Anda di halaman 1dari 16

1.

Anatomi Sistem Pencernaan

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari

luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses

pencernaan (pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair

yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus (Syaifuddin, 2002)

a. Organ Utama Sistem Pencernaan

1) Mulut

Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas

2 bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara

gusi, gigi, bibir dan pipi, serta bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu

rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, platum dan

mandibularis, di sebelah belakang bersambung dengan faring (Syaifuddin,

2002).

2) Faring (tekak)

Menurut Syaifuddin (2002) faring merupakan organ yang

menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esofagus). Terbagi

atas 3 bagian, yaitu:

a) Nasofaring merupakan faring bagian atas

b) Orofaring terletak antara langit-langit mulut dan dasar lidah sampai

tulang hyoid

c) Laringofaris merupakan laring bawah dan laring

3) Esofagus (kerongkongan)

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan

lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk


kardiak di bawah lambung. Lapisan dinding dari dalam ke luar : lapisan

selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler,

dan lapisan otot memanjang longitudinal (Syaifuddin, 2002).

4) Ventrikulus (lambung)

Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat

mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster (Syaifuddin,

2002). Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengar

esofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan

pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus.

5) Intestinum Minor (usus halus)

Menurut Syaifuddin (2002) usus halus atau intestinum minor adalah

bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan

berakhir pada sekum panjangnya ± 6 m, merupakan saluran paling panjang

tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari

lapisan usus halus (lapisan mukosa sebelah dalam), lapisan otot melingkar

(M. Sirkuler), lapisan otot memanjang (M. Longitudinal) dan lapisan serosa

(sebelah luar). Usus halus terdiri dari:

a) Duodenum ( usus 12 jari )

b) Jejenum

c) Ileum

6) Intestinum Mayor (usus besar)

Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1 ½ m, lebarnya 5-6

cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar: selaput lendir, lapisan

otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar
adalah menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feses

(Syaifuddin, 2002).

Usus besar terdiri dari:

a) Sekum

b) Colon asendes

c) Colon transversum

d) Colon desendes

e) Colon sigmoid

7) Rektum

Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan

intestimun mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os

sakrum dan os koksigis.

8) Anus

Menurut Syaifuddin (2002) anus adalah bagian dari saluran pencernaan

yang menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar).

Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter:

a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.

b) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

c) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.

b. Organ Aksesoris Sistem Saluran Pencernaan

1) Hati
Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar, beratnya sekitar 1,4

Kg pada orang dewasa. Lokasinya hipokondiak kanan atau di sebelah kanan

midline, di bawah diafragma dan di belakang tulang iga (Tarwoto, 2009).


Hati terdiri dari empat lobus yaitu lobus kanan, lobus ini paling besar, lobus

kiri. Pada lobus kanan terbagi atas lobus kaudatus dan lobus kuadratus.

Antara lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh ligamentum faliformis dan

pada bagian postero-inferior dipisahkan oleh fisura untuk ligamentum

venosum dan ligamentum teres. Setiap lobus tersusun atas lobulus-lobulus

berbentuk segienam yang merupakan unit fungsional hati. Lobulus hati

tersusun atas plate hepatosit berbentuk silindris yang merupakan jajaran

dari sel-sel hati. Pada setiap ujung dari sudut segienam lobulus disebut

portal triad, karena di tempat tersebut terdapat merupakan tempat

berkumpulnya tiga saluran yaitu cabang arteri hepatika, cabang vena porta

dan saluran empedu (Tarwoto, 2009).

Di antara sel-sel hati terdapat pembuluh kapiler yang disebut sinusoid

yang di dalamnya terdapat sel-sel kupfer. Sel-sel ini berperan dalam

memfagosit sel-sel yang rusak atau mikroorganisme (Nuradi, 2012).

Hati terdiri dari dua pembuluh darah yaitu vena porta hepatica yang

berasal dari lambung dan usus. Darah dari vena porta hepatika kaya akan

nutrient tetapi minim oksigen dan arteri hepatika yang kaya akan oksigen

(Tarwoto, 2009).
Menurut (Syaifuddin, 2002) fungsi hati antara lain:

a) Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan

di suatu tempat dalam tubuh, di keluarkan sesuai dengan pemakaiannya

dalam jaringan.

b) Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam

empedu dan urine.

c) Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.

d) Sekresi empedu, garam empedu dibuat di hati, dibentuk dalam sistem

retikuloendotelium, dialirkan ke empedu.

e) Pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi

ureum, di keluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urine.

f) Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.

2) Kandung Empedu

Kandung empedu merupakan kantong berwarna kuning dengan dinding

tipis, berotot, panjangnya sekitar 10 cm. Terletak di bawah hati pada

sambungan lobus kanan dan kuadratus (Tarwoto, 2009).

Kandung empedu merupakan tempat penyimpanan empedu yang

dihasilkan oleh hati. Empedu dialirkan oleh hati melalui duktus hepatikus.

Kandung empedu dapat menampung empedu 50 ml yang kemudian

disalurkan keluar melalui duktus sistikus, duktus komunis ke duodenum.

Pengeluaran empedu terjadi karena adanya kontraksi dari kandung empedu

karena pengaruh hormon-hormon pencernaan dari usus (Syaifuddin, 2002)

Menurut Syaifuddin (2002) fungsi kandung empedu antara lain:

a) Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi

kental.
b) Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati, jumlah

setiap hari dari setiap orang dikeluarkan 500-1000 cc. Sekresi digunakan

untuk mencerna lemak.

3) Pankreas

Pankreas adalah organ pipih yang berada di belakang lambung dalam

abdomen, panjangnya kira-kira 20-25 cm, tebal ± 2,5 cm dan beratnya

sekitar 80 gram, terbentang dari atas sampai ke lengkungan besar dari

abdomen dan dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum (Tarwoto, 2009).

Struktur organ ini lunak dan berlobulus, tersusun atas:

a) Kepala pankreas

b) Badan pankreas

c) Ekor pankreas

Menurut Syaifuddin (2002) fungsi pankreas antara lain:

a) Fungsi eksorkin, membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan

elektrolit.

b) Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang berbentuk pulau-

pulau kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama membentuk

organ endokrin yang menyekresikan insulin.

c) Fungsi sekresi eksternal, cairan pankreas dialirkan ke duodenum yang

berguna untuk proses pencernaan makanan di intestinum.

d) Fungsi sekresi internal, sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau

langerhans sendiri langsung dialirkan ke dalam peredaran darah.

Sekresinya disebut hormon insulin dan hormon glukagon. Hormon

tersebut dibawa ke jaringan untuk membantu metabolisme karbohidrat.


2. Fisiologi Sistem Saluran Pencernaan

Fungsi utama system saluran pencernaan adalah memindahkan zat nutrien (zat

yang sudah dicerna ), air, dan garam yang berasal dari zat makanan untuk

didistribusikan ke sel-sel melaui sistem sirkulasi. Zat makanan merupakan sumber

energi bagi tubuh seperti ATP yang di butuhkan sel-sel untuk melaksanakan

tugasnya (Syaifuddin, 2002).

Menurut Tarwoto (2009) fungsi dari sistem pencernaan yaitu:

a. Menerima makanan dari mulut

b. Memecah makanan menjadi zat-zat gizi (dilakukan di dalam mulut, faring,

esofagus dan lambung)

c. Menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah (dilakukan oleh usus)

d. Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh

Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, maka

saluran pencernaan harus mempunyai persediaan air, elektrolit dan zat makanan

yang terus menerus. Untuk ini dibutuhkan:

a. Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan.

b. Sekresi getah pencernaan dan pencernaan.

c. Absorpsi hasil pencernaan, air, dan elektrolit.

d. Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa zat yang

diabsorpsi

e. Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon

Dalam lumen saluran gastrointestinal (GI) harus diciptakan suatu lingkungan

khusus supaya pencernaan dan absorpsi dapat berlangsung. Sekresi kelenjar dan
kontraksi otot harus dikendalikan sedemikian rupa supaya tersedia lingkungan

yang optimal. Mekanisme pengendalian lebih banyak dipengaruhi oleh volume dan

komposisi kandungan lumen gastrointestinal (Syaifuddin, 2002).

Sistem pengendalian harus dapat mendeteksi keadaan lumen. Sistem ini

terdapat di dalam dinding saluran gastrointestinal. Kebanyakan refleks GI dimulai

oleh sejumlah rangsangan di lumen yaitu regangan dinding oleh isi lumen,

osmolaritas kimus atau konsentrasi zat yang terlarut, keasaman kimus atau

konsentrasi ion H, dan hasil pencernaan karbohidrat, lemak, protein

(monosakarida, asam lemak, dan peptida dari asam amino).

a. Proses Pencernaan Makanan

Jumlah makanan yang dicerna ditentukan oleh intrinsip lapar dan jenis

makanan yang ditentukan selera. Mekanisme ini merupakan sistem pengaturan

otomatis yang sangat penting untuk menjaga persediaan makanan yang

adekuat untuk tubuh.

1) Mengunyah

Pemecahan partikel besar makanan menjadi partikel kecil dapat

ditelan. Gigi untuk mengunyah, memotong, dan menggiling yang bekerja

sama dengan otot rahang dengan kekuatan 27.5-1000 kg pada molar

(Syaifuddin, 2002). Menggunyah merupakan hal yang sangat penting

dalam pencernaan. Enzim pencernaan hanya bekerja pada permulaan

partikel.

2) Menelan (deglusi)

Mekanisme kompleks setiap saat melakukan beberapa fungsi dalam

beberapa detik ke dalam traktus untuk mendorong makanan.


Bagian ini dibagi dalam beberapa tahap yaitu:

a) Tahap volunter, mencetuskan proses menelan

b) Tahap faring, bersifat volunter dan membantu jalan makanan melalui

faring ke dalam esofagus

c) Tahap esofagus, tahap involunter mempermudah jalannya makanan

dari faring ke lambung

Tahap menelan merupakan suatu gelombang peristaltik cepat berasal

dari faring yang mendorong bolus makanan ke dalam esofagus bagian

atas. Seluruh proses terjadi dalam waktu 2 detik.

3) Pengaturan Saraf Pada Tahap Menelan

Impuls dari faring ke daerah lain melalui bagian sensorik saraf

trigeminal dan glosofaring ke dalam daerah medulla oblongata. Impuls

motorik menyebabkan penelanan dijalankan ke saraf kranial V, IX, X dan

XII dan beberapa saraf servikal superior. Seluruh tahap siklus penelanan

di faring mengganggu proses pernafasan hanya sekejap saja dalam siklus

respirasi (Syaifuddin, 2002).

4) Tahap Menelan di Esofagus

Esofagus berfungsi untuk menyalurkan makanan dari faring ke

lambung.

Menurut Syaifuddin (2002) gerakan diatur secara khusus yaitu:

a) Peristaltik primer: kelanjutan gelombang peristaltik, dari faring

menyebar ke esofagus, dihantarkan ke ujung esofagus dengan posisi

tegak lurus. Gelombang ini berlangsung 5-8 detik.


b) Peristaltik sekunder: dihasilkan dari peregangan esofagus oleh

makanan yang tertahan dan berlanjut sampai makanan dikosongkan ke

dalam lambung.

Secara fisiologis sfingter esofagus berkontraksi secara tonik dengan

tekanan intraluminal sekitar 30 mmhg. Gelombang ini merelaksasi

esofagus bagian bawah mempermudah mendorong makanan kedalam

lambung.

5) Makanan di Lambung

Isi lambung bersifat sangat asam dan mengandung banyak enzim

proteolitik. Kontraksi tonik dari sfingter esofagus bagian bawah akan

membantu menjaga refluks isi lambung ke dalam esofagus.

Menurut Syaifuddin (2002) fungsi motorik lambung meliputi:

a) Menyimpan sejumlah makanan sampai dapat diproses di duodenum.

b) Mencampur makanan dengan sekresi lambung sampai membantu satu

campuran setengah cair.

c) Mengosongkan makanan dengan lambat dan lambung ke dalam usus

halus pada kecepatan yang sesuai dan absorpsi yang tepat.

Makanan yang baru terletak dekat permukaan esofagus dan paling

akhir terletak dekat dinding lambung secara progresif menampung

sejumlah makanan sampai batas sempurna.

Getah lambung disekresi oleh kelenjar gastrik yang menutupi hampir

seluruh dinding korpus lambung. Saat lambung berisi makanan,

gelombang konstriktor peristaltik yang lemah disebut gelombang

pencampur, mulai timbul di bagian tengah dinding lambung dan bergerak


ke arah antrum sepanjang dinding lambung sekitar 15-20 detik (Tarwoto,

2009).

Kimus, sudah bercampur dengan cairan lambung, hasil campuran

makanan berjalan ke usus. Derajat keenceran kimus bergantung pada

jumlah relatif makanan dan sekresi lambung. Ciri-ciri kimus keruh seperti

susu setengah cair.

Kontraksi lapar, terjadi bila lambung telah kosong setelah beberapa

jam. Kontraksi ritmik terjadi dalam korpus lambung. Kontraksi menjadi

sangat kuat dan bersatu, kontraksi tetanik yang kontinu selama 2-3 menit.

Kontraksi lapar kadang-kadang mengalami sensasi nyeri bagian bawah

lambung sesudah makan kontraksi lapar berkurang.

6) Pengosongan Lambung

Terjadi karena peristaltik yang kuat pada antrum lambung. Walaupun

terdapat kontraksi tonik sfingter pilorus, biasanya air dan cairan

dikosongkan dari lambung dengan mudah. Fungsi sfingter pilorus pada

pengendalian pengosongan lambung terbatas pada pengosongan lambung,

kontraksi antro diikuti oleh kontraksi pilorus. Kecepatan pengosongan

lambung diatur oleh sinyal lambung dan duodenum.

7) Faktor Refleks Duodenum

Menurut Syaifuddin (2002) refleks saraf dinding duodenum melewati

lambung dan melambatkan pengosongan lambung, diperantarai oleh:

a) Langsung dari duodenum ke lambung melalui sistem interik lambung.

b) Melalui saraf ekstrinsik yang mengarah ke ganglia simpatik dan

kembali ke lambung melalui serat saraf simpatik.


c) Melalui nervus vagus ke batang otak menghambat sinyal eksutatorik.

8) Pergerkan Usus Halus

Gerakan usus halus menyebabkan pencampuran dan pendorongan.

Frekuensi maksimal kontraksi segmentasi dalam usus halus ditentukan

oleh frekuensi gelombang lambat dalam dinding usus. Kontraksi

segmentasi menjadi lemah bila aktifitas perangsangan sistem saraf enteril

dihambat oleh atropine. Fungsi gelombang peristaltik tidak hanya

mendorong kimus sepanjang usus. Proses ini meningkat sewaktu kimus

masuk ke duodenum. Ileosekalis dan masuk ke dalam sekum.

Menurut Syaifuddin (2002) pembangkit reflek enterogastrik antara lain:

a) Derajat peregangan duodenum.

b) Adanya iritasi dalam mukosa duodenum.

c) Derajat keasaman kimus duodenum.

d) Derajat osmolalitas kimus.

e) Adanya hasil pemecahan tertentu dalam kimus protein/lemak.

Fungsi katup ileosekalis mencegah aliran balik isi dari kolon ke dalam

usus halus. Katup ileosekal menonjol ke dalam lumen sekum dan tertutup

erat. Bila terbentuk tekanan yang berlebihan dalam sekum akan mencoba

mendorong ke belakang, mendorong bibir, dan katup dapat menahan

tekanan balik dan usus besar. Bila sekum diregangkan maka kontraksi

sfingter ileosekal ditingkatan dan peristaltik ileum dihambat sehingga

menunda pengosongan kimus dari ileum.

9) Gerakan Kolon

Kolon mengabsorpsi air dan elektrolit dari kimus dan penimbunan

bahan feses sampai dapat di keluarkan. Pergerakan kolon secara normal


sangat lambat dan mempunyai karakteristik yang sama dengan gerakan

usus halus yaitu gerakan mencampur dan gerakan mendorong.

10) Gerakan Mencampur

Pada saat yang sama terkumpul 3 pita longitudinal yang disebut tenia

koli. Kontraksi gabungan ini menyebabkan usus besar membentuk seperti

kantong yang disebut haustrea. Kontaksi puncak 30 detik, kemudian

menghilang 60 detik. Kontraksi bergerak lambat ke arah anus. Karena

bergerak lambat maka terjadi pemutaran dan pengadukkan dalam usus

besar.

11) Gerakan Mendorong

Ditimbulkan oleh pergerakan lambat ke arah anus dan gerakan massa.

Dorongan oleh kontraksi membutuhkan waktu 8-15 jam untuk

menggerakkan kimus dari katup ileosekal sampai ke kolon transversum.

Timbulnya pergerakkan massa dipermudah oleh refleks gastrokolik dan

duodenokolik melalui saraf ekstrinsik saraf otonom (Syaifuddin, 2002).

12) Defekasi

Pergerakan massa mendorong feses masuk ke dalam rektum sehingga

secara normal timbul keinginan untuk defeksi termasuk refleks kontraksi

rektum dan refleksi sfingter anus. Refleks defekasi, bila feses masuk

rektum maka peregangan dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal

aferen yang menyebar melalui pleksus mesenterikus untuk menimbulkan

gelombang peristaltik dalam kolon desendens, sigmoid, dan rektum yang

mendorong feses ke anus.

13) Sistem Sekresi Saluran Pencernaan


Sekresi kelenjar terbentuk sebagai respon terhadap adanya makanan

dalam saluran pencernaan. Kelenjar sekretori mempunyai dua fungsi yaitu

enzim pencernaan yang disekresi sebagian besar rongga mulut sampai

ujung distal ileum dan kelenjar mucus dari rongga mulut sampai ke anus.

Menurut Syaifuddin (2002) prinsip dasar sekresi saluran cerna antara lain:

a) Permukaan epitelium traktus gastrointestinal memiliki berjuta-juta

kelenjar mucus yang berfungsi merespon perangsangan epitelium

bekerja sebagai pelumas dan melindung permukaan pencernaan.

b) Curuk (kristalieberkuch), permukaan traktus gastrointestinal di kelilingi

oleh curuk yang mengandung sel sekretori khusus, merupakan

invaginasi dari epitel ke dalam submukosa.

c) Kelenjar tubular, dalam lambung bagian duodenum menyekresi asam

dan pepsinogen.

d) Kelenjar saliva pankreas dan hati berhubungan dengan saluran cerna

menghasilkan sekresi untuk pencernaan atau emulsi makanan.

14) Mekanisme Rangsangan Kelenjar

Sekresi getah cerna merangsang langsung sel kelenjar di permukaan

yang kontak langsung dengan makanan, dilakukan oleh perangsangan

tektil, iritasi kimiawi akibat rangsangan kimiawi, dan peregangan dinding

usus. Rangsangan parasimpatis meningkatkan laju kecepatan sekresi

kelenjar secara bervariasi. Nervus Vagus dan Nervus Kranialis

parasimpatis merangsang kelenjar saliva, kelenjar esofagus dan kelenjar


Brunner pada duodenum. Sekresi usus halus terjadi sebagai respons

terhadap rangsangan saraf dan hormonal segmen anus.

Rangsangan simpatis mengakibatkan terjadinya peningkatan sekresi

dari masing-masing kelenjar yang menyebabkan penyempitan pembuluh

darah yang menyuplai kelenjar. Rangsangan simpatis mengurangi sekresi

dan suplai darah.

15) Metabolisme Zat Makanan

Makanan adalah salah satu kebutuhan esensial tubuh. Substansi yang

dapat berfungsi sebagai makanan untuk tubuh adalah substansi yang dapat

digunakan sebagai bahan umtuk pembakaran, pembangun untuk

memperbaiki jaringan yang rusak dan pertumbuhan jaringan (Syafuddin,

2002).

16) Pencernaan Karbohidrat

Karbohidrat dalam bentuk polisakarida, disakarida, dan monosakarida.

Polisakarida yang dapat dimetabolisme adalah zat pati dari tanaman dan

glikogen dari hewani termasuk polimer glukosa. Pencernaan dimulai dari

mulut tempat amilase, saliva memecahnya menjadi polimer glukosa yang

lebih pendek yaitu maltosa dan dekstrin. Kerja amilase pada zat pati sangat

pendek pada saat makanan dalam mulut dengan cepat ditelan. Ketika

makanan sampai ke lambung asam hidroklorida mengaktifkan amilase. Zat

pati dalam bola makanan bercampur karena gerakan lambung.

Dalam mulut dan lambung tidak terjadi pencernaan disakarida (sukrosa,

maltosa, laktosa) dan monosakarida (glukosa dan fruktosa). Dalam

duodenum, pencernaan berlanjut, amilase pankreas memecah zat pati

menjadi polisakarida yang lebih kecil. Akhirnya menjadi maltosa


disakarida. Getah usus halus mengandung tiga enzim (maltosa, laktosa, dan

sukrosa) yang menyelesaikan pencernaan disakarida menjadi glukosa.

Semua monosakarida kemudian diabsorpsi di usus halus. Dari sini masuk

ke aliran darah dan kemudian dimetabolisme ke dalam tubuh.

17) Pencernaan Lemak

Lemak tidak dicerna di mulut dan di lambung. Proses pencernaan

dimulai di dalam duodenum. Disini sifat fisik globul lemak diubah dengan

mengemulsi kerja empedu. Proses ini memecah globul dan meningkatkan

permukaan daerah dengan enzim lipase dari pangkreas. Lipase memecah

lemak menjadi asam lemak dan gliserol yang diabsorpsi dari usus halus.

Dalam sel usus halus protein yang disebut kilomikron, zat ini diabsorpsi ke

dalam sistem limfatik usus halus dan diambil ke dalam aliran darah.

18) Pencernaan Protein

Protein tidak dicerna dalam mulut. Dalam lambung kerja asam

hidroklorida mengubah sifat fisik protein dengan membuat lebih mudah

dicerna. Proses pencernaan protein dimulai dari lambung di bawah kerja

enzim pepsin. Pepsin diproduksi dalam bentuk inaktif, disebut pepsinogen

yang diaktifkan menjadi pepsin karena kerja asam klorida. Pepsin memecah

protein makromolekular menjadi fragmen yang lebih kecil yang disebut

peptida. Proses pencernaan protein berlanjut di dalam duodenum. Enzim

tripsin dan kimotripsin bekerja mencegah protein dan peptide menjadi

fragmen yang lebih kecil. Kedua enzim ini dihasilkan oleh pankreas dalam

bentuk tidak aktif dan diaktifkan dalam getah alkalin pankreas untuk

menghentikan kerja pepsin.

Anda mungkin juga menyukai