Anda di halaman 1dari 15

APLIKASI BASIS DATA

 Bagi pemakai mahir yang berinteraksi langsung terhadap


basis data melalui DBMS, operasi basis data itu dapat
berbentuk:
 Penambahan data.
 Pencarian data.
 Pengubahan data.
 Penghapusan data.
 Pengurutan data.
 Penggabungan data.
 Penyimpulan/pengelompokkan data.
 dan lain-lain.

 Bagi pemakai akhir (end-user) yang memang tidak


bersentuhan langsung dengan objek basis data, tetapi lebih
banyak bersinggungan dengan aktivitas nyata yang memang
terjadi di mana sistem basis data itu diterapkan, maka akan
lebih mengenal operasi basis data seperti:
 Pemasukan data (master barang, transaksi penjualan,
jumal-akuntansi, nasabah baru, dan lain-lain).
 Monitoring data transaksi.
 Pencetakan laporan harian/bulanan.
 Penutupan data transaksi bulanan.
 dan lain-lain.

 Pada level implementasi, perbedaan tersebut


dijembatani oleh adanya perangkat lunak (aplikasi) yang
khusus dibuat untuk dapat digunakan oleh para pemakai
akhir (end-user). Aplikasi ini akan menyediakan sejumlah
operasi (menu) yang sesuai dengan berbagai aktivitas nyata
yang memang dilakukan oleh para pemakai akhir (end-
user).

 Selanjutnya, pilihan operasi user ini akan 'diterjemahkan'


oleh aplikasi tersebut menjadi' sejumlah operasi basis data
elementer yang memang dapat dikenali/dikerjakan oleh
DBMS. Aplikasi semacam itu kita sebut Aplikasi Basis Data.
naive-
user
DBMS: Terpisah atau Menyatu denganAplikasi?
 Sofware untuk merancang aplikasi basis data : Java,
VB.Net, ASP.Net, Delphi, MS Access, Visual Foxpro dll
kadang dianggap bukan DBMS.
 DBMS yang besar (seperti Oracle, CA-OpenIngres, Sybase,
Informix, IBM-DB2, SQL Server) memang dirancang sejak
awal untuk berdiri sendiri dan terpisah dari aplikasi basis
datanya.
 Karena berdiri sendiri, maka banyak sekali fasilitas
(feature) yang ditangani oleh DBMS ini, seperti masalah
pemeliharaan integritas basis data, mekanisme recovery
(pemulihan data otomatis akibat adanya kerusakan data),
mekanisme backup periodik, pengendalian persaingan
pemakaian data oleh banyak pemakai (concurency control),
mekanisme pengamanan pemakaian (security mechanism),
dan lain-lain.
Gambar aplikasi basis data yang terpisah dari DBMS
 Pada bentuk di atas, basis data dapat dianggap sebagai
objek yang hidup, karena sesungguhnya aplikasi tidak
pemah berinteraksi langsung dengan basis data. Tetapi
selalu melalui DBMS sebagai perantara. Bahkan DBMS
sendiri bisa melakukan aktifitas sendiri yang bisa ditangkap
oleh aplikasi.
 Jadi interaksi antara aplikasi basis data dan DBMS
merupakan interaksi dua arah (digambarkan dengan adanya
tanda panah bolak-balik) antara dua perangkat lunak.

Arsitektur Sistem
 Arsitektur Sistem merujuk pada konfigurasi sistem secara
keseluruhan yang akan menjadi 'tempat hidup' dari DBMS,
basis data dan aplikasi yang memanfaatkannya.
 Bagaimana wujud dari 'tempat hidup' tersebut yang juga
akan menentukan bagaimana para pemakai berinteraksi
dengannya, sudah seharusnya ditetapkan sejak awal
sebelum memulai perancangan basis data, atau paling tidak
sebelum melaksanakan tahap implementasi basis data.
 Beberapajenis arsitektur sistem yang dapat digunakan
dan akan diuraikan pada bab ini adalah :
 Sistem Tunggal/Mandiri (Stand-Alone)
 Sistem Tersentralisasi (Centralized System).
 Sistem Client-Server

1. Sistem Tunggal/Mandiri (Stand-Alone)


 Pada arsitektur ini, DBMS, basis data dan aplikasi basis
data ditempatkan pada mesin (komputer) yang sama.
Dengan demikian, pemakai yang dapat menggunakannya di
setiap saat juga hanya satu orang (single user).
 Arsitektur ini merupakan arsitektur sistem yang paling
sederhaha dan paling murah. Arsitektur semacam ini dapat
kita pilih dan gunakan, jika basis data yang dikelola
memang tidak terlalu besar dan lebih bersifat membantu
mempercepat pekerjaan-pekerjaan administratif.
2. Sistem Tersentralisasi (Centralized System)
 Kita tidak dapat mempertahankan pemakaian Sistem
Mandiri, jika harus mengakomodasi pemakaian oleh banyak
pemakai (multi-user).
 Arsitektur ini terdiri atas sebuah mesin server dan
sejumlah terminal (yang menjadi tempat user berinteraksi
dengan sistem). Yang tersentralisasi dalam arsitektur ini
dapat mencakup basis data, DBMS dan aplikasi basis data
atau basis data saja.
 Untuk lingkup sentralisasi yang pertama, maka jenis
server-nya. sering disebut sebagai DBMS-server atau
application-server (server aplikasi) dan terminalnya lebih
tepat disebut dumb-terminal (terminal pasif).
 Sedang jika yang disentralisasi hanya basis data, server
yang kita gunakan biasa disebut file server dan terminalnya
disebut workstation (stasiun kerja).

 Pada bentuk sentralisasi yang pertama, beban server


tentu saja sangat berat, karena digunakan secara bersama-
sama oleh banyak pemakai untuk menjalankan aplikasi
basis data dan DBMS (di samping tentu saja sistem operasi
untuk jaringan).
 Untuk memperingan beban server (khususnya dalam
alokasi sumber daya server seperti prosesor dan memori),
bentuk sentralisasi ini umumnya menggunakan aplikasi
berbasis teks (text-base application) dengan fasilitas antar-
muka layar yang sederhana, sehingga ukuran aplikasi bisa
lebih kecil.
 Performansi operasi basis data sangat dipengaruhi oleh
utilitas (pemakaian) sumber daya server. Karena itu,
semakin banyak proses yang aktif, maka performansi akan
semakin lambat. Sementara itu, lalu lintas data (data
traffic) antara terminal dan server rendah, karena yang
ditransfer hanyalah aksi pemakai (dari terminal ke server)
dan image lay ar (dari server ke terminal pada saat
menampilkan hasil query).
 Dengan begitu, arsitektur ini akan tetap berfungsi baik
walaupun digunakan di sebuah jaringan yang lebih besar
(Wide Area Network/WAN) dan lebih praktis terutama pada
masa instalasi maupun perbaikan aplikasi, karena
pemasangan aplikasi (deployment) hanya dilakukan di satu
tempat (di server). Pada bentuk sentralisasi ini, kita dapat
saja menggunakan DBMS yang terpisah dari aplikasi, tetapi
berada di mesin (server) yang sama.
 Pada bentuk sentralisasi yang kedua, beban server jauh
lebih ringan, karena yang 'hidup' di situ hanyalah sistem
operasi jaringan (network operating system/NOS) dan basis
data dianggap setara dengan sebuah file atau beberapa file
pada umumnya.
 Proses-proses aplikasi basis data dijalankan di setiap
work-station (yangjuga memiliki prosesor dan memori) yang
digunakan pemakai. Karena itu, beban kerja sistem secara
keseluruhan menjadi terbagi.
 Yang sangat mempengaruhi performansi pada arsitektur
tersentralisasi yang kedua ini adalah lalu lintas data (data
traffic) yang berlangsung dengan intensitas yang tinggi
antara work-station dan server, apalagi jika volume data
hasil query cukup besar.
 Jika ada operasi basis data dari sebuah proses yang
sedang aktif di salah satu work-station, maka file-file yang
dibutuhkan oleh operasi tersebut akan ditransfer secara
keseluruhan dari server ke workstation tersebut, Dengan
begitu, arsitektur semacam ini lebih cocok untuk jaringan
yang sifatnya lokal (Local Area Network/LAN). Di sisi lain,
tahap pemasangan (deployment) aplikasi juga menjadi
tidak praktis, karena setiap aplikasi yang baru ataupun
perubahannya harus diinstalasi di setiap work-station yang
menggunakannya.
 Memang bisa saja kesulitan ini diatasi dengan
menyediakan ruang di disk server untuk menyimpan
aplikasi, sehingga sewaktu ingin menjalankan aplikasi,
pemakai lebih dulu men-transfer file aplikasi dari serverke
work-station lalu kemudian mengaktifkannya.
 Bentuk sentralisasi kedua ini hanya dapat menggunakan
DBMS yang menyatu dengan aplikasi, sehingga basis data-
nya bersifat pasif (tidak 'hidup'). Kelemahan lain dari
bentuk ini adalah rendahnya mekanisme pengamanan basis
data (baik dari adanya akses pemakai yang ilegal maupun
karena adanya kerusakan data) dan hanya mengandalkan
pada mekanisme pengamanan yang dimiliki oleh sistem
operasi yang ada di server.

3. Sistem Client-Server
 Sebagaimana Sistem Tersentralisasi, arsitektur ketiga ini
juga diterapkan pada sebuah sistem jaringan. Sistem
Client-Server ini ditujukan untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan yang terdapat pada Sistem Tersentralisasi
sebelumnya (baik sentralisasi pada aplikasi dan basis data
maupun sentralisasi hanya pada basis data).
 Kelemahan pada bentuk Sistem Tersentralisasi yang
pertama, yaitu beratnya beban server yang harus
menangani semua proses, diatasi dengan membagi beban
itu menjadi 2 bagian : client (yang menjalankan aplikasi
basis data) dan server (yang menjalankan DBMS dan berisi
basis data) pada mesin yang berbeda.
 Sedang kelemahan pada bentuk Sistem Tersentralisasi
yang kedua, yaitu padatnya lalu lintas data antara server
dan work-station diatasi dengan mekanisme transfer data
yang lebih efisien.
 Sistem ini terdiri atas dua komponen (mesin) utama,
yaitu client dan server. Client berisi aplikasi basis data
dan server berisi DBMS dan basis data. Setiap aktivitas
yang dikehendaki para pemakai akan lebih dulu ditangani
oleh client. Client selanjutnya mengupayakan agar semua
proses 'sebisa mungkin' ditangani sendiri. Jika ada proses
yang harus melibatkan data yang tersimpan pada basis
data, barulah clien melakukan 'kontak' dengan server.
 Katakanlah ada kebutuhan untuk mendapatkan baris-baris
data (row) dengan kriteria tertentu (proses query) dan
tabel data bernama T. Pada bentuk Sistem Tersentralisasi
yang kedua, kebutuhan ini dijawab dengan mentransfer
lebih dulu semua baris data (row) yang ada di tabel T
tersebut dari server ke work-station, barulah kemudian di
work-station dilakukan pemilihan baris data (query)
terhadap tabel T tersebut.
 Sementara pada Sistem Client-Server, untuk memenuhi
kebutuhan itu client akan mengirimkan message
(perintah) query pengambilan data. Selanjutnya, server
yang menerima message tersebut akan menjalankan
query tersebut (melakukan pencarian baris data terhadap
tabel T) dan hanya hasilnya (jadi tidak seluruh isi tabel T)
yang akan dikirimkan kembali ke client. Dengan begitu,
transfer datanya menjadi jauh lebih efisien.

Gambar Sistem Client-Server sederhana

Gambar sistem client-server kompleks


 Dari kedua gambar di atas, dapat kita lihat adanya dua
macam implementasi Sistem Client-Server. Bentuk yang
pertama yang lebih sederhana dapat diterapkan pada
sebuah jaringan komputer lokal (LAN), di mana fungsi
client (untuk menangani sebagian besar proses
pengolahan data seperti perhitungan, perulangan,
pembandingan, dan lain-lain) dan fungsi workstation
(untuk menangani interaksi dengan pemakai, menerima
data masukan dan menayangkan hasil pengolahan)
disatukan.

BASIS DATA SEKARANG


 Berdasarkan perkembangan teknologinya, kita dapat
memilah DBMS dalam beberapa katagori yang jumlahnya
bisa bertambah seiring dengan perkembangan teknologi
di masa yang akan datang. Beberapa katagori DBMS itu
adalah:
1. DBMS Konvensional (Legacy DBMS)
Sebagian besar DBMS yang ada saat ini masih dapat
dikatagorikan sebagai DBMS Konvensional yang sudah
menjadi standar pemakaian di berbagai tempat. DBMS
Konvensional ini meliputi juga DBMS untuk pemakai
tunggal maupun banyak pemakai tetapi dengan
menerapkan model basis data lama, yaitu model
jaringan, model hirarkis, ataupun model yang lebih
populer: model relasional. Uraian perancangan dan
implementasi dalam buku ini didasarkan pada
penerapannya dengan menggunakan DBMS model
relasional (RDBMS).

2. DBMS Berorientasi Objek (Object-Oriented


DBMS/OODBMS)
 DBMS Berorientasi Objek merupakan respon terhadap
perkembangan yang terjadi dalam dunia pemrograman
(pemrograman berorientasi objek). Seorang manusia
sebagai sebuah objek dapat melakukan pekerjaan-
pekerjaan khusus (seperti makan, bergerak, tidur, dan
seterusnya) yang tentu dapat pula dikerjakan oleh
manusia lain tapi belum tentu dapat dikerjakan oleh
objek yang jenisnya berbeda, misalnya sepeda (sepeda
bisa bergerak tapi tidak dapat makan dan tidur).
 Konsep objek tersebut kemudian diterapkan dalam
lingkup pemrograman. Dalam sebuah program, menu
adalah sebuah objek, tampilan layar (form) adalah
sebuah objek, tulisan (teks) yang tertera di layar adalah
sebuah objek, isian tempat user memasukkan data adalah
sebuah objek dan seterusnya.
 Namun sedikit berbeda dengan objek manusia dan sepeda
di atas, penggunakan istilah sifat/kepemilikan digantikan
dengan atribut (atau properti) dan istilah kerja
digantikan dengan metoda.
 Penerapan konsep objek tersebut membawa konsekuensi-
konsekuensi baru yang sangat menarik, seperti adanya
kepemilikan objek (ownership) dan hubungan ayah-anak
di antara objek (parent-child relationship), pewarisan
(inheritance) atribut dan metoda dari kelas objek yang
lebih tinggi ke kelas objek di bawahnya, pembungkusan
(encapsulation) atribut dan metoda suatu objek oleh
objek lainnya dan pemaksaan perubahan perilaku
(polymorphism) suatu objek menjadi objek lain.
 Penerapan konsep objek ini membuat penulisan
pemrograman menjadi lebih sederhana, lebih kompak,
lebih fleksibel tetapi dengan kemampuan yang jauh lebih
baik (powerful).
 Keunggulan yang ditunjukkan oleh pemrograman
berorientasi objek kemudian menerbitkan gagasan untuk
juga menerapkan konsep yang sama dalam lingkungan
pengelolaan basis data.
 Riset dan pembuatan prototipe DBMS yang secara khusus
mengelola basis data yang berorientasi objek ini sudah
lama dilakukan. Malah saat ini sudah ada DBMS
berorientasi objek (Object-Oriented DBMS/OODBMS) yang
mulai dipasarkan, seperti CA-Jasmine. Kendati belum
semapan apa yang telah dicapai oleh OOP, di masa
datang pemakaian OODBMS cukup menjanjikan. Belum
populernya pemakaian OODBMS selain disebabkan oleh
beberapa keraguan akan kehandalannya.juga karena
upaya konversi sistem dari DBMS konvensional ke OODBMS
menjadi sangat berat jika kita ingin benar-benar
menerapkan aspek object-oriented ini dalam sistem yang
baru.

3. DBMS Objek Relasional (Object-


RelationalDBMS/ORDBMS)
DBMS Objek Relasional merupakan DBMS yang merupakan
kompromi antara DBMS Relasional dengan yang
berorientasi objek yang memang masih dalam tarap
pengembangan. Secara objektif, DBMS ini sebenarnya
masih menerapkan model relasional sebagai basis
pengelolaan datanya. Aspek Objek dalam DBMS ini
merupakan tambahan feature yang bisa digunakan
ataupun tidak digunakan sama sekali. Jika OODBMS sudah
menjadi standar dan mulai banyak diterapkan, hampir
bisa dipastikan DBMS kompromi ini tidak memadai lagi
untuk digunakan.

4. DBMS untuk Web/Internet (Internet DBMS)


DBMS untuk Web/Internet merupakan DBMS yang dibuat
untuk keperluan khusus yaitu menangani dokumen-
dokumen (halaman-halaman) Web yang banyak digunakan
di dunia Internet.

Anda mungkin juga menyukai