Jurnal IAFMI 02 - Rev 13 - Desi PDF
Jurnal IAFMI 02 - Rev 13 - Desi PDF
Dari Redaksi
Di sisi lain, target “liting” telah ditetapkan sebesar 825,000 barrel/hari dan untuk mencapai
target ini diperlukan kerja sama dan komitmen yang kuat dari para pemain industri migas. Untuk
menumbuh kembangkan ide-ide yang mendukung semangat efisiensi, kolaborasi dan optimisasi,
Jurnal IAFMI mengambil tema “Marginal Field Development” bagi edisi ke-2 kali ini. “Marginal Field”
bukan hanya berarti marjinal dalam hal cadangan migas, akan tetapi juga marjinal dari segi economic
sehingga mendorong penerapan desain fasilitas yang “fit for purpose” dan metode pelaksanaan yang
efisien. Makalah-makalah pada edisi ke-2 ini di antaranya memaparkan contoh kajian konseptual atas
lapangan marjinal, proses “reverse engineering” dalam rangka efisiensi peralatan, dan kajian aspek
komersial atas pemakaian bersama fasilitas produksi minyak bumi dan gas.
Harapan kami Jurnal ke-2 IAFMI dapat memberikan informasi faktual dan terkini yang mendorong
timbulnya gagasan-gagasan baru dalam menjawab tantangan pengembangan investasi migas pada
kondisi seperti ini.
Salam Redaksi,
Desi A. Mahdi
Pimpinan Redaksi
<< 5 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
Kata Pengantar
Ketua Umum IAFMI
Situasi terkini industri migas di Indonesia berada pada
kondisi yang cukup menantang. Target liting yang ingin dicapai
pada kondisi harga minyak dunia sekarang menjadi tantangan
yang menarik untuk dihadapi, terutama bagi para professional
yang berkecimpung di dunia industri fasilitas produksi minyak
dan gas di Indonesia.
Kontribusi seluruh pelaku industri migas dalam membangun IAFMI melalui berbagai cara,
seperti turut menopang terbitnya Jurnal IAFMI Edisi 2 baik melalui tulisan, sponsorship,
distribusi maupun persiapan penerbitannya, dan lain-lain akan mempercepat proses
peningkatan kontribusi IAFMI bagi kepentingan bersama. Untuk itu, atas nama pengurus
kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas partisipasi
dan kontribusinya tersebut.
saat melakukan proses review engineering, Asas Cabotage dan peningkatan kadar Kandungan
manufacturing, permit to work. Lokal (Local Content) agar pada pelaksanaannya
6. Efisiensi dan optimalisasi di atas harus dilakukan dapat memberikan nilai tambah yang optimum
secara terintegrasi di semua disiplin keilmuan terhadap Proyek dan operasi Fasilitas Produksi
yang mendukung proyek dan operasi mulai dari Migas khususnya.
reservoir, fasilitas produksi, pemboran hingga Rekomendasi IAFMI dalam merealisasikan peluang
operation. tersebut di atas:
7. Karena pada dasarnya harga yang ditawarkan 1. Kepada pihak yang terkait dan terlibat, untuk
Kontraktor sangat tergantung dari harga beli segera mengambil peran secara aktif dalam
material, jasa dan sumber daya lain sehingga melakukan proses mencapai efisiensi,
penurunan biaya satuan Kontraktor hanya akan optimalisasi, simplifikasi serta kolaborasi,
terjadi bila seluruh rantai supplai juga merespon seperti disebutkan di atas.
turunnya harga minyak dengan penurunan harga 2. IAFMI agar mengambil peran aktif dalam
jual mereka. menyuarakan masukan dari para pelaku industri
8. Memangkas biaya-biaya yang tidak efektif, kepada Regulator dan Pemerintah, khususnya
termasuk handling fee dan overhead. terkait penerapan kebijakan fiskal dan perijinan
9. Efisiensi engineering dan desain yang “fit for yang dapat membantu proses efisiensi biaya dan
purpose”, termasuk juga inovasi dalam metode simplifikasi dalam Proyek dan Operations
pelaksanaan pekerjaan sehingga satuan biaya dan 3. Perbankan sudah saatnya mempertimbangkan
durasi proyek bisa dikurangi. suku bunga khusus untuk industri hulu migas
10. Memanfaatkan peluang di industri hilir dan sektor sebagai salah satu bagian dari “payback” atas
energi lain (seperti Power Plant, aromatic, pabrik regulasi yang mensyaratkan Bank Umum Nasional
pupuk dsb) yang masih belum terpengaruh secara sebagai bank transaksi industri migas.
langsung oleh turunnya harga minyak bumi seperti 4. IAFMI akan mendorong KKKS dapat melakukan
yang dialami oleh industri Migas Hulu. standarisasi spesifikasi material dan peralatan
11. Mempercepat proses persetujuan anggaran, kerja sehingga didapat efisiensi biaya tanpa
pengadaan, perijinan dan sebagainya untuk mengorbankan aspek keselamatan.
mempercepat jadwal pelaksanaan proyek 5. Penyedia Barang & Jasa diminta untuk secara
12. Kebijakan fiskal dan perpajakan untuk cepat beradaptasi dengan situasi harga minyak
menghindari biaya tambahan yang membebani dan meninjau ulang proposal harga atau biaya
13. Meninjau kembali efektifitas dan teknis penerapan satuan dalam kontrak didukung oleh segenap
rantai suplai di industri Hulu Migas.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 8
Expert Sharing IAFMI-KMI di MMUGM Penandatanganan Akta Notaris IAFMI Launching Jurnal IAFMI Edisi 1
IAFMI Dalam IRMEC 2014 Workshop SKKMIGAS dan IAFMI Mengenai POD
KEGIaTan IaFMI
IAFMI EXPERT SHARING - 3 - Workshop Kalorindo Launching Jurnal IAFMI Edisi 1 Rapat Dewan Pakar Jurnal IAFMI
Chief Editor:
Adjie Heryanto, St
Team Editor:
Risvan Dirza, St
Rahmat Palastyono, St
Rifkiandi Darajatun, St
lukito Wibowo, St
Sponsorship:
Ahmad Diponegoro, St.,MSc
yuliana Simarmata, St
Distribusi:
Surya Budi Ariyadi, St
Rosiska Alwin, SE
Project Sponsor:
Ir. Edwin Badrusomad
(Direktur Eksekutif IAFMI)
Penanggung Jawab:
Ir. taufik Aditiyawarman, MM. PMP
(Sekjen IAFMI)
Foto : Koleksi EdwinB dan PHE oNWJ • Desain lay out : Dedi the EPM
Sekretariat: Gandaria 8 Ofice Tower, Lt.5, Jalan Sultan Iskandar Muda,
Jakarta 12240, Telp. +62 21 29036500 (hunting),
e-mail : jurnal@iafmi.or.id, website: www.iafmi.or.id
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 12
PRoJECt MANAGEMENt
CoNSUltANt (PMC)
SEBAGAI OPSI PENGELOLAAN PROYEK
MIGAS YANG COST EFFECTIVE
LESSONS LEARN PHE ONWJ
Penulis : Ridwan wibiksana, CCP, PMP; Taufik Aditiyawarman, PMP; Satya Kamayanti
Adaptasi dan Penulisan Ulang : Adjie Heryanto
ABSTRAK
Industri Migas di Indonesia sedang tumbuh dengan pesat seiring dengan target dari Pemerintah
Republik Indonesia untuk meningkatkan produksi Migas Nasional. Hal ini menutut perusahaan
Migas di Indonesia untuk lebih focus pada bisnis inti dari perusahaan yaitu : Eksplorasi dan
Produksi termasuk development, sehingga kegiatan-kegiatan penunjang eksplorasi dan produksi
memungkinkan untuk di outsource agar lebih efektif dan memiliki efek domino yang significant
untuk membangun industri jasa penunjang Migas kedepannya.
Seiring dengan pertumbuhan industry ini, banyak proyek-proyek Migas yang di canangkan oleh
perusahaan, oleh karenanya dukungan sumber daya yang dibutuhkan meningkat dengan cepat,
persaingan antara perusahaan Migas di Indonesia dan Internasional dalam memperoleh sumber
daya manusia sudah mulai terasa di beberapa tahun terkahir, terbukti dengan mulai langkanya
sumber daya manusia yang memenuhi kriteria yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan
proyek-proyek yang sudah di rencanakan.
Proyek adalah kegiatan untuk menghasilkan produk yang unik dalam durasi waktu tertentu,
dengan kata lain kegiatan ini bersifat sementara (temporary). Merekrut tenaga kerja secara
permanen di posisi yang hanya dibutuhkan sementara tentunya tidaklah efektif secara bisnis,
sehingga opsi me-rekrut tenaga kerja atau jasa dengan skema kontrak menjadi pilihan.
Jasa Management Proyek atau Project Management Consultant (PMC) adalah salah satu
kebutuhan proyek saat ini untuk memenuhi kebutuhan sumber daya untuk mengelola satu atau
lebih proyek, dimana sistim manajemen proyek yang handal yang didukung oleh sumber daya
<< 13 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
manusia yang kompeten sangat dibutuhkan dan dapat di implementasikan setiap saat dalam
menjawab tantangan bisnis saat ini.
Paradigma yang berkembang saat ini di hampir semua KKKS besar, kekhawatiran dan
ketidakpuasan akan kualitas deliverable pihak ketiga/outsource membuat perusahaan cenderung
untuk menerapkan pola self-suficient yang belum tentu menguntungkan secara bisnis karena
menambah headcount dan biaya, hal ini dikarenakan jasa PMC di Indonesia belum mempunyai
standard profesi baku dan diakui industri.
Pemberdayaan perusahaan lokal dalam negeri untuk jasa PMC ini sangatlah di anjurkan karena
lingkup pekerjaan yang sangat memungkinkan untuk dikerjakan oleh anak bangsa Indonesia, juga
dapat menjadi pelajaran berharga yang akan meningkatkan kompetensi dibidang manajemen
proyek, selain meningkatkan efek domino memajukan perekonomian nasional dengan
berkembangnya industri Migas di Indonesia.
Adapun untuk meningkatkan efektifitas implementasi PMC tentunya tidak lepas dari
perencanaan dan kontrol yang baik terhadap implementasi kontrak PMC oleh perusahaan selain
berusaha untuk dapat menerima PMC ini menjadi bagian dari tim proyek secara utuh berdasarkan
kaidah dan etika bisnis yang sehat, juga konsistensi dari perusahaan PMC untuk senantiasa
meningkatkan kualitas deliverables nya.
Dalam makalah ini PT.PHE ONwJ akan mencoba untuk berbagi pengalaman dalam
implementasi PMC di lingkungan
perusahaan khususnya di
department Proyek, yang
baru dimulai kurang dari
empat (4) bulan yang lalu,
tentunya pengalaman ini masih
berupa kendala-kendala yang
dihadapi dan masih belum
dapat berbagi pengalaman
yang mengembirakan karena
kegiatan masih berlangsung.
Sehingga diharapkan para
pembaca dapat memetik
pengalaman sehingga apabila
akan mengimplementasikan
PMC di dalam proyeknya tidak
mengalami kendala serupa.
Kata Kunci : Project
Management Consultant (PMC),
Lessons Learn
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 14
PErsIaPan IMPlEMEnTasI
Gambar-2: Alternatif jenis penyediaan jasa SDM sTraTEGI PMC
yang umum digunakan
Dari Lesson Learn yang telah dilakukan oleh
PHE ONwJ, ada beberapa hal yang juga perlu
analIsa PErBandInGan
dipertimbangkan dalam implementasi strategi ini.
KETIGa alTErnaTIF
Baik pada masa sebelum implementasi dimulai,
Berikut ini diberikan sebuah ilustrasi untuk
maupun sesudah implementasi dimulai. Hal-hal
menggambarkan analisa perbandingan secara
tersebut diantaranya adalah:
ekonomi untuk ketiga alternatif penyediaan jasa
SDM tersebut. 1. Menentukan target yang ingin dicapai dari
strategi ini beserta parameter-parameternya
Jika diasumsikan bahwa seorang karyawan
mempunyai standar gross rate $ 50,000 per tahun 2. Dilakukan analisa komprehensif terhadap
selama kurun waktu 5 (lima) tahun sesuai durasi skill-set dari SDM internal yang sudah ada
pelaksanaan sebuah proyek, dimana total cost yang 3. Setelah mendefinisikan skill-set gap
disajikan di bawah ini merupakan akumulasi dari yang akan diatasi, tentu dengan
■ Structural Steel Package ■ Flexible Pipe & Ancillaries ■ Offshore Crane & Deck Winch ■ Basic Engineering Design
■ Linepipe & Bend Package ■ Umbilicals & Subsea Cable ■ Aluminium Helideck ■ Detailed Design & Drafting
■ OCTG Package ■ Subsea Valve Systems ■ Custody Metering System ■ Specialty Engineering
■ Mechanical Connectors ■ Pressure Vessel & Pipe Spools ■ Construction & Project Support
■ Offshore Mooring System
Figure-2
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 16
mempertimbangkan kebutuhan
proyeknya, dilakukan analisa Cost-
Benefit Value yang dapat menjadi
panduan, baik dalam masa proses
pengadaan maupun untuk evaluasi
dalam masa implementasi
4. Perlu juga didefinisikan tugas dan
tanggungjawab secara akurat
untuk anggota tim PMC dengan
mempertimbangkan bahwa
posisi kunci dalam organisasi tim
proyek akan tetap diduduki oleh
personel permanen dari KKKS yang
bersangkutan serta memastikan
tidak ada dualisme peran dan
tanggungjawab dalam organisasi
tim proyek
5. Menjalankan prinsip Management
Of Change (MOC) terkait hal
ini, terutama jika diperlukan
adanya perubahan prosedur dan
regulasi internal KKKS tersebut
Gambar-3: Analisa perbandingan total cost ketiga alternatif untuk mendukung efektifitas
dari implementasi PMC tanpa
mengkompromikan
baik kualitas pekerjaan
ataupun azas kepatutan
dan ketaatan yang
berlaku dalam kegiatan
KKKS tersebut karena
personel PMC ini selama
proyek juga akan
berhubungan dengan
(contoh) Kontraktor EPCI
6. Mendapatkan kon-
sensus dari semua
pemangku kepentingan
terhadap implementasi
Gambar-4: Perbandingan “Pro vs Cons” untuk ketiga alternatif ini.
<< 17 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
KrITErIa TEKnIs PEMIlIHan PErusa- 2}. Secara umum hal ini dapat membantu
Haan PEnYEdIa jasa PMC meningkatkan kualitas SDM di konsultan
Sebagai panduan, berikut beberapa hal sehingga secara makro hal ini dapat
yang menurut penulis perlu dipertimbangkan berkontribusi positif terhadap industri MIGAS
untuk dijadikan kriteria teknis ketika melakukan nasional
pemilihan perusahaan penyedia jasa PMC yaitu: 3. Tidak menggunakan PMC sebagai jasa
penyedia kerja semata, namun agar
1. Berpengalaman sebagai PMC dalam proyek- memanfaatkan fasilitas, sistem dan peralatan
proyek di industri MIGAS pendukung yang dimiliki untuk efektifitas
manajemen proyek
2. Menunjukan kualitas dalam pengalaman
proyek-proyek sebelumnya 4. Target penggunaan PMC harus disepakati
bersama dengan semua pemangku
3. Memiliki tim SDM dengan skill-set yang
kepentingan, baik di dalam organisasi KKKS
memadai sesuai kebutuhan proyek
maupun di dalam organisasi perusahaan
4. Didukung sertifikat dan kompetensi yang
penyedia jasa PMC dalam bentuk pencapaian
dapat dijadikan bahan pertimbangan
dan deliverables yang terukur
5. Memiliki sistem internal dan peralatan
yang menunjang efektifitas kerja masa
rEFErEnsI
implementasi
6. Keterlibatan pimpinan eksekutif organisasi 1. “Project Engineering & Construction
PMC sebagai “Project Sponsor” yang Management Services”, PHE ONwJ,
ikut memantau kualitas dan kemajuan Project Dept, 2013
perkembangan saat implementasi 2. “A Guide on How to Select a Project
Management Consultancy”, PMI, 2010
WORKING PAPER:
DECISIoN FRAMEWoRK FoR oIl
AND GAS FIElD DEvEloPMENt
By Noezran Azwar
Decision analysis for oil and gas development field is an interesting topic that many professionals
from engineers, finance managers to Government like to discuss. Decisions for oil and gas field
development not only determine the direction and course of thousand to billions of dollars but
also national resilience on energy security. The complexity of a decision varies from simple and
Shakespearean—to drill or not to drill— up to complex rigorous analysis.
For countries using fiscal terms like production sharing contract (PSC), decision to develop oil and
gas fields is merely critical, for both PSC contractor (private) and Government. For the PSC contractor
in general, it is going to be an investment decision that lays on both financial and technical analysis.
However, for Government, it is not simply as investment decision, but it is also economics and political
decision in regards of national resilience on energy security. Oten, both for PSC and the government,
information for investment decision making are not suficient or not available, such as: under what
conditions an investment can become commercial, or whether the provided incentives are suficient,
or what suitable eficient technology can be utilized, etc. Also there is asymmetric information or
knowledge gap between the PSC contractor and the government, such as: under what portfolio the
investor is willing to invest on a field, or what is national urgency for the government to develop fields,
or in what extent the government
can relax their regulations and
policies to accommodate incoming
investment, etc.
This working paper shows a
proposed decision framework
that includes major aspects
that have influence in decision-
making. A research currently in
progress is conducted to develop
decision-making model based on
this framework.
Key Word: Design framework,
economic analysis, reveneu
analysis, cost analysis. Figure 1: Decision Framework
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 20
Economics analysis
Both PSC contractor and
Government conduct project
economics analysis to maximize their
take. Economics analysis involves
revenue analysis, cost analysis, fiscal
regime applied, and state and local
regulations and policies. In some cases,
Government economic analysis also
involves project multiplier efects for
gross domestic product (GDP).
Cost analysis
Cost analysis involves economics function of
cost and cost minimization. The cost function is
a function of input prices and output quantity.
The value is the cost of making that output given
those input prices. The cost function measures the
minimum cost of producing a given level of output
for some fixed factor prices. Cost analysis shall
predict total cost of development including capital
expenditures and operation cost.
Cost analysis involves of:
From above definitions, it is clear that decision b. drilling method and technology
framework must consider national resilience. c. production method and technology
A marginal oilfield or a gas field may be still
d. product purification method and
developed if it afects national resilience on energy
technology
security. In addition, for an extreme, a marginal
e. product conditioning method and
oilfield may still developed because its near-border
technology
location. Under this circumstance, there will be
follow-up strategy that Government may take. f. byproduct and waste management
g. abandonment method and technology
Closing
Decision framework for Oil and Gas Jakarta: PT Gramedia widiasarana
Development is definitely required for both Indonesia.
PSC contractor (investor) and Government. The • Ross, J. (2004). Risk and uncertainty in
framework shal include important aspects of portfolio characterization. Journal of
decision making in fields development. This Petroleum Science and Engineers, 41-53.
decision framework is going to be tested during
on-progress research. A model of decision-making • Society of Petroleum Engineers (SPE).
process is going to be established based on this (2011). Guidelines for Application of the
framework. Petroleum Resources Management System.
Society of Petroleum Engineers (SPE).
Bibliography
PENERAPAN DOCUMENT
MANAGEMENT SYSTEM (DMS)
StUDI KASUS: IMPlEMENtASI
INACt PADA PRoyEK ABC
Oleh Aris Maryadi, INARTS
ABStRAK
Dalam berbagai kegiatan proyek dan produksi di bidang industri minyak dan gas bumi (MIGAS),
sering dijumpai berbagai permasalahan terkait manajemen dokumen dan informasi dari berbagai
sumber dan kepentingan selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
Kemajuan teknologi di bidang sistem informasi serta tantangan pengelolaan proyek dan produksi
MIGAS yang semakin kompleks, menuntut adanya sistem yang mampu mengakomodir tuntutan
adanya proses manajemen dan pengelolaan yang baik terhadap berbagai jenis dokumen dan
informasi.
Makalah ini membahas tentang implementasi INACT untuk mengelola dokumen dalam sebuah
kegiatan proyek ABC. INACT sendiri adalah sebuah sotware yang dikembangkan oleh InArts, sebuah
perusahaan dalam negeri yang berusaha menjawab kebutuhan danya sistem manajemen dokumen
yang optimal dan efisien untuk digunakan oleh industri MIGAS di tanah air.
Selama masa hampir 6 (enam) tahun sejak peluncurannya, INACT telah digunakan oleh banyak
perusahaan yang bergerak di bidang industri hulu MIGAS, mulai dari perusahaan KKKS, kontraktor
EPC maupun pemasok (vendor), baik yang berlokasi di dalam maupun di luar negeri. Hal ini sekaligus
membuktikan kemampuan SDM Indonesia di bidang teknologi informasi dapat bersaing di industri
MIGAS internasional.
Kata Kunci: Ducument management System, INACT, Reviuw process
<< 29 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
- Pihak yang berhak memeriksa dan Dalam penjabaran di atas dapat dilihat bahwa
mengoreksi comment / mark-up dalam suatu dalam proses review sebuah dokumen proyek pada
dokumen umumnya diperlukan kemampuan kolaborasi
- Pihak yang berwenang memberikan berbagai pihak untuk memberikan comment / mark-
persetujuan akhir dari revisi sebuah up terhadap suatu bagian dari dokumen tersebut.
dokumen Fitur ini adalah salah satu yang paling diandalkan
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 32
oleh INACT untuk memberikan nilai tambah sasaran untuk manajemen dokumen yang
terhadap proses manajemen dokumen di sebuah dikembangkan selama proyek tersebut. Dari
proyek. pengalaman selama implementasi INACT dalam
mendukung tahap Engineering dari proyek ABC
KESIMPUlAN selama masa 2 tahun terakhir, penulis mendapatkan
Selama durasi pekerjaan dari sebuah proyek, kesimpulan bahwa untuk dapat menunjang
dibutuhkan suatu sistem yang efisien dan tepat sebuah proyek pengembangan lapangan MIGAS di
Indonesia, terutama dalam memastikan efisiensi
biaya proyek, sistem dokumen yang ideal haruslah
memiliki kualifikasi diantaranya:
a) Mampu menyesuaikan workflow dengan
kebutuhan arus sirkulasi dokumen dalam
sebuah proyek
b) Memiliki kemampuan untuk menunjang
kolaborasi berbagai pihak secara simultan
dan real-time
c) Dapat dijalankan dengan infrastruktur
perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (sotware) yang umum digunakan
serta tidak bergantung pada sistem operasi
Gambar-5: Kemampuan memberikan tertentu di sisi client
comment / mark-up pada INACT
<< 33 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
PEMAKAIAN BERSAMA
FASIlItAS MINyAK DAN GAS
DALAM RANGKA OPTIMALISASI
INDUSTRI MIGAS INDONESIA
Oleh : Joefrizal, Praktisi Minyak dan Gas Bumi, domisili di Dubai
ABStRAK
Dengan turunnya harga minyak dunia lebih dari 50 % dari harga bulan juni yang sekitar $ 112/barrel,
membuat isu pemakaian bersama fasilitas produksi MIGAS di Indonesia menjadi semakin penting dalam
rangka mencapai optimalisasi pemakaian fasilitas produksi minyak dan gas bumi (MIGAS) Indonesia
yang tujuan akhirnya tentulah untuk menekan ongkos produksi minyak dan gas nasional kita.
Pemakaian bersama fasilitas produksi minyak ini sudah diamanatkan oleh Undang Undang MIGAS
no. 22 tahun 2001 dan peraturan pemerintah no. 35, di tahun selanjutnya.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana penggunaan bersama fasilitas produksi minyak dan
gas ini dapat dilakukan dengan baik? Penulis ingin mengemukakan beberapa aspek terutama aspek
ekonomi dari konsep ini dan usulan agar konsep ini menarik bagi semua pihak terkait.
Kata Kunci: Sharing facility
Pada gambar 1, gas atau oil diambil dari sumur terpisah. Jika tidak ada fractionator maka hasilnya
dan dialirkan kedalam production separators. Dari umumnya adalah LPG (campuran dari butane,
production separator ini, minyak dipisahkan dari ethane, propane) dan secondary condensate.
gas dan masuk kedalam tangki penyimpan sebelum yang dimaksud dengan fasilitas produksi
dijual ke pembeli. Dari production separator, gas disini adalah fasilitas diatas permukaan bumi
dialirkan kedalam treating plant (jika diperlukan di yang dipakai untuk mengalirkan, memroses, dan
lakukan di lapangan gas tersebut, tidak jauh dari menyimpan hasil minyak dan gas bumi sebelum
sumur gasnya) untuk dihilangkan kandungan CO2 dijual dan diserahkan kepada pembeli. Fasilitas
atau Sulfur yang sangat korosif terhadap pipa dan fasilitas produksi ini meliputi antara lain: jalur pipa,
fasilitas produksi. Setelah itu gas dialirkan kedalam gas processing plant (termasuk didalamnya LNG
gas processing plant untuk pemrosesan lebih dan LPG plant), tangki penyimpan, pelabuhan dan
lanjut. Gas processing plant ini kadang dilengkapi lain lain fasilitas terkait.
oleh fractionator sehingga dapat dihasilkan gas
Produksi minyak dan gas cenderung mempunyai
metana yang siap jual, ethane, propane, butane,
profil yang sama yaitu profil seperti lonceng yang
secondary condensate, yang masing masing
<< 35 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
condong ke muka atau sebelah kiri. Produksi akan semaksimal mungkin untuk menekan cost
mencapai maksimal dalam jangka waktu relative recovery dan menambah pendapatkan
pendek dan kemudian menjadi stabil untuk jangka pemerintah dari profit split yang meningkat.
waktu tertentu. Jangka waktu selanjutnya produksi Didalam konsep Kontrak bagi hasil (PSC)
tersebut akan menurun sehingga akhirnya menjadi yang di ciptakan dan dianut Indonesia, seluruh
tidak ekonomis lagi untuk di produksi. Kurva fasilitas produksi yang dibangun oleh kontraktor
produsi umumnya seperti gambar dibawah ini: bagi hasi merupakan milik Negara dan ongkos
Profil produksi yang demikian, mengakibatkan pembangunannya dibayar dengan cost recovery
fasilitas produksi menjadi tidak terpakai secara bagi kontraktor terkait. Secara teoritis, maka
maksimal (idle) setelah masa produksi puncak setiap fasilitas produksi, yang dibangun oleh
terlewati. kontraktor dan biaya pembangunannya sudah
Disamping itu, untuk kontraktor kontraktor yang di bayar oleh Pemerintah melalui mekanisme
baru mendapatkan minyak atau gas dilokasi lokasi cost recovery, menjadi milik pemerintah. Secara
yang tidak berjauhan dengan lokasi fasilitas idle umum untuk fasilitas produksi yang demikian,
ini, tentuya menjadi logis untuk memakai kapasitas biaya yang terjadi tinggal biaya operasi dan
produksi yang idle ini, walaupun dengan melakukan produksi saja.
beberapa modifikasi tertentu, untuk menekan biaya Selanjutnya marilah kita tinjau skema yang
produksi dan memaksimalkan penggunaan fasilitas melukiskan typical konsep kontrak bagi hasil di
produksi yang sudah ada sehingga tidak mubazir. Indonesia:
Disisi lain, pemerintah tentu menginginkan fasilitas Skema diatas menjelaskan bahwa pendapa-
fasilitas produksi yang ada dapat dimanfaatkan tan dari produksi dikurangi oleh First Tranche
PRODUCTION
EXPENDITURES
FIRST TRANCHE PETROLEUM
PRODUCTION INVESTMENT
FACILITIES CREDIT
BONUS EXPLORATION
CAPITAL DEPRECIATION
COST
RECOVERY
DEVELOPMENT NON CAPITAL
EQUITY TO BE SPLIT
PRODUCTION
TOTAL
SHARE 28.85%
D.M.O
25%x28.85%
DMO FEE
TAXABLE INCOME
PEMERINTAH
TAX 48%
KONTRACTOR
PEMERINTAH PROFIT - NET PEMERINTAH
SHARE SHARE
WET lIFT as an
alTErnaTIvE suBsEa
PIPElInE TIE-In METHod
RESULTED SAFE
AND RELIABLE OPERATION
Nanang Sahroini, Project Department, PT. Pertamina Hulu Energi – Ofshore North west Java (PHE ONwJ)
winardi, Project Department, PT. Pertamina Hulu Energi – Ofshore North west Java (PHE ONwJ)
Hanto yananto, Engineering & Integrity Dept, PT. Pertamina Hulu Energi – Ofshore North west Java (PHE ONwJ)
Abstract
PHE ONwJ has developed new APN-E/F gas fields in 2011 – 2012 namely APNE-A, APNE-B,
and APNF. The scope of this new development is that to install 3 NUIs (Normally Unattended
Installation) or wellhead platforms, to install 24”-20 km subsea pipeline with 2 subsea tie-ins, to
drill 3 wells, and to reconfigure the existing Mike-Mike Gas Compression System. Gas production
from new APN-E/F field is delivered to MM Flow Station for compression through the existing 24”
subsea pipeline 24” with 70 km length.
The selection of subsea tie-in strategy is one of key success factor and a very critical project
milestone considering the associated risk impact (safety, production, cost, time schedule, and
quality). In the project risk management, subsea tie-in is one of biggest project risk reported to
senior management as well as other stake holders.
Starting from FEED stage, the constructability study has been performed to assess the various
options for subsea tie-in method. These options were reviewed against the selection criteria
of safety, schedule/shutdown time, cost, quality and integrity for operation. A wet liting was
selected as subsea tie in method ater a robust selection process.
with combination of a detailed execution plan, peer review and risk assessment, the subsea
tie-in work for 2 (two) locations at 24” pipeline were safely executed, ahead from the schedule,
within budget and reliable operation.
Keywords: wet-lit, Subsea tie-in, Dry-lit,
<< 41 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
4. Low cost.
Figure-1 Pipeline Schematic
From above 4 criteria, subsea tie-in method
selection was come up to 3 option, i.e Using Subsea
Mechanical Connector, Dry Lit Method, and wet Lit
Method.
Hyperbaric Subsea welding was not selected as
this method has higher risk and will need special
underwater welding equipment which will cost
more compared to the 3 nominated method, which
was not suit economically for the marginal field
development.
Mechanical Connector flange method will be
Figure-2 Subsea Tie-in Configuration done by installing first bypass line and stople plug.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 42
Sub sea hot taps are required to install this bypass connectors which still have potential leak.
line and stople plug. Dry lit subsea pipeline tie-in method will be
Ater the bypass line is installed, stople plug will done by cutting the existing subsea pipeline at the
be activated to stop the gas flow from main line sea-bed, using cold cutting diamond wire.
to bypass line. The pipeline section between the 2 Upon the cold cutting finished, each end of
stople plug then will be cold cut at 2 places using subsea pipeline will be lited to the surface by using
diamond wire cutter at distance suitable for pigable work barge which has suitable liting equipment to
wye tee and mechanical connector installation. lit up the pipeline from the sea bed for the flange
Mechanical connector flange then to be installed installation, then lowered back to the sea bed upon
at both end of the cut pipeline, then pigable wye flange installation complete.
tee. This pigable wye tee having swivel flange at This method will need pipeline shutdown, but
both end, and preinstalled with sub sea ball valve not necessary to purge the gas inside of the subsea
and blind flange for connection to the new pipeline pipeline.
from new APNE/F Platform. A gasket having leak test
Before cutting of the subsea pipeline, 2 smart
facilities is used to check the tightness of the flange
plug will be lauched via the pig receiver at the
connection of pigable wye tee. Upon completion of
platform, then pushed by the produced gas to the
leak test on the flange joint, then the pipeline can be
destination point near the tie-in location. This plug
put back in operation.
has a position trasnmitter which will be transmitting
with this method, sub sea tie in is able to its position in the subsea pipeline. Once the smart
be done while the existing pipeline is keep on plugs reach its position, then will be infalted to
operation wihtout any shutdown. isolate the section of the subsea pipeline at the
weak point of this method is the complexity subsea tie in location. The inflation of the smart
of sub sea operation during tie in proccess plug will be using the gas pressure inside of the
which will take long duration, and furthermore subsea pipeline.
integrity of pipeline become less due to many Pigable wye tee the will be installed ater
attachment permanently stayed in the mainline completion of flange connection at both end of
such as mechanical hot-tap clamps and mechanical subsea piepline at the sea bed. This pigable wye
tee having swivel flange
at both end, and already
preinstalled with sub sea
ball valve and blind flange
for connection to the
new pipeline from new
APNE/F Platform. Upon
completion of leak test on
the flange joint, then the
pipeline can be put back
in operation.
This dry lit method was
Figure-3 Mechanical Connector Method
<< 43 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
installation complete. for connection to the new pipeline from new APNE/F
Pigable wye tee the will be installed ater Platform. Upon completion of leak test on the flange
completion of flange connection at both end of joint, then the pipeline can be put back in operation.
subsea piepline at the sea bed. This pigable wye
tee having swivel flange at both end, and already
preinstalled with sub sea ball valve and blind flange
result and discussion
wet lit method finally was selected and applied
for the subs sea tie-in of APNE/F
Project. Evethough this wet lit
method is the convetional way of
doing subsea pipeline work, but
this method is fullfill the criteria, i.e
safe, reliable, and low cost. Schedule
was ahead from the plan, as the
Figure-5 Wet Lit Method proper planning and control was
implemented during execution of this sub sea tie
in, by using task plan which was detailed in hourly
basis of activity.
The risk of pipe backling during wet lit was
controlled propoerly by controlling the pipeline
curve to be maintained at the acceptable curve
as per calculation. Certain number of davit and
added by buoyance ballon was used to maintain
the pipeline curve, and at each of liting point of
davit and buoyance ballon was provided by position
idicator which continuosuly monitored from the
barge.
This wet lit method was executed using marine
spread and equipment as follow :
unit / spare.
author
6. Fabrication Equipment (cutting, welding, grind-
ing machine).
Hanto Yananto
7. Testing and NDE Equipment.
Hanto Yananto is Conceptual Engineer of
8. Consumables : welding rod, oxigen / accetilene, the Department of Engineering and Integrity
grinding disk, pipeline field joint coating. at Pertamina Hulu Energi Ofshore North
west Java (PHE ONwJ) PT, where he has been
since 2008. He received a B.S. in mechanical
Conclusions engineering from Trisakti University in
Description Plan Achievement Remark 1999, an MBA from Bandung Institute of
Safe opera- Safe Safe Technology in 2002, and an M.S in petroleum
tions engineering from Bandung Institute of
Cost $2 mio $2 mio Technology in 2014. From 2001 to 2007 he
Schedule 20 days 14 days Ahead 6 worked at Tripatra PT, an EPC company in
days Indonesia, eventually as a piping and pipeline
Quality (in- Medi- High Improved
engineer. He then moved to an oil and gas
tegrity) um
operating company for Ofshore North west
Java in 2008 that was previously operated by
BP. Since mid of 2009 Ofshore North west
Subsea pipeline tie-in using wet lit method has
Java has been operated by Pertamina.
proven resulting significant schedule saving – by
implementing proper plan and control. From 20 He has involved in several onshore
days plan for executing 2 subs ea tie in location, the and ofshore FEED and EPCI projects since
actual work was executed and complete in 14 days 2001. He worked as pipeline engineer for
which is 6 days ahead from the plan. ConocoPhillips South Jambi-B project in
2003, ConocoPhillips Hang Tuah Subsea
This schedule saving is giving benefit to
Pipeline Modification project in 2005, Star
COMPANy which able to put back the existing APN-
Energy KRA Development project in 2006,
Mike Mike pipeline in operation, and deliver the gas
PHE ONwJ APN E/F New Development project
to the customer which is national strategic industry
in 2011, and PHE ONwJ GG Development
in DKI Jakarta and west Java
project in 2013. He also worked as piping
engineer for FEED of BP Tangguh Ofshore
acknowledgements platform project in 2002, Hess Ujung Pangkah
Thank you to APNE/F project team which
phase-2 project in 2007, and BP west Java
has forced the efort and contribute fully during
Rehabilitation project in 2008. Currently he
this subsea tie-in execution and overall project
is working as conceptual engineer. He does
completion, also support from PHE ONwJ
conceptual design for brownfield ofshore
Management and all of the stake holders.
development/modification of surface
facilities.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 46
PEnEraPan ‘KnoWlEdGE
ManaGEMEnT’
DALAM PROYEK MIGAS
Ir. Sapta Putra yadi MHRM – KM Consultant,
Knoco Indonesia
Abstract
Knowledge Management (KM) adalah suatu proses meng-‘capture’, mengembangkan,
menggunakan dan membagi pengetahuan yang dimiliki suatu organisasi secara efektif. Banyak
perusahaan besar, institusi public dan organisasi non profit yang telah menerapkan prinsip KM dalam
mengelola dan menjalankan bisnis mereka. KM mendukung perusahaan-perusahaan ini dalam
melakukan ‘Continuous Improvement’ dan bertindak sebagai ‘enabler’ bagi ‘Organisational Learning’.
Penerapan KM dalam Proyek Migas berfokus pada tujuan untuk mendapatkan kinerja yang lebih
baik, meng-‘encourage’ lahirnya inovasi pada metoda pelaksanaan pekerjaan dan sharing ‘lessons
learned’ untuk menghindari kesalahan yang sama, sekaligus juga mempercepat waktu pembelajaran
(‘learning curve’) di dalam pelaksanaan proyek, seperti contoh typical proyek drilling pada gambar di
bawah.
Kata Kunci: Knowledge management, learning before, learning during, learning ater
menyelesaikan proyek secara tepat waktu atau pemilik pengetahuan tacit tersebut. Pengetahuan
lebih cepat, biaya yang efisien sesuai anggaran, dan eksplisit dapat ditemukan dalam bentuk dokumen,
kualitas yang sesuai standar yang diharapkan. rekaman, database, video, dan “media sharing”/
berbagi lainnya. Pengetahuan yang sudah
didokumentasikan inilah yang harus dikelola
Pengetahuan Tacit dan Eksplisit
dengan baik agar tacit knowledge yang kritikal
Untuk memahami KM dengan baik perlu
menyebar dengan baik di dalam organisasi dan
mengerti terlebih dahulu makna dari Pengetahuan
keterbatasan organisasi pada tacit knowledge dapat
Tacit dan Eksplisit dan hubungannya dengan
dikurangi.
“Knowledge” sebagai Aset. Pengetahuan disebut
sebagai Aset karena pengetahuan mempunyai Lebih lanjut pengetahuan tacit akan dapat
nilai, dapat digunakan berulang kali, tapi dapat berkembang jika pengetahuan eksplisit juga ikut
juga hilang/kadaluwarsa. Pengetahuan tacit atau dikembangkan. Hal ini terkait dengan konsep
tacit knowledge adalah semua pengetahuan berfikir bahwa “Knowledge is power”. Dengan
dan wisdom yang dimiliki seseorang. Seperti menyimpan pengetahuan untuk diri sendiri,
dijelaskan sebelumnya, pengetahuan inilah yang seseorang merasa aman dengan perannya dan
menempatkan seseorang tersebut pada suatu merasa akan selalu diperlukan. Pada kenyataannya,
status tertentu. Semakin banyak pengetahuan dan individu yang menyimpan pengetahuannya
wisdom yang dimiliki, semakin tinggi statusnya, hanya sebagai pengetahuan tacit lama-kelamaan
baik di masyarakat maupun di organisasi. pengetahuannya tersebut akan semakin tertinggal
Pengetahuan ini berkembang mengikuti arah dan menjadi kadaluwarsa. Dengan berbagi
anak panah yang ada dibawahnya. Seseorang pengetahuan maka si pemilik pengetahuan akan
yang mempunyai pengetahuan tacit yang penting banyak menerima pertanyaan, klarifikasi, dan
dan banyak, secara alamiah akan menjadi orang pandangan baru yang membuat pengetahuannya
yang dicari dan diperlukan untuk menjadi nara semakin teruji. Pada era pengetahuan ini
sumber. Pengetahuan dan wisdom yang dimilikinya pengetahuan tacit yang berkembang adalah yang
diperlukan untuk menjadi bahan pertimbangan selalu diberikan ke individu lain untuk membuatnya
dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian semakin teruji dan berkembang. Namun
dapat dipahami bahwa pengetahuan tacit adalah kenyataannya tidak semudah itu. Banyak tantangan
aset bagi seseorang, yang dapat hilang bersamaan yang harus diatasi, terutama dari sisi individu yang
dengan menghilangnya orang yang memiliki memiliki pengetahuan dan wisdom tersebut.
pengetahuan ini misalnya berhenti dari pekerjaan,
Ada satu analogi yang menarik untuk
meninggal, dan sebagainya. Hal seperti ini sering
menjelaskan hubungan antara pengetahuan tacit
dan banyak terjadi di berbagai organisasi.
dan eksplisit ini. Hal ini terjadi pada para pendaki
Sekarang mari kita kihat apa yang dimaksud gunung. Untuk yang sudah pernah mendaki
dengan pengetahuan eksplisit (lihat Gambar 1 gunung pasti menyetujui bahwa turun gunung
dengan panah arah ke bawah) dan hubungannya jauh lebih cepat dibandingkan saat naik. Namun
dengan pengetahuan tacit. Pengetahuan eksplisit cepat ini tidak berarti mudah, tingkat kesulitannya
atau explicit knowledge adalah pengetahuan mungkin malah lebih tinggi dibandingkan naik
tacit yang sudah dituangkan dalam bentuk yang gunung. Bentuk piramida pada Gambar 1 diatas
dapat digunakan oleh orang lain tanpa kehadiran merepresentasikan dibutuhkan waktu yang
<< 49 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
cukup lama bagi seseorang untuk mempunyai menjadi struktur komponen KM seperti ditunjukkan
pengetahuan dan wisdom yang memiliki nilai pada Gambar 2 dibawah. Empat komponen tersebut
kritikal. Sebaliknya terjadi pada pengetahuan menjadi prasyarat suksesnya penerapan KM di
eksplisit. Berbagi pengetahuan dan wisdom dan organisasi manapun, termasuk di proyek.
menjadikannya sebagai informasi bagi orang lain
sebenarnya dapat dilakukan dengan cepat. Namun
1. People (Manusia)
kenyataannya sulit alias tidak mudah. Kesulitan
Semua proyek akan berjalan jika ada
muncul jika konsep berfikir bahwa “Knowledge
unsur manusia yang memiliki pengetahuan
is power” masih melekat pada individu pemilik
yang relevan untuk menggerakkannya. Dalam
pengetahuan tersebut. Hal inilah yang menjadi
penerapan KM di proyek, unsur manusia ini
tantangan dalam penerapan KM di organisasi
dikenal dengan istilah “People”. Manusia sebagai
manapun.
pemangku kepentingan terhadap pengetahuan
di proyek, merupakan komponen yang tidak
Komponen KM boleh dilupakan, khususnya dalam implementasi
Kegagalan dalam penerapan KM banyak terjadi KM. Selain sebagai sumberdaya utama yang
karena tidak lengkapnya komponen KM yang menjalankan Proyek, manusia jugalah yang meng-
harus dipenuhi. Ada yang beranggapan bahwa capture data, mengolahnya menjadi informasi,
dengan memiliki KM portal berarti implementasi mengaplikasikannya dan menjadikannya
KM sudah dilakukan. Ada juga yang merasa sudah pengetahuan dan pada akhirnya mengumpulkannya
menerapkan KM karena sudah ada kegiatan sebagai “wisdom”. Jadi sangatlah tidak tepat jika
knowledge sharing, bedah buku, atau buletin “people” dilupakan dalam proses implementasi
pengetahuan. Padahal KM jelas-jelas digerakkan KM di suatu proyek. Peran “people” dalam
oleh manusia-manusia yang menjadi stakeholder- implementasi KM jelas sangat penting.
nya. Dari semua kenyataan tersebut diatas, jika
Pertanyaannya adalah apa saja peran, tugas,
dipelajari secara seksama, akan didapat empat
dan tanggungjawab “people” dalam penerapan KM
komponen penting yang jika dirangkaikan tersusun
tersebut. Pertanyaan ini akan dapat dijawab tentu
saja jika kita mengetahui pemangku kepentingan
penerapan KM di proyek terkait. Pemangku
kepentingan penerapan KM secara umum adalah
People pimpinan proyek, initiator KM, pengelola KM,
pemilik pengetahuan, penerima pengetahuan,
pengembang teknologi KM, fasilitator proses KM,
dan sebagainya. yang pasti dalam proses KM harus
terjadi interaksi antar individu di organisasi untuk
Technology Process tersebarnya dan berkembangnya pengetahuan;
terdokumentasinya setiap pembelajaran yang
Governance terjadi di organisasi; dikelolanya dengan baik
semua dokumentasi pengetahuan yang berhasil
dieksplisitkan; dan mudahnya pengetahuan yang
Gambar 2: Komponen KM
diperlukan diperoleh untuk digunakan.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 50
Dari sudut pandang proyek, secara ringkas peran ditunjuk untuk memastikan dilakukannya
dan tanggung jawab pemangku kepentingan proyek dokumentasi knowledge sesuai standar yang
dalam penerapan KM dapat diuraikan sebagai berlaku dan mengelolanya agar mudah diakses
berikut: dan digunakan oleh yang memerlukan.
a. Pimpinan proyek atau Project Manager,
e. Subject Matter Expert (SME), personil proyek
mendukung penerapan KM termasuk terlibat
yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
dalam proses KM dan menyetujui alokasi
lebih tentang best practice dan lesson learned
sumber daya.
dari sebuah proyek yang sedang dijalankan,
b. Project KM manager, dapat dirangkap karena sebelumnya telah melaksanakan
oleh posisi senior tertentu di proyek, beberapa project yang serupa. SME bertugas
misalnya Project Control Manager. Berperan untuk memvalidasi keabsahan dokumentasi
menggerakkan kegiatan KM di proyek dan knowledge yang dihasilkan dari sebuah proses
memastikan bahwa pembelajaran selalu KM, dan harus selalu terbuka untuk menjawab
dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan pertanyaan dari anggota proyek sesuai
efisiensi proyek dari waktu ke waktu, termasuk pengalaman dan pengetahuannya. Dalam
identifikasi best practice dan lesson learned. project, SME biasanya di-hire sebagai tenaga ahli.
c. Project KM Team, adalah personil proyek yang
2. Process (Proses)
melakukan aktivitas KM di level operasional
Proses yang dimaksud disini adalah semua
yang terlibat langsung dalam semua proses
aktifitas atau kegiatan yang mengarah kepada
KM, berperan menyemangati personil
tercapainya tujuan implementasi KM. Bentuk
proyek lainnya untuk terlibat, dan pada saat
kegiatan ini harus tertanam (embedded) dalam
diperlukan mampu berjuga berperan sebagai
setiap proses bisnis suatu proyek karena tujuan
fasilitator proses KM.
penerapan KM harus selalu berkaitan langsung
d. Project KM Administrator, seseorang yang dengan tujuan bisnis suatu proyek. Gambar 3
menunjukkan implementasi proses KM sepanjang
fase-fase Proyek Migas.
ditangkap dan dieksplisitkan. Dapat juga langsung kepada subject matter experts (SME) 1 untuk
disampaikan kepada kelompok kerja berikutnya melakukan validasi dari hasil pembelajaran dan
atau sebagai masukan bagi kegiatan keesokan memastikan pembelajaran sesuai teori/aplikasi
harinya. Dengan demikian jika ada koreksi yang yang benar. Fungsi lain SME ialah memastikan
harus dilakukan dapat segera dilakukan. Pada pembelajaran di database selalu ter-update dan
proses ini dibangun “collective knowledge” yang tidak “obsolete”. Dalam menjalankan fungsi ini,
bermanfaat untuk memperbaiki kinerja dari waktu SME bekerja sama dengan document control untuk
ke waktu. memuat pembelajaran Proyek dalam document
LD ini menjadi krusial untuk dilakukan saat management system atau knowledge management
proyek menyimpang dari yang diharapkan atau database dan kemudian didiskusikan di dalam
ada hal baru yang sedang coba diterapkan atau “Community of Practice” (COP), jika ada. Secara
team menemukan hambatan/masalah baru. Sangat umum kegiatan LD biasa disebut sebagai “Ater
disarankan untuk dilakukan pada proyek yang Action Review (AAR)”.
memiliki nilai investasi tinggi dan atau memiliki
risiko tinggi. Dalam prosesnya semua anggota Learning Ater (lA)
tim boleh hadir dan semuanya mempunyai hak Saat eksekusi proyek telah selesai dilaksanakan
bersuara yang sama. Hirarki tidak berlaku agar , proyek telah melalui kegiatan commissioning, start
semua masalah dapat dibawa ke permukaan. Sama up dan telah diserahkan kepada Tim Operations,
halnya dengan LB, fasilitator juga menjadi salah inilah saat yang tepat untuk melakukan LA. Ini
satu kunci suksesnya sesi-sesi LD. adalah proses mendapatkan refleksi terhadap
Selama berlangsungnya sesi LD, beberapa semua kinerja proyek sejak awal hingga akhir untuk
pertanyaan berikut ini dapat digunakan sebagai mengidentifikasi pembelajaran yang dapat ditarik.
pertanyaan standar: Pembelajaran ini berguna sebagai acuan atau
pembanding saat akan mengerjakan proyek serupa
• Apa yang seharusnya terjadi?
di masa datang.
• Apa yang kenyataannya terjadi? Dengan melakukan LA sebagai bagian proses
• Mengapa terjadi perbedaan? KM, tim Proyek dapat memastikan bahwa
“organizational learning” telah berlangsung.
• Apa pembelajaran yang telah diperoleh? Organisasi Proyek harus belajar bersama dari
pengalaman sebelum dan selama fase eksekusi
• Apa yang akan dilakukan terhadap
Proyek dan kemudian mengeksplisitkannya
pembelajaran ini? Ini tentang action untuk
dalam bentuk pengetahuan tertulis. Selain itu,
perbaikan.
melalui proses LA ini, dapat secara tanpa disadari
Semua pembelajaran dan detil yang terjadi ditemukannya pengetahuan baru hasil interaksi
selama sesi LD harus juga dicatat seperti halnya selama sesi berlangsung.
pada LB. Penggunaan logbook disarankan Untuk keperluan proyek yang akan datang, hasil
sebagai sarananya sehingga perkembangan dari sesi LA ini diharapkan dapat mencegah terjadinya
waktu ke waktu dapat dilihat kembali dengan
1 SME, subject matter expert, adalah individu yang memi-
mudah. Pembelajaran penting harus diteruskan liki pengetahuan yang mendalam di bidang tertentu dan
menjadi rujukan terkait pengetahuan yang dimilikinya
tersebut, dikenal juga dengan istiah tim ahli.
<< 53 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
“reinventing the wheel” dan atau mengulangi membandingkannya terhadap hasil yang diperoleh.
kesalahan yang sama. Selain itu juga tentunya Pertanyaan yang harus dijawab antara lain adalah
dapat memperbaiki hubungan kerja untuk menjadi apakah hasil telah memenuhi harapan, apakah
lebih efektif dan mencegah terlupakannya hal- sesuai anggaran, apakah deadline tercapai, apakah
hal yang dianggap remeh ternyata penting untuk kualitas terpenuhi, apa saja yang terjadi selama
suksesnya proyek. proyek berlangsung, dan lain sebagainya.
Pada puncaknya, yang diharapkan dengan Facilitator juga menanyakan apa saja yang
melakukan sesi LA ini, organisasi dapat menekan berlangsung baik dalam konteks “delivering
ketergantungan proyek hanya pada pengetahuan objectives”, dan bagaimana sukses-sukses yang
tacit seseorang. Kasus ketergantungan telah dicapai dapat diulang lagi di proyek lainnya.
pengetahuan pada seseorang sudah banyak terjadi Tentu saja tidak lupa apa saja yang dapat dilakukan
di berbagai organisasi proyek. Ancaman kehilangan lebih baik dan bagaimana agar ketidakpuasan atas
pengetahuan proyek karena hilangnya anggota tim suatu hasil atau proses dapat diperbaiki. Pada
proyek masih banyak terjadi. akhirnya fasilitator harus mengarahkan sesi ini
Sesi LA ini melibatkan semua pemangku agar menghasilkan “actionable recommendations”
kepentingan internal proyek dan difasilitasi oleh yang spesifik untuk masa mendatang. Proses yang
seseorang fasilitator yang berpengalaman dari digunakan untuk mendapatkan masukan secara
pihak di luar organisasi tim proyek. Individu yang langsung dapat berupa diskusi, brainstorming,
paling penting hadir adalah tim inti dari proyek atau secara tidak langsung dengan menggunakan
manajemen. waktu pelaksanaan sesi tergantung “post-it notes”. Sesi ini akan lebih bagus lagi jika
pada kompleksitas proyek, bisa 1-2 jam atau satu semua pesertanya memberikan rating terhadap
hari penuh. proyek yang baru saja diselesaikan dalam skala
1 - 10 (rendah ke tinggi). Jika hasilnya kurang dari
LA dimulai dengan meninjau ulang obyektif
10 maka setiap peserta diminta untuk memberikan
Proyek, deliverables dan metriknya dengan
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 54
masukan tentang hal apa yang dapat membuat Kemampuan mengintegrasikan semua aplikasi
ratingnya menjadi 10. Tentu saja semua proses teknologi yang ada di organisasi untuk mendukung
diatas harus didokumentasikan dengan baik agar suksesnya KM perlu dimiliki. Perkembangan
dapat digunakan sebagai referensi oleh yang teknologi yang sangat pesat seyogyanya membantu
memerlukan nantinya. Kerahasiaan dokumentasi memudahkan pengelolaan pengetahuan eksplisit
tetap selalu harus diperhatikan. Secara umum di organisasi. Jangan sampai organisasi memiliki
kegiatan LA di organisasi tertentu biasa disebut demikian banyak aplikasi namun tidak memberi
sebagai “Retrospect”. manfaat maksimal.
Contoh “enabler” yang diterapkan pada Proyek
3. Technology (teknologi) Migas adalah database “lessons learned” dalam
“Enabler”, adalah kata yang paling tepat untuk bentuk “ofline” (share drive) maupun “online”
menggambarkan fungsi komponen ini. Teknologi (website). Selain itu, banyak perusahaan saat ini
menjadi alat untuk membuat semua individu di juga sudah mempunyai wikipage internal yang
organisasi mampu mendayagunakan pengetahuan dapat diakses seluruh karyawan perusahaan
mereka secara maksimal untuk kepentingan sebagai database yang selalu terupdate dan sudah
organisasi. Teknologi harus mampu memberi diverifikasi oleh para SME.
fasilitas untuk semua pemangku kepentingan KM “Enabler” lain yang tidak kalah pentingnya
dalam menjadikan pengetahuan di organisasi adalah forum diskusi online yang dipandu oleh SME
berfungsi untuk mendukung tercapainya tujuan atau “lead” dari CoP dengan subyek yang spesifik
organisasi. seperti “Benchmarking”, “Cost Estimating”, “Control
Teknologi akan memberi manfaat maksimal of work” dan lain sebagainya.
jika didukung dengan antusiasme dan kedisplinan
individu dalam organisasi untuk memanfaatkan 4. Governance (tata Kelola)
teknologi yang tersedia dan telah diselaraskan “Governance” atau Tatakelola merupakan
dengan proses KM yang diterapkan. Desain komponen keempat dalam proses suksesnya
“enabler” tersebut harus dibuat seramah mungkin implementasi KM di suatu organisasi, termasuk
(user friendly), intuitif, mudah untuk menemukan pada suatu proyek. Tanpa tata kelola yang
pengetahuan yang diperlukan, dan kriteria lainnya solid, sulit bagi organisasi atau proyek untuk
yang menjadikannya bermanfaat untuk organisasi. dapat menerapkan KM secara konsisten dan
<< 55 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
abstract
Shell and tube heat exchanger is the most common type that used
in power plant system, mining, industry and other section. In this type,
oil flows in one pass inside shell and water crosses two pass inside
tube (two pass heat exchanger). Oil behaves as a hot fluid while the
water serves as cold fluid. Efectiveness of heat transfer in the system
is influenced by surface area and pressure drop. Optimum surface area
of the shell and tube was studied by using Kern method. The result
from this optimization method is the inside shell diameter is changed
to 420 mm, outer tube diameter is 13 mm with a thickness of 1.2
mm by 412 pieces. This calculation is obtained by assuming the heat
exchanger cooling capacity of 506.9 kw. The performance test of the
heat exchanger at 62.3 Mw shows 38oC/44oC water in/out, 62oC/47.7oC
oil in/out, oil flow rate of 13.41 kg/s and log mean temperature
diference of 13.28 oC. And the proven system was installed in PLTU
Bukit Asam. By applying this method the user has obtained the benefit
in terms of the following items: higher performance, longer time
between overhaul, lower cost, atersales service, increase of local
content, extended warranty period.
T Qcold m
c p
(2) P
P
T ...............................................................................................(2)
CL Ao ( PR ) 2 d o
Ds 0 . 637
U
A
T . CTP L ………………………………… (14)
Q .....................................................
LMTD (3)
ms De ……………………………………………
ro Re
s
ro ln
As s (15)
1 1 1 d o ri
k
U ho hi d i k 0.36
ho s Re 0.55 Pr 1 / 3
(4)
......................................
D s s ………………..……………………
e (16)
Tube Side
di 2 ………………………………………………………………………(5) D0s .36k
Ac As CB ……………………………….……………………
4 (5) Pt (17)
f G 2 D N 1)
Ao do N L
N L ……………………………………………………………………..(6)
(6) Ps s s B 0.14
36k
…………………………………
t
L
L
L 2 De b
w
v d
(18)
Re t
t v t d
d i …………………………………………………………………….(7)
t d
d
(7)
Data input yang
diperlukan adalah suhu dan
1.58 ln Ret 3.28 fluida,
kedua
f trial and error
2
laju aliran masa
…………………………………………………………(8)
…………………………………………………………(8)
(8)
dimensi,
kemudian
dilakukan
proses perhitungan
pipa dan cangkang. Jika
turbulentnt kecepatan fluida dalam
Nut
f / 2 Ret Prt kecepatanfluida dan
kebutuhan
pembuangan kalor
12.7 f / 2 Pr t 1
1.07
1/ 2 2 / 3 terpenuhi, dilanjutkan dengan perhitungan kinerja
(9)
……………………………………...……(9)
yang meliputi perpindahan panas menyeluruh (U),
<< 59 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
Metode optimasi Kern pada penelitian ini perubahan suhu logaritmik (ΔTLMTD),
menggunakan prinsip trial and eror. Secara garis kemampuan perpindahan panas
besar dapat dilihat pada diagram alir berikut ini : (QREJECTION), kalor yang dibuang
fluida panas (QHOT), dan kalor yang
diserap fluida dingin (QCOLD). Namun
Input
1. Laju aliran masa jika kecepatan fluida di dalam pipa
2. Suhu masuk atau keluar
3. Heat rejection dan cangkang tidak terpenuhi,
maka dilakukan lagi trial and error
dimensi alat penukar kalor.
Dimensi alat penukar kalor Untuk menyederhanakan proses
(trial and eror)
perhitungan kinerja Oil Cooler
tersebut, dibuat konversi dari
pemodelan matematika ke bahasa
program dengan mengunakan
Kalkulasi bantuan pemrograman Visual Basic,
Pass in tube
* 1 pass , 0.3 ≤ vt ≤ 0.9 m/s NO seperti yang ditunjukkan diagram
* 2, 4 pass, 1 ≤ vt ≤ 3 m/s
* Qrejection= Qhot = Qcold alir dibawah ini :
BaB III
YES
HasIl dan PEMBaHasan
Hasil Alat penukar kalor yang
1. U
2. ΔTLMTD terpasang di PLTU Bukit Asam,
3. Q REJECTION
Sumatera Selatan, berjenis
4. Q HOT
5. Q COLD cangkang dan pipa, dimana
6. NTU
7. Effectiveness cangkang hanya memiliki satu
8. Exergitic efficiency aliran sedangkan pipa memiliki dua
aliran (two pass heat exchanger). Air
Gambar 1: Diagram alir perancangan dengan metode Kern. mengalir melalui pipa, sedangkan
oli mengalir dalam cangkang,
dengan dimensi 420mm diameter
dalam cangkang, diameter luar
pipa 13mm, tebal pipa 1.2mm,
panjang pipa 3556mm , dan jumlah
(ΔT pipa 412. Dari hasil perhitungan
performance dan dimensi oil cooler
dengan dibantu program yang
sederhana , sebagai berikut :
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 60
Start
Input screen
Input:
1. Fluida inside tube (tit,tot,mt)
2. Fluida inside shell (tit,tot,mt)
3. Jenis konstruksi (do,di,Nt,B,CTP,C,CL,k,pt)
4. Suhu lingkungan (ten)
No
(Warning message box )
Data out of range?
1. Fluda inside tube
2. Fluida inside shell
Yes
Properti fluida
1. Spesifik heat (Cpt,Cps)
Re-input
2. Density (rhot,rhos)
Re-input
3. Thermal conductivity (kt,ks)
4. Dynamic viscosity (mut,mus)
5. Prandtl Number (prt,prs)
Output process
End
Input Screen
Gambar 3: Diagram masukan program
perhitungan performansi
Print Form to Costumer
Gambar 5: Diagram tampiran untuk kastamer program
perhitungan performansi
Gambar 4: Diagram keluaran program • aliran air turbulen dengan bilangan Reynold
perhitungan performansi
19404.07
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 62
∆P : Headloss (bar)
Desain original berdimensi sebagai berikut
: diameter dalam cangkang 390 mm, diameter
∆T : Perubahan suhu (oC)
luar pipa 16mm, tebal pipa 1.2mm, panjang pipa
3556mm , dan jumlah pipa 255 batang. Kapasitas ∆TLMTD : Log perubahan suhu (oC)
pendingin 377.08 kw hanya mampu menurunkan
Viscositas pada suhu rata-rata oli
suhu oli dari 62oC menjadi 50oC pada beban 50 Mw µb :
(kg/m s)
dengan bukaan katup 100%. Sedangkan desain
µw : Viscositas pada suhu film (kg/m s)
reserve berkapasitas panas 506.9 kw mampu
menurunkan suhu oli dari 62oC menjadi 47.7oC
A : Luas permukaan sentuh (m2)
pada beban 62.33 Mw dengan bukaan katup 45%.
Gambar 7. menunjukkan secara jelas bahwa suhu cp : Kalor jenis (J/kgoC)
oli dapat dikontrol dengan laju aliran air dalam pipa
melalui besarnya bukaan katup air. De : Diameter equivalent (m)
daFTar PusTaKa
Tentang Penulis
Bejan A, Tsatsaronis G, Moran M. 1996. Thermal
design and 0ptimazation. New york: John willey Dr. H. yogi Sirodz Gaos, Ir. Mt.
& Son, Inc. Kandidat Profesor – Universitas Ibnu Khaldun
Boehm, R.F. 1987. Design of Analysis of Thermal
Beliau memiliki
System. New york: John wiley & Sons. pengalaman lebih dari
Bird RB, Stewart wE, Lightfoot EN. 1994. Transport 30 (tiga puluh) tahun di
phenomena. Singapore: John willey & Son Inc. bidang rekayasa, desain
dan manufaktur. Setelah
Cengel yA. 2003. Heat transfer a practical approach.
lulus dan mendapatkan
Second Edition. Singapore: Mc Graw Hill.
gelar Insinyur di bidang
Cengel yA, Boles MA. 2006. Thermodynamics an Teknik Mesin dari Institut
engineering approach. Fith Edition in SI Unit. Teknologi Bandung (ITB)
Singapore: Mc Graw Hill. pada tahun 1980, beliau
Moran JM, Shapiro NH. 1988. Fundamental of juga mendapatkan gelar Magister Teknik dari
Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2002 dan
Engineering Thermodynamics. New york: John
gelar Doktor dari Institut Pertanian Bogor (IPB)
willey & Son, Inc.
pada tahun 2008.
Perry Robert H. & Chilton Cecil H.1973.Chemical
Saat ini sehari-hari beliau aktif sebagai
Engineers Handbooks. McGraw-Hill Kogakusha, salah satu anggota Senat sekaligus sebagai
Ltd, Tokyo. pengajar Fakultas Teknik di Universitas Ibnu
Stocker wF. 1989. Design of thermal system. New Khaldun Bogor.
york. McGraw-Hill, Inc. Selain berkarir di bidang akademik, beliau
juga aktif dalam berbagai kegiatan wiraswasta
Suresh MVJJ, Reddy KS, Ajit Komar Kolar. 2006.
mengembangkan inovasi-inovasi di bidang
Energy and Exergy based Thermodynamics
rekayasa dan desain. Selain aktif menjalankan
Analysis of 62.5 MW Coal-Based Thermal
usaha di PT Intan Prima Kalorindo yang fokus
Power Plants – A Case Study. Indian Institut of utamanya bergerak di bidang rekayasa oil
Technology Madras Chenai, India. and gas cooler, tercatat beliau juga pernah
Suryanarayana NV, Arici Oner. 2003. Design and aktif di PT Basuh Power Elektrik serta
simulation of thermal system. New Ork: Mc Graw- terlibat di berbagai kegiatan pengembangan
Hill Higher Education teknopreneur.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 66
KAJIAN KONSEPTUAL
PENGEMBANGAN LAPANGAN “XYZ”
DI RESERvoIR yANG KECIl
DAN BERPENCAR
Hanto yananto, Conceptual Engineer PHE ONwJ
abstract:
Saat ini terdapat banyak lapangan Minyak dan Gas Bumi di Indonesia terutama yang berada
di lepas pantai yang belum di eksplorasi dan diproduksi. Hal ini salah satunya dikarenakan
belum ekonomis untuk dikembangkan. Tidak adanya studi secara menyeluruh terhadap potensi
pengembangan seluruh reservoir dalam suatu wilayah kerja juga memberikan kontribusi terhadap
tingginya biaya pengembangan. Lapangan migas “Xyz” akan menjadi object penelitian dengan titik
berat konsep pengembangan di Fasilitas Permukaannya. Beberapa tantangan yang harus dihadapi
untuk pengembangan lapangan ini, diantaranya adalah lapangan “Xyz” ini terdiri dari beberapa
reservoir yang kecil-kecil dan berpencar. Lokasinya di laut dangkal dan berada di area eksport kapal
tanker untuk pengapalan minyak dan bahan kimia lain. Pengembangan lapangan ini juga menjadi
kompleks karena bergantung ke fasilitas yang sudah ada.
Kajian resiko
Dibawah ini adalah resiko geologi untuk setiap
sumuran di lapangan Xyz. Lapangan Xyz-O dan
Gambar 9: Skematik Skenario 4, XYZ-O dan XYZ-C Xyz-C hamper tidak memiliki resiko geologi yang
Pada skenario ini pengembangan hanya berarti kareba data yangn cukup lengkap dengan
dilakukan pada Xyz-O dan Xyz-C saja karena kedua hasil DST yang bagus sehingga meningkatkan
reservoir ini sudah memiliki data lebih banyak keyakinan untuk perolehan produksi seperti yang
tinggi.
Hasil Kajian
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 72
Lokasi
Probability Probability Probability Probability Resiko Kesimpulan 191.000.000. walaupun skenario 4 memiliki gross
Reservoir Trap Waktu Source Geologi Resiko
1 XYZ-O 0.9 1 0.9 0.9 0.729 Low Risk revenue paling kecil dari skenario lainnya, namun
2 XYZ-C 0.7 1 0.9 0.8 0.504 Low Risk
3 XYZ-E 0.5 0.6 0.6 0.6 0.108 Moderate
dengan resiko yang sangat rendah meningkatkan
4 XYZ-M 0.5 0.6 0.6 0.6 0.108 Moderate IRR dan probabilitas keberhasilan pengembangan
5 XYZ-N 0.5 0.6 0.6 0.6 0.108 Moderate
6 XYZ-U 0.5 0.6 0.6 0.6 0.108 Moderate lapangan.
7 XYZ-Q Tabel 0.51: Resiko0.6Geologi0.6Sumuran0.6(Rachmat, 0.108 S., 2001)
Moderate
8 XYZ-W 0.5 0.6 0.6 0.6 0.108 Moderate Perbandingan biaya investasi dari masing-
masing teknologi dapat dilihat dalam table A3.
Dari table 1 diatas, dibuat lah rata-rata resiko
geologi dalam setiap skenario, sehingga didapat
summary dari probabilitas pengembangan seperti
optimisasi Pengembangan
dalam table berikut.
lapangan XYZ
Dari perbandingan biaya investasi dalam tabel
A3 dapat dilakukan optimisasi terhadap teknologi
1 0.475 0.525
2 0.475 0.525
3 0.475 0.525
4 0.709 0.291
CAPEX TOTALS 273,179,000 274,435,000 • Biaya per BOE skenario 3 (MOPU) lebih kecil
DECOMMISSIONING TOTALS 122,324,000 81,182,000 dari skenario 1 yaitu USD 18/BOE karena
CAPEX + DECOMM 395,503,000 355,617,000 hilangnya CAPEX untuk anjungan Xyz-O yang
diganti dengan biaya OPEX MOPU. Namun jika
OPEX 318,868,000 239,474,000
CAPEX + OPEX + DECOMM 714,371,000 595,091,000
dilihat dalam VI.7.2 dapat disimpulkan bahwa
untuk MOPU tidak cocok untuk digunakan
REVENUE 2,658,143,056 2,658,143,056 menggantikan anjungan tetap kepala sumur
NPV (15%) 382,412,000 493,655,651
karena biaya operasinya jauh lebih besar dari
IRR 37.1% 40.6%
pada investasti anjungan tetap. Akan lebih
Production (MMBOE) 29.6 24.7 ekonomis jika digunakan sebagai proses
CAPEX (million USD) 273.2 274.4 produksi di tengah laut.
Cost/ BOE (USD) 9.2 11.1
• Ketika dilakukan optimisasi dari scenario-4,
Tabel-3: Perbandingan biaya investasi skenario 4 & 5
didapatlah scenario baru dengan menggabungan
penggunaan anjungan tetap di XyzO dan kepala
Kesimpulan sumur bawah laut di XyzC. Hasilnya adalah NPV
• Kajian konseptual dengan mengikuti aturan dan IRR yang lebih baik dari scenario 4.
perencanaan pembuatan konsep yang benar
• Dalam table 5 dapat dilihat jika biaya total per
telah dilakukan untuk mengetahui seberapa
KM dari flexible pipe lebih murah dari pipa baja
besar faktor produksi dan pemilihan teknologi
mempengaruhi keputusan untuk investasi.
Skenario 4
• Dalam kajian konseptual pengembangan lapang
Project XYZOC-OPF-P/ F
Xyz didapati bahwa skenario 4 adalah skenario
CAPEX TOTALS 273,179,000
yang paling menguntungkan dengan resiko
DECOMMISSIONING TOTALS 122,324,000
paling kecil walaupun jumlah produksi lebih
CAPEX + DECOMM 395,503,000
sedikit dan waktu produksi lebih pendek.
OPEX 318,868,000
• Biaya per BOE skenario 4 (Xyz-O dan zyX-C)
CAPEX + OPEX + DECOMM 714,371,000
lebih kecil sebesar USD 14.6/BOE dibandingkan
pilihan kedua yaitu skenario 1 (Seluruh Xyz
REVENUE 2,658,143,056
dengan anjungan tetap) sebesar USD 18.8/BOE
NPV (15%) 382,412,000
membuktikan bahwa nilai investasi di sumur-
sumur kecil lainnya membebani biaya secara
IRR 37.1%
keseluruhan karena produksinya yang kecil.
Production (MMBOE) 29.6
• Biaya per BOE untuk skenario 2 (subsea wellhead) CAPEX (million USD) 273.2
tinggi sebesar USD 21.4/BOE membuktikan Cost/ BOE (USD) 9.2
bahwa teknologi baru yang diperuntukan Tabel-4: Kesimpulan Skenario 4
lapangan marjinal belum bisa bersaing dengan
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 74
12. Rachmat, S. (2001) : Proceeding Simposium 15. Streeter, J. (2013) : Shallow water subsea
IATMI 2001, Simulasi Monte Carlo Dan system improve NPV, Article of Ofshore
Analisis Resiko Untuk Pengembangan Engineering Magazine (OEdigital, October
Lapangan Minyak Bumi, Institut Teknologi 2013)
Bandung, Indonesia.
16. Target, P.L., (1992) : The Haven Oil Field:
13. Rapp, D.B. (2007) : Developing The ‘Rigth’ Development of a Tiny Marginal Field with
Concept for Ofshore Development, Gorizontal wells, Journal of Petroleum
Ofshore Magazine. Technology (JPT, April 1992)
14. Rigg, A., Hilditch, D., Shepherd, L.A., 17. wijanarko, A., Ismanto, B., Permana,
dan Cupitt, A. (2005) : CO2 Storage R., Pizzolante, I., (2012) : Renewal
Prospectivitty of Selected Sedimentary Plan: Eficient Strategy for Optimum
Basins in The Region of China and South Development in Mature Fileds – A success
East Asia, Assessment Report of Geological Story from Sanga-Sanga Assets, Indonesia,
Storage Potential of Carbon Dioxide in the SPE 158716, Paper on SPE Asia Pacific Oil
APEC Region – Phase 1. and Gas Conference, Perth
auTHor
Bersama ini saya sampaikan data diri untuk pendataran sebagai Anggota Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas
Bumi Indonesia (IAFMI) sebagai berikut :
1. IDENtItAS DIRI
Nama & Gelar Akademis
Tempat/Tanggal Lahir
Alamat Rumah
No. Telp. Rumah e-mail
No Telpon HP HP Lain:
2. RIWAyAt PENDIDIKAN
Pendidikan Terakhir: Lulus Thn
Lulus Thn
Pendidikan Sebelumnya
Lulus Thn
Bidang/Tahun:
Bidang/Tahun:
Pendidikan Lainnya
Bidang/Tahun:
Bidang/Tahun:
3. SERtIFIKASI
Jenis Sertifikasi / Tahun
Jenis Sertifikasi / Tahun
Jenis Sertifikasi / Tahun
4. RIWAyAt PEKERJAAN
Nama Perusahaan / Bidang
Jabatan Tahun
Usaha
………….…,………………,……………
1. Formulir ini dapat difoto dan dikirim kepada Bambang
Sukiyono melalui email reg@iafmi.or.id Pemohon
2. Membayar Iuran Anggota sebesar Rp. 200.000, ditransfer ke
rekening berikut ini. Bukti pembayaran harap difoto atau
scan dan dikirim melalui email ke reg@iafmi.or.id,
Bank Mandiri no. Rek. 101-000-688-9180
a/n. Iwan Gunawan (Bendahara IAFMI)
3. Mengirimkan pas-foto digital file
ke alamat email reg@iafmi.or.id
( )
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 80
Program IAFMI
SERtIFIKASI
WELDER DAN
WELDING
INSPECTOR
Peningkatan kualitas sumberdaya di wilayah operasi produksi migas merupakan salah
satu misi IAFMI. Terlebih dikaitkan dengan kesiapan SDM Indonesia dalam menghadapi era
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Misinya adalah ketersediaan dan daya saing tenaga-tenaga
professional lokal bersertifikat yang dapat mendukung proyek dan operasi perusahaan-
perusahaan migas maupun penyedia jasanya.
IAFMI berinisiatif mendorong ketersediaan welder bersertifikat di wilayah operasi produksi
migas. Selain menghasilkan tenaga professional pengelasan bersertifikat di wilayah operasi,
hal ini diyakini juga akan meningkatkan daya saing mereka dalam menghadapi pasar dunia,
juga mendorong pertumbuhan ekonomi setempat, serta hubungan sosial dan kualitas sosial
yang lebih baik. Dengan demikian, sebuah atmosfir sosial dan lingkungan kerja yang kondusif
akhirnya bisa tercipta.
Sementara itu, di wilayah kantong-kantong welder profesional, IAFMI berinisiatif mendorong
para welder professional setempat untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi welding
Inspector. Dengan demikian celah kebutuhan welding Inspector yang selama ini mulai banyak
diisi oleh tenaga asing, dapat segera diantisipasi.
Untuk itu IAFMI mengundang partisipasi seluruh elemen pendukung Industri Fasilitas
Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia melalui sponsorship, penyelenggaraan pelatihan
(welding & inspector school), pengerahan peserta sertifikasi, dll.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi email direks@iafmi.or.id
<< 81 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
tEMA
j u T I M u r
MEnu G u n
MEM B a n
H I N G G A K E
A M U N T U K
LAUT DAL AN ENERGI
KETAHAN NESIA
INDO
1. Isi makalah dibuat dengan kategori sebagai berikut:
a. Ringkasan Thesis / Skripsi S1/S2/S3, min 500 kata, maks 1500 kata atau
maksimum 5 halaman termasuk gambar.
b. Paparan / Analisa / Review Teknologi/Metoda/Teori/Aturan yang diterapkan
dalam sebuah proyek/program yang sudah atau sedang dilaksanakan
di Indonesia, min 1000 kata, maks 2500 kata atau maksimum 8 halaman
termasuk gambar
c. Paparan / Analisa / Review atas teknologi/Metoda/Teori/Aturan baru yang
belum diterapkan di Indonesia (mungkin sudah diterapkan di luar negeri),
min 1000 kata, maks 2500 kata atau maksimum 8 halaman termasuk gambar
2. Persyaratan jumlah kata di atas dihitung dalam ukurun kertas A4 dengan margin
standar dengan font Calibri ukuran 12 dan spasi exact 17pt.
3. Tema makalah adalah Fasilitas Produksi Migas,
Menuju Timur Membangun Hingga KeLaut Dalam Untuk Ketahanan Energi
Indonesia
4. Paper dapat dibuat sendiri atau secara berkelompok.
5. Paper harus asli, bukan plagiat. Jika paper pernah dipublikasikan dalam media
(apapun), maka harus dicantumkan nama media tersebut beserta tanggal dan
edisi pemuatan.
6. Aturan dasar penulisan karya ilmiah standar harus diterapkan. Referensi yang
dikutip harus disebutkan dengan jelas.
7. Disertakan Pasfoto dan Ringkasan Biografi penulis dengan paparan minimal
latar belakang akademis, pekerjaan dan keahlian, dibuat maksimum 100 kata