Anda di halaman 1dari 82

<< 1 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

ISSN 977 2442851


jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 2
<< 3 jurnal IaFMI 02 JUNI 205
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 4

Dari Redaksi

Jurnal Ke-2 IAFMI kali ini diluncurkan dalam situasi


turunnya harga minyak bumi dunia yang cukup signifikan
dimulai sejak kuartal ke-4 tahun 2014. Harga minyak bumi
yang rendah ini diprediksi oleh para analis akan berlangsung
cukup lama dan diperkirakan akan terjadi kesetimbangan
harga baru di bawah USD 100/barrel.

Turunnya harga minyak bumi saat ini telah membawa


dampak pada melemahnya aktivitas eksplorasi dan
eksploitasi di Indonesia. Perusahaan Kontraktor Bagi
Hasil (KKKS) merespons penurunan harga minyak dengan
mengurangi belanja CAPEX (investasi) melalui prioritisasi
atas kegiatan-kegiatan proyek dan pemeliharaan yang bertujuan menjaga pasokan produksi atau
meningkatkan produksi migas. Selain itu perusahaan juga melakukan efisiensi dalam proses kerja
dan perampingan organisasi yang kesemuanya bertujuan menekan belanja OPEX (overhead).
Penurunan aktivitas ini pada akhirnya akan berdampak pada para kontraktor, vendor dan supplier
yang bersama-sama merupakan mata rantai suplai industri migas.

Di sisi lain, target “liting” telah ditetapkan sebesar 825,000 barrel/hari dan untuk mencapai
target ini diperlukan kerja sama dan komitmen yang kuat dari para pemain industri migas. Untuk
menumbuh kembangkan ide-ide yang mendukung semangat efisiensi, kolaborasi dan optimisasi,
Jurnal IAFMI mengambil tema “Marginal Field Development” bagi edisi ke-2 kali ini. “Marginal Field”
bukan hanya berarti marjinal dalam hal cadangan migas, akan tetapi juga marjinal dari segi economic
sehingga mendorong penerapan desain fasilitas yang “fit for purpose” dan metode pelaksanaan yang
efisien. Makalah-makalah pada edisi ke-2 ini di antaranya memaparkan contoh kajian konseptual atas
lapangan marjinal, proses “reverse engineering” dalam rangka efisiensi peralatan, dan kajian aspek
komersial atas pemakaian bersama fasilitas produksi minyak bumi dan gas.

Harapan kami Jurnal ke-2 IAFMI dapat memberikan informasi faktual dan terkini yang mendorong
timbulnya gagasan-gagasan baru dalam menjawab tantangan pengembangan investasi migas pada
kondisi seperti ini.

Salam Redaksi,

Desi A. Mahdi
Pimpinan Redaksi
<< 5 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Kata Pengantar
Ketua Umum IAFMI
Situasi terkini industri migas di Indonesia berada pada
kondisi yang cukup menantang. Target liting yang ingin dicapai
pada kondisi harga minyak dunia sekarang menjadi tantangan
yang menarik untuk dihadapi, terutama bagi para professional
yang berkecimpung di dunia industri fasilitas produksi minyak
dan gas di Indonesia.

IAFMI sebagai asosiasi tempat bernaungnya para


professional di sektor fasilitas produksi minyak dan gas bumi berkesempatan untuk
mengantisipasi tantangan tersebut dengan memfasilitasi pemikiran, rekomendasi maupun
temuan baru, optimasi dan optimalisasi dengan memanfaatkan pengalaman dan kompetensi
para professional yang menjadi anggotanya. Jurnal IAFMI Edisi 2 dengan tema Marginal Field
Development merupakan salah satu realisasi misi IAFMI dalam memfasilitasi proses curah
fikiran dan ide para professional dalam menghadapi tantangan tersebut. Penerbitan Jurnal
IAFMI Edisi 2 ini merupakan rangkain yang tidak terpisahkan dari event CEO TALK yang telah
diselenggarakan pada bulan Maret 2015 lalu dengan misi dan tujuan yang sama.

Kontribusi seluruh pelaku industri migas dalam membangun IAFMI melalui berbagai cara,
seperti turut menopang terbitnya Jurnal IAFMI Edisi 2 baik melalui tulisan, sponsorship,
distribusi maupun persiapan penerbitannya, dan lain-lain akan mempercepat proses
peningkatan kontribusi IAFMI bagi kepentingan bersama. Untuk itu, atas nama pengurus
kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas partisipasi
dan kontribusinya tersebut.

Salam hangat IAFMI

Ir. Rudianto Rimbono, MSc.


Ketua Umum IAFMI
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 6

EFISIENSI PRoyEK DAN oPERASI FASIlItAS


PRoDUKSI MINyAK DAN GAS BUMI DAlAM
SItUASI HARGA MINyAK SAAt INI
CEo tAlK IAFMI, 11 MAREt 2015
Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi sedikitnya selama 3 (tiga) tahun ke depan, untuk
Indonesia (IAFMI) yang beranggotakan tenaga ahli menuju suatu keseimbangan baru. Dalam diskusi
Indonesia di bidang Fasilitas Produksi Minyak dan Gas tersebut disampaikan kecil kemungkinannya harga
Bumi menyerukan pentingnya efisiensi, optimalisasi, tersebut akan kembali ke harga semula, yaitu pada
simplifikasi, serta kolaborasi di berbagai bidang dalam kisaran USD 100- 120/bbl. Terkait hal tersebut, semua
menyikapi situasi harga minyak yang terus mengalami pihak yang terlibat dalam industri eksploitasi dan
penurunan signifikan dalam waktu 6 bulan terakhir. produksi Minyak Bumi dan Gas seyogyanya bersiap
Hal ini mengemuka dalam diskusi bersama menghadapi situasi ini secara bersama-sama dan
perwakilan stake holders (pemangku kepentingan) terintegrasi.
di industri Minyak dan Gas Bumi Indonesia dengan Pemerintah, SKK Migas, KKKS dan Kontraktor/
tema “Projects and Operations Opportunities in the Konsultan Migas Indonesia harus segera melakukan
Current Oil Price Market” pada 11 Maret 2015. langkah-langkah di semua lini. Dalam diskusi yang
Dalam diskusi ini, hadir 43 orang pimpinan melibatkan para pimpinan perusahaan danpejabat
perusahaan dan pejabat yang mewakili para tersebut, disampaikan beberapa peluang untuk
pemangku kepentingan di industri ini, yaitu Regulator mencapai efisiensi, optimalisasi, simplifikasi serta
(Pemerintah - SKK Migas), Operator (KKKS), serta kolaborasi yang dapat dilakukan oleh masing-masing
Penyedia Barang dan Jasa (Kontraktor/Vendor/ pemangku kepentingan yaitu:
Konsultan). Diskusi berlangsung terbuka dan semua 1. Mengoptimalisasi volume pekerjaan
pihak menyampaikan kondisi saat ini serta beberapa 2. Penerapan teknologi kreatif yang tepat guna dan
alternatif usulan tindak lanjut merealisasikan peluang efisien dari sisi biaya
untuk efisiensi, optimalisasi, simplifikasi serta 3. Mengoptimalisasi metode pelaksanaan pekerjaan
kolaborasi, yang nantinya akan dibahas bersama- 4. Melakukan Value Engineering yang berkelanjutan
sama dengan IAFMI sebagai fasilitator. untuk menghasilkan Basis of Design dan pesifikasi
Berdasarkan perkiraan pihak-pihak yang terkait yang “Fit for Purpose” dan efisien, tetapi tetap tidak
dengan industri migas, harga minyak bumi yang saat mengorbankan aspek keselamatan
ini berada di kisaran USD 50/bbl akan berlangsung 5. Menerapkan konsep “Bekerja Bersama”
<< 7 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

saat melakukan proses review engineering, Asas Cabotage dan peningkatan kadar Kandungan
manufacturing, permit to work. Lokal (Local Content) agar pada pelaksanaannya
6. Efisiensi dan optimalisasi di atas harus dilakukan dapat memberikan nilai tambah yang optimum
secara terintegrasi di semua disiplin keilmuan terhadap Proyek dan operasi Fasilitas Produksi
yang mendukung proyek dan operasi mulai dari Migas khususnya.
reservoir, fasilitas produksi, pemboran hingga Rekomendasi IAFMI dalam merealisasikan peluang
operation. tersebut di atas:
7. Karena pada dasarnya harga yang ditawarkan 1. Kepada pihak yang terkait dan terlibat, untuk
Kontraktor sangat tergantung dari harga beli segera mengambil peran secara aktif dalam
material, jasa dan sumber daya lain sehingga melakukan proses mencapai efisiensi,
penurunan biaya satuan Kontraktor hanya akan optimalisasi, simplifikasi serta kolaborasi,
terjadi bila seluruh rantai supplai juga merespon seperti disebutkan di atas.
turunnya harga minyak dengan penurunan harga 2. IAFMI agar mengambil peran aktif dalam
jual mereka. menyuarakan masukan dari para pelaku industri
8. Memangkas biaya-biaya yang tidak efektif, kepada Regulator dan Pemerintah, khususnya
termasuk handling fee dan overhead. terkait penerapan kebijakan fiskal dan perijinan
9. Efisiensi engineering dan desain yang “fit for yang dapat membantu proses efisiensi biaya dan
purpose”, termasuk juga inovasi dalam metode simplifikasi dalam Proyek dan Operations
pelaksanaan pekerjaan sehingga satuan biaya dan 3. Perbankan sudah saatnya mempertimbangkan
durasi proyek bisa dikurangi. suku bunga khusus untuk industri hulu migas
10. Memanfaatkan peluang di industri hilir dan sektor sebagai salah satu bagian dari “payback” atas
energi lain (seperti Power Plant, aromatic, pabrik regulasi yang mensyaratkan Bank Umum Nasional
pupuk dsb) yang masih belum terpengaruh secara sebagai bank transaksi industri migas.
langsung oleh turunnya harga minyak bumi seperti 4. IAFMI akan mendorong KKKS dapat melakukan
yang dialami oleh industri Migas Hulu. standarisasi spesifikasi material dan peralatan
11. Mempercepat proses persetujuan anggaran, kerja sehingga didapat efisiensi biaya tanpa
pengadaan, perijinan dan sebagainya untuk mengorbankan aspek keselamatan.
mempercepat jadwal pelaksanaan proyek 5. Penyedia Barang & Jasa diminta untuk secara
12. Kebijakan fiskal dan perpajakan untuk cepat beradaptasi dengan situasi harga minyak
menghindari biaya tambahan yang membebani dan meninjau ulang proposal harga atau biaya
13. Meninjau kembali efektifitas dan teknis penerapan satuan dalam kontrak didukung oleh segenap
rantai suplai di industri Hulu Migas.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 8

Membangun knowledge database yang


kedepannya diharapkan dapat menjadi
referensi utama ilmu dan teknologi
dibidang fasilitas produksi migas di
Indonesia, serta referensi kondisi lokal
untuk International Codes.

Mendorong para professional dan


akademisi dibidang fasilitas produksi
migas untuk menerbitkan karya dan
pemikirannya sehingga kompetensi dan
Misi JURNAl IAFMI

keahliannya terangkat ke permukaan


dunia industri migas.

Menjalin jaringan keilmuan dan


teknologi untuk mengembangkan
industri nasional dibidang fasilitas
produksi migas.

Mengangkat aktifitas sumberdaya


pendukung industri infrastruktur migas
ke permukaan.
<< 9 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Expert Sharing IAFMI-KMI di MMUGM Penandatanganan Akta Notaris IAFMI Launching Jurnal IAFMI Edisi 1

IAFMI Dalam IRMEC 2014 Workshop SKKMIGAS dan IAFMI Mengenai POD

KEGIaTan IaFMI

IAFMI EXPERT SHARING - 3 - Workshop Kalorindo Launching Jurnal IAFMI Edisi 1 Rapat Dewan Pakar Jurnal IAFMI

IAFMI EXPERT SHARING 1 IAFMI EXPERT SHARING 2


daFTar IsI
JUNI 2015
3 Dari Redaksi
4 Sambutan Ketua IAFMI

12 Project Management Consultant (PMC)


sebagai opsi pengelolaan Proyek migas
yang cost efective - lessons learn PHE
ONwJ

19 working paper: Decision framework for


oil and gas field development

28 Penerapan Document Management


System (DMS) Studi Kasus:
Implementasi INACT Pada Proyek ABC

34 Pemakaian bersama fasilitas minyak


dan gas dalam rangka optimalisasi
industri migas indonesia

40 wet lit as an alternative subsea


pipeline tie-in method resulted safe
and reliable operation

46 Penerapan ‘knowledge management’


dalam proyek migas

56 Reverse engineering oil cooler PLTU


Bukit Asam dengan menerapkan
metode Kern dapat meningkatkan
kapasitas pendinginan 34,43% dan
biaya 49,47% dari OEM

66 Kajian konseptual pengembangan


lapangan “Xyz” di reservoir yang kecil
dan berpencar
I SUSUNAN rEdaKsI
Pimpinan Redaksi:
Desi A. Mahdi, St.,PMP

Chief Editor:
Adjie Heryanto, St

Team Editor:
Risvan Dirza, St
Rahmat Palastyono, St

Rifkiandi Darajatun, St

lukito Wibowo, St

Sponsorship:
Ahmad Diponegoro, St.,MSc

yuliana Simarmata, St

Distribusi:
Surya Budi Ariyadi, St

Rosiska Alwin, SE

Project Sponsor:
Ir. Edwin Badrusomad
(Direktur Eksekutif IAFMI)
Penanggung Jawab:
Ir. taufik Aditiyawarman, MM. PMP
(Sekjen IAFMI)

Ketua Dewan Pakar: Anggota Dewan Pakar:


Ir. Bob Djanegara Ir. Steve Adrianto, Prof. Ir. Ricky L Tawekal, MSE.,PhD.
Ahmad Taufik, M.Eng., PhD., Ir. Iwan Jatmika,
Ir. witoyo, Ir. Sandry Pasambuna,
Juanto Sitorus, MT, CPM, PMP, CSEP,
Adjie Heryanto, ST.

Foto : Koleksi EdwinB dan PHE oNWJ • Desain lay out : Dedi the EPM
Sekretariat: Gandaria 8 Ofice Tower, Lt.5, Jalan Sultan Iskandar Muda,
Jakarta 12240, Telp. +62 21 29036500 (hunting),
e-mail : jurnal@iafmi.or.id, website: www.iafmi.or.id
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 12

SUBJEK INI PERNAH DIPRESENtASIKAN PADA


FoRUM FP3P SKKMIGAS tAHUN 2013 DI BANDUNG

PRoJECt MANAGEMENt
CoNSUltANt (PMC)
SEBAGAI OPSI PENGELOLAAN PROYEK
MIGAS YANG COST EFFECTIVE
LESSONS LEARN PHE ONWJ
Penulis : Ridwan wibiksana, CCP, PMP; Taufik Aditiyawarman, PMP; Satya Kamayanti
Adaptasi dan Penulisan Ulang : Adjie Heryanto

ABSTRAK

Industri Migas di Indonesia sedang tumbuh dengan pesat seiring dengan target dari Pemerintah
Republik Indonesia untuk meningkatkan produksi Migas Nasional. Hal ini menutut perusahaan
Migas di Indonesia untuk lebih focus pada bisnis inti dari perusahaan yaitu : Eksplorasi dan
Produksi termasuk development, sehingga kegiatan-kegiatan penunjang eksplorasi dan produksi
memungkinkan untuk di outsource agar lebih efektif dan memiliki efek domino yang significant
untuk membangun industri jasa penunjang Migas kedepannya.
Seiring dengan pertumbuhan industry ini, banyak proyek-proyek Migas yang di canangkan oleh
perusahaan, oleh karenanya dukungan sumber daya yang dibutuhkan meningkat dengan cepat,
persaingan antara perusahaan Migas di Indonesia dan Internasional dalam memperoleh sumber
daya manusia sudah mulai terasa di beberapa tahun terkahir, terbukti dengan mulai langkanya
sumber daya manusia yang memenuhi kriteria yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan
proyek-proyek yang sudah di rencanakan.
Proyek adalah kegiatan untuk menghasilkan produk yang unik dalam durasi waktu tertentu,
dengan kata lain kegiatan ini bersifat sementara (temporary). Merekrut tenaga kerja secara
permanen di posisi yang hanya dibutuhkan sementara tentunya tidaklah efektif secara bisnis,
sehingga opsi me-rekrut tenaga kerja atau jasa dengan skema kontrak menjadi pilihan.
Jasa Management Proyek atau Project Management Consultant (PMC) adalah salah satu
kebutuhan proyek saat ini untuk memenuhi kebutuhan sumber daya untuk mengelola satu atau
lebih proyek, dimana sistim manajemen proyek yang handal yang didukung oleh sumber daya
<< 13 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

manusia yang kompeten sangat dibutuhkan dan dapat di implementasikan setiap saat dalam
menjawab tantangan bisnis saat ini.
Paradigma yang berkembang saat ini di hampir semua KKKS besar, kekhawatiran dan
ketidakpuasan akan kualitas deliverable pihak ketiga/outsource membuat perusahaan cenderung
untuk menerapkan pola self-suficient yang belum tentu menguntungkan secara bisnis karena
menambah headcount dan biaya, hal ini dikarenakan jasa PMC di Indonesia belum mempunyai
standard profesi baku dan diakui industri.
Pemberdayaan perusahaan lokal dalam negeri untuk jasa PMC ini sangatlah di anjurkan karena
lingkup pekerjaan yang sangat memungkinkan untuk dikerjakan oleh anak bangsa Indonesia, juga
dapat menjadi pelajaran berharga yang akan meningkatkan kompetensi dibidang manajemen
proyek, selain meningkatkan efek domino memajukan perekonomian nasional dengan
berkembangnya industri Migas di Indonesia.
Adapun untuk meningkatkan efektifitas implementasi PMC tentunya tidak lepas dari
perencanaan dan kontrol yang baik terhadap implementasi kontrak PMC oleh perusahaan selain
berusaha untuk dapat menerima PMC ini menjadi bagian dari tim proyek secara utuh berdasarkan
kaidah dan etika bisnis yang sehat, juga konsistensi dari perusahaan PMC untuk senantiasa
meningkatkan kualitas deliverables nya.
Dalam makalah ini PT.PHE ONwJ akan mencoba untuk berbagi pengalaman dalam
implementasi PMC di lingkungan
perusahaan khususnya di
department Proyek, yang
baru dimulai kurang dari
empat (4) bulan yang lalu,
tentunya pengalaman ini masih
berupa kendala-kendala yang
dihadapi dan masih belum
dapat berbagi pengalaman
yang mengembirakan karena
kegiatan masih berlangsung.
Sehingga diharapkan para
pembaca dapat memetik
pengalaman sehingga apabila
akan mengimplementasikan
PMC di dalam proyeknya tidak
mengalami kendala serupa.
Kata Kunci : Project
Management Consultant (PMC),
Lessons Learn
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 14

laTar BElaKanG 1. Karyawan permanen, atau dalam


Sebuah proyek di bidang eksploitasi Minyak dan pembahasan ini kita sebut dengan
Gas Bumi, pada umumnya meliputi berbagai bidang terminologi “Full Time Employee” (FTE),
disiplin keilmuan dan kompetensi serta menyentuh yaitu karyawan tersebut secara individu
berbagai aspek permasalahan, baik yang bersifat melakukan pengikatan kerja secara langsung
teknis ataupun non-teknis dari tujuan proyek itu dengan KKKS yang berkepentingan untuk
sendiri. menjalankan kegiatan
Berbagai definisi sudah dikemukakan oleh 2. Karyawan alih daya (outsourced), atau
para ahli, namun bisa disimpulkan bahwa ada tiga dalam pembahasan ini digunakan
komponen Sumber Daya yang selalu ada di setiap terminologi “Third Party Employee” (TPE),
kegiatan proyek yaitu : Biaya (Capital), waktu yaitu karyawan tersebut secara individu
(Schedule) dan Sumber Daya (Resources). melakukan pengikatan kerja melalui
Sumber Daya Manusia sebagai salah satu perusahaan lain yang bertindak sebagai
komponen utama (selain komponen Sumber Daya penyuplai tenaga kerja untuk KKKS
lain seperti Bahan, Peralatan, Fasilitas dll) dari 3. Karyawan dari konsultan manajemen
sebuah proyek, tidak terlepas dari logika ekonomi proyek, dimana KKKS mendapatkan
sederhana yaitu “supply vs demand”. layanan jasa terintegrasi dari perusahaan
penyedia layanan konsultan manajemen
proyek, dimana dalam pembahasan ini
digunakan terminologi “Project Management
Consultant” (PMC)
Perlu ditambahkan bahwa walaupun dalam
pembahasan ini menggunakan istilah yang
mengacu pada pekerjaan manajemen proyek,
namun strategi yang mirip seperti PMC ini juga
dapat digunakan pada kegiatan-kegiatan lain
di lingkungan KKKS seperti kegiatan operasi,
produksi, pemeliharaan ataupun jasa penunjang
Gambar-1: Latar Belakang Pembahasan lainnya seperti jasa transportasi dan logistik. Di
Pada kenyataannya, dalam berbagai Negara lain, sudah banyak contoh kasus dimana
implementasi proyek-proyek pada lingkungan perusahaan eksploitasi dan produksi MIGAS
industri minyak dan gas bumi (MIGAS) di Indonesia menggunakan layanan terintegrasi dari jasa-jasa
secara umum ada tiga alternatif pengadaan sumber penunjang tersebut. Dalam arti bahwa bukan hanya
daya manusia yang bersifat BUKAN paruh-waktu; menyediakan SDM, namun layanan konsultan
yang diperlukan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja tersebut juga terintegrasi dengan penyediaan
Sama) untuk menjalankan suatu proyek atau pun peralatan dan dukungan sistem. Namun dalam
juga untuk mejalankan berbagai kegiatan operasi, makalah ini, kita akan memusatkan pembahasan
produksi dan pemeliharaan. Alternatif tersebut pada jenis penyediaan jasa untuk menjalankan
diantaranya: kegiatan manajemen proyek ditinjau dari
perbandingan nilai ekonomi untuk KKKS.
<< 15 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

komponen direct dan indirect cost.


Selain mempertimbangkan ketiga alternative
dari sudut pandang biaya kompensasi / remunerasi
di atas, dilakukan juga tinjauan mengenai “Pro
vs Cons” untuk sudut pandang lainnya. Analisa
tersebut disajikan dalam bentuk tabel pada
Gambar-4 berikut ini.

PErsIaPan IMPlEMEnTasI
Gambar-2: Alternatif jenis penyediaan jasa SDM sTraTEGI PMC
yang umum digunakan
Dari Lesson Learn yang telah dilakukan oleh
PHE ONwJ, ada beberapa hal yang juga perlu
analIsa PErBandInGan
dipertimbangkan dalam implementasi strategi ini.
KETIGa alTErnaTIF
Baik pada masa sebelum implementasi dimulai,
Berikut ini diberikan sebuah ilustrasi untuk
maupun sesudah implementasi dimulai. Hal-hal
menggambarkan analisa perbandingan secara
tersebut diantaranya adalah:
ekonomi untuk ketiga alternatif penyediaan jasa
SDM tersebut. 1. Menentukan target yang ingin dicapai dari
strategi ini beserta parameter-parameternya
Jika diasumsikan bahwa seorang karyawan
mempunyai standar gross rate $ 50,000 per tahun 2. Dilakukan analisa komprehensif terhadap
selama kurun waktu 5 (lima) tahun sesuai durasi skill-set dari SDM internal yang sudah ada
pelaksanaan sebuah proyek, dimana total cost yang 3. Setelah mendefinisikan skill-set gap
disajikan di bawah ini merupakan akumulasi dari yang akan diatasi, tentu dengan

PT . CAHAYA BUMI ABADI


Menara Rajawali 8th Floor
Jl. DR Ide Anak Agung Gde Agung, Lot # 5.1
Kawasan Mega Kuningan – Jakarta 12950 Indonesia
P: +6221 576 1725 (hunting) F: +6221 576 2581
E: fatra.haring@cba-energy.com

Global Support – Delivered Locally


Integrated Steels SURF & Moorings Package Equipments Supporting Services

■ Structural Steel Package ■ Flexible Pipe & Ancillaries ■ Offshore Crane & Deck Winch ■ Basic Engineering Design
■ Linepipe & Bend Package ■ Umbilicals & Subsea Cable ■ Aluminium Helideck ■ Detailed Design & Drafting
■ OCTG Package ■ Subsea Valve Systems ■ Custody Metering System ■ Specialty Engineering
■ Mechanical Connectors ■ Pressure Vessel & Pipe Spools ■ Construction & Project Support
■ Offshore Mooring System

Figure-2
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 16

mempertimbangkan kebutuhan
proyeknya, dilakukan analisa Cost-
Benefit Value yang dapat menjadi
panduan, baik dalam masa proses
pengadaan maupun untuk evaluasi
dalam masa implementasi
4. Perlu juga didefinisikan tugas dan
tanggungjawab secara akurat
untuk anggota tim PMC dengan
mempertimbangkan bahwa
posisi kunci dalam organisasi tim
proyek akan tetap diduduki oleh
personel permanen dari KKKS yang
bersangkutan serta memastikan
tidak ada dualisme peran dan
tanggungjawab dalam organisasi
tim proyek
5. Menjalankan prinsip Management
Of Change (MOC) terkait hal
ini, terutama jika diperlukan
adanya perubahan prosedur dan
regulasi internal KKKS tersebut
Gambar-3: Analisa perbandingan total cost ketiga alternatif untuk mendukung efektifitas
dari implementasi PMC tanpa
mengkompromikan
baik kualitas pekerjaan
ataupun azas kepatutan
dan ketaatan yang
berlaku dalam kegiatan
KKKS tersebut karena
personel PMC ini selama
proyek juga akan
berhubungan dengan
(contoh) Kontraktor EPCI
6. Mendapatkan kon-
sensus dari semua
pemangku kepentingan
terhadap implementasi
Gambar-4: Perbandingan “Pro vs Cons” untuk ketiga alternatif ini.
<< 17 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

KrITErIa TEKnIs PEMIlIHan PErusa- 2}. Secara umum hal ini dapat membantu
Haan PEnYEdIa jasa PMC meningkatkan kualitas SDM di konsultan
Sebagai panduan, berikut beberapa hal sehingga secara makro hal ini dapat
yang menurut penulis perlu dipertimbangkan berkontribusi positif terhadap industri MIGAS
untuk dijadikan kriteria teknis ketika melakukan nasional
pemilihan perusahaan penyedia jasa PMC yaitu: 3. Tidak menggunakan PMC sebagai jasa
penyedia kerja semata, namun agar
1. Berpengalaman sebagai PMC dalam proyek- memanfaatkan fasilitas, sistem dan peralatan
proyek di industri MIGAS pendukung yang dimiliki untuk efektifitas
manajemen proyek
2. Menunjukan kualitas dalam pengalaman
proyek-proyek sebelumnya 4. Target penggunaan PMC harus disepakati
bersama dengan semua pemangku
3. Memiliki tim SDM dengan skill-set yang
kepentingan, baik di dalam organisasi KKKS
memadai sesuai kebutuhan proyek
maupun di dalam organisasi perusahaan
4. Didukung sertifikat dan kompetensi yang
penyedia jasa PMC dalam bentuk pencapaian
dapat dijadikan bahan pertimbangan
dan deliverables yang terukur
5. Memiliki sistem internal dan peralatan
yang menunjang efektifitas kerja masa
rEFErEnsI
implementasi
6. Keterlibatan pimpinan eksekutif organisasi 1. “Project Engineering & Construction
PMC sebagai “Project Sponsor” yang Management Services”, PHE ONwJ,
ikut memantau kualitas dan kemajuan Project Dept, 2013
perkembangan saat implementasi 2. “A Guide on How to Select a Project
Management Consultancy”, PMI, 2010

KEsIMPulan aKHIr 3. “Real Cost of Contractors versus Full


1). Strategi berbasis PMC akan lebih optimal Time Employee”, Greythorn, www.
biayanya untuk proyek berdurasi 1-3 tahun fivetengroup.com
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 18

taufik Aditiyawarman, TEnTanG PEnulIs


MM, PMP
Ridwan Wibiksana, CCP, PMP
Setelah lulus sarjana dari
Teknik Mesin ITB, ia memulai Dengan
karirnya bersama ARII dimulai
pengalaman lebih dari
dengan Engineering Development
duapuluh (20) tahun
Program (EDP), lalu juga
sebagai Project/Construction Engineer, Sr. Project/ di industri MIGAS dan
Mechanical Engineer, Project Lead dan Project pertambangan, karir
Delivery Manager pada BP west Java dan PHE ONwJ. Ridwan berpusat pada
Saat ini ia menjabat sebagai Sr. Manager Project bidang Manajemen
yang membawahi Departemen Proyek di PHE ONwJ.
Proyek.
Secara keseluruhan Taufik memiliki lebih dari 23
(duapuluh tiga) tahun pengalaman di industri MIGAS. Setelah menyelesaikan program sarjana
Selain gelar sarjana teknik, Taufik juga telah Teknik Sipil di Institut Teknologi Nasional
menyelesaikan program Magister Manajemen (ITENAS), Ridwan memulai karirnya
di bidang Finance – MMUI pada tahun 2002 dan bersama Freeport Indonesia sebagai Project
memperoleh sertifikasi MBS melalui program
Control di departemen Construction & Field
Post Graduate Certificate in Managing Projects
dari Manchester University – UK pada tahun 2009, Engineering. Kemudian ia mendapatkan
sertifikasi Project Management Professional dari kesempatan mendapatkan penugasan yang
Project Management Institute (PMI), dan Executive lebih signifikan seperti Chief Scheduler dan
Development Program (EDP) dari Wharton School of Superintendent Cost Control.
Business. Taufik juga saat ini aktif di IAFMI sebagai
Sekjen untuk masa jabatan 2013-2016. Sejak 2010 sampai sekarang, Ridwan
bergabung dengan Pertamina Hulu Energi
(PHE) Ofshore Northwest Java (ONwJ)
Satya Kamayanti sebagai Budget and Cost Control Team
Pengalamannya lebih dari Leader.
dua puluh sembilan (29) tahun Ridwan juga merupakan anggota aktif
di industri MIGAS, dimana
dan bersertifikasi dari Project Management
setelah menyelesaikan program
sarjana Teknik Kimia Institut Institute (PMI) and Association for
Teknologi Bandung (ITB), ia Advancement of Cost Engineering (AACE)
mengawali karirnya bersama International serta juga telah menulis
ARII. Satya pernah menduduki berbagai jabatan beberapa makalah yang telah dipublikasikan
seperti Production Engineer, Commercial Engineer,
pada berbagai forum, jurnal maupun buku.
Sr. Facility Engineer. Setelah masa perpindahan
ARII ke BP, Satya kemudian mendapat penugasan
Antara lain “Earned Value Management” and
sebagai Engineering Lead serta kemudian sebagai “Project Management Dictionary”.
Turnaround (TAR) Manager di BP West Java dan
CO2 Injection Project Manager di BP Tangguh.
Selanjutnya ia bergabung dengan PHE ONwJ
dengan penempatan sebagai Business Services and
Performance Manager di Project Department.
<< 19 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

WORKING PAPER:
DECISIoN FRAMEWoRK FoR oIl
AND GAS FIElD DEvEloPMENt
By Noezran Azwar

Decision analysis for oil and gas development field is an interesting topic that many professionals
from engineers, finance managers to Government like to discuss. Decisions for oil and gas field
development not only determine the direction and course of thousand to billions of dollars but
also national resilience on energy security. The complexity of a decision varies from simple and
Shakespearean—to drill or not to drill— up to complex rigorous analysis.
For countries using fiscal terms like production sharing contract (PSC), decision to develop oil and
gas fields is merely critical, for both PSC contractor (private) and Government. For the PSC contractor
in general, it is going to be an investment decision that lays on both financial and technical analysis.
However, for Government, it is not simply as investment decision, but it is also economics and political
decision in regards of national resilience on energy security. Oten, both for PSC and the government,
information for investment decision making are not suficient or not available, such as: under what
conditions an investment can become commercial, or whether the provided incentives are suficient,
or what suitable eficient technology can be utilized, etc. Also there is asymmetric information or
knowledge gap between the PSC contractor and the government, such as: under what portfolio the
investor is willing to invest on a field, or what is national urgency for the government to develop fields,
or in what extent the government
can relax their regulations and
policies to accommodate incoming
investment, etc.
This working paper shows a
proposed decision framework
that includes major aspects
that have influence in decision-
making. A research currently in
progress is conducted to develop
decision-making model based on
this framework.
Key Word: Design framework,
economic analysis, reveneu
analysis, cost analysis. Figure 1: Decision Framework
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 20

Economics analysis
Both PSC contractor and
Government conduct project
economics analysis to maximize their
take. Economics analysis involves
revenue analysis, cost analysis, fiscal
regime applied, and state and local
regulations and policies. In some cases,
Government economic analysis also
involves project multiplier efects for
gross domestic product (GDP).

revenue analysis Figure 2 Resource Definition (Ross, 2004


Revenue analysis involves
economics function of production and revenue
maximization. In production function theory, a. Resources Definition
economic output is not a mathematical function of
In determining resource definition, oten PSC
input, because any given set of inputs can be used
contractor and Government act diferently.
to produce a range of outputs. Production function
PSC contractor may act aggressively and risk
describes a boundary or frontier representing the
seeking, and in the contrary Government act
limit of obtainable outputs from each feasible
more careful and risk averse. At certain point
combination of inputs. In this case revenue from oil
both PSC contractor and the Government will set
and gas field relate with:
a standard to close the gap. A common standard
<< 21 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

oten used is Petroleum Resources Definitions, Range of uncertainty is categorized based


Classification, and Categorization Guidelines on the principle of capturing at least three
established in Guidelines for Application of esimates of the potenial outcome: low,
the Petroleum Resources Management System best, and high esimates.
(PRMS), November 2011 sponsored by Society
of Petroleum Engineers (SPE), American b. Production capacity
Association of Petroleum Geologists (AAPG),
Production capacity is the maximum output
world Petroleum Council (wPC), Society of
that field can produce in a given period with
Petroleum Evaluation Engineers (SPEE), and
the available resources. Production capacity
Society of Exploration Geophysicists (SEG). This
depends on reservoir production limit. In
standard defines resources into three classes:
some cases, highest production capacity may
(Society of Petroleum Engineers (SPE), 2011)
not be achieved by reservoir characteristics.

1. Reserves, For example, in water driven reservoir,


oil production limited by water coning
Reserves are those quantities of petroleum phenomenon. Production capacity also depends
anticipated to be commercially recoverable on production technology. Current technology
by application of development projects to gives opportunities to produced oil and gas from
known accumulations from a given date deepwater basin and tight/shale reservoir. Last,
forward under defined conditions. Reserves production capacity also depends with market
must further satisfy four criteria: They must and buyer otake.
be discovered, recoverable, commercial, and
remaining (as of a given date) based on the c. Product value chain
development project(s) applied.
Hydrocarbon product value chain has important

2. Contingent Resources, and roles throughout world’s energy supply-demand.


These chains can be complicated from resources
Those quantities of petroleum estimated, to the end user and sometimes obscure systems
as of a given date, to be potentially to many who rely on their products and services.
recoverable from known accumulations by These chains are also associated with revenue
application of development projects but and cost of field development. PSC contractor
which are not currently considered to be usually generates product value chain analysis
commercially recoverable due to one or more based on project’s profit maximization. However,
contingencies. Contingent Resources are a Government has broader view with taking
class of discovered recoverable resources. account national energy security and multiplier
efect for local development. Below are API’s
3. Prospective Resources
examples of models of oil and gas value chains
Those quantities of petroleum that models (Lemieux, 2015).
are estimated, as of a given date, to be
potentially recoverable from undiscovered
accumulations.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 22

Figure 3 Oil Value Chains (Lemieux, 2015)

Figure 4 Natural Gas Value Chain (Lemieux, 2015)

d. Product competitiveness, and condensate may happen for Government


market, and price share. Government usually prioritizes domestic
refinery company to absorb crude or condensate
Revenue always relates with product capability from Government share. Upstream gas product
to influence consumer’s willingness to pay. market also may have segmented by domestic gas
Upstream hydrocarbon liquid products like allocation policies. Domestic gas pipeline price
crude oil and condensate may have segmented usually independent from oil price, in the contrary
market and price. Market segmentation of crude export gas pipeline price set dependent to oil price.
<< 23 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Cost analysis
Cost analysis involves economics function of
cost and cost minimization. The cost function is
a function of input prices and output quantity.
The value is the cost of making that output given
those input prices. The cost function measures the
minimum cost of producing a given level of output
for some fixed factor prices. Cost analysis shall
predict total cost of development including capital
expenditures and operation cost.
Cost analysis involves of:

a. technical evaluation of exploration,


production and abandonment

Design of exploration activities such as


seismic and drilling will determine field Figure 5 Variability in Accuracy Range
for a Process Industry Estimate (Amos, 2012)
cost consequences. More accurate and
precise exploratory data required more
b. Price and cost of exploration,
exploration activities also required. Quality
production and abandonment
of data and information in the exploration
phase determine accuracy and precision Price analysis is essentially price comparison.
in development phase. Exploration phase It is the evaluation of a proposed price
deliverables mostly are reserves, reservoir without analyzing any of the separate cost
production capability, phase envelope, elements that it is composed of. Material and
hydrocarbon properties, and any data related service price in oil and gas industries ties with
to subsurface information. oil and gas product price. This expected to be
PSC contractor may use a conceptual study happened in 2014 Great Deflation of Oil Price.
based on those subsurface data to generate Low oil price discourage oil and gas drilling
development scenarios from production activities. Rigs market is oversupply and rig
drilling up to field abandonment. In this price moves to lower equilibrium.
phase PSC contractor exercises many
Cost analysis is the evaluation of the separate
production technology that efective and
elements (e.g., labor, materials, etc.) that
eficient for field development.
make up a contractor’s total cost proposal
Below is an example chart of variability or price to determine if they are allowable,
in accuracy range for a process industry directed related to the requirement and
estimate, generated by American Association ultimately, reasonable. The price and cost
of Cost Engineers (AACE). The chart shows may always come ater engineering design.
that level accuracy grows with the project
definition.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 24

Figure 6: Example of PSC Fiscal Terms (Lubiantara, 2012)

Fiscal Terms state & local regulations and Policies


Both PSC contractor and Government have State and local regulations are obviously
to super-impose their revenue - cost analysis in afecting the development decision. These factors
approved PSC Fiscal Terms to calculate each share are included in the framework as encouraging or
and take. Fiscal Terms in PSC always guarantees discouraging factors of development. This also
Government Share and Take to be positive. That includes license and permit. Hundreds of licenses
is rule number 1! However, also guarantees PSC and permits with their bureaucracy can discourage
contractor as investor may also have profit. Fiscal development decision. In many cases, state and
Terms is set up and signed when PSC contractor get local policies also afect the development decision.
a working area. Government changes in state or local level oten
lead to policies changes. Those can be encouraging
but also discouraging even at the same time.
<< 25 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

national resilience on Energy security security (social determinants or five aspects


Oficial definition on National Resilience: known Panca Gatra) and to exploit geography
National Resilience is the dynamic condition and demographic potential as well as National
of a nation, including tenacity and sturdiness, resources availability (natural determinants or
which enables it to develop national strength to three aspects known as Tri Gatra). (Governor of
respond to all challenges, threats, obstructions and Lemhanas RI, 2007).
disturbances coming from outside as well as within International Energy Agency definition of energy
the country, directly or indirectly endangering the security:
National existence and the struggle for national Energy security as the uninterrupted availability
objectives. Every nation cherishes certain loty of energy sources at an afordable price. Energy
and great ideals that it strives to realize, which are security has many aspects: long-term energy
usually known as national objectives. (Governor of security mainly deals with timely investments
Lemhanas RI, 2007). to supply energy in line with economic
National objective is supported through a developments and environmental needs. On the
grand National strategy to develop National other hand, short-term energy security focuses
Strength, capacity and capability, to develop on the ability of the energy system to react
Nation values, ideology, politics, economy, promptly to sudden changes in the supply-
socio-cultural conditions, military, defense and demand balance.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 26

From above definitions, it is clear that decision b. drilling method and technology
framework must consider national resilience. c. production method and technology
A marginal oilfield or a gas field may be still
d. product purification method and
developed if it afects national resilience on energy
technology
security. In addition, for an extreme, a marginal
e. product conditioning method and
oilfield may still developed because its near-border
technology
location. Under this circumstance, there will be
follow-up strategy that Government may take. f. byproduct and waste management
g. abandonment method and technology

Marginal Fields development Case h. transportation


The research shall test proposed framework i. ofshore location
with a marginal field development case. There is j. deepwater
not available define definition for oil and gas field k. remote area
development project as being ‘marginal’. In general,
l. very long project duration
it is used if the oil and gas project still can yield
m. high oil and gas price which led the
economic return to the company by using special
increasing of steel / metal price
technical and/or financial arrangement. whilst there
is not specific rule available for acceptable return, n. state and local regulations
commonly most companies regard a 7% to 15% o. state and local policies
rate of return as being ‘marginal’. If the projected
3. High risk due to:
return is less than this level the project is usually
postponed, when it is higher the project could be a. lack of information on reserve capacity
expected to proceed. From this general definition, b. geographical conditions
hypothetically oil and gas fields can be considered c. state or local political conditions
as marginal with following financial and technical The research also shall test government follow-
indications: up strategy. For example back in 2005, through
1. Low revenue due to: Energy and Mineral Resources Ministrial Decree
a. low reserve capacity No. 8, Government of Indonesia regulates incentive
b. low recoverable reserve (i.e. low for marginal oil fields development in a producing
production) with conventional recovery working area prior to production sharing contract
method and technology terms and condition which has estimated rate of
return less than 15%. According to Bank Indonesia’s
c. low oil and gas price
“Indonesia Economic Report 2005” this decree was
d. state and local regulations
stated as government policy with the background
e. state and local policies of macroeconomic conditions in that year, i.e the
2. High cost due to: increasing of international oil price and world
a. recovery method and technology tight monetary policy that led to slowing down the
investment.
<< 27 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Closing
Decision framework for Oil and Gas Jakarta: PT Gramedia widiasarana
Development is definitely required for both Indonesia.
PSC contractor (investor) and Government. The • Ross, J. (2004). Risk and uncertainty in
framework shal include important aspects of portfolio characterization. Journal of
decision making in fields development. This Petroleum Science and Engineers, 41-53.
decision framework is going to be tested during
on-progress research. A model of decision-making • Society of Petroleum Engineers (SPE).
process is going to be established based on this (2011). Guidelines for Application of the
framework. Petroleum Resources Management System.
Society of Petroleum Engineers (SPE).

Bibliography

• Amos, S. (2012). Skills & Knowledge of


author
Cost Engineering: A Product of the AACE
International. Morgantown, wV: AACE
International. Noezran Azwar

• Energy security. (n.d.). Retrieved


from IEA: http://www.iea.org/topics/
energysecurity/

• Governor of Lemhanas RI. (2007). Talking


Paper of Governor Lemhanas RI at the
11TH ARF Head of Defense Universities/
Colleges/ Institutions Meeting in Canberra
Australia Title: National Resilience Institute Noezran Azwar is currently working as
of The Republic of Indonesia: Preparing Surface Production Facilities Manager for
Indonesia Future Leaders. Retrieved from Exploitation Division of SKK Migas. He has
http://aseanregionalforum.asean.org more than 15 (fiteen) years of experiences
in energy sector including oil & gas and
• Lemieux, S. (2015). Understanding the Oil renewable energy. He has master degree
and Natural Gas Supply Chains. Retrieved Chemical Engineering from Bandung
from API: http://www.api.org/policy-and- Institute of Technology and currently pursue
issues/policy-items/safety/understanding- doctorate degree in Sustainable Economics
the-oil-natural-gas-supply-chains Development from a joint programme

• Lubiantara, B. (2012). Ekonomi Migas between Trisakti University and Colorado

Tinjauan Aspek Komersial Kontrak Migas. State University.


jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 28

PENERAPAN DOCUMENT
MANAGEMENT SYSTEM (DMS)
StUDI KASUS: IMPlEMENtASI
INACt PADA PRoyEK ABC
Oleh Aris Maryadi, INARTS

ABStRAK
Dalam berbagai kegiatan proyek dan produksi di bidang industri minyak dan gas bumi (MIGAS),
sering dijumpai berbagai permasalahan terkait manajemen dokumen dan informasi dari berbagai
sumber dan kepentingan selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
Kemajuan teknologi di bidang sistem informasi serta tantangan pengelolaan proyek dan produksi
MIGAS yang semakin kompleks, menuntut adanya sistem yang mampu mengakomodir tuntutan
adanya proses manajemen dan pengelolaan yang baik terhadap berbagai jenis dokumen dan
informasi.
Makalah ini membahas tentang implementasi INACT untuk mengelola dokumen dalam sebuah
kegiatan proyek ABC. INACT sendiri adalah sebuah sotware yang dikembangkan oleh InArts, sebuah
perusahaan dalam negeri yang berusaha menjawab kebutuhan danya sistem manajemen dokumen
yang optimal dan efisien untuk digunakan oleh industri MIGAS di tanah air.
Selama masa hampir 6 (enam) tahun sejak peluncurannya, INACT telah digunakan oleh banyak
perusahaan yang bergerak di bidang industri hulu MIGAS, mulai dari perusahaan KKKS, kontraktor
EPC maupun pemasok (vendor), baik yang berlokasi di dalam maupun di luar negeri. Hal ini sekaligus
membuktikan kemampuan SDM Indonesia di bidang teknologi informasi dapat bersaing di industri
MIGAS internasional.
Kata Kunci: Ducument management System, INACT, Reviuw process
<< 29 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

latar Belakang proyek pengembangan lapangan MIGAS.


Seperti pada umumnya siklus perjalanan sebuah 1) Efisiensi kertas dan proses pencetakan dalam
proyek, pengembangan lapangan ABC juga diawali proses pengembangan dan pemeriksaan
dengan kegiatan Engineering multi-disiplin untuk dokumen
memilih dan mendefinisikan konsep yang akan
2) Mengendalikan arus sirkulasi dokumen
digunakan.
sesuai kebutuhan proyek
Sejak pertama kali mulai melakukan tahapan
3) Memberikan hak dan kewajiban berjenjang
studi Front End Engineering Design (FEED), tim
untuk beberapa pihak sekaligus dalam
pelaksana proyek mulai berusaha mencari sebuah
proses document review yang dapat diatur
sistem manajemen dokumen yang berkualitas, bisa
sesuai kebutuhan selama masa proyek
diandalkan dan memiliki layanan purna jual yang
ada di dalam negeri untuk mengefisienkan kegiatan 4) Mengingat banyaknya jumlah dokumen
pemeliharaan sistem tersebut selama masa proyek yang harus dikendalikan selama proyek,
berjalan. muncul kebutuhan agar proses review
dapat diberikan target timeline untuk setiap
tahapannya (Rev-1, Rev-2 dst)
tujuan Sistem Manajemen
Dari pengalaman penulis, berikut ini adalah 5) Kebutuhan memberikan comment / mark-up
beberapa tujuan utama dari diterapkannya sebuah secara online untuk berbagai tahap revisi
sistem untuk manajemen dokumen dalam sebuah dokumen

Gambar-1: contoh arus sirkulasi dokumen dalam sebuah proyek


jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 30

6) Proses review haruslah dapat dilakukan


kapan pun, dimana pun dan menggunakan
komputer berbentuk apa pun yang umum
dipakai oleh anggota tim proyek, selama
terdapat akses data online dan web browser

7) Dengan latar belakang proyek-proyek MIGAS


yang umumnya merupakan proyek Multi-
Disiplin ilmu, diperlukan kolaborasi secara
real-time dari beberapa Reviewer pada saat
bersamaan Gambar-3: Contoh Sistem Revisi untuk
sebuah dokumen dalam INACT
8) Dapat didefinisikan juga role-role untuk
Review Leader dan Final Approver untuk
Manajemen Proyek pada industri MIGAS, INACT
seluruh proyek
juga dikembangkan dengan metode pendekatan
9) Dapat mengakomodir semua jenis file pengelompokan dari berbagai jenis pekerjaan untuk
elektronik yang umum digunakan secara mengakomodir berbagai tipe dokumen.
otomatis Selama pelaksanaan sebuah proyek, sebuah
10) Terakhir, sistem tersebut juga haruslah dokumen seringkali mengalami perkembangan
berfungsi sebagai tempat pengarsipan dari satu revisi ke revisi selanjutnya. INACT telah
berbagai dokumen dikembangkan dengan memastikan bahwa proses
perkembangan berbagai revisi dapat dilacak dan
Sebagaimana konsep work Breakdown
diperiksa dengan mudah.
System (wBS) yang umum digunakan dalam
Ketika harus mengelola begitu banyak dokumen
dan informasi, umumnya kita sering dihadapkan
FItUR-FItUR UtAMA DARI INACt pada kebutuhan untuk mengatur akses
dari setiap pihak. Customized Security
System adalah suatu fitur yang mutlak
untuk sebuah Document Management
System. Sistem tersebut haruslah
mampu mendefinisikan berbagai peran
yang umum dikenal dalam proses
perkembangan sebuah dokumen:
- Pihak yang berhak mengendalikan
seluruh sistem manajemen dokumen
- Pihak yang berhak mengirimkan
dokumen ke dalam sistem
- Pihak yang berwenang memberikan
comment / mark-up terhadap suatu
dokumen
Gambar-2: Contoh Library untuk berbagai tipe dokumen dari INACT
<< 31 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Gambar-4: Kemampuan INACT mengalokasikan berbagai roles


dalam proses document review

- Pihak yang berhak memeriksa dan Dalam penjabaran di atas dapat dilihat bahwa
mengoreksi comment / mark-up dalam suatu dalam proses review sebuah dokumen proyek pada
dokumen umumnya diperlukan kemampuan kolaborasi
- Pihak yang berwenang memberikan berbagai pihak untuk memberikan comment / mark-
persetujuan akhir dari revisi sebuah up terhadap suatu bagian dari dokumen tersebut.
dokumen Fitur ini adalah salah satu yang paling diandalkan
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 32

oleh INACT untuk memberikan nilai tambah sasaran untuk manajemen dokumen yang
terhadap proses manajemen dokumen di sebuah dikembangkan selama proyek tersebut. Dari
proyek. pengalaman selama implementasi INACT dalam
mendukung tahap Engineering dari proyek ABC
KESIMPUlAN selama masa 2 tahun terakhir, penulis mendapatkan
Selama durasi pekerjaan dari sebuah proyek, kesimpulan bahwa untuk dapat menunjang
dibutuhkan suatu sistem yang efisien dan tepat sebuah proyek pengembangan lapangan MIGAS di
Indonesia, terutama dalam memastikan efisiensi
biaya proyek, sistem dokumen yang ideal haruslah
memiliki kualifikasi diantaranya:
a) Mampu menyesuaikan workflow dengan
kebutuhan arus sirkulasi dokumen dalam
sebuah proyek
b) Memiliki kemampuan untuk menunjang
kolaborasi berbagai pihak secara simultan
dan real-time
c) Dapat dijalankan dengan infrastruktur
perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (sotware) yang umum digunakan
serta tidak bergantung pada sistem operasi
Gambar-5: Kemampuan memberikan tertentu di sisi client
comment / mark-up pada INACT
<< 33 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

d) Lokasi fisik untuk penyimpanan data di bidang pengembangan peranti lunak


utama di server dapat ditentukan sendiri (sotware). Bersama beberapa rekannya, Aris
oleh client setelah menyelesaikan kuliah mulai merintis
e) Sistem keamanan yang lengkap dan bisa usaha di bidang pengembangan peranti
dicustomize seusai kebutuhan lunak dan multimedia dengan bendera PT Inti
f) Memiliki layanan purna jual yang dapat Artistika Solusitama (INARTS).
diandalkan dan mudah diakses dari Produk INACT Document Management
lokasi proyek System sendiri telah dikembangkan sejak 6
tahun lalu dan sudah digunakan oleh beberapa
TEnTanG PEnulIs perusahaan di bidang MIGAS seperti Santos,
Ltd, Salamander Energy North Sumatra, Ltd.,
AwE Explore Ltd., Tately, NV, CPECC (Abu
Dhabi), Tecton (UAE), Torishima Pump Mfg Ltd
(UAE), Cw Singapore (Singapore).
Aris mendapatkan gelar S1 (ST) dan S2
(MT) dari Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi
Bandung (ITB) dan merupakan anggota dari
Asosiasi Peranti Lunak Telematika Indonesia
Aris Maryadi (ASPILUKI). Saat ini sehari-hari beliau
bermukim di Jakarta, Indonesia dan menjabat
Aris Maryadi memiliki lebih dari 17
sebagai CEO dari PT Inti Artistika Solusitama
(tujuhbelas) tahun pengalaman profesional
(INARTS).
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 34

SEBUAH tINJAUAN ASPEK KoMERSIAl

PEMAKAIAN BERSAMA
FASIlItAS MINyAK DAN GAS
DALAM RANGKA OPTIMALISASI
INDUSTRI MIGAS INDONESIA
Oleh : Joefrizal, Praktisi Minyak dan Gas Bumi, domisili di Dubai

ABStRAK
Dengan turunnya harga minyak dunia lebih dari 50 % dari harga bulan juni yang sekitar $ 112/barrel,
membuat isu pemakaian bersama fasilitas produksi MIGAS di Indonesia menjadi semakin penting dalam
rangka mencapai optimalisasi pemakaian fasilitas produksi minyak dan gas bumi (MIGAS) Indonesia
yang tujuan akhirnya tentulah untuk menekan ongkos produksi minyak dan gas nasional kita.
Pemakaian bersama fasilitas produksi minyak ini sudah diamanatkan oleh Undang Undang MIGAS
no. 22 tahun 2001 dan peraturan pemerintah no. 35, di tahun selanjutnya.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana penggunaan bersama fasilitas produksi minyak dan
gas ini dapat dilakukan dengan baik? Penulis ingin mengemukakan beberapa aspek terutama aspek
ekonomi dari konsep ini dan usulan agar konsep ini menarik bagi semua pihak terkait.
Kata Kunci: Sharing facility

Pada gambar 1, gas atau oil diambil dari sumur terpisah. Jika tidak ada fractionator maka hasilnya
dan dialirkan kedalam production separators. Dari umumnya adalah LPG (campuran dari butane,
production separator ini, minyak dipisahkan dari ethane, propane) dan secondary condensate.
gas dan masuk kedalam tangki penyimpan sebelum yang dimaksud dengan fasilitas produksi
dijual ke pembeli. Dari production separator, gas disini adalah fasilitas diatas permukaan bumi
dialirkan kedalam treating plant (jika diperlukan di yang dipakai untuk mengalirkan, memroses, dan
lakukan di lapangan gas tersebut, tidak jauh dari menyimpan hasil minyak dan gas bumi sebelum
sumur gasnya) untuk dihilangkan kandungan CO2 dijual dan diserahkan kepada pembeli. Fasilitas
atau Sulfur yang sangat korosif terhadap pipa dan fasilitas produksi ini meliputi antara lain: jalur pipa,
fasilitas produksi. Setelah itu gas dialirkan kedalam gas processing plant (termasuk didalamnya LNG
gas processing plant untuk pemrosesan lebih dan LPG plant), tangki penyimpan, pelabuhan dan
lanjut. Gas processing plant ini kadang dilengkapi lain lain fasilitas terkait.
oleh fractionator sehingga dapat dihasilkan gas
Produksi minyak dan gas cenderung mempunyai
metana yang siap jual, ethane, propane, butane,
profil yang sama yaitu profil seperti lonceng yang
secondary condensate, yang masing masing
<< 35 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Gambar1: Flow diagran (Sumber: JM Campbell

Gambar 2: Contoh Kurva produksi Minyak


jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 36

condong ke muka atau sebelah kiri. Produksi akan semaksimal mungkin untuk menekan cost
mencapai maksimal dalam jangka waktu relative recovery dan menambah pendapatkan
pendek dan kemudian menjadi stabil untuk jangka pemerintah dari profit split yang meningkat.
waktu tertentu. Jangka waktu selanjutnya produksi Didalam konsep Kontrak bagi hasil (PSC)
tersebut akan menurun sehingga akhirnya menjadi yang di ciptakan dan dianut Indonesia, seluruh
tidak ekonomis lagi untuk di produksi. Kurva fasilitas produksi yang dibangun oleh kontraktor
produsi umumnya seperti gambar dibawah ini: bagi hasi merupakan milik Negara dan ongkos
Profil produksi yang demikian, mengakibatkan pembangunannya dibayar dengan cost recovery
fasilitas produksi menjadi tidak terpakai secara bagi kontraktor terkait. Secara teoritis, maka
maksimal (idle) setelah masa produksi puncak setiap fasilitas produksi, yang dibangun oleh
terlewati. kontraktor dan biaya pembangunannya sudah
Disamping itu, untuk kontraktor kontraktor yang di bayar oleh Pemerintah melalui mekanisme
baru mendapatkan minyak atau gas dilokasi lokasi cost recovery, menjadi milik pemerintah. Secara
yang tidak berjauhan dengan lokasi fasilitas idle umum untuk fasilitas produksi yang demikian,
ini, tentuya menjadi logis untuk memakai kapasitas biaya yang terjadi tinggal biaya operasi dan
produksi yang idle ini, walaupun dengan melakukan produksi saja.
beberapa modifikasi tertentu, untuk menekan biaya Selanjutnya marilah kita tinjau skema yang
produksi dan memaksimalkan penggunaan fasilitas melukiskan typical konsep kontrak bagi hasil di
produksi yang sudah ada sehingga tidak mubazir. Indonesia:
Disisi lain, pemerintah tentu menginginkan fasilitas Skema diatas menjelaskan bahwa pendapa-
fasilitas produksi yang ada dapat dimanfaatkan tan dari produksi dikurangi oleh First Tranche

฀ ฀ ฀ ฀
PRODUCTION

EXPENDITURES
FIRST TRANCHE PETROLEUM

PRODUCTION INVESTMENT
FACILITIES CREDIT
BONUS EXPLORATION
CAPITAL DEPRECIATION
COST
RECOVERY
DEVELOPMENT NON CAPITAL

EQUITY TO BE SPLIT
PRODUCTION

ADMINISTRATION PEMERINTAH KONTRACTOR. KONTRACTOR PEMERINTAH


SHARE 71.15% SHARE 28.85% SHARE 28.85% SHARE 71.15%

TOTAL
SHARE 28.85%

D.M.O
25%x28.85%

DMO FEE

TAXABLE INCOME

PEMERINTAH
TAX 48%

KONTRACTOR
PEMERINTAH PROFIT - NET PEMERINTAH
SHARE SHARE

Gambar 3: Kontrak Bagi Hasil PSC


<< 37 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Petroleum (FTP) dan juga investment


credit (kalau ada) lalu dikurangi oleh cost
recovery. Sisanya akan dibagi dua. Satu
bagian ke kontraktor (bagian yang kecil)
dan bagian terbesar diterima oleh neg-
ara/pemerintah. Bagian kontraktor juga
dikenakan Domestic Market Obligation dan
juga pajak.

Apabila suatu kontraktor, yang


mempunyai kapasitas infrastruktur gas
atau minyak yang idle dan melakukan
kerjasama dengan kontraktor lain yang
membutuhkan, maka ongkos operasinya
menjadi semakin kecil.
Oleh karena kontraktor Bagi Hasil
di Indonesia tidak boleh mendapatkan
‘profit” tersendiri, maka penghematan
ongkos operasi ini membuat profit yang
akan dibagi antara kontraktor dengan
pemerintah menjadi besar. Kebanyakan
Kontrak bagi hasil di Indonesia yang
mempunyai fasilitas infrastruktur yang
idle ini adalah kontaktor lama. Dari
skema diatas dapat disimpulkan bahwa
untuk setiap penghematan $1, maka
contractor mendapatkan alokasi profit
kotor sebesar $0.28 dan dengan asumsi
bahwa persentase dari bagian kontraktor

PT SURVEYOR INDONESIA (Persero)


• Migas dan Sistem Pembangkit
• Penguatan Institusi dan Kelembagaan
Kantor Pusat :
Graha Surveyor Indonesia • Mineral dan Batubara
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 56
Jakarta 12950 - Indonesia • Infrastruktur
Tlp : 62-21 - 526 5526
Fax : 62-21 - 526 5525 Kantor Cabang :
| Banda Aceh | Banjarbaru | Bali | Balikpapan | Batam | Cilegon | Dumai |
www.ptsi.co.id | Jakarta | Cirebon | Lhokseumawe | Makassar | Medan | Padang | Palembang |
| Pekanbaru | Semarang | Surabaya |
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 38

yang terkena DMO adalah 25%, dan pajak


terhadap kontraktor sebesar 44%, maka untuk
setiap penghematan sebesar $1, kontraktor hanya
mendapatkan alokasi keuntungan (profit) sebesar
$0.12 saja. Suatu jumlah yang kecil dibandingkan
dengan $0.88 penghematan yang dinikmati oleh
Pemerintah.
Disisi lain, kontraktor yang mempunyai fasilitas
idle (“kontraktor idle”) kemungkinan harus pula
membuka perhitungan perhitungan ongkos
produksinya kepada kontraktor yang akan memakai
fasilitasnya (Kontraktor Pemakai”) agar bisa
dicapai kesepakatan harga dan tambahan investasi
untuk pemakaian fasilitas tersebut yang biasanya
dibebankan ke kontraktor pemakai. Hal ini bagi
diskon yang tidak layak.
sebagian besar kontraktor ibarat membuka dapur
mereka dan mereka sangat tidak menyukainya. Jadi secara ekonomis, pemakaian bersama
(sharing) fasilitas produksi hanya menarik bagi
Disamping itu, Pemerintah akan mendapatkan
pemerintah dan juga kontraktor pemakai dan
keuntungan ganda. Keuntungan tersebut adalah: 1)
tidak menarik untuk kontraktor bagi hasil yang
penghematan karena maksimalisasi penggunaan
mempunyai fasilitas idle. Sikap segan ini ditambah
fasilitas produksi minyak dan gas yang idle dan
pula dengan kemungkinan bahwa kontraktor
2) penghematan karena tidak perlu membangun
tersebut mempunyai potensi tambahan produksi
fasilitias baru yang tidak perlu. Secara estimasi
dari ladang ladang mereka yang perlu fasilitas
kasar, untuk setiap penghematan $ 1 karena
produksi di beberapa tahun kedepan. Dan
maksimalisasi penggunaan produksi minyak yang
melakukan kerja sama dengan kontraktor lain akan
idle, maka Pemerintah mendapatkan $ 0.88 dan
mengakibatkan mereka harus lakukan investasi
untuk setiap $ 1penghematan karena tidak perlu
besar untuk menambah fasilitas produksi pada
membangun fasilitas baru yang tidak perlu (dengan
waktu tambahan produksi minyak atau gas tersebut
menggunakan skema bagi hasil diatas), Pemerintah
dating. Hasilnya penggunaan bersama fasilitas
mendapatkan $ 0.88. Jadi total penghematan yang
produksi minyak dan gas tidak akan terealisir
dinikmati pemerintah adalah $ 1.72.
dengan cepat dan baik.
Begitu juga, Kontraktor Pemakai akan senang
Memang secara “de jure” seluruh fasilitas
sekali dengan adanya “sharing fasilitas” ini karena
produksi itu sudah dimiliki oleh Negara karena
dengan demikian mereka bisa menghemat investasi
cost recoverynya dibayar oleh Negara. Akan tetapi
awal yang biasanya besar dan biaya operasional.
secara “de facto” kontraktor bagi hasil merupakan
Kapasitas yang besar dari fasilitas penyimpanan
“penguasa operasional” dari fasilitas tersebut.
liquid (LNG, LPG, minyak) dan pelabuhan yang
Sehingga perlu difikirkan jalan yang terbaik
dipakai juga memungkinkan harga jual dari minyak,
sehingga penggunaan fasilitas-fasilitas “idle”
Condensate, LPG, dan gas menjadi maksimal karena
tersebut juga menarik bagi kontraktor bagi hasil,
tidak ditekan oleh pembeli dengan membebankan
<< 39 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

dengan cara memberikan insentif insentif tertentu.


Salah satu opsi yang cukup menarik untuk TEnTanG PEnulIs
dicoba adalah dengan mengenalkan konsep
pemagaran (“ring fencing”) yang cukup dikenal
pemakaiannya didalam dunia minyak dan gas bumi
hulu di tanah air ini.
Menurut penulis, fasilitas-fasilitas produksi
yang akan di pakai bersama dapat dimasukkan
kedalam suatu area pemagaran (“ring fencing”).
Fasilitas produksi ini lalu diberikan profit split untuk
kontraktor idle yang lebih tinggi dari pada fasilitas
yang lainnya. Dengan demikian kontraktor idle akan
mendapatkan tingkat keuntungan yang lebih baik
joefrizal
Memiliki lebih dari 25 (duapuluh lima) tahun
dan konsep pemakaian bersama fasilitas produksi
pengalaman profesional baik di bidang hulu
ini menjadi menarik pula untuk kontraktor idle.
maupun hilir industri minyak dan gas bumi.
Jika ide pemakaian bersama fasilitas produksi
Beliau mengawali karir di Tripatra Engineers &
ini menarik bagi semua pihak terkait, maka Constructors dan selanjutnya perjalanan karir
realisasinya akan semakin cepat dan hal ini Joefrizal sebagian besar diwarnai jabatan dan
memberikan keuntungan tambahan bagi seluruh posisi yang bertanggung jawab untuk kegiatan
pihak karena tidak adanya negosiasis yang bertele- komersial (seperti LNG Marketer, Liting
tele dan juga realisasi tambahan produksi yang Coordinator dan Commercial Management)
lebih cepat. di berbagai perusahaan multinasional seperti
Trans Canada, Unocal Indonesia, Chevron
Catatan Tambahan dari redaksi: Indonesia serta Hess Corporation.
Ide pemakaian bersama dari Fasilitas Utama Selain gelar Insinyur dari jurusan Teknik
kegiatan produksi Minyak dan Gas Bumi adalah Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) pada
hal yang menarik terkait usaha meningkatkan tahun 1988, beliau juga mendapatkan gelar
efisiensi industri minyak dan gas bumi Indonesia. MBA dari Fakultas Ekonomi Universitas
Bahkan pada beberapa kasus, hal ini sudah lama Indonesia (UI) dan telah menyelesaikan
diterapkan oleh beberapa KKKS (Kontraktor Kontrak program sertifikasi “Energy Risk Management”
dari University of Houston serta anggota
Kerja Sama) yang berbagi pakai berbagai fasilitas,
dari Association of International Petroleum
khususnya untuk Fasilitas Penunjang kegiatan
Negotiator (AIPN).
produksi; seperti Fasilitas Logistik dan Transportasi.
Saat ini sehari-hari beliau bermukim di
Namun ide penggunaan bersama, khususnya
Dubai, Uni Emirat Arab dan berkarir di Crescent
untuk Fasilitas Utama dari kegiatan produksi
Petroleum sebagai Marketing Manager.
adalah hal yang sensitif secara komersial sehingga
perlu didiskusikan lebih lanjut oleh pemangku
kepentingan agar bisa dicapai sinergi yang optimal
dan tepat sasaran.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 40

WET lIFT as an
alTErnaTIvE suBsEa
PIPElInE TIE-In METHod
RESULTED SAFE
AND RELIABLE OPERATION
Nanang Sahroini, Project Department, PT. Pertamina Hulu Energi – Ofshore North west Java (PHE ONwJ)
winardi, Project Department, PT. Pertamina Hulu Energi – Ofshore North west Java (PHE ONwJ)
Hanto yananto, Engineering & Integrity Dept, PT. Pertamina Hulu Energi – Ofshore North west Java (PHE ONwJ)

Abstract
PHE ONwJ has developed new APN-E/F gas fields in 2011 – 2012 namely APNE-A, APNE-B,
and APNF. The scope of this new development is that to install 3 NUIs (Normally Unattended
Installation) or wellhead platforms, to install 24”-20 km subsea pipeline with 2 subsea tie-ins, to
drill 3 wells, and to reconfigure the existing Mike-Mike Gas Compression System. Gas production
from new APN-E/F field is delivered to MM Flow Station for compression through the existing 24”
subsea pipeline 24” with 70 km length.
The selection of subsea tie-in strategy is one of key success factor and a very critical project
milestone considering the associated risk impact (safety, production, cost, time schedule, and
quality). In the project risk management, subsea tie-in is one of biggest project risk reported to
senior management as well as other stake holders.
Starting from FEED stage, the constructability study has been performed to assess the various
options for subsea tie-in method. These options were reviewed against the selection criteria
of safety, schedule/shutdown time, cost, quality and integrity for operation. A wet liting was
selected as subsea tie in method ater a robust selection process.
with combination of a detailed execution plan, peer review and risk assessment, the subsea
tie-in work for 2 (two) locations at 24” pipeline were safely executed, ahead from the schedule,
within budget and reliable operation.
Keywords: wet-lit, Subsea tie-in, Dry-lit,
<< 41 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Introduction management and other stake holder regularly.


new APN-E/F gas field has been developed by Strategy and method selection for the subsea
PHE ONwJ with the aim to fulfill its obligation to tie-in were carried out since FEED (Front End
supply natural gas to the customer (PLN, PT Pupuk Engineering Design) stage. There are 4 (four) criteria
Kujang). for this selection which are safety, schedule/
The scope of project is that to install 3 NUIs shutdown time, cost, quality and integrity for
(Normally Unattended Installation) or wellhead operation. The selection process involved various
platforms, to install 24”-20 km subsea pipeline with parties including our peer in PHE ONwJ. The
2 subsea tie-ins, to drill 3 wells, and to reconfigure selected method was then explored in detailed in
the existing Mike-Mike Gas Compression System. EPCI (Engineering Procurement Construction and
Gas production from new APN-E/F field is delivered Installation) stage.
to MM Flow Station for compression through the
existing 24” subsea pipeline 24” with 70 km length. data and Method
Subsea tie in work was started from engineering
One of high risk scope of work for the project is
FEED stage. During this stage, sub sea tie-in method
subsea tie-in (piggable) to the existing 24” pipeline
which is most likely applied has been selected, with
for 2 locations. Considering its criticality and risk
some other option were still in the picture as an
impact to the project and PHE ONwJ, this activity is
alternative to give flexibilty during execution stage.
registered in the project risk and reported to senior
The criteria which has to be considered for the
subsea tie-in method selection shall combine the
project and operation need, i.e :
1. Shall be done in the safe manner (personnel, fa-
cility, and environment).

2. Minimium shutdown duration.

3. High integrity of tie in connection (reliable).

4. Low cost.
Figure-1 Pipeline Schematic
From above 4 criteria, subsea tie-in method
selection was come up to 3 option, i.e Using Subsea
Mechanical Connector, Dry Lit Method, and wet Lit
Method.
Hyperbaric Subsea welding was not selected as
this method has higher risk and will need special
underwater welding equipment which will cost
more compared to the 3 nominated method, which
was not suit economically for the marginal field
development.
Mechanical Connector flange method will be
Figure-2 Subsea Tie-in Configuration done by installing first bypass line and stople plug.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 42

Sub sea hot taps are required to install this bypass connectors which still have potential leak.
line and stople plug. Dry lit subsea pipeline tie-in method will be
Ater the bypass line is installed, stople plug will done by cutting the existing subsea pipeline at the
be activated to stop the gas flow from main line sea-bed, using cold cutting diamond wire.
to bypass line. The pipeline section between the 2 Upon the cold cutting finished, each end of
stople plug then will be cold cut at 2 places using subsea pipeline will be lited to the surface by using
diamond wire cutter at distance suitable for pigable work barge which has suitable liting equipment to
wye tee and mechanical connector installation. lit up the pipeline from the sea bed for the flange
Mechanical connector flange then to be installed installation, then lowered back to the sea bed upon
at both end of the cut pipeline, then pigable wye flange installation complete.
tee. This pigable wye tee having swivel flange at This method will need pipeline shutdown, but
both end, and preinstalled with sub sea ball valve not necessary to purge the gas inside of the subsea
and blind flange for connection to the new pipeline pipeline.
from new APNE/F Platform. A gasket having leak test
Before cutting of the subsea pipeline, 2 smart
facilities is used to check the tightness of the flange
plug will be lauched via the pig receiver at the
connection of pigable wye tee. Upon completion of
platform, then pushed by the produced gas to the
leak test on the flange joint, then the pipeline can be
destination point near the tie-in location. This plug
put back in operation.
has a position trasnmitter which will be transmitting
with this method, sub sea tie in is able to its position in the subsea pipeline. Once the smart
be done while the existing pipeline is keep on plugs reach its position, then will be infalted to
operation wihtout any shutdown. isolate the section of the subsea pipeline at the
weak point of this method is the complexity subsea tie in location. The inflation of the smart
of sub sea operation during tie in proccess plug will be using the gas pressure inside of the
which will take long duration, and furthermore subsea pipeline.
integrity of pipeline become less due to many Pigable wye tee the will be installed ater
attachment permanently stayed in the mainline completion of flange connection at both end of
such as mechanical hot-tap clamps and mechanical subsea piepline at the sea bed. This pigable wye
tee having swivel flange
at both end, and already
preinstalled with sub sea
ball valve and blind flange
for connection to the
new pipeline from new
APNE/F Platform. Upon
completion of leak test on
the flange joint, then the
pipeline can be put back
in operation.
This dry lit method was
Figure-3 Mechanical Connector Method
<< 43 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

wet lit method is similar


with the dry lit method. The
diference is at the wet lit, the
gas inside of the existing subsea
pipeline is pushed out from
subsea pipe line by using water
(sea water + corrosion inhibitor).
In this method smart plug is not
required.
Ater the subsea pipeline is
fully floaded with water, then
the subsea pipeline is cold cut by
using diamond wire cutter.
Upon the cold cutting finished,
each end of subsea pipeline will
Figure-4 Dry Lit Method (with smartplug)
be lited to the surface by using
work barge which has suitable
finally not visible to be executed as the operating liting equipment to lit up the
pressure of gas inside of the subsea pipeline was not pipeline from the sea bed for the flange installation,
enough to initiate smart plug inflation. then lowered back to the sea bed upon flange
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 44

installation complete. for connection to the new pipeline from new APNE/F
Pigable wye tee the will be installed ater Platform. Upon completion of leak test on the flange
completion of flange connection at both end of joint, then the pipeline can be put back in operation.
subsea piepline at the sea bed. This pigable wye
tee having swivel flange at both end, and already
preinstalled with sub sea ball valve and blind flange
result and discussion
wet lit method finally was selected and applied
for the subs sea tie-in of APNE/F
Project. Evethough this wet lit
method is the convetional way of
doing subsea pipeline work, but
this method is fullfill the criteria, i.e
safe, reliable, and low cost. Schedule
was ahead from the plan, as the
Figure-5 Wet Lit Method proper planning and control was
implemented during execution of this sub sea tie
in, by using task plan which was detailed in hourly
basis of activity.
The risk of pipe backling during wet lit was
controlled propoerly by controlling the pipeline
curve to be maintained at the acceptable curve
as per calculation. Certain number of davit and
added by buoyance ballon was used to maintain
the pipeline curve, and at each of liting point of
davit and buoyance ballon was provided by position
idicator which continuosuly monitored from the
barge.
This wet lit method was executed using marine
spread and equipment as follow :

1. One (1) unit of pipelay barge complete with davits


and its liting gear (wire sling, shackles)

2. number of floatation ballon / water bags com-


plete with liting gear (wire, shackles)

3. Crane to lit the diamond wire cutter.

4. One (1) set of SAT diving system, 3 men bells lo-


cated at the pipelay barge.

5. Two (2) set of diamond wire cutter (complete


with hydraulic power pack) – one (1) as a standby
<< 45 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

unit / spare.
author
6. Fabrication Equipment (cutting, welding, grind-
ing machine).
Hanto Yananto
7. Testing and NDE Equipment.
Hanto Yananto is Conceptual Engineer of
8. Consumables : welding rod, oxigen / accetilene, the Department of Engineering and Integrity
grinding disk, pipeline field joint coating. at Pertamina Hulu Energi Ofshore North
west Java (PHE ONwJ) PT, where he has been
since 2008. He received a B.S. in mechanical
Conclusions engineering from Trisakti University in
Description Plan Achievement Remark 1999, an MBA from Bandung Institute of
Safe opera- Safe Safe Technology in 2002, and an M.S in petroleum
tions engineering from Bandung Institute of
Cost $2 mio $2 mio Technology in 2014. From 2001 to 2007 he
Schedule 20 days 14 days Ahead 6 worked at Tripatra PT, an EPC company in
days Indonesia, eventually as a piping and pipeline
Quality (in- Medi- High Improved
engineer. He then moved to an oil and gas
tegrity) um
operating company for Ofshore North west
Java in 2008 that was previously operated by
BP. Since mid of 2009 Ofshore North west
Subsea pipeline tie-in using wet lit method has
Java has been operated by Pertamina.
proven resulting significant schedule saving – by
implementing proper plan and control. From 20 He has involved in several onshore
days plan for executing 2 subs ea tie in location, the and ofshore FEED and EPCI projects since
actual work was executed and complete in 14 days 2001. He worked as pipeline engineer for
which is 6 days ahead from the plan. ConocoPhillips South Jambi-B project in
2003, ConocoPhillips Hang Tuah Subsea
This schedule saving is giving benefit to
Pipeline Modification project in 2005, Star
COMPANy which able to put back the existing APN-
Energy KRA Development project in 2006,
Mike Mike pipeline in operation, and deliver the gas
PHE ONwJ APN E/F New Development project
to the customer which is national strategic industry
in 2011, and PHE ONwJ GG Development
in DKI Jakarta and west Java
project in 2013. He also worked as piping
engineer for FEED of BP Tangguh Ofshore
acknowledgements platform project in 2002, Hess Ujung Pangkah
Thank you to APNE/F project team which
phase-2 project in 2007, and BP west Java
has forced the efort and contribute fully during
Rehabilitation project in 2008. Currently he
this subsea tie-in execution and overall project
is working as conceptual engineer. He does
completion, also support from PHE ONwJ
conceptual design for brownfield ofshore
Management and all of the stake holders.
development/modification of surface
facilities.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 46

PEnEraPan ‘KnoWlEdGE
ManaGEMEnT’
DALAM PROYEK MIGAS
Ir. Sapta Putra yadi MHRM – KM Consultant,
Knoco Indonesia

Abstract
Knowledge Management (KM) adalah suatu proses meng-‘capture’, mengembangkan,
menggunakan dan membagi pengetahuan yang dimiliki suatu organisasi secara efektif. Banyak
perusahaan besar, institusi public dan organisasi non profit yang telah menerapkan prinsip KM dalam
mengelola dan menjalankan bisnis mereka. KM mendukung perusahaan-perusahaan ini dalam
melakukan ‘Continuous Improvement’ dan bertindak sebagai ‘enabler’ bagi ‘Organisational Learning’.
Penerapan KM dalam Proyek Migas berfokus pada tujuan untuk mendapatkan kinerja yang lebih
baik, meng-‘encourage’ lahirnya inovasi pada metoda pelaksanaan pekerjaan dan sharing ‘lessons
learned’ untuk menghindari kesalahan yang sama, sekaligus juga mempercepat waktu pembelajaran
(‘learning curve’) di dalam pelaksanaan proyek, seperti contoh typical proyek drilling pada gambar di
bawah.
Kata Kunci: Knowledge management, learning before, learning during, learning ater

Gambar 1. Akselerasi “Learning Curve” pada Proyek yang mengaplikasikan KM


<< 47 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Paper ini membahas pentingya KM dan kunci


sukses penerapannya dalam Proyek Migas.

apakah Pengetahuan Itu?


Secara tradisi, pada sistem pendidikan kita
dan di hampir semua organisasi, pengetahuan
dipandang sebagai milik perorangan. Dengan
memiliki pengetahuan seseorang secara otomatis
menjadi memiliki status tertentu, tergantung pada
tingkat pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan
membuat seseorang mampu mengambil
keputusan, melakukan tindakan, dan atau berbagi
pengalaman.

Untuk menjelaskan lebih jauh tentang


pengetahuan, perhatikan Gambar 1 dibawah ini.

Pada piramida di atas, kita dapat melihat


Gambar 1: What is Knowladge?
bagaimana evolusi dari suatu Data menjadi Source: R. Ackof’s “Pyramid of wisdom” (1989, 1996)
‘Information’, ‘Knowledge’ dan akhirnya ‘wisdom’
. Data biasanya berupa nama, ukuran, angka,
dan atau bentuk lainnya yang berdiri sendiri dan disebut sebagai informasi, kecuali jika kita sudah
mempunyai makna yang sangat terbatas. Namun menggunakannya di tempat kerja. Informasi yang
jika data tersebut dikumpulkan, diolah, dan digunakan akan memberikan pengalaman yang
dianalisa akan menghasilkan sesuatu yang disebut membangun pengetahuan pada individu yang
“Information” (Informasi). Dalam manajemen melakukannya. Informasi yang banyak diperoleh
proyek kita dapat dengan mudah menemukan dari berbagai macam proyek akan memberikan
data dan informasi ini, terutama pada proyek- banyak manfaat jika digunakan untuk memperoleh
proyek yang telah selesai. Data yang ada jika diolah pengetahuan yang dapat meningkatkan efisiensi
dan dikaitkan dengan parameter proyek lainnya dan efektifitas penyelesaian proyek. Jelaslah
(misalnya waktu, volume, dsb) akan berubah bahwa dasar dari pengetahuan adalah informasi
menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai yang berbasis dari pengalaman (Heuristik).
dasar suatu aksi atau keputusan pada proyek- Lebih jauh lagi jika pengetahuan tersebut sering
proyek berikutnya. Pada tingkatan yang lebih tinggi, dan terus digunakan, dikembangkan dari waktu
aksi atau keputusan yang berupa tindakan inilah ke waktu, dan teruji melalui berbagai proyek akan
yang disebut pengetahuan atau “Knowledge”. Jadi memberikan tingkatan tertinggi pada Gambar 1
pengetahuan adalah informasi yang digunakan diatas. Tingkatan ini disebut “Wisdom”. Inilah
dalam bentuk tindakan/perbuatan atau lebih tingkatan yang harus dicapai. Inilah pula alasan
dikenal sebagai “Information in Action”. Dengan mengapa orang-orang berpengalaman selalu
kata lain, sebenarnya ilmu pengetahuan yang dicari untuk menangani dan memimpin proyek.
kita peroleh selama masa pendidikan lebih tepat “wisdom” yang dimiliki sangat membantu untuk
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 48

menyelesaikan proyek secara tepat waktu atau pemilik pengetahuan tacit tersebut. Pengetahuan
lebih cepat, biaya yang efisien sesuai anggaran, dan eksplisit dapat ditemukan dalam bentuk dokumen,
kualitas yang sesuai standar yang diharapkan. rekaman, database, video, dan “media sharing”/
berbagi lainnya. Pengetahuan yang sudah
didokumentasikan inilah yang harus dikelola
Pengetahuan Tacit dan Eksplisit
dengan baik agar tacit knowledge yang kritikal
Untuk memahami KM dengan baik perlu
menyebar dengan baik di dalam organisasi dan
mengerti terlebih dahulu makna dari Pengetahuan
keterbatasan organisasi pada tacit knowledge dapat
Tacit dan Eksplisit dan hubungannya dengan
dikurangi.
“Knowledge” sebagai Aset. Pengetahuan disebut
sebagai Aset karena pengetahuan mempunyai Lebih lanjut pengetahuan tacit akan dapat
nilai, dapat digunakan berulang kali, tapi dapat berkembang jika pengetahuan eksplisit juga ikut
juga hilang/kadaluwarsa. Pengetahuan tacit atau dikembangkan. Hal ini terkait dengan konsep
tacit knowledge adalah semua pengetahuan berfikir bahwa “Knowledge is power”. Dengan
dan wisdom yang dimiliki seseorang. Seperti menyimpan pengetahuan untuk diri sendiri,
dijelaskan sebelumnya, pengetahuan inilah yang seseorang merasa aman dengan perannya dan
menempatkan seseorang tersebut pada suatu merasa akan selalu diperlukan. Pada kenyataannya,
status tertentu. Semakin banyak pengetahuan dan individu yang menyimpan pengetahuannya
wisdom yang dimiliki, semakin tinggi statusnya, hanya sebagai pengetahuan tacit lama-kelamaan
baik di masyarakat maupun di organisasi. pengetahuannya tersebut akan semakin tertinggal
Pengetahuan ini berkembang mengikuti arah dan menjadi kadaluwarsa. Dengan berbagi
anak panah yang ada dibawahnya. Seseorang pengetahuan maka si pemilik pengetahuan akan
yang mempunyai pengetahuan tacit yang penting banyak menerima pertanyaan, klarifikasi, dan
dan banyak, secara alamiah akan menjadi orang pandangan baru yang membuat pengetahuannya
yang dicari dan diperlukan untuk menjadi nara semakin teruji. Pada era pengetahuan ini
sumber. Pengetahuan dan wisdom yang dimilikinya pengetahuan tacit yang berkembang adalah yang
diperlukan untuk menjadi bahan pertimbangan selalu diberikan ke individu lain untuk membuatnya
dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian semakin teruji dan berkembang. Namun
dapat dipahami bahwa pengetahuan tacit adalah kenyataannya tidak semudah itu. Banyak tantangan
aset bagi seseorang, yang dapat hilang bersamaan yang harus diatasi, terutama dari sisi individu yang
dengan menghilangnya orang yang memiliki memiliki pengetahuan dan wisdom tersebut.
pengetahuan ini misalnya berhenti dari pekerjaan,
Ada satu analogi yang menarik untuk
meninggal, dan sebagainya. Hal seperti ini sering
menjelaskan hubungan antara pengetahuan tacit
dan banyak terjadi di berbagai organisasi.
dan eksplisit ini. Hal ini terjadi pada para pendaki
Sekarang mari kita kihat apa yang dimaksud gunung. Untuk yang sudah pernah mendaki
dengan pengetahuan eksplisit (lihat Gambar 1 gunung pasti menyetujui bahwa turun gunung
dengan panah arah ke bawah) dan hubungannya jauh lebih cepat dibandingkan saat naik. Namun
dengan pengetahuan tacit. Pengetahuan eksplisit cepat ini tidak berarti mudah, tingkat kesulitannya
atau explicit knowledge adalah pengetahuan mungkin malah lebih tinggi dibandingkan naik
tacit yang sudah dituangkan dalam bentuk yang gunung. Bentuk piramida pada Gambar 1 diatas
dapat digunakan oleh orang lain tanpa kehadiran merepresentasikan dibutuhkan waktu yang
<< 49 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

cukup lama bagi seseorang untuk mempunyai menjadi struktur komponen KM seperti ditunjukkan
pengetahuan dan wisdom yang memiliki nilai pada Gambar 2 dibawah. Empat komponen tersebut
kritikal. Sebaliknya terjadi pada pengetahuan menjadi prasyarat suksesnya penerapan KM di
eksplisit. Berbagi pengetahuan dan wisdom dan organisasi manapun, termasuk di proyek.
menjadikannya sebagai informasi bagi orang lain
sebenarnya dapat dilakukan dengan cepat. Namun
1. People (Manusia)
kenyataannya sulit alias tidak mudah. Kesulitan
Semua proyek akan berjalan jika ada
muncul jika konsep berfikir bahwa “Knowledge
unsur manusia yang memiliki pengetahuan
is power” masih melekat pada individu pemilik
yang relevan untuk menggerakkannya. Dalam
pengetahuan tersebut. Hal inilah yang menjadi
penerapan KM di proyek, unsur manusia ini
tantangan dalam penerapan KM di organisasi
dikenal dengan istilah “People”. Manusia sebagai
manapun.
pemangku kepentingan terhadap pengetahuan
di proyek, merupakan komponen yang tidak
Komponen KM boleh dilupakan, khususnya dalam implementasi
Kegagalan dalam penerapan KM banyak terjadi KM. Selain sebagai sumberdaya utama yang
karena tidak lengkapnya komponen KM yang menjalankan Proyek, manusia jugalah yang meng-
harus dipenuhi. Ada yang beranggapan bahwa capture data, mengolahnya menjadi informasi,
dengan memiliki KM portal berarti implementasi mengaplikasikannya dan menjadikannya
KM sudah dilakukan. Ada juga yang merasa sudah pengetahuan dan pada akhirnya mengumpulkannya
menerapkan KM karena sudah ada kegiatan sebagai “wisdom”. Jadi sangatlah tidak tepat jika
knowledge sharing, bedah buku, atau buletin “people” dilupakan dalam proses implementasi
pengetahuan. Padahal KM jelas-jelas digerakkan KM di suatu proyek. Peran “people” dalam
oleh manusia-manusia yang menjadi stakeholder- implementasi KM jelas sangat penting.
nya. Dari semua kenyataan tersebut diatas, jika
Pertanyaannya adalah apa saja peran, tugas,
dipelajari secara seksama, akan didapat empat
dan tanggungjawab “people” dalam penerapan KM
komponen penting yang jika dirangkaikan tersusun
tersebut. Pertanyaan ini akan dapat dijawab tentu
saja jika kita mengetahui pemangku kepentingan
penerapan KM di proyek terkait. Pemangku
kepentingan penerapan KM secara umum adalah
People pimpinan proyek, initiator KM, pengelola KM,
pemilik pengetahuan, penerima pengetahuan,
pengembang teknologi KM, fasilitator proses KM,
dan sebagainya. yang pasti dalam proses KM harus
terjadi interaksi antar individu di organisasi untuk
Technology Process tersebarnya dan berkembangnya pengetahuan;
terdokumentasinya setiap pembelajaran yang
Governance terjadi di organisasi; dikelolanya dengan baik
semua dokumentasi pengetahuan yang berhasil
dieksplisitkan; dan mudahnya pengetahuan yang
Gambar 2: Komponen KM
diperlukan diperoleh untuk digunakan.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 50

Dari sudut pandang proyek, secara ringkas peran ditunjuk untuk memastikan dilakukannya
dan tanggung jawab pemangku kepentingan proyek dokumentasi knowledge sesuai standar yang
dalam penerapan KM dapat diuraikan sebagai berlaku dan mengelolanya agar mudah diakses
berikut: dan digunakan oleh yang memerlukan.
a. Pimpinan proyek atau Project Manager,
e. Subject Matter Expert (SME), personil proyek
mendukung penerapan KM termasuk terlibat
yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
dalam proses KM dan menyetujui alokasi
lebih tentang best practice dan lesson learned
sumber daya.
dari sebuah proyek yang sedang dijalankan,
b. Project KM manager, dapat dirangkap karena sebelumnya telah melaksanakan
oleh posisi senior tertentu di proyek, beberapa project yang serupa. SME bertugas
misalnya Project Control Manager. Berperan untuk memvalidasi keabsahan dokumentasi
menggerakkan kegiatan KM di proyek dan knowledge yang dihasilkan dari sebuah proses
memastikan bahwa pembelajaran selalu KM, dan harus selalu terbuka untuk menjawab
dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan pertanyaan dari anggota proyek sesuai
efisiensi proyek dari waktu ke waktu, termasuk pengalaman dan pengetahuannya. Dalam
identifikasi best practice dan lesson learned. project, SME biasanya di-hire sebagai tenaga ahli.
c. Project KM Team, adalah personil proyek yang
2. Process (Proses)
melakukan aktivitas KM di level operasional
Proses yang dimaksud disini adalah semua
yang terlibat langsung dalam semua proses
aktifitas atau kegiatan yang mengarah kepada
KM, berperan menyemangati personil
tercapainya tujuan implementasi KM. Bentuk
proyek lainnya untuk terlibat, dan pada saat
kegiatan ini harus tertanam (embedded) dalam
diperlukan mampu berjuga berperan sebagai
setiap proses bisnis suatu proyek karena tujuan
fasilitator proses KM.
penerapan KM harus selalu berkaitan langsung
d. Project KM Administrator, seseorang yang dengan tujuan bisnis suatu proyek. Gambar 3
menunjukkan implementasi proses KM sepanjang
fase-fase Proyek Migas.

Select and Define Stage Execute Stage Operate Stage

Project Sanction Project Start Up

Learning Before Learning During Learning After

Gambar 3: KM Proses dalam pelaksanaan Proyek Migas


<< 51 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman


praktikal mereka yang relevan pada proyek sejenis
sebelumnya dengan memberikan rekomendasi,
opsi, masukan, dan atau arahan. Rekomendasi
yang diberikan dapat dalam bentuk pengetahuan
tacit maupun eksplisit. Namun tetap tidak ada
kewajiban dari anggota tim proyek untuk menerima
sepenuhnya yang disampaikan pihak luar tersebut,
melainkan sebagai input yang berharga.
Peran fasilitator ikut menentukan kualitas hasil
meeting ini. Khususnya jika budaya belajar dari
orang lain belum menjadi kebiasaan anggota tim
Gambar 4: Proses Pembelajaran KM proyek. Keterbukaan merupakan salah satu kunci
sukses sesi LB ini. Harus dipastikan ada anggota
tim proyek yang melakukan pencatatan detil,
Learning Before (lB) mengarsipkan bahan presentasi dan hasilnya, dan
LB adalah proses memanfaatkan pengetahuan mencatat hal-hal penting selama sesi feedback.
pada fase awal Proyek, umumnya pada tahapan Secara umum kegiatan LB biasa disebut sebagai
Select (Conceptual Engineering) dan Define (FEED). “Peer Assist” atau “Peer Review”.
Dengan format diskusi dan “sharing”, tim proyek Pada Proyek-proyek Migas dengan skala besar,
mengundang sejumlah pihak diluar tim yang “Peer Review” merupakan bagian dari proses
mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang “assurance” yang dilakukan oleh Manajemen dari
relevan untuk membicarakan aspek-aspek penting kantor pusat pada setiap akhir fase Proyek misalnya
terkait proyek yang akan dikerjakan. Tujuan dari dari fase Select menuju Define, fase Define menuju
“Learning Before” adalah memanfaatkan “best Execute dan seterusnya. Kegiatan ini biasanya
practice” atau “lessons learnt” yang relevan bagi juga telah mempunyai tujuan dan agenda baku,
Proyek agar dapat selesai tepat waktu atau lebih misalnya PHSSER (Project HSSE Review), HAzOP,
cepat, dengan biaya sesuai anggaran atau lebih HAzID, dan sebagainya.
murah, dan kualitas yang diinginkan atau semakin
meningkat. learning during (ld)
Diskusi dan sharing pengalaman LB dapat Merupakan “short focused meeting”, yang
berlangsung selama beberapa jam atau beberapa dilakukan oleh project team untuk mengidentifikasi
kali, tergantung skala proyeknya. Tujuannya harus pembelajaran dari waktu ke waktu selama fase
jelas, misalnya identifikasi risiko dan mitigasi, eksekusi proyek. LD dapat dilakukan setiap
menekan biaya hingga 20%, mempercepat hari atau sekali seminggu. Pembelajaran atau
selesainya proyek, dan sebagainya yang serupa. pengetahuan baru yang diperoleh diharapkan
Anggota tim proyek mengungkapkan tujuan, dapat memperbaiki kinerja project tim secara
rencana, isu, peluang, tantangan dan lain berkesinambungan (continuous improvement).
sebagainya terkait proyek mereka. Adapun Dengan proses ini pengetahuan Proyek
peran dari pihak luar yang diundang adalah selama fase eksekusi yang relevan dapat langsung
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 52

ditangkap dan dieksplisitkan. Dapat juga langsung kepada subject matter experts (SME) 1 untuk
disampaikan kepada kelompok kerja berikutnya melakukan validasi dari hasil pembelajaran dan
atau sebagai masukan bagi kegiatan keesokan memastikan pembelajaran sesuai teori/aplikasi
harinya. Dengan demikian jika ada koreksi yang yang benar. Fungsi lain SME ialah memastikan
harus dilakukan dapat segera dilakukan. Pada pembelajaran di database selalu ter-update dan
proses ini dibangun “collective knowledge” yang tidak “obsolete”. Dalam menjalankan fungsi ini,
bermanfaat untuk memperbaiki kinerja dari waktu SME bekerja sama dengan document control untuk
ke waktu. memuat pembelajaran Proyek dalam document
LD ini menjadi krusial untuk dilakukan saat management system atau knowledge management
proyek menyimpang dari yang diharapkan atau database dan kemudian didiskusikan di dalam
ada hal baru yang sedang coba diterapkan atau “Community of Practice” (COP), jika ada. Secara
team menemukan hambatan/masalah baru. Sangat umum kegiatan LD biasa disebut sebagai “Ater
disarankan untuk dilakukan pada proyek yang Action Review (AAR)”.
memiliki nilai investasi tinggi dan atau memiliki
risiko tinggi. Dalam prosesnya semua anggota Learning Ater (lA)
tim boleh hadir dan semuanya mempunyai hak Saat eksekusi proyek telah selesai dilaksanakan
bersuara yang sama. Hirarki tidak berlaku agar , proyek telah melalui kegiatan commissioning, start
semua masalah dapat dibawa ke permukaan. Sama up dan telah diserahkan kepada Tim Operations,
halnya dengan LB, fasilitator juga menjadi salah inilah saat yang tepat untuk melakukan LA. Ini
satu kunci suksesnya sesi-sesi LD. adalah proses mendapatkan refleksi terhadap
Selama berlangsungnya sesi LD, beberapa semua kinerja proyek sejak awal hingga akhir untuk
pertanyaan berikut ini dapat digunakan sebagai mengidentifikasi pembelajaran yang dapat ditarik.
pertanyaan standar: Pembelajaran ini berguna sebagai acuan atau
pembanding saat akan mengerjakan proyek serupa
• Apa yang seharusnya terjadi?
di masa datang.
• Apa yang kenyataannya terjadi? Dengan melakukan LA sebagai bagian proses
• Mengapa terjadi perbedaan? KM, tim Proyek dapat memastikan bahwa
“organizational learning” telah berlangsung.
• Apa pembelajaran yang telah diperoleh? Organisasi Proyek harus belajar bersama dari
pengalaman sebelum dan selama fase eksekusi
• Apa yang akan dilakukan terhadap
Proyek dan kemudian mengeksplisitkannya
pembelajaran ini? Ini tentang action untuk
dalam bentuk pengetahuan tertulis. Selain itu,
perbaikan.
melalui proses LA ini, dapat secara tanpa disadari
Semua pembelajaran dan detil yang terjadi ditemukannya pengetahuan baru hasil interaksi
selama sesi LD harus juga dicatat seperti halnya selama sesi berlangsung.
pada LB. Penggunaan logbook disarankan Untuk keperluan proyek yang akan datang, hasil
sebagai sarananya sehingga perkembangan dari sesi LA ini diharapkan dapat mencegah terjadinya
waktu ke waktu dapat dilihat kembali dengan
1 SME, subject matter expert, adalah individu yang memi-
mudah. Pembelajaran penting harus diteruskan liki pengetahuan yang mendalam di bidang tertentu dan
menjadi rujukan terkait pengetahuan yang dimilikinya
tersebut, dikenal juga dengan istiah tim ahli.
<< 53 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

“reinventing the wheel” dan atau mengulangi membandingkannya terhadap hasil yang diperoleh.
kesalahan yang sama. Selain itu juga tentunya Pertanyaan yang harus dijawab antara lain adalah
dapat memperbaiki hubungan kerja untuk menjadi apakah hasil telah memenuhi harapan, apakah
lebih efektif dan mencegah terlupakannya hal- sesuai anggaran, apakah deadline tercapai, apakah
hal yang dianggap remeh ternyata penting untuk kualitas terpenuhi, apa saja yang terjadi selama
suksesnya proyek. proyek berlangsung, dan lain sebagainya.
Pada puncaknya, yang diharapkan dengan Facilitator juga menanyakan apa saja yang
melakukan sesi LA ini, organisasi dapat menekan berlangsung baik dalam konteks “delivering
ketergantungan proyek hanya pada pengetahuan objectives”, dan bagaimana sukses-sukses yang
tacit seseorang. Kasus ketergantungan telah dicapai dapat diulang lagi di proyek lainnya.
pengetahuan pada seseorang sudah banyak terjadi Tentu saja tidak lupa apa saja yang dapat dilakukan
di berbagai organisasi proyek. Ancaman kehilangan lebih baik dan bagaimana agar ketidakpuasan atas
pengetahuan proyek karena hilangnya anggota tim suatu hasil atau proses dapat diperbaiki. Pada
proyek masih banyak terjadi. akhirnya fasilitator harus mengarahkan sesi ini
Sesi LA ini melibatkan semua pemangku agar menghasilkan “actionable recommendations”
kepentingan internal proyek dan difasilitasi oleh yang spesifik untuk masa mendatang. Proses yang
seseorang fasilitator yang berpengalaman dari digunakan untuk mendapatkan masukan secara
pihak di luar organisasi tim proyek. Individu yang langsung dapat berupa diskusi, brainstorming,
paling penting hadir adalah tim inti dari proyek atau secara tidak langsung dengan menggunakan
manajemen. waktu pelaksanaan sesi tergantung “post-it notes”. Sesi ini akan lebih bagus lagi jika
pada kompleksitas proyek, bisa 1-2 jam atau satu semua pesertanya memberikan rating terhadap
hari penuh. proyek yang baru saja diselesaikan dalam skala
1 - 10 (rendah ke tinggi). Jika hasilnya kurang dari
LA dimulai dengan meninjau ulang obyektif
10 maka setiap peserta diminta untuk memberikan
Proyek, deliverables dan metriknya dengan
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 54

masukan tentang hal apa yang dapat membuat Kemampuan mengintegrasikan semua aplikasi
ratingnya menjadi 10. Tentu saja semua proses teknologi yang ada di organisasi untuk mendukung
diatas harus didokumentasikan dengan baik agar suksesnya KM perlu dimiliki. Perkembangan
dapat digunakan sebagai referensi oleh yang teknologi yang sangat pesat seyogyanya membantu
memerlukan nantinya. Kerahasiaan dokumentasi memudahkan pengelolaan pengetahuan eksplisit
tetap selalu harus diperhatikan. Secara umum di organisasi. Jangan sampai organisasi memiliki
kegiatan LA di organisasi tertentu biasa disebut demikian banyak aplikasi namun tidak memberi
sebagai “Retrospect”. manfaat maksimal.
Contoh “enabler” yang diterapkan pada Proyek
3. Technology (teknologi) Migas adalah database “lessons learned” dalam
“Enabler”, adalah kata yang paling tepat untuk bentuk “ofline” (share drive) maupun “online”
menggambarkan fungsi komponen ini. Teknologi (website). Selain itu, banyak perusahaan saat ini
menjadi alat untuk membuat semua individu di juga sudah mempunyai wikipage internal yang
organisasi mampu mendayagunakan pengetahuan dapat diakses seluruh karyawan perusahaan
mereka secara maksimal untuk kepentingan sebagai database yang selalu terupdate dan sudah
organisasi. Teknologi harus mampu memberi diverifikasi oleh para SME.
fasilitas untuk semua pemangku kepentingan KM “Enabler” lain yang tidak kalah pentingnya
dalam menjadikan pengetahuan di organisasi adalah forum diskusi online yang dipandu oleh SME
berfungsi untuk mendukung tercapainya tujuan atau “lead” dari CoP dengan subyek yang spesifik
organisasi. seperti “Benchmarking”, “Cost Estimating”, “Control
Teknologi akan memberi manfaat maksimal of work” dan lain sebagainya.
jika didukung dengan antusiasme dan kedisplinan
individu dalam organisasi untuk memanfaatkan 4. Governance (tata Kelola)
teknologi yang tersedia dan telah diselaraskan “Governance” atau Tatakelola merupakan
dengan proses KM yang diterapkan. Desain komponen keempat dalam proses suksesnya
“enabler” tersebut harus dibuat seramah mungkin implementasi KM di suatu organisasi, termasuk
(user friendly), intuitif, mudah untuk menemukan pada suatu proyek. Tanpa tata kelola yang
pengetahuan yang diperlukan, dan kriteria lainnya solid, sulit bagi organisasi atau proyek untuk
yang menjadikannya bermanfaat untuk organisasi. dapat menerapkan KM secara konsisten dan
<< 55 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

berkesinambungan. Pada tata kelola diformulasikan


secara jelas harapan (expectations) terhadap KM, TEnTanG PEnulIs
“reward and punishment” terhadap kinerja KM,
tolak ukur suksesnya KM, dan dukungan dari
semua pemangku kepentingan, terutama top
management.
Agar KM tertanam dengan baik di semua
proses bisnis, tingkat ekspektasi korporasi perlu
dideskripsikan dan diekspresikan sebagai standar
dan kebijakan korporasi. Ekspektasi tersebut
dituangkan sebagai bagian dari KM Framework
atau KM Plan. Didalamnya juga tertuang jelas apa
yang boleh dan tidak boleh dalam penerapan KM di
sapta Yadi
Telah berkarir selama lebih dari 25
proyek. Termasuk juga turunan visi, misi, dan values
(dua puluh lima) tahun di bidang industri
korporasi yang akan mendorong implementasi KM
pertambangan, minyak dan gas bumi, Sapta
secara kuat.
yadi memiliki pengalaman profesional di
“Reward and punishment” menjadi penting berbagai perusahaan diantaranya ARCO
karena akan mampu menjawab pertanyaan “what’s Indonesia, Rio Tinto, KPC, Barito Pacific, Medco
in it for me” dari penerapan KM. Ini adalah suatu Energi, Donggi Senoro LNG dimana sebagian
hal yang wajar dan selalu menjadi pertanyaan besar merupakan posisi eksekutif yang
individu saat diminta untuk mendukung suksesnya terkait dengan Human Resources dan General
suatu program di proyek. Deskripsi “reward and Administration. Sejak 5 (lima) tahun terakhir
punishment” harus disusun sejalan dengan strategi beliau berkarir terutama sebagai konsultan
manajemen SDM di proyek. serta pengajar dan asesor untuk berbagai klien
Tolok ukur atau biasa juga disebut metrik di dalam dan luar negeri.
perlu dibuat agar proyek mampu mengukur Selain gelar Insinyur dari Teknik Industri ITB
sejauh mana penerapan KM telah berlangsung tahun 1978, beliau juga mendapatkan Master
dan apa dampak positifnya terhadap tujuan bisnis di bidang Human Resources Management dari
proyek. Pengukuran metrik dilakukan dengan Rutgers University, New Jersey, pada tahun
menggunakan base-line parameter yang diperoleh 1999.
saat KM akan diterapkan.
Dan yang tidak kalah penting tentunya adalah
dukungan dari Pimpinan Proyek. Dukungan ini
sangat diperlukan untuk memastikan bahwa
sumber daya yang diperlukan akan tersedia,
adanya keselarasan dengan tujuan bisnis, dan jelas
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 56

REVERSE ENGINEERING OIL COOLER


PLTU BUKIT ASAM DENGAN
MENERAPKAN METODE KERN
DAPAt MENINGKAtKAN KAPASItAS
PENDINGINAN 34,43% DAN BIAyA
49,47% DARI oEM
yogi Sirodz Gaos, Candra Damis widiawati, Mamat Rahmat, Nunus Subardiyono
Corresponding Author : yogisirodz@kalorindo.co.id

abstract
Shell and tube heat exchanger is the most common type that used
in power plant system, mining, industry and other section. In this type,
oil flows in one pass inside shell and water crosses two pass inside
tube (two pass heat exchanger). Oil behaves as a hot fluid while the
water serves as cold fluid. Efectiveness of heat transfer in the system
is influenced by surface area and pressure drop. Optimum surface area
of the shell and tube was studied by using Kern method. The result
from this optimization method is the inside shell diameter is changed
to 420 mm, outer tube diameter is 13 mm with a thickness of 1.2
mm by 412 pieces. This calculation is obtained by assuming the heat
exchanger cooling capacity of 506.9 kw. The performance test of the
heat exchanger at 62.3 Mw shows 38oC/44oC water in/out, 62oC/47.7oC
oil in/out, oil flow rate of 13.41 kg/s and log mean temperature
diference of 13.28 oC. And the proven system was installed in PLTU
Bukit Asam. By applying this method the user has obtained the benefit
in terms of the following items: higher performance, longer time
between overhaul, lower cost, atersales service, increase of local
content, extended warranty period.

Keywords: OEM, reverse engineering, shell and tube, heat exchanger,


surface area, pressure drop.
<< 57 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

BaB I luas permukaan sentuh dan pressure drop yang


PEndaHuluan diizinkan. Optimasi kinerja fluida dan dimensi
Alat penukar kalor (Heat Exchanger) adalah ditentukan dengan menggunakan metode Kern.
alat yang berfungsi untuk menghantarkan panas
(konduksi dan konveksi) dari medium panas ke BaB II
medium dingin melalui permukaan solid. Pada jenis PEndEKaTan TEorITIs
cangkang dan pipa (shell and tube) perpindahan Secara garis besar, optimasi kinerja fluida
panas terjadi di permukaan pipa dimana medium dan dimensi alat penukar kalor dikembangkan
yang cenderung korosif mengalir di dalam pipa. berdasarkan metode Kern yang menggunakan
Dua hal yang sangat mempengaruhi kinerja prinsip keseimbangan energi, yaitu energi panas
alat penukar kalor adalah kinerja fluida dan yang dilepas sama dengan energi panas yang
dimensi. Kinerja fluida meliputi perpindahan diserap. Persamaan-persamaan yang berkaitan
panas menyeluruh, sedangkan dimensi meliputi adalah sebagai berikut:


   
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 58            
           
        
    
        
Nutkt    
hi  d            (10)
 i  ……………………………………………………
        
       
 
Kesetimbangan Energi    L N   t t 2

PTube  4  ft     4  N p    p

     di    2 …………………… (11)
    
  
   
    
Shell Side    
Tube Side  
Shell Side    
 
  P 2 3   
d 2 
 4 t  o  
 4
De     8 (12)
  d o 
 2  ………………………………………
Kesetimbangan Energi   

 

 T   c     Pt …………………
Qhot  T ..................................................................................
(1) PR P

 m   
     .   do (13)

p


     
 T Qcold   m 
 c p  
 (2)  P
P
T ...............................................................................................(2)
    CL Ao ( PR ) 2 d o
    Ds  0 . 637

U  
 A 
 
T .    CTP L ………………………………… (14)
Q .....................................................      
   LMTD (3)    
     
  
  ms  De  ……………………………………………
      
     ro  Re 
s   
 ro ln  
  As   s  (15)
  1  1  1 d o   ri 
      
     k  
U ho hi d i k  0.36
ho   s Re  0.55 Pr 1 / 3
(4)
......................................
D  s  s ………………..……………………
 e   (16)
Tube Side    
    


 di 2 ………………………………………………………………………(5)  D0s .36k  
Ac   As  CB ……………………………….……………………

 4 (5) Pt (17)

 f  G 2  D  N  1) 

Ao  do N L
N L ……………………………………………………………………..(6)
(6)  Ps  s  s   B 0.14 
36k
      …………………………………
t
  

 
L
L
 L   2    De   b 
      w  

 v d      
(18)
Re t 
 

t v t d
d i …………………………………………………………………….(7)    

   t d
d
(7)       
             
  Data input  yang 
 diperlukan    adalah suhu dan
         
 1.58 ln Ret   3.28   fluida,

  kedua 
f     trial and error


2
laju aliran masa


  
 
…………………………………………………………(8)
…………………………………………………………(8)
(8)
dimensi,
 kemudian
     

dilakukan

  proses perhitungan
       
    pipa  dan cangkang. Jika

turbulentnt kecepatan fluida dalam


        
Nut 
 f / 2 Ret Prt kecepatanfluida   dan  
 kebutuhan 
pembuangan kalor

   
12.7 f / 2 Pr t  1     

 1.07   
1/ 2 2 / 3 terpenuhi, dilanjutkan dengan perhitungan kinerja

   

(9)
    ……………………………………...……(9)
yang meliputi perpindahan panas menyeluruh (U),
 
    
<< 59 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Metode optimasi Kern pada penelitian ini perubahan suhu logaritmik (ΔTLMTD),
menggunakan prinsip trial and eror. Secara garis kemampuan perpindahan panas
besar dapat dilihat pada diagram alir berikut ini : (QREJECTION), kalor yang dibuang
fluida panas (QHOT), dan kalor yang
diserap fluida dingin (QCOLD). Namun
Input
1. Laju aliran masa jika kecepatan fluida di dalam pipa
2. Suhu masuk atau keluar
3. Heat rejection dan cangkang tidak terpenuhi,
maka dilakukan lagi trial and error
dimensi alat penukar kalor.
Dimensi alat penukar kalor Untuk menyederhanakan proses
(trial and eror)
perhitungan kinerja Oil Cooler
tersebut, dibuat konversi dari
pemodelan matematika ke bahasa
program dengan mengunakan
Kalkulasi bantuan pemrograman Visual Basic,
Pass in tube
* 1 pass , 0.3 ≤ vt ≤ 0.9 m/s NO seperti yang ditunjukkan diagram
* 2, 4 pass, 1 ≤ vt ≤ 3 m/s
* Qrejection= Qhot = Qcold alir dibawah ini :

BaB III
YES
HasIl dan PEMBaHasan
Hasil Alat penukar kalor yang
1. U
2. ΔTLMTD terpasang di PLTU Bukit Asam,
3. Q REJECTION
Sumatera Selatan, berjenis
4. Q HOT
5. Q COLD cangkang dan pipa, dimana
6. NTU
7. Effectiveness cangkang hanya memiliki satu
8. Exergitic efficiency aliran sedangkan pipa memiliki dua
aliran (two pass heat exchanger). Air
Gambar 1: Diagram alir perancangan dengan metode Kern. mengalir melalui pipa, sedangkan
oli mengalir dalam cangkang,
dengan dimensi 420mm diameter
dalam cangkang, diameter luar
pipa 13mm, tebal pipa 1.2mm,
panjang pipa 3556mm , dan jumlah
(ΔT pipa 412. Dari hasil perhitungan
performance dan dimensi oil cooler
dengan dibantu program yang
sederhana , sebagai berikut :
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 60

Start

Input screen

Input:
1. Fluida inside tube (tit,tot,mt)
2. Fluida inside shell (tit,tot,mt)
3. Jenis konstruksi (do,di,Nt,B,CTP,C,CL,k,pt)
4. Suhu lingkungan (ten)

No
(Warning message box )
Data out of range?
1. Fluda inside tube
2. Fluida inside shell

Yes

Properti fluida
1. Spesifik heat (Cpt,Cps)
Re-input
2. Density (rhot,rhos)
Re-input
3. Thermal conductivity (kt,ks)
4. Dynamic viscosity (mut,mus)
5. Prandtl Number (prt,prs)

Output process

Ds = 0.637 * ((CL * Ao * PR ^ 2 * do) / (CTP * L)) ^ 0.5


As = (Ds * C * B) / Pt: Gs = ms / As
De = ((4 * 0.25 * Pt ^ 2 * 3 ^ 0.5) - (4 * 0.125 * 3.14 * do ^ 2)) / (0.5 * 3.14 * do)
Ret = (rhot * vt * di) / mut:ft = (1.58 * Log(Ret) - 3.28) ^ -2
Nut = (ft * 0.5 * Ret * prt) / (1.07 + (12.7 * ((0.5 * ft) ^ 0.5) * (prt^ (2 / 3) - 1)))
hi = (Nut * kt) / di:Res = (ms / As) * (De / mus):f = Exp(0.576 - (0.19 * Log(Res)))
ho = (0.36 * ks* Res * 0.55 * (prs ^ 0.33)) / De:ro = 0.5 * do:ri = 0.5 * di:
osp = (mus / muw) ^ 0.14:delP = ((f * Gs ^ 2 * Ds * NB1) / (2 * rhos * De * kosp)) / 100000
Ten = 303:Exc1 = mt * cpout(1) * (tit - Ten - (Ten * Log(tit / Ten))) / 1000
Exc2 = mt * cpout(2) * (tot - Ten - (Ten * Log(tot / Ten))) / 1000
Exh2 = ms * cpout(4) * (tos - Ten - (Ten * Log(tos / Ten))) / 1000
Exh1 = ms * cpout(3) * (tis - Ten - (Ten * Log(tis / Ten))) / 1000
dExc = (Exc2 - Exc1:dExh = Exh1 - Exh2:Efs = (Exh1 - (dExh - dExc)) / Exh1)*100%

Output screen To printer/customer

Hasil /output Print form


1. U = ((1 / ho) + ((1 / hi) * (do / di)) + (Ro * Log(Ro /Rri) / k)) 1. Property fluida inside tube
2. Δ Tlmd = ((tos - tit) - (tis - tot)) / (Log((tos - tit) / (tis - tot))) 2. Property fluida inside shell
3. Qapk = u * Tlmd * Ao 3. Property kontruksi
4. Qhot = mtoli * cptoli * (tot - tit) 4. Data costumer
5. Qcold = msair * cpsair * (tis - tos)
6. Effectivenesss = (Exh1 - (dExh - dExc)) / Exh1
7.NTU = (log((1-ɛ*c)/(1-ɛ)))/1-c
8.Exergitic efficiency= ((Exh*ms)in-dExh-dExc)/(Exh*ms)in

End

Gambar 2: Diagram alir pemrograman


<< 61 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

TaMPIlan ProGraM Alat penukar kalor disusun secara pararel,


PErHITunGan PErForMansI HEaT sehingga masing-masing mampu bekerja secara
EXCHanGEr independen. Hal ini dilakukan untuk memenuhi

Input Screen
Gambar 3: Diagram masukan program
perhitungan performansi
Print Form to Costumer
Gambar 5: Diagram tampiran untuk kastamer program
perhitungan performansi

tingkat keandalan maksimum dengan desain 2 x


100% kapasitas dan dengan mengurangi laju aliran
masa sehingga pressure drop di sisi oli rendah. Suhu
air masuk 40oC dan keluar 44oC, sedangkan suhu oli
masuk 62oC dan suhu oli keluar 50oC. Berdasarkan
data rancangan kinerja alat penukar kalor sebagai
berikut:
• kapasitas pendinginan alat penukar kalor
506.9 kw

• perubahan suhu 13.28oC

• perpindahan panas menyeluruh 638.4 w/m2K

Output Screen • kecepatan air 1.28 m/s

Gambar 4: Diagram keluaran program • aliran air turbulen dengan bilangan Reynold
perhitungan performansi
19404.07
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 62

Skema alat penukar kalor tersaji pada gambar berikut :

Gambar 6 Skema alat penukar kalor.

• aliran oli laminer dengan bilangan Reynold


dari pembukaan katup air yang hanya sekitar 30-
89.60
45% untuk beban operasional antara 20-62 Mw.
• pressure drop inside shell (oli) 0.037 bar Pada pembukaan katup yang kurang dari 100%
menunjukkan laju masa air yang dibutuhkan
• efectiveness 18.87%, NTU 21.51%
oleh sistem alat penukar kalor hanya 30-45% dari
• efesiensi eksergi 76.41%. data rancangan. Peningkatan kinerja aktual ini
Maka dilakukan pengukuran-pengukuran disebabkan oleh 1) jarak yang kosong antara pipa
parameter tersebut pada komisioning yang diperbesar sehingga pindah panas aktual di sisi oli
dilakukan tanggal 28 Pebruari 2008 selama 27 jam lebih besar daripada rancangan 2) suhu air lebih
secara kontinu, dimana dilakukan pengukuran suhu panas 2oC (40oC) sehingga ΔTLMTD meningkat dari
secara periodik dan pengaturan pembukaan katup (13.28oC menjadi 14.44oC).
air. Data komisioning alat penukar kalor tersaji pada Kedua faktor ini menyebabkan kapasitas
Gambar 3. dan perbandingan kinerja aktual desain pendinginan aktual lebih besar dari 506.9 kw. Hal
original dengan desain reverse tersaji pada Tabel 1. ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya
Berdasarkan grafik kinerja komisioning oil over heating saat beban operasional berlebih
cooler, kinerja aktual alat penukar kalor lebih akibat faktor pengotoran pipa dan kenaikan beban
baik dibandingkan data rancangan. Hal ini terlihat gesekan poros turbin.
<< 63 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Sedangkan desain reverse mampu menurunkan


suhu oli dari 61.2 oC menjadi 47.7 oC pada beban
62.33 Mw dengan harga 49.47% dari OEM. Secara
umum peningkatan kinerja alat penukar kalor
disebabkan oleh perubahan kinerja fluida dan
perluasan permukaan sentuh. Dengan demikian
desain reserve mampu meningkatkan kapasitas
pendinginan dengan harga yang lebih rendah dari
OEM.
DAFtAR NotASI
Gambar 7.Data Grafik kinerja komisioning oil cooler

∆P : Headloss (bar)
Desain original berdimensi sebagai berikut
: diameter dalam cangkang 390 mm, diameter
∆T : Perubahan suhu (oC)
luar pipa 16mm, tebal pipa 1.2mm, panjang pipa
3556mm , dan jumlah pipa 255 batang. Kapasitas ∆TLMTD : Log perubahan suhu (oC)
pendingin 377.08 kw hanya mampu menurunkan
Viscositas pada suhu rata-rata oli
suhu oli dari 62oC menjadi 50oC pada beban 50 Mw µb :
(kg/m s)
dengan bukaan katup 100%. Sedangkan desain
µw : Viscositas pada suhu film (kg/m s)
reserve berkapasitas panas 506.9 kw mampu
menurunkan suhu oli dari 62oC menjadi 47.7oC
A : Luas permukaan sentuh (m2)
pada beban 62.33 Mw dengan bukaan katup 45%.
Gambar 7. menunjukkan secara jelas bahwa suhu cp : Kalor jenis (J/kgoC)
oli dapat dikontrol dengan laju aliran air dalam pipa
melalui besarnya bukaan katup air. De : Diameter equivalent (m)

Peningkatan kapasitas pendinginan sebesar


di : Diameter dalam pipa (m)
34.43 % terjadi karena perubahan dimensi yang
secara langsung meningkatkan kinerja alat penukar do : Diameter luar pipa (m)
kalor seiring dengan perubahan parameter desain.
Perbandingan optimasi perhitungan desain original Ds : Diameter cangkang (m)
dengan desain reserve dapat dilihat pada Tabel 2.
f : Friction factor

Gs : Laju masa per luas (kg/m2 s)


BaB Iv
KEsIMPulan Koefisien pindah panas di sisi pipa
hi :
(w/m2 oC)
Reverse engineering pada oil-cooler shell and
Koefisien pindah panas di sisi
tube mampu meningkatkan kapasitas pendinginan ho :
cangkang (w/m2 oC)
sebesar 34.43% dari desain original 377.08 kw
menjadi 506.9 kw. Desain original pada beban 50 k : Konduktivitas pipa (w/m oC)
Mw hanya mampu menurunkan suhu oli dari 61.2
o
m : laju masa (kg/s)
C menjadi 52oC dengan harga 100% dari OEM.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 64

Keterangan OC original OC reverse engineering


Beban (Mw) 50 62.33
o
To oil ( C) 52 47.7
Pembukaan katup air 100% 45%
Cooling capacity (kw) 377.08 506.9 (up to 34.43%)
Harga berdasarkan OEM 49.47% from OEM

tabel 1: Perbandingan kinerja aktual

tabel 2: Optimasi perhitungan desain original dengan desain reserve

Nb : Jumlah bafle Tc,o : Suhu air keluar (oC)

Q : Kalor (kw) Th,i : Suhu oli masuk (oC)

ri : Jari-jari dalam pipa (m) Th,o : Suhu oli keluar (oC)

ro : Jari-jari luar pipa (m) U : Pindah panas total (w/m2 oC)

Tc,i : Suhu air masuk (oC) ρ : massa jenis (kg/m3)


<< 65 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

daFTar PusTaKa
Tentang Penulis
Bejan A, Tsatsaronis G, Moran M. 1996. Thermal
design and 0ptimazation. New york: John willey Dr. H. yogi Sirodz Gaos, Ir. Mt.
& Son, Inc. Kandidat Profesor – Universitas Ibnu Khaldun
Boehm, R.F. 1987. Design of Analysis of Thermal
Beliau memiliki
System. New york: John wiley & Sons. pengalaman lebih dari
Bird RB, Stewart wE, Lightfoot EN. 1994. Transport 30 (tiga puluh) tahun di
phenomena. Singapore: John willey & Son Inc. bidang rekayasa, desain
dan manufaktur. Setelah
Cengel yA. 2003. Heat transfer a practical approach.
lulus dan mendapatkan
Second Edition. Singapore: Mc Graw Hill.
gelar Insinyur di bidang
Cengel yA, Boles MA. 2006. Thermodynamics an Teknik Mesin dari Institut
engineering approach. Fith Edition in SI Unit. Teknologi Bandung (ITB)
Singapore: Mc Graw Hill. pada tahun 1980, beliau
Moran JM, Shapiro NH. 1988. Fundamental of juga mendapatkan gelar Magister Teknik dari
Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2002 dan
Engineering Thermodynamics. New york: John
gelar Doktor dari Institut Pertanian Bogor (IPB)
willey & Son, Inc.
pada tahun 2008.
Perry Robert H. & Chilton Cecil H.1973.Chemical
Saat ini sehari-hari beliau aktif sebagai
Engineers Handbooks. McGraw-Hill Kogakusha, salah satu anggota Senat sekaligus sebagai
Ltd, Tokyo. pengajar Fakultas Teknik di Universitas Ibnu
Stocker wF. 1989. Design of thermal system. New Khaldun Bogor.
york. McGraw-Hill, Inc. Selain berkarir di bidang akademik, beliau
juga aktif dalam berbagai kegiatan wiraswasta
Suresh MVJJ, Reddy KS, Ajit Komar Kolar. 2006.
mengembangkan inovasi-inovasi di bidang
Energy and Exergy based Thermodynamics
rekayasa dan desain. Selain aktif menjalankan
Analysis of 62.5 MW Coal-Based Thermal
usaha di PT Intan Prima Kalorindo yang fokus
Power Plants – A Case Study. Indian Institut of utamanya bergerak di bidang rekayasa oil
Technology Madras Chenai, India. and gas cooler, tercatat beliau juga pernah
Suryanarayana NV, Arici Oner. 2003. Design and aktif di PT Basuh Power Elektrik serta
simulation of thermal system. New Ork: Mc Graw- terlibat di berbagai kegiatan pengembangan
Hill Higher Education teknopreneur.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 66

KAJIAN KONSEPTUAL
PENGEMBANGAN LAPANGAN “XYZ”
DI RESERvoIR yANG KECIl
DAN BERPENCAR
Hanto yananto, Conceptual Engineer PHE ONwJ

abstract:
Saat ini terdapat banyak lapangan Minyak dan Gas Bumi di Indonesia terutama yang berada
di lepas pantai yang belum di eksplorasi dan diproduksi. Hal ini salah satunya dikarenakan
belum ekonomis untuk dikembangkan. Tidak adanya studi secara menyeluruh terhadap potensi
pengembangan seluruh reservoir dalam suatu wilayah kerja juga memberikan kontribusi terhadap
tingginya biaya pengembangan. Lapangan migas “Xyz” akan menjadi object penelitian dengan titik
berat konsep pengembangan di Fasilitas Permukaannya. Beberapa tantangan yang harus dihadapi
untuk pengembangan lapangan ini, diantaranya adalah lapangan “Xyz” ini terdiri dari beberapa
reservoir yang kecil-kecil dan berpencar. Lokasinya di laut dangkal dan berada di area eksport kapal
tanker untuk pengapalan minyak dan bahan kimia lain. Pengembangan lapangan ini juga menjadi
kompleks karena bergantung ke fasilitas yang sudah ada.

Key words: Lapangan minyak, eksplorasi, rencana pengembangan, optimisasi.


<< 67 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Pendahuluan dapat diukur secara ketat. Sebaliknya, proses


Pemilihan konsep yang benar untuk konsep juga berkaitan dengan isu-isu “lunak”
memproduksi minyak dan gas bumi di lapangan seperti pemerintah dan peraturan mandat, standar
lepas pantai dapat memiliki dampak besar pada perusahaan, dan persyaratan atau bias dari
keberhasilan proyek. Mengingat dampaknya yang pengalaman masa lalu yang dapat memainkan
besar, maka fase konseptual perlu diteliti secara peran utama dalam pengambilan keputusan.
menyeluruh. Ini akhirnya menjadi batu loncatan Gambar 1.Lapangan XYZ
untuk desain front end engineering (FEED), desain
rinci, dan fase eksekusi yang mengikuti dan Metodologi
memungkinkan konsep menjadi kenyataan. Diagram alir secara umum untuk membuat
konsep pengembangan lapangan migas lepas
Fase konseptual Sebuah proyek adalah fase
pantai dapat dilihat dalam gambar 2.
yang terdiri dari tahapan-tahapan yang akhirnya
mengarah pada solusi terbaik agar sesuai parameter (Society of Petroleum Engineers (SPE), 2011)
proyek yang sudah umum. Proses pengembangan Sedangkan diagram alir studi pengembangan
konsep bisa pendek atau berkelanjutan, tergantung lapangan Xyz yang merupakan penjabaran dari
pada sifat dan kompleksitas dari proyek dan diagram alir gambar 2, dapat dilihat pada gambar 3.
kebutuhan operator migas. Hal ini dapat dilakukan Dari sembilan (9) reservoir yang sudah di
tanpa memperhatikan kedalaman air atau eksplorasi, tiga (3) diantaranya sudah memiliki
lokasi, meskipun kedua aspek tersebut dapat data subsurface yang lengkap dan siap untuk
mempengaruhi, pilihan yang layak mungkin dikembangkan. Enam (6) reservoir sudah memiliki
berkurang. Tahap konseptual bukan hanya tentang estimate Xyz-OIP dan OGIP namun baru berupa
angka. Ada banyak isu yang perlu ditangani namun model 2D. Jalur pipa alir dibuat berdasarkan
tidak dapat menghasilkan informasi konkret yang kaidah pemilihan jalur pipa. Pemodelan jalur

Gambar 1: Lapangan XYZ


jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 68

Gambar 2: Diagram Alir Pembuatan Konsep (Rapp, DB. 2007)

Gambar 3: Diagram Alir Konsep Pengembangan Lapangan XYZ.


<< 69 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

pipa menggunakan Pipesim dengan tujuan untuk


mengetahui apakah terjadi bottle neck atau tidak
dan analisis ukuran pipa yang optimum. Data
flowline yang digunakan untuk simulasi dengan
menggunakan Pipesim meliputi data diameter pipa,
panjang pipa, separator.
Fasilitas produksi yang dipilih termasuk
pipeline dalam satu daur hidup untuk mengetahui
bagaimana biaya kapital dan biaya operasi
termasuk sewa jika ada dalam level konseptual
Gambar 4. Model simulasi pipesim untuk simulasi-1.
dengan menggunakan Questor.

spesiikasi perusahaan untuk pipa alir bawah


data lapangan laut minimal 6”.
Lapangan Xyz terdiri dari 10 reservoir yang Simulasi pipesim digunakan selain untuk
terpisah seperti tampak pada Gambar 1. Eksplorasi mencari kemungkinan bottle neck juga untuk sizing
untuk lapangan ini sudah dilakukan sejak tahun pipa alir.
1980. Dua dari reservoir tersebut sudah memiliki
data 3D seismic dan siap untuk dikembangkan. 8
simulasi Pipesim-Carbon steel
reservoir lainnya memiliki cadangan yang lebih kecil
Pada pemodelan simulasi 2, pipa yang
dan belum di rencanakan untuk dikembangkan
digunakan adalah pipa baja fleksible dimana pipa
sehingga belum ada data lengkap dari reservoir ini.
tidak perlu menggunakan pelapis anti korosi baik
Data sumuran dapat dilihat table-A1 Lampiran
di dalam atau pun diluar karena bagian dalam dan
luar adalah Polyethylene. Begitu untuk pemberat,
simulasi Pipesim-Carbon steel pipa jenis ini sudah dirancang untuk memiliki daya
Pada pemodelan simulasi 1, pipa yang sendiri walaupun mengalirkan gas. Size terbesar
digunakan adalah pipa baja karbon dengan dari pipa fleksible untuk laut dangkal ini adalah
pelapis ani korosi dan pemberat concreate. Size 6”. Jadi jika hasil simulasi pipesim menyarankan
terkecil yang digunakan adalah 6” merujuk pada penggunakan ukuran pipa lebih besar dari 6” maka
pipa alir itu akan menggunakan pipa baja karbon
biasa. Dengan penggunaan pipa fleksible, ukuran
menjadi kecil karena angka kekasaran dari pipa ini
(0.00005 inch) yang jauh lebih kecil disbanding pipa
baja karbon biasaya yg kekasarannya 0.001 inch.
Sensitivity check dilakukan dalam setiap pipa
dimulai dengan pipa yang terkecil. Flowrate yang
digunakan adalah flowarte terbesar yang mungkin
terjadi dengan pressure pada saat flowrate tersebut
berlangsung. Model pipesim yang digunakan untuk
simulasi dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar A1: – Jaringan pipa di lapangan XYZ
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 70

Pada skenario 1 seluruh sumuran akan


menggunakan anjungan tetap konvensional. Jenis
anjungan konvensional ditentukan berdasarkan
kedalaman laut dan jumlah sumuran di dalam satu
anjungan. Pipa alir yang digunakan adalah pipa baja
karbon konvensional dengan pelapis anti korosi dan
pelapis pemberat pipa.

Questor skenario 2 – Kepala sumur


Bawah laut, Pipa Fleksible
Gambar 5: Model simulasi pipesim untuk simulasi-2.

simulasi Konseptual desain


dengan Questor
Questor adalah simulator untuk estimasi
biaya yang terdiri dari Questor untuk Lepas
Pantai, Questor Daratan, dan Questor untuk LNG
regasifikasi. Dapat digunakan bersamaan atau
terpisah untuk mendapatkan total biaya CAPEX dan
biaya OPEX pada suatu pengembangan lapangan
baru. Gambar 7: Skematik Skenario 2,
Subsea Well dengan Questor
Berikut adalah opsi-opsi yang di studi untuk
konsep pengembangan lapangan Xyz.
Pada skenario kedua akan dikaji bagaimana
dampak biaya CAPEX dan OPEX terhadap
Questor skenario 1 – anjungan Tetap pemanfaatan teknologi baru dalam satu daur hidup
Pipa Baja Karbon lapangan. Memaksimalkan penggunaan teknologi
baru yang memungkin dengan subsea wellhead dan
pipa baja fleksible.

Questor skenario 3 – MoPu, anjungan,


Pipa Baja Karbon

Inti dari skenario tiga adalah untuk mengetahui


efektifitas penggunaan MOPU dalam satu
daur hidup di lapangan Xyz. Basis skenario ini
menggunakan skenario 1 namun anjungan Xyz-O
diganti dengan MOPU. Pipa alir dari Xyz-O menuju
OPF menjadi 2 pipa alir yaitu pipa alir gas dan pipa
Gambar 6: Skematik Skenario 1, Anjungan dengan Questor alir cairan.
<< 71 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

simulasi Pipesim Carbon steel Pipe


Penggunaan pipa baja karbon untuk Skenario 1,
skenario 3, dan skenario 4, minimum ukuran pipa
yang digunakan adalah 6”. Ini berkaitan dengan
persyaratan dari perusahaan terkait masalah
pemasangan pipa bawah laut. Dari hasil simulasi
Pipesim tidak terjadi Bottle neck baik di jaringan
cluster Xyz-O ataupun jaringan cluster Xyz-C.
Pipa yang digunakan adalah 6” dan velocitynya
memenuhi kriteria, kecuali pipa Xyz-O ke OPF yang
Gambar 8: Skematik Skenario 3, MOPU dengan Questor memerlukan minimal 14” pipa baja karbon.
Questor skenario 4 – Pengembangan
XYZ-o dan XYZ-C simulasi Pipesim Flexsteel Pipe
Inti dari skenario tiga adalah untuk mengetahui Penggunaan pipa baja fleksible untuk Skenario
efektifitas penggunaan MOPU dalam satu 2, maximum ukuran pipa yang digunakan adalah
daur hidup di lapangan Xyz. Basis skenario ini 6”. Ini berkaitan dengan batas pabrikan untuk
menggunakan skenario 1 namun anjungan Xyz-O membuat pipa fleksible bawah laut untuk perairan
diganti dengan MOPU. Pipa alir dari Xyz-O menuju laut dangkal. Ukuran-ukuran yang tersedia adalah
OPF menjadi 2 pipa alir yaitu pipa alir gas dan pipa 2”, 3” 4” dan 6” dengan pressure rating maximum
alir cairan. 3000 psig. Selain ukuran dan pressure, pipa jenis ini
Questor Skenario 4 – Pengembangan XyZ-o juga dibatasi temperature dengan batas maximum
dan XyZ-C operasi dalah 60 derajat Celcius. Kenutungan pipa
ini adalah fleksible, pemasangan tidak memerlukan
Lay Barge, dan tahan terhadap korosi. Sangat cocok
untuk service fluida yang korosif. Keuntungan
lain adalah internal roughness yang sangat kecil
sehingga sangat mengurangi pressure drop yang
memungkinkan untuk penggunaan ukuran pipa
yang lebih kecil dari pipa baja karbon.

Kajian resiko
Dibawah ini adalah resiko geologi untuk setiap
sumuran di lapangan Xyz. Lapangan Xyz-O dan
Gambar 9: Skematik Skenario 4, XYZ-O dan XYZ-C Xyz-C hamper tidak memiliki resiko geologi yang

Pada skenario ini pengembangan hanya berarti kareba data yangn cukup lengkap dengan

dilakukan pada Xyz-O dan Xyz-C saja karena kedua hasil DST yang bagus sehingga meningkatkan

reservoir ini sudah memiliki data lebih banyak keyakinan untuk perolehan produksi seperti yang

sehingga probabilitas tingkat keberhasilannya diprediksi.

tinggi.
Hasil Kajian
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 72

Lokasi
Probability Probability Probability Probability Resiko Kesimpulan 191.000.000. walaupun skenario 4 memiliki gross
Reservoir Trap Waktu Source Geologi Resiko
1 XYZ-O 0.9 1 0.9 0.9 0.729 Low Risk revenue paling kecil dari skenario lainnya, namun
2 XYZ-C 0.7 1 0.9 0.8 0.504 Low Risk
3 XYZ-E 0.5 0.6 0.6 0.6 0.108 Moderate
dengan resiko yang sangat rendah meningkatkan
4 XYZ-M 0.5 0.6 0.6 0.6 0.108 Moderate IRR dan probabilitas keberhasilan pengembangan
5 XYZ-N 0.5 0.6 0.6 0.6 0.108 Moderate
6 XYZ-U 0.5 0.6 0.6 0.6 0.108 Moderate lapangan.
7 XYZ-Q Tabel 0.51: Resiko0.6Geologi0.6Sumuran0.6(Rachmat, 0.108 S., 2001)
Moderate
8 XYZ-W 0.5 0.6 0.6 0.6 0.108 Moderate Perbandingan biaya investasi dari masing-
masing teknologi dapat dilihat dalam table A3.
Dari table 1 diatas, dibuat lah rata-rata resiko
geologi dalam setiap skenario, sehingga didapat
summary dari probabilitas pengembangan seperti
optimisasi Pengembangan
dalam table berikut.
lapangan XYZ
Dari perbandingan biaya investasi dalam tabel
A3 dapat dilakukan optimisasi terhadap teknologi

Skenario Success Fail apa yang diaplikasikan dalam skenario 4 tersebut.

1 0.475 0.525
2 0.475 0.525
3 0.475 0.525
4 0.709 0.291

Tabel 2: Resiko Geologi Sumuran (Rachmat, S., 2001)

analisis Pohon Keputusan


Dari perhitungan NPV dan probabilitas yang
diambil ari resiko geologi, dibuat pohon keputasan
untuk mendapat Nilai yang diinginkan EVDA
(Expected Value Decision Analysis). Kriteria yang
diambil adalah nilai yang paling positif.
Melalui pohon keputusan didapat EVDA yang
paling positif adalah skenario 4 dengan EVDA USD
Gambar 11: Skematik Skenario 5, XYZ-O P/F
dan XYZ-C Subsea Wellhead

Jika dilihat dalam laporan hasil simulasi


questor untuk pengembangan setiap sumuran di
lapangan Xyz, dapat dilihat jika beberapa sumur
memiliki nilai biaya/BOE diatas 16/BOE atau diatas
biaya rata-rata investasi di perusahaan. Sumuran
itu antara lain XyzE dan XyzM. Sumuran ini akan
ditinjau kembali jika ada teknologi baru yang lebih
ekonomis, atau harga minyak yang melonjak.
Gambar 10: Pohon Keputusan
<< 73 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Skenario 4 Skenario 5 teknologi konvensional anjungan tetap, khusus


Project XYZOC-OPF-P/ F XYZOC-OPF- Subsea untuk laut sangat dangkal.

CAPEX TOTALS 273,179,000 274,435,000 • Biaya per BOE skenario 3 (MOPU) lebih kecil
DECOMMISSIONING TOTALS 122,324,000 81,182,000 dari skenario 1 yaitu USD 18/BOE karena
CAPEX + DECOMM 395,503,000 355,617,000 hilangnya CAPEX untuk anjungan Xyz-O yang
diganti dengan biaya OPEX MOPU. Namun jika
OPEX 318,868,000 239,474,000
CAPEX + OPEX + DECOMM 714,371,000 595,091,000
dilihat dalam VI.7.2 dapat disimpulkan bahwa
untuk MOPU tidak cocok untuk digunakan
REVENUE 2,658,143,056 2,658,143,056 menggantikan anjungan tetap kepala sumur
NPV (15%) 382,412,000 493,655,651
karena biaya operasinya jauh lebih besar dari
IRR 37.1% 40.6%
pada investasti anjungan tetap. Akan lebih
Production (MMBOE) 29.6 24.7 ekonomis jika digunakan sebagai proses
CAPEX (million USD) 273.2 274.4 produksi di tengah laut.
Cost/ BOE (USD) 9.2 11.1
• Ketika dilakukan optimisasi dari scenario-4,
Tabel-3: Perbandingan biaya investasi skenario 4 & 5
didapatlah scenario baru dengan menggabungan
penggunaan anjungan tetap di XyzO dan kepala
Kesimpulan sumur bawah laut di XyzC. Hasilnya adalah NPV
• Kajian konseptual dengan mengikuti aturan dan IRR yang lebih baik dari scenario 4.
perencanaan pembuatan konsep yang benar
• Dalam table 5 dapat dilihat jika biaya total per
telah dilakukan untuk mengetahui seberapa
KM dari flexible pipe lebih murah dari pipa baja
besar faktor produksi dan pemilihan teknologi
mempengaruhi keputusan untuk investasi.
Skenario 4
• Dalam kajian konseptual pengembangan lapang
Project XYZOC-OPF-P/ F
Xyz didapati bahwa skenario 4 adalah skenario
CAPEX TOTALS 273,179,000
yang paling menguntungkan dengan resiko
DECOMMISSIONING TOTALS 122,324,000
paling kecil walaupun jumlah produksi lebih
CAPEX + DECOMM 395,503,000
sedikit dan waktu produksi lebih pendek.

OPEX 318,868,000
• Biaya per BOE skenario 4 (Xyz-O dan zyX-C)
CAPEX + OPEX + DECOMM 714,371,000
lebih kecil sebesar USD 14.6/BOE dibandingkan
pilihan kedua yaitu skenario 1 (Seluruh Xyz
REVENUE 2,658,143,056
dengan anjungan tetap) sebesar USD 18.8/BOE
NPV (15%) 382,412,000
membuktikan bahwa nilai investasi di sumur-
sumur kecil lainnya membebani biaya secara
IRR 37.1%
keseluruhan karena produksinya yang kecil.
Production (MMBOE) 29.6
• Biaya per BOE untuk skenario 2 (subsea wellhead) CAPEX (million USD) 273.2
tinggi sebesar USD 21.4/BOE membuktikan Cost/ BOE (USD) 9.2
bahwa teknologi baru yang diperuntukan Tabel-4: Kesimpulan Skenario 4
lapangan marjinal belum bisa bersaing dengan
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 74

karbon. Pipa jenis ini bisa diaplikasikan di lapangan rekomendasi


marjinal dengan kedalaman kurang dari 13 meter. • Pengembangan Lapangan Xyz menggunakan
• Lapangan marjinal sangat sensitive terhadap skenario 5 yaitu anjungan tetap 3 kaki di area
perubahan biaya capital dan profil produksi. XyzO dan penggunaan kepala sumur bawah laut
Perencanaan secara menyeluruh dalam satu terpendam di area XyzC dengan seluruh pipa alir
wilayah kerja akan mengurangi beban biaya capital menggunakan pipa baja karbon.
dari lapangan marjinal yang belum diproduksi.
• Aplikasi kepala sumur bawah laut untuk
pengembangan reservoir dengan satu hingga
Skenario 5
tiga sumur di lokasi yang dekat dengan induknya
Project XYZOC-OPF- Subsea
(flowstation dengan jarak sekitar 5 km).
CAPEX TOTALS 274,435,000 • Aplikasi pipa baja fleksible untuk laut dangkal
DECOMMISSIONING TOTALS 81,182,000
jika beberapa kriteria berikut terpenuhi; ukuran
CAPEX + DECOMM 355,617,000
pipa maksimum 6”, tekanan desain maksimum
3.000 psig, temperature maksimum 60 deg C,
OPEX 239,474,000
dan kedalaman laut maksimum 50 meter.
CAPEX + OPEX + DECOMM 595,091,000
• Keekonomian dari pengembangan lapangan
REVENUE 2,658,143,056 sangat bergantung pada keakuratan prediksi
NPV (15%) 493,655,651 produksi. Kajian lanjut perlu dilakukan yaitu
IRR 40.6% simulasi secara terintegrasi mulai dari reservoir
– fasilitas permukaan dan pipeline – hingga ke
Production (MMBOE) 24.7 simulasi biaya sehingga didapat profil produksi
CAPEX (million USD) 274.4 yang optimum.
Cost/ BOE (USD) 11.1
• Perlunya validasi harga-harga di dalam database
Tabel-5: Kesimpulan Skenario 5 (Optimasi)
<< 75 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

Questor dengan teknologi provider dan


kontraktor drilling dan instalasi untuk and Developing Marginal Field, Journal of
mempertajam estimasi biaya capital dan Oilfield Review.
operasi.
5. Bittencourt, A.C. dan Horne, R.N. (1997)
• Penelitian hanya mengkaji lapangan marjinal : Reservoir Development and Design
dengan kedalam laut hingga 15 meter. Perlu Optimization, SPE 38895, Paper on SPE
diketahui sensitivias pemilihan teknologi Annual Technical Conference, Texas.
terhadap lingkungan kedalaman laut hingga
6. Bishop, M.G. (2000) : Petroleum Systems
50 meter sehingga bisa diketahui kapan
of the Northwest Java Province, Java and
penggunaan subsea wellhead untuk laut Ofshore Southeast Sumatra, Indonesia,
dangkal ini menjadi ekonomis dibanding Report of U.S. Geological Survey
anjungan tetap.
7. Husy, S. (2011) : Marginal Fields: Technology
(Lemieux, 2015)(lemieux, 2015) (lemieux, Enables Profitability/ Marginal Fields and
2015)(Amos, 2012)(Lubiantara, 2012)(Governor Their Chalanges, OTC 21382, Paper on
of Lemhanas RI, 2007)(Governor of Lemhanas Ofshore Technology Conference, Texas.
RI, 2007)
8. Hutabarat, T.M., Adrianto, S. dan Sembiring,
S.D. (2012) : Santos Maleo Producer MOPU,
datar Pustaka In Situ Substructure Modification, Paper
1. Arnold, K. dan Stewart, M. (2008) : Surface on ICPCO 2nd International Conference on
Production Operation, Design Oil Handling Port, Coastal, and Ofshore Engineering,
Systems And Facilities, Volume 1, Third Bandung.
Edition, Elsevier.
9. Iyer, R.R., Grossmann, I.E., Vasantharajan,
2. Arnold, K. dan Stewart, M. (1999) : Surface S., dan Cullick, A.S. (2008) : Optimal
Production Operation, Design of Gas- Planning and Scheduling of Ofshore
Handling Systems And Facilities, Volume 2, Oil Field Infrastructure Investment and
Second edition. Operations, Journal of American Chemical
Society.
3. Azzalzalah (2008): Analisis Bottleneck
pada Sistem Produksi di suatu Lapangan 10. Lund, M.w., (1997) : The Value Of Flexibility
Minyak yang terdiri Tiga Reservoir Berbeda, in Ofshore Oil Field Development Projects,
Tesis Program Magister, Institut Teknologi Jurusan Ekonomi dan Manajemen
Bandung. Teknologi, Norwegian University of Science
and Technology, Trondheim,
4. Baustad, T., Courtion, G., Davies, T.,
Kenison, R., Turnbull, J., Gray, B., Jalali, y., 11. Ooley, M. dan Stewart, w.P. (2008) : The
Remondet, J.C., Hjelmsmark, L., Oldfield, Maleo MOPU Project – Project Overview
T., Romano, C., Saier, R., dan Rannestad, G. and Keynote Address, OTC 19581, Paper on
(1996) : Cutting Risk, BXyz-Osting Cash Flow Ofshore Technology Conference, Texas.
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 76

12. Rachmat, S. (2001) : Proceeding Simposium 15. Streeter, J. (2013) : Shallow water subsea
IATMI 2001, Simulasi Monte Carlo Dan system improve NPV, Article of Ofshore
Analisis Resiko Untuk Pengembangan Engineering Magazine (OEdigital, October
Lapangan Minyak Bumi, Institut Teknologi 2013)
Bandung, Indonesia.
16. Target, P.L., (1992) : The Haven Oil Field:
13. Rapp, D.B. (2007) : Developing The ‘Rigth’ Development of a Tiny Marginal Field with
Concept for Ofshore Development, Gorizontal wells, Journal of Petroleum
Ofshore Magazine. Technology (JPT, April 1992)

14. Rigg, A., Hilditch, D., Shepherd, L.A., 17. wijanarko, A., Ismanto, B., Permana,
dan Cupitt, A. (2005) : CO2 Storage R., Pizzolante, I., (2012) : Renewal
Prospectivitty of Selected Sedimentary Plan: Eficient Strategy for Optimum
Basins in The Region of China and South Development in Mature Fileds – A success
East Asia, Assessment Report of Geological Story from Sanga-Sanga Assets, Indonesia,
Storage Potential of Carbon Dioxide in the SPE 158716, Paper on SPE Asia Pacific Oil
APEC Region – Phase 1. and Gas Conference, Perth

Platform TVD SITP FBHT Gas Oil


Formation Stratigraphic
Name Well (ft) (psig) (oF) (BCF) (MMBO)
1 XYZ-O - XYZO-1 6900 2856 261 NMTA Talang Akar Sandstone 39.7 2.65
- XYZO-2 6700 2964 252
- XYZO-3 6900 2874 264
- XYZO-4 6700 2856 236
- XYZO-6S 4000 1182 178 Main Form Upper Cibulakan 3.09 1.38
- XYZO-6L 1206 Clastics and Carbonate
- XYZO-5S 4470 1206 178 Main Form Upper Cibulakan 9.6 5.75
- XYZO-5L Clastics and Carbonate
- XYZO-7 4470 1206 178
- XYZO-8S 4470 1206 178
- XYZO-8L
2 XYZ-C - XYZC-1A 10600 3701 287 TA Talang Akar Sandstone 11.9 0.83
3 XYZ-E - XYZE-1 6900 2856 261 NMTA Talang Akar Sandstone 3.2 1.44
4 XYZ-M - XYZM-1 6000 2245 230 Baturaja Baturaja Carbonate 1.34 2.18
5 XYZ-N - XYZN-1 5000 1566 196 Main, Baturaja Baturaja Carbonate 4.4 3.6
6 XYZ-Q - XYZQ-1 4470 1206 178 Upper Cibulakan 2.9 5.5
Main Form
Clastics and Carbonate
7 XYZ-U - XYZU-1 4470 1206 178 Main & Mass Upper Cibulakan 3.9 3.18
Form Clastics and Carbonate
8 XYZ-W - XYZW-1 6900 2856 261 NMTA Talang Akar Sandstone 12.7 2.8
- XYZW-2 6900 2856 261 NMTA Talang Akar Sandstone 8.1 1.95

lampiran: Tabel A1 – Data Sumuran Lapangan Xyz


<< 77 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

CAPEX TOTALS 540,113,000 596,664,000 510,019,000 273,179,000

CAPEX sub total 540,113,000 596,664,000 510,019,000 273,179,000


CAPEX contingency 0 0 0 0
Project costs 0 0 0 0
GRAND TOTAL 540,113,000 596,664,000 510,019,000 273,179,000

DECOMMISSIONING TOTALS 387,514,000 202,930,000 317,059,000 122,324,000


CAPEX + DECOMM 927,627,000 799,594,000 827,078,000 395,503,000

OPEX 1,147,326,000 508,188,000 1,475,826,000 318,868,000


CAPEX + OPEX + DECOMM 2,074,953,000 1,307,782,000 2,302,904,000 714,371,000

REVENUE 3,450,755,956 3,450,755,956 3,450,755,956 2,658,143,056


NPV (15%) 73,687,099 384,076,038 59,472,858 382,412,000
IRR 17.4% 29.7% 17.3% 37.1%

table A2 – Summary Simulasi Questor opsi 1 - 4

Teknologi CAPEX Unit Kelebihan Kekurangan


Harus ada personil operasi yang
Harus ada personil operasi yang
Jacket Platform 3 Legs (10 wells) 25,034,000 USD/EA melakukan perawatan.
melakukan perawatan
Pencurian.
Harus ada personil operasi yang Harus ada personil operasi yang
Jacket Platform 3 Legs (1 well) 12,936,000 USD/EA melakukan perawatan melakukan perawatan.
Lebih stabil daripada monopod. Pencurian.
Harus ada personil operasi yang Harus ada personil operasi yang
Braced Monopod (1 well) 9,261,000 USD/EA melakukan perawatan. melakukan perawatan.
Biaya paling murah. Pencurian.
Hampir tidak ada perawatan. Jika harus ada intervensi sumur lebih
Subsea Wellhead (Cluster)
8 slot subsea wellhead
54,024,000 USD/EA Tidak mudah dicuri. mahal.
Kapal kecil/nelayan bisa lewat. Memerlukan control umbilical.
Hampir tidak ada perawatan. Jika harus ada intervensi sumur lebih
Subsea Wellhead (Caisson) 10,440,000 USD/EA Tidak mudah dicuri. mahal.
Kapal kecil/nelayan bisa lewat. Memerlukan control umbilical.
50,000 USD/day Tidak perlu heavy lift rig. Untuk anjungan kepala sumur saja
MOPU Bisa dipindah-pindah. menjadi terlalu mahal.
18,250,000 USD/year Tidak ada biaya decomm. Harus ada personil operasi.
Murah dan mudah pengadaan.
Biaya pemasangan mahal.
Carbon Steel Pipe 6" Burried 2,842,200 USD/KM Batasan ukuran, pressure, dan
Internal korosi.
temperature luas.
Tahan korosi. Ukuran terbatas; 2", 3", 4", 6"
Fleksible Pipe 3" Burried 1,565,000 USD/KM Tidak perlu lay barge. Maks Pressure: 3,000 psig
Bisa digunakan ulang. Mask Temp.: 60 deg C

table A3 – Perbandingan Biaya Investasi Teknologi


jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 78

Gambar A2: Perbandingan Biaya Instalasi di setiap area

auTHor

He has involved in several onshore


Hanto yananto,
and ofshore FEED and EPCI projects since
Conceptual Engineer PHE oNWJ
2001. He worked as pipeline engineer for
Hanto yananto is Conceptual Engineer of
ConocoPhillips South Jambi-B project
the Department of Engineering and Integrity
in 2003, ConocoPhillips Hang Tuah
at Pertamina Hulu Energi Ofshore North
Subsea Pipeline Modification project
west Java (PHE ONwJ) PT, where he has been
in 2005, Star Energy KRA Development
since 2008. He received a B.S. in mechanical
project in 2006, PHE ONwJ APN E/F New
engineering from Trisakti University in 1999,
Development project in 2011, and PHE
an MBA from Bandung Institute of Technology
ONwJ GG Development project in 2013.
in 2002, and an M.S in petroleum engineering
He also worked as piping engineer for
from Bandung Institute of Technology in 2014.
FEED of BP Tangguh Ofshore platform
From 2001 to 2007 he worked at Tripatra PT,
project in 2002, Hess Ujung Pangkah
an EPC company in Indonesia, eventually
phase-2 project in 2007, and BP west Java
as a piping and pipeline engineer. He then
Rehabilitation project in 2008. Currently he
moved to an oil and gas operating company
is working as conceptual engineer. He does
for Ofshore North west Java in 2008 that was
conceptual design for brownfield ofshore
previously operated by BP. Since mid of 2009
development/modification of surface
Ofshore North west Java has been operated by
facilities.
Pertamina.
<< 79 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

FoRMUlIR PENDAFtARAN ANGGotA


IKAtAN AHlI FASIlItAS PRoDUKSI MINyAK DAN GAS BUMI INDoNESIA
( IAFMI )

Bersama ini saya sampaikan data diri untuk pendataran sebagai Anggota Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas
Bumi Indonesia (IAFMI) sebagai berikut :

1. IDENtItAS DIRI
Nama & Gelar Akademis
Tempat/Tanggal Lahir
Alamat Rumah
No. Telp. Rumah e-mail
No Telpon HP HP Lain:
2. RIWAyAt PENDIDIKAN
Pendidikan Terakhir: Lulus Thn
Lulus Thn
Pendidikan Sebelumnya
Lulus Thn
Bidang/Tahun:
Bidang/Tahun:
Pendidikan Lainnya
Bidang/Tahun:
Bidang/Tahun:
3. SERtIFIKASI
Jenis Sertifikasi / Tahun
Jenis Sertifikasi / Tahun
Jenis Sertifikasi / Tahun
4. RIWAyAt PEKERJAAN
Nama Perusahaan / Bidang
Jabatan Tahun
Usaha

………….…,………………,……………
1. Formulir ini dapat difoto dan dikirim kepada Bambang
Sukiyono melalui email reg@iafmi.or.id Pemohon
2. Membayar Iuran Anggota sebesar Rp. 200.000, ditransfer ke
rekening berikut ini. Bukti pembayaran harap difoto atau
scan dan dikirim melalui email ke reg@iafmi.or.id,
Bank Mandiri no. Rek. 101-000-688-9180
a/n. Iwan Gunawan (Bendahara IAFMI)
3. Mengirimkan pas-foto digital file
ke alamat email reg@iafmi.or.id
( )
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 80

Program IAFMI

SERtIFIKASI
WELDER DAN
WELDING
INSPECTOR
Peningkatan kualitas sumberdaya di wilayah operasi produksi migas merupakan salah
satu misi IAFMI. Terlebih dikaitkan dengan kesiapan SDM Indonesia dalam menghadapi era
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Misinya adalah ketersediaan dan daya saing tenaga-tenaga
professional lokal bersertifikat yang dapat mendukung proyek dan operasi perusahaan-
perusahaan migas maupun penyedia jasanya.
IAFMI berinisiatif mendorong ketersediaan welder bersertifikat di wilayah operasi produksi
migas. Selain menghasilkan tenaga professional pengelasan bersertifikat di wilayah operasi,
hal ini diyakini juga akan meningkatkan daya saing mereka dalam menghadapi pasar dunia,
juga mendorong pertumbuhan ekonomi setempat, serta hubungan sosial dan kualitas sosial
yang lebih baik. Dengan demikian, sebuah atmosfir sosial dan lingkungan kerja yang kondusif
akhirnya bisa tercipta.
Sementara itu, di wilayah kantong-kantong welder profesional, IAFMI berinisiatif mendorong
para welder professional setempat untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi welding
Inspector. Dengan demikian celah kebutuhan welding Inspector yang selama ini mulai banyak
diisi oleh tenaga asing, dapat segera diantisipasi.

Untuk itu IAFMI mengundang partisipasi seluruh elemen pendukung Industri Fasilitas
Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia melalui sponsorship, penyelenggaraan pelatihan
(welding & inspector school), pengerahan peserta sertifikasi, dll.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi email direks@iafmi.or.id
<< 81 jurnal IaFMI 02 JUNI 205

IAFMI mengundang anda untuk


hadir dan berpartisipasi pada
Joint convention
HAGI-IAGI-IAFMI-IAtMI tema Utama :
tanggal 05-08 oktober 2015 Menuju Indonesia timur,
di Gran Senyiur Hotel
Balikpapan sebagai: Membangun Hingga ke laut Dalam
Untuk Ketahanan Energi Indonesia
1. Peserta seminar IAFMI
2. Pembicara seminar IAFMI topik dan Pembicara
1. Synchronized Deck Rising,
3. Peserta Pameran Fasilitas Produksi
Ir. taufik Aditiyawarman, MM.,PMP.,
Minyak dan Gas Bumi Indonesia Senior Project Manager PHE ONwJ
4. Sponsor 2. Multi-Column TLP, Archandra tahar, Ph.D
Petroneering USA
3. wet Lit as an Alternative Subsea Pipeline Tie-in,
Hanto yananto, St.,MS.,MBA – PHE oNWJ
4. Kajian Konseptual Pengembangan Lapangan
Di Reservoir yang Kecil dan Berpencar,
Hanto yananto, St.,MS.,MBA – PHE oNWJ
5. Lateral Load Analysis of
Suction Anchor in Marine Sot Clay,
Paulinus Sitanggang, St., Wood Group Kenny
6. Analisis Tegangan Non-Linear Pipa Bawah Laut
Berdeformasi Besar,
Prof. Ir. Ricky lukman tawekal, MSE., Ph.D.
Institut Teknologi Bandung
7. Removable Platform, PT. Sigur Ros Indonesia
8. Non welding Pipeline Installation, PHE ONwJ
9. Modular Concept Execution Strategy
to Reduce Ofshore Campaign Duration, PHE ONwJ
10. Risk Based Project Planning, Ir. Edwin Badrusomad - IAFMI

Informasi, hubungi IAFMI melalui telepon


atau email rosiska@iafmi.or.id telp. 08128390767
NEXT EDITION
jurnal IaFMI 02 JUNI 205 >> 82

tEMA

j u T I M u r
MEnu G u n
MEM B a n
H I N G G A K E
A M U N T U K
LAUT DAL AN ENERGI
KETAHAN NESIA
INDO
1. Isi makalah dibuat dengan kategori sebagai berikut:
a. Ringkasan Thesis / Skripsi S1/S2/S3, min 500 kata, maks 1500 kata atau
maksimum 5 halaman termasuk gambar.
b. Paparan / Analisa / Review Teknologi/Metoda/Teori/Aturan yang diterapkan
dalam sebuah proyek/program yang sudah atau sedang dilaksanakan
di Indonesia, min 1000 kata, maks 2500 kata atau maksimum 8 halaman
termasuk gambar
c. Paparan / Analisa / Review atas teknologi/Metoda/Teori/Aturan baru yang
belum diterapkan di Indonesia (mungkin sudah diterapkan di luar negeri),
min 1000 kata, maks 2500 kata atau maksimum 8 halaman termasuk gambar
2. Persyaratan jumlah kata di atas dihitung dalam ukurun kertas A4 dengan margin
standar dengan font Calibri ukuran 12 dan spasi exact 17pt.
3. Tema makalah adalah Fasilitas Produksi Migas,
Menuju Timur Membangun Hingga KeLaut Dalam Untuk Ketahanan Energi
Indonesia
4. Paper dapat dibuat sendiri atau secara berkelompok.
5. Paper harus asli, bukan plagiat. Jika paper pernah dipublikasikan dalam media
(apapun), maka harus dicantumkan nama media tersebut beserta tanggal dan
edisi pemuatan.
6. Aturan dasar penulisan karya ilmiah standar harus diterapkan. Referensi yang
dikutip harus disebutkan dengan jelas.
7. Disertakan Pasfoto dan Ringkasan Biografi penulis dengan paparan minimal
latar belakang akademis, pekerjaan dan keahlian, dibuat maksimum 100 kata

Anda mungkin juga menyukai