Anda di halaman 1dari 4

CERITA PEWAYANGAN TOKOH UDAWA

Disusun oleh :

Mochammad Anwar Sanusi

PRODI KRIYA SENI


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIASURAKARTA
2019
Arya Udawa merupakan putra Prabu Basudewa, dan menjadi patih di Dwarawati, yaitu
patihnya Prabu Krisna. Patih Udawa berasal dari Widara kandang, dia adalah anak prabu
Basudewa dengan nyai Sagopi yang pernikahanya dirahasiakan. Karena nyai Sagopi dulu adalah
penari kraton yang sangat cantik parasnya, dan secara diam-diam prabu Basudewa menaruh hati
padanya (nyai Sagopi). Alhasil dengan hubungan secara diam-diam tersebut, Nyai Sagopi
melahirkan seorang putra yang diberi nama Udawa. Akan tetapi waktu Udawa masih dalam
kandungan, ibundanya Nyai Segopi diserahkan kepada Antagopa, dan Udawa terlahir sebagai
anak dari Antagopa.

Sejak kecil Udawa sudah berkumpul dengan saudara-saudaranya, yaitu Kakrasana,


Narayana dan Roroireng. Sejak kecil sampai dewasa Udawa sering mengikuti kemanapun
Narayana (Kresna) pergi, mulai dari Narayana bertapa hingga sampai Narayana diangkat
menjadi raja di Dwarawati. Karena kesetianya, maka Udawa diangkat menjadi patih di
Dwarawati. Patih Udawa tergolong juga patih yang sakti, jujur, dan selalu mentaati perintah
rajanya.

Udawa adalah putra dari nyai Segopi. Adalah rahasia besar kerajaan Mandura pada masa
prabu Basudewa. Rahasia yang menyatakan bahwa Udawa adalah putra raja Mandura, Basudewa
dengan nyai Segopi. Seorang abdi dalem yang berwajah cantik itu telah membuat sang raja
terpesona dan jatuh cinta padanya. Hingga suatu hari akhirnya terjadi lah peristiwa yang
akhirnya menyebabkan Nyai Segopi mengandung dan melahirkan anak laki – laki yang tampan.
Oleh prabu Basudewa diberi nama Udawa dan di beri pusaka kyai Gondo Ludiro, pusaka
berwujud keris ligan. Kemudian Nyai Segopi dan bayinya akhirnya di berikan kepada Demang
Sagopa atau Antyagopa di Widarakandang.

Pada saat masih muda, Udawa selalu bersama Narayana (Kresna muda) yang saat itu
bersama kakaknya, Kakrasana dan adiknya Bratajaya juga diasuh oleh demang Antyagopa.
Kemana saja Narayana pergi, Udawa selalu mengikutinya.

Sampai pada saat Narayana berguru kepada Begawan Padmanaba, Udawa pun ikut
berguru. Sehingga saat setelah Begawan Padmanaba yang merupakan jelmaan bathara Wisnu
memberikan cakra dan wijaya kusuma lalu bersatu dengan Narayana. Narayana kemudian
berkata pada Udawa, bahwa suatu saat jika dia menjadi raja, maka Udawa lah yang berhak
menjadi patihnya.

Sabda itupun terjadi, setelah berhasil mengalahkan prabu Yudakalakresna dari kerajaan
Dwarakawestri atau Dwarawati, Narayana pun menjadi raja di Dwarawati bergelar sri Kresna,
dan patihnya tidak lain adalah Udawa.

Setelah resmi menjadi patih di Dwarawati, saat itu Udawa berkeinginan untuk
membebaskan bumi Widarakandang dari Negara Mandura, yang saat itu rajanya adalah saudara
seayah, prabu Balarama atau Baladewa. Namun keinginan itu membuat prabu Baladewa marah
besar karena merasa Udawa akan memberontak. Puncaknya, terjadi pertempuran sengit antara
Prabu Baladewa dan patih Udawa yang menginginkan kemerdekaan bumi Widarakandang.
Keduanya sama – sama sakti dan tidak ada yang menang dan kalah. Akhirnya Baladewa
mengeluarkan senjata pamungkasnya, tombak Nenggala dan Udawa mengeluarkan pusaka
warisan ayahnya, keris kyai Gondo Ludiro. Saat kedua pusaka tersebut bertabrakan timbullah api
yang sangat dasyat dan menimbulkan Goro – Goro di kahyangan Suralaya. Hyang Narada pun
akhirnya menuju ke alam kaswargan mencari sukma Basudewa agar melerai mereka dan
menjelaskan semuanya.

Akhirya keduanya pun dilerai oleh sukma Basudewa. Dan Basudewa pun menjelaskan
pada Baladewa bahwa bumi Widarakandang sudah di bebaskan dan dimerdekakan sepenuhnya
dan di bawah kekuasaan demang Antyagopa waktu itu. Karena sekarang Udawa yang mewarisi,
berarti Udawa berhak atas bumi Widarakandang dan bumi Widarakandang bebas serta menjadi
bumi merdeka. Baladewa pun akhirnya mau menerima. Dan atas permintaan Basudewa pula lah
tombak Nenggala dipotong sedikit pegangannya untuk dijadikan pegangan keris Gondo Ludiro.
Setelah semua selesai sukma Basudewa kembali ke kahyangan dan Udawa pun akhirnya berhasil
menjadikan bumi Widarakandang sebagai bumi merdeka dan menjadikannya sebagai kepatihan
Dwarawati.

Udawa sosok patih yang setia kepada rajanya. Saat lakon Gendreh Kemasan. Udawa
berperang dengan prabu Baladewa karena Baladewa terkena fitnah patih Sengkuni, Udawa
akhirnya tertembus Nenggala karena kerisnya berhasil direbut oleh Baladewa. Dia tidak mati, dia
terus merangkak dan menjauh dari Dwarawati. Tekadnya tidak akan mati sebelum dia bertemu
dengan Sri Kresna yang saat itu menghilang dari kerajaan. Akhirnya Udawa mati didepan prabu
Kala Supadma jelmaan Sri Kresna. Melihat kesetiaannya itulah, Akhirnya Udawa dihidupkan
kembali.

Begitu juga saat Sri Kresna bertapa tidur di Sumur Jalatunda, tepatnya di bale
Makambang. Bersama adiknya yang menjadi Senopati Dwarawati, Setyaki dan putra Sri Kresna,
Setyaka dia menjaga ketentraman disana. Tidak lama setelah itu datanglah Anoman dan
Gathotkaca membantu menjaga ketentraman disana. Udawa lah yang bisa menaklukan Baladewa
yang sedang marah – marah dan ingin sekali membangunkan Sri Kresna.

Begitulah Sosok patih Udawa yang tegas, setia dan pantas di contoh. Sebagai patih atau
wakil dari raja. Kesetiannya kepada raja sejak masih muda, belum menjadi raja sampai usai
perang bharatayuda. 

Anda mungkin juga menyukai