Anda di halaman 1dari 4

a.

Pengelolaan Air Larian (Run Of)


Luas tutupan lahan terbangun pada kegiatan Showroom dan
Bengkel HINO 2.870 m2, Lahan tersebut memiliki daya resapan
yang rendah terhadap air sehingga akan menimbulkan peningkatan
aliran permukaan (run off) pada saat hujan.
Untuk mengantisipasi debit aliran permukaan pada saat hujan
maka perlu disediakan sumur resapan ataupun biopori. Run off
yang timbul pada saat hujan dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Q

= C. I . A

m3/hari-hujan

Q = Air larian (m3/hari-hujan)


I

= Intensitas hujan (m/hari-hujan)

A = Luas area (m2)


C = Koefisien air larian
(Chow, 1964)
Perhitungan kenaikan air larian pada saat sebelum ada kegiatan:
Intensitas hujan di kota Medan
Rata-rata curah hujan di kota Medan adalah 315,6 mm/bulan atau
315,6 x 10-3 m.
Rata-rata hari hujan di kota

Medan adalah

23,2 hari hujan per

bulan.
Sehingga dengan demikian intensitas hujan di kota Medan adalah
13,6 x 10-3 m/hari-hujan.

Tabel 12.
Data Rata-Rata Curah Hujan harian Setiap Bulannya di Lokasi
Studi Tahun 2009-2013
Jenis
Data
Rerata
Curah
Hujan
(mm/bln)
Rerata
Hari
Hujan
(hh/bln)
Rerata
Hari
Hujan
Harian
(mm/hari
)

Rera
ta

Bulan
Jan

Fe
b

Ma
r

Ap
r

Ma
y

Jun

Jul

Au
g

Se
p

Oct

No
v

De
c

14
6,2

10
6,2

160
,8

141

217
,8

105
,2

165

265
,4

226
,4

315
,6

204
,6

215
,6

182,
4

14,
6

10,
8

18,
2

14

19,
4

14,
6

16

19,
8

19,
4

23,
2

22,
6

19,
2

17,7

10,
01

9,8
3

8,8
3

10,
07

11,
22

7,2
0

10,
31

13,
40

11,
67

13,
60

9,0
5

11,
22

10,3
0

Sumber : Pengolahan Data dari Stasiun Klimatologi Sampali, 2015


Luas Area
Luas area

sebagai daerah

penyebab air larian adalah 2.870 m2

sesuai dengan sertifikat HGB terlampir.


Koefisien Air Larian
untuk lahan tertutup dengan luas 948 m2-, koefisien air larian 0,9
dan curah hujan 315,6 mm per bulan dengan hari hujan 23,2
hari/bulan atau sekitar 13 ,6 mm/hari hujan ditambah lahan
terbuka untuk daerah stall (bengkel kerja), parkir dan jalan sekitar
1.544 m2 dengan koefisien 0,7 dan sekitar 378 m 2 untuk lahan RTH
dengan koefisien air larian sekitar 0,1.
Pada kondisi sebelum pembangunan, lahan berupa lapangan
rumput dengan tanah berat dengan kemiringan 2 % sehingga
dengan demikian koefisien air larian adalah 0,10.

Dari uraian di atas maka besar potensi air larian sebelum adanya
konstruksi adalah :
Q = C.I.A
= 0,10 x 13,6x 10-3 m/hari-hujan x 2.870 m2
= 3,9 m3/hari-hujan
Untuk lahan yang terbangun, jumlah air larian yang timbul adalah :
Q = 0,9 X 13,6 x 10-3 m/hari-hujan x 948 m2
= 11,6 m3/hari-hujan
Untuk lahan yang tidak terbangun berupa lahan parkir dan jalan
exiting dengn koefisien 0,7, maka jumlah air larian yang timbul
adalah :
Q = 0,7 X 13,6 x 10-3 m/hari-hujan x 1.544 m2
= 14,69 m3/hari-hujan
Untuk lahan yang tidak terbangun berupa lahan RTH dengn
koefisien 0,1, maka jumlah air larian yang timbul adalah :
Q = 0,1 X 13,6 x 10-3 m/hari-hujan x 378 m2
= 0,51 m3/hari-hujan
Dari hasil perhitungan di atas terlihat adanya timbulan air larian
sebesar (11,6 + 14,69 + 0,51 ) = 26,8 m 3/hari-hujan selama masa
operasional. Sehingga dengan demikian, telah terjadi kenaikan air
larian sebesar 22,9 m3/hari-hujan.
sehingga dengan demikian

pihak PT. INDOMOBIL PRIMA NIAGA

agar melakukan normalisasi drainase sekitar bangunan serta


memanfaatkan air hujan dengan menampung dalam sebuah bak
serta menyediakan sumur resapan/biopori untuk mengurangi air
larian. Untuk rencana kedepan sumur resapan /biopori akan

diletakkan di area ruang terbuka yang dilengkapi dengan tutup


pelindung.

Anda mungkin juga menyukai