Anda di halaman 1dari 32

-1-

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR : P. 60 /Menhut-II/2014

TENTANG

KRITERIA PENETAPAN KLASIFIKASI DAERAH ALIRAN SUNGAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 21


Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kehutanan tentang Kriteria Penetapan Klasifikasi
Daerah Aliran Sungai;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4377);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5214);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang
Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4947);

7. Peraturan..
-2-

7. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang


Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 62, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292);
8. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 50/P Tahun 2014;
9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013;
10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56
Tahun 2013;
11. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 405)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2012 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 779);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG KRITERIA


PENETAPAN KLASIFIKASI DAERAH ALIRAN SUNGAI.

Pasal 1

Kriteria Penetapan Klasifikasi Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagaimana


tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Kriteria Penetapan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 sebagai


arahan/acuan bagi Kementerian Kehutanan serta Instansi terkait untuk menilai
dan menyusun klasifikasi DAS dalam rangka penetapan DAS yang dipertahankan
dan dipulihkan daya dukungnya.

Pasal 3..
-3-

Pasal 3

Tujuan ditetapkannya peraturan ini agar diperoleh klasifikasi DAS-DAS di


Indonesia sebagai basis penentuan kebijakan dan penyelenggaraan pengelolaan
DAS.

Pasal 4

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Agustus 2014

MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ZULKIFLI HASAN

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 September 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1266

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI,

ttd.

KRISNA RYA
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P. 60 /Menhut-II/2014
TENTANG
KRITERIA PENETAPAN KLASIFIKASI DAERAH ALIRAN SUNGAI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS yang tersebar
diseluruh wilayah Indonesia, merupakan satu kesatuan ekosistem alami yang
utuh dari ekosistem pegunungan di hulu hingga ekosistem pantai di hilir.
Kekayaan sumber daya alam maupun buatan di dalam DAS merupakan
karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu disyukuri, dilindungi dan diurus
daya dukungnya dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan kondisi saat ini ada
DAS yang harus dipertahankan daya dukungnya namun banyak pula DAS
yang sudah harus dipulihkan daya dukungnya.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2012, Daya Dukung


DAS adalah kemampuan DAS untuk mewujudkan kelestarian dan keserasian
ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia
dan makhluk hidup lainnya secara berkelanjutan. DAS yang dipulihkan daya
dukungnya adalah DAS yang kondisi lahan serta kuantitas, kualitas dan
kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan pemanfaatan
ruang wilayah tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sedangkan yang perlu
dipertahankan adalah yang masih berfungsi sebagaimana mestinya.

Dengan dipulihkan dan dipertahankannya daya dukung DAS maka


tujuan mewujudkan kondisi lahan yang produktif sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan DAS secara berkelanjutan,
mewujudkan kuantitas, kualitas dan keberlanjutan ketersediaan air yang
optimal menurut ruang dan waktu dan mewujudkan peningkatan
kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

Untuk memberikan landasan hukum bagi pelaksanaan Pengelolaan


DAS dalam mengelola DAS yang dipertahankan dan dipulihkan daya
dukungnya sesuai dengan tujuan yang diinginkan tersebut, maka perlu
ditetapkan Pedoman Penetapan Klasifikasi DAS.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud ditetapkannya kriteria untuk klasifikasi DAS tersebut adalah
diperolehnya arahan/acuan bagi Kementerian Kehutanan serta Instansi
terkait untuk menilai dan menyusun klasifikasi Daerah Aliran Sungai dalam
rangka penetapan Daerah Aliran Sungai yang dipertahankan dan dipulihkan
daya dukungnya. Adapun tujuannya adalah diperolehnya klasifikasi DAS-
DAS di Indonesia sebagai basis penentuan kebijakan dan penyelenggaraan
Pengelolaan DAS.

C. Dasar..

1
C. Dasar Pertimbangan Pemilihan Kriteria
Kriteria-kriteria evaluasi kondisi DAS dipilih berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan:
1. Tingkat obyektivitas kondisi teknis pengelolaan DAS;
2. Perkembangan sosial politik serta peraturan perundang-undangan yang
terkait;
3. Tingkat ketersediaan atau kemutakhiran data pendukung;
4. Tingkat akseptabilitas para pihak;
5. Tingkat daya guna dan hasil guna.

Perlu dimaklumi bahwa klasifikasi DAS yang dihasilkan tidak


dimaksudkan sebagai dasar penentuan teknis rehabilitasi hutan dan lahan
serta teknis pengelolaan sumber daya air, tetapi diharapkan dapat
menggambarkan tingkat urgensi penanganan DAS dalam skala nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota. Sehubungan dengan itu, data dan informasi
parameter dan kriteria yang dipilih diupayakan dengan memanfaatkan dari
sumber yang telah tersedia di berbagai instansi terkait dan harus diupayakan
seminimal mungkin pengambilan data primer secara langsung di lapangan
untuk menghindari kebutuhan dana, waktu, peralatan dan tenaga yang
besar.

BAB II..

2
BAB II
KRITERIA UNTUK MENETAPKAN KLASIFIKASI DAS

A. Kriteria dan Sub Kriteria Terpilih


Jenis kriteria, sub kriteria terpilih dan pembobotannya disajikan pada
Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Kriteria, Sub Kriteria dan Pembobotan dalam Penetapan Klasifikasi


DAS
No. Kriteria/Sub Kriteria Bobot Sumber Data
1. Kondisi Lahan 40
a. Persentase Lahan Kritis 20 BP DAS, BPKH
b. Persentase Penutupan 10 RTRWP/K, BAPLAN
Vegetasi BP DAS
c. Indeks Erosi (IE) atau nilai 10
faktor CP

2. Kualitas, Kuantitas dan 20 PU, BMKG


Kontinuitas Air (Tata Air) BPDAS,PU, BBWS, BMG
a. Koefisien Rejim Aliran 5 PU, BBWS
b. Koefisien Aliran Tahunan 5 PU, BBWS, PEMDA, BPDAS,
c. Muatan Sedimen 4 PU, BBWS, Pertanian, Pemda
d. Banjir 2
e. Indeks Penggunaan Air 4

3. Sosial Ekonomi dan 20 BP DAS, BPS, BPN


Kelembagaan BP DAS, BPS, BAPPEDA
a. Tekanan Penduduk 10 BP DAS, LSM, PEMDA,
terhadap Lahan Tokoh
b. Tingkat Kesejahteraan 7 Masyarakat
Penduduk
c. Keberadaan dan Penegakan 3
Peraturan

4. Investasi Bangunan Air 10 RTRW, BP DAS, PEMDA


a. Klasifikasi Kota 5 PU, BBWS, PEMDA
b. Klasifikasi Nilai Bangunan 5
Air

5. Pemanfaatan Ruang Wilayah 10 RTRWP/K, BPKH, BAPLAN,


a. Kawasan Lindung 5 BPN
b. Kawasan Budidaya 5 RTRWP/K, BPKH, BAPLAN,
BPN

B. Metode..

3
B. Metode dan Prosedur Penerapan
Kriteria dan sub kriteria terpilih pada Tabel 1 di atas dalam penerapannya
memerlukan parameter-parameter yang harus dihitung dimana hasilnya
dikualifikasikan dalam beberapa kelas, dan di masing-masing kelas diberi skor
yang mencerminkan kualifikasi indikator, yaitu dari sangat rendah hingga
sangat tinggi. Metode dan prosedur penerapan kriteria/sub kriteria dijelaskan
secara lengkap berikut ini.

1) Kondisi Lahan
Kriteria Kondisi lahan meliputi 3 (tiga) sub kriteria berikut ini:

a) Persentase Lahan Kritis

Cara/rumus perhitungan:

LK x 100%
PLLK = -----------------
A

Keterangan rumus:
PLLK= Persentase luas lahan kritis
LK = Luas lahan kritis dan sangat kritis (ha)
A = Luas DAS (ha)

Keterangan tambahan:
- LK diperoleh dari hasil inventarisasi lahan kritis oleh BPDAS dengan
kriteria sesuai SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998. Kelas kekritisan
lahan yang dimasukkan dalam perhitungan ini adalah kategori kritis
dan sangat kritis.

Kriteria penilaian kekritisan lahan disajikan pada Tabel 2.


Tabel 2. Kriteria Penilaian Kondisi Lahan berdasarkan Persentase
Lahan Kritis dalam DAS
No. Persentase Lahan Kritis Skor Kualifikasi Pemulihan
dalam DAS
1. PLLK ≤ 5 0,50 Sangat rendah
2. 5 < PLLK ≤ 10 0,75 Rendah
3. 10 < PLLK ≤ 15 1,00 Sedang
4. 15 < PLLK ≤ 20 1,25 Tinggi
5. PLLK > 20 1,50 Sangat Tinggi

b) Persentase..

4
b) Persentase Penutupan Vegetasi
Kriteria penilaian Persentase Penutupan Vegetasi disajikan pada Tabel 3
berikut ini.
LV x 100%
PPV = ----------------
A
Keterangan rumus:
PPV = Persentase Penutupan Vegetasi
LV = Luas penutupan lahan vegetasi (ha)
A = Luas DAS (ha)

Keterangan tambahan:
LV diperoleh dari hasil interpretasi citra satelit, foto udara dan data
Badan Pertanahan Nasional, BAPLAN Kementerian Kehutanan,
BAPPEDA.

Tabel 3. Kriteria Penilaian Kondisi Lahan berdasarkan Persentase


Penutupan Vegetasi
No. Persentase Penutupan Skor Kualifikasi Pemulihan
Vegetasi dalam DAS
1. 80 < PPV 0,50 Sangat rendah
2. 60 <PPV≤ 80 0,75 Rendah
3. 40 <PPV≤ 60 1,00 Sedang
4. 20 <PPV≤ 40 1,25 Tinggi
5. PPV≤ 20 1,50 Sangat Tinggi

c) Indeks..

5
c) Indeks Erosi (IE)
Cara/rumus perhitungan Indeks Erosi adalah:

Ai
IE =  ( ----- x IEi) ..................(1)
A

IEi = PEi/Ti ............................(2)

PEi = R . K . Ls . C . P ..............(3)

Keterangan rumus:
IE = Indeks erosi DAS
PEi = prediksi erosi dengan USLE pada land unit ke i (ton/ha/tahun)
IEi = Indeks erosi pada land unit ke i
A = Luas DAS (ha); Ai = luas land unit ke i
T = Erosi yang diperbolehkan dalam DAS (tergantung solum tanah)
Ti = Erosi yang diperbolehkan pada land unit ke i
R = Erosivitas hujan
K = Erodibilitas tanah
Ls = Panjang dan kemiringan lereng (slope-length)
C = Pengelolaan vegetasi (crop management)
P = Teknik konservasi tanah (conservation practices)

DEi - Dmini
Ti = --------------------- + SFR...................(4)
RL

Keterangan rumus:
Ti = erosi yang diperbolehkan pada unit lahan ke i
DEi = Kedalaman ekuivalen = Di x faktor kedalaman tanah
Di = solum tanah (mm) pada unit lahan ke i
Dmini = kedalaman minimum = kedalaman zona perakaran (mm)
pada unit lahan ke i
SFR = laju pembentukan tanah = 0,5 mm
RL = umur guna tanah, nilainya berkisar 200-250 tahun

Keterangan tambahan:
Nilai faktor kedalaman tanah dipengaruhi oleh jenis tanah. Faktor
Kedalaman Tanah pada Berbagai Jenis Tanah disajikan di dalam Tabel 4
berikut:

Tabel 4..

6
Tabel 4. Faktor Kedalaman Tanah pada Berbagai Jenis Tanah
No. USDA Sub Order dan Kode Faktor Kedalaman Tanah
1. Aqualfs (AQ) 0.9
2. Udalfs (AD) 0.9
3. Ustalfs (AU) 0.9
4. Aquents (EQ) 0.9
5. Arents (ER) 1.0
6. Fluvents (EV) 1.0
7. Orthents (EO) 1.0
8. Psamments (ES) 1.0
9. Andepts (IN) 1.0
10. Aquepts (IQ) 0.95
11. Tropepts (IT) 1.0
12. Alballs (MW) 0.75
13. Aqualls (MQ) 0.9
14. Rendolls (MR) 0.9
15. Udolls (MD) 1.0
16. Ustolls (MU) 1.0
17. Aquox (OQ) 0.9
18. Humox (OH) 1.0
19. Orthox (OO) 0.9
20. Ustox (OU) 0.9
21. Aquods (SQ) 0.9
22. Ferrods (SI) 0.95
23. Hummods (SH) 1.0
24. Arthods (SO) 0.95
25. Aquults (UQ) 0.8
26. Humults (UH) 1.0
27. Udults (UD) 0.8
28. Ustults (UU) 0.8
29. Uderts (VD) 1.0
30. Ustearts (VU) 1.0

Sebagai alternatif, apabila mengalami kesulitan perolehan data, maka


penghitungan nilai erosi yang diperbolehkan pada unit lahan ke i (Ti)
dapat dihitung berdasarkan kriteria baku kerusakan tanah pada lahan
kering akibat erosi air yang terdapat pada Lampiran Peraturan
Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan
Tanah Untuk Produksi Biomassa (Tabel 5).

Tabel 5..

7
Tabel 5. Kriteria Baku Kerusakan Tanah Lahan Kering Akibat Erosi Air
(Nilai Ti)
Tebal Tanah (cm) Ambang Kritis Erosi (Ti)
ton/ha/th mm/10 th
<20 >0,1 - <1 >0,2 - <1,3
20 - <50 1 - <3 1,3 - <4
50 - <100 3 - <7 4,0 - <9,0
100 - 150 7-9 9,0 - 12
>150 >9 >12

Kriteria penilaian Indeks Erosi dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Kriteria Penilaian Indeks Erosi


No. Nilai Indeks Erosi Skor Kualifikasi Pemulihan
1. IE ≤ 0,5 0,50 Sangat rendah
2. 0,5 < IE ≤ 1 0,75 Rendah
3. 1 < IE ≤ 1,5 1,00 Sedang
4. 1,5 < IE ≤ 2 1,25 Tinggi
5. IE > 2 1,50 Sangat Tinggi

Perhitungan nilai IE disamping menggunakan rumus dan kriteria


penilaian di atas juga dapat menggunakan nilai pengelolaan lahan dan
tanaman (CP). Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:

CP =  ( Ai x CPi )
A
Dimana,

CP = nilai tertimbang pengelolaan lahan dan tanaman pada DAS


tertentu
CPi = nilai pengelolaan lahan dan tanaman pada unit lahan ke i
Ai = luas unit lahan ke i (ha) pada DAS tertentu
A = luas DAS (ha)

Variasi nilai C dan P dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7..

8
Tabel 7. Variasi Nilai C dan P
No. Jenis Perlakuan Nilai CP
1 2 3
1. Teras bangku 0.37
- Konstruksi bagus 0.04
- Konstruksi sedang 0.15
- Konstruksi jelek 0.35
2. Teras tradisional 0.40
3. Teras koluvial pada strip rumput atau 0.50
bambu 0.04
- Konstruksi bagus 0.40
- Konstruksi jelek 0.30
4. Hillside ditch atau field pits 0.60
5. Rotasi Crotalaria sp. (legume) 0.30
6. Mulsa (sersah atau jerami 6 ton/ha/th) 0.50
7. Mulsa (sersah atau jerami 3 ton/ha/th) 0.50
8. Mulsa (sersah atau jerami 1 ton/ha/th) 0.80
9. Kontur cropping, kemiringan < 8 % 0.50
10. Kontur cropping, kemiringan 9 - 20 % 0.75
11. Kontur cropping, kemiringan > 20 % 0.90
12. Teras bangku dengan tanaman kacang tanah 0.009
13. Teras bangku dengan tanaman maize dan 0.006
mulsa jerami 4 ton/ha
14. Teras bangku dengan tanaman sorgum- 0.012
sorgum
15. Teras bangku dengan tanaman maize 0.048
16. Teras bangku dengan kacang tanah 0.053
17. Strip rumput Bahia (3 tahun) pada tanaman 0.00
Citonella
18. Strip rumput Brachiaria (3 tahun) 0.00
19. Strip rumput Bahia (1 tahun) pada tanaman 0.02
kedele
20. Strip crotalaria pada tanaman kedele 0.111
21. Strip crotalaria pada tanaman padi gogo 0.34
22. Strip crotalaria pada tanaman kacang tanah 0.398
23. Strip "maize" dan kacang tanah, mulsa dari 0.05
sersah
24. Teras gulud dengan penguat rumput 0.50
25. Teras gulud, dengan tanaman bergilir padi 0.013
dan maize
26. Teras gulud, sorgum-sorgum 0.041
27. Teras gulud, singkong 0.063
28. Teras gulud, maize-kacang tanah 0.006
29. Teras gulud , pergiliran kacang tanah - kedele 0.105
30. Teras gulud, padi gogo-maize 0.012
31. Teras bangku, maize - singkong/kedele 0.056
32. Teras bangku, sorgum-sorgum 0.024
33. Teras bangku, kacang tanah 0.009
34. Teras bangku, tanpa tanaman 0.039
35. Strip Crotalaria pada tanaman sorgum- 0.264
sorgum

9
No. Jenis Perlakuan Nilai CP
1 2 3
36. Strip Crotalaria pada tanaman kacang 0.405
tanah/singkong
37. Strip Crotalaria pada tanaman padi 0.193
gogo/singkong
38. Strip rumput pada tanaman padi gogo 0.841
39. Alang-alang permanen 0.02
40. Semak belukar 0.01

Kriteria penilaian CP tersaji di dalam Tabel 8 berikut:

Tabel 8. Kriteria nilai tertimbang pengelolaan lahan dan tanaman pada


DAS tertentu (CP)
No. Nilai CP Skor Kualifikasi Pemulihan
1. CP ≤ 0,1 0,50 Sangat rendah
2. 0,1 < CP ≤ 0,3 0,75 Rendah
3. 0,3 < CP ≤ 0,5 1,00 Sedang
4. 0,5 < CP ≤ 0,7 1,25 Tinggi
5. CP > 0,7 1,50 Sangat Tinggi

2) Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas Air (Tata Air)


Kriteria kualitas, kuantitas dan kontinuitas air (tata air) terpilih untuk
menggambarkan kondisi hidrologis DAS, didekati dengan lima sub kriteria
yaitu koefisien rejim aliran, koefisien aliran tahunan, muatan sedimen,
banjir dan indeks penggunaan air. Cara perhitungan parameter untuk
setiap sub kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a) Koefisien Rejim Aliran (KRA)


Cara/rumus perhitungan:
KRA = Q max/Qa

Qa = 0,25 x Qrata

Keterangan rumus:
Qmax = debit harian rata-rata tahunan tertinggi
Qa = debit andalan (debit yang dapat dimanfaatkan/berarti)
Qrata = debit harian rata-rata bulanan lebih dari 10 tahun

Kriteria penilaian KRA dapat dilihat di dalam Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Kriteria Penilaian Koefisien Rejim Aliran (KRA)


No. Nilai KRA Skor Kualifikasi Pemulihan
1. KRA ≤ 5 0,50 Sangat rendah
2. 5 < KRA ≤ 10 0,75 Rendah
3. 10 < KRA ≤ 15 1,00 Sedang
4. 15 < KRA ≤ 20 1,25 Tinggi
5. KRA > 20 1,50 Sangat Tinggi
b) Koefisien..

10
b) Koefisien Aliran Tahunan
Cara/rumus perhitungan:

kxQ
C = -------------
CH x A

Keterangan rumus:
C = koefisien aliran tahunan
k = faktor konversi = (365x86.400)/10
A = luas DAS (ha)
Q = debit rata-rata tahunan (m3/det)
CH = curah hujan rerata tahunan (mm/th)

Kriteria penilaian koefisien aliran tahunan tersaji di dalam Tabel 10:

Tabel 10. Kriteria Penilaian Koefisien Aliran Tahunan (C)


No. Nilai Koefisien Aliran Skor Kualifikasi
Tahunan Pemulihan
1. ≤ 0,2 0,50 Sangat rendah
2. 0,2 < C ≤ 0,3 0,75 Rendah
3. 0,3 < C ≤ 0,4 1,00 Sedang
4. 0,4 < C ≤ 0,5 1,25 Tinggi
5. C > 0,5 1,50 Sangat Tinggi

c) Muatan Sedimen
Cara/rumus perhitungan:

MS = k x Cs x Q (ton/tahun)

Keterangan rumus:
MS = Muatan sedimen
k = Faktor konversi (365 x 86,4)
Cs = konsentrasi sedimen gr/liter (rata-rata tahunan)
Q = debit rata-rata tahunan (m3 /det)

Muatan sedimen diukur pada tempat yang sama dengan lokasi


pengukuran debit (SPAS) dan diupayakan mencerminkan kondisi DAS
baik di bagian hulu, tengah maupun hilir.

Kriteria penilaian muatan sedimen tersaji di dalam Tabel 11.

Tabel 11. Kriteria Penilaian Muatan Sedimen (MS)


No. Nilai Muatan Sedimen Skor Kualifikasi Pemulihan
(Ton/ha/tahun)
1. ≤5 0,50 Sangat rendah
2. 5 < MS ≤ 10 0,75 Rendah
3. 10 < MS ≤ 15 1,00 Sedang
4. 15 < MS ≤ 20 1,25 Tinggi
5. MS ≥ 20 1,50 Sangat Tinggi
Keterangan..

11
Keterangan tambahan:
Hasil perhitungan MS yang menggunakan rumus: k x Cs x Q (ton/tahun)
perlu dibagi dengan luas DAS yang bersangkutan (ha) untuk memperoleh
nilai ton/ha/tahun.

Sebagai alternatif, apabila mengalami kesulitan perolehan data, maka


muatan sedimen dapat diperoleh melalui pendekatan menggunakan
rumus:

MS = PE x SDR

Ket: MS = Muatan Sedimen (ton/ha/th)


PE = Prediksi erosi (ton/ha/th)
SDR = Nisbah penghantaran sedimen (Sediment Delivery Ratio)

Prediksi erosi ditentukan dengan menggunakan rumus USLE, sedangkan


nisbah hantar sedimen (Sediment Delivery Ratio/SDR) dapat ditentukan
dengan menggunakan matrik sebagaimana tabel 12.

Tabel 12. Hubungan antara luas DAS dengan rasio penghantaran


sedimen
No. Luas DAS (ha) Rasio penghantaran sedimen (%)
1. 10 53
2. 50 39
3. 100 35
4. 500 27
5. 1.000 24
6. 5.000 15
7. 10.000 13
8. 20.000 11
9. 50.000 8,5
10. 2.600.000 4,9

d) Banjir
Banjir dalam hal ini diartikan sebagai meluapnya air sungai, danau atau
laut yang menggenangi areal tertentu (biasanya kering) yang secara
signifikan menimbulkan kerugian baik materi maupun non materi
terhadap manusia dan lingkungannya.

Cara perolehan data:


Data yang diperlukan berupa data frekuensi banjir yang diperoleh dari
laporan kejadian bencana banjir atau pengamatan langsung
Kriteria penilaian kejadian banjir dapat dilihat di dalam Tabel 13 berikut
ini:

Tabel 13..

12
Tabel 13. Kriteria Penilaian Kejadian Banjir
No. Frekuensi Banjir Skor Kualifikasi Pemulihan
1. Tidak pernah 0,50 Sangat rendah
2. 1 kali dalam 5 tahun 0,75 Rendah
3. 1 kali dalam 2 tahun 1,00 Sedang
4. 1 kali tiap tahun 1,25 Tinggi
5. Lebih dari 1 kali dalam 1 1,50 Sangat Tinggi
tahun

e) Indeks Penggunaan Air


Cara/rumus perhitungan:

IPA = Total kebutuhan air


Qa

Keterangan rumus:
IPA = Indeks penggunaan air
Total kebutuhan air = kebutuhan air untuk irigasi + DMI +
penggelontoran kota
DMI = domestic, municiple & industry
Qa = debit andalan

Kriteria penilaian Indeks Penggunaan Air tersaji di dalam Tabel 14


berikut:

Tabel 14. Kriteria Penilaian Indeks Penggunaan Air (IPA)


No. Nilai IPA Skor Kualifikasi Pemulihan
1. IPA ≤ 0,25 0,50 Sangat rendah
2. 0,25 < IPA ≤ 0,50 0,75 Rendah
3. 0,50 < IPA ≤ 0,75 1,00 Sedang
4. 0,75 < IPA ≤ 1,00 1,25 Tinggi
5. IPA > 1,00 1,50 Sangat Tinggi
Semakin tinggi nilai IPA maka semakin kritis waduk

3) Sosial Ekonomi dan Kelembagaan


Kriteria sosial ekonomi dan kelembagaan DAS didekati dengan 3 (tiga)
sub kriteria, yaitu tekanan penduduk terhadap lahan, tingkat kesejahteraan
masyarakat dan kelembagaan DAS. Tekanan terhadap lahan diprediksi
melalui parameter rata-rata luas lahan pertanian per keluarga petani.
Kesejahteraan penduduk diprediksi melalui parameter Persentase keluarga
miskin dalam DAS atau rata-rata tingkat pendapatan per kapita per tahun.
Sedangkan kelembagaan DAS dilihat dari kondisi keberadaan dan
penegakan norma konservasi hutan dan lahan oleh masyarakat DAS.

a) Tekanan..

13
a) Tekanan Penduduk terhadap Lahan
Cara/rumus perhitungan:

IKL = A/P (ha/kk)

Keterangan rumus:
IKL = Indeks ketersediaan lahan
A = Luas baku lahan pertanian di dalam DAS
P = Jumlah KK petani di dalam DAS

Kriteria penilaian Indeks Ketersediaan Lahan tersaji di dalam Tabel 15:

Tabel 15. Kriteria Penilaian Indeks Ketersediaan Lahan (IKL)


No. Selang Ukuran (Ha/KK) Skor Kualifikasi Pemulihan
1. IKL > 4 0,50 Sangat Rendah
2. 2 < IKL≤ 4 0,75 Rendah
3. 1 < IKL ≤ 2 1,00 Sedang
4. 0,5 < IKL ≤ 1 1,25 Tinggi
5. IKL ≤ 0.5 1,50 Sangat Tinggi

b) Tingkat Kesejahteraan Penduduk


Cara/rumus perhitungan:

TKP = KK miskin x 100 %


Tot. KK

Keterangan rumus:
TKP = tingkat kesejahteraan penduduk di dalam DAS
KK miskin = jumlah kepala keluarga miskin di dalam DAS
Tot.KK = jumlah total kepala keluarga di dalam DAS

Keterangan tambahan:
Garis kemiskinan ditetapkan menggunakan data yang tersedia di BPS,
yaitu 320 – 400 kg setara beras/kapita/tahun.

Standar penilaian yang digunakan dapat dilihat di dalam Tabel 16


berikut ini:

Tabel 16. Standar Penilaian Tingkat Kesejahteraan Penduduk (TKP)


Berdasarkan Jumlah Keluarga Miskin
No. Selang Ukuran (%) Skor Kualifikasi Pemulihan
1. TKP ≤ 5 0,50 Sangat rendah
2. 5 < TKP ≤ 10 0,75 Rendah
3. 10 < TKP ≤ 20 1,00 Sedang
4. 20 < TKP ≤ 30 1,25 Tinggi
5. TKP > 30 1,50 Sangat tinggi

Sedangkan..

14
Sedangkan apabila parameter yang digunakan adalah rata-rata
pendapatan per kapita per tahun, maka standar penilaian yang
digunakan seperti yang terlihat di dalam Tabel 17 berikut ini:

Tabel 17. Standar Penilaian Tingkat Kesejahteraan Penduduk (TKP)


berdasarkan Pendapatan Rata-Rata Perkapita per Tahun
No. Selang Ukuran (juta Skor Kualifikasi Pemulihan
rupiah)
1. TKP > 5 0,50 Sangat rendah
2. 4 < TKP ≤ 5 0,75 Rendah
3. 3 < TKP ≤ 4 1,00 Sedang
4. 2 < TKP ≤ 3 1,25 Tinggi
5. TKP ≤ 2 1,50 Sangat tinggi

c) Keberadaan dan Penegakan Peraturan


Cara perolehan data:
Data diperoleh dari para tokoh masyarakat dan laporan dari instansi
terkait. Data yang diperlukan untuk analisa sub kriteria ini berupa
keberadaan norma yang berkaitan dengan konservasi dan air serta
implementasinya di lapangan di dalam DAS.
Standar penilaian Keberadaan dan Penegakan Norma dapat dilihat di
dalam Tabel 18:

Tabel 18. Standar Penilaian Keberadaan dan Penegakan Norma


No. Keberadaan dan Keberfungsian Skor Kualifikasi Pemulihan
1. Ada, dipraktekkan luas 0,50 Sangat rendah
2. Ada, dipraktekkan terbatas 0,75 Rendah
3. Ada, tapi tidak dipraktekkan lagi 1,00 Sedang
4. Tidak ada norma pro-konservasi 1,25 Tinggi
5. Ada norma kontra konservasi 1,50 Sangat tinggi

4) Investasi Bangunan Air


Asset dan nilai investasi bangunan air dalam suatu DAS mencerminkan
besar kecilnya sumber daya buatan manusia yang perlu dilindungi dari
bahaya kerusakan lingkungan DAS seperti banjir, tanah longsor,
sedimentasi dan kekeringan. Semakin besar nilai investasi dalam suatu DAS
maka semakin penting penanganan konservasi dan rehabilitasi hutan dan
lahan di DAS tersebut, dengan kata lain skala pemulihan DAS menjadi
sangat tinggi apabila investasinya sangat tinggi dan kondisi biofisiknya telah
mengalami degradasi. Untuk hal ini didekati dengan sub kriteria
keberadaan kota dan nilai investasi bangunan air seperti
waduk/bendungan/saluran irigasi.

a) Klasifikasi Kota
Cara perolehan data:
Data yang diperlukan adalah keberadaan kota di dalam wilayah DAS
serta kategori dari kota tersebut. Informasi keberadaan kota tersebut
diperoleh dari peta RTRWP/K dan/atau hasil pengamatan.

Keterangan..

15
Keterangan tambahan:
Kalau dalam satu DAS terdapat lebih dari satu kelas kota, maka dipakai
kelas kota yang tertinggi (skor tertinggi)
Kriteria Penilaian Keberadaan Kota terlihat di dalam Tabel 19 berikut ini:

Tabel 19. Kriteria Penilaian Keberadaan Kota


No. Keberadaan Kota Skor Kualifikasi Pemulihan
1. Tidak ada kota 0,50 Sangat rendah
2. Kota kecil 0,75 Rendah
3. Kota madya 1,00 Sedang
4. Kota besar 1,25 Tinggi
5. Metropolitan 1,50 Sangat Tinggi

b) Klasifikasi Nilai Bangunan Air (IBA)


Cara perolehan data:
Data yang perlu diinventarisir adalah besarnya nilai investasi bangunan
air (waduk, bendungan, saluran irigasi) dalam nilai rupiah.
Keterangan tambahan:
Data nilai investasi diperoleh dari Kementerian Pekerjaan Umum, Dinas
Pengairan, atau Balai Besar Wilayah Sungai.
Kriteria penilaian investasi tersebut, dengan klasifikasi yang tersaji di
dalam Tabel 20.

Tabel 20. Kriteria Penilaian Investasi Bangunan Air (IBA)


No. Nilai Investasi Bangunan Air (IBA) Skor Kualifikasi Pemulihan
(Rp miliar)
1. IBA ≤15 0,50 Sangat rendah
2. 15 < IBA ≤ 30 0,75 Rendah
3. 30 < IBA ≤ 45 1,00 Sedang
4. 45 < IBA ≤ 60 1,25 Tinggi
5. IBA > 60 1,50 Sangat Tinggi

5) Pemanfaatan Ruang Wilayah


Kriteria pemanfaatan ruang wilayah terdiri dari sub kriteria kawasan
lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan
Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Semakin sesuai kondisi
lingkungan dengan fungsi kawasan maka kualifikasi pemulihan DAS adalah
rendah dan sebaliknya apabila tidak sesuai fungsinya maka kualifikasi
pemulihannya tinggi.

a) Kawasan Lindung
Dilakukan dengan mengukur luas liputan vegetasi di dalam kawasan
lindung. Dengan demikian sub kriteria ini sebenarnya juga untuk
melihat kesesuaian peruntukan lahan mengingat kawasan lindung
sebagian besar terdiri atas Kawasan Hutan.

Cara..

16
Cara/rumus perhitungan:

Luas liputan vegetasi x 100%


PTH = -----------------------------------------
Luas Kawasan Lindung di dalam DAS

Keterangan rumus:
PTH = persentase luas liputan vegetasi terhadap luas Kawasan Lindung
di dalam DAS

Keterangan tambahan:
Yang termasuk kawasan lindung adalah Hutan Lindung dan Hutan
Konservasi (Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Buru, Tahura,
Taman Wisata Alam dan Taman Nasional) dan kawasan lindung lainnya.
Data diperoleh dari BKSDA, BTN, BPN dan BPKH.

Kriteria penilaian kawasan lindung tersebut, dengan klasifikasi yang


tersaji di dalam Tabel 21 berikut:

Tabel 21. Kriteria Penilaian Kawasan Lindung (PTH) berdasarkan


Persentase Luas liputan vegetasi terhadap kawasan lindung di
dalam DAS (%)
No. Persentase Luas Liputan vegetasi Skor Kualifikasi
terhadap Kaw. Lindung di dlm DAS (%) Pemulihan
1. PTH>70% 0,50 Sangat rendah
2. 45<PTH≤70% 0,75 Rendah
3. 30<PTH ≤45 % 1,00 Sedang
4. 15 <PTH≤30 % 1,25 Tinggi
5. PTH ≤ 15 % 1,50 Sangat tinggi

b) Kawasan Budidaya
Sub Kriteria ini memfokuskan pada lahan dengan kelerengan 0-25%
pada Kawasan Budidaya. Kelas kelerengan 0-25% ini adalah paling
sesuai untuk budidaya tanaman sehingga akan cocok berada pada
Kawasan Budidaya. Penghitungan dilakukan dengan mengukur luas
total lahan dengan kelerengan 0-25% yang berada pada Kawasan
Budidaya. Semakin tinggi persentase luas unit lahan dengan kelerengan
dimaksud pada kawasan budidaya maka kualifikasi pemulihan DAS
semakin rendah. Sebaliknya semakin rendah persentase luas unit lahan
dengan kelerengan dimaksud pada Kawasan Budidaya, atau dengan kata
lain semakin tinggi persentase luas unit lahan dengan kelerengan >25%
pada kawasan budidaya maka kualifikasi pemulihan DAS semakin tinggi.

Cara/rumus perhitungan:

Luas total lahan dg kemiringan lereng 0-25% x 100%


LKB = ------------------------------------------------------------------
Luas Kawasan Budidaya di dalam DAS

Keterangan..

17
Keterangan rumus:
LKB = persentase luas lahan dengan kemiringan lereng 0-25% terhadap
luas Kawasan Budidaya di dalam DAS

Kriteria penilaian kawasan budidaya tersebut menggunakan klasifikasi


seperti yang tersaji di dalam Tabel 22:

Tabel 22. Kriteria Penilaian Kawasan Budidaya berdasarkan keberadaan


lereng 0-25%
No. Persentase lahan yang berkemiringan Skor Kualifikasi
lereng 0-25% di dalam Kaw Budidaya Pemulihan
1 LKB >70 % 0,50 Sangat rendah
2 45 < LKB < 70 0,75 Rendah
3 30 < LKB < 45 1,00 Sedang
4 15 < LKB < 30 1,25 Tinggi
5 LKB < 15 1,50 Sangat tinggi

Prosedur penerapan, yaitu cara pemberian bobot, penetapan kelas,


perhitungan skor dan penilaian dari masing-masing sub kriteria penetapan
klasifikasi DAS tersebut di atas disusun dan disajikan secara ringkas pada
Tabel 23:

Tabel 23..

18
Tabel 23. Kriteria Penetapan Klasifikasi DAS
Kriteria/sub kriteria Cara/rumus Kriteria Penilaian Keterangan
perhitungan Kelas Kualifikasi Skor
Pemulihan
1 2 3 4 5 6

1. LAHAN (40)
a Persentase Lahan Kritis LK X 100 % ≤5 Sangat 0,50 LK = Luas lahan kritis dan sangat
(20) Rendah kritis dlm DAS
A 5 < PLLK ≤ 10 Rendah 0,75 MenurutSK Dirjen No. 41/98
10 < PLLK ≤ 15 Sedang 1 A = Luas DAS (ha)
15 < PLLK ≤ 20 Tinggi 1,25
PLLK > 20 Sangat Tinggi 1,50

b Persentase Penutupan LV x 100 % 80 <PPV≤ 100 Sangat 0,50 LV = Luas penutupan lahan
vegetasi(10) Rendah vegetasi
A 60 <PPV≤ 80 Rendah 0,75 Berkayu hasil interpretasi citra
40 <PPV≤ 60 Sedang 1 Satelit, foto udara dan data BPN
20 <PPV≤ 40 Tinggi 1,25 (ha)
PPV≤ 20 Sangat Tinggi 1,50 A = Luas DAS (ha)

c Indeks Erosi /IE (10) IE =  ( A i x IE i) IE ≤ 0,5 Sangat 0,50 PEi = Prediksi Erosi dg USLE
Rendah (RKLSCP)
A 0,5 < IE ≤ 1 Rendah 0,75 Pada land unit ke i
1 < IE ≤ 1,5 Sedang 1 T = Erosi yang diperkenankan
IEi = PEi/Ti 1,5 < IE ≤ 2 Tinggi 1,25 (tergantung tebal solum tanah)
IE > 2 Sangat Tinggi 1,50 I = unit lahan ke I
Ai = Luas land unit ke I (ha)
A = Luas DAS (ha)

19
Kriteria/sub kriteria Cara/rumus Kriteria Penilaian Keterangan
perhitungan Kelas Kualifikasi Skor
Pemulihan
1 2 3 4 5 6
atau
Nilai Pengelolaan Lahan CP =  Ai x CPi CP ≤ 0,1 Sangat IE = Nilai tertimbang Indeks Erosi
dan Tanaman (CP) A Rendah 0,50 DAs
0,1 < CP ≤ 0.3 Rendah 0,75 Data diambil dari table nilai
0,3 < CP ≤ 0.5 Sedang 1 kombinasi Pengelolaan lahan (P)
0,5 < CP ≤ 0.7 Tinggi 1,25 dan Pengelolaan tanaman (C)
CP > 0.7 Sangat Tinggi 1,50 Ai = luas unit lahan ke I (ha)
A = luas DAS (ha)
CPi = nilai CP pada unit lahan ke i
CP = nilai tertimbang CP DAS

2. TATA AIR(20)
a Koefisien Rejim Aliran / Q max KRA ≤ 5 Sangat 0,50 Q max = debit bulanan tertinggi
KRA (5) Qa Rendah dlm. tahun-
5 < KRA ≤ 10 Rendah 0,75 tahun terakhir
10 < KRA ≤ 15 Sedang 1 Q a (debit andalan) = 0,25 Q rata-
rata bulanan
15 < KRA ≤ 20 Tinggi 1,25 Q rata-rata = debit bulanan rata-
rata
KRA > 20 Sangat Tinggi 1,50 Diperlukan data debit bulanan
lebih Dari 10 tahun
Perlu regionalisasi menurut iklim

20
Kriteria/sub kriteria Cara/rumus Kriteria Penilaian Keterangan
perhitungan Kelas Kualifikasi Skor
Pemulihan
1 2 3 4 5 6
b Koefisien Aliran / C (5) kxQ C ≤ 0,2 Sangat 0,50
CH xA Rendah
0,2 < C ≤ 0,3 Rendah 0,75 A = Luas DAS (ha)
0,3 < C ≤ 0,4 Sedang 1 Q = debit rata-rata tahunan
(m3/det)
0,4 < C ≤ 0,5 Tinggi 1,25 CH = ch rerata tahunan (mm/th)
C > 0,5 Sangat Tinggi 1,50

c Muatan Sedimen (MS) kCs.Q (mm/th) ≤ 5 Sangat 0,50 k = Konversi = 365 x 86400
(4) atau Rendah det/hr
PE . SDR 5 < MS ≤ 10 Rendah 0,75 Cs = Konsentrasi sedimen gr/l
10 < MS ≤ 15 Sedang 1 (rata-rata tahunan)
15 < MS ≤ 20 Tinggi 1,25 Q = debit rata-rata tahunan
(m3/det)
MS > 20 Sangat Tinggi 1,50 A = Luas DAS (ha)
SDR (sediment delivery ratio) =
fungsi luas DAS

d Banjir (2) Frekuensi -tdk pernah Sangat 0,50 Data diperoleh dari laporan
banjir Rendah kejadian
-1x dlm 5 th Rendah 0,75 Bencana banjir atau pengamatan
-1x dlm 2 th Sedang 1 Langsung
-1x tiap th Tinggi 1,25
> 1 x/th Sangat Tinggi 1,50

21
Kriteria/sub kriteria Cara/rumus Kriteria Penilaian Keterangan
perhitungan Kelas Kualifikasi Skor
Pemulihan
1 2 3 4 5 6
E Indeks Penggunaan Air IPA ≤ 0,25 Sangat 0,50 Total Kebutuhan air =
/IPA (4) Tot. kebut. Air Rendah Irigasi + DMI + penggelontoran
Qa 0,25 < IPA ≤ 0,50 Rendah 0,75 Kota
0,50 < IPA ≤ 0,75 Sedang 1
0,75 < IPA ≤ 1,00 Tinggi 1,25 Qa = debit andalan, data ini
diperoleh dari
IPA > 1,00 Sangat Tinggi 1,50 instansi pengairan

3. SOSIAL EKONOMI dan


KELEMBAGAAN (20)

A Tekanan Penduduk thd. IKL = A/P IKL > 4 Sangat 0,50 A = Luas baku lahan pertanian di
Lahan dinyatakan Rendah dlm DAS
dengan indeks (ha/kk) 2 < IKL ≤ 4 Rendah 0,75 P = Jumlah kk petani di dlm DAS
ketersediaan lahan 1 < IKL ≤ 2 Sedang 1 KL = Indeks Ketersediaan Lahan
pertanian (10) 0,5 < IKL ≤ 1 Tinggi 1,25
0 < IKL ≤ 0,5 Sangat Tinggi 1,50

B Tingkat Kesejahteraan % Kel Miskin TKP ≤ 5 Sangat rendah 0,50 Garis kemiskinan ditetapkan
Penduduk (7) Di dlm DAS = 5 < TKP ≤10 Rendah 0,75 menggunakan konsep Bank
10 < TKP ≤ 20 Sedang 1 Dunia (data tersedia di BPS) atau
Sayogyo
kk miskin X 100% 20 < TKP ≤ 30 Tinggi 1,25
Jml tot kk DAS TKP > 30 Sangat Tinggi 1,50

Atau :
22
Kriteria/sub kriteria Cara/rumus Kriteria Penilaian Keterangan
perhitungan Kelas Kualifikasi Skor
Pemulihan
1 2 3 4 5 6
Rata-rata TKP > Rp. 5 jt Sangat 0,50 Rerata Pend.per kapita per tahun=
Pendapatan Per Rendah
Kapita per Rp.4 jt<TK P≤Rp.5 Rendah 0,75 ∑ Pend. Per kapita Kab.
tahun jt ∑Kab.
Rp.3 jt<TKP≤Rp.4 jt Sedang 1
Rp.2 jt<TKP≤Rp.3 jt Tinggi 1,25
Rp.0 jt<TKP≤Rp.2 jt Sangat Tinggi 1,50

C Keberadaan dan Ada atau tidak Kelas 1 Sangat 0,50 Deskripsi kelas keberadaan
penegakan Peraturan ada norma Rendah norma:
Sosial pro konservasi Kelas 2 Rendah 0,75 1 = ada norma dan dipraktekan
SDA (3) secara luas
Konservasi di Kelas 3 Sedang 1 2 = ada norma dan dipraktekan
Wil. DAS secara terbatas
Kelas 4 Tinggi 1,25 3 = ada norma ttp tdk
Kelas 5 Sangat tinggi 1,50 dipraktekkan
4 = tidak ada norma pro
konservasi
5 = ada norma, kontra konservasi
Data diperoleh dari para tokoh
masyarakat dan laporan dari
intansi terkait.

23
Kriteria/sub kriteria Cara/rumus Kriteria Penilaian Keterangan
perhitungan Kelas Kualifikasi Skor
Pemulihan
1 2 3 4 5 6

4. Investasi
Bangunan Air(10)
A. Klasifikasi kota (5) Diidentifikasi - Tdk. Ada Sangat 0,50 Peta RTRWP/K dan/atau hasil
Kota yang ada Rendah pengamatan
di dalam DAS - Kota Kecil Rendah 0,75 dlm satu DAS
- Kt. Madya Sedang 1 Terdapat lebih dari satu klas kota,
- Kota Besar Tinggi 1,25 maka dipakai skor tertinggi
- Kota Sangat Tinggi 1,50
Metropolitan

B. Klasifikasi Nilai Besarnya nilai 0< IBA ≤ Rp.15 M Sangat 0,50 Data nilai investasi diperoleh dari:
Bangunan Air (IBA) Rendah Kementerian PU, Dinas Pengairan,
(5) Investasi Rp.15<IBA≤30M Rendah 0,75 atau Balai Pengelolaan Sumber
Bangunan Air Rp.30<IBA≤ 45 M Sedang 1 Daya Air
(Waduk, Irigasi) Rp.45<IBA≤ 60 M Tinggi 1,25
IBA >Rp. 60 M Sangat Tinggi 1,50

5. Pemanfaatan Ruang
Wilayah (10)

a Kawasan Lindung Persentase PTH>70% Sangat Rendah 0,50 Data dari BKSDA, BTN, BPN dan
(5) Luas tutupan BPKH
hutan 45<PTH≤70% Rendah 0,75
di dalam 30<PTH ≤45 % Sedang 1 Kawasan Lindung = hutan lindung
24
Kriteria/sub kriteria Cara/rumus Kriteria Penilaian Keterangan
perhitungan Kelas Kualifikasi Skor
Pemulihan
1 2 3 4 5 6
kawasan dan
Lindung di 15 <PTH≤30 % Tinggi 1,25 Kawasan konservasi sistem
dalam PTH≤15 % Sangat Tinggi 1,50 Penyangga kehidupan (Cagar
DAS Alam, Suaka Margasatwa, Taman
Buru, Tahura, Taman Nasional)

b Kawasan Budidaya Persentase luas LKB >70 % Sangat Rendah 0,50 Kawasan Budidaya yang memiliki
(5) kelerengan Landai (0-25%)
Kaw Budidaya 45 < LKB < 70 Rendah 0,75 kualifikasi pemulihannya rendah
dg kemiringan 30 < LKB < 45 Sedang 1
Lereng 0-25% 15 < LKB < 30 Tinggi 1,25
LKB < 15 Sangat Tinggi 1,50

Catatan : Untuk sub kriteria yang tidak diperoleh nilai bobotnya dibagikan ke sub kriteria lain dalam kriteria yang
bersangkutan.

BAB III..

25
BAB III
PENENTUAN KLASIFIKASI DAS

Berdasarkan penilaian dan pembobotan kriteria/sub kriteria


tersebut di atas, maka akan diperoleh nilai total pada setiap DAS, yang
berkisar dari 50 sampai dengan 150.
Klasifikasi DAS ditentukan total nilai skor kelas kualifikasi DAS sebagai
berikut:
1. Nilai total skor <100 termasuk DAS yang dipertahankan daya
dukungnya;
2. Nilai total skor >100 termasuk DAS yang dipulihkan daya dukungnya.

Untuk mempermudah perhitungan kualifikasi DAS, dapat digunakan


Tabel 24 dan 25 berikut ini.

Tabel 24. Daftar Isian Untuk Perhitungan Klasifikasi DAS


DAS ………………………………………. Luas ………………………………Ha
No. Kriteria Bobot Nilai Kelas Kualifikasi Skor Hasil
Perhitungan
(3 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Lahan (40)
Persentase Lahan 20
Kritis 10
Persentase 10
Penutupan Vegetasi
2. Indeks Erosi (E) (20)
Kualitas, Kuantitas, 5
Kontinuitas Air (Tata 5
Air) 4
Koef. Regim Aliran 2
Koef. Aliran Tahunan 4
Muatan Sedimen
3. Banjir (20)
Indeks Penggunaan 10
Air 7
Sosial Ekonomi dan 3
Kelembagaan
4. Tekanan penduduk (10)
terhadap lahan 5
Tingkat 5
Kesejahteraan

26
No. Kriteria Bobot Nilai Kelas Kualifikasi Skor Hasil
Perhitungan
(3 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8
5. Penduduk (10)
Keberadaan dan 5
Penegakan Peraturan 5

Investasi Bangunan
Air
Klasifikasi Kota
Klasifikasi Nilai
Bangunan Air

Pemanfaatan Ruang
Wilayah
Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
Jumlah
Jumlah Nilai Tertimbang

Tabel 25..

27
Tabel 25. Contoh Pengisian dan Perhitungan penilaian DAS “X”
Hasil
Kualifika
No. Kriteria/Sub Kriteria Bobot Nilai Kelas Skor Perhitungan
si
(3 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8
Lahan 40
1. a. Persentase Lahan kritis
b. Persentase Penutupan 20 8% 5-10% Rendah 0,75 15
Vegetasi 10 50 % 40-60% Sedang 1,00 10
c. Indeks erosi (IE) 10 0,8 0,5-1,0 Rendah 0,75 7,5

2. Tata Air 20
a. Koefisien rejim aliran 5 11 10-15 Sedang 1,00 5
b. Koefisien aliran 5 0,25 0,2-0,3 Rendah 0.75 3,75
c. Muatan sedimen 4 17 (mm/th) 15-20 Tinggi 1,25 5
d. Banjir 2 1 kali 1x/5th Rendah 0,50 1
e. Indeks penggunaan air 4 1 0,75-1 Tinggi 1,00 4

3. Sosial ekonomi dan 20 Sedang


kelembagaan
a. Tekanan penduduk 10 1,25 ha/kk 1-2ha/kk Rendah 1,00 10
terhadap lahan
b. Tingkat kesejahteraan 7 7% 5-10% Tinggi 0,75 5,25
penduduk
c. Keberadaan dan 3 Tdk ada 4 Rendah 1,25 3,75
penegakan norma norma Tinggi
prokonserv.
4. Asset/nilai investasi bangunan 10
air
a. Keberadaan kota 5 Kota kecil kt .kecil Rendah 0,75 3,75
b. Nilai investasi bangunan 5 Rp. 57,8 M Rp 45-60 Sedang 1,25 6,25
air m

5. Kebijakan pembangunan 10
wilayah
a. Kawasan lindung 5 60 % 45-70% 0,75 3,75
b. Kawasan budi daya 5 40 % 30-45% 1 5,00

Jumlah Nilai Tertimbang 89

Jika dibandingkan dengan interval nilai untuk penentuan klasifikasi DAS


pada halaman 26, maka DAS “X” dapat dikategorikan DAS yang
dipertahankan daya dukungnya.

BAB IV..

28
BAB IV
EVALUASI

Evaluasi dan penentuan klasifikasi DAS harus dilakukan secara


periodik minimal setiap 5 tahun guna melakukan review terhadap
klasifikasi DAS sesuai dengan perkembangan dan perubahan biofisik,
sosial dan ekonomi yang terjadi di lapangan.

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEHUTANAN


KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

KRISNA RYA ZULKIFLI HASAN

29

Anda mungkin juga menyukai