Anda di halaman 1dari 3

.

KELOMPOK 9

ELSA KARIN

SAVINA ASTARI

SUBADRA
Dewi Sembadra (Subadra) dalam pewayangan Jawa
adalah satu diantara tokoh utama dalam Wiracarita
Mahabharata. Ia adalah puteri dari Prabu Basudewa
(Raja di Kerajaan Surasena), serta saudara tiri dari
Krishna . Subadra (Dewi Sembadra dalam bahasa
Jawa) merupakan penjelmaan dari Dewi Sri. Dia
adalah istri pertama dari Arjuna serta ibu dari
Abimanyu.

Dalam budaya pewayangan Jawa, Sembadra


memiliki watak setia, murah hati, baik budi, sabar
dan jatmika (selalu dengan sopan santun), menarik
hati dan mudah tersinggung. Ia digambarkan sebagai
puteri yang cantik, anggun, lembut, tenang, dan patuh
kepada suaminya. Ia adalah sosok ideal priyayi putri
Jawa. Subadra yang pada saat kecil bernama Rara
Ireng memiliki dua orang kakak yakni Kakrasana yang lalu jadi raja Mandura bergelar Prabu
Baladewa serta Narayana yang lalu jadi raja di Dwarawati bergelar Prabu Sri Batara Kresna.

Setelah dewasa, Rara Ireng bernama Dewi Wara Sumbadra, dianggap sebagai bangsa
Bidadari, hingga ada ungkapan dalam bahasa Jawa : sekethi kurang sawiji, atau dalam bahasa
Indonesianya sepuluh laksa kurang satu, tentang jumlah banyak Bidadari di Kahyangan dan
kekurangan itu dilengkapi oleh Sembadra sebagai bidadari yang kesepuluh.

Pada saat masih kanak-kanak, Rara Ireng berwajah buruk, berkulit hitam, berambut jarang
dan kemerah-merahan. Setelah dewasa, wajahnya berangsur-angsur menjadi cantik. Bahkan
jika dia berkumpul dengan putri-putri yang terkenal kecantikannya, Rara Ireng bakal menjadi
yang paling cantik diantara mereka.

Kisah pertemuaanya dengan Raden Arjuna terjadi saat Arjuna menjalani masa pembuangan
karena tanpa sengaja mengganggu Yudhistira yang sedang menikmati malamnya dengan
Dropadi (istri kelima Pandawa). Arjuna kemudian berkunjung ke Dwaraka, kediaman
Kresna, sepupunya (Dewi Kunti, ibu Arjuna bersaudara dengan Basudewa, ayah Kresna). Di
sanalah Arjuna bertemu dengan Subadra.

Arjuna tertarik dengan kecantikan Subadra dan jatuh cinta padanya. Pada saat yang tepat
akhirnya ia menyatakan cintanya, gayung bersambut, ternyata Ia pun memiliki perasaan yang
sama dengan Arjuna. Kresna mengetahui hal itu dan mendukung Arjuna untuk menikahinya.
Kresna kemudian menyiapkan kereta dan menyuruh mereka berdua untuk pergi
ke Indraprastha (Amarta).

Baladewa marah, mengetahui bahwa adiknya kabur bersama Arjuna, namun berhasil
ditenangkan oleh Kresna, ia menjelaskan bahwa Subadra pergi atas kemauannya sendiri dan
dia sendiri yang mengendarai keretanya. Setelah mendengarkan penjelasan dari adiknya,
Baladewa akhirnya menyetujui pernikahan Arjuna dan Subadra. Pernikahan Arjuna dan
Subadra diadakan di istana Indraprastha yang juga dihadiri Baladewa dan Kresna.

Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seorang putera yang diberi nama Abimanyu atau
dikenal juga Angkawijayadalam pewayangan Jawa. Saat Pandawa menjalani masa
pembuangan selama 12 tahun dan masa pengasingan selama satu tahun karena kalah bermain
dadu dengan Korawa, Subadra dan Abimanyu tinggal di Dwarakabersama kakaknya Kresna.
Di sanalah, Abimanyu tumbuh menjadi pria yang gagah dan setara dengan ayahnya.

Saat perang besar di Kurukhsetra berkecamuk, Abimanyu dan Arjuna tuut ke medan laga,
sementara ia tetap tinggal di Dwaraka. Saat itu, umur Abimanyu masih 16 tahun, ia adalah
putera yang sangat dikasihi oleh Arjuna dan Subadra. Abimanyu gugur dalam pertempuran
itu, tetapi ia sudah memiliki putera bernama Parikesit dari pernikahannya dengan Utara.
Parikesit kemudian menggantikan Yudhistira, pamannya, menjadi raja Hastinapura. Subadra
kemudian menjadi guru sekaligus penasihat bagi cucunya tersebut.

Dalam lakon Subadra larung dikisahkan, saat Prabu Baladewa menikah dengan Erawati,
Dewi Subadra diajak sebagai patah (pengiring pengantin). Raden Burisrawa tergila-gila
melihat Subadra dan bersumpah bahwa ia tidak akan menikah bila tidak dengan Dewi
Subadra.

Saat tengah malam, Sembadra pergi mandi, di tengah jalan ia dihadang oleh Burisrawa, ia
mendekati Subadra dan mencoba merayunya. Subadra tidak mau didekati yang menyebabkan
Burisrawa jengkel dan mencabut kerisnya untuk menakut-nakuti Sembadra. Melihat hal itu,
Subadra justru menyerbu kearah keris dan Subadra mati seketika terkena keris itu. Dengan
pertimbangan Prabu Kresna, mayat Subadra dilarung, dihanyutkan dalam perahu
di bengawan Silungangga.

Saat itu Gatotkaca, putera Werkudara dengan Dewi Arimbi, ditugaskan untuk mengawasi
bibinya itu. Tersebutlah Raden Antareja, putera Werkudara, yang keluar dari bumi untuk
menghadap ayahandanya, melihat mayat Dewi Subadra, kemudian menghidupkan kembali
Subadra dengan cincin Mustikabumi. Subadra kemudian menanyakan asal usul Antareja,
bahagialah ia setelah mengetahui bahwa Antareja ternyata adalah kemenakannya sendiri.

Gatotkaca murka melihat ada laki-laki yang mendekati bibinya dan menuduh Antareja yang
membunuh Wara Sumbadra. Terjadilah perkelahian diantara keduanya, namun perkelahian
mereka bisa diredakan oleh Subadra yang menjelaskan bahwa mereka bersaudara.
Mendengar hal itu, kedua putera Werkudara menjadi rukun dan bersama-sama mengawal
bibinya untuk bertemu Raden Arjuna di Madukara.
Bahan & Alat

 Gunting / cutter  Benang


 Lem  Bambu
 Pensil  Cat Akrilik
 Fiber

Anda mungkin juga menyukai