacan,
4 Obi, Makian Halmahera Selatan 24 25 25 26 26 27 27
5 Halmahera Halmahera Utara 42 43 44 44 45 46 47
6 Halmahera, Gebe Halmahera Timur 11 12 12 12 13 13 13
7 Morotai Pulau Morotai 21 22 23 23 24 25 25
8 Taliabu Pulau Taliabu 32 33 33 34 34 35 35
9 Ternate Ternate 1682 1727 1774 1820 1865 1912 1936
10 Tidore, Halmahera Tidore Kepulauan 55 56 57 57 58 59 59
Maluku Utara 33 33 34 35 36 36 37

Kesejahteraan dapat diukur dengan berbagai macam parameter antara lain tingkat pendidikan,
angka harapan hidup, pendapatan per kapita dan sebagainya. Salah satu alat ukur yang paling
umum digunakan dalam penilaian kesejahteraan masyarakat adalah dengan menggunakan
indikator indeks pembangunan manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur
capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai
ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut
mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi
tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi
kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi
pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli
masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran
per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup
layak1.

1
UNDP, 1990 dalam http://papua.bps.go.id/Subjek/view/id/26#subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1
Berdasarkan pada data IPM di Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara terlihat bahwa seluruh
kabupaten/kota di kedua provinsi memiliki nilai indeks pembangunan manusia yang lebih rendah
dari IPM Nasional. Rata-rata IPM di Provinsi Maluku adalah sebesar 67.05 pada tahun 2015,
sedangkan IPM di Provinsi Maluku Utara adalah 65.59. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
masyarakat di Kepulauan Maluku masih belum dapat sepenuhnya menikmati hasil
pembangunan. Kondisi ini tidak terlepas dari minimnya infrastruktur dasar dan juga minimnya
akses masyarakat akan pendidikan dan kesehatan. Gambaran lebih rinci IPM pada masing-
masing kabupaten/kota di Kepulauan Maluku selengkapnya dapat diikuti pada tabel berikut.

Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..13 IPM
Kepulauan Maluku per Kabupaten/Kota 2010-2016

Indeks Pembangunan Manusia


Wilayah Indeks Pembangunan Manusia (%)
2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016*
Halmahera Barat 59.56 60.33 60.71 61.47 62.06 62.97 63.83
Halmahera Tengah 58.42 59.34 59.94 60.89 61.49 62.07 63.05
Kepulauan Sula 57.06 57.98 58.83 59.77 60.18 60.50 61.25
Halmahera Selatan 58.22 58.86 59.50 59.92 60.34 61.26 62.17
Halmahera Utara 61.46 62.31 62.94 63.81 64.18 65.04 66.02
Halmahera Timur 60.06 60.77 61.73 62.71 63.26 63.99 64.92
Pulau Morotai - 56.63 57.16 57.97 58.34 59.27 59.87
Pulau Taliabu - - - 56.86 57.31 58.26 58.66
Ternate 74.86 75.52 75.81 76.69 77.15 77.64 77.80
Tidore Kepulauan 64.48 64.80 65.42 66.25 66.76 67.45 68.37
Maluku Utara 61.77 61.84 62.45 62.63 63.11 63.85 64.59

Tingkat kemiskinan di Kepulauan Maluku juga sangat tinggi, rata-rata angka kemiskinan di
masing-masing kabupaten jauh diatas angka kemiskinan nasional. Kabupaten dengan tingkat
kemiskinan paling tinggi adalah kabupaten yang berada pada wilayah perbatasan negara yaitu
Kabupaten Maluku Barat Daya dengan angka kemiskinan sebesar 31%, Kabupaten Maluku
Tenggara Barat dengan angka kemiskinan sebesar 28%, sedangkan pada wilayah Maluku Utara
daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di Kabupaten Halmahera Timur dengan
angka kemiskinan sebesar 15.62%. Gambaran lebih rinci tingkat kemiskinan di Kepulauan
Maluku dapat diikuti pada tabel berikut.

Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..14 Persentase
Kemiskinan di Kepulauan Maluku per Kabupaten/Kota 2010-2016
Persentase Penduduk Miskin
No Pulau Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Halmahera Halmahera Barat 12.75% 13.02% 10.59% 9.83% 9.60% 9.76% 8.81%
Halmahera, Halmahera
2 Gebe Tengah 23.26% 22.58% 18.15% 17.63% 17.00% 15.10% 14.06%
Mangoli dan
3 Sulabes Kepulauan Sula 16.59% 16.24% 13.09% 14.22% 13.52% 9.47% 9.14%
Halmahera,
Bacan, Obi, Halmahera
4 Makian Selatan 8.31% 8.15% 6.60% 6.09% 5.89% 4.59% 4.08%
5 Halmahera Halmahera Utara 8.67% 8.49% 6.84% 5.95% 5.77% 4.97% 4.17%
6 Halmahera Halmahera Timur 21.25% 20.57% 16.51% 16.52% 16.04% 15.62% 15.62%
7 Morotai Pulau Morotai 11.91% 11.58% 9.28% 9.21% 8.80% 8.38% 7.12%
8 Taliabu Pulau Taliabu 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 7.00% 7.31%
9 Ternate Ternate 5.29% 5.15% 4.15% 3.26% 3.18% 2.99% 2.66%
Tidore,
10 Halmahera Tidore Kepulauan 7.51% 7.40% 6.00% 5.82% 5.73% 5.36% 5.08%
Maluku Utara 10.26% 10.03% 8.08% 7.68% 7.45% 6.87% 6.36%

Struktur perekonomian Provinsi Maluku dan Maluku utara kurang lebih memiliki karakter yang
sama dengan Pulau Papua, dimana sektor pertanian dalam arti luas masih menjadi sektor utama
penopang perekonomian wilayah, disusul sektor perdagangan dan jasa, industri pengolahan dan
pertambangan. Sektor pertanian cenderung mengalami penurunan peran dari tahun ke tahun,
kondisi ini tidak terlepas dari kontribusi sektor pertanian terhadap peningkatan pendapatan
petani, sehingga para petani cenderung beralih fungsi mata pencaharian lain. Dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata maka upaya pengembangan infrastruktur
PUPR untuk menopang sistem produksi di masing-masing pulau sangat dibutuhkan.
Pengembangan infrastruktur yang sangat dibutuhkan dalam rangka mendorong pertumbuhan
perekonomian wilayah di Kepulauan Maluku adalah infrastruktur yang berkaitan atau mendukung
sistem produksi pertanian tanaman pangan dan perikanan serta sistem infrastruktur yang
mendukung sistem distribusi logistik dari pusat-pusat produksi pertanian menuju pusat
pemasaran dan pusat-pusat pusat permukiman di masing-masing pulau. Keberadaan
infrastruktur penunjang distribusi barang akan sangat membantu dalam rangka meningkatkan
arus barang antar pulau di wilayah Kepulauan Maluku. Pengembangan infrastruktur penghubung
antar pusat produksi pertanian pada kawasan perdesaan perlu mendapatkan skala prioritas
dalam pembangunan jangka menengah 2020-2024. Pengembangan infrastruktur ini diharapkan
akan mendorong perkembangan aktivitas ekonomi dan memperkuat rantai nilai produksi yang
akan memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan dan perekonomian wilayah.
Dengan perkembangan sistem rantai nilai ekonomi maka konsep WPS yang didorong oleh
kementerian PUPR akan dapat menemui sasaran yang diharapkan yaitu memperkuat sistem
klaster ekonomi pada masing-masing WPS. Gambaran lebih jelas struktur perekonomian Provinsi
Maluku dan Maluku Utara dapat diikuti pada tabel dan grafik berikut.

Tabel Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..15 Struktur
Perekonomian Provinsi Maluku Utara 2010-2016
Sektor
Kode Perekonomian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian,
A Kehutanan, dan 26.27% 25.66% 25.53% 24.86% 24.27% 23.26% 22.93%
Perikanan
Pertambangan dan
B 13.57% 13.07% 12.60% 12.17% 10.06% 10.09% 9.39%
Penggalian
C Industri Pengolahan 5.67% 5.44% 5.25% 5.25% 5.49% 5.38% 5.85%
Pengadaan Listrik,
D 0.06% 0.07% 0.07% 0.07% 0.08% 0.09% 0.11%
Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
E 0.09% 0.09% 0.09% 0.08% 0.09% 0.09% 0.09%
Sampah, Limbah dan
Daur Ulang
F Konstruksi 5.80% 6.00% 6.40% 6.25% 6.29% 6.53% 6.66%
Perdagangan Besar
dan Eceran, dan
G 15.04% 15.17% 15.57% 16.52% 17.58% 17.95% 18.17%
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi dan
H 5.38% 5.32% 5.35% 5.36% 5.56% 5.63% 5.80%
Pergudangan
Penyediaan
I Akomodasi dan 0.44% 0.44% 0.43% 0.42% 0.44% 0.43% 0.46%
Makan Minum
Informasi dan
J 3.74% 3.82% 3.87% 3.98% 4.23% 4.35% 4.47%
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
K 2.05% 2.61% 2.77% 2.83% 2.80% 2.92% 3.12%
Asuransi
L Real Estate 0.11% 0.12% 0.12% 0.11% 0.12% 0.12% 0.12%
M,N Jasa Perusahaan 0.33% 0.33% 0.33% 0.34% 0.34% 0.34% 0.34%
Administrasi
Pemerintahan,
O 15.15% 15.58% 15.38% 15.51% 16.27% 16.38% 16.02%
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 3.46% 3.49% 3.45% 3.39% 3.43% 3.47% 3.46%
Jasa Kesehatan dan
Q 2.00% 2.01% 2.00% 2.08% 2.15% 2.16% 2.17%
Kegiatan Sosial
R,S,T,
Jasa lainnya 0.83% 0.80% 0.80% 0.79% 0.80% 0.82% 0.85%
U
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Total PDRB 100.00%
% % % % % %
Sumber: BPS Maluku Utara, 2017
Gambar Kesalahan! Tidak ada teks dari gaya yang ditentukan dalam dokumen..7 Struktur
Perekonomian Provinsi Maluku Utara 2010 dan 2016
Sumber: BPS Maluku, 2017

Kondisi yang sama di Provinsi Maluku Utara, sektor pertanian mengalami konstraksi, perannya
menurun 4% dalam rentang waktu lima tahun terakhir. Sektor perdagangan mengalami
peningkatan peran menjadi 18% pada 2016 dari sebelumnya 15% pada 2010.

Anda mungkin juga menyukai