Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

PERBEDAAN ULKUS MOLE DAN ULKUS DURUM

Pembimbing :

Dr Nurhasanah SpKK

Penyusun :

Ahmad Nabieh Abqory (030.06.296)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD KARAWANG

PERIODE 10 JUNI 2013 – 12 JULI 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT penulis ucapkan karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul “Perbedaan Ulkus
Mole dan Ulkus Durum”. Tinjauan pustaka ini merupakan tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, di RSUD Karawang periode 10
Juni – 12 Juli 2013.

Penulis menyadari referat ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
diharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan tinkauan pustaka ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr Nurhasanah SpKK yang telah membimbing dan
memberikan pengarahan selama menjalani stase di Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, RSUD Karawang. Semoga menjadi amalan baik dan mendapat balasan
daripada Allah SWT, Amin.

Jakarta, 02 Juli 2013


Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I. ULKUS MOLE


Definisi dan Epidemiologi...................................................................................................4
Etiologi……………………………………………………………………………………5
Patogenesis………………………………………………………………………………..6
Manifestasi Klinis…………………………………………………………………………7
Diagnosis dan Diagnosis Banding....................................................................................8-9
Penatalaksanaan………………………………………………………………………….10
Prognosis…………………………………………………………………………………11

BAB II.ULKUS DURUM / SIFILIS PRIMER


Epidemiologi……………………………………………………………………………..12
Definisi dan Etiologi……………………………………………………………………..13
Patogenesis………………………………………………………………………………14
Gambaran Klinis…………………………………………………………………………15
Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………………….16
Diagnosis dan Diagnosis Banding……………………………………………………20-21
Penatalaksanaan dan Pencegahan………………………………………………………..22

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...23

3
BAB 1 ULKUS MOLE

DEFINISI

Ulkus mole (ulcus molle) merupakan penyakit ulseratif akut, biasanya terjadi di
genitalia. Penyakit ini sering dihubungkan dengan adenitis ingunal atau bubo, yang
disebabkan oleh infeksi Haemophilus ducreyi, basil gram negatif yang juga bersifat
anaerob fakultatif, yang membutuhkan hemin (faktor X) untuk pertumbuhannya.

EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini dapat dijumpai di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dan
subtropis. Di Amerika Serikat, insidennya mengalami penurunan antara tahun 1950-1978.
Namun pada tahun 1985 dilaporkan insidennya bertambah menjadi 2000 kasus dan
menjadi 3418 kasus pada tahun 1986. pada tahun 1987 dan 1990 berturut turut dilaporkan
5035 dan 4200 kasus. Jumlah kasus kemudian menurun sejak saat situ dan menjadi stabil,
dimana dilaporkan ada sekitar 733 kasus pada tahun 1994.

Ulkus mole lebih banyak di diagnosis pada laki-laki dengan perbandingan rasio
antara laki-laki dan perempuan adalah antara 3:1 sampai 25:1 atau lebih tinggi. Laki-laki
yang tidak di sirkumsisi memiliki resiko 2 kali lebih tinggi daripada laki laki yang
disirkumsisi.

Prevalensi ulkus mole tinggi pada kelompok sosial ekonomi rendahm terutama
pekerja seks, dan tampaknya pekerja seks menjadi reservoir pada semua laporam epidemi
penyakit ini. Diantara pekerja seks komersial kelas bawah, prevalensi ulkus genital antara
5-35% dan H.ducreyi dapat dikultur dari kira-kira 50% dari ulkus tersebut.

Baru baru ini beberapa penelitian di Afrika memperlihatakan bahwa ulkus


chancroidal merupakan faktor resiko penting penyebaran HIV pada heteroseksual. Jika

4
Ulkus mole terjadi pada individu yang imunokompeten dan mendapat terapi sesusai maka
infeksinya dapat disembuhkan. Pada penderita HIV (+), angka kesembuhan infeksi
H.ducreyi dengan pengobatan antibiotika standar menjadi lebih rendah dibandingkan
populasi umum sehingga direkomendasikan untuk memberi terapi dalam jangka waktu
yang lebih lama. Pada kasus ulkus yang sangat berat sehingga terbentuk skar yang
permanen, maka diperlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lebih lama. Infeksi
yang bersifat diseminata tidak pernah terjadi meskipun pada penderita dengan
HIV/AIDS. Seperti halnya penyakit menular seksual lainnya, ulkus mole juga paling
banyak terjadi pada usia dewasa muda. Namun dapat juga terjadi pada setiap usia.

ETIOLOGI

Chancroid atau ulkus mole disebabkan oleh H.ducreyi yang merupakan basil
gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik yang membutuhkan hemin (faktor X) untuk
pertumbuhannya. Basil ini juga dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit dan mengandung
0,38 mol DNA guanosin plus cytosine. Organisme kecil ini, tidak bergerak, tidak
membentuk spora dan memperlihatkan rantai streptobasilaris yang khas pada pewarnaan
gram, terutama pada kultur.

Haemophilus ducreyi dapat dibedakan dari beberapa strain Haemophilus lainnya


melalui beberapa faktor biokimia. Ciri khas genus ini adalah mereduksi nitrat menjadi
nitrit. Haemophilus ducreyi tidak membutuhkan faktor Nikotinamide Adenin
Dinucleotide (NAD, faktor V) untuk mencerna hemin dan tidak menghasilkan H2S,
katalase dan indole. H.ducreyi juga membutuhkan zat besi (iron) yang didapat dari
intraseluler dengan cara menginvasi atau merusak sel tersebut.

5
PATOGENESIS

Melekatnya mikroba yang patogen ini pada permukaan sel epitel dianggap
merupakan proses awal yang terpenting dari infeksi H.ducreyi mampu menyebabkan
hemaglutinasi sel-sel eritrosit manusia dan aktivitas ini dihubungkan dengan permukaan
bakteri yang beersifat hidrofobik tinggi. Sifat ini dapat dirusak oleh terapi trypsin atau
formaldehid, namun tidak akan terpengaruh oleh D-mannose atau dengan pemanasan 60
derajat sampai 100 derajat.

Pili yang dimiliki oleh H.ducreyi mungkin memegang peran penting pada proses
adesi ini. Pili yang dapat terdeteksi dengan menggunakan mikroskop elektron ini tampak
sebagai bagian tubuh yang sangat halus, dan berbeda dengan pili pada Neisseria
gonorrhoeae. Pili ini terdiri atas pilin monomer dengan berat molekul 2400 dalton.

H.ducreyi dapat berpenetrasi ke dalam epidermis melalui sel-sel epitel yang rusak
karena trauma atau abrasi. Ukuran inokulum yang mampu menyebabkan infeksi adalah
lebih besar dari 100.000. Ikatan H.ducreyi kemudian dapat terjadi pada matriks protein
ekstraseluler dari fibrinogen, fibronektin, kolagen dan gelatin. Pada lesi tersebut
organisme dapat dijumpai baik di dalam makrofag maupun neutrofil. Bahkan juga dapat
terlihat secara berkelompok dalam jaringan interstitium.

Patogenesis terbentuknya ulkus tidak sepenuhnya dapat dimengerti. Diperkirakan


ada pengaruh produk toksik yang dihasilkan oleh H.ducreyi atau karena mekanisme tidak
langsung misalnya karena induksi inflamasi dari bakteri itu sendiri. Data mengenai
kemungkinan dihasilkannya enzim dari jaringan ekstraseluler H.ducreyi yang berfungsi
sebagai enzim degradasi masih kontroversial.

6
MANIFESTASI KLINIS

Masa inkubasinya adalah berkisar antara 4 sampai 7 hari dan jarang yang kurang dari 3
hari atau lebih dari 10 hari. Biasanya tidak disertai gejala prodromal. Berikut adalah
perjalanan pembentukan ulkus mole:
1. Adanya papula lunak, dengan kulit yang eritema di sekelilingnya
2. Tidak ditemukan adanya vesikel pada tiap tingkat perjalanan penyakit
3. Dalam 24 sampai 48 jam, papula akan berubah menjadi pustula, kemudian
mengalami erosi dan ulserasi.
4. Pinggir ulkus tidak teratur dan bergaung, dasar ulkus biasanya ditutupi jaringan
nekrotik dan eksudat yang berwarna abu-abu kekuningan di atas jaringan
granulasi yang mudah berdarah. Berbeda dengan sifilis, ulkus mole biasanya
lunak dan sering kali multipel.
5. Diameter ulkus berkisar antara 1 mm sampai dengan 2 cm.

Pada laki-laki keluhan yang ditemui biasanya berhubungan langsung dengan ulkus
atau abses di inguinal. Ulkus mole terasa nyeri. Pada wanita keluhan tergantung pada
lokasi ulkus. Keluhan tersebut dapat berupa nyeri pada saat buang air, perdarahan
perektal, dispareunia, atau keluarnya duh tubuh dari vagina. Lokalisasi ulkus pada laki-
laki adalah preputium, lipatan balanopreputial, frenulum, glans penis dan sulkus
koronarius. Sering tampak edema pada preputium, meatus uretra dan batang penis.
Chancre yang terdapat pada uretra sering mengakibatkan uretritis purulenta tetapi jarang
terjadi. Pada wanita terutama pada vulva pada cammisura posterior (berbentuk ulkus
longitudinal), labia minora, vestibulum, labia mayora, dan daerah uretra.

Variasi bentuk klinis:


1. Giant Chancroid (ulkus raksasa) yaitu lesi soliter yang meluas ke perifer dan
tampak adanya ulserasi yang luas.
2. Ulkus serpiginosa yang besar yaitu lesi-lesi yang bergabung dan melebar karena
autoinokulasi. Dapat terjadi infeksi campuran pada kasus ini dan dapat mengenai
daerah inguinal, paha atau dinding abdomen.

7
3. Chancroid phagadenic, yaitu bentuk lain ulkus yang disebabkan oleh superinfeksi
dengan fusospirochetosis. Dapat terjadi destruksi jaringan yang cepat dan dalam
(ulkus mole gangrenosum)
4. Transient chancroid, berupa ulkus kecil yang membaik secara spontan dalam
beberapa hari. Keadaan ini dapat diikuti dengan limfadenitis regional yang akut
dalam 2-3 minggu kemudian.
5. Follicular chancroid, yaitu ulkus kecil multipel, yang timbul di sekitar folikel
rambut, sering kali di daerah mons pubis. Dapat terlihat beberapa ulkus folikuler.
6. Papular chancroid, terdiri atas papul-papul yang mengalami ulserasi
granulomatous. Dapat menyerupai donovanosis atau kondiloma lata (sifilis
stadium II).

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penderita, keluhan dan gejala klinis
serta pemeriksaan laboratorium untuk menemukan agen penyebabnya. Pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan langsung dari bahan ulkus, biakan,
tes serologi, PCR, dan pemeriksaan histopatologis.Yang paling sering dilakukan adalah
pemeriksaan langsung dari bahan ulkus, yaitu dengan cara:
 Dapat dilakukan dengan perwarnaan gram, giemsa, atau mikroskop elektron.
 Identifikasi yang cepat dapat dilakukan dengan pewarnaan methyl greenpyronin,
pappenheim dan unna, juga dapat dilakukan dengan pewarnaan blue and wright.
Namun pemeriksaan langsung tersebut sering kali menyesatkan karena banyaknya
flora polimikrobial yang dapat dijumpai pada ulkus genital.
 Spesimen diambil dengan menggunakan swab kapas atau swab calcium alginate,
juga dapat menggunakan sengkelit platina.
 Swab harus diambil dari dasar ulkus yang sebelumnya dibersihkan dengan kain
kasa yang dibasahi larutan normal salin.

8
 Lalu dengan lidi kapas steril dihapuskan pada kaca benda dalam satu arah agar
dapat ditemukan morfologi organisme yang berbentuk rantai.
 Organisme hanya dapat bertahan hidup selama 2-4 jam pada swab jika tidak
disimpan dalam lemari pendingin.
 Jumlah H.ducreyi pada eksudat ulkus berkisar antara 107-108 /ml pus. Pada pus
bubo biasanya tidak didapatkan mikroorganisme tetapi dapat ditemukan dalam
abses inguinal. Basil dijumpai dalam bentuk kelompok kecil atau rantai yang
paralel dari 2 atau 3 organisme yang tersebar sepanjang untaian sekret mukous,
baik intra maupun ekstrasel. Gambaran seperti ini diistilahkan sebagai ”school of
fish” atau ”railroad track”.

DIAGNOSIS BANDING

Penyakit ini didiagnosis banding dengan penyakit yang juga menyebabkan lesi
ulseratif pada genitalia seperti :
1. Sifilis primer
2. Herpes genitalis
3. Lesi primer Limfogranuloma venereum
4. Granuloma inguinale
5. Ulkus traumatik yang disertai infeksi sekunder

9
PENATALAKSANAAN

Pengobatan Sistemik
H.ducreyi diketahui telah mengalami resistensi terhadap sulfonamid, tetrasiklin,
ampisilin, kloramfenikol dan kanamisin. Centre of Disease Control (CDC) pada tahun
1998 merekomendasikan pengobatan ulkus mole dengan :
 Azitromisin 1 gr per oral, dosis tunggal
 Seftriakson 250 mg IM, dosis tunggal
 Siprofloksasin 2x500 mg/hari per oral, selama 3 hari
 Eritromisin 4x500 mg sehari per oral, selama 7 hari
 Trimetoprim 160 mg dan sulfametoksasol 800 mg 2xsehari selama 7 hari
 Kombinasi amoksisilin 500 mg dan asam klavulanat 125 mg oral 3x sehari selama
7 hari
 Fleroksasin 200 mg dosis tunggal
 Sefalotin 3 gr IV / hari, selama 7 hari

Pengobatan Topikal
Pengobatan topikal pada kasus ini terdiri atas pemberian antispetik seperti
povidon iodin. Limfadenitis tidak boleh diinsisi. Bila perlu diaspirasi untuk mencegah
ruptur spontan. Aspirasi menggunakan jarum besar dan ditusuk di bagian lateral sampai
menembus kulit normal. Pada penderita yang mengeluh ulkusnya sangat nyeri, dapat
diberi terapi topikal dengan kompres dingin untuk mengurangi peradangannya. Penderita
dianjurkan untuk istirahat, karena bila penderita tetap melakukan aktivitasnya maka akan
memudahkan terjadi adenopati. Penderita dengan phimosis sebaiknya dilakukan
sirkumsisi apabila semua lesi aktif telah sembuh, dan tampaknya bubo jarang
berkembang setelah sirkumsisi dilakukan.

10
Penatalaksanaan pasangan seksual

Seseorang yang memiliki kontak seksual dengan penderita ulkus mole dalam 10
hari sebelum muncul gejala ulserasi di kelamin penderita, maka sebaiknya diberi terapi,
meskipun gejala klinisnya belum muncul. Terbukti karier pembawa H.ducreyi dapat
terjadi pada penderita yang asimtomatis. Obat yang diberikan pada pasangan seksual ini
sama dengan yagn diberikan pada penderita baik jenis maupun dosis obatnya. Jika tidak
mungkin melakukan abstinensia seksual, maka penderita harus menggunakan kondom
saat berhubungan seksual selama lesi masih ada. Meskipun demikian, kondom yang tidak
dipakai dengan cara yang benar dalam artian lesi ulkus tidak tertutup kondom secara
sempurna, masih memungkinkan untuk terjadinya penularan penyakit.

PROGNOSIS

Penyakit ini tidak menyebar secara sistemik. Tanpa pengobatan, ulkus genital dan
abses inguinal kadang akan menetap selama bertahun-tahun. Infeksi tidak menimbulkan
imunitas dan dapat terjadi infeksi ulang. Pada penderita yang tidak disirkumsisi atau pun
penderita yang juga terinfeksi HIV, kemungkinan terjadi relaps setelah diterapi dengan
antibiotik adalah sebesar 5%. Namun jika penderita tersebut berstatus HIV seronegatif
dan mengalami relaps, maka dengan terapi yang sama dengan terapi yang sebelumnya
pernah diberikan masih tetap efektif. Penderita dianjurkan untuk menggunakan kondom
untuk menghidari infeksi ulang.

 
ULKUS DURUM / SIFILIS PRIMER

PENDAHULUAN

11
Sifilis adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Sifilis
biasanya menular melalui hubungan seksual atau dari ibu kepada bayi, akan tetapi sifilis
juga dapat menular tanpa hubungan seksual pada daerah yang mempunyai kebersihan
lingkungan yang buruk. Treponema pallidum juga dapat menular melalui transfusi
darah.1
Meskipun insidens sifilis kian menurun, penyakit ini tidak dapat diabaikan, karena
merupakan penyakit berat. Hampir semua organ tubuh dapat diserang, termasuk sistem
kardiovaskular dan saraf. Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat menularkan
penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat menyebabkan
kelainan bawaan dan kematian. Istilah untuk penyakit ini yaitu raja singa sangat tepat
karena keganasannya.2

EPIDEMIOLOGI

Asal penyakit ini tak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Ada
yang menganggap penyakit ini berasal dari penduduk Indian yang dibawa oleh anak bush
Columbus waktu mereka kembali ke Spanyol pada tahun 1492. Pada tahun 1494
terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis dan
gonore disebabkan oleh sanggama dan keduanya dianggap disebabkan oleh infeksi yang
sama.2
Insidens sifilis di berbagai negeri di seluruh dunia pada tahun 1996 berkisar antara
0,04 -0,52%. Insidens yang terendah di Cina, sedangkan yang tertinggi di Amerika
Selatan. Di Indonesia insidensnya 0,61%. Di bagian kami penderita yang terbanyak ialah
stadium laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium
II.2
WHO memperkirakan bahwa terdapat 12 juta kasus baru pada tahun 1999,
dimana lebih dari 90% terdapat di negara berkembang.1

DEFINISI/ETIOLOGI
12
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum,
merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit dapat
menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat
ditularkan kepada bayi di dalam kandungan.1,2,3
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman ialah
Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae, dan
genus Treponema. Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar
0,15 um, terdiri atas delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi
sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan
melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam.2
Klasifikasi sangat sulit dilakukan, karena spesies Treponema tidak dapat
dibiakkan in vitro. Sebagai dasar diferensiasi terdapat 4 spesies yaitu Treponema
pallidum sub species pallidum yang menyebabkan sifilis, Treponema pallidum sub
species pertenue yang menyebaban frambusia, Treponema pallidum sub species
endemicum yang menyebabkan bejel, Treponema carateum menyebabkan pinta.3
Bakteri ini masuk kedalam tubuh manusia melalui selaput lendir (misalnya di
vagina atau mulut) atau melalui kulit. Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke
kelenjar getah bening terdekat, kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran
darah. Sifilis juga bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan menyebabkan
cacat bawaan.4

PATOGENESIS
Stadium dini
T. pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lender, biasanya
melalui sanggama. Kuman tersebut membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk

13
infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel- sel plasma, terutama di perivaskular,
pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh T. pallidum dan sel-sel
radang. Treponema tersebut terletak di antara endotelium kapiler dan jaringan
perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan
hipertrofik endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans).
Kehilangan pendarahan akan menyebabkan erosi, pada pemeriksaan klinis tampak
sebagai S1.2
Sebelum S1 terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara
limfogen dan membiak. Pada saat itu terjadi pula penjalaran hematogen dan menyebar ke
semua jaringan di badan, tetapi manifestasinya akan tampak kemudian. Multiplikasi ini
diikuti oleh reaksi jaringan sebagai SII, yang terjadi enam sampai delapan minggu
sesudah S1. S1 akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut jumlahnya
berkurang, kemudian terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa
sikatriks. SII jugs mengalami regresi perlahan-lahan dan lalu menghilang.2
Tibalah stadium laten yang tidak disertai gejala, meskipun infeksi yang aktif
masih terdapat. Sebagai contoh pada stadium ini seorang ibu dapat melahirkan bayi
dengan sifilis kongenital.2

Stadium lanjut
Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun, rupanya treponema dalam
keadaan dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada dalam serum penderita.
Keseimbangan antara treponema dan jaringan dapat sekonyong-konyong berubah,
sebabnya belum jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor presipitasi. Pada saat
itu muncullah S III berbentuk guma. Meskipun pada guma tersebut tidak dapat ditemukan
T. pallidum, reaksinya hebat karena bersifat destruktif dan berlangsung bertahun-tahun.
Setelah mengalami mass laten yang bervariasi guma tersebut timbul di tempat-tempat
lain.2

GAMBARAN KLINIS
Sifilis primer (SI) / Ulkus Durum

14
Sifilis primer biasanya ditandai oleh tukak tunggal (disebut chancre), tetapi bisa
juga terdapat tukak lebih dari satu.3,5 Tukak dapat terjadi dimana saja di daerah genitalia
eksterna, 3 minggu setelah kontak. Lesi awal biasanya berupa papul yang mengalami
erosi, teraba keras karena terdapat indurasi. Permukaan dapat tertutup krusta dan terjadi
ulserasi. Ukurannya bervariasi dari beberapa mm sampai dengan 1-2 cm. Bagian yang
mengelilingi lesi meninggi dan keras. Bila tidak disertai infeksi bakteri lain, maka akan
berbentuk khas dan hampir tidak ada rasa nyeri. Kelainan tersebut dinamakan afek
primer. Pada pria tempat yang sering dikenai ialah sulkus koronarius, sedangkan pada
wanita di labia minor dan mayor. Selain itu juga dapat di ekstragenital, misalnya di lidah,
tonsil, dan anus.2 Pada pria selalu disertai pembesaran kelenjar limfe inguinal medial
unilateral/bilateral.3
Seminggu setelah afek primer, biasanya terdapat pembesaran kelenjar getah
bening regional di inguinalis medialis. Keseluruhannya disebut kompleks primer.
Kelenjar tersebut solitar, indolen, tidak lunak, besamya biasanya lentikular, tidak
supuratif, dan tidak terdapat periadenitis. Kulit di atasnya tidak menunjukkan tanda-tanda
radang akut.2

Gambar 1. Lesi sifilis primer

Afek primer tersebut sembuh sendiri antara tiga sampai sepuluh minggu. Istilah
syphilis d'emblee dipakai, jika tidak terdapat afek primer. Kuman masuk ke jaringan yang
lebih dalam, misalnya pada transfuse darah atau suntikan.2
PEMERIKSAAN PENUNJANG

15
Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus dikonfirmasikan
dengan pemeriksaan laboratorium berupa :3,4
1. a. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field)
Ream sifilis primer, dibersihkan dengan larutan NaCl fisiologis. Serum diperoleh
dari bagian dasar/dalam lesi dengan cara menekan lesi sehingga serum akan keluar.
Diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap menggunakan minyak imersi. T. pall
berbentuk ramping, gerakan lambat, dan angulasi. Hares hati-hati membedakannya
dengan Treponema lain yang ada di daerah genitalia. Karena di dalam mulut banyak
dijumpai Treponema komensal, maka bahan pemeriksaan dari rongga mulut tidak dapat
digunakan.3
b. Mikroskop fluoresensi
Bahan apusan dari lesi dioleskan pada gelas objek, difiksasi dengan aseton,
sediaan diberi antibodi spesifik yang dilabel fluorescein, kemudian diperiksa dengan
mikroskop fluoresensi. Penelitian lain melaporkan bahwa pemeriksaan ini dapat memberi
hasil nonspesifik dan kurang dapat dipercaya dibandingkan pemeriksaan lapangan gelap.
3

2. Penentuan antibodi di dalam serum.


Pada waktu terjadi infeksi Treponema, baik yang menyebabkan sifilis, frambusia,
atau pinta, akan dihasilkan berbagai variasi antibodi. Beberapa tes yang dikenal sehari-
hari yang mendeteksi antibodi nonspesifik, akan tetapi dapat menunjukkan reaksi dengan
IgM dan juga IgG, ialah 3
a. Tes yang menentukan antibodi nonspesifik.
 Tes Wasserman
 Tes Kahn
 Tes VDRL (Venereal Diseases Research Laboratory)

Cara pemerisaannya sebagai berikut:7


Prinsip: terbentuknya flokulasi
Cara kerja:antigen yang digunakan adalah ektrak jantung sapi
• Kualitatif
- Tandai slide vdrl lubang 1(test) dan lubang 2 ( kontrol)

16
- Pada lubang 1masukkan 50ul serum dan 18 ul antigen
- Pada lubang 2masukkan NaCl fisiologis 50 ul dan 18 ul antigen
- Masukkan dalam rotator kec 180 rpm selama 5 menit
- Lihat mikroskop perbesaran 100x
Hasil – jika berbentuk batang menyebar rata seluruh lapangan pandang
Hasil + jika terdapat flokulasi
• Kuantitatif
- Isi lubang 1-5 dengan 50 ul NaCl
- Masukkan 50 ul serum kelubang 1 dan encerkan kelubang lubang
berikutnya
- Lubang 1=1/2 x
Lubang 2=1/4 x
Lubang 3=1/8 x
Lub1ng 4=1/16 x
Lubang 5=1/32 x
Lubang 6=sebagai pembuangan yang digunakan untuk pengenceran
kembali apabila pengenceran 1/32 x masih menyatakan hasil + (terjadi
flokulasi)
- Masukkan 18 ul antigen kedalam masing masing lubang kecuali
lubang 6.
- Masukkan dalam rotator dengan kec 180 selam 5 menit
Lihat mikroskop perbesaran 100x
Jika hasil kualitatif – maka titer nya adalah 1:1
Jika haisl kuantitatif pada pengenceran 1/16 x tidak terjadi flokulasi maka
titer tertinggi adalah 1/16.
Interpretasi
a. Kualitatif
Hasil non reaktif : tidak ada infeksi, masih dalam masa inkubasi
atau telah mendapat pengobatan yang efektif.
Jika terjadi flokulasi :
 Gumpalan besar dan medium  reaktif

17
 Gumpalan kecil  reaktif lemah
b. Kuantitatif
Laporan hasil pengamatan dengan pengenceran tertinggi yang
masih memberikan hasil reaktif  dalam bentuk titer ½, ¼, 1/8,
1/16, 1/32 dan seterusnya.
Hasil reaktif : sedang terinfeksi atau pernah terinfeksi sifilis atau
positif semu.
 Tes RPR (Rapid Plasma Reagin)
 Tes Automated reagin
b. Antibodi terhadap kelompok antigen yaitu tes RPCF (Reiter Protein
Complement Fixation).
c. Yang menentukan antibodi spesifik yaitu:
 Tes TPI (Treponema Pallidum Immobilization)
 Tes FTA-ABS (Fluorescent Treponema Absorbed).
 Tes TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay)

Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut :7


Sampel: serum, plasma , LCS.
Reagen:
  TPHA diluent (tutup warna putih tabung kuning)
  Test cell (tutup warna merah, sel darah merah domba yang telah
ditempeli ekstrak treponema pallidum yang berfiungsi sebagai antigen
  Control cell ( tutup warna putih , tabung warna hijau),tidak akan
terjadi hemaglutinasi , karena tidak tejadi reaksi dengan Ab.
  Control positif (tutup warna merah kecil0
  Control negatif( tutup warna biru kecil)
Pada saat inkubasi disuhu ruang hendaknya dihindari adanya getaran agar
hemaglutinasinya tidak lepas.
Alat;
  Pipet 90, 10, 25 ul
  Mikroplate v

18
  Reading miror / kaca pembaca
  Solasi
Cara kerja:
1.    Masukkan 90 ul TPHA diluent + 10 ul kontrol positif pada sumur
pertama
2.    Masukkan 25 ul TPHA diluent pada sumur ke2, 3, 4, 5 disamping
sumur pertama
3.    Homogenkan sumur pertama dengan pipet mikro 25 ul,
Ambil dari sumur pertama, 25 ul masukkan ke sumur 2, campur/
homogenkan, ambil 25 ul buang.
Ambil dari sumur pertama 25 ul masukkan ke sumur 3,homogenkan,
ambil 25 ul masukkan ke sumur ke 4, homogenkan, ambil 25 ul
masukan kesumur ke 5, ambil 25 ul masukkan kesumur 6.
4.    Tambahkan 75 ul control test pada sumur ke 2
5.    Tambahkan 75 ul tets cell pada sumur ke 3, 4, 5.
6.    Homogenkan keseluruhan dengan sedikit getaran.
Interpretasi
Hasil reaktif : sedang terinfeksi, pernah infeksi reaksi positif semu.
Hasil non reaktif : tidak pernah terinfeksi atau pada masa inkubasi (belum
terbentuk antibodi)
 Tes Elisa (Enzyme linked immuno sorbent assay)

DIAGNOSIS BANDING

19
Diagnosis banding SI
Dasar diagnosis S I sebagai berikut. Pada anamnesis dapat diketahui mass
inkubasi; gejala konstitusi tidak terdapat, demikian pula gejala setempat yaitu tidak ada
rasa nyeri. Pada afek primer yang penting ialah terdapat erosi/ulkus yang bersih, solitar,
bulat/lonjong, teratur, indolen dengan indurasi: T. pallidum positif. Kelainan dapat nyeri
jika disertai infeksi sekunder. Kelenjar regional dapat membesar, indolen, tidak
berkelompok, tidak ada periadenitis, tanpa supurasi. Tes serologik setelah beberapa
minggu bereaksi positif lemah.2
Sebagai diagnosis banding dapat dikemukakan berbagai penyakit.
1. Herpes simpleks
Penyakit ini residif dapat disertai rasa gataV nyeri, lesi berupa vesikel di
alas kulit yang eritematosa, berkelompok. Jika telah pecah tampak kelompok
erosi, sering berkonfluensi dan polisiklik, tidak terdapat indurasi.2
2. Ulkus piogenik
Akibat trauma misalnya garukan dapat terjadi infeksi piogenik. Ulkus
tampak kotor karena mengandung pus, nyeri, tanpa indurasi. Jika terdapat
limfadenitis regional disertai tanda-tanda radang akut dapat terjadi supurasi yang
serentak, dan terdapat leukositosis pada pemeriksaan darah tepi.2

3. Skabies
Pada skabies lesi berbentuk beberapa papul atau vesikel di genitalia
eksterna, terasa gatal pada malam hari. Kelainan yang sama terdapat pula pada
tempat predileksi, misalnya lipat jari Langan, perianal. Orang-orang yang
serumah juga akan menderita penyakit yang sama.2
4. Balanitis
Pada balanitis, kelainan berupa erosi superficial pada glans penis disertai
eritema, tanpa indurasi. Faktor predisposisi: diabetes melitus dan yang tidak
disirkumsisi.2

5. Limfogranuloma venereum (L.G.V.)


Afek primer pada L.G.V. tidak khas, dapat berupa papul, vesikel, pustul,
ulkus, dan biasanya cepat hilang. Yang khas ialah limfadenitis regional, disertai

20
tanda-tanda radang akut, supurasi tidak serentak, terdapat periadenitis. L.G.V.
disertai gejala konstitusi: demam, malese, dan artralgia.2
6. Karsinoma sel skuamosa
Umumnya terjadi pada orang usia lanjut yang tidak disirkumsisi. Kelainan
kulit berupa benjolan-benjolan, terdapat indurasi, mudah berdarah. Untuk
diagnosis, perlu biopsi.2
7. Penyakit Behcet
Ulkus superficial, multipel, biasanya pada skrotum/labia. Terdapat pula
ulserasi pada mulct dan lesi pada mata.2
8. Ulkus mole
Penyakit ini kini langka. Ulkus lebih dari sate, disertai tanda-tanda radang
akut, terdapat pus, dindingnya bergaung. Haemophilus Ducreyi positif. Jika
terjadi limfadenitis regional juga disertai tanda-tanda radang akut, terjadi supurasi
serentak.2

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis pasti ditegakkan
berdasarkan hasil pemerikasan laboratorium dan pemeriksaan fisik.4
Pada fase primer atau sekunder, diagnosis sifilis ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan mikroskopis terhadap cairan dari luka di kulit atau mulut. Bisa juga
digunakan pemeriksaan antibodi pada contoh darah.4
Untuk neurosifilis, dilakukan pungsi lumbal guna mendapatkan contoh cairan
serebrospinal. Pada fase tersier, diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksan antibodi.4

PENATALAKSANAAN
Pada pengobatan jangan dilupakan agar mitra seksualnya juga diobati, dan selama
belum sembuh penderita dilarang bersanggama. Pengobatan dimulai sedini mungkin,

21
makin dini hasilnya makin balk. Pada sifilis laten terapi bermaksud mencegah proses
lebih lanjut.2
Pengobatannya menggunakan penisilin dan antibiotik lain.2,3,5
1. Penilisin
Obat yang merupakan pilihan ialah penisilin. Obat tersebut dapat menembus
placenta sehingga mencegah infeksi Pada janin dan dapat menyembuhkan janin yang
terinfeksi; juga efektif untuk neurosifilis.2
Kadar yang tinggi dalam serum tidak diperlukan, asalkan jangan kurang dari 0,03
unit/ml. Yang penting ialah kadar tersebut hares bertahan dalam serum selama sepuluh
sampai empat betas hari untuk sifilis dini dan lanjut, dua puluh sate hari untuk
neurosifilis dan sifilis kardiovaskular. Jika kadarnya kurang dari angka tersebut, setelah
lebih dari dua puluh empat sampai tiga puluh jam, maka kuman dapat berkembang biak.2
Menurut lama kerjanya, terdapat tiga macam penisilin:2
a. Penisilin G prokain dalam akua dengan lama kerja dua puluh empat jam, jadi
bersifat kerja singkat.
b. Penisilin G prokain dalam minyak dengan aluminium monostearat (PAM),
lama kerja tujuh puluh dua jam, bersifat kerja sedang.
a. Penisilin G benzatin dengan dosis 2,4 juts unit akan bertahan dalam serum
dua sampai tiga minggu, jadi bersifat kerja lama.
Ketiga obat tersebut diberikan intramuskular. Derivat penisilin per oral tidak
dianjurkan karena absorpsi oleh saluran cerma kurang dibandingkan dengan suntikan.
Cara pemberian penisilin tersebut sesuai dengan lama kerja masing-masing; yang
pertama diberikan setiap hari, yang kedua setiap tiga hari, dan yang ketiga biasanya
setiap minggu.2
Penisilin G benzatin karena bersifat kerja lama, make kadar obat dalam serum
dapat bertahan lama dan lebih praktis, sebab penderita tidak perlu disuntik setiap hari
seperti pada pemberian penisilin G prokain dalam akua. Obat ini mempunyai kekurangan,
yakni tidak dianjurkan untuk neurosifilis karena sukar masuk ke dalam darah di otak,
sehingga yang dianjurkan ialah penisilin G prokain dalam akua. Karena penisilin G
benzatin memberi rasa nyeri pada tempat suntikan, ada penyelidik yang tidak
menganjurkan pemberiannya kepada bayi. Demikian pula PAM memberi rasa nyeri pada

22
tempat suntikan dan dapat mengakibatkan abses jika suntikan kurang dalam; obat ini kini
jarang digunakan.2

Reaksi Jarish-Herxheimer
Pada terapi sifilis dengan penisilin dapat terjadi reaksi Jarish- Herxheimer.6 Sebab
yang pasti tentang reaksi ini belum diketahui, mungkin disebabkan oleh hipersensitivitas
akibat toksin yang dikeluarkan oleh banyak T. paffidum yang coati. Dijumpai sebanyak
50-80% pada sifilis dini. Pada sifilis dini dapat terjadi setelah enam sampai due betas jam
pada suntikan penisilin yang pertama.2
Gejalanya dapat bersifat umum dan lokal. Gejala umum biasanya hanya ringan
berupa sedikit demam. Selain itu dapat pula berat: demam yang tinggi, nyeri kepala,
artralgia, malese, berkeringat, dan kemerahan pada muka.8 Gejala lokal yakni afek primer
menjadi bengkak karena edema dan infiltrasi sel, dapat agak nyeri. Reaksi biasanya akan
menghilang setelah sepuluh sampai dua betas jam tanpa merugikan penderita pada S I.2
Pada sifilis lanjut dapat membahayakan jiwa penderita, misalnya: edema glotis
pada penderita dengan gums di laring, penyempitan arteria koronaria pada muaranya
karena edema dan infiltrasi, dan trombosis serebral. Selain itu juga dapat terjadi ruptur
aneurisms atau ruptur dinding aorta yang telah menipis yang disebabkan oleh
terbentuknya jaringan fibrotik yang berlebihan akibat penyembuhan yang cepat.2
Pengobatan reaksi Jarish-Herxheimer ialah dengan kortikosteroid, contohnya
dengan prednison 20-40 mg sehari. Obat tersebut juga dapat digunakan sebagai
pencegahan, misalnya pada sifilis lanjut, terutama pada gangguan aorta dan diberikan dua
sampai tiga hari sebelum pemberian penisilin serta dilanjutkan dua sampai tiga hari
kemudian.2

2. Antibiotik Lain
Selain penisilin, masih ada beberapa antibiotik yang dapat digunakan sebagai
pengobatan sifilis, meskipun tidak seefektif penisilin.2
Bagi yang alergi terhadap penisilin diberikan tetrasiklin 4 x 500 mg/hari, atau
aeritromisin 4 x 500 mg/hri, atau doksisiklin 2 x 100 mg/hari. Lama pengobatan 15 hari
bagi S I dan S II dan 30 hari bagi stadium laten. Eritromisin bagi yang hamil,

23
efektivitasnya meragukan. Doksisiklin absorbsinya lebih baik daripada tetrasiklin, yakni
90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.2
Pada penelitian terbaru didapatkan bahwa doksisiklin atau eritromisin yang
diberikan sebagai terapi sifilis primer selama 14 hari, menunjukkan perbaikan.9
Obat yang lain ialah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4 x 500 mg sehari
selama 15 hari. Juga seftriakson setiap hari 2 gr, dosis tunggal i.m. atau i.v. selama 15
hari.2
Azitromisin juga dapat digunakan untuk S I dan S 11, terutama dinegara yang
sedang berkembang untuk menggantikan penisilin.10 Dosisnya 500 mg sehari sebagai
dosis tunggal. Lama pengobatan 10 hari. Menurut laporan Verdun dkk. Penyembuhannya
mencapai 84,4%.2

PENCEGAHAN 6,8
 Hindari berhubungan sex dengan lebih dari satu pasangan
 Menjalani screening test bagi anda dan pasangan anda
 Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang
 Gunakan kondom ketika berhubungan sexual
Sifilis tidak bisa dicegah dengan membersihkan daerah genital setelah berhubungan
sexual.8

DAFTAR PUSTAKA

24
1. Peeling, R.W et al. Syphilis available at http//www.nature.com/reviews/micro.
Accessed on May 14, 2010.
2. Natahusada, EC, Djuanda A. Sifilis dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2010. h:393-413.
3. Hutapea, NO. Sifilis dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F. Infeksi Menular
Seksual, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,2009. h:84-102.
4. Sifilis available at http//www.medicastore.com. Acccesed on May 14, 2010.
5. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates. Jakarta. 2000. h:170.
6. CDC National Prevention Information Network. Syphilis available at
http//www.cdc.com. accessed on May 14, 2010.
7. Aprianti S, Pakashi RDN, Hardjoeno. Tes Sifilis dan Gonorrhoe dalam: Hardjoeno
dkk. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Penerbit LETHAS,
Makasar.2003. h:353-61.
8. Dugdale DC, Vyas JM, Zieve D. Syphilis available at http//www.medlineplus.com.
Accessed on may 14, 2010.
9. Wong T et al. Serological Treatment Response to Doxycycline/Tetracycline versus
Benzathine Penicillin. Am J Med 2008 Oct; 121:903.
10. Riedner G, Rusizoka M, Todd J, Maboko L, Hoelscher M, Mmbando D et al. Single-
Dose Azithromycin versus Penicillin G Benzathine for the Treatment of Early
Syphilis. NEJM 2005 Volume 353:1236-1244.

25

Anda mungkin juga menyukai