MAKALAH HaKI PERADILAN NIAGA
MAKALAH HaKI PERADILAN NIAGA
Disusun Oleh:
Kelompok 10
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya adalah apa saja yang memperkaya alam pikiran dan perasaan
manusia, misalnya penemuan di bidang teknologi atau mesin, dalam hal
ini hak paten, hak merek dagang melindungi produk, merek dan logo milik
perusahaan, dan hak perancang melindungi rancangan produknya. Hak-
hak ini dinamakan hak kekayaan industri karena banyak pemikiran dan
tenaga yang telah ditanamkan dalam konsep-konsep dan kegiatan
membuat produk yang menyumbang pada perkembangan budaya atau
peradaban. Hak-hak hukum yang melindungi buah pikiran, kemudian
dikenal dengan nama umum, yakni intellectual property right atau hak
atas kekayaan intelektual.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), 5.
2
Macam-macam Hak Kekayaan Intelektual, Pada Prinsipnya HKI
dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Hak Cipta
2
Sudaryat, Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung: Oase Media, 2010), 15.
3
UUHC menganut sistem terbatas dalam melindungi karya
cipta seseorang. Perlindungan ciptaan hanya diberikan dalam
bidang ilmu pengetahun, seni dan sastra. Untuk itu Pasal 11 ayat 1
merinci ketiga bidang tersebut meliputi :
1) Buku, pamflet, dan semu hasil karya tulis lainnya.
2) Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya.
3) Pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari, pewayangan,
pantomim dan karya siaran antara lain untuk media radio,
televisi dan film serta karya rekaman radio.
4) Ciptaan tari (koreografi), ciptaan lagu atau musik dengan atau
tanpa teks, dan karya rekaman suara atau bunyi.3
5) Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, seni
patung, dan kaligrafi yang perlindungnnya diatur dalam Pasal
10 ayat 2.
6) Seni batik
7) Arsitektur
8) Peta
9) Sinematografi
10) Fotografi
11) Program komputer atau komputer program
12) Terjemahan, tafsir, saduran, dan penyusunan bunga rampai.
Selain itu UUHC juga melindungi karya seseorang yang
berupa pengolahan lebih lanjut daripada ciptaan aslinya, sebab
bentuk pengolahan ini dipandang merupakan suatu ciptan baru dan
tersendiri, yang sudah lain dari ciptaan aslinya.
Tidak ada hak cipta untuk karya sebagai berikut :
a. Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga negara
b. Peraturan perundang-undangan
c. Putusan pengadilan dan penetapan hakim
d. Pidato kenegaraan pidato pejabat pemerintah
3
Sudaryat, Hak Kekayaan Intelektual, 16.
4
e. Keputusan badan Arbitrase (lembaga seperti pengadilan tetapi
khususnya di dalam bidang perdagangan).4
2. Hak Kekayaan Industri
1) Paten
4
Sudaryat, Hak Kekayaan Intelektual, 17-18.
5
berdasarkan permohonan dan setiap permohonan hanya dapat
diajukan untuk satu invensi atau beberapa invensi yang merupakan
satu kesatuan invensi. Dengan demikian, permohonan paten
diajukan dengan membayar biaya kepada Direktorat Jenderal Hak
Paten Departemen Kehakiman dan HAM. Namun, permohonan
dapat diubah dari paten menjadi paten sederhana.
2) Merek
6
daftar umum merek dapat dilakukan atas prakarsa direktorat
jenderal berasarkan permohonan pemilik merek yang bersangkutan
atau pihak ketiga dalam bentuk gugatan kepada pengadilan niaga.
3) Varietas Tanaman
6
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, 20.
7
semusim dan 25 tahun untuk tanaman tahunan. Hak untuk
menggunakan varietas dapat meliputi memprodusi/ memperbanyak
benih, menyiapkan untuk tujuan propagasi, mengiklankan,
menawarkan, memperdagangkan, mengekspor, mengimpor.
4) Rahasia Dagang
7
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, 21-22.
8
Dalam Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2000 tentang Rahasia Dagang, hak rahasia dagang dapat
beralih/dialihkan karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian , dan
sebab lain yang dibenaran oleh undang-undang. Pengalihan harus
disertai dengan pengalihan dokumen-dokumen yang menunjukan
terjadinya pengalihan rahasia dagang. Sanksi yang diberikan untuk
masalah rahasia dagang berupa pidana dan denda.8
5) Desain Industri
8
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual,
(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001), 122.
9
permintaan pemegang lisensi. Sanksi yang diberikan untuk
masalah desain industri berupa pidana dan denda.9
10
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, 124.
11 Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), 60-62.
10
1. Penyelesaian Sengketa Hak Cipta
12
Djubaedillah, Sejarah Teori dan Praktek Hak Milik Intelektual di Indonesia. (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2003), 70.
11
melalui Pengadilan Niaga para pihak dapat menyelesaikan perselisihan
tersebut melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.
a. Pasal 100 UU HC
1) Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada ketua
Pengadilan Niaga.
2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat oleh
panitera Pengadilan Niaga dalam register perkara pengadilan
pada tanggal gugatan tersebut didaftarkan.
13
Djubaedillah, Sejarah Teori dan Praktek Hak Milik Intelektual di Indonesia, 71.
12
3) Panitera Pengadilan Niaga memberikan tanda terima yang telah
ditandatangani pada tanggal yang sama dengan tanggal
pendaftaran.
4) Panitera Pengadilan Niaga menyampaikan permohonan
gugatan kepada ketua Pengadilan Niaga dalam waktu paling
lama 2 (dua) Hari terhitung sejak tanggal gugatan didaftarkan.
5) Dalam waktu paling lama 3 (tiga) Hari terhitung sejak gugatan
didaftarkan, Pengadilan Niaga menetapkan Hari sidang.
6) Pemberitahuan dan pemanggilan para pihak dilakukan oleh
juru sita dalam waktu paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak
gugatan didaftarkan.
b. Pasal 101 UU HC
1) Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan
puluh) Hari sejak gugatan didaftarkan.
2) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dapat dipenuhi, atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung
jangka waktu tersebut dapat diperpanjang selama 30 (tiga
puluh) Hari.
3) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum.
4) Putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
harus disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama
14 (empat belas) Hari terhitung sejak putusan diucapkan.14
14
Djubaedillah, Sejarah Teori dan Praktek Hak Milik Intelektual di Indonesia, 72.
13
pihak telah memberikan wewenang, maka arbiter
berwenang menentukan dalam putusannya mengenai hak
dan kewajiban para pihak jika hal ini tidak diatur dalam
perjanjian mereka.
2) Persetujuan untuk menyelesaikan sengketa melalui
arbitrase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimuat
dalam suatu dokumen yang ditandatangani oleh para pihak.
3) Dalam hal disepakati penyelesaian sengketa melalui
arbitrase terjadi dalam bentuk pertukaran surat, maka
pengiriman teleks, telegram, faksimili, e-mail atau dalam
bentuk sarana komunikasi lainnya, wajib disertai dengan
suatu catatan penerimaan oleh para pihak.
b. Pasal 5 UU 30/1999
1) Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya
sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang
menurut hukum dan peraturan perundang-undangan
dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.
2) Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase
adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-
undangan tidak dapat diadakan perdamaian.
3) Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan
hukum tetap dan mengikat para pihak. 15
15
Djubaedillah, Sejarah Teori dan Praktek Hak Milik Intelektual di Indonesia, 74.
14
2) Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif
penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari dan
hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis.
3) Dalam hal sengketa atau beda pendapat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat diselesaikan, maka
atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda
pendapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih
penasehat ahli maupun melalui seorang mediator.
4) Apabila para pihak tersebut dalam waktu paling lama 14
(empat belas) hari dengan bantuan seorang atau lebih
penasehat ahli maupun melalui seorang mediator tidak
berhasil mencapai kata sepakat, atau mediator tidak berhasil
mempertemukan kedua belah pihak, maka para pihak dapat
menghubungi sebuah lembaga arbitrase atau lembaga
alternatif penyelesaian sengketa untuk menunjuk seorang
mediator.
5) Setelah penunjukan mediator oleh lembaga arbitrase atau
lembaga alternatif penyelesaian sengketa, dalam waktu
paling lama 7 (tujuh) hari usaha mediasi harus sudah dapat
dimulai.16
6) Usaha penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
media for sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dengan
memegang teguh kerahasiaan, dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari harus tercapai kesepakatan dalam bentuk
tertulis yang ditandatangani oleh semua pihak yang terkait.
7) Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat
secara tertulis adalah final dan mengikat para pihak untuk
dilaksanakan dengan itikad baik serta wajib didaftarkan di
16
Djubaedillah, Sejarah Teori dan Praktek Hak Milik Intelektual di Indonesia, 75-76.
15
Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak penandatanganan.
8) Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) wajib selesai
dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak pendaftaran.
9) Apabila usaha perdamaian sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) sampai dengan ayat (6) tidak dapat dicapai, maka
para pihak berdasarkan kesepakatan secara tertulis dapat
mengajukan usaha penyelesaiannya melalui lembaga
arbitrase atau arbitrase ad hoc.17
17
Djubaedillah, Sejarah Teori dan Praktek Hak Milik Intelektual di Indonesia, 77.
16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hak atas kekayaan intelektual dibagi menjadi dua bagian, yaitu hak
cipta dan hak kekayaan industri. Hak cipta seperti buku, arsitektur, seni
batik. Sedangkan hak kekayaan industri meliputi paten, merek, varietas
tanaman, rahasia dagang, desain industri, dan desain tata letak sirkuit
terpadu.
17
dalam masing-masing peraturan terkait HKI yang dituju. Sedangkan untuk
penyelesaian sengketa melalui arbitrase, persyaratan dan prosedurnya telah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999.
18
DAFTAR PUSTAKA
2009.
19