Anda di halaman 1dari 93

RANGKUMAN OSCE BATCH IV NOVEMBER 2016

OSCE 26 November 2016 Sesi 1:  2. Shock hipovolemik ec diare (infus)


1. Bipolar episode manik dg gejala 3. PID OSCE 2
psikotik 4. Laringitis akut Pagi 
2. Bells spalsy  5. Sprain ankle dextra 1. VES (baca ekg)
3. Gizi Buruk (Marasmus)  6. Skizofrenia dgn gangguan waham 2. Sirkumsisi
4. Blefaritis 7. Istirahat 3. Amoebiasis
5. Vulnus Laseratum  8. Neuralgia Trigeminal 4. PTSD
6. Syok hipovolemik  5. Tinea Kruris
7. Faringitis  6. G4P2A0 hamil 32 minggu, janin
8. Op Fraktus tibia 1/3 Proximal tunggal hidup, letak kepala, dg PEB
pasang Bidai  9. Dakrioadenitis tanpa HELLP syndrome
9. Gonorrea 10. Gizi buruk 7. Keratokonjungtivitis
10. Leptospirosis  11. GO 8. Tension Headache
11. Sistitis  12. Hepatitis A 9. Hemoroid Interna Grade 3
12. App akut 13. DHF gr 2 10. BLS dewasa
14. Istirahat 11. Parotitis
Sesi 2 Sabtu 26 Nov 2016
Sesi 2 28 Nov 2016 Siang
1.vulnus schicum Sesi 6 1. Panik
2.syok hipovolemik ec diare dengan 1. Ulcus Molle 2. Bronkiolitis
dehidrasi berat 2. Vulnus schissum 3. Scabies
3.candidiasis vulvovaginal 3. Syok hivolemik ec diare dengan 4. Trichomonas Vagina
4.abses peritonsil dehidrasi berat 5. Hifema od
5.fr.tertutup 1/3 medial clavicula 4. Cervicitis gonorhea dd pelvic 6. Hernia inguinalis irreponible
sinistra inflamatory strangulata
6.gangguan psikotik akut 5. Difteri dd candidiasis 7. RJP
7.istirahat 6. Depresi sedang berulang tanpa 8. OA
8.TTH gejala psikotik 9. Hepatitis B
9.kwasiokor 7. Keratitis viral  10. Kateter
10.tifoid 8. Infeksi neonatorum dd omfalitis 11. Stroke iskemik
11.PNA (Pyelonefritis Akut) 9. Soft tissue injury metacarpal sin
12.RA/Gout (Penguji ga jls ngasih hsl 10. Underweight
px) 11. Malaria pl falciparum
13.konjungtivitis bakterialis 12. HNP
14.istirahat
OSCE 1
27 Nov 2016 Sesi 1 Pagi Line A 
1. Leptospirosis
1. Vulnus laceratum (dd vulnus 2. Syok hipovolemik ec GEA (infus)
schissum) 3. BPPV
2. Diare akut dehidrasi berat 4. AKDR + edukasi papsmear
3. CF Humerus dextra 1/3 Distal 5. RJP
4. Gangguan waham 6. ISK
5. KVV 7. GMO krn demam (riw alkohol)
6.Tonsilitis kronis eksaserbasi akut 8. DKA ec kalung imitasi
7. Istirahat 9. Pterigium gr 2
8. Kejang demam sederhana 10. Bronkiloitis
9. Hordeolum interna 11. Fr. Obliq 1/3 distal os tibia dextra +
10. Obese gr. I bidai
11. GastritiS
12. Trauma ginjal sinistra Line B 
13. Anemia def. Besi (ec gastritis 1. ASMA
erosiva) ➡ pasien hobi minum 2. kateter
meloxicam 3. Jiwa ga jelas kayanya narkolepsi /
14. Istirahat hipersomnia (keluhannya tidur terus) 
4. Thalasemia 
5. Scabies 
27 Nov 2016 Sesi II siang 6. Vagi bakterialis 
1. Vulnus schizum 7. Rest 
2. Syok hipovolemik ec diare berat 8. Mata 
3. BV 9. Cluster 
4. Tonsilitis Akut 10. Fraktur ante brachii 
5. Fraktur Femur 11. Rjp Neonatus
6. Gangguan Mental dan Prilaku ec zat 12. Ada 2 pasien . OE N OMA
psikoaktif ganja
7. Istirahat Osce siang
8. Cluster Headache 1. Malaria falciparum
9. Pterigium 2. Vulnus laseratum , hecting
10. Underweight BMI 15,6 3. Serangan panik
11. Vesikolitiasis 4. Filariasis
12. Disentri Basiler 5. Herpes zooster
13. Limfadenitis regio coli 6. Konjungtuvitis alergi
14.Istirahat 7. OMA dtadium oklusi
8. Migrain with aura
28 Nov 2016 Sesi I Pagi 9. Fraktur humerus + bidai
10. ETT
1. Vulnus schissum (hecting) 11. Pertusis
Kasus Tindakan DLL 7. Diaper rash (✔) 6. Konjungtivitis alergi-konjungtivitis
1. RJP (✔)  8. Edukasi obesitas anak (✔) viral
2. Infus (syok hipovolemik) (✔) 9. Imunisasi (✔)  7. Keratokonjungtivitis
3. Kateter (✔) 8. Hifema
4. Endotracheal tube (✔) Kasus Jiwa 9. Hipermetrop simpleks
5. Suntik IV (ondansetron) (✔) 1. Bipolar episode manik dg gejala 10. Dry eye
6. Pemasangan NGT (✔) psikotik 11. Astigmat miop kompositus OD +
7. EKG (✔) 2. Gangguan psikotik akut miop simpleks OS
8. Resusitasi neonatus + RJP 3. Gangguan waham 12. Katarak matur OD + imatur OS
neonatus (✔) 4. Gangguan Mental dan Prilaku ec zat
9. Edukasi SADARI (✔) psikoaktif ganja Kasus THT
10. Partus normal 5. Skizofrenia paranoid 1. Faringitis (✔)
11. Sirkumsisi 6. GMO karena demam 2. Abses peritonsil (✔)
12. Vulnus laceratum, schisum —> 7. Narkolepsi/hipersomnia 3. Tonsilitis kronis eksaserbasi
hecting. 8. Serangan panik akut (✔)
13. IVA 9. Gangguan penyesuaian 4. Tonsilitis akut (✔)
10. Gangguan cemas 5. Laringitis akut (✔)
Kasus IPD 11. PTSD 6. OE (✔)
Gastroenterohepatologi 12. Psikotik akut e.c intoksikasi 7. OMA (✔)
1. (GED) diare akut dehidrasi berat alkohol 8. Epistaksis anterior (✔)
2. Gastritis 13. Insomnia 9. OME (✔)
3. Disentri Basiler 14. Depresi berat dengan gejala
4. Anemia def. Besi (ec gastritis psikotik Kasus Urologi
erosiva) ➡ pasien hobi minum 1. Sistitis (✔)
meloxicam Kasus Neuro 2. Pyelonefritis akut (✔)
5. Hepatitis A  1. Bells palsy (✔) 3. Trauma ginjal sinistra (✔)
6. Amoebiasis 2. Tension-type headache (✔) 4. Vesikolithiasis (✔)
7. Hepatitis B 3. Cluster headache (✔) 5. ISK (✔)
8. GERD 4. Trigeminal neuralgia (✔) 6. Nefrolithiasis (✔)
9. Diare e.c shigellosis 5. BPPV (✔)
10. Diare e.c ascariasis  6. Migraine with/without aura (✔) Kasus Dermatoveneroelogy
7. Stroke iskemik (✔) 1. DKA karena kalung imitasi (✔)
8. Tarsal tunnel syndrome (TTS) (✔) 2. Gonorea (✔)
Metabolik Endokrin 9. Carpal tunnel syndrome (CTS) (✔) 3. Skabies (✔)
1. Obesitas grade I 10. Meningitis (✔) 4. Herpes zoster (✔)
2. Underweight 11. Tetanus (✔) 5. Tinea kruris (✔)
3. Koma HONK (✔)  12. Parkinson disease (✔) 6. Sifilis
4. DM + Edukasi DM 7. Kandidiasis (✔)
5. Dislipidemia Kasus Obgyn 8. Varicella (✔)
6. Graves disease 1. Kandidiasis vulvovaginal 9. Creeping eruption (✔)
2. Bacterial vaginosis 10. Morbus hansen (✔)
Infeksi Tropis 3. PID 11. Pitiriasis versikolor (✔)
1. Limfadenitis regio coli 4. AKDR + edukasi papsmear 12. Ulkus molle (✔)
2. DHF grade II 5. G4P2A0 hamil 32 minggu, janin
3. Malaria falciparum (✔)  tunggal hidup, letak kepala, dg PEB
4. Filariasis tanpa HELLP syndrome
5. Parotitis 6. Trikomonas vaginalis
6. Anemia e.c ascaris 7. GO
7. Leptospirosis 8. IVA
8. Tifoid 9. Abortus imminens
10. KPD
Kardiovaskular 11. Partus normal
1. Ventrikular ekstrasistole (VES)— 12. Pap smear
baca EKG
2. NSTEMI-STEMI Kasus Bedah
3. Hipertensi esensial 2. Op Fraktus tibia 1/3 Proximal
4. Angina pectoris stabil pasang Bidai
5. Cor pulmonale akut 3. App akut
5. Fraktur tertutup 1/3 medial clavicula
sinistra
Pulmonologi
6. Fraktur tertutup humerus dextra 1/3
1. Asma bronkiale
Distal
2. Bronkitis akut
7. Fraktur femur
3. PPOK
8. Angkle sprain dextra
4. TB paru
9. Fr. Obliq 1/3 distal os tibia dextra +
bidai
Muskuloskeletal/Imunologi 10. Fraktur ante brachii
1. Gout 12. Hemoroid interna grade III
2. RA 13. Hernia inguinalis irreponible
3. OA strangulata
14. Gangren pedis digiti I
Hematologi-Onkologi 15. Fraktur colles
1. Thalasemia
Kasus Mata
Kasus Pediatri 1. Blefaritis
1. Gizi Buruk (✔)  2. Konjungtivitis bakterialis
2. Kejang demam sederhana (✔)  3. Hordeolum interna
3. Bronkiolitis (✔)  4. Pterigium
4. Pertusis (✔)  5. Dakrioadenitis
5. Parotitis (✔) 
6. Kurva CDC (✔)
PAP TEST (SMEAR)
1. Menjelaskan prosedur pap smear. Jelaskan pada pasien, agak sedikit nyeri
2. Alat dan bahan: cahaya, spekulum vagina, spatula (kayu/plastik), sitobrush/cervical brush.
3. Gunakan alat pelindung diri. Bersihkan.
4. Inspeksi dan palpasi, pasang duk bolong.
5. Pasang spekulum.
6. Inspeksi portio, forniks, dinding vagina. Identifikasi zona transformasi.
7. Pilih ujung spatula yang paling cocok untuk zona transformasi.
8. Putar spatula 360 derajat di permukaan serviks sambil mempertahankan kontak dengan permukaannya.
Diawali dan diakhiri jam 9, searah jarum jam, atau arah sebaliknya mulai dan berakhir di jam 3. Oles di
obyek glass.
9. Jika menggunakan cervical brush, putar di mulut serviks. Minimal 1/4 putaran smpai 1 putaran
tergantung kondisi serviks (jika rapuh dll harus 1/4 aja) searah jarum jam. Habis itu dipulas di obyek glass
diputar berlawanan jarum jam, tepat di aras spesimen yang dari spatula.
10. Masukkan pada alkohol 95/96%. Kalau tidak ada gunakan hair spray.

IUD
1. Inform consent, jelaskan. IUD bagus dilakukan pada akhir haid.
Pakai sarung tangan. Duduk di depan pasien.
2. Inspeksi terlebih dahulu. Lalu palpasi.
3. Bimanual untuk menentukan posisi uterus ante atau retrofleksi.
4. Inspekulo. Gunakan ukuran medium pada wanita dewasa. Inspeksi serviks, dinding vagina. Jika ada
discharge bersihkan dgn kapas steril.
5. Ukur kedalaman uterus dgn sonde dan sesuaikan dengan posisi.
6. Copot sarung tangan, ambil bungkus AKDR. Masukkan Tnya ke dalam botol. Hbs itu buka bagian
bawahnya (steril).
7. Pakai sarung tangan steril, ambil akdrnya. Ukur sesuaikan berapa cm dengan kedalaman uterusnya.
8. Masukkan ke dlm uterus. Hbs itu gunting.
9. Buka inspekulo, bimanual untuk menyelipkan benang ke forniks anterior.

DAFTAR ISI dan RESUSITASI JANTUNG PARU


1. Primary survey dan resusitasi jantung (BLS)
paru (BLS). PRIMARY SURVEY
2. Resusitasi neonatus + RJP neonatus. Airway and C-Spine Control
3. Edukasi sadari. ● Perhatikan apakah ada sumbatan pada
4. Pemasangan NGT. jalan nafas (kondisi pasien terlentang).
5. Syok anafilaksis. ● Keluarkan sisa makanan, darah, dengan
teknik crossfinger.
1. PRIMARY SURVEY ● Pasang OPA (oropharyngeal airway).
● Suction. ● Start CPR —> 30:2.
● Jika terdapat jejas di kepala —> ● Cek nadi dan airway lagi setelah 5
stabilisasi leher dengan memasang collar siklus.
neck. ● Jika sudah beres: posisikan pasien dalam
● Melakukan triple-airway maneuver. posisi mantap.

Breathing High Quality CPR


● Nilai apakah pasien bernafas dengan - Minimal 100x/menit
normal atau tidak. - Kompresi ke dalaman 5 cm (kalau anak 4
● Look: pergerakan rongga dada. cm).
● Listen: dengarkan suara nafas. - Biarkan paru mengembang setelah habis
● Feel: rasakan udara pernafasan dengan pompa
pipi/telapak tangan. - Interupsi minimal
● Berikan ventilasi buatan 2x interval 1 - Jangan berikan ventilasi berlebihan
detik, 12x/menit.
Pasien dikatakan sadar jika:
Circulation - Batuk
● Periksa pulsasi nadi karotis. - Membuka mata
● Jika denyut nadi karotis teraba maka - Bicara
lakukan ventilasi saja tiap 5 detik 1x. - Bernafas normal
● Jika denyut tidak teraba maka lakukan
kompresi jantung CPR. 2. RESUSITASI NEONATUS + RJP
● Penolong dalam keadaan berlutut di NEONATUS
samping pasien.
● Tandai posisi untuk melakukan CPR.
● Kompresi jantung luar dengan 30:2.
Setelah 5 siklus kembali nilai denyut arteri
karotis.

Disability: Pemeriksaan GCS (lakukan


rangsang nyeri pada sternum pada pasien
yang tidak sadar).
Exposure: Buka pakaian dan lihat apakah
terdapat jejas pada tubuh, lalu berikan
selimut untuk mencegah terjadinya
hipotermi.

BASIC LIFE SUPPORT (RJP)


Kalau ada pasien tidak sadar:
● 3A: Aman diri (pakai handscoen, dan
lain2), aman pasien (amankan pasien ke
tempat yang aman), aman lingkungan
(meminta orang sekitar untuk pergi agar
sirkulasi oksigen tidak terganggu).
● Check for response: tepuk pundak yang
keras dan panggil pasien.
● Check for breathing: cek pernafasan
(letakkan tangan di dekat hidung, dan lihat - 1 siklus: 3 kompresi & 1 ventilasi dalam
pergerakan pernafasan). 2 detik (3:1).
● Call for help: minta bantuan dan - Frekuensi: 90 kompresi + 30 ventilasi
ambilkan AED. dalam 1 menit (berarti 120 kegiatan per
● Cek nadi a. carotis (lebih dari 5 detik menit).
kurang dari 10 detik), - Dilakukan dalam 30 detik —> 15 siklus.
30 derajat).
RJP Neonatus ● Cuci tangan dan gunakan handscoen
- Prinsip sama dengan RJP pada dewasa. bersih (tidak perlu steril) dan membuka
- Cek pulse boleh di brachialis atau carotis. kemasan NGT.
- Kompresi 30:2 (untuk 1 penolong), 15:2 ● Memeriksa rongga hidung dan mulut
(untuk 2 penolong). dengan penlight, lihat adanya deviasi,
- Pas diberikan nafas saja 1:3. 1x nafas tiap massa, penyempitan.
3 detik. ● Ukur panjang tube/selang yang akan
- Teknik dua jari untuk 1 penolong, teknik digunakan dengan menggunakan metode :
ibu jari untuk 2 penolong. 1 Metode tradisional; Ukur jarak dari
puncak lubang hidung ke meatus
Terdapat 2 macam teknik kompresi: akustikus eksterna dan ke prosesus
teknik dua jari (kiri) dan teknik ibu jari xipoideus di strenum.
(kanan). 2 Metode Hanson; Mula-mula ditandai 50
cm pada tube / selang lalu lakukan
pengukuran dengan metode
tradisional. Selang yang akan
dimasukkan pertengahan antara 50
cm dengan tanda tradisional.
● Beri tanda pada panjang selang yang
sudah diukur dengan plester.
● Oleskan jelly lidokain pada selang NGT
sepanjang 10-20 cm.
● Informasikan kepada pasien bahwa
selang akan dimasukkan melalui hidung
dan instruksikan kepada pasien agar
3. EDUKASI SADARI menelan perlahan.
● Jika selang NGT sudah masuk periksa
letak selang dengan cara :
● Pasang spuit yang telah diisi udara kira-
kira 10-20 ml lalu dorong sehingga udara
masuk kedalam lambung. Kemudian
dengarkan dengan menggunakan stetoskop
di daerah lambung/epigastrium.
● Masukkan ujung bagian luar selang
NGT kedalam mangkok yang berisi air.
Jika ada gelembung udara berarti masuk
kedalam paru-paru, jika tidak ada
gelembung udara berarti masuk kedalam
lambung.
● Fiksasi selang NGT dengan plester dan
hindari penekanan pada hidung.
● Tutup ujung luar NGT.

4. PEMASANGAN NGT Indikasi: pasien tidak sadar, pasien


PROSEDUR TINDAKAN kesulitan menelan, muntah darah, intake
● Menerangkan prosedur tentang tindakan sulit.
yang akan dilakukan dan tujuan tindakan Kontraindikasi: tumor rongga
pemasangan NGT. hidung/esofagus, trauma atap hidung/basis
● Atur posisi pasien (tidur telentang cranii.
dengan kepala ditinggikan pakai 1-2
bantal) sehingga mempermudah pada saat 5. SYOK ANAFILAKSIS
pemasangan NGT dilakukan (semi-fowler
DAFTAR ISI
1. Imunisasi dan jenis imunisasi
2. Campak
3. Varicella
4. Kejang demam 
5. Bronkiolitis

6. Pertusis 
7. Mumps/viral parotitis 
8. Gizi buruk
(marasmus/kwashiorkor/marasmus-kwashiorkor)
9. Obesitas pada anak + kurva WHO dan CDC
10. Diaper rash/diaper dermatitis
11. Meningitis/ensefalitis pada anak
12. Ikterus fisiologis
0 bulan Hepatitis B 0 (nol)
1. IMUNISASI
Jadwal imunisasi IDAI dan Depkes berbeda.
Untuk dokter umum seharusnya memang 1 bulan BCG, Polio 1
menggunakan jadwal imunisasi Depkes karena
inilah yang digunakan di Puskesmas. Namun
untuk ujian lebih baik untuk menghafal 2 bulan DPT-HB-HiB 1 (pentabio), Polio 2
keduanya.
3 bulan DPT-HB-HiB 2 (pentabio), Polio 3

4 bulan DPT-HB-HiB 3 (pentabio), Polio 4


JADWAL IMUNISASI IDAI
9 bulan Campak

18 bulan DPT-HB-HiB

24 bulan Campak

Kelas 1 SD Campak (Agustus) dan DT (November)

Kelas 2 SD Td (November)

Kelas 3 SD Td (November)

● 0-9 bulan merupakan imunisasi dasar.


● 18, 24 bulan dan kelas 1-3 SD merupakan
Hepatitis B 0, 1, dan 6 bulan.
imunisasi tambahan.
Polio 0, 2, 4, dan 6 bulan. Booster 18-24 bulan dan 5 tahun.
BCG 1x saja usia 0-1 bulan.
IMUNISASI PADA ANAK DENGAN HIV?
DPT 2, 4, dan 6 bulan. Booster 18-24 bulan. 5 tahun, 10-12 tahun
(Td) dan 18 tahun (Td).
Pasien HIV mempunyai risiko lebih besar untuk
HiB
Campak
2, 4, dan 6 bulan. Booster 15-18 bulan.
9 bulan. Booster 24 bulan dan 6 tahun.
mendapatkan infeksi Walaupun responnya
MMR 15 bulan. Booster 5-6 tahun. Vaksin campak ke 2 (24 bulan) terhadap imunisasi tidak optimal atau kurang,
sudah tidak perlu diberikan jika MMR yang pertamakali diberikan.
HPV Di atas 10 tahun-18 tahun, diberikan 3x. penderita HIV memerlukan imunisasi. Pasien
HIV dapat diimunisasi dengan mikroorganisme
JADWAL IMUNISASI DEPKES yang dilemahkan atau yang mati sesuai dengan
rekomendasi yang tercantum pada tabel di bawah
ini.

IPV (JANGAN BERI OPV) Rekomendasi: YA


subkutan. Dosis berlebihan dapat menyebabkan
DPT Rekomendasi: YAlimfadenitis supurativa yang menyembuh dalam
2-6 bulan, BCG-itis.
HiB Rekomendasi: YAVAKSIN DPT (DIFTERIA, PERTUSIS,
TETANUS)
Hepatitis B Rekomendasi: YA● Kekebalan aktif terdapat difteria, pertusis dan
tetanus dalam waktu bersamaan.
● Dosis dan cara pemberian: 0.5 mL IM, paha
anterolateral kiri/kanan.
Hepatitis A Rekomendasi: YA● Kandungan vaksin: 40 Lf toksoid difteri, 15 Lf
toksoid tetanus, 24 (OU) Bordetella pertusis
mati, diserap ke dalam aluminium fosfat dan
MMR Rekomendasi: YAmertiolat. 
● Terdapat 2 macam vaksin DPT —> DTwP dan
DTaP. DTwP menggunakan whole cell pertusis,
yang berarti seluruh sel pertusis digunakan untuk
Influenza Rekomendasi: YAimunisasi (banyak antigen yang tidak berguna
juga ikut dimasukkan ke dalam tubuh —>
Pneumokokus Rekomendasi: YApirogenik). DTaP menggunakan acellular
pertusis, artinya tidak seluruh sel digunakan,
hanya diambil antigen yang berperan dalam
BCG Rekomendasi: YApembentukan antibodi saja (non-pirogenik).
● Kontraindikasi: anak di atas 7 tahun (berikan
Td atau DT saja), demam >38ºC, sakit berat
(kelainan neurologis), riwayat reaksi berat
BAGAIMANA JIKA IMUNISASI ANAK terhadap pemberian DPT
TERLAMBAT? sebelumnya/anafilaksis, ensefalopati dalam 7
Tabel di bawah ini menyediakan jadwal catch-up hari sesudah pemberian vaksin DPT, riwayat
dan interval minimal antar dosis untuk anak-anak hiperpireksia.
yang vaksinasinya tertunda (CDC 2014). ● KIPI: demam, nyeri, bengkak lokal, abses
steril, syok, kejang. Jika reaksi berlebihan
berikutnya diberikan DT (difteria, tetanus).
JENIS IMUNISASI
VAKSIN BCG (Bacillus Calmette-Guerin) VAKSIN POLIO
● Mycobacterium bovis hidup dilemahkan. ● Kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
● Dosis dan cara pemberian: 0.05 mL (<1 ● Terdapat 2 jenis vaksin polio, vaksin
tahun), 0.1 mL (>1 tahun) Salk/IPV (berisi virus polio yang telah
intradermal/intrakutan, lengan atas kanan. dimatikan dan diberikan secara IM) dan vaksin
● Jika diberikan di atas 3 bulan —> cek tes Sabin/OPV (vaksin hidup yang dilemahkan dan
tuberkulin terlebih dahulu, jika negatif boleh diberikan dalam bentuk pil atau cairan).
diberikan. Rekomendasi Depkes menganjurkan dalam 4x
● Tiap ampul mengandung BCG hidup 1.5 mg, imunisasi polio minimal diberikan 1x vaksin
pelarutnya mengandung NaCl 0.9%. polio IPV.
● Vaksin BCG sensitif terhadap sinar matahari, ● Dosis dan cara pemberian: (OPV) 2 tetes
sehingga simpan jauhi dari sinar matahari. (0.1 ml) langsung ke mulut ditetes atau dengan
● Kontraindikasi: pasien imunokompromise, menggunakan sendok yang berisi air gula.
sedang pengobatan menggunakan steroid, dan ● Kandungan vaksin: virus polio tipe 1, 2, 3
HIV. hidup dilemahkan, asam amino, antibiotik. 
● KIPI: ● Kontraindikasi: diare berat, defisiensi imun,
- Reaksi lokal 1-2 minggu setelah penyuntikan kehamilan. Pada HIV jangan berikan OPV, ganti
berupa indurasi dan eritema di tempat suntikan, dengan IPV.
berubah menjadi pustula dan menjadi ulkus, dan ● KIPI: VAPP (Vaccine-associated paralysis
menyembuh spontan dalam 8-12 minggu dengan polio), adalah kelumpuhan yang disebabkan
meninggalkan jaringan parut. karena imunisasi polio. Hal ini terjadi karena
- Reaksi regional berupa pembesaran kelenjar virus polio liar menjadi aktif kembali dan infektif
aksila atau servikal, konsistensi padat, tidak kembali. Hanya terjadi dalam 1:1.000.000-
nyeri tekan, tidak demam yang hilang dalam 2.000.000 kasus.
waktu 3-6 bulan. 
● Komplikasi: abses di tempat suntikan (cold VAKSIN CAMPAK
abscess) karena suntikan terlalu dalam sampai ke ● Kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
● Dosis dan cara pemberian: 0.5 mL pemeriksaan antropometri, dan PF head-to-toe
subkutan di daerah deltoid/paha. (kulit, rambut, konjungtiva, THT, dan lain2). 
● Kandungan vaksin: berisi virus campak 5.000 ● Siapkan vaksin yang akan diberikan.
TCID50/PFU, kanamisin sulfat 100 mcg, Perhatikan warna vaksin, kejernihan, perhatikan
eritromisin 30 mcg.  VVM (Vaccine-vial monitor) untuk memastikan
● Kontraindikasi: demam > 38ºC, defisiensi apakah vaksin masih dapat digunakan (gambar di
imun, alergi protein telur, hipersensitifitas bawah), maupun lakukan uji kocok bila vaksin
terhadap kanamisin dan eritromisin, wanita membeku dengan diamati 30 menit setelahnya).
hamil.
● KIPI: demam, ruam kulit, diare,
konjungtivitis. Dapat pula terjadi ensefalitis pada
1:1.000.000 kasus dalam 5-7 hari setelah
pemberian imunisasi.

VAKSIN HEPATITIS B
● Kekebalan aktif terhadap hepatitis B.
● Dosis dan cara pemberian:  0.5 mL IM pada
vastus anterolateral femoris/paha.
● Untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg
positif, berikan vaksin HepB dan 0,5 mL
hepatitis B immune globulin (HBIG) dalam
waktu 12 jam pertama kelahiran. Bayi-bayi ini
harus diuji HBsAg dan antibodi terhadap HBsAg ● Cuci tangan, asepsis antisepsis lokasi yang
(anti-HBs) 1 sampai 2 bulan setelah selesainya akan disuntik. Gunakan sarung tangan
seri HepB, pada usia 9 sampai 18 bulan (lebih ● Lakukan penyuntikan sesuai dengan vaksin
diutamakan kunjungan berikutnya saat anak yang akan disuntik:
sehat).  3 Intramuskular (DPT-HB-HiB): bayi <1 tahun
● Jika status HBsAg ibu tidak diketahui, dalam pada anterolateral femoris (vastus
waktu 12 jam setelah kelahiran berikan vaksin lateralis quadriceps femoris). Anak 1-2
HepB. Untuk bayi dengan berat kurang dari tahun pada anterolateral femoris atau
2.000 gram, berikan HBIG selain vaksin HepB deltoid. Anak 3-18 tahun pada deltoid.
dalam waktu 12 jam setelah kelahiran. Arah jarum 90 derajat.
Menentukan status HBsAg ibu sesegera mungkin 4 Subkutan (campak): pada otot triseps atau otot
dan, jika ibu adalah HBsAg-positif, berikan juga paha anterolateral. Arah jarum 45
HBIG untuk bayi dengan berat 2.000 gram atau derajat.
lebih sesegera mungkin, tetapi tidak ada lebih 5 Intrakutan (BCG): pada lengan atas kanan.
dari usia 7 hari. Arah jarum 10-15 derajat.
● Kontraindikasi: tidak ada kontraindikasi 6 Oral (OPV).
mutlak, seperti anak sakit berat, riwayat alergi ● Catat dan dokumentasikan pemberian vaksin
terhadap ragi. pada buku imunisasi yang dimiliki pasien. Hal
● KIPI: efek lokal (nyeri di tempat suntikan) yang perlu dicatat adalah jenis imunisasi, tanggal
dan sistemik (demam ringan, lesu, perasaan tidak imunisasi, dan paraf. 
enak pada saluran cerna) yang akan hilang dalam ● Observasi anak minimal selama 15 menit.
beberapa hari. Jelaskan kembali mengenai kemungkinan KIPI
dan edukasikan kapan pasien harus kembali
PROSEDUR IMUNISASI datang untuk imunisasi selanjutnya. 
● Prosedur awal: memberikan salam,
memperkenalkan diri kepada pasien dan orang 2. CAMPAK
tua. ANAMNESIS
● Anamnesis: identitas pasien, riwayat ● Pasien biasanya datang dengan keluhan ruam
imunisasi yang sudah pernah diberikan, apakah kemerahan di kulit, tanyakan ruamnya awalnya
pasien terlambat imunisasi atau tidak, KIPI yang dari mana terlebih dahulu. Ruam pada campak
pernah terjadi pada pasien, apakah membawa biasanya mulai dari belakang telinga baru
buku catatan imunisasi. Berikan penjelasan menyebar ke seluruh tubuh. Ruam dapat disertai
mengenai imunisasi yang akan dilakukan pada dengan gatal ringan. 
pasien, kegunaan vaksin, kontraindikasi dan ● Sebelum munculnya ruam biasanya pasien
KIPI. mengalami demam tinggi yang berlangsung
● Pemeriksaan fisik: keadaan umum, tanda- selama 4-7 hari. Gejala prodromal lainnya seperti
tanda vital (jika <2 tahun tidak perlu di tensi malaise (anak tampak lemas), penurunan nafsu
kecuali dengan tensi infant. Di atas 2 tahun di makan, dan adanya 3C (cough, coryza,
tensi dengan menggunakan tensimeter pediatrik), conjunctivitis) —> batuk, pilek, dan mata merah
dan/atau berair. Batuk biasanya merupakan biru 100.000 IU/hari, diberikan 2 dosis.
gejala yang paling lama hilang dari campak - Bayi > 1 tahun: vitamin A kapsul merah
(bahkan ketika ruam dan semua gejala lain sudah 200.000 IU/hari, diberikan 2 dosis. 
hilang). ● Sisanya dapat diberikan obat sesuai keluhan
● Biasanya 1-2 hari sebelum bercak merah anak:
muncul dapat ditemukan koplik spots, yaitu - Demam: paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali
seperti bercak abu-kebiruan pada mukosa pipi pemberian, 3-4x sehari. Sediaan: tablet 500
yang berada di gigi molar ke 2, dan koplik spots mg, syrup 250 mg/5 mL, 160 mg/5 mL, 120
bertahan 3-5 hari setelah pertama muncul ruam. mg/5 mL, tetes/drops 60 mg/0.6 mL atau 100
● Tanyakan apakah saat muncul mg/1 mL, infusion 10 mg/mL (@100 mL), supp
bercak demamnya masih tinggi atau tidak. 125 mg, 250 mg. (JANGAN berikan aspirin—
Biasanya pada campak bercak muncul dan bahaya Reye syndrome).
demam masih tinggi dan pasien masih tampak - Batuk: ambroxole 0.5 mg/kgBB/kali
toksik. pemberian, 3x sehari. Sediaan: tablet 30 mg,
● Tanyakan keluhan lainnya yang dapat syrup 15 mg/5 mL, 30 mg/5 mL, tetes/drops 15
menyertai campak seperti diare, penurunan mg/1 mL.
kesadaran, mual muntah, dan lain-lain. ● Edukasi:
● RPD, RPK (tanyakan apakah ada keluarga - Penyakit ini disebabkan karena virus sehingga
yang sedang terkena). dapat sembuh dengan sendirinya, namun tetap
● Riwayat sosial: tanyakan apakah anak suka perlu dijaga imunitas pasien agar tidak menjadi
makan yang banyak vitamin A (wortel, ikan). komplikasi. 
● Riwayat imuninasi, riwayat persalinan - Batuk biasanya akan tetap ada meskipun ruam
(caesar/normal), berat badan saat lahir, sudah hilang. 
prematur/tidak, riwayat perkembangan anak, asi - Anak diharuskan tetap mandi. 
eksklusif.
3. VARICELLA
PEMERIKSAAN FISIK ANAMNESIS
● Keadaan umum, kesadaran ● Anak biasanya datang dengan keluhan
● TTV munculnya melenting-melenting di tubuh.
● Berat badan, tinggi badan Tanyakan sudah berapa lama dan
● Mata, mulut, badan, kaki penyebarannya. Biasanya pada varicella
● Tipe kulit, tekstur, suhu, kelembaban penyebarannya secara sentrifugal, dari wajah
● Pake loop liat lesinya (identifikasi dan badan lalu menyebar ke seluruh tubuh.
makulopapular eritrmatosus berskuama, berbatas Biasanya anak merasakan sangat gatal dan ingin
tegas) menggaruk.
● Rambut, kuku ● Biasanya sebelum munculnya melenting pada
● Punggung, telapak tangan, kaki —> lihat kulit didahului dengan demam ringan 1-2 hari.
apakah ada lesi. Tanyakan apakah ada keluhan lain yang dapat
menyertai varicella seperti batuk, pilek, nyeri
PEMERIKSAAN PENUNJANG tenggorokan, sakit kepala, malaise/lemas,
● Darah rutin (leukopenia) anoreksia/penurunan nafsu makan.
● IgM spesifik campak: mulai muncul hari ke- ● Tanyakan kemungkinan dari mana anak
3 setelah munculnya ruam kulit. tertular, apakah ada orang/anak/tetangga rumah
● Tzank smear: untuk menyingkirkan diagnosis atau teman sekolah yang mengalami hal serupa
banding. atau tidak. 
● RPD, RPK, riwayat pengobatan.
DIAGNOSIS BANDING ● Riwayat imuninasi, riwayat persalinan
● Varicella (caesar/normal), berat badan saat lahir,
● Rubella prematur/tidak, riwayat perkembangan anak, asi
● Kawasaki syndrome eksklusif.

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN FISIK


● Tatalaksana biasanya bersifat suportif, seperti ● Keadaan umum, kesadaran
menjaga hidrasi yang tetap cukup, ganti cairan
jika terdapat diare ataupun muntah, dan berikan ● TTV
suplementasi vitamin A. ● Berat badan, tinggi badan
● WHO merekomendasikan pemberian vitamin ● Mata, mulut, badan, kaki
A: ● Tipe kulit, tekstur, suhu, kelembaban
- Bayi < 6 bulan: vitamin A 1/2 kapsul ● Pake loop liat lesinya (identifikasi
biru 50.000 IU/hari, diberikan 2 dosis. makulopapular eritrmatosus berskuama, berbatas
- Bayi 6 bulan - 1 tahun: vitamin A kapsul tegas)
● Rambut, kuku kejang. Tanyakan sejak kapan dan sudah berapa
● Punggung, telapak tangan, kaki —> lihat kali kejang. Anak biasanya sedang mengalami
apakah ada lesi. demam terlebih dahulu lalu terjadi kejang. 
● Tanyakan dengan jelas apakah sebelumnya
PEMERIKSAAN PENUNJANG pernah mengalami kejang atau tidak, sudah
● Darah lengkap berapa kali, awal mula kejang saat umur berapa. 
● Tzank smear ● Jika anak sudah pernah mengalami kejang
tanpa demam, kemudian kejang dan dengan
DIAGNOSIS BANDING demam tetap tidak termasuk dalam kejang
● Campak. demam. Selain itu jika anak kejang demam pada
● Miliaria. umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
pikirkan kemungkinan penyakit lain seperti
PENATALAKSANAAN infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi
● Tatalaksana berupa suportif, terapi antivirus, bersama dengan demam.
jika ada dapat pula diberikan VZ-IG (varicella ● Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2,
zoster-immunoglobulin), dan penanganan adanya sederhana dan kompleks (perlu diungkapkan
infeksi bakterial sekunder. dengan lengkap saat memberikan diagnosis).
● Tatalaksana suportif (dibarengi dengan - Kejang demam sederhana: kejang
edukasi): berlangsung singkat, <15 menit, biasanya
- Penanganan gatal: kompres dingin, mandi yang berhenti sendiri, kejang kelojotan (umum/tonik-
sering, gunting kuku anak, berendam air hangat, klonik), tidak berulang dalam 24 jam.
jangan berikan calamine lotion karena - Kejang demam kompleks: (salah satu
menyebabkan kulit terlalu kering dan membuat dari) lama >15 menit, kejang fokal/parsial satu
anak ingin menggaruk, dapat diberikan sisi (meskipun bisa saja berkembang menjadi
antihistamin oral jika gatal dirasakan sangat umum), berulang lebih dari 1x dalam 24 jam.
berat seperti: ● Oleh karena itu perlu ditanyakan berapa kali
✦ Difenhidramine 5 mg/kgBB/hari dibagi 3 kejang dalam 1 hari terakhir/24 jam, kejangnya
dosis. Sediaan: syrup 12.5 mg/5 mL, tablet 12.5 kelojotan atau mulai dari satu sisi tubuh, berapa
mg, 25 mg.  menit kejangnya, supaya dapat mendiagnosis
✦ CTM 0.4 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dengan jelas. Tanyakan apa anak sudah diberikan
dosis. Usia 1-2 tahun 1 mg 2x sehari, 2-5 tahun 1 obat atau belum. Tanyakan pula apakah anak
mg 3-4x sehari, 6-12 tahun 2 mg 3-4x mengalami penurunan kesadaran seperti
sehari. Sediaan: syrup 2 mg/5 mL, tablet 4 mg. lama2 dipanggil tidak merespon, dan lain-lain.
- Demam: paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali ● Tanyakan pula keluhan2 lainnya seperti batuk,
pemberian, 3-4x sehari. Sediaan: tablet 500 pilek, mual, muntah, nafsu makan menurun,
mg, syrup 250 mg/5 mL, 160 mg/5 mL, 120 diare, dan lain-lain untuk mencari kemungkinan
mg/5 mL, tetes/drops 60 mg/0.6 mL atau 100 penyebab demam. 
mg/1 mL, infusion 10 mg/mL (@100 mL), supp ● Riwayat imuninasi, riwayat persalinan
125 mg, 250 mg. (JANGAN berikan aspirin— (caesar/normal), berat badan saat lahir,
bahaya Reye syndrome). prematur/tidak, riwayat perkembangan anak, asi
- Batuk: ambroxole 0.5 mg/kgBB/kali eksklusif.
pemberian, 3x sehari. Sediaan: tablet 30 mg,
syrup 15 mg/5 mL, 30 mg/5 mL, tetes/drops 15 PEMERIKSAAN FISIK
mg/1 mL. ● Keadaan umum, kesadaran.
● Antivirus: acyclovir 20 mg/kgBB/dosis PO 4x ● TTV.
sehari selama 5 hari, maksimal 800 mg/dosis. ● Berat badan, tinggi badan.
Sediaan: tablet 200 mg, 400 mg, 800 mg, syrup ● Head to toe singkat.
(suspensi) 200 mg/5 mL, vial 500 mg/vial, 1 ● Pemeriksaan neurologis singkat untuk
gr/vial. memastikan tidak adanya kemungkinan penyakit
● Edukasi: jangan buang ludah sembarangan lain —> kaku kuduk, laseque & kernig,
karena bisa nularin orang, pakai bedak misalnya babinsky, refleks fisiologis.
caladin buat ilangin gatalnya, jangan digaruk.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
4. KEJANG DEMAM ● Darah rutin, elektrolit, gula darah —> untuk
ANAMNESIS mengevaluasi sumber demam.
● Definisi kejang demam adalah bangkitan ● Lumbal puncture (LP). Hanya untuk
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh menegakkan dan menyingkirkan kemungkinan
(suhu rektal di atas 38 derajat C) yang menigitis. Dianjurkan pada: 
disebabkan karena proses ekstrakranial. Biasanya - Bayi < 12 bulan (sangat dianjurkan).
terjadi pada anak usia 6 bulan - 5 tahun. - Bayi 12-18 bulan (dianjurkan).
● Pasien biasanya datang dengan keluhan - Bayi > 18 bulan (tidak rutin).
● EEG (elektroensefalografi). Tidak terlalu ● Edukasi pada ibu/orang tua: mengurangi
direkomendasikan. kecemasan orang tua dengan mengedukasikan
● CT scan/MRI. Tidak rutin, hanya atas beberapa hal:
indikasi:  - Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya
- Terdapat kelainan neurologik fokal menetap mempunyai prognosis baik.
(misal, hemiparesis). - Memberitahukan cara penanganan kejang.
- Paresis N. VI. - Memberikan informasi mengenai kemungkinan
- Papiledema. kejang kembali.
- Pemberian obat untuk mencegah rekurensi
DIAGNOSIS BANDING memang efektif tetapi harus diingat adanya efek
● Kejang demam sederhana/kompleks (salah samping.
satu sesuai WD).
● Meningitis/ensefalitis.
● Epilepsi. 5. BRONKIOLITIS

PENATALAKSANAAN ANAMNESIS
● Biasanya kejang demam berlangsung singkat ● Bronkiolitis merupakan infeksi saluran nafas
dan pada waktu pasien datang kejang sudah bawah (bronkiolus) pada bayi yang biasanya
berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang disebabkan karena RSV (Respiratory Syncytial
obat yang paling cepat untuk menghentikan Virus). 
kejang adalah diazepam yang diberikan secara ● Pasien biasanya adalah anak usia bayi (80%
intravena.  terjadi pada anak usia 2-6 bulan, meskipun tetap
- Diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kg atau 5 mg (BB dapat mengenai anak hingga usia 4 tahun),
< 10 kg) dan 10 mg (BB > 10 kg). Dapat datang dengan keluhan batuk dan pilek hingga
diulangi 1x lagi jika masih kejang dgn interval 5 sesak, dan biasanya disertai dengan bunyi
menit. mengi/ngik (dapat dibuktikan pada pemeriksaan
- Jika masih kejang: diazepam IV 0,3-0,5 mg/kg fisik).
perlahan-lahan (kecepatan 1-2 mg/menit), maks ● Tanyakan batuk dan pileknya seperti apa,
dose 20 mg.  berdahak atau tidak, warna dahak, ada darah
- Jika masih kejang: fenitoin IV 10-20 pada dahak atau tidak, kental atau encer, atau
mg/kg/kali (kecepatan 1 mg/kg/menit). Bila dahak apakah sulit dikeluarkan dan lain-lain.
kejang berhenti, berikan dosis rumatan 4-8 ● Tanyakan apakah terdapat riwayat atopi pada
mgs/kg/hari dibagi 2 dosis dimulai 12 jam keluarga, seperti asma, gatal-gatal pada kulit
setelah dosis awal. (untuk mendiagnosis banding dengan asma
- Bila masih kejang: rawat ruang PICU. bronkial).
- SEDIAAN diazepam: supp 5 mg, 10 mg, ● Tanyakan keluhan-keluhan lain yang mungkin
injeksi 5 mg/2 mL, tab 2 mg, 5 mg. menyertai seperti demam, mual, muntah, diare,
sulit makan dan menyusu/minum, dan lain-lain.
● Berikan obat-obat simptomatik sesuai dengan ● Tanyakan pula apakah anak sebelumnya
keluhan pasien: tersedak atau tidak, bagaimana posisi anak saat
- Demam: paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali ibu memberikan minum/asi (untuk mendiagnosis
pemberian, 3-4x sehari. Sediaan: tablet 500 banding dengan pneumonia aspirasi).
mg, syrup 250 mg/5 mL, 160 mg/5 mL, 120 ● Riwayat imuninasi, riwayat persalinan
mg/5 mL, tetes/drops 60 mg/0.6 mL atau 100 (caesar/normal), berat badan saat lahir,
mg/1 mL, infusion 10 mg/mL (@100 mL), supp prematur/tidak, riwayat perkembangan anak, asi
125 mg, 250 mg. (JANGAN berikan aspirin— eksklusif.
bahaya Reye syndrome). ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.

- Batuk: ambroxole 0.5 mg/kgBB/kali PEMERIKSAAN FISIK


pemberian, 3x sehari. Sediaan: tablet 30 mg, ● Keadaan umum, kesadaran.
syrup 15 mg/5 mL, 30 mg/5 mL, tetes/drops 15 ● TTV.
mg/1 mL. ● Berat badan, tinggi badan.
● Head to toe singkat (jangan lupa CRT,
● Pemberian antikonvulsan oral pada saat konjungtiva).
demam terbukti menurunkan risiko berulangnya ● PF thorax dan abdomen singkat.
kejang pada 30-60% kasus.  ● Kriteria diagnosis: mengi (yang tidak membaik
- Diazepam oral 0.3 mg/kgBB/kali 3x sehari saat dengan tiga dosis bronkodilator kerja cepat),
demam. ekspirasi memanjang, hiperinflasi dinding dada,
- SEDIAAN diazepam: supp 5 mg, 10 mg, hipersonor pada perkusi, retraksi dinding dada,
injeksi 5 mg/2 mL, tab 2 mg, 5 mg. crackles atau ronki pada auskultasi, sulit makan,
menyusu atau minum.
6. PERTUSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG ANAMNESIS
● Diagnosis sebenarnya berdasarkan gejala ● Pertusis merupakan infeksi akibat bakteri
klinis, usia, dan rekurensi, serta pemeriksaan Gram-negatif Bordetella pertussis pada saluran
fisik. napas sehingga menimbulkan batuk hebat yang
● Darah rutin. Biasanya leukosit 8.000-15.000 khas. Penyakit ini dibagi menjadi 3 stadium
(masih dapat normal untuk bayi). dengan gejala klinis yang berbeda:
● Pulse oxymetri. Untuk mengetahui saturasi 1. Stadium kataral. Gejala minimal, demam
oksigen anak/bayi. ringan; rinorea (pilek) atau kongesti nasal
● AGD/analisa gas darah. Melihat apakah (hidung tersumbat); bersin-bersin; anoreksia
terdapat gangguan asam basa karena sesak. (tidak mau makan); frekuensi batuk bertambah.
● Rö thorax. Tidak selalu rutin dikerjakan, tapi 2. Stadium paroksismal. Batuk paroksismal
berperan dalam menyingkirkan kemungkinan dengan intensitas batuk yang meningkat, yang
diagnosis banding lainnya. Temuan foto thorax diikuti dengan adanya bunyi whoop. Dapat
pada anak dengan bronkiolitis juga biasanya terjadi posttussive vomiting (muntah karena
bervariasi. batuk), dan wajah menjadi merah ketika batuk.
3. Stadium konvalesens. Gejala berkurang
DIAGNOSIS BANDING dalam beberapa minggu-bulan. Dapat terjadi
● Asma bronkial.  petekie pada kepala/leher, perdarahan
● Pneumonia/brokopneumonia. subkonjungtiva, dan crackles difus.
● Pneumonia aspirasi. ● Biasanya pasien datang tentu dengan keluhan
batuk yang tidak berhenti-henti yang diikuti
PENATALAKSANAAN suara whoop. Tanyakan apakah sebelumnya
● Oksigenasi. Menggunakan nasal progs dengan mengalami demam, batuk pilek yang makin lama
oksigen 30-40%. Sambil perhatikan saturasi semakin berat (eksplorasi keluhan batuk pilek
oksigen anak. seperti berdahak/kering, dst), apakah anak
● Cairan —> untuk koreksi asidosis muntah karena batuk, dan lain-lain.
metabolik/respiratorik yang mungkin timbul, ● Biasanya terdapat riwayat kontak dengan
mencegah dehidrasi, dapat melalui NGT atau IV penderita pertusis (tanyakan apakah ada yang
(jika oral berisiko aspirasi saat anak masih batuk-batuk juga di rumah/sekitar
sesak). rumah/sekolah), dan biasanya belum diimunisasi
● Antibiotik dapat berikan untuk pencegahan atau imunisasi tidak adekuat/tidak lengkap
atau jika terdapat infeksi bakteri sekunder. Dapat (tanyakan riwayat imunisasi!).
diberikan amoksisilin 25 mg/kgBB/kali (range ● Tanyakan apakah mata juga tampak
20-40 mg/kgBB/kali) 2-3 kali sehari selama 3 kemerahan (pendarahan subkonjungtiva), nafas
hari. Sediaan: caps 250 mg, 500 mg, syrup 125 sesak sampai berbunyi grok-grok.
mg/5 mL, injeksi 500 mg/vial. ● Riwayat imuninasi, riwayat persalinan
(caesar/normal), berat badan saat lahir,
● Berikan obat-obat simptomatik sesuai dengan prematur/tidak, riwayat perkembangan anak, asi
keluhan pasien: eksklusif.
- Demam: paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
pemberian, 3-4x sehari. Sediaan: tablet 500
mg, syrup 250 mg/5 mL, 160 mg/5 mL, 120 PEMERIKSAAN FISIK
mg/5 mL, tetes/drops 60 mg/0.6 mL atau 100 ● Keadaan umum, kesadaran.
mg/1 mL, infusion 10 mg/mL (@100 mL), supp ● TTV.
125 mg, 250 mg. (JANGAN berikan aspirin— ● Berat badan, tinggi badan.
bahaya Reye syndrome). ● Head to toe singkat (jangan lupa CRT,
konjungtiva).
● PF thorax dan abdomen singkat.
- Batuk: ambroxole 0.5 mg/kgBB/kali
pemberian, 3x sehari. Sediaan: tablet 30 mg, PEMERIKSAAN PENUNJANG
syrup 15 mg/5 mL, 30 mg/5 mL, tetes/drops 15 ● Darah rutin. Biasanya dijumpai leukositosis
mg/1 mL. 15.000-100.000 dengan hitung jenis
ditemukan limfositosis absolut.
● The American Academy of Pediatrics (AAP) ● Foto rö thoraks: infiltrat perihiler atau edema,
merekomendasikan konsumsi vitamin D 400 IU atelektasis, atau empiema.
setiap hari untuk bayi baru lahir dilanjutkan ● AGD, elektrolit.
sampai memasuki usia remaja (kekurangan ● Kultur sputum.
vitamin D diketahui berhubungan dengan ● IgG toksin pertusis.
terjadinya bronkiolitis). ● Diagnosis pasti apabila ditemukan organisme
pada apus nasofaring (bahan media Bordet-
Gengou) dengan menggunakan media transpor - Batuk: ambroxole 0.5 mg/kgBB/kali
(Regan-Lowe). pemberian, 3x sehari. Sediaan: tablet 30 mg,
syrup 15 mg/5 mL, 30 mg/5 mL, tetes/drops 15
DIAGNOSIS BANDING mg/1 mL.
● Pneumonia.
● Pneumonia atipikal/mycoplasma. ● Edukasi: kejar imunisasi, edukasi mengenai
● Bronkiolitis. imunisasi DPT, tumbuh kembang, dan lain-lain.
● Croup (laringotrakeobronkitis).
7. MUMPS/PAROTITIS
PENATALAKSANAAN ANAMNESIS
● Terapi suportif merupakan tatalaksana utama ● Mumps/parotitis virus merupakan penyakit
pada pertusis seperti pemberian oksigen, dibantu akut, self-limited, yang ditandai dengan adanya
dengan pemberian antibiotik. pembengkakan pada kelenjar saliva, satu ataupun
● Indikasi rawat: bayi < 6 bulan, bayi prematur, lebih.
sianosis, dehidrasi sedang berat. ● Anak biasanya datang dengan pembengkakan
● Antibiotik: terapi antibiotik diberikan pada pada salah satu sisi wajah. Tanyakan sudah
stadium paroksismal tidak berefek pada durasi berapa lama. Biasanya terasa nyeri, terutama saat
penyakit, namun mempercepat eradikasi bakteri mengunyah makanan dan makan/minum asam.
pada saluran nafas sehingga mencegah ● Anak biasanya sebelumnya demam, sakit
penyebaran dan juga mencegah terjadinya infeksi kepala dan lemas, lalu dalam 24 jam muncul
bakteri sekunder lainnya.  pembengkakan pada sisi wajah. Demam
- Eritromisin, klaritromisin, azitromisin. biasanya hilang dalam 7 hari. 
Eritromisin dan klaritromisin tidak ● Pada 50% kasus pada laki-laki terjadi orkitis,
direkomendasikan pada anak di bawah 1 bulan sehingga perlu ditanyakan apakah terasa nyeri
karena berisiko infantile hypertrophic pyloric dan bengkak pada testis. 
stenosis (IHPS). Azitromisin direkomendasikan ● Tanyakan keluhan lain yang dapat menyertai
untuk semua umur. Jika alergi terhadap seperti batuk pilek, mual muntah, diare, dan lain-
eritromisin dapat diberikan trimethoprim- lain.
sulfamethoxazole (kontraindikasi pada anak < 2 ● Riwayat imuninasi, riwayat persalinan
bulan). (caesar/normal), berat badan saat lahir,
- Eritromisin: 40-50 mg/kgBB/hari dibagi 4 prematur/tidak, riwayat perkembangan anak, asi
dosis selama 14 hari. Sediaan: tablet 500 mg, eksklusif.
250 mg, syrup suspensi 200 mg/5 mL. ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
- Klaritromisin: 15 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
selama 7 hari. Sediaan: tablet 500 mg, 250 mg, PEMERIKSAAN FISIK
syrup 125 mg/5 mL. ● Keadaan umum, kesadaran.
- Azitromisin: 10 mg/kgBB/hari dosis tunggal ● TTV.
hari pertama (maks 500 mg/hari), kemudian 5 ● Berat badan, tinggi badan.
mg/kgBB/hari dosis tunggal hari ke-2 sampai ke- ● Head to toe singkat (jangan lupa CRT,
5 (maks 250 mg/hari). Tatalaksana selama 5 hari. konjungtiva).
Sediaan: tablet 500 mg, 250 mg, syrup 200 mg/5 ● Palpasi pada kelenjar parotis. Anak kadang
mL. mengalami trismus.
- TMP-SMX: TMP 8 mg/kgBB/hari; SMX 40
mg/kgBB/hari terbagi 2 dosis selama 14 hari. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sediaan: tablet TMP 80 mg SMX 400 mg, TMP ● Darah rutin. Dapat ditemukan leukopenia atau
160 mg SMX 800 mg, syrup suspensi TMP 40 mungkin leukositosis.
mg SMX 200 mg, injeksi IV TMP 80 mg SMX ● Serum amilase lipase. Amilase meningkat,
400 mg. lipase normal pada mumps.
● IgM dan IgG Mumps.
● Berikan obat-obat simptomatik sesuai dengan ● USG skrotum.
keluhan pasien:
DIAGNOSIS BANDING
- Demam: paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali ● Tumor kelenjar parotis.
pemberian, 3-4x sehari. Sediaan: tablet 500 ● Parotitis supuratif (e.c bakterial).
mg, syrup 250 mg/5 mL, 160 mg/5 mL, 120
mg/5 mL, tetes/drops 60 mg/0.6 mL atau 100 PENATALAKSANAAN
mg/1 mL, infusion 10 mg/mL (@100 mL), supp ● Anak yang mengalami mumps perlu diisolasi
125 mg, 250 mg. (JANGAN berikan aspirin— kurang lebih selama 5 hari untuk mencegah
bahaya Reye syndrome). terjadinya penyebaran.
● Tatalaksana bersifat konservatif dan suportif,
tidak ada agen antivirus spesifik karena mumps
adalah penyakit yang bersifat self-limiting kegawatan yang mungkin sedang dialami oleh
disease. sang anak yaitu adanya dehidrasi/syok, sehingga
● NSAID dapat diberikan untuk menangani perlu ditanyakan:
nyeri yang hebat. - Apakah terdapat mata cekung, baru saja atau
● Berikan obat sesuai dengan keluhan anak, sudah dalam beberapa jam yang lalu.
seperti: - Apakah terdapat diare dan lama serta frekuensi
- Demam: paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali diare dan muntah, dan eksplorasi muntah dan
pemberian, 3-4x sehari. Sediaan: tablet 500 diare (encer/darah/lendir/dst).
mg, syrup 250 mg/5 mL, 160 mg/5 mL, 120 - Kapan terakhir anak berkemih.
mg/5 mL, tetes/drops 60 mg/0.6 mL atau 100 - Apakah kaki dan tangan anak teraba dingin,
mg/1 mL, infusion 10 mg/mL (@100 mL), supp dan sejak kapan.
125 mg, 250 mg. (JANGAN berikan aspirin—
bahaya Reye syndrome). ● Selanjutnya anamnesis lanjutan untuk mencari
kemungkinan penyebab terjadinya gizi buruk dan
rencana tatalaksana selanjutnya:
- Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum
- Batuk: ambroxole 0.5 mg/kgBB/kali sakit.
pemberian, 3x sehari. Sediaan: tablet 30 mg, - Riwayat pemberian ASI Asupan makanan dan
syrup 15 mg/5 mL, 30 mg/5 mL, tetes/drops 15 minuman yang dikonsumsi beberapa hari
mg/1 mL. terakhir.
- Hilangnya nafsu makan.
● Edukasi: anjurkan anak untuk minum yang - Kontak dengan pasien campak atau
banyak, hindari makanan dan minuman yang tuberkulosis paru.
asam. - Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir.
- Batuk kronik.
8. GIZI BURUK - Kejadian dan penyebab kematian saudara
ANAMNESIS kandung.
● Gizi buruk adalah terdapatnya edema pada - Berat badan lahir.
kedua kaki atau adanya severe wasting (BB/TB < - Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri,
70% atau < -3 SD) atau terdapat gejala klinis gizi bicara dan lain-lain.
buruk (marasmus, kwashiorkor, atau marasmik- - Riwayat imunisasi.
kwashiorkor), LILA < 11.5 cm (untuk anak usia - Apakah ditimbang setiap bulan.
6 bulan - 5 tahun). - Lingkungan keluarga (untuk memahami latar
- Marasmus: wajah terlihat tua, kulit kering, iga belakang sosial anak).
gambang, baggy pants, BB/TB < -3 SD atau < - Diketahui atau tersangka infeksi HIV.
70%. 
- Kwashiorkor: edema mulai dari kedua ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
punggung kaki hingga seluruh tubuh, asites,
rambut jagung, dengan BB/TB > - 3 SD. PEMERIKSAAN FISIK
- Marasmik-kwashiorkor: terdapat tanda2 edema ● Keadaan umum, kesadaran.
dengan BB/TB < - 3 SD atau terdapat campuran
kedua gejalanya.
● Selanjutnya perlu dinilai apakah pasien
mengalami gizi buruk dengan komplikasi, yaitu ● TTV. Demam/hipotermi, frekuensi dan tipe
seperti tanda gizi buruk dengan salah satu atau pernafasan (apakah terdapat distres nafas).
lebih dari tanda komplikasi: 
● Berat badan, tinggi badan. Tentukan status gizi
- Anoreksia  dengan menggunakan kurva WHO/CDC. 
- Pneumonia berat  ● PF ANTROPOMETRI anak/bayi.
- Anemia berat  ● Head to toe: 
- Dehidrasi berat  - Konjungtiva (menilai ada tidaknya anemia),
- Demam sangat tinggi  sklera (melihat ada tidaknya ikterus).
- Penurunan kesadaran  - Mata: apakah ada tanda-tanda kekurangan
vitamin A.
● Pasien biasanya datang dengan keluhan berat - THT: apakah ada tanda-tanda infeksi.
badan anak tidak bertambah/tidak naik. - Mata cekung, turgor kulit, CRT, tangan kaki
Tanyakan sejak kapan. Perlu ditanyakan teraba dingin/hangat (menilai dehidrasi dan/atau
mengenai pola makan, menu makan, masih syok).
menyusu gak, ASI atau formula, masih aktif atau - Kulit: kering, kasar, ikterus.
nggak anaknya. - Rambut: rambut jagung, mudah patah, kasar.
● Anamnesis perlu menanyakan ada tidaknya - Ekstremitas: cek adanya edema pada tungkai,
terutama punggung kaki. dehidrasi ringan.
● PF abdomen: pembesaran hati, pemeriksaan ● Jangan beri infus untuk rehidrasi kecuali syok!
asites. ● Beri ReSoMal peroral atau perNGT:
● PF toraks: adanya distres nafas (retraksi iga), - Beri 5 cc/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam
auskultasi jantung paru menilai apakah pertama.
terdapat ronki, gallop. - Setelah 2 jam, beri 5-10 cc/kgBB/jam selaing
seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama,
PEMERIKSAAN PENUNJANG:  selama 10 jam.
● Darah rutin. - Selanjutnya berikan F-75 saja teratur setiap 2
● Gula darah sewaktu/GDS. jam atau sesuaikan dengan perhitungan
● Serum elektrolit. kebutuhan.
● Albumin serum. ● Berikan ReSoMal setiap kali diare. Usia < 1
● Urinalisis. tahun 50-100 cc tiap BAB, usia ≥ 1 tahun 100-
● Foto rontgen thoraks. 200 cc tiap BAB.

DIAGNOSIS BANDING 4. Elektrolit 


● Marasmus/kwashiorkor (jika WDnya salah ● Biasanya terjadi karena dehidrasi/diare, oleh
satu di antara itu). karena itu pantau rehidrasi dan perbaikan
keadaan klinis. Jika ditemukan tanda kelebihan
PENATALAKSANAAN cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan
● 10 pilar penatalaksanaan gizi buruk yang frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian
dibagi menjadi 3 fase: fase stabilisasi, transisi, cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian
dan rehabilitasi. ulang setelah 1 jam.
● Biasanya koreksi gangguan elektrolit karena
diare ikut teratasi dengan pemberian ReSoMal
atau penambahan mineral mix pada F75 atau
F100.

5. Infeksi 
● Tanda-tanda infeksi seperti demam biasanya
tidak muncul pada anak gizi buruk, padahal
infeksi sering terjadi.
● Berikan pada semua anak gizi buruk: antibiotik
spektrum luas dan vaksin campak jika usia ≥ 6
1. Hipoglikemia bulan dan belum divaksin atau > 9 bulan namun
● GDS < 3 mmol/L atau < 54 mg/dl) —>  harus sudah pernah divaksin usia < 9 bulan.
diberi makan atau larutan glukosa/gula pasir ● Pilihan antibiotik:
10% segera. - Jika tidak ada komplikasi atau infeksi nyata:
● F75 segera diberikan, atau 50 mL larutan Kotrimoksazol (25 mg SMX + 5 mg
glukosa atau glukosa 10% (1 sendok teh TMP/kgBB) PO/12 jam selama 5 hari.
munjung gula dalam 50 mL air) oral atau per Sediaan: tablet TMP 80 mg SMX 400 mg, TMP
NGT. 160 mg SMX 800 mg, syrup suspensi TMP 40
● Anak tidak sadar? —> glukosa 10% IV, dosis mg SMX 200 mg, injeksi IV TMP 80 mg SMX
5 mL/kgBB, atau larutan glukosa/gula pasir 400 mg.
50 mL per NGT.
- Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia,
2. Hipotermia  atau anak terlihat letargis atau tampak sakit
● Suhu aksilar < 35.5 C. berat), atau jelas ada infeksi: 
● Segera beri F75 (jika perlu rehidrasi terlebih ✦ Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam
dahulu). Pastikan anak berpakaian (termasuk selama 2 hari), dilanjutkan dengan Amoksisilin
kepalanya), tutup dengan selimut hangat dan oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari)
letakkan lampu/pemanas di dekatnya (tapi tidak ATAU, jika tidak tersedia amoksisilin, beri
mengarah langsung ke anak). Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam
● Beri antibiotik. selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari, 
✦ DITAMBAH: Gentamisin (7.5
3. Dehidrasi  mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.
● Sulit menentukan status dehidrasi pada anak
dengan gizi buruk hanya dengan klinis saja. Jika 6. Mikronutrien tanpa Fe (fase stabilisasi dan
anak gizi buruk mengalami diare cair dengan transisi), dengan Fe (fase rehabilitasi).
gejala dehidrasi yang tidak jelas, anggap ● Semua anak gizi buruk —> defisiensi vitamin
dan mineral. tambahan yang diberikan).
● Meski anemia, jangan berikan zat besi pada ● HINDARI GAGAL JANTUNG: tanda-tanda
fase awal. Tunggu nafsu makan anak baik dan —> HR naik 25x/menit dari baseline dan RR
BB bertambah (biasanya minggu ke-2 atau fase naik 5x/menit dari baseline. Lakukan:
rehabilitasi). Hal ini disebabkan karena Fe - Pengurangan volume makanan menjadi 100
merupakan salah satu zat makanan bagi mL/kgBB/hari selama 24 jam.
pertubuhan bakteri. Jika diberikan pada tahap - Selanjutnya tingkatkan perlahan: 115
awal, di mana diketahui tentunya masih terdapat mL/kgBB/hari selama 24 jam berikutnya —>
infeksi pada anak, didukung dengan berat badan 130 mL/kgBB/hari untuk 48 jam berikutnya —>
yang rendah dan sistem imun yang buruk, maka selanjutnya naik 10 mL per hari sampai anak tdk
pemberian Fe pada awal malah dapat bisa menghabiskannya.
memperparah infeksi. ● Nilai kemajuan kenaikan berat badan:
● Berikan: - Kurang (< 5 g/kgBB/hari).
- Multivitamin. - Sedang (5-10 g/kgBB/hari).
- Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 - Baik (> 10 g/kgBB/hari).
mg/hari).
- Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari). 9. Stimulasi sensoris.  
- Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari). ● Berikan:
- Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan - Ungkapan kasih sayang.
naik (mulai fase rehabilitasi). - lingkungan yang ceria.
- Vitamin A: diberikan pada hari ke 1 dengan - Terapi bermain terstruktur selama 15–30 menit
dosis: < 6 bulan 50.000 IU (1/2 kapsul biru), 6- per hari.
12 bulan 100.000 IU (1 kapsul biru), 1-5 tahun - Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat.
200.000 (1 kapsul merah). - Keterlibatan ibu sesering mungkin.

7. Makanan awal (fase stabilisasi). 10. Persiapan pulang.


● Jika anak masih mendapat ASI tetap ● Diperbolehkan pulang apabila: BB/TB > -2 SD
dilanjutkan, namun berikan F75 sesuai dengan atau > 80% dianggap telah sembuh.
ketentuan kebutuhan harian: ● Berikan edukasi contoh kepada orang tua
- Cairan: 130 mL/kgBB/hari (jika edema 100 untuk membuat makanan kaya energi, frekuensi
mL/kgBB/hari). makanan yang sering, anjurkan imunisasi
- Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari. dilengkapi dan ikuti program pemberian vitamin
- Energi: 100 kkal/kgBB/hari. A rutin.

9. OBESITAS PADA ANAK (+ KURVA


● Untuk pemberian dosis F75 pada fase WHO/CDC)
stabilisasi, lihat sesuai kebutuhan cairan saja ANAMNESIS
(karena pada fase ini biasanya belum diberikan ● Obesitas pada anak berisiko terjadinya
makanan tambahan lainnya), dengan anjuran tiap resistensi insulin dan diabetes tipe 2, hipertensi,
2 jam (sehingga total 130 x BB dibagi 12), hiperlipidemia, gangguan hati dan ginjal,
namun sebenarnya dapat disesuaikan dengan peningkatan risiko gangguan kardiovaskular,
kondisi. serta disfungsi reproduksi, sehingga hal ini perlu
menjadi perhatian.
8. Tumbuh kejar (fase transisi dan ● Anak biasanya datang untuk pemeriksaan saja
rehabilitasi). terkait berat badan anak yang berlebihan, dan
biasanya tanpa keluhan lain. Tujuan anamnesis
adalah mencari tanda dan gejala, evaluasi adanya
faktor risiko dan perilaku tertentu terhadap
obesitas.
● Tanyakan kepada orang tua periode mulai
timbulnya obesitas, apakah sejak lahir, anak-
anak, atau remaja. Tanyakan riwayat berat badan
● Ganti F75 dengan F100 pada fase transisi (hari lahir, metode persalinan, kondisi anak saat lahir.
ke 3-7), sesuai dengan kriteria kebutuhan pada ● Tanyakan bagaimana pola makan anak,
tabel di atas.  makanan apa saja yang biasa di makan, porsi dan
● Setelah selesai fase transisi, dilanjutkan frekuensi makan anak, dan lain2 terkait makan
dengan fase rehabilitasi, di mana sudah boleh anak.
mendapatkan pemberian makanan tambahan ● Tanyakan pola aktivitas anak, apakah terdapat
sering dengan jumlah tidak terbatas sesuai aktivitas fisik yang cukup, hanya duduk2 saja di
kemampuan anak, dengan tetap melanjutkan rumah, olahraga, dan lain2.
F100 (disesuaikan jumlah nya dengan makanan ● Tanyakan riwayat obesitas di dalam keluarga,
dan faktor risiko dalam keluarga seperti riwayat - Dada: dada membusung dengan payudara
keluarga hipertensi, hiperkolesterolemia, membesar.
diabetes mellitus tipe 2, dan lain-lain. - Perut: perut membuncit disertai dinding perut
● Tanyakan adanya penyakit lain pada anak, atau yang berlipat-lipat.
apakah anak sedang mengkonsumsi steroid untuk - Ekstremitas: tungkai umumnya berbentuk X.
pengobatan tertentu (curiga sindrom Cushing). - Genitalia: penis tampak kecil.
● Tanyakan apakah perkembangan anak
cepat/lambat/sesuai usia, pada wanita tanyakan
riwayat menstruasi (apakah mens datang terlalu
cepat, atau jika sudah mens apakah frekuensi PEMERIKSAAN PENUNJANG
tidak teratur). ● Darah rutin.
● Tanyakan apakah terdapat keluhan saat ini, ● Kolesterol total, HDL, LDL, trigilserida.
seperti ngorok saat tidur, siang hari terasa ingin ● GDS, GDP, GD2PP.
tidur terus, dan lain-lain. ● Fungsi hati, fungsi ginjal.
● Tanyakan pula apakah anak merokok atau ● TSH, T3, FT4.
terdapat depresi pada anak. ● SI, TIBC, CRP.
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. ● Foto thorax.
● USG abdomen.
PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan umum, kesadaran. DIAGNOSIS BANDING
● TTV. ● Cushing syndrome.
● PF ANTROPOMETRI lengkap. ● Hipotiroidisme.
● Nilai BB/TB sesuaikan dengan grafik (WHO
jika 0-5 tahun, CDC jika 5-18 tahun dan usia 2-5 PENATALAKSANAAN
tahun dengan WHO Z score >+1). ● Tujuan: menurunkan berat badan mencapai
- WHO: BB/TB overweight jika Z score > + 20% di atas berat badan ideal, dan perbaikan
2 SD, obesitas jika Z score > +3 SD. pola makan dan aktivitas fisik sehat.
● Pola makan dan pengaturan kalori yang benar: 
- Makan besar 3x/hari dan camilan 2x/hari
terjadwal, camilan diutamakan buah2an. Berikan
minum air putih di antara jadwal makan utama
dan camilan, lama makan 30 menit/kali.
- Ciptakan kondisi lingkungan yang netral, tidak
memaksa anak untuk mengkonsumsi makanan
tertentu.
- Pengurangan kalori 200-500 kalori sehari,
target penurunan BB 0.5 kg per minggu.
- Diet seimbang: karbohidrat 50-60%, lemak
30%, protein 15-20%. 
- Diet tinggi serat.

● Pola aktivitas fisik yang benar. Tingkatkan


aktivitas olahraga dan latihan-latihan untuk
meningkatkan pengeluaran energi dan
metabolisme. Hal-hal yang bisa disarankan
seperti bersepeda rutin, berenang, karate, menari,
senam, sepak bola, basket. Kurangi menonton
TV atau bermain game komputer, ajurkan
bermain di luar rumah.

● Farmakoterapi: dibagi 3, penekan nafsu


makan (sibutramin), penghambat absorbsi lemak
(orlistat), dan rekombinan leptin pada defisiensi
leptin bawaan, dan dapat pula diberikan obat
- CDC: BB/TB overweight jika 110-120%, untuk mengatasi komorbiditas seperti metformin.
obesitas jika >120%. Obat-obat ini tidak dianjurkan oleh FDA untuk
anak di bawah 12 tahun, dan orlistat diizinkan
● Head to toe: FDA untuk diberikan pada anak di atas 12 tahun.
- Kepala: wajah membulat, pipi tembem, dagu - Orlistat 120 mg 1x sehari (sediaan tablet 120
rangkap. mg). Efek samping terasa bercak berminyak
- Leher: leher relatif pendek. keluar dari anus, flatus, fekal urgensi, kotorak
berminyak/berlemak, meningkatkan ● Edukasi: jaga kulit bayi tetap kering dan
frekuensi BAB. bersih, ganti popok lebih sering dengan popok
R/ Orlistat 120 mg tab No. X yang disposable (sekali pakai buang), bersihkan
S 1 dd tab 1. daerah genital bayi dengan air hangat dan sabun
khusus bayi.
10. DIAPER RASH/DIAPER DERMATITIS
ANAMNESIS 11. MENINGITIS PD ANAK 
● Diaper rash terjadi karena overhidrasi kulit, 1 Meningitis bakterial/purulen: LP ada
maserasi, yang disebabkan karena kontak lama peningkatan jumlah sel PMN, ada bakteri
dengan urin dan feses yang tertimbun di dalam 2 Meningitis tuberkulosa/ serosa: limfosit/ MN
popok bayi. Diaper rash merupakan salah satu naik, xantokrom
bentuk dermatitis kontak iritan.
● Bayi biasanya datang dibawa ibunya dengan Anamnesis:
keluhan kemerahan terbatas pada daerah yang ● RPS: kejang nya sejak kapan? Kejangnya
tertutup oleh popok.  berulang atau ga? (Ya) berapa kali kejang dalam
● Tanyakan keluhan-keluhan lain yang mungkin sehari?, apakah diantara episode kejang pasien
ada pada bayi. merasa capek dan lelah? (Ya), apakah disertai
● Tanyakan riwayat-riwayat lainnya demam mengigil? (Ya!!), ada muntah/nyeri
seperti nutrisi bayi, pemberian ASI, riwayat kepala ( ada), kalau menangis apakah suara
imunisasi, pertumbuhan dan perkembangan anak tangisannya melengking? ( ya!!!) ada batuk yg
saat ini seperti apa, berat badan lahir, kenaikan tdk kunjung sembuh ga (kalau ada curiga
berat badan, prematuritas, metode persalinan, meningitis tb), apakah anak malas makan dan
komplikasi persalinan. minum? (Ya)
● RPD
PEMERIKSAAN FISIK ● RPK ada yg skrng lg kena ga?tanya di
● Keadaan umum, kesadaran. keluarga ada yg pny kejang?, tanya jg apa di
● TTV. keluarga ada yg tbc ( krn tb bs menular ke anak
● PF ANTROPOMETRI bayi lengkap. Tentukan bikin meningitis tb)
status gizi BB/TB bayi saat ini. ● R sosial bgaimana kondisi rumah? Apakah
● Head to toe singkat. ckup ventilasi? Pake keramik atau msh tanah
● Lihat status lokalis. (kalau ventilasi krng sebabkan bakreri tb nya
berkembang lbh baik)
PEMERIKSAAN PENUNJANG ● Riwayat imuninasi: lengkap ga vaksinnya
● Biasanya tidak perlu dilakukan. (kalo meningitis tb, riwayat vaksin ga lengkap)
● Kerokan KOH 10% jika dicurigai kandida. ● Riwayat persalinan (caesar/normal)
● Berat badan saat lahir, ada prematur (biasanya
DIAGNOSIS BANDING bblr dan prematur)
● Kandidiasis.
● Skabies. PF:
● Dermatitis atopik. ● Anak tampak letargi, pucat
● Periksa neurologis semua
PENATALAKSANAAN ● Periksa bb dan tb anak
● Tatalaksana ABCDE (air, barrier, cleansing, ● Konjungtiva anemis, pembesaran kgb.
diaper, and education). Hasilnya uub tegang/nonjol, kaku kuduk +, ada
● Tatalaksana utama idealnya untuk diaper rash ggn pada saraf 3,4,6,7
adalah pemberian salep zinc oxide,
berfungsi sebagai antiseptik dan astringent, PP:
mempercepat penyembuhan lesi luka dan ● Darah rutin ( hb turun)
hipoalergik. Dapat pula diberikan salep ● LP: kuning jernih, dominan limfosit, glu turun,
hidrokortison krim 1% pada hari 1 dan 2 jika prot naik (kalau m.tb)
inflamasi tampak berat. ● LP: keruh, dominan pmn, glukosa turun,
R/ Hidrokortison ung 1% tb No. I protein turun ( kalau m. Bakterialis)
S u.e. ● Pewarnaan gram
● BTA ( buat tb)
● Jika terbukti adanya kandidiasis maka dapat ● Uji tuberculin
diberikan salep hidrokortison krim 1% ditambah
nistatin krim/salep, atau dapat diberikan salep DD: meningitis tipe lain, epilepsi, kejang demam
mikonazole 2%.
R/ Nistatin krim 100.000 U tb No. I Terapi m.bakterialis
s u.e. ● Seftriakson inj 100mg/kgbb
   KS 0,4mg/kgBb
● Untuk kejangnya : diazepam iv 0,5mg/kgbb
● Rawat inap

Terapi meningitis tbc:


● 2 bulan pertama kasih INH 10mg/kgBb,
rifampicin 20 mg/kgBb, pirazinamid 20mg/kgbb,
etambutol 20mg/kgbb
● Edukasi efek samping rifampicin

Edukasi:
● M.tb suruh balik lg setelah 2 bulan pengobatan
● Lengkapin imunisasi ( HIB )

12. IKTERUS FISIOLOGIS
● Bayi tampak kuning pd >24 jam (biasanya hari
kedua/ketiga), hilang dalam 14 hari
● Bayi lahir normal per vagina
● Tdk prematur
● Bayi aktif, menyusu, menangis kuat
● PF: sklera ikterik, badan dan wajah ikterik
( inspeksi, ttv, antropometri)
● Ttv dalam batas normal
● Tidak perlu terapi, jemur di cahaya matahari
pagi, tetap berikan ASI
● Bilirubin direct meningkat
● DD: breastfeeding jaundice, ikterus patologis,
breastmilk jaundice.
DAFTAR ISI PEMERIKSAAN FISIK
1. Blefaritis anterior/posterior ● KU Kesadaran TTV.
2. Konjungtivitis-keratokonjungtivitis ● Pemeriksaan visus, segmen anterior (posterior
3. Hordeolum interna/eksterna jika perlu), dan gerakan bola mata.
4. Pterigium ● Slit lamp examination (dapat disebutkan pada
5. Dakrioadenitis PP):
6. Hifema - Hilangnya bulu mata/madarosis.
7. Kelainan refraksi: miopia, hipermetropia, - Warna bulu mata yang berwarna keputihan
astigmatisma. (poliosis).
8. Dry eye - Skar bulu mata ataupun trikiasis.
9. Katarak - Krusta pada bulu mata dan orifisium kelenjar
10. Glaukoma akut sudut tertutup meibom.
- Tepi palpebra yang tidak rata/ireguler (tylosis).
1. BLEFARITIS ANTERIOR/POSTERIOR
ANAMNESIS PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Blefaritis adalah infeksi pada kelopak mata. ● Darah rutin.
Dibagi menjadi anterior dan posterior. ● Slit lamp examination.
- Anterior: inflamasi di sekitar kulit, bulumata,
dan folikel rambut bulu mata. Dibagi DIAGNOSIS BANDING
juga menjadi varian stafilokokus dan ● Hordeolum interna/eksterna.
varian seboroik. ● Kalazion.
- Posterior: inflamasi pada kelenjar meibom. ● Konjungtivitis bakterial.
● Pasien biasanya datang dengan keluhan mata
merah/terasa panas, gatal, tampak iritasi, PENATALAKSANAAN
keluar kotoran mata terutama di daerah bulu ● Tatalaksana pada blefaritis perlu jangka
mata, mata berair, terasa seperti benda asing, panjang dan diperlukan hygiene yang baik.
fotofobia. Tanyakan sudah berapa lama. Edukasikan pasien dengan baik agar tidak terjadi
● Biasanya blefaritis sudah kronik, sering doctor shopping.
kambuh (perlu ditanyakan kekambuhan). Visus ● 3 tahap esensial:
dapat terganggu jika sekret banyak. 1. Kompres hangat.
● Penyebab terjadinya blefaritis cukup bervariasi 2. Bersihkan kelopak mata dan bulu mata dengan
seperti rosasea, herpes simpleks dermatitis, handuk lembab hangat.
molluscum contagiosum, dermatitis alergi atau 3. Antibiotik topikal: basitrasin, polimiksin B,
kontak, dermatitis seboroik, infeksi parasit eritromisin, atau campuran dengan kortikosteroid
demodex dan pitiriasis palpebrarum, dan (sebenarnya dapat diberikan antibiotik topikal
dermatitis stafilokokus.  apa saja). Dapat pula diberikan antibiotik oral
● Tanyakan yang berhubungan dengan DD: seperti doksisiklin 100 mg 2x sehari selama 7
- Hordeolum: adakah benjolan pada mata yang hari.
nyeri, mengeluarkan seperti nanah, mata merah
berair. ● Antibiotik topikal:
- Kalazion: benjolan pada mata yang tidak nyeri. - Kloramfenikol salep mata 1% (@5 g), tetes
- Konjungitivitis bakterial/viral/alergi: sulit mata 0.5% (@10 mL), 3-4x sehari selama 1-2
dibedakan pada anamnesis, dapat dilihat pada minggu.
pemeriksaan fisik. Biasanya pada konjungtivitis - Gentamisin salep mata 0.3 % (@5 g), tetes
sekret lebih banyak hingga mata lengket sulit mata 0.3% (@10 mL), 3-4x sehari selama 1-2
dibuka saat bangun tidur. minggu.
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. Jangan
lupa tanyakan riwayat penggunaan kacamata dan R/ Gentamisin 0.3% oint/ung tb No. I
pengobatan. S u.c
R/ Doksisiklin tab 100 mg No. XX
S 2 dd tab 1. minggu.
- Gentamisin salep mata 0.3 % (@5 g), tetes
mata 0.3% (@10 mL), 3-4x sehari selama 1-2
2. KONJUNGTIVITIS - KERATO minggu.
KONJUNGTIVITIS R/ Gentamisin 0.3% oint/ung tb No. I
ANAMNESIS
S u.c
● Pasien biasanya datang dengan keluhan mata
merah, berair, silau saat melihat cahaya, iritasi, ● K. Alergi: hindari pencetus, berikan sodium
gatal. Tanyakan sudah berapa lama. kromoglikat atau steroid seperti deksametason.
● Konjungtivitis bakteri: onset akut, gatal, berair, R/ Sodium kromoglikat ED 2% 10 ml fl No I
sekret hijau kekuningan/purulen, mata sulit s3 dd gtt I ODS atau
membuka saat pagi hari karena lengket, terdapat R/ dexametasone ED 0,1% 10 ml fl No.I
riwayat pajanan tertentu. S3 dd gtt I ODS
● Konjungtivitis viral: onset subakut, gatal,
sekret jernih, fotofobia, terdapat riwayat pajanan ● Edukasi: cara pakai obat tetes mata (mata
tertentu. melihat ke atas, tarik palpebra inferior ke bawah,
● Konjungtivitis alergi: akut/subakut, tidak lalu tetes di dekat saccus conjungtiva
nyeri, tidak ada riwayat pajanan tertentu, sekret inferior), jangan dikucek, jaga kebersihan mata.
cair, biasanya terdapat riwayat alergi lainnya
(rhinitis alergi, asma, dermatitis atopik, dst) dan 3. HORDEOLUM INTERNA/EKSTERNA
riwayat alergi di keluarga. Bentuk ekstrim adalah ANAMNESIS
konjungtivitis vernal (terdapat cobblestone ● Hordeolum biasanya disebabkan karena infeksi
appearance pada PF). stafilokokus, dibagi menjadi interna (Moll dan
● Keratokonjungtivitis artinya terdapat keratitis Zeiss), dan eksterna (Meibom)
juga bersamaan dengan konjungtivitis. Biasanya ● Pasien biasanya datang dengan keluhan
terdapat riwayat pajanan seperti terkena serbuk benjolan di kelopak mata, tanyakan sudah berapa
padi, dan dibuktikan lebih lanjut pada PF. lama dan mata sebelah mana.
● Tanyakan kemungkinan DD: ● Biasanya benjolan nyeri (jika tidak nyeri
- Adakah benjolan pada kelopak mata nyeri kemungkinan kalazion), disertai adanya kotoran
(hordeolum). mata yang semakin banyak pada pagi hari, sekret
- Adakah benjolan pada kelopak mata yang tidak mata kekuningan, mata berair dan gatal, dan
nyeri (kalazion). terasa ada seperti sesuatu yang mengganjal pada
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. mata.
● Tanyakan apakah sudah pernah berulang atau
PEMERIKSAAN FISIK tidak, sudah diobati atau belum
● KU kesadaran TTV. ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
● Pemeriksaan visus, segmen anterior, segmen
posterior, gerak bola mata. PEMERIKSAAN FISIK
● KU kesadaran TTV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG ● Pemeriksaan visus, segmen anterior posterior,
● Darah lengkap. gerakan bola mata.
● Swab/kultur bakteri.
● Tes fluorecein: positif jika terjadi ulkus PEMERIKSAAN PENUNJANG
kornea. ● Darah rutin.
● Slit lamp.
DIAGNOSIS BANDING
● Konjungitivitis lainnya yang tidak termasuk DIAGNOSIS BANDING
WD. ● Kalazion.
● Hordeolum interna/eksterna. ● Hordeolum interna/eksterna.
● Kalazion. ● Blefaritis.

PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN
● Virus: kompres dingin; Bakteri: kompres ● Kompres hangat 15-30 menit 3x sehari
hangat.
● Berikan antibiotik baik pada infeksi maupun ● Antibiotik topikal:
non infeksi (untuk mencegah infeksi sekunder).
● Antibiotik topikal: - Kloramfenikol salep mata 1% (@5 g), tetes
mata 0.5% (@10 mL), 3-4x sehari selama 1-2
- Kloramfenikol salep mata 1% (@5 g), tetes minggu.
mata 0.5% (@10 mL), 3-4x sehari selama 1-2 - Gentamisin salep mata 0.3 % (@5 g), tetes
mata 0.3% (@10 mL), 3-4x sehari selama 1-2 lakrimal, dapat terjadi akut ataupun kronik
minggu. (sebutkan pada diagnosis).
R/ Gentamisin 0.3% oint/ung tb No. I ● BIasanya pasien datang dengan keluhan nyeri
hebat, unilateral, kemerahan, dan terasa seperti
S u.c berbenjol pada daerah supratemporal orbita.
● Jika dalam 2 hari tidak membaik, dapat Biasanya cepat onsetnya (akut).
dilakukan insisi horizontal (eksterna), insisi ● Pada dakrioadenitis kronik, dapat terjadi
vertikal (interna). bilateral, pembengkakan tidak nyeri kelenjar
lakrimal lebih dari 1 bulan. Bentuk kronik lebih
● Edukasi: jangan kucek2 mata, jaga kebersihan banyak dibanding bentuk akut.
mata, jangan dipegang/ditekan. ● Keluhan lain pada bentuk akut seperti: mata
merah, sekret mata kuning kehijauan, kemerahan
4. PTERIGIUM dan bengkak pada kelopak mata, pergerakan
ANAMNESIS mata yang terbatas, mata sulit
● Pterigium adalah peninggian superfisial yang terbuka, pembengkakan 1/3 lateral dari kelopak
berasal dari konjungtiva perilimbus dan mata superior sehingga palpebra berbentuk
memanjang hingga permukaan kornea.  seperti huruf S. Dapat terjadi demam,
● Biasanya pasien datang dengan keluhan lemas/malaise, hingga batuk pilek.
pandangan tertutup (ataupun dapat belum ● Pada bentuk kronik: tidak nyeri, gangguan
tertutup) dan adanya daging tumbuh pada mata, pergerakan mata minimal, ptosis minimal,
kemerahan, mata berair. Biasanya sudah muncul keluhan tidak seberat bentuk akut.
lama dan semakin lama semakin meluas. ● Tanyakan DD seperti:
● Penting untuk menanyakan riwayat pekerjaan, - Adakah benjolan pada kelopak mata nyeri
apakah sudah pernah dioperasi sebelumnya dan (hordeolum).
muncul kembali, satu mata saja atau pada kedua - Adakah benjolan pada kelopak mata tidak nyeri
mata.  (kalazion).
● Tanyakan yang berkaitan dengan DD: - Adakah pembengkakan pada dekat hidung, jika
- Pseudopterigium: riwayat trauma mata ditekan keluar nanah (dakriosistitis).
sebelumny (trauma kimia, panas). ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
- Pinguecula: benjolan kecil pada daerah mata
(konjungtiva perilimbus) yang tidak meluas, PEMERIKSAAN FISIK
berwarna kekuningan, biasanya pada individu ● KU kesadaran TTV.
dengan pajanan sinar matahari sering. ● Pemeriksaan visus, segmen anterior dan
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. posterior, gerakan bola mata.

PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUJANG


● KU kesadaran TTV. ● Darah rutin.
● Pemeriksaan visus, segmen anterior posterior, ● Swab dan kultur sekret.
gerakan bola mata.
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG ● Hordeolum interna/eksterna.
● Darah rutin. ● Kalazion.
● Slit lamp. ● Dakriosistitis.
● Tes sonde.
PENATALAKSANAAN
DIAGNOSIS BANDING ● Dakrioadenitis akut:
● Pseudopterigium. - Virus (paling banyak): dapat sembuh dengan
● Pinguecula. sendirinya, kompres hangat, dan NSAID oral,
ataupun antibiotik topikal untuk pencegahan
PENATALAKSANAAN infeksi sekunder.
● Tatalaksana utama adalah rujuk untuk R/ Asam mefenamat tab 500 mg No. XX
dilakukannya pembedahan. Sisanya diberikan S 3 dd tab 1 p.c.
pengobatan simptomatik saja.
- Bakterial: antibiotik oral dan topikal. Antibiotik
5. DAKRIOADENITIS oral terutama sefalosporin.
ANAMNESIS R/ cefixime tab 100 mg No. XX
● Kelenjar lakrimal berada di supratemporal S 2 dd tab 1.
orbita, terdapat dua lobus, lobus palpebral dan
lobus orbital. Sekresi cairan penting untuk ● Dakrioadenitis kronik: tatalaksana penyakit
lapisan aqueous air mata. Dakrioadenitis sistemik yang mendasari.
merupakan infeksi dan pembesaran pada kelenjar
● Antibiotik topikal: 3x sehari.
- Miotik: pilokarpin 2% @ 5 mL, 3-4 kali sehari.
- Kloramfenikol salep mata 1% (@5 g), tetes Pada kondisi peningkatan TIO akut, berikan 1
mata 0.5% (@10 mL), 3-4x sehari selama 1-2 tetes tiap 10 menit selama 30-60 menit pertama,
minggu. lalu 1 tetes tiap 1-3 jam.
- Gentamisin salep mata 0.3 % (@5 g), tetes - Antiglaukoma: timolol 0.5% 2x sehari 1 tetes.
mata 0.3% (@10 mL), 3-4x sehari selama 1-2
minggu. R/ Asam mefenamat tab 500 mg No. XX
R/ Gentamisin 0.3% oint/ung tb No. I S 3 dd tab 1.
R/ Pilokarpin 2% ED 5 mL tb No. I
S u.c S uc
R/ Timolol 0.5% ED 5 mL tb No. I
6. HIFEMA S uc
ANAMNESIS
● Hifema adalah adanya darah pada COA. 7. KELAINAN REFRAKSI
Penyebab paling sering biasanya trauma. Hal ini ANAMNESIS
dapat menyebabkan peningkatan tekanan ● Miopia: rabun jauh; hipermetropia: rabun
intraokular (glaukoma sekunder).  dekat; astigmatisma: kelengkungan kornea tidak
● Pasien biasanya datang mengeluhkan adanya rata sehingga pandangan berbayang ganda, tidak
darah pada mata, dapat mengganggu penglihatan dapat melihat garis lurus, tidak dapat melihat
ataupun tidak tergantung derajat hifema. detail dengan jelas baik jarak dekat ataupun jauh.
Biasanya terdapat riwayat trauma ● Pasien tentunya datang dengan keluhan
mata sebelumnya. Tanyakan dengan jelas penglihatan buram. Tanyakan sudah sejak kapan.
mekanisme trauma. Untuk mendiagnosis kelainan refraksi pada
● Tanyakan pula riwayat operasi mata OSCE sebaiknya singkirkan dahulu
sebelumnya, dapat pula hifema terjadi karena kemungkinan penyebab mata buram lainnya.
post operasi. Jika pasien tidak mengeluhkan adanya keluhan
● Jika hifema terjadi spontan, kemungkinan lain apapun baru mengarah pada kelainan
terjadi sekunder karena neovaskularisasi seperti refraksi.
pada pasien dengan diabetes mellitus, ● Tanyakan hal-hal seperti mata kabur saat
neoplasma, uveitis, dan anomali vaskular. melihat dekat atau melihat jauh, buramnya
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. semakin memburuk atau tidak, sudah pernah
menggunakan kacamata sebelumnya atau tidak,
PEMERIKSAAN FISIK apakah sering membaca dalam kondisi gelap dan
● KU kesadaran TTV. dekat, posisi membaca sambil tiduran, apakah
● Pemeriksaan visus, segmen anterior posterior, pandangan tampak berbayang, dan lain-lain.
gerakan bola mata. ● Tanyakan apakah di keluarga ada yang
● Tonometri digital. menggunakan kacamata juga atau tidak.
Kacamatanya plus minus atau silindris.
Grading Hifema: ● Tanyakan bagaimana pola diet sehari-hari,
- Grade 1: darah <1/3 COA. apakah sering makan wortel, minum
- Grade 2: darah 1/3 - 1/2 COA. multivitamin mata, dan lain-lain.
- Grade 3: darah >1/2 COA namun tidak sampai
total. PEMERIKSAAN FISIK
- Grade 4: total hifema (blackball/8-ball ● KU kesadaran TTV.
hyphema). ● Pemeriksaan visus, segmen anterior dan
posterior, gerakan bola mata, lapang pandang.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Darah rutin. PEMERIKSAAN PENUNJANG
● B-scan/USG mata. ● Pemeriksaan refraksi: refraktometer (obyektif),
● Gonioskopi. trial and error (subjektif)

DIAGNOSIS BANDING DIAGNOSIS BANDING


● Tatalaksana berupa bed rest, siklopegik ● Hipermetropia/miopia/astigmatisma (sesuaikan
topikal, steroid topikal/sistemik, proteksi dengan dengan diagnosis).
patch, elevasi tempat tidur 30-45 derajat, dan ● Ablasio retina.
simptomatik, harus rujuk untuk penanganan
selanjutnya. PENATALAKSANAAN
- Nyeri: Analgesik NSAID seperti asam ● Resep kacamata.
mefenamat 500 mg tablet 3x sehari, atau - Miopia: lensa sferis terkecil yang paling jelas.
asetaminofen seperti parasetamol 500 mg tablet - Hipermetropia: lensa sferis terbesar yang paling
jelas. ● Keratitis.
- Astigmatisma: lensa silindris.
PENATALAKSANAAN
Edukasi: jangan baca di ruangan yang gelap, ● Tatalaksana utama adalah pemberian air mata
gunakan  artifisial dan edukasi pada pasien. Jika tidak
kacamata secara konstan. membaik maka dapat dirujuk. Terdapat berbagai
macam artificial tears yang tersedia, seperti Na
8. DRY EYE (KERATOKONJUNGTIVITIS hialuronat 0.15%, hidroksipropil metilselulosa 5
SICCA) mg, karboksimetilselulosa 0.3%, dan lain-
ANAMNESIS lainnya.
● Pasien biasanya datang dengan keluhan mata
kering, kemerahan, berair, terasa gatal seperti R/ Na Hialuronat 0.15% artificial tears ED fl No.
berpasir, fotofobia, dan kadang2 penglihatan I
terasa buram. Tanyakan sudah berapa lama. S 3 dd gtt 2
● Biasanya gejala mulai memberat saat
menjelang sore dan malam hari karena 9. KATARAK SENILIS
penggunaan mata yang terlalu lama. Pasien juga ANAMNESIS
dengan gangguan/infeksi kelenjar meibom juga ● Pasien biasanya datang dengan keluhan
dapat mengalami hal yang sama.  penglihatan yang buram sejak lama. Sebelum
● Tanyakan apakah sedang mengkonsumsi obat- mengarah ke katarak tentunya tanyakan
obatan yang dapat menurunkan produksi air mata kemungkinan lain apakah mata merah, ada
seperti antihistamin, beta bloker, dan kontrasepsi tanda-tanda infeksi, dan lain-lain. Biasanya clue
oral. menuju katarak jika buram yang dialami sudah
● Tanyakan hal-hal lain yang berkaitan dengan dalam kurun waktu yang lama dan semakin lama
DD: semakin buram, seperti berkabut.
- Apakah terdapat sekret yang purulen, bangun ● Jika sudah mengarah ke katarak, perlu diingat
tidur mata sulit dibuka karena lengket bahwa katarak memiliki banyak etiologi.
(konjungtivitis). Etiologi terjadinya katarak seperti:
- Apakah sempat terkena sesuatu sebelumnya - Katarak kongenital, developmental (dipikirkan
seperti terkena serbuk padi (keratitis). jika pasiennya anak2 dan keluhan berupa
- Apakah kelopak mata bengkak, banyak kotoran leukokoria).
mata menempel pada bulu mata, ada bulu mata - Katarak traumatik: tanyakan riwayat trauma
yang rontok (blefaritis, terutama blefaritis sebelumnya pada mata. Buram biasanya
posterior dapat menyebabkan dry eye karena langsung di tengah.
obstruksi kelenjar meibom). - Katarak komplikata: adakah penyakit mata
● Tanyakan riwayat penggunaan kacamata, lainnya pada pasien, sudah pernah berobat
kontak lens, dan lain-lain. penyakit mata sebelumnya seperti glaukoma, dan
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.  lain-lain.
- Katarak metabolik: adakah penyakit metabolik
PEMERIKSAAN FISIK seperti diabetes mellitus.
● KU kesadaran TTV. - Katarak toksik: apakah menggunakan obat tetes
● Pemeriksaan visus, segmen anterior dan mata jangka panjang (steroid).
posterior, gerakan bola mata. - Katarak karena listrik, energi, radiasi,
dematogenik, dan sindrom2 tertentu: mungkin
PEMERIKSAAN PENUNJANG tidak keluar pada saat OSCE.
● Schirmer test. Dalam 5 menit dilihat, jika < 5 - Jika tidak terdapat penyebab lain dan pasien
mm —> abnormal. adalah usia tua, diyakini mungkin pasien
● Tear meniscus height. mengalami katarak senilis.
● Tear breakup time. Dihitung dengan ● Tanyakan bagaimana progresivitas keburaman
memberikan pewarnaan fluoresein dan dilihat pasien. Apakah buramnya langsung dirasakan
sampai tampak adanya daerah yang mengering atau perlahan-lahan. Apakah pasien lebih
(dry spot) pada kornea: <10 detik —> abnormal nyaman melihat pada siang hari dari pada sore
(tear instability). hari, atau sebaliknya. Hal ini tergantung tipe dari
● Pewarnaan epitel, dengan menggunakan rose katarak senilis yang dialami pasien. 
bengal, lissamine green, dan fluorescein.  - Pada katarak senilis kortikal tipe kuneiforme:
opasitas lensa dari perifer ke sentral, sehingga
DIAGNOSIS BANDING gangguan penglihatan awalnya tidak berat dan
lama-lama semakin buram, dan pasien lebih
nyaman di siang hari dari pada sore hari, karena
● Konjungtivitis bakterial, virus, alergi. pada sore hari pupil midriasis sehingga bagian
● Blefaritis posterior. perifer lensa yang mengalami opasitas
menghalangi kejernihan pandangan pasien.
Bentuk ini paling banyak dijumpai. Wass SS
- Pada katarak senilis kortikal tipe kupuliforme: (NAMA DOKTER)
opasitas lensa dari sentral ke perifer, sehingga
gangguan penglihatan sudah cukup buram dari 10. GLAUKOMA AKUT SUDUT
awal, dan pasien lebih nyaman pada sore hari TERTUTUP
karena pupil midriasis sehingga bagian perifer ANAMNESIS 
lensa yang tidak mengalami opasitas membantu ● Pasien biasanya datang dengan mata merah
penglihatan lebih baik. Bentuk ini lebih jarang mendadak dan nyeri yang sangat hebat.
dijumpai. Tanyakan sudah berapa lama.
- Pada katarak senilis nuklear: opasitas hanya ● Gejala yang dapat muncul seperti mata berair,
pada nukleus lensa, dan mulai pada sentral ke penglihatan menjadi kabur, mual muntah, nyeri
perifer. Biasanya pada tipe nuklear, nukleus kepala, melihat halo/seperti pelangi saat melihat
mengalami pigmentasi berwarna kecoklatan cahaya, mata terasa seperti ingin keluar. 
(brunesen), kehitaman (nigra), atau kemerahan ● Tanyakan onset perjalanan penyakit, saat apa
(rubra). Untuk membedakannya perlu slit lamp. nyeri muncul, biasanya saat sedang tidur karena
Pada katarak senilis tipe nuklear tidak ada pupil midriasis saat tidur sehingga terbangun dari
pembagian berdasarkan tahap maturasi. tidur karena nyeri. Tanyakan karakteristik
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.  nyerinya, serta tanyakan pula apakah sudah
● Tanyakan pula riwayat operasi katarak pernah mengalami hal ini sebelumnya, adakah
sebelumnya. Mungkin saja pasien sudah pernah riwayat trauma, apakah penglihatan kabur sejak
operasi katarak dan saat ini terjadi opasitas lama atau baru saja. Jika sudah sejak lama dan
sekunder. usia tua mungkin saja serangan glaukoma akut
bersifat sekunder karena katarak.
PEMERIKSAAN FISIK ● Tanyakan apakah terdapat riwayat operasi
● KU kesadaran TTV. mata sebelumnya, mungkin saja terjadi akibat
● Pemeriksaan visus, segmen anterior dan komplikasi pasca operasi.
posterior (posterior tidak dapat dilakukan jika ● Tanyakan pula apakah pasien sebelumnya
lensa keruh), gerakan bola mata. sudah sering mengalami nyeri tumpul/pegal2
● Jangan lupa lakukan shadow test: pada mata diiringi lapang penglihatan yang
- Positif: katarak imatur. menurun (POAG).
- Negatif: katarak matur atau normal. ● Tanyakan apakah sudah diobati sebelumnya
atau tidak.
● Penting untuk menanyakan riwayat asma
untuk pemberian timolol.
● Tanyakan pula riwayat pengobatan mata
sebelumnya, apakah sebelumnya sering
menggunakan tetes mata kortikosteroid (steroid-
induced  glaucoma). Ataupun obat-obatan lain
seperti simpatomimetik, antikolinergik, dan
PEMERIKSAAN PENUNJANG lain2.
● Biometri. ● Adakah riwayat diabetes mellitus dan penyakit
● Darah rutin, gula darah sewaktu. metabolik lainnya.
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
DIAGNOSIS BANDING
● Katarak diabetikum. PEMERIKSAAN FISIK
● Katarak traumatik. ● Pemeriksaan visus (terjadi penurunan visus),
● Katarak sekunder. segmen anterior (kornea keruh/edema, pupil
dilatasi, COA dangkal, lensa sulit dinilai),
PENATALAKSANAAN segmen posterior (sulit dinilai), tonometri
● Konsul untuk operasi katarak. (hipertoni).
 
Jakarta, 19 Jan 2014 PEMERISKAAN PENUNJANG
Kpd Yth TS Dr. Michael, Sp.M ● Tonometri goldman, schiotz.
Di RS Ukrida Jakarta ● Gonioskopi.
● Perimetri.
Dengan Hormat,
        Mohon konsul dan penanganan selanjutnya, DIAGNOSIS BANDING
atas pasien Tn.X, usia 60 tahun dengan diagnosa ● Glaukoma akut sudut terbuka (POAG).
katarak senilis ODS. ● Glaukoma sekunder.
Atas kerjasamanya, kami ucapkan BTS.
PENATALAKSANAAN
● Sebelum dikonsulkan lakukan tatalaksana awal
untuk menurunkan tekanan intraokular:
- Asetazolamide: berikan asetazolamide 500 mg
IV lalu 500 mg PO.
- Beta bloker topikal: timolol 0.5% 2x sehari 1
tetes.
- Steroid topikal: prednisolone 0.5% 1 tetes tiap
1-2 jam, kurangi frekuensi jika inflamasi sudah
terkontrol.

R/ Timolol 0,5% ED fl No.I


S2 dd gtt I
R/ Asetazolamide tab 500 mg No.X
S3 dd tab I
DAFTAR ISI
1. Otitis media akut (semua stadium) 4. Stadium perforasi.
2. Otitis eksterna ● Ruptur membran timpani —> keluar sekret
3. Otitis media efusi nanah/purulen dari telinga.
4. Tonsilitis/faringitis ● Setelah semua cairan keluar, pasien tampak
5. Abses peritonsil tenang dan suhu tubuh menurun.
6. Laringitis ● Jika melebihi 3 minggu —> otitis media
7. Epistaksis supuratif subakut. Jika melebihi 2 bulan —>
8. Rhinitis alergi otitis media supuratif kronik (OMSK).
9. Rhinitis vasomotor ● Biasanya terjadi karena terlambatnya
pemberian antibiotik.
1. OTITIS MEDIA AKUT
Sebelumnya perlu diketahui beberapa hal 5. Stadium resolusi.
mengenai otitis media akut (OMA). Pasien ● Nyeri telinga berkurang dan berhenti. 
dengan OMA akan datang dengan keluhan sesuai ● Membran timpani kembali normal, perforasi
dengan stadium OMA pasien saat itu. OMA tertutup kembali, dan sekret purulen berhenti dan
memiliki 5 stadium: kering.
1. Stadium oklusi tuba eustachius. ● Fungsi pendengaran kembali normal.
● Retraksi membran timpani (tekanan ● Stadium ini dapat terjadi tanpa pengobatan jika
intratimpani yang negatif). daya tahan tubuh baik, membran timpani utuh,
● Posisi maleolus lebih horizontal, refleks dan virulensi kuman rendah.
cahaya berkurang. ● Jika gagal mencapai stadium resolusi —>
● Kadang-kadang tidak retraksi, hanya tampak OMSK.
pucat.
● Belum terjadi demam. ANAMNESIS
● Sulit dibedakan dengan otitis media efusi. ● Pasien biasanya datang dengan keluhan sesuai
dengan stadium OMA. Gejala yang biasanya
2. Stadium hiperemis atau pre-supurasi. muncul adalah nyeri pada telinga (jangan lupa
● Terjadi pelebaran pembuluh darah membran tanyakan telinga kiri atau kanan). Tanyakan
timpani —> membran timpani tampak onset sudah berapa lama, jika < 3 minggu masih
hiperemis, edema mukosa, tampak ada sekret dapat disebut OMA. Jika lebih > 2 bulan disebut
serosa di baliknya. OMSK (tentunya jika OMSK pasti sudah terjadi
● Merupakan tanda adanya infeksi bakteri —> stadium perforasi—keluar cairan terus menerus
otalgia, rasa telinga penuh dan demam. dari telinga—yang tidak menyembuh).
● Pendengaran mungkin tidak terganggu atau ● Pastikan keluhan utama pasien untuk
sedikit terganggu. menentukan kira-kira diagnosis pasien. Jika
● Berlansung selama 12-24 jam. sudah terdapat keluar cairan nanah dari telinga
maka bisa dipastikan OMA stadium perforasi.
3. Stadium supurasi. ● Jika keluhan utama telinga nyeri, rasa penuh di
● Terbentuk eksudat di kavum timpani —> telinga, demam (tanyakan demam semakin
membran timpani bulging. meningkat atau tidak) —> kemungkinan OMA
● Sangat nyeri, nadi dan suhu meningkat. stadium hiperemis atau supurasi —> pastikan
Gelisah dan sulit tidur nyenyak. pada pemeriksaan fisik (jika membran timpani
● Dapat disertai gangguan pendengaran bulging —> stadium supurasi).
konduktif. ● Gejala-gejala lain yang dapat muncul: telinga
● Tatalaksana utama adalah miringotomi, agar berdenging/tinitus, vertigo (karena gangguan
cairan dapat keluar dan mencegah terjadinya pada telinga tengah).
perforasi. Karena jika sudah perforasi lubang
tidak dapat tertutup lagi.
● Tanyakan apakah pasien menjadi sulit tidur
dan gelisah. Apakah nyeri telinga semakin - Stadium supurasi: sama dengan hiperemis,
memberat, apakah demam semakin memarah. namun rujuk untuk miringotomi.
● Jangan lupa tanyakan apakah pasien sering - Stadium perforasi: ear toilet/obat cuci
batuk pilek sebelumnya. telinga dengan H2O2 3% 3-5 hari, antibiotik
● Tanyakan riwayat pengobatan sebelumnya, adekuat selama 3 minggu.
apakah menggunakan obat-obat ototoksik seperti R/ H2O2 sol 3% fl No. I
streptomisin, gentamisin, kina, dan lain-lain. S uc

PEMERIKSAAN FISIK - Stadium resolusi: pengobatan antibiotik tetap


● Pemeriksaan THT lengkap. dilanjutkan sampai 3 minggu.
● Sesuaikan hasil PF dengan keluhan, untuk
menentukan stadium OMA. 2. OTITIS EKSTERNA 
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG ● Otitis eksterna diklasifikasikan menjadi otitis
● Darah rutin (leukositosis), LED (meningkat). eksterna akut sirkumskripta dan difusa.
● Kultur sekret (timpanosentesis) —> untuk Tanyakan kira-kira pasien adalah OE tipe yang
mengetahui bakteri penyebab. mana. Biasanya gejala keduanya hampir mirip,
● Pemeriksaan fungsi pendengaran: rinne, namun yang membedakan biasanya pada OE
weber, schwabach —> tuli konduktif karena akut difusa ada riwayat suka berenang, pada OE
adanya efusi pada telinga tengah. akut sirkumskipta terdapat riwayat suka
● Timpanometri. mengkorek telinga.
● Gejala umum: pasien biasanya mengeluhkan
DIAGNOSIS BANDING nyeri pada telinga ringan-berat, nyeri bertambah
● Otitis media serosa. hebat jika mengunyah makanan. Nyeri juga
● OMSK. dirasakan jika telinga disentuh/ditekan atau
● Otitis eksterna diffusa. ditarik (nyeri tekan tragus). Dapat terjadi
gangguan pendengaran jika furunkel (OE
PENATALAKSANAAN sirkumskripta) atau edema liang telinga (OE
● Pada stadium awal, terapi ditujukan untuk diffusa) menutupi liang telinga. Dapat keluar
mengobati adanya infeksi saluran nafas, dengan cairan dari telinga, tinitus, telinga terasa penuh,
memberikan antibiotik, dekongestan lokal atau dan lain2.
sistemik, dan antipiretik.  ● Otitis eksterna akut sirkumskripta: adalah
● Tujuan pengobatan: menghindari komplikasi infeksi pada folikel rambut di liang telinga luar
intrakranial dan ekstrakranial yang mungkin (1/3 bagian luar). Biasanya ada kebiasaan suka
terjadi, mengobati gejala, memperbaiki fungsi mengorek telinga, menggunakan cotton-bud.
tuba Eustachius, menghindari perforasi membran ● Otitis eksterna akut diffusa: merupakan
timpani, dan memperbaiki sistem imum lokal infeksi pada 2/3 liang telinga bagian
dan sistemik. dalam. Biasanya ada riwayat sehabis berenang
- Stadium oklusi tuba: tetes hidung efedrin HCl atau terkena air.
0.5% (< 12 tahun) atau 1% (≥12 tahun) untuk ● Tanyakan keluhan2 lain seperti demam, rasa
membuka tuba yang teroklusi dan antibiotik penuh pada telinga, riwayat pengobatan
untuk mengurangi infeksi. ototoksik, dan lain2.
R/ Efedrin 1% nasaldrop fl No. I
S 3 dd gtt I PEMERIKSAAN FISIK
R/ Amoksisilin 500 mg tab no. XX ● PF THT lengkap.
S 3 dd tab I ● OE akut sirkumskripta: terdapat
bisul/furunkel pada 1/3 luar liang teliga,
- Stadium hiperemis: antibiotik golongan membran timpani sukar dinilai.
penisilin atau eritromisin selama 7 hari (jika ● OE akut difusa: liang telinga sempit (2/3
resisten boleh diganti sefalosporin atau bagian dalam), edema, hiperemis, membran
tambahkan asam klavulanat), obat tetes hidung, timpani sulit dinilai.
analgesik, antipiretik.
R/ Efedrin 1% nasaldrop fl No. I PEMERIKSAAN PENUNJANG
S 3 dd gtt I ● Pemeriksaan lab sebenarnya tidak terlalu
R/ Amoksisilin 500 mg tab No. XXI dibutuhkan pada kasus OE. Biasanya langsung
S 3 dd tab I dapat ditangani secara empiris.
R/ Paracetamol 500 mg tab No. XX ● Darah rutin.
S 3 dd tab I ● Pewarnaan gram dan kultur sekret —> berguna
R/ Asam mefenamat 500 mg tab No. X pada pasien imunokompromis/DM.
S 3 dd tab I
DIAGNOSIS BANDING apakah pasien sering mengalami gangguan
● OE akut sirkumskripta: OE akut diffusa, pendengaran atau tidak.
furunkulosis, otitis eksterna maligna. ● OME sering terjadi pada anak-anak. Tanyakan
● OE akut diffusa: OE akut sirkumskripta, otitis ke orang tua apakah anak tampak
media akut, otitis eksterna maligna. pendengarannya terganggu, seperti jika
menonton TV selalu dengan suara yang keras
PENATALAKSANAAN padahal anak sudah duduk dekat dengan TV.
● Kebanyakan kasus OE disebabkan karena ● OME dapat pula disebabkan karena tonsilitis
infeksi bakteri superfisial sehingga dapat atau rhinitis berulang, maka perlu ditanyakan
ditangani dengan obat tetes telinga dan analgesik apakah pasien sering batuk/sakit tenggorokan
sederhana. dan sering pilek sebelumnya. Tanyakan apakah
● Obat tetes telinga yang biasanya digunakan pasien memiliki riwayat alergi, sering terkena
adalah tetes asam asetat (yang mengubah pH pajanan asap rokok.
liang telinga), antibiotik tetes telinga. Jika ● Tanyakan pula apakah pasien sebelumnya
dicurigai penyebabnya jamur dapat diberikan habis naik pesawat atau mendaki gunung
tetes telinga antijamur. (tekanan negatif).
● Terapi oral atau parenteral dianjurkan ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
hanya untuk kasus berat. Antibiotik yang dapat Riwayat pengobatan ototoksik, riwayat lain2nya.
diberikan adalah amoksisilin, ampisilin, dan
eritromisin. Perlu membedakan OME dengan OMA. Berikut
● Tetes telinga antibiotik + kortikosteroid tabel perbedaannya.
diketahui cukup efektif untuk menangani OE,
karena selain membunuh bakteri, juga PEMERIKSAAN FISIK
mengurangi edema (cure rate 87-97%). ● PF THT lengkap.
- Tetes telinga antibiotik: ofloksasin otik 0.3% 6- ● Ditemukan tanda PF sesuai dengan OME: pada
10 tetes 1-2x sehari selama 7 hari, atau otoskopi dapat terlihat adanya gambaran cairan
gentamisin sulfat otik 2-4 tetes 3-4x sehari di belakang membran timpani, mobilitas
selama 7 hari. membran timpani menurun, tidak ada
- Anti nyeri yang sederhana dapat diberikan retraksi/bulging membran timpani (atau dapat
adalah paracetamol 500 mg 3x sehari. retraksi jika disebabkan karena tekanan negatif).
- Tetes telinga antibiotik + kortikosteroid: ● Jika dikeluhkan sering batuk pilek maka dapat
polimiksin B sulfat 10.000 IU, neomisin sulfat 5 ditemukan tanda-tanda sesuai tonsilitis kronik
mg, fludrokortison asetat 1 mg, lidokain HCl 40 berulang, hipertrofi adenoid, atau rhinitis.
mg (OTILON ®) —> 4-5 tetes 3-4x sehari
selama 7-10 hari. PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Darah rutin.
R/ Ofloksasin otik 0.3% fl No. I ● Tes fungsi pendengaran: rinne, weber,
S 2 dd gtt 6 schwabach —> tuli konduktif.
atau ● Pneumatic otoscopy, timpanometri —> dapat
R/ Gentamisin sulfat otic fl No I mengetahui adanya cairan di telinga tengah.
S 3 dd gtt II
DIAGNOSIS BANDING
R/ Paracetamol 500 mg tab No. XX ● Otitis media akut (OMA), stadium oklusi tuba,
S 3 dd tab I presupurasi atau supurasi.
● Disfungsi tuba eustachius.
3. OTITIS MEDIA EFUSI
ANAMNESIS PENATALAKSANAAN
● OME disebabkan karena terkumpulnya cairan ● OME sebenarnya dapat sembuh dengan
non-purulen, dapat bersifat mukoid ataupun sendirinya. Tatalaksana utama adalah edukasikan
serous. Pasien biasanya datang dengan keluhan kepada pasien untuk menghindari asap rokok,
telinga terasa penuh, namun biasanya tidak rujuk ke dokter THT untuk penatalaksanaan
terdapat nyeri atau demam. OME sering lebih lanjut seperti jika ditemukan hipertrofi
berkembang menjadi OMA. adenoid dan untuk dilakukannya miringotomi.
● Pasien biasanya juga mengalami gangguan
pendengaran (tuli konduktif). Perlu ditanyakan 4. TONSILITIS/FARINGITIS
ANAMNESIS
GEJALA DAN TANDA OTITIS MEDIA AKUT OTITIS MEDIA EFUSI

Nyeri telinga (otalgia), nyeri saat telinga ditarik/ditekan (+) (-)


Inflamasi akut, demam (+) (-)
Efusi telinga tengah (+) (+)
Membran timpani bengkak/bulging (+/-) (-)
Gerakan membran timpani berkurang/tidak ada (+) (+)
Warna membran timpani abnormal seperti putih, kuning, kebiruan (+) (+)
Gangguan pendengaran  (+) (+)
Otore purulen akut  (+) (-)
Membran timpani eritem (+) (-)
● Anamnesis penting pada tonsilitis untuk ● Tatalaksana dibagi menjadi tatalaksana
menentukan apakah pasien mengalami tonsilitis simtomatik, antibiotik, dan edukasikan
akut, kronik, atau rekuren (kronik eksaserbasi untuk tonsilektomi pada kasus
akut). Pasien biasanya datang dengan batuk, tonsilitis/tonsilofaringitis rekuren.
sakit tenggorokan, nyeri menelan. ● Simptomatik: terapi suportif seperti analgesia,
● Tonsilitis akut: demam, nyeri tenggorokan, hidrasi, dan tirah baring. Dapat pula
nafas berbau, kesulitan menelan (disfagia), nyeri ditambahkan kortikosteroid untuk mempercepat
saat menelan (odinofagia), dan adanya proses penyembuhan: analgesik paracetamol
pembesaran kelenjar getah bening servikal tablet 500 mg 3x sehari, deksametason tablet 0.5
(diperiksa pada PF). Biasanya pasien bernafas mg 3x sehari.
melalui mulut/mouth-breathing (terutama anak- ● Antibiotik yang dapat diberikan bervariasi,
anak), jika tidur mendengkur, sering terganggu seperti amoksisilin (+klavulanat), klindamisin,
dan terbangun saat tidur malam hari. Biasanya klaritromisin, dan sefalosporin.
berlansung hanya beberapa hari hingga 2 R/ Paracetamol 500 mg tab No. XX
minggu. S 3 dd tab I
● Tonsilitis kronik: dikatakan kronik karena R/ Amoksisilin 500 mg tab No. XXI
episode penyakit bersifat persisten dan tidak ada S 3 dd tab I
episode sembuh, nyeri tenggorok atau
kronik, halitosis (nafas berbau), dan pembesaran R/ Cefixime 100 mg tab No. XIV
kelenjar getah bening servikal persisten. S 2 dd tab I
● Tonsilitis rekuren: pasien biasanya
mengalami episode tonsilitis yang kemudian 5. PERITONSILLAR ABSCESS
sembuh dan berulang kembali. Kriterianya Abses peritonsil adalah terkumpulnya nanah/pus
adalah: di ruang peritonsil yang disebabkan karena
- 6-7 kali infeksi dalam 1 tahun, atau tonsilitis supuratif. Batas-batasnya adalah pilar
- 5 kali infeksi per tahun dalam 2 tahun berturut- anterior dan posterior, torus tubarius (superior),
turut, atau  dan sinus piriformis (inferior).
- 3 kali infeksi per tahun selama 3 tahun berturut-
turut.  ANAMNESIS
● Tanyakan keluhan lain seperti apakah batuk ● Biasanya pasien memiliki riwayat batuk
berdahak, warna dahak, demamnya seperti apa, sebelumnya (tonsilitis/tonsilofaringitis). Pasien
sulit minum, nafsu makan menurun, dan lain- dengan abses peritonsil biasanya datang dengan
lain. rasa tidak nyaman pada salah satu sisi tenggorok
● Faringitis dan tonsilitis seringkali dijadikan (unilateral). Biasanya juga terdapat
satu spektrum penyakit. Beberapa literatur demam, nafas berbau, nyeri saat berbicara, nyeri
menyatakan faringitis merupakan infeksi pada saat menelan, sulit menelan, dan kualitas suara
faring atau tonsil. Jika keduanya terkena maka berubah (hot-potato voice). Biasanya nyeri yang
dikatakan tonsilofaringitis.  dialami cukup berat.
● Kadang-kadang pasien dapat sulit membuka
PEMERIKSAAN FISIK mulut (trismus), nyeri menjalar sampai ke
● Pemeriksaan THT lengkap. telinga, nyeri pada leher dan leher sulit
● Tonsilitis: pembesaran tonsil, tanda-tanda digerakkan.
inflamasi tonsil (eritem, terdapat eksudat, ● Tanyakan apakah pasien sulit bernafas atau
dendritus). tidak. Abses peritonsil jika dibiarkan maka bisa
● Jika faring juga didapatkan adanya sekret, meluas hingga ke dasar mulut dan menyebabkan
hiperemis, atau granulasi —> tonsilofaringitis. obstruksi jalan nafas.
● Sisanya tanyakan seperti biasa.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Darah rutin —> dapat dijumpai leukositosis. PEMERIKSAAN FISIK
● LED meningkat. ● Pemeriksaan THT lengkap.
● Kultur sekret —> Streptokokus beta ● Ciri khas hasil PF pada abses peritonsil:
hemolitikus grup A. palatum molle eritem, edema, tidak simetris,
● ASTO (tidak rutin dilakukan). tampak membengkak ke anterior, uvula
terdorong ke sisi kontralateral, terdapat eksudat
DIAGNOSIS BANDING pada tonsil, trismus.
● ● TTV dapat menunjukkan tanda-tanda sepsis.
Faringitis/tonsilitis/tonsilofaringitis akut/kronik/r (Sepsis = SIRS + known focal infection {pada
ekuren (sesuaikan dengan diagnosisnya saja). kasus ini abses pertonsil}. SIRS = demam > 38C
● GERD. atau hipotermia <36C, takipnea > 24x/m,
takikardi > 90x/m, dan leukositosis >12.000 atau
PENATALAKSANAAN leukopenia <4.000).
● Pasien dengan laringitis juga biasanya
PEMERIKSAAN PENUNJANG mengeluhkan nyeri saat bersuara/odinofonia,
● Darah rutin —> biasanya menunjukkan tanda- sulit menelan, nyeri saat menelan, kadang-
tanda sepsis. kadang terasa sesak, pilek/rinorea, post nasal
● Kultur swab tenggorok, untuk mencari kuman drip (terasa ada riak di tenggorokan), nyeri
penyebab. tenggorokan, kongesti hidung (hidung terasa
● Foto röntgen lateral leher, CT scan head & tersumbat), dan lemas-lemas.
neck, USG.  ● Kadang pasien dengan laringitis juga memiliki
● Prosedur diagnostik gold standard: aspirasi GERD, tanyakan apakah pasien sering merasa
abses, dengan anestesi lidokain + epinefrin panas/terbakar (heartburn) di daerah ulu hati.
sebelumnya, dan jarum ukuran 16-18 & spuit 10 ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
cc. Cairan aspirasi lalu dikirim ke lab untuk
pemeriksaan gram dan kultur. PEMERIKSAAN FISIK
● Pemeriksaan THT lengkap.
DIAGNOSIS BANDING ● Untuk laringitis saja sebenarnya cukup dengan
● Abses retrofaring. anamnesis dan gejala pasien. 
● Infeksi gigi, selulitis peritonsil, benda asing. ● Pemeriksaan fisik yang ditemukan mungkin
mirip dengan faringitis. Bila perlu lakukan
PENATALAKSANAAN laringoskopi indirek/kaca laringoskopi.
● Tatalaksana definitif dan utama adalah insisi
drainase, yang dapat memberikan resolusi gejala PEMERIKSAAN PENUNJANG
secara langsung setelah tindakan. Aspirasi abses ● Tidak ada pemeriksaan penunjang yang
dapat sebagai tindakan diagnostik sekaligus penting dilakukan pada laringitis.
terapi definitif (Rujuk ke Sp.THT). ● Darah rutin.
● Jika pasien tampak dehidrasi, anjurkan untuk
rawat inap untuk diberikan cairan intravena. DIAGNOSIS BANDING
● Tatalaksana suportif berupa antipiretik dan ● Laringitis kronik (jika akut WDnya), atau
analgesik: paracetamol 500 mg tablet 3x sehari, sebaliknya.
dan/atau ibuprofen 400 mg tab 3x sehari (jangan ● Tonsilitis.
melebihi 3.2 gram per harinya). ● Faringitis.
● Beberapa studi mengatakan jika pemberian ● Disfonia psikogenik.
antibiotik tidak memberikan perbaikan gejala
dalam 24 jam dapat ditambahkan metronidazole PENATALAKSANAAN
500 mg tablet 2x sehari. ● Tatalaksana sebenarnya tidak perlu diberikan
● Antibiotik yang dapat diberikan: cefuroxime pengobatan karena dapat sembuh dengan
(dengan/tanpa metronidazole), klindamisin, atau sendirinya. 
amoksisilin-klavulanat, selama 7-10 hari. ● Edukasi: jangan merokok, hindari asap rokok,
R/ Amoksisilin-klavulanat 625 mg (Amoksisilin istirahatkan suara jangan terlalu banyak bersuara
500 mg, asam klavulanat 125 mg) tab No. XXI dulu, 
S 3 dd tab I ● Tatalaksana biasanya bersifat simptomatik
R/ Ibuprofen 400 mg tab No. X saja, sesuaikan dengan keluhan pasien. Jika
S 3 dd tab I demam dan nyeri berikan antipiretik dan
Jika diperlukan: analgesik. Jika warna dahak kehijauan (mungkin
R/ Metronidazole 500 tab No. XIV sudah ada infeksi sekunder) dapat diberikan
S 2 dd tab I antibiotik seperti pada faringitis/tonsilitis, seperti
amoksisilin, klindamisin, cefixime.
6. LARINGITIS  R/ Paracetamol 500 mg tab No. XXI
Laringitis terbagi menjadi akut dan kronik. Akut S 3 dd tab I
jika ≤ 3 minggu, kronik jika > 3 minggu. R/ Amoksisilin 500 mg tab No. XXI
S 3 dd tab I
ANAMNESIS
● Biasanya pasien datang dengan keluhan mirip 7. EPISTAKSIS
seperti infeksi saluran nafas atas, yaitu batuk, Jangan lupa anterior atau posterior, dan et causa
pilek, demam, tanyakan sudah berapa lama untuk apa, misal: epistaksis anterior e.c traumatik,
menentukan akut atau kronik. Yang khas dari epistaksis posterior e.c hipertensi.
laringitis adalah ada suara menjadi serak. 
● Tanyakan batuknya berdahak atau tidak, warna ANAMNESIS
dahak, pileknya bagaiman dan lain2. Biasanya ● Biasanya pasien datang dengan keluhan keluar
laringitis paling sering disebabkan karena virus, darah dari hidung. Tanyakan sudah berapa
namun dapat pula karena bakteri. lama, durasi pendarahan, apakah berhenti dengan
penekanan, sudah dilakukan apa saja, apakah
dulu sempat seperti ini lalu berhenti dengan kimia dengan menggunakan silver nitrate atau
sendirinya. nitras argenti di mukosa hidung.
● Tanyakan riwayat penyakit sistemik seperti - Jika masih belum berhenti, berikan tampon
hipertensi, penyakit hepar, atau riwayat penyakit vaselin/antibiotik selama 1-2 hari.
apapun yang dimiliki pasien. Tanyakan juga ● Pada epistaksis posterior, diperlukan
apakah pasien sering mengalami memar-memar pemasangan tampon bellocq selama 2-3 hari,
tanpa sebab, jika berdarah apakah sulit berhenti. sehingga perlu dirujuk dan dirawat.
● Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien ● Boleh diberikan antibiotik untuk mencegah
sempat mengalami trauma atau tidak, apakah infeksi sekunder seperti amoksisilin tablet 500
pasien sehabis mengorek hidung terlalu keras, mg 3x sehari.
apakah pasien sebelumnya habis berolahraga.
● Epistaksis juga dapat disebabkan karena 8. RHINITIS ALERGI
masuknya benda asing, namun perdarahan ANAMNESIS
biasanya tidak dominan, lebih sering gejala ● Biasanya pasien datang dengan hidung
hidung berbau dan sekret pada hidung unilateral. tersumbat atau pilek. Tanyakan sudah sejak
● Tanyakan riwayat pengobatan: aspirin, kapan. Biasanya sekretnya encer dan banyak dan
NSAIDs, warfarin, heparin, tiklodipin, bening. Biasanya hidung juga terasa gatal dan
dipiridamol —> dapat menyebabkan epistaksis sering bersin-bersin pada pagi hari. Tanyakan
dan mempersulit pengobatan. apakah ada riwayat pencetus tertentu, misalkan
● Perlu diingat bahwa 90% epistaksis adalah sehabis mencium sesuatu, terkena debu, dan lain-
epistaksis anterior, hanya sebagian kecil yang lain.
mengalami epistaksis posterior. ● Tentu jika alergi maka pasien memiliki riwayat
atopi lainnya seperti mata gatal dan berair
PEMERIKSAAN FISIK (konjungitvitis alergi), gatal-gatal pada kulit
● Pemeriksaan THT lengkap. terutama daerah lipatan, dan asma. Tanyakan
● Sebaiknya diberikan vasokonstriktor supaya pula riwayat atopi pada keluarga.
dapat tervisualisasi lebih jelas, dan lokasi ● Tanyakan kemungkinan2 lain seperti nyeri
perdarahan dapat diketahui dengan jelas berupa pada daerah pipi, demam, batuk berhadak, dan
titik pendarahan (pin point). Jika tidak terlihat lain-lain.
pada visualisasi anterior, namun darah tetap
muncul, atau terlihat pada dinding faring PEMERIKSAAN FISIK
posterior, kemungkinan epistaksis terjadi di ● Pemeriksaan THT lengkap.
posterior. ● Biasanya pada pemeriksaan kavum nasi
tampak konka atrofi dan berwarna pucat/livid,
PEMERIKSAAN PENUNJANG dan sekret encer.
● Pemeriksaan lab pada awal biasanya tidak
rutin dilakukan. PP dilakukan jika perdarahan PEMERIKSAAN PENUNJANG
tidak berhenti, jika dicurigai adanya koagulopati, ● Darah rutin.
epistaksis sering berulang, atau riwayat ● Kadar IgE serum.
neoplasma sebelumnya. ● Patch test, prick test.
● Darah rutin, darah lengkap, PT, aPTT.
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING ● Rhinitis vasomotor.
● Epistaksis anterior/posterior (tergantung WD). ● Rhinitis simpleks, rhinitis bakterial.
● Neoplasma nasofaring.
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN ● Dapat diberikan tatalaksana simptomatik dan
● Edukasikan pasien untuk posisi duduk atau antialergi.
setengah duduk, jika berbaring kepala R/ CTM 4 mg tab No. X
ditinggikan. S 3 dd tab I
● Pada epistaksis anterior: R/ Efedrin HCl 25 mg tab No. X
- Berikan penekanan pada hidung selama 10-15 S 3 dd tab I
menit. ● Edukasi: hindari alergen penyebab.
- Jika tidak berhenti, berikan tampon yang
dibasahi dengan adrenalin 1:10.000 (jikalau 9. RHINITIS VASOMOTOR
tersedia juga tambahkan lidokain 2-4%), dan anamnesis:
kemudian dibiarkan selama 10-15 menit, agar
 RPS: hidung tersumbat, sejak kapan?,
darah berhenti.
kedua hidung/salah satu saja?,
- Jika perlu, setelah pemberian tampon
tersumbatnya bergantian atau barengan?
vasokonstriktor, lakukan akustik/kauterisasi
( bergantian kanan dan kiri), apakah jika
berganti posisi badan, hidung yg tersumbat
juga bergantian? (Ya), apa yg memicu         s3 dd tab I
timbulnya keluhan? (Asap rokok, Faktor
psiksis, pil kb, bau yg merangsang, asap) Edukasi: hindari faktor pencetus, banyak minum
ada ingus?, kental/encer? (Encer sedikit), air putih agar sekretnya encer, pengobatan butuh
apa disertai mata gatal/berair, hidung gatal? waktu lama, kontrol ulang dalam 2 minggu.
(Jarang), apakah sering bersin di pagi hari?
(Tidak), timbul terus2an/intermiten
 RPD: ada riwayat alergi? (Tdk), ada
asma? Tdk
 RPK: ada riwayat alergi di keluarga?
Tdk
 R.obat: apakah konsumsi obat
ergotamin, antihipertensi ( mencetuskan
serangan)
 R.sosial
PF: inspeksi dorsum nasi (normal), vestibulum
nasi, cavum nasi (mukosa konka inferior sangat
hipertrofi dan berwarna merah gelap, permukaan
berbenjol, tp bs pucat juga), periksa faring 
PP: dArah rutin, ige, eosinofil normal ( untuk
singkirkan dd), kultur sekret
DD: rhinitis alergi, rinitis simpleks, rinitis
bakrerial/virus
Terapi: 
 R/loratadin tab 10 mg No X
        S1 dd tab I (jgn ksh AH gen 1 krn
bs  kentalkan sekret)
 R/efedrin hcl tab 25 mg No.X
          S3 dd tab I
 R/ betametason tab No.X

DAFTAR ISI Pada wanita dikatakan komplikata jika dalam


1. ISK/UTI (uretritis, epididimo-orkitis, kondisi hamil dan terdapat DM. 
prostatitis, pielonefritis) ● Pasien biasanya datang mengeluhkan nyeri
2. Nefrolitiasis (nefrolitiasis, ureterolithiasis, saat berkemih/disuria, frekuensi berkemih yang
vesikolithiasis) meningkat, dan urgensi (rasa ingin kencing terus
3. Trauma ginjal menerus). Pasien bisa saja sudah sering
4. Glomerulonefritis akut mengalami gejala seperti ini sebelumnya. 
5. Benign prostate hypertrophy (BPH) ● Pasien juga dapat terjadi kencing berdarah,
sering kencing pada malam hari.
● Tanyakan komorbiditas lain yang dapat
1. INFEKSI SALURAN KEMIH berperan sebagai faktor predisposisi seperti
(ISK)/URINARY TRACT INFECTION (UTI) diabetes melitus.
ANAMNESIS ● Perlu ditanyakan apakah pasien sering
● ISK dibagi menjadi 2, yaitu ISK bagian atas berganti-ganti pasangan sebelumnya, atau sering
dan bawah. Pada ISK bagian atas keluhan lebih menahan buang air kecil karena pekerjaannya
mengarah kepada keluhan sistemik, seperti misalnya, atau pada laki-laki perlu ditanyakan
demam menggigil, sakit pinggang, mual muntah, apakah sudah disirkumsisi atau belum.
hipotensi, sehingga perlu dirawat. Sedangkan ● Beberapa gejala yang perlu diketahui untuk
pada ISK bagian bawah biasanya membedakan tipe ISK:
didapatkan nokturia (kencing pada malam hari), - Uretritis (pria): nyeri saat berkemih, nokturia,
urgensi, nyeri tekan suprapubik, polakisuria urgensi, tidak ada nyeri pada suprapubik.
(pipisnya sering tapi dikit), dan disuria (sakit saat - Cystitis (pria/wanita): nyeri saat berkemih,
berkemih). nokturia, urgensi, nyeri tekan suprapubik, terasa
● ISK juga digolongkan menjadi komplikata dan penuh pada kandung kemih, kadang urin
nonkomplikata. Pada pria yang berdarah.
terkena cystitis dikatakan komplikata. - Epididimitis-orkitis (pria): nyeri pada
epididimis dan terasa indurasi, belum menjalar ● Lokasi batu dapat diketahui dengan beberapa
hingga testis. Dalam beberapa hari menjalar ke gejala tertentu:
testis. Namun biasanya sulit dibedakan, sehingga - Batu pada ureteropelvic junction: nyeri ringan
sering disebut epididimoorkitis. hingga berat pada flank region, nyeri biasanya
- Prostatitis (pria): nyeri di abdomen bagian tidak menjalar. Terdapat gangguan iritatif seperti
bawah, perineum, nyeri saat ejakulasi, kadang- frekuensi miksi meningkat, nyeri saat berkemih.
kadang terdapat darah pada semen. Dapat - Batu pada ureter: nyeri yang tiba-tiba dan
pula terjadi demam, urin tampak sangat hebat pada flank region, ipsilateral, dan
keruh/berkabut/cloudy,  nyeri menjalar tergantung lokasi batu, yaitu
- Pielonefritis: tampak sakit sedang-berat, dapat ke daerah lumbal (batu ureter proksimal),
demam, menggigil, dan nyeri pada flank region ke anterior dan kaudal (batu mid-ureter), atau ke
(pinggang), dan kadang-kadang dapat terjadi testis (♂)/labia mayora (♀) (batu ureter distal).
hipotensi (pasien merasa lemah/lemas), dan - Batu pada vesika urinaria: biasanya
diikuti adanya gejala uretritis seperti nyeri asimtomatik, retensi urin tergantung posisi
berkemih, nokturia, urgensi, dan lain-lain. pasien.
● Terdapat 3 fase serangan kolik pada
PEMERIKSAAN FISIK nefrolithiasis:
● PF abdomen, lakukan ketok CVA. 1. Fase akut/onset. Nyeri biasanya mulai pada
● Nyeri suprapubik (+): cystitis. subuh pagi hari atau malam hari, membangunkan
● Nyeri ketok CVA (+): pielonefritis. pasien dari tidur. Sedangkan jika nyeri mulai
● Nyeri pada testis: epididimo-orkitis. pada siang hari biasanya lebih perlahan-lahan
dan lambat. Nyeri biasanya semakin lama
PEMERIKSAAN PENUNJANG semakin nyeri dan memuncak hingga 1-2 jam
● Darah rutin. pertama.
● Urin rutin —> leukosit (+), uji nitrit (+), uji 2. Fase konstan. Ketika nyeri sudah mencapai
leukosit esterase (+), bakteri (+). maksimum, nyeri akan konstan hingga akhirnya
● Pewarnaan gram urin. ditangani atau hilang dengan sendirinya. Fase ini
● Foto polos abdomen. biasanya berlangsung 1-4 jam, namun dapat
● USG abdomen. hingga 12 jam. Kebanyakan pasien datang ke
● USG doppler skrotum —> pada orkitis. IGD ketika sudah dalam fase ini.
● BNO-IVP buat menyingkirkan batu saluran 3. Fase relief. Pada fase ini nyeri tiba-tiba
kemih. membaik dengan cepat, biasanya fase ini
berlangsung sekitar 1.5-3 jam.
DIAGNOSIS BANDING ● Tanyakan apakah terdapat demam
● Batu saluran kemih. (kemungkinan infeksi) atau sering mengalami
● ISK bagian bawah/ISK bagian atas (pilih salah keluhan seperti ini sebelumnya. 
satu jenis yang lain yang tidak termasuk). ● Tanyakan riwayat makanan/minuman pasien,
untuk mencurigai kemungkinan tipe batu ginjal
PENATALAKSANAAN pasien.
● Orkitis: terapi suportif, kompres dingin, bed ● Pastikan pula apakah pasien memiliki kelainan
rest. Gejala biasanya dapat hilang dengan ginjal sebelumnya, apakah ada salah satu ginjal
sendirinya dalam 7-10 hari. yang sudah rusak (penting dalam tatalaksana dan
● Cystitis, Uretritis: pemberian fluorokuinolon prognosis).
selama 7-10 hari. Dapat diberikan siprofloksasin ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
500 mg 2x sehari selama 7-10 hari.
● Pielonefritis: ceftriaxone IV 1g single dose PEMERIKSAAN FISIK
dilanjutkan ciprofloxacin 500 mg 2x sehari ● PF abdomen dan ginjal, nyeri ketok CVA. 
selama 7 hari.  ● Pemeriksaan nyeri tekan suprapubik untuk
● Sisanya dapat diberikan simptomatik seperti memperkirakan adanya sistitis.
antinyeri, antipiretik, antiemetik, dan lain-lain. ● Biasanya didapatkan nyeri ketok CVA (+),
● Anjurkan untuk banyak minum dan tirah pada batu ureter distal dapat ditemukan kondisi
baring. testis yang normal meskipun terasa nyeri.

2. NEFROLITHIASIS PEMERIKSAAN PENUNJANG


ANAMNESIS ● Darah rutin, fungsi ginjal (ureum
● Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri kreatinin): biasanya terjadi peningkatan ureum
renal kolik, yaitu nyeri pada punggung tiba-tiba dan kreatinin.
(flank region) dan menjalar ke bawah dan ● Urin dipstik: untuk melihat adanya sel darah
ke depan (inferioanterior). 50% pasien juga merah.
mengeluhkan terjadinya mual dan muntah ● Serum elektrolit (pada pasien yang mual
bersamaan dengan nyeri pinggang.  muntah hebat).
● Urinalisis makroskopik dan mikroskopik: ANAMNESIS
secara tidak langsung dapat melihat kondisi ● Pasien biasanya datang dengan riwayat trauma
fungsi ginjal dan jenis batu. sebelumnya dan mengenai daerah pinggang.
● Urin 24 jam. Terdapat dua macam trauma ginjal yaitu trauma
● USG ginjal: melihat adanya batu dan tajam dan trauma tumpul. 
mendeteksi adanya hidronefrosis. - Trauma tajam: biasanya disebabkan karena
● IVP/urografi: untuk visualisasi sistem urinarius tembakan peluru, atau bahkan tusukan pisau.
yang jelas. Kerusakan lebih berat pada tembakan peluru
karena energi kinetik nya lebih besar sehingga
DIAGNOSIS BANDING kerusakan parenkim lebih berat. Untuk trauma
● Glomerulonefritis akut, sistitis. tajam biasanya ditemukan adanya luka terbuka
● Batu-batu lainnya (misalnya WD nefrolitiasis, pada flank region.
DD vesikolithiasis/ureterolitiasis). - Trauma tumpul: biasanya merupakan
kecelakaan kendaraan, terjatuh,
PENATALAKSANAAN trauma/kecelakaan saat berolahraga, ataupun
● Tatalaksana nefrolithiasis berupa tatalaksana karena pukulan fisik. Kecelakaan kendaraan
terhadap nyeri kolik, terapi medis hingga terapi biasanya pada pengemudi mobil, yaitu
intervensi terhadap batu. Untuk menghindari disebabkan karena proses akselerasi/deselerasi.
kemungkinan terjadinya gagal ginjal akut, maka ● Karena dasarnya merupakan trauma, maka
terapi difokuskan dalam mengkoreksi dehidrasi perlu dilakukan anamnesis singkat berupa
dan infeksi.  kejadian trauma, mekanisme terjadinya trauma,
● Tatalaksana awal berupa pemberian cairan IV, sudah dilakukan penanganan apa saja, sempat
lalu dilanjutkan dengan analgesik dan kehilangan kesadaran atau tidak saat jatuh, ada
antiemetik. Jika terdapat tanda-tanda infeksi bagian lain yang mengalami trauma atau tidak,
maka dapat diberikan antibiotik untuk mencegah sempat ditolong atau tidak, dan lain-lain
terjadinya perluasan infeksi lebih lanjut. Jangan sebagainya.
lupa untuk merujuk ke dokter urologist ● Pada trauma ginjal perlu ditanyakan mengenai
setelahnya. kelainan ginjal sebelum2nya karena hal ini dapat
● Analgesik: Jika intake pasien masih baik dapat berperan penting pada penanganan trauma ginjal,
diberikan obat dengan jalur oral. Satu-satunya karena trauma kecil saja bisa jadi menyulitkan,
NSAID yang disetujui FDA untuk nyeri kolik apalagi jika pasien saat ini hanya memiliki satu
nefrolithiasis adalah ketorolak. Obat pilihan buah ginjal. Kelainan-kelainan tersebut seperti
utama adalah morfin IV 10 mg/70 kgBB secara hidronefrosis, batu ginjal, diabetik nefropati, dan
IM atau SC setiap 4 jam. lain-lain.
R/ Ketorolak 10 mg tab No. XXI ● Tanyakan gejala yang meyakinkan adanya
S 3 dd tab 1 trauma ginjal seperti kencing berdarah
(hematuria), perut terasa kencang (distensi
● Antiemetik: metoklopramide IV/IM 10 mg abdomen), nyeri pada flank region, atau pada
setiap 4-6 jam atau seperlunya. Jika intake baik perabaan teraba adanya massa (kemungkinan
dapat diberikan oral. berisi darah di dalamnya).
R/ Metoklopramide 10 mg tab No. XXI ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
S 3 dd tab 1
PEMERIKSAAN FISIK
● Antidiuretik: beberapa studi menunjukkan ● Tergantung dengan kondisi setting soal OSCE.
bahwa desmopressin (DDAVP) yang adalah Jika diminta assessment trauma berarti dilakukan
antidiuretik poten yang secara esensial pemeriksaan trauma secara primary survey
merupakan hormon antidiuretik, dapat (ABCDE) dan secondary survey.
meredakan nyeri secara dramatis. Efek kerja ● Jika setting soal tidak emergensi maka dapat
cepat dan tidak memberikan efek samping yang dilakukan pemeriksaan fisik biasa (PF abdomen
bermakna. Tersedia dalam nasal spray (10 dan ginjal).
mcg/spray, dosis awal 40 mcg), ataupun IV (4
mcg/mL, dosis normal adalah 1 mL). PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Antibiotik: pemberiannya masih bersifat ● Darah rutin, fungsi ginjal (ureum kreatinin).
kontroversial, hanya diberikan jika terbukti Hematokrit yang menurun mungkin sebagai
terdapat infeksi.  prediktor adanya perdarahan dan memungkinkan
● Edukasi: anjurkan pasien untuk banyak kebutuhan akan resusitasi cairan.
minum, hindari intake makanan dengan garam ● Urinalisis: untuk melihat adanya hematuria
dan protein tinggi. baik mikroskopik maupun makroskopik,
meksipun tidak selalu menjadi patokan
3. TRAUMA GINJAL (Tumpul/Tajam) terjadinya trauma ginjal minor ataupun mayor.
● USG ginjal (FAST—focused assessment with
sonography for trauma): untuk mendeteksi diobatin cuma diobatin pake obat herbal. 
secara cepat dan cukup akurat. ● bangun pagi2 matanya bengkak gara2
● IVP/intravenous pyelography. Sebenarnya proteinuria, mukanya juga bengkak, baru lama2
pemeriksaan ini sudah digantikan dengan CT ke kaki. 
scan. Tanda-tanda yang signifikan adalah non- ● tanyakan sehari berapa kali berkemih.
function (kerusakan ginjal luas dan berat) dan ● biasanya ada hipertensi —> sakit kepala. 
adanya ekstravasasi cairan. ● volume urin berkurang.
● CT scan abdomen. Pemeriksaan yang paling
spesifik untuk dapat menentukan derajat trauma DD:
ginjal. Derajat trauma ginjal dapat dilihat di ● sindroma nefrotik, GN kronik, IgA nefropati,
bawah ini. hepatitis.

Pemeriksaan fisik:
● PF abdomen —> inspeksi, palpasi seperti biasa
(hepar, lien, ginjal), perkusi (seperti biasa, nyeri
ketok CVA,  shifting dullness—karena biasanya
ada asites).
● jangan lupa periksa kaki (pitting udem).
● konjungtiva, TTV (tensi tinggi, suhu
meningkat).

Pemeriksaan penunjang:
● darah lengkap, urinalisis (makro —> gross
hematuri; mikro —> silinder eritrosit leukosit
dst).
● ureum kreatinin (faal ginjal).
● dipstick (+2, 200 an).
● GFR —> turun. normal: 1 cc/kgBB/jam.
● swab tenggorokan, ASTO, C3 (turun), C4
PENATALAKSANAAN (normal). kalo IgA nefropati dua2nya turun.
● Tatalaksana secara konservatif merupakan
tatalaksana pilihan bagi kebanyakan pasien yang Penatalaksanaan:
mengalami trauma ginjal, bahkan diketahui R/ captopril 25 mg tab no. X
bahwa tingkat kegagalan terapi konservatif S 1 dd tab 1.
adalah 1% karena dapat menyelamatkan fungsi
ginjal dengan sangat baik.  R/ furosemide 40 mg no. X.
● Indikasi tatalaksana konservatif saja adalah S 1 dd tab 1.
pada pasien trauma ginjal yang tidak mengalami
kehilangan darah (hemodinamik stabil), dan Edukasi:
tidak adanya indikasi pembedahan (trauma ● bisa sembuh sendiri, tapi harus rajin kontrol,
ureter, trauma ginjal grade IV-V/mengenai diet rendah protein.
vaskular). Bahkan diketahui meskipun terjadi ● jangan makan banyak garam sampai udem
ekstravasasi urin masih dapat tertangani mereda.
baik dengan tatalaksana konservatif sebesar
90%. 5. BENIGN PROSTATE HYPERTROPHY
● Trauma tumpul ginjal: biasanya 85% pasien (BPH)
tertangani tanpa operasi (kembali lagi tergantung
derajat trauma). Tatalaksana secara ANAMNESIS
konservatif: bed rest dan observasi, berikan obat ● BPH dibagi menjadi 2 tipe, BPH tipe
sesuai dengan keluhan pasien. obstruktif dan tipe iritatif. Tipe obstruktif
● Trauma tajam ginjal: tindakan pembedahan biasanya dia mengeluh pipisnya kurang puas,
dan eksplorasi. kalo pipis nunggunya keluar pipisnya lama,
● Jangan lupa harus dirujuk! kekuatannya melemah. Tipe iritatif adalah
urgensi, frekuensi, dan nokturia. 
4. GROMERULONEFRITIS AKUT ● Biasanya terjadi pada usia tua, perhatikan usia
Anamnesis: pasien.
● kencingnya seperti teh (coffee ground ● Untuk memastikan/menyingkirkan DD
appearance) —> merah gelap, coklat gelap.  tanyakan adakah demam, urinnya apakah
● biasanya yang keluar post streptococcus —> berwarna merah, apakah sedang batuk pilek, dan
ada batuk pilek (7-14 hari), ada demam lain sebagainya.
sebelumnya, atau pernah luka/jatoh ga ● Tanyakan riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, dan lain sebagainya. ● USG prostat.
● PSA:
PEMERIKSAAN FISIK - kalo lebih dari 4 mcg/ml —> BPH.
● PF Rectal Touche. - kalo lebih dari 10 mcg/ml —> kemungkinan
● Jangan lupa PF nyeri tekan supra pubik untuk CA prostat —> harus biopsi.
menyingkirkan diagnosis banding ISK.
PENATALAKSANAAN
DIAGNOSIS BANDING ● Kateterisasi.
● CA prostat. ● Berikan obat BPH:
● ISK (prostitis). R/ Tamsulosin 0.4 mg tab no. X
S 1 dd tab 1.
PEMERIKSAAN PENUNJANG ● Jangan lupa di rujuk.
● Darah rutin.
● Urinalisis.

DAFTAR ISI dislipidemia, arterosklerosis, oleh karena itu


1. Diabetes melitus dan ulkus diabetikum (+ perlu menayakan pola makan, hipertensi, dan
edukasi DM). lain-lain, apakah terkontrol atau tidak. Pada
2. Ketoasidosis diabetikum. wanita biasanya gejala awalnya dapat berupa
3. HONK. vaginitis kandida (vulvovaginitis), jadi harus
4. Hipertiroid (Graves disease, Plummer, toxic ditanyain apakah ada infeksi/gatal pada alat
multinodular). kelamin. Sedangkan pada pria dapat berupa
5. Obesitas (+ edukasi dislipidemia). balanoposthitis (infeksi pada kulit & glans penis
yang belum disirkumsisi). 
● Pada DM biasanya ada gejala seperti berikut:
1. DIABETES MELITUS dan ULKUS badan terasa mudah lelah, penglihatan kabur
DIABETIKUM (+ Edukasi DM) (DM retinopati), neuropati perifer (tanyain
ANAMNESIS apakah ada rasa baal gitu
● DM ada 2 tipe, 1 dan 2. Pada DM tipe 1 biasa di kaki/ujung2 ekstremitas).
terjadi dari usia dini, lebih bersifat genetik. ● Tanyakan apakah terdapat luka, lukanya cepat
Sedangkan DM tipe 2 biasa terjadi pada usia > sembuh atau tidak (biasanya luka sulit sembuh),
40 tahun, obesitas, dan tidak terlalu bersifat dan tanyakan apakah ada luka di kaki sekarang
genetik, namun juga terdapat peran genetik. yang tidak sembuh2. 
● Pasien biasanya memiliki trias gejala klasik ● Pada DM juga dapat terjadi akantosis
DM: poliuri (banyak kencing), polidipsi (banyak nigricans, berupa kehitaman pada ketiak, pada
minum), polifagi (banyak makan/terus merasa leher bagian belakang. Sehingga dapat
lapar). Pada OSCE biasanya pasien tidak ditanyakan apakah terdapat kehitaman di daerah
langsung mengatakan keluhan klasiknya. Pasien tersebut. Akantosis nigricans adalah salah
dapat datang dengan keluhan luka di kaki yang satu tanda terjadinya resistensi insulin.
sudah lama tidak kunjung sembuh, ataupun ● RPD, RPK, R. obat, R. sosial, dan lain2.
hanya keluhan sederhana seperti mudah lemas,
dan lain-lain. Pada OCSE juga pernah Kriteria diagnosis DM:
dimintakan hanya untuk edukasi pasien dengan 1. Gejala klasik DM + GDS ≥ 200 mg/dL.
DM. 2. Gejala klasik DM + GDP ≥ 126 mg/dL.
● Pada DM tipe 2 biasanya ada hipertensi, 3. GD 2 jam TTGO ≥ 200 mg/dL.
4. HbA1c ≥ 6.5% (namun belum sepenuhnya secara berkala dan dicatat.
disetujui jika hanya dengan parameter ini tanpa - Jelaskan pada pasien tanda-tanda terjadinya
pendukung lainnya). hipoglikemia, pencegahan dan cara
5. Toleransi glukosa terganggu: GD 2 jam TTGO mengatasinya. Ingatkan pasien agar tetap makan
140-199 mg/dL. Gula darah puasa terganggu: sehabis minum obat.
GDP 100-125 mg/dL, TTGO 2 jam PP < 140 -  Anjurkan untuk olahraga teratur 3-4x setiap
mg/dL. minggunya selama kurang lebih 30 menit, tetap
melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan
PEMERIKSAAN FISIK ke pasar, berkebun, dan lain-lain.
● Kesadaran, KU, TTV.
● Pemeriksaan head to toe secara singkat. ● Pengobatan disesuaikan dengan kadar HbA1c:
● PF kaki diabetes. - < 7%: gaya hidup sehat (GHS).
- 7-8%: GHS + monoterapi.
KRITERIA WAGNER (harus disebut pada PF) - 8-9%: GHS + 2 obat.
0 —> Tidak ada lesi terbuka, deformitas +, selulitis.
1 —> Ulkus superfisial. - > 9%: GHS + 3 obat.
2 —> Ulkus meluas ke tendon ligamen dan sendi, abses (-), - 9-10%: GHS + 2 obat + insulin basal.
osteomielitis (-). - > 10%: GHS + insulin intensif.
3 —> Ulkus dalam, abses (+), osteomielitis (+), tendonitis
sepsis.
4 —> Gangren tumit, dan plantar kaki. ● Berikan obat yang umum diberikan:
5 —> Gangren meluas pada kaki bagian atas. - Metformin 500 mg tablet mulai dari dosis 1x
sehari, dinaikkan secara perlahan dan diturunkan
secara perlahan disesuaikan dengan status gula
PEMERIKSAAN PENUNJANG darah pasien. Metformin dapat diminum
● Urinalisis: glukosuria, ketonuria. sebelum, pada saat, ataupun sesudah makan.
● Darah rutin. - Glibenklamid 2.5 mg tablet mulai dari dosis 1x
● Gula darah sewaktu. sehari. Golongan sulfonilurea diberikan 15-30
● Gula darah puasa. menit sebelum makan.
● TTGO 2 jam PP. TTGO adalah tes dengan R/ Metformin tab 500 mg No. XXX
memberikan glukosa pada pagi hari sebanyak 75 S 1 dd tab 1.
g dalam 300 mL air (pada anak-anak 1.75 R/ Glibenklamid 2.5 mg No. XXX
g/kgBB). tes harus dilakukan pagi hari, pasien S 1 dd tab 1.
harus tidak merokok dan aktif saat pagi hari
tersebut. kemudian sampel darah diambil pada ● Pada ulkus diabetikum, prinsip tatalaksana:
menit ke 0 dan menit ke 120 setelah ingesti - Tatalaksana penyakit penyebab utama:
glukosa. nilai normal menit ke 0 sama dengan tatalaksana
pemeriksaan gula darah puasa, sedangkan menit terhadap DM, kontrol gula darah, penggunaan
ke 120 merupakan TTGO. sepatu
● HbA1c. yang tidak menekan (sepatu khusus DM).
● Profil lipid: kolesterol total, HDL, LDL.  - Pastikan aliran darah adekuat, tidak ada PAD,
dan lain-lain.
DIAGNOSIS BANDING - Local wound care: pemberian antibiotik
● DM tipe 1 atau 2. spektrum luas,
● Sindrom metabolik (sindrom X, sindrom debridement, wound dressing yang baik, kontrol
resistensi insulin). infeksi.
● Diabetes insipidus. - Pressure offloading.

PENTALAKSANAAN R/ ciprofloxacin tab 500 mg No. XX


● Ingat 4 pilar penatalaksanaan DM: (1) S 2 dd tab 1.
Edukasi; (2) Terapi gizi medis; (3) Latihan
jasmani; dan (4) Intervensi farmakologis. 2. KETOASIDOSIS DIABETIKUM
● Edukasi DM (edukasikan pula tentang terapi Kriteria KAD: GDS > 250 mg/dL, pH < 7.3,
gizi medis dan latihan jasmani) HCO3 < 15, AG
- DIET: total kalori sehari adalah 45-65% > 12, ketonuria moderat (+) atau ketonemia.
karbohidrat, 25-35% lemak, 10-35% protein;
gunakan minyak yang berlemak mono-
unsaturated (olive oil, canola, minyak di nuts dan
avocado) —> dapat menurunkan trigliserid dan
meningkatkan HDL; perbanyak makan sayur.
- Pasien dianjurkan untuk dapat memantau gula
darah sewaktu secara mandiri, dianjurkan untuk
membeli alat sederhana untuk cek gula darah
Tatalaksana KAD (ICU RSUD Tarakan)—
ada sedikit modifikasi dari protokol American
Diabetes Association.
● Cairan: NaCl 0.9% 1 liter/1 jam, selanjutnya
sesuai dengan hemodinamik —> 500 cc/jam atau
500 cc/2 jam atau 500 cc/4 jam (target CVP 8-
12). Jika syok: 15-20 cc/kgBB/jam. Jika perlu
berikan koloid 500 cc. PERBEDAAN KAD DAN HHS

● Insulin: bolus 0.15 unit/kgBB, dilanjutkan 0.1


unit/kgBB/jam. Jika GDS turun kurang dari 50-
70 mg/dL dalam 1 jam, maka dosis dinaikkan 2x
lipat hingga penurunan GDS sesuai harapan.
● KCl: 
- Jika K < 3.3 mEq = tunda insulin, berikan KCl
20 mEq/1jam/CVP.
- Jika K 3.3 - 5.2 mEq = KCl 10 mEq/500 cc
cairan infus.
- Jika K > 5.2 mEq = KCl stop.
● Biknat: diberikan hanya jika pH < 6.9 dengan
dosis biknat 100 cc/500 cc dalam 2 jam.

Tanda-tanda KAD perbaikan: GDS < 200


mg/dL, pH > 7.3, HCO3 >15, AG < 12. PADA OSCE:

PADA OSCE: ● Biasanya diminta untuk menjelaskan alur


● Biasanya diminta untuk menjelaskan alur penanganan koma HONK/HHS, serta melakukan
penanganan KAD, serta melakukan tindakan tindakan seperti infus, suntik subkutan, sesuai
seperti infus, suntik subkutan, sesuai dengan dengan algoritma yang ada.
algoritma yang ada.
4. HIPERTIROID (Graves Disease, Plummer,
3. HYPEROSMOLAR HYPERGLYCAEMIC Toxic Multinodular) 
STATE (HHS/HONK) ANAMNESIS
● Pasien dapat datang dengan gejala sebagai
berikut: berkeringat, penurunan berat badan,
palpitasi, tidak tahan terhadap panas, iritabel
(gelisah, dst), merasa kelelahan, kulit hangat,
takikardi, tremor.
● Hipertiroid bisa disebabkan karena berbagai
macam hal: Graves disease, toxic mutinodular
goiter & adenoma tiroid, dan lain-lainnya. paling
sering adalah Graves disease.
● Graves disease (GD): penyakit autoimun pada
kelenjar tiroid, biasanya kelenjar tiroid
membesar difus, sering bersifat asimetris
pembesarannya, dan sering terdapat bruit badan berlebih dan ingin mengkonsultasikan
(dipastikan saat PF) dan ANA + (diperiksa saat berat badannya serta status kesehatannya.
PP). Tanyakan riwayat keluarga dengan keluhan ● Berbagai komorbiditas yang perlu
yang sama, karena Graves disease memiliki sifat diperhatikan:
genetik familial.  - Respirasi: obstructive sleep apnea, risiko
● Plummer disease/toxic multi nodular goiter: infeksi lebih tinggi, peningkatan insiden asma
jika pada palpasi teraba nodul dan terdapat gejala bronkial. Tanyakan apakah tidur mendengkur,
hipertiroid, selanjutnya perhatikan berapa jumlah sering batuk pilek, dan riwayat mengi.
nodulnya. Jika hanya 1 buah —> plummer - Psikologis: stigma sosial dan depresi.
disease; jika banyak atau lebih dari 1 —> toxic - Kardiovaskular: PJK, hipertensi, HHD, dan
multinodular goiter. lain-lain. Tanyakan apakah terdapat darah tinggi
● Tanyakan DD mengarah ke keganasan, seperti sebelumnya, bagaimana pola diet seperti tinggi
apakah benjolan semakin membesar, suara serak, garam, ada riwayat nyeri dada sebelumnya atau
sulit menelan, usia tua, dan jenis kelamin laki- tidak.
laki, namun biasanya pada keganasan jarang - CNS: stroke, tanyakan apakah terdapat
menyebabkan hipertiroid namun lebih pada kelemahan salah satu sisi tubuh.
benjolan non fungsional. - Ortopedi: OA, tanyakan adakah nyeri sendi2
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. besar saat berjalan atau membatasi pergerakan.
- Metabolik: DM tipe 2, PCOS (wanita),
PEMERIKSAAN FISIK kolelitiasis, tanyakan keluhan terkait.
● KU kesadaran TTV - Dermatologik: tanyakan riwayat penyakit kulit
● PF tiroid. ada atau tidak, seperti tinea, kandida.
● Sisanya tanyakan seperti biasa, seperti riwayat
PEMERIKSAAN PENUNJANG merokok, alkohol, pola diet, pola aktivitas,
● Darah rutin. riwayat penyakit sebelumnya, riwayat obesitas
● T3 T4 FT3 FT4 meningkat, thyroid resin dan penyakit lainnya di keluarga, dan lain-lain.
uptake meningkat.
● Serum TSH biasanya menurun. PEMERIKSAAN FISIK
— jika FT4 T3 normal dan TSH turun —> ● KU Kesadaran TTV.
hipertiroidism subklinis —  ● Head to toe secara singkat.
● ANA, anti ds-DNA —> dapat (+) meski tidak ● Antropometri, tentukan BMI dan derajat
ada bukti pasien menderita SLE. overweight.
● USG tiroid, doppler USG.
● Radioactive Iodine uptake test. Grading Overweight:
● FNA biopsy (fine needle aspiration) —> untuk - Grade 1: BMI 25-29.9 kg/m2.
toxic solitary thyroid nodule (Plummer disease). - Grade 2: BMI 30-39.9 kg/m2.
- Grade 3: BMI ≥ 40 kg/m2.
DIAGNOSIS BANDING
● Hipotiroid. PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Graves disease/plummer disease/toxic multi ● Darah rutin.
nodular goiter. ● GDS, GDP, 2 jam TTGO, HbA1c.
● Profil lipid: trigliserida, kolesterol total, HDL,
PENATALAKSANAAN LDL.
● Propanolol 20 mg 2 kali sehari atau propanolol ● Fungsi tiroid: TSH, T3, FT4.
ER (extended release) 60 mg 2x sehari.  ● Fungsi hepar: SGOT SGPT
● Metimazole 30-60 mg PO 1x sehari. jika masih ● EKG.
ringan dapat diberikan 10-20 mg PO 1x ● USG abdomen.
sehari; ATAU Propilthiouracil tab 50 mg 3x
sehari 2 tablet. PENATALAKSANAAN
● Edukasi merupakan tatalaksana utama pada
R/ PTU tab 50 mg No. XXX pasien dengan obesitas (+ dislipidemia).
S 3 dd tab 2. - Anjurkan pasien untuk monitoring mandiri
R/ Propanolol 20 mg tab No. XX terhadap intake kalori dan aktivitas fisik.
S 2 dd tab 1. - Buat goal setting mengenai target berat badan
dan lain-lain.
5. OBESITAS - Lakukan kontrol terhadap stimulus.
ANAMNESIS - Non-food rewards untuk setiap goal yang
● Obesitas merupakan masalah yang sangat berhasil dicapai.
penting karena berhubungan erat sekali dengan - Pencegahan relaps.
banyak komorbiditas. - Anjurkan olahraga rutin minimal 1 jam sehari,
● Pasien mungkin datang dengan keluhan berat perhatikan pola makan dan makanan yang
dimakan, usahakan jangan makan makanan di - Obat anti DM: metformin. Tidak harus sudah
luar, kurangi junk food, makan makanan sehat, mengalami DM, tapi metformin diberikan
pola dan porsi makan yang baik. guna mencegah terjadinya DM dan memperbaiki
- Edukasikan pasien dengan baik bahwa target resistensi insulin. 
penurunan berat badan tidak harus cepat namun R/ Metformin tab 500 mg No. XXX
bertahap dan konsisten. S 1 dd tab 1.

● Medikamentosa: - Obat dislipidemia: 


- Obat antiobesitas: orlistat (lipase inhibitor), ✦ Simvastatin tablet 20 mg 1x sehari saat
lorcaserin (stimulan CNS, anorexiants), malam hari (jika LDL tinggi).
liraglutide (GLP-1 agonist)—juga adalah obat R/ Simvastatin tab 20 mg No. XXX
DM. S 1 dd tab 1.
✦ Orlistat 60-120 mg tablet 3 kali sehari,
sediaan tablet 60 mg dan 120 mg. Dosis lebih ✦ Fenofibrat kapsul 200 mg 1x sehari saat
dari 3x120 mg tidak berguna. makan (jika trigliserida tinggi > 500).
R/ Orlistat tab 60 mg No. XX R/ Fenofibrat tab 200 mg No. XXX
S 3 dd tab 1. S 1 dd tab 1.

DAFTAR ISI untuk bedain akut dan kronik lihat IgM anti HBc
1. Hepatitis A (+ hanya di akut) dan IgG anti HBc (+ di
2. Hepatitis B akut dan kronik kronik), dan SGOT SGPTnya. kalo akut
3. Kolelitiasis peningkatannya sangat signifikan, kalo kronik
4. Koledokolitiasis dia peningkatannya sedikit. 
5. Kolesistitis akut kalo kronik HbSAg menetap >6 bulan.
6. Kolesistitis kronik
7. Kolangitis Anamnesis:
● gejalanya sama kaya hepatitis A. bahkan ada
1. HEPATITIS A yang ga ada gejala prodromal.
ANAMNESIS ● tanyakan riwayat kontak dengan produk darah,
● Mata kuning, demam, ada gejala prodromal entah transfusi ataupun suntik. 
(flu like symptoms —> sakit kepala, pusing mual
muntah sakit otot lemes). saat kuningnya muncul Pemeriksaan penunjang:
demamnya (gejala prodromal) sudah mulai ● darah rutin.
hilang. feses dan urin berwarna gelap, tanya ● IgM anti HAV, HbSAg, IgM anti Hbc, IgG
riwayat makan di tempat yang tidak bersih anti Hbc.
(ikubasi 2 minggu). kalo carrier asimtomatik: semua positif kecuali
anti HbsAg belum terbentuk. 
PEMERIKSAAN FISIK ● anti HCV buat singkirin HepC. kalo ternyata
● Pemeriksaan abdomen biasa —> hepatospleno positif —> minta HCV RNA. kalo + dan SGPT
megali ringan, nyeri tekan hepar. periksa murphy naik 2x, langsung dikasi terapi ribavirin kaps 200
sign kalo curiga. mg 5x sehari + peg intron sama kaya di
penatalaksanaan cuma beda di durasinya (kalo
PEMERIKSAAN PENUNJANG genotipnya 1 4 —> 12 bulan, kalo 2 3 —>
● Cek darah rutin. 6 bulan). kontrol terus SGOT SGPTnya.
● SGOT SGPT, gamma GT (GGT —> untuk anti Hbs —> penanda sembuh. 
liat gangguan kandung empedu)
● IgM anti HAV, HbSAg, fraksi bilirubin direct pembagian hepatitis B:
indirect.  ● HB akut —> HbS Ag +, HbeAg (+/-), IgM anti
Hbc (+), IgG anti HBc (-), anti Hbs (-), HBV
DIAGNOSIS BANDING DNA (untuk tahu berapa copy virus yang ada di
● Hepatitis B akut/kronik. badan, untuk tau kapan harus diterapi atau
● Kolesistitis. ngga) rendah dan tidak terdeteksi.
● HB karier asimtomatik (heatlhy carrier) —>
PENATALAKSANAAN HbsAg + lebih dari 6 bulan, IgM  & IgG anti
● Domperidon 10 mg 3x sehari. Hbc +, HbeAg (+ < 10 pangkat 4), SGOT SGPT
● Ibuprofen 400 mg 2x sehari. naik ringan (tidak sampai 2x), bisa normal.
● Ursodeoksikolat (kalo mau). ● HB kronik aktif = karier simtomatik. HbeAg +
> 10 pangkat 4, HBV DNA > 10 pangkat 5. 
2. HEPATITIS B AKUT KRONIK
Penatalaksaan:
● B akut —> suportif kaya hepatitis A, gizi scapula dan berlangsung sampai 60 menit tanpa
seimbang, kalo bener2 berat dikasih lamivudin reda. dapat ditemukan distensi abdomen. nyeri
100 mg tab 1x sehari. makin hebat jika menarik nafas dalam dan
● B kronik —> lamivudin 100 mg 1x sehari dan anorexia, mual muntah.
peginterferon alfa-2a 180 mcg 0.5 ml No. 1 1x
seminggu (S q w k) —> selama 24 minggu. Pemeriksaan fisik: ikterus ringan, demam
ringan lama-lama meninggi,teraba masa di
3. KOLELITHIASIS kandung empedu, murphy sign positif.
Anamnesis:
● mual muntah disertai gejala sakit yang Pemeriksaan penunjang: leukosit meningkat,
menjalar ke scapula. onset biasanya pagi atau bilirubin meningkat(<4mg/dl),serum
malam setelah makan berat yang berlemak. transambinase dan fosfatase alkali
gejala menajam dalam 30 menit dan menetap meningkat, usg ditemukan sludge/double layer.
pada 3-5 jam. gejala dapat juga menyerupai
dispepsia, dan anginapectoris DD: kolangitis, kolesistitis kronik,
koledokolitiasis.
DD: angina pectoris & dyspepsia organik
Penatalaksanaan: tirah baring, cairan IV,diet
Pemeriksaan fisik: KU, kesadaran, sklera ringan tanpa lemak dan peri petidin 25-100 IM
ikterik/anemis, abdomen + khusus murphy sign atau 25-50 IV + ab cefipime 1g IV lalu rujuk
untuk pengangkatan kandung empedu.
Pemeriksaan penunjang: - Tramadol 50 mg IV 1x/hari
● darah rutin. - Ceftriaxone 1 g IV 1x/hari
● SGOT SGPT, GGT.
● USG ditemukan hyperechoic dengan shadow 6. KOLESISTITIS KRONIK
posterior. Anamnesis:
● rasa mual sehabis makan lemak tinggi dan
Penatalaksanaan: tramadol 50 mg suc (bila hilang dengan sendawa. biasanya murphy sign +
sakit) dan rujuk bedah. juga dan cepat penuh (seperti dispepsia),
ada riwayat kolesistitis akut berulang.
4. KOLEDOKOLITHIASIS
Anamnesis: Pemeriksaan penunjang: usg ada batu empedu.
● ikterus obstruktif yang nyata(badan kuning,
feses seperti dempul,BAK kuning pekat) disertai DD: dyspepsia, kolelithiasis.
gejala kolelithiasis
Penatalaksanaan: rujuk
Pemeriksaan fisik: sama seperti kolelithiasis.
7. KOLANGITIS
DD: kolelithiasis,kolangitis Anamnesis:
● trias charcot (mengigil, ikterus, murphy sign
PP: GGT meningkat,bilirubin serum meningkat, +), ada kolik bilier (sakit menjalar ke scapula
AFP meningkat dan enzim pankreas amilase dan belakang),jika ada hipotensi, oliguria dan
lipase meningkat, usg. penurunan kesadaran —> kolangitis akut
supuratifa/pentad raynaud.
Penatalaksanaan: rujuk untuk ERCP (endoscopy
retrograde cholangio pancreatography). PP: leukositosis, hiperbilirubinemia2-
4mg/dl,GGT, sgot,sgpt meningkat.usg
5. KOLESISTITIS AKUT
Anamnesis: Penatalaksanaan: cefipim iv 1g+ metronidazole
● nyeri kanan atas dengan nyeri tekan, suhu 500mg iv lalu rujuk.
meningkat dan mengigil. sakit menjalar ke

DAFTAR ISI 3. Trikomoniasis.


1. Antenatal care/ANC. 4. Kandidiasis vulvovaginal/VVC.
2. Bacterial vaginosis. 5. Pelvic inflammatory disease (PID).
6. Abortus imminens. tidak. 
7. Ketuban pecah dini (KPD). ● Tanyakan riwayat imunisasi TT, apakah sudah
8. Preeklamsia berat. diimunisasi atau belum. Tanyakan pula apakah
terdapat keluhan saat ini, apakah pernah demam,
TINDAKAN OBGYN dan lain-lain.
● IVA. ● Tanyakan riwayat penggunaan KB, jenis KB,
● AKDR/IUD. efek samping KB yang terjadi.
● Papsmear. ● Riwayat BAB sama BAK, kebersihan diri. 
● Swab vagina (dilakukan pada kasus seperti ● inform consent, jelaskan maksud pemeriksaan.
BV, GO, trikomoniasis, VVC).
● APN (asuhan persalinan normal). PEMERIKSAAN FISIK
● KU, kesadaran, TTV.
1. ANTENATAL CARE/ANC ● Inspeksi: perut tampak membuncit, striae
ANAMNESIS gravidarum, linea nigra.
● ANC idealnya dilakukan minimal 4x, yaitu 1 ● Leopold 1: untuk mengetahui tinggi fundus,
kali saat berusa 4 bulan (14 minggu), 1x antara untuk mengetahui bagian janin. Jika balotemen
6-7 bulan (24-28 minggu), antara 8 bulan (30-32 positif = kepala. Jika negatif = bukan kepala.
minggu) dan 9 bulan (36-38 minggu).  Tinggi fundus harus kurang lebih sesuai dengan
● Tanyakan identitas, usia. Tanyakan keluhan usia kehamilan:
utama, biasanya datang untuk pemeriksaan
kehamilan saja atau ingin cek apakah hamil atau
tidak, atau kadang-kadang datang dengan infeksi
saluran kemih/cystitis (ISK pada kehamilan),
abortus imminens, KPD, PEB, dan lain-lain.
● Menarche —> tanya kapan pertama kali mens.
● Riwayat menstruasi setiap bulan: teratur atau
tidak, nyeri atau tidak, apakah
terdapat perdarahan di luar siklus menstruasi,
saat menstruasi apakah darah sangat banyak.
● Tanyakan HPHT: tanggal terakhir hari
pertama menstruasi, lalu hari + 7, bulan - 3, ● Leopold 2: menilai punggung kanan atau kiri
tahun + 1, sebagai taksiran kapan ibu dan sebagai lokasi untuk fetal phone. kalo teraba
kemungkinan akan melahirkan.  rata berarti punggung. 
● Perkiraan berapa bulan kehamilan. Contoh: ● Leopold 3: untuk menentukan sejauh mana
haid terakhir 13 des 2014. sekarang tgl 21 jan bagian bayi masuk ke dalam PAP. Jika sudah
2015. hasilnya abis itu dibagi 7 —> untuk lihat tidak konvergen tandanya sudah masuk PAP,
berapa minggu.  sehingga dapat dilanjutkan ke Leopold 4. 
● Riwayat pernikahan, sudah berapa lama ● Leopold 4: dilakukan kalo uda masuk PAP.
menikah, ini pernikahan yang pertama atau ● Palpasi kaki, tekan di daerah tulang tibia.
sebelumnya sudah. Biasanya didapatkan pitting edema. 
● Riwayat kehamilan, apakah ini hamil anak ● Auskultasi: fetal phone. normal DJJ 120-160
pertama atau anak kedua, jika sudah x/menit, dan antara hitungan menit ke 1-3-5
memiliki anak sebelumnya tanyakan usia anak hanya berbeda sedikit jika normal. Bunyi jantung
yang sebelumnya berapa, laki2 atau perempuan. bayi reguler, teratur, normal.
● Riwayat persalinan, sebelum ini apakah lahir ● Jika ada timbangan lakukan pengukuran berat
normal atau sesar, jika sesar apa alasannya yang badan.
diberitahukan pada ibu sebelumnya. 
● Apakah ada pernah riwayat keguguran PEMERIKSAAN PENUNJANG
sebelumnya atau tidak, apakah ● Darah rutin. 
terdapat komplikasi kehamilan sebelumnya atau ● TORCH jika dicurigai, misal sering demam.
tidak seperti darah tinggi (mungkin PEB). 
● Tanyakan adakah riwayat hipertensi sebelum PENATALAKSANAAN
kehamilan. ● Berikan tablet Fe dan asam folat, Ferro sulfat
● Riwayat penyakit keluarga apakah terdapat 300 mg (setara 60 mg besi elemental) 1x sehari.
keturunan kembar atau tidak.  R/ Ferro sulfat 300 mg tab No. XXX
● Riwayat penyakit dahulu, konsumsi obat2an S 1 dd tab 1
jangka panjang, dan apakah terdapat riwayat
operasi daerah abdomen. R/ Asam folat 400 mcg tab No. XXX
● Riwayat gizi selama kehamilan dapat pula S 1 dd tab 1
ditanyakan seperti bagaimana pola makan setiap
hari, selain itu tanyakan apakah rutin ANC atau ● Edukasi ANC minimal 4x, jaga kebersihan,
hindari kontak dengan binatang seperti kucing berhubungan terlebih dahulu, jangan
dan anjing, dan lain-lain.  menggunakan cairan antiseptik berlebihan untuk
mencuci vagina, bersihkan dengan sabun biasa
2. BACTERIAL VAGINOSIS saja, sering ganti celana dalam.
● Berikan antibiotik: metronidazole (boleh oral
ANAMNESIS ataupun vaginal supp/ovula). Metronidazole oral
● Bacterial vaginosis (BV) merupakan vaginitis 500 mg 2x sehari 1 tablet (boleh untuk ibu
non spesifik, paling sering berhubungan dengan hamil) selama 7 hari. Metronidazole ovula 500
Garderella vaginalis. mg supp 1x sehari malam sebelum tidur selama
● Pasien biasanya datang dengan keluhan 10 hari.
keputihan keluar dari kemaluan, tanyakan sudah
berapa lama. R/ Metronidazole tab 500 mg No. XX
● Tanyakan mengenai cairan yang ke luar dari S 2 dd tab 1.
kemaluan, biasanya pada BV dijumpai keputihan ATAU
yang berbau amis, warnanya biasanya putih R/ Metronidazole ovula 500 mg 
keabu-abuan, dan cukup gatal. S 1 dd ovula 1.
● Tanyakan kemungkinan DD lain: berbusa dan
kuning kehijauan (trikomoniasis), atau warna 3. TRIKOMONIASIS
putih seperti susu (kandidiasis).
● Biasanya terdapat beberapa faktor predisposisi ANAMNESIS
pasien dan perlu ditanyakan: ● Trikomoniasis biasanya ditemukan pada pasien
- Penggunaan antibiotik atau antiseptik vagina. dengan aktivitas seksual aktif, sehingga hal ini
- Penggunaan IUD. Tanyakan apakah sedang perlu ditanyakan.
menggunakan kontrasepsi IUD. ● Biasanya pasien datang dengan keluhan
- Aktivitas seksual. Tanyakan bagaimana keputihan dari kemaluan, tanyakan sudah sejak
aktivitas seksual pasien, apakah baru saja kapan. Tanyakan bagaimana keputihannya,
berhubungan, atau berganti-ganti pasangan, warna, dan lain-lain.
adakah nyeri saat berhubungan. ● Pada trikomoniasis biasanya keputihan
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa berwarna kuning kehijauan, berbusa, berbau
(riwayat menstruasi, RPK, RPD, dan lain-lain). (namun tidak berbau amis biasanya), terasa gatal
pada kemaluan, nyeri saat berhubungan, dan
PEMERIKSAAN FISIK kadang-kadang juga nyeri saat berkemih.
● Keadaan umum, kesadaran, TTV. ● KU: merupakan penyakit menular seksual,
● PF ginekologi: inspeksi, inspekulo + swab berbusa cairannya, cairan yang keluar hijau
vagina, bimanual. kekuningan. baunya tidak khas (tapi bau). 
● Kadang-kadang dapat ditemukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG pula perdarahan postkoitus, sehingga dapat
● Wet mount. Pada BV wet mount (+) ditanyakan.
yaitu didapatkan clue cells. Clue cells adalah ● Tanyakan lain-lainnya sesuai dengan DD
epitel vagina yang pinggiran epitelnya dikelilingi seperti BV (keputihan berbau amis, warna putih
oleh bakteri. abu-abu), atau kandidiasis (warna putih seperti
● pH cairan vagina: pH > 4.5 mengindikasikan susu).
adanya infeksi. ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa
● Whiff test, positif pada 70% pasien dengan (riwayat menstruasi, RPK, RPD, dan lain-lain).
BV. Tes ini menggunakan KOH 10%, diteteskan
pada spekulum setelah pemeriksaan inspekulo, PEMERIKSAAN FISIK
atau mencampurkan cairan vagina dengan KOH ● Keadaan umum, kesadaran, TTV.
pada preparat. Jika berbau amis —> KOH ● Inspeksi, inspeculo (ditemukan strawberry
bersifat basa, melepas amine yang volatil—> appearance), dan swab vagina.
BV.
● Pewarnaan gram —> positif Gardnella. PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Kultur sekret vagina. ● Wet mount, didapatkan gambaran buah pir
● Urinalisis, darah rutin. berflagel seperti layang2 (stadium trofozoit).
● Kultur cairan vagina.
DIAGNOSIS BANDING ● pH cairan vagina. Biasanya pH > 4.5
● Kandidiasis vulvovaginal (VVC). menandakan adanya infeksi.
● Trikomoniasis. ● Whiff test. Dapat positif juga pada
trikomoniasis, namun lebih cenderung untuk BV.
PENATALAKSANAAN ● Darah rutin.
● Yang utama adalah edukasi mengenai faktor ● Urinalisis.
predisposisi pasien, misalnya jangan
DIAGNOSIS BANDING
● Bacterial vaginosis (BV). PENATALAKSANAAN
● Kandidiasis vulvovaginal (VVC). ● Pada Agustus 2013 FDA telah
merekomendasikan untuk tidak menggunakan
PENATALAKSANAAN ketokonazole oral sebagai terapi antifungal
● Pengobatan mirip dengan BV, yaitu termasuk candidiasis, karena berisiko tinggi
menggunakan metronidazole (boleh oral mengalami gangguan hepar berat, insufisiensi
ataupun vaginal supp/ovula). Metronidazole oral adrenal, dan interaksi obat.
500 mg 2x sehari 1 tablet (boleh untuk ibu ● VVC:
hamil) selama 7 hari. Metronidazole ovula 500 - Non-komplikata: Flukonazole 150 mg 1x sehari
mg supp 1x sehari malam sebelum tidur selama single dose.
10 hari. - Komplikata: Flukonazole 150 mg 3 dosis
diulang setiap 3 hari.
R/ Metronidazole tab 500 mg No. XX - Kasus rekuren: Flukonazole 150 mg 1x sehari
S 2 dd tab 1. selama 10-14 hari, lalu dilanjutkan Flukonazole
ATAU 200 mg 1x seminggu selama 6 bulan.
R/ Metronidazole ovula 500 mg - Alternatif pilihan lain: Mikonazole supp 200
S 1 dd ovula 1. mg intravaginal 1x sehari sebelum tidur selama 3
hari.
● Edukasikan pasien untuk tidak berhubungan
seksual berganti-ganti pasangan, menjaga R/ Flukonazole 150 mg tab No. I
kebersihan diri dan daerah kemaluan, jangan S 1 dd tab 1
membersihkan dengan antiseptik. R/ Mikonazole ovula 200 mg No. III
S 1 dd ovula 1 a.n (ante noctem/sebelum tidur)
4. KANDIDIASIS VULVOVAGINAL R/ itrakonazol 100 mg No. X
S 1 dd tab 1 selama 3 minggu.
ANAMNESIS kalau flukonazole tablet 150 mg 1x sehari dosis
● Pasien biasanya datang mengeluhkan gatal tunggal.
pada kemaluan, keluarnya cairan dari kemaluan
berwarna putih seperti susu (thick curd-like 5. PELVIC INFLAMMATORY DISEASE
discharge), nyeri saat berkemih (disuria), dan (PID)
nyeri saat berhubungan (dispareunia). ANAMNESIS
● Tanyakan mengenai diagnosis banding yang ● PID merupakan infeksi pada traktus genital
mungkin seperti BV dan trikomoniasis, seperti wanita bagian atas, yaitu uterus, tuba falopi, dan
warna, bau amis, berbusa, dan lain-lain. struktur di sekitar pelvis. Pasien yang berisiko
● Kadang ada butir2 putih di celana dalam tinggi PID adalah wanita muda yang memiiki
(seperti butiran beras). aktivitas seksual tinggi dan partner seks banyak
● Biasanya ditemukan riwayat diabetes mellitus. dan tidak menggunakan kontrasepsi, dan tinggal
● Tanyakan hygiene pasien, bagaimana pola di daerah endemis STD. IUD juga dapat berisiko
kebersihan pasien, dan penggunaan antiseptik menyebabkan PID pada 4 bulan pertama
vagina berlebihan, serta pola aktivitas seksual. penggunaan.
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. ● PID merupakan infeksi yang naik dari vagina
dan serviks ke traktus genitalis bagian atas,
PEMERIKSAAN FISIK paling banyak disebabkan oleh Chlamydia
● Keadaan umum, kesadaran, TTV. trachomatis.
● Pasien dengan PID biasanya gejalanya ringan
● Inspeksi, inspeculo, dan swab vagina. atau minimal, hingga bergejala toksik seperti
demam tinggi, mual, muntah, dan nyeri
PEMERIKSAAN PENUNJANG pada pelvis dan abdomen bagian bawah.
● Urinalisis = biasanya terdapat eritrosit, ● Pasien pada PID juga biasanya mengalami
leukosit, dan sel ragi. keputihan dan perdarahan/flek setelah koitus.
● Wet mount smears dari mukosa vagina ● Tanyakan riwayat berhubungan seks berganti-
ditemukan hifa, pseudohifa, dan budding sel ragi. ganti pasangan, penggunaan kontrasepsi.
● Pewarnaan dengan KOH 10% dari mukosa ● Tanyakan bagaimana menstruasinya, apakah
vagina. lancar atau tidak, teratur atau tidak, 
● Kultur atau biakan pada agar dekstrosa ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
Saboroud.
PEMERIKSAAN FISIK
DIAGNOSIS BANDING ● Keadaan umum, kesadaran, TTV.
● Trikomoniasis. ● Inspekulo + swab vagina, bimanual.
● Bacterial vaginosis (BV). ● PF didapatkan nyeri goyang serviks, nyeri
pada uterus dan adneksa. gumpalan2 darah atau jaringan.
● Tanyakan apakah sebelumnya pasien sempat
PEMERIKSAAN PENUNJANG berhubungan dengan suami sebelum keluarnya
● Tidak ada test yang dapat spesifik menentukan darah, adakah riwayat trauma sebelumnya.
PID. ● Sisanya tanyakan seperti layaknya pada ANC.
● Darah rutin —> leukositosis.
● Jika curiga GO: pewarnaan gram sekret PEMERIKSAAN FISIK
vagina, kultur pada medium Thayer-Martin, PCR ● Keadaan umum, kesadaran, TTV.
GO. ● PF ANC, inspekulo (untuk melihat OUE
● USG abdominal, transabdominal. terbuka atau tertutup).

DIAGNOSIS BANDING PEMERIKSAAN PENUNJANG


● Appendicitis. ● Tidak rutin dilakukan.
● Endometriosis. ● USG.
● Kista ovarium. ● Darah rutin.
● Beta HCG.
PENATALAKSANAAN
● Antibiotik yang dapat diberikan merupakan PENATALAKSANAAN
antibiotik yang sensitif terhadap C. trachomatis ● Edukasi untuk tirah baring, jangan
dan N. gonorrhea: ceftriakson 250 mg IM berhubungan seksual dulu selama hamil, dan jika
ditambah doksisiklin 100 mg PO 2x sehari perdarahan semakin banyak dapat kembali untuk
selama 14 hari dengan/tanpa metronidazole 500 dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan dirujuk.
mg PO 2x sehari selama 14 hari.
7. KETUBAN PECAH DINI
R/ Ceftriaxone 250 mg fl No. I (1 vial 1 g) ANAMNESIS
● KPD (PROM—premature rupture of
S i.m.m. membranes) adalah keadaan di mana ketubah
R/ Doxycycline 100 mg tab No. XXVIII pecah sebelum terjadinya persalinan, dan harus
S 2 dd tab 1. segera dilakukan penanganan. KPD dibagi 2:
- KPD prematur (PPROM—preterm
premature rupture of membranes): KPD terjadi
6. ABORTUS IMMINENS sebelum kehamilan 37 minggu. Jika ketuban
ANAMNESIS pecah bersamaan dengan onset persalinan namun
● Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi belum mencapai 37 minggu disebut SPROM—
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan spontaneous preterm rupture of membranes.
(< 20 minggu, BB < 500 gram). Pada OSCE - KPD cukup bulan/aterm (PROM at term):
kasus abortus yang paling mungkin terjadi KPD terjadi setelah kehamilan 37 minggu, belum
adalah abortus imminens karena abortus lainnya ada onset persalinan, meskipun 90% dalam 24
perlu dilakukan kuretase. Berikut pembagian jam akan mengalami onset persalinan.
abortus: ● Prolonged ROM: sudah lebih dari 24 jam
sebelum onset persalinan.
Perdarahan
● Pasien biasanya datang dengan keluhan keluar
air-air dari jalan lahir, tanyakan kira2 banyak
Abortus Imminens Sedikit sekali atau sedikit dan sudah berapa jam yang
lalu. 
● Tanyakan apakah pasien saat ini demam atau
Abortus Insipiens Sedang-banyak
tidak (infeksi—korioamnionitis merupakan
komplikasi paling sering dan berbahaya).
Abortus Inkomplet ● Tanyakan apakah pasien sudah merasa mulas
Sedang-banyak (keluar gumpalandarah/jaringan)
atau belum, keluar lendir dan darah/flek dari
jalan lahir (untuk memastikan sudah ada onset
Abortus Komplet Sedikit
persalinan atau tidak).
● Sisanya dapat ditanyakan seperti ANC biasa.
Missed Abortion Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
● Pasien biasanya datang dengan keluhan keluar ● Keadaan umum, kesadaran, TTV.
darah dari vagina dan pasien mengetahui dirinya ● PF ANC, inspekulo.
sedang hamil di bawah 20 minggu/5 bulan. ● Jika tiba-tiba ada tanda-tanda persalinan
Tanyakan sudah berapa lama, keluar darahnya mungkin dapat dilanjutkan dengan pertolongan
banyak atau sedikit (biasanya sedikit). persalinan kala 1-2-3.
● Tanyakan pula apakah sudah keluar
PEMERIKSAAN PENUNJANG D-dimer. Adanya trombositopenia < 100.000,
● Ultrasonografi kehamilan. peningkatan PT atau aPTT, D dimer meningkat,
● Tes nitrazine. SGOT SGPT meningkat dapat kemungkinan
● Darah rutin. terjadi sindrom HELLP.
● LDH. Meningkat pada HELLP (penanda
PENATALAKSANAAN hemolisis).
● Jangan lakukan VT/pemeriksaan dalam/PD ● USG.
terlalu banyak karena risiko infeksi tinggi. ● CTG.
● Jika masih di bawah 37 minggu: tatalaksana
konservatif saja dan berikan antibiotik untuk DIAGNOSIS BANDING
mencegah terjadinya infeksi. Antibiotik yang ● Hipertensi gestational.
direkomendasikan adalah Ampisilin 2 g IV 4x ● Superimposed preeklampsia.
sehari dan Eritromisin 250 mg IV 4x sehari ● Eklampsia.
diberikan selama 48 jam, kemudian diteruskan ● HELLP syndrome.
dengan amoksisilin oral 250 mg 3x sehari dan
eritromisin oral 250 mg 3x sehari selama 5 PENATALAKSANAAN
hari (total 7 hari). ● Tatalaksana awal berupa pemberian oksigen,
● Kortikosteroid untuk pematangan paru:  pasang akses intravena, dan observasi.
- Dexametasone 6 mg IM 2x sehari diberikan 4 ● Tatalaksana utama preeklampsia adalah
dosis. ATAU persalinan. Namun jika < 37 minggu dan masih
- Betametasone 12 mg IM 2x sehari diberikan 2 dalam kondisi stabil tanpa gejala berat dapat
dosis. tirah baring saja.
● Jika masih di bawah 37 minggu dan sudah ● Kriteria dilakukannya persalinan:
terdapat adanya korioamnionitis, tanda-tanda - Janin non reassuring.
persalinan, fetal distress, dapat langsung - KPD.
dilakukan persalinan normal. - Tekanan darah yang tidak terkontrol.
- Oligohidramnion.
8. PREEKLAMPSIA - IUGR.
ANAMNESIS - Oliguria.
● Preeklampsia adalah tekanan darah ≥ 140/90 - Kreatinin > 1.5 mg/dL.
mmHg setelah kehamilan 20 minggu. Pasien - Edema paru.
biasanya datang hanya untuk ANC dan diketahui - HELLP syndrome.
tekanan darahnya tinggi. - Eklampsia.
● Dalam hal ini anamnesis dapat ditanyakan ● Antihipertensi diberikan pada preeklampsia
sesuai ANC, dan paling penting adalah pada berat dengan TD ≥180/110 atau MAP >125
bagian riwayat hipertensi sebelum kehamilan, mmHg. 
untuk bisa mendiagnosis dengan tepat. ● Berikan profilaksis antikejang berupa MgSO4.
● Tanyakan keluhan yang dialami pasien saat - Dosis awal 4 gram MgSO4 IV 20 % dalam 20
ini, apakah terdapat nyeri kepala, nyeri cc, kecepatan 1 gr/menit, sediaan 20% dalam 25
epigastrium, pandangan kabur, muntah-muntah, cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). 
yang merupakan tanda impending eklampsia - Diikuti segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gram di
dan/atau HELLP syndrome (dapat ditanyakan bokong kanan (40 % dalam 10 cc).
pula apakah kulit/mata menjadi kuning—hanya ● Syarat pemberian MgSO4:
sekitar 5% kasus). - Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. gluconas 10%, 1 gram (10% dalam 10 cc)
diberikan intravenous dalam 3 menit.
PEMERIKSAAN FISIK - Refleks patella positif kuat.
● Keadaan umum, kesadaran, TTV. - Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
● PF ANC. - Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam
sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Urinalisis/protein urin/urin dipstick. 
- Jika didapatkan TD ≥140/90 dan proteinuria +1
(> 300 mg/24 jam) adalah preeklampsia ringan. WD: ibu usia 25 tahun G1P0A0 usia
- Jika didapatkan TD ≥160/110 dan proterinuria kehamilan 37 minggu janin tunggal hidup
≥+2 (>5 g/24 jam) adalah preeklampsia berat. posisi membujur presentasi belakang kepala
● Darah rutin/lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, kala I/II.
DAFTAR ISI ● PCR.
1. Malaria. ● SGOT SGPT.
2. Demam dengue dan demam berdarah dengue. ● Analisa gas darah (untuk liat ada asidosis
3. Demam tifoid. laktat ga).
4. Leptospirosis. ● Ureum kreatinin (gagal ginjal).
5. Limfadenitis regio coli ● Urinalisis (hemoglobinuria, proteinuria, dsb).
6. Filariasis
7. Cacing-cacing DIAGNOSIS BANDING
● DBD, demam thyphoid, yellow fever,
1. MALARIA leptospirosis.
ANAMNESIS
● Pasien datang dengan keluhan demam. sudah PENATALAKSANAAN
berapa lama? harus tanya demamnya seperti apa? Saat ini yang digunakan program nasional adalah
sepanjang hari atau naik turun? terus2an demam menggunakan ACT (Artemisinin-based
atau nanti ilang trus demam lagi?  Combination Theraphy), yaitu: 
● Trias malaria: periode dingin (15-60 menit), 1. Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination =
periode panas (2-6 jam), periode berkeringat (2-4 FDC) yang terdiri atas Dihydroartemisinin dan
jam). jadi ini yang perlu ditanyakan saat demam Piperakuin (DHP). 1 (satu) tablet FDC
apakah terjadi keadaan menggigil dulu? merasa mengandung 40 mg
dingin banget? atau nanti setelah demam dihydroartemisinin dan 320 mg piperakuin.
menurun apakah pasien jadi banyak Obat ini diberikan per – oral selama tiga
berkeringat?  hari dengan range dosis tunggal
● Jangan lupa pada saat demam tanya ada mual harian Dihydroartemisinin 2-4
muntah dan sakit kepala ga, biasanya pada mg/kgBB dan Piperakuin 16-32mg/kgBB.
malaria ada. tanya juga ada sakit2 otot gak,  2. Artesunat - Amodiakuin. Kemasan artesunat –
● Tanyakan habis bepergian ke mana? yang di amodiakuin yang ada pada program
luar indonesia yang cukup jauh?  pengendalian malaria dengan 3 blister, setiap
● Tanyakan DDnya yang lain: ada mimisan gak? blister terdiri dari 4 tablet artesunat @50 mg dan
ada gusi berdarah gak? ada nyeri kepala di 4 tablet amodiakuin 150 mg. Kombinasi ini
daerah frontal gak? sempat kena banjir gak? dsb. sudah digantikan dengan DHP, karena ternyata
● Kalo udah cukup yakin dengan diagnosis kombinasi ini dianggap gagal.
malaria, coba tanyakan demamnya biasa selang
berapa hari. kalo 1-2 hari kemungkinan p. vivax Pengobatan malaria tanpa komplikasi:
(benign tertiary malaria) atau p. ovale atau p. ● Malaria falciparum: ACT 3 hari + primakuin
falciparum, kalo 3 hari p. malariae (malaria 0.75 mg/kgBB 1 hari.
quartana). tapi ingat ini jangan dijadikan patokan R/ DHP No. XII 
karena bisa berubah2 tergantung orangnya. perlu S 1 dd tab IV
PP untuk memastikan. R/ Primakuin tab 15 mg No. III
● Tanyakan juga apakah ada keluhan nyeri S 1 dd tab III
pinggang (ginjal), karena pada p. malariae
biasanya dapat menyebabkan glomerulonefritis.  ● Malaria vivax: ACT 3 hari + primakuin 0.25
● Tanyakan kemungkinan gejala malaria mg/kgBB 14 hari.
falciparum: ada kuning gak (jaundice), mulai ada (sediaan primakuin tablet 7.5 mg, 15 mg).
penurunan kesadaran ga, nafasnya cepat gitu gak R/ DHP No. XII 
(kussmaul, urinnya menjadi kehitaman gitu ga S 1 dd tab IV
(ARF), ada sesak nafas ga (ARDS). R/ Primakuin tab 15 mg No. XIV
S 1 dd tab I
PEMERIKSAAN FISIK
● PF abdomen —> hepatosplenomegali. ● Malaria ovale dan malariae: sama dengan
vivaks (ACT-DHP selama 3 hari) namun tidak
PEMERIKSAAN PENUNJANG diberikan primakuin.
● Darah rutin. R/ DHP No. XII 
● Sediaan darah tebal —> untuk melihat S 1 dd tab IV
kuantitas parasit. hiperparasitemia kalo >
5% atau 250.000/uL (bahaya pada falciparum). ● Profilaksis:
● Sediaan darah tipis —> untuk melihat spesises R/ doksisiklin 100 mg tab no. X
parasit. S 1 dd tab 1 (diminum mulai 2 hari sblm pergi
sampai 4 minggu setelah pergi).
2. DEMAM DENGUE & DEMAM PEMERIKSAAN PENUNJANG
BERDARAH DENGUE ● Darah rutin: Hb, leukosit, trombosit,
ANAMNESIS hematokrit.
● Biasa pasien datang dengan demam, tanya ● pT/aPTT, protein/albumin.
seperti biasa. Yang khas adalah nyeri otot ● SGOT SGPT, ureum kreatinin.
dan/atau nyeri sendi. Tanyakan bagaimana ● IgM dan IgG dengue (hari 4 dan seterusnya).
karateristik demamnya, karena pada DBD ● NS1 (hari 1-2-3 demam).
biasanya demam tinggi pada awal-awal ● Foto rö thorax.
demam dan ada fase demam yang turun namun
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan DIAGNOSIS BANDING 
syok. ● Demam tifoid.
● Untuk membedakan DD dan DBD adalah ● Leptospira.
adanya hemokonsentrasi > 20% yang dilihat ● DD/DBD (jika salah satu diagnosisnya).
dengan peningkatan hematokrit > 20% dari ● Malaria.
pemeriksaan pertama dan selanjutnya. Jangan
melihat dari 3x Hb karena jika sudah terjadi PENATALAKSANAAN
hemokonsentrasi (apalagi sudah mengarah ke ● Infus kristaloid yang diperlukan setiap harinya
presyok) maka Hb juga akan ikut naik. Demam dengan menggunakan rumus: 1500 + {20 x (BB
dengue juga dapat terjadi mimisan ataupun dalam kg - 20)}. 
tanda-tanda perdarahan lainnya (spontan atau ● Sisanya diberikan obat simptomatik seperti:
tidak/rumple leed). - Demam: paracetamol 500 mg tab 3x 1 sampai
● Jangan lupa tanyakan adakah genangan air di sudah tidak demam.
rumah yang tidak ditutup rapat, apakah rajin - Mual muntah: domperidon 10 mg 3x sehari.
menguras dan menutup bak mandi, tanyakan - Batuk: ambroksol tab 30 mg 3x sehari.
juga apakah cuacanya di rumah pasien lagi
hujan2 atau tidak.  3. DEMAM TIFOID
● Apakah pasien menggunakan repellent atau ANAMNESIS
tidak. ● Biasanya pasien datang dengan keluhan
● Tanyakan DD demam lainnya untuk demam. Tanyakan sudah berapa lama. 
menyingkirkan kemungkinan lainnya:  ● Tanyakan demam dengan sebaik mungkin.
- Apakah ada sulit buang air besar/diare, demam Biasanya demam memburuk di sore dan malam
terutama pada saat malam hari saja (tifoid). hari. Tanyakan adakah riwayat makan di tempat
- Apakah demam muncul selang-seling, terdapat yang kurang bersih.
periode menggigil dan berkeringat, dan habis ● Tanyakan apakah ada diare atau konstipasi. 
pergi ke tempat yang jauh (malaria). ● Tanyakan DD demam lainnya untuk
- Apakah pekerjaannya di sawah, tidak menyingkirkan kemungkinan lainnya: 
menggunakan alas kaki saat di sawah, sempat - Apakah terdapat mimisan atau bintik2
kebanjiran atau tidak (leptospirosis). kemerahan, apakah terdapat genangan air dan
● Tanyakan juga apakah ada ruam2 pada kulit. lain-lain (DD/DBD).
Jika sudah terdapat ruam konvalesen artinya - Apakah demam muncul selang-seling, terdapat
sudah dalam fase penyembuhan. periode menggigil dan berkeringat, dan habis
● Tanyakan pula apakah kulit terasa dingin atau pergi ke tempat yang jauh (malaria).
tidak (untuk melihat apakah sudah terdapat - Apakah pekerjaannya di sawah, tidak
tanda2 presyok). menggunakan alas kaki saat di sawah, sempat
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. kebanjiran atau tidak (leptospirosis).
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
PEMERIKSAAN FISIK
● Kesadaran KU TTV. Pada saat TTV dipastikan PEMERIKSAAN FISIK
nadi dan TD masih terukur dengan baik. ● KU Kesadaran TTV. 
Laporkan nadi masih teraba kuat angkat atau ● Head to toe: konjungtiva, sklera, mulut (lidah
tidak. Jika tekanan nadi ≤ 20 mmHg (sistol kotor), CRT.
kurangi diastol) tandanya sudah memasuki ● PF abdomen. 
presyok.
● Lakukan uji bendung (rumple leed) sekaligus PEMERIKSAAN PENUNJANG
saat mengukur tekanan darah. Rumple leed ● Cek darah rutin.
hanya dilakukan jika tidak terdapat tanda-tanda ● Widal test —> titer O 1:320 / titer H
perdarahan spontan seperti mimisan dan lain- 1:640. jika kenaikan titer > 4x selama 2-3
lain. minggu, fix demam typoid (mulai pertama sejak
● Head to toe (konjungtiva, sklera, mulut, 1 mgg pertama).
CRT), pemeriksaan abdomen seperti biasa. ● Tubex test.
- 2 = negatif. ● Pas pup tanyain ada cacing atau ngga.
- 3 = borderline.
- 4 = + infeksi (hari 5 sudah muncul). - Cacing gelang (askariasis) —> masuk lewat
● Kultur tinja. makanan, tanya suka cuci tangan sebelum makan
ga. inget dia ga bikin anemia.
DIAGNOSIS BANDING - Cacing tambang (ancylostomiasis) —> masuk
● Malaria. lewat kulit (ga pake alas kaki). selain perutnya ga
● DBD. enak, badan2nya anoreksia dll, biasanya ada
● Leptospirosis. anemia. dia selalu isep darah.

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


● Berikan antibiotik: ● Pemeriksaan tinja segar
R/ Tiamfenikol caps 500 mg No. XXX
S 4 dd tab  PENATALAKSANAAN
● Edukasi untuk jangan makan sayur dulu, ● Albendazole 400 mg single dose. 
jangan makan yang keras/padat. Edukasi jangan takut atau jijik jika cacingnya
keluar.
4. LEPTOSPIROSIS
ANAMNESIS DAFTAR ISI
● Demam, yang paling penting ada riwayat 1. Community Acquired Pneumonia (CAP).
terkena banjir. 2. PPOK.
● Tanyakan apakah mengalami kuning atau 3. Tuberkulosis paru.
tidak, jika sudah ikterik = Weil disease. 4. Asma bronkiale.
● Tanyakan DD demam lainnya: 5. Bronkitis akut.
- Apakah terdapat mimisan atau bintik2
kemerahan, apakah terdapat genangan air dan 1. COMMUNITY
lain-lain (DD/DBD). ACQUIRED PNEUMONIA (CAP)
- Apakah demam muncul selang-seling, terdapat ANAMNESIS
periode menggigil dan berkeringat, dan habis ● Pasien biasanya datang dengan keluhan batuk,
pergi ke tempat yang jauh (malaria). tanyakan sudah berapa lama. Tanyakan batuknya
- Apakah pasien sempat makan/jajan di pinggir bagaimana, apakah sepanjang hari dan lain-
jalan, demam terutama pada sore hari (tifoid). lain, tanyakan adakah ada dahak, biasanya ada
dahak warja kehijauan.
PEMERIKSAAN FISIK ● Biasanya pasien juga merasakan sesak,
● KU kesadaran TTV. tanyakan pula apakah merokok atau tidak.
● Head to toe (konjungtiva, sklera, mulut, CRT). ● Biasanya ada demam tinggi, malaise, sesak,
● PF abdomen. batuk dengan sputum purulen, kadang2 ada
batuk berdarah, merasa tidak nyaman di dada,
PEMERIKSAAN PENUNJANG penurunan nafsu makan..
● Darah rutin (leukositosis, LED >, neutrofilia). ● Tanyakan juga ada riwayat DM atau ngga
● SGOT SGPT. (sering ada).
● Kultur darah dan urin. ● Tanyakan beberapa hal untuk menyingkirkan
● Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap. DD: 
● Serologi leptospirosis.  - Apakah sputum berbau busuk/3 lapis dan
jarinya membesar di ujung (bronkiektasis).
DIAGNOSIS BANDING - Apakah batuknya sudah lama (> 3 minggu),
● DD/DBD. ada nyeri dada dan keringat malam (TB), 
● Malaria. - Apakah ada riwayat alergi dan
● Demam tifoid. sesak/mengi (asma bronkial).
- Apakah sebelumnya sempat tersedak sesuatu
PENATALAKSANAAN (pneumonia aspirasi).
R/ Doksisiklin tab 100 mg no. X - Apakah pasien bekerja di ruang ber AC sentral
S 2 dd tab 1. yang jarang dibersihkan (legionella).
- Jika tidak ada demam namun terdapat gejala
7. CACING2AN batuk pilek berdahak dan lain-lain (bronkitis
ANAMNESIS akut).
● Kaya diare, anoreksia, nyeri perut difus, - Apakah pasien merokok sudah sangat lama,
kembung juga bisa, dll.  sesak (PPOK).
● Kalo dia ga spesifik curiga cacing. jangan lupa ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. Jangan
tanya ada sesak atau ngga dan ada batuk kering lupa menanyakan kemungkinan dari mana
atau ngga  (sindrom Loeffler). didapatkannya CAP pada pasien.
● PF paru seperti biasa. biasanya kalo emfisema
PEMERIKSAAN FISIK ada barrel chest. 
● KU kesadaran TTV (demam, takipnea).
● PF paru seperti biasa. suara paru ronki basah PEMERIKSAAN FISIK
halus disertai wheezing biasanya pada auskultasi, ● Darah rutin.
ada retraksi sela iga, perkusi pekak, fokal ● Foto X ray toraks. Pada bronkitis kronik —>
fremitus meningkat, suara nafas menurun. dirty lung; pada emfisema —> hiperinflasi,
diafragma mendatar, penurunan corakan
PEMERIKSAAN PENUNJANG vaskular.
● Darah rutin. ● AGD.
● Foto polos paru: ada radioopak di lobus ● Saturasi oksigen.
tertentu: pneumonia lobaris dextra/sinistra dst. ● spirometri.
● Pewarnaan gram sputum, kultur sputum.
● Spirometry. DIAGNOSIS BANDING
● Legionella urinary antigen, pneumococcal ● Cor pulmonale.
urinary antigen. ● Asma bronkial.
● Pneumonia komunitas.
DIAGNOSIS BANDING ● TB paru.
● Bronkitis akut.
● Pneumonia aspirasi. PENATALAKSANAAN
● TB paru. ● Untuk bantu berhentiin merokok: vareniklin
● PPOK (bronkitis kronik dan emfisema). 0.5 mg 1x sehari.
● Asma bronkial. ● Terapi oksigen dengan nasal prongs.
● Bronkiektasis. ● Bronkodilator: salbutamol tab 2 mg 3x sehari.
● Antibiotik: lini pertama adalah amoksisilin
PENATALAKSANAAN ataupun eritromisin.
● Tatalaksana antibiotik diberikan secara R/ Amoksiclav 625 mg tab No. XX
empirik yaitu golongan makrolid atau S 3 dd tab 1.
doksisiklin. Jika dipikirkan kemungkinan risiko R/ Salbutamol tab 2 mg No. XX
resistensi maka dapat diberikan fluorokuinolon S 3 dd tab 1.
seperti levofloksasin atau beta lactam R/ Ambroksol tab 30 mg No XX
(amoksisilin, amoksisilin/klavulanat), atau S 3 dd tab 1.
ceftriaxone.
R/ Klaritromisin tab 250 mg no. X 3. TUBERKULOSIS PARU
S 2 dd tab 1. ANAMNESIS
R/ Levofloxacin tab 500 mg no. X ● Keluhan pasien: batuk yang sudah sangat
S 1 dd tab 1 lama, batuknya produktif (bersputum—awalnya
R/ Amoksiclav 625 mg tab No. XX bisa batuk kering lalu lama2 bersputum), ada
S 3 dd tab 1 penurunan berat badan, keringat malam, demam,
● Sisanya berikan obat simptomatik seperti dan lemas. pasien biasanya jarang mengeluhkan
ambroksol, paracetamol. sesak (kecuali pada kasus yang berat).
R/ Abroksol tab 30 mg No. XX ● Yang harus ditanyakan adalah lingkungan
S 3 dd tab 1 tempat tinggal pasien, apakah banyak
R/ Paracetamol tab 500 mg No. XX ventilasinya atau tidak, karena biasanya pasien
S 3 dd tab 1 TB lingkungan rumahnya tertutup dan lembab.
● Tanyakan riwayat imunisasi BCG.
2. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
● PPOK dibagi 2 —> bronkitis kronik (blue ● Kesadaran KU —> biasanya compos mentis
bloater) dan emfisema (pink puffer). dan tampak sakit berat. biasanya pasien terlihat
penyebabnya PPOK adalah merokok yang sudah malnutrisi.
sangaaaaat lama. jadi kalo dia merokok uda lama ● PF paru seperti biasa —> bisa normal hasilnya,
banget curiga PPOK. tidak ada yang spesifik pada pemeriksaan fisik.
● Bronkitis kronik dominan batuk kronik,
sputum mukopurulen. sesaknya biasanya ringan. PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Emfisema gejala dominannya sesak ● Darah rutin seperti biasa.
nafas berat, jarang batuk.  ● Foto polos toraks PA —> opak di bagian apeks
● Harus tanyakan yang berhubungan dengan paru.
DD. ● Pewarnaan BTA sputum diambil 3x (Ziehl-
Neelsen, Kinyoun Gabet).
PEMERIKSAAN FISIK ● Kultur sputum.
● Tuberculin test (mantoux test) —> dilihat persisten. budesonide (kemasan 90, 180, 200
indurasinya. Positif jika di bawah 15 mm. mcg/puff) dosis 180-600 mcg (dosis rendah) 2x
sehari. kortikosteroid oral hanya digunakan saat
DIAGNOSIS BANDING eksaserbasi saja.
Pneumonia, PPOK. - Bronkodilator long-acting —> beta-2-agonis —
> Salmeterol 50 mcg/blister 2x sehari. digunakan
PENATALAKSANAAN bersamaan dengan kortikosteroid inhalasi.
● INH 5 mg/kgBB (max 300 mg) + vit b6 10mg ● Penatalaksanaan quick-relief:
S 1 dd tab 1. - Beta-2 agonis short-acting —> albuterol 90
● Rifampin 10 mg/kgBB (max 600 mg). (tablet mcg/puff, dosis 2x puff, dapat digunakan 5 menit
sediaan 300, 450 dan 600 mg) sebelum exercise atau 3x sehari secukupnya
● Pirazinamid 25 mg/kgBB (max 2 gr).  (tablet sesuai kebutuhan pasien.
sediaan 500 mg) R/ Pirazinamid tab 500 mg S 1 - Kortikosteroid oral —> 0.5-1.0 mg/kgBB/hari.
dd tab 2.
● Ethambutol 15-25 mg/kgBB , dipakai single OSCE: kasih salbutamol 2 mg 3x sehari. sisanya
dose. (sediaan 500mg R/ ethambuthol tab 500 simtomatik.
mg S 1 dd tab 2) R/ Salbumatol tab 2 mg No. XX
S 3 dd tab 1
4. ASMA BRONKIAL R/ Ambroksol tab 30 mg No. XX
ANAMNESIS S 3 dd tab 1
● obstruksi jalan nafas —> sesak. bisa episodik
ataupun kronik. sesaknya bisa reversibel (entah 5. BRONKITIS AKUT
itu spontan, ataupun dengan terapi ANAMNESIS
bronkodilator). ● Bronkitis akut merupakan infeksi saluran nafas
● gejala biasanya memberat saat malam hari atau bagian bawah pada bronkus, di mana pasien
pada subuh pagi hari. biasanya datang dengan keluhan utama berupa
● biasanya pasien punya riwayat alergi/atopi —> batuk. Tanyakan sudah berapa lama, biasanya
tanyakan apakah ada alergi debu, alergi tungau belum lama onset batuknya.
debu, pollen2, dan lain sebagainya. gejala sesak ● Gejala pada bronkitis akut berupa batuk,
dapat muncul langsung ataupun 4-6 jam berdahak kental kuning kehijauan, pilek purulen,
setelanya. badan terasa lemas dan kadang-kadang dapat
● tanyakan juga penyebab non spesifik lainnnya pula terjadi demam (jika demam lebih cenderung
yang dapat mencetuskan sesak —> olahraga, ke arah pneumonia), nyeri dada karena batuk,
ISPA, rinitis, sinusitis, GER, perubahan cuaca, kadang sesak, sakit tenggorokan. Dapat pula
stress, asap rokok. nyeri kepala dan pusing. Dapat pula terdengar
● KLASIFIKASI ASMA: mengi.
● Tanyakan faktor pencetusnya. Faktor pencetus
● Kriteria klasifikasi eksaserbasi: yang dapat mungkin menyebabkan seperti
kontak dekat dengan orang yang juga mengalami
batuk pilek, pajanan asap rokok, debu, asap
PEMERIKSAAN FISIK polusi tertentu.
● PF paru: ekspirasi memanjang, wheezing pada ● Bronkitis akut sebenarnya adalah diagnosis
auskultasi. eksklusi, karena penyakit lain banyak yang lebih
serius, sehingga perlu ditanyakan terhadap DD
PEMERIKSAAN PENUNJANG lain yang mungkin:
● darah rutin. - Apakah terjadi demam tinggi, nafas cepat
● spirometri (pemeriksaan fungsi paru) —> (kecurigaan lebih pada pneumonia).
FEV (forced expiratory volume), FVC (forced - Apakah tiba-tiba, sempat tersedak sesuatu
vital capacity), PEF (peak expiratory flow). sebelumnya (pneumonia aspirasi).
● analisa gas darah. - Apakah pasien sebelumnya memiliki riwayat
● foto rontgen toraks PA. mengi, sempat beraktivitas berat atau batuk pilek
● skin test. lalu berkembang menjadi sesak (asma bronkial
● test eosinofilia sputum. eksaserbasi akut).
- Apakah pasien merokok sudah sangat lama,
DIAGNOSIS BANDING sesak nafas (PPOK).
PPOK, pneumonia eosinofilik, bronkiektasis. ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN FISIK


● KU kesadaran TTV.
● Penatalaksanaan jangka panjang:  ● Head to toe.
- Kortikosteroid inhalasi —> 1st line untuk asma ● PF thorax.
- Batuk: kodein, dekstrometorfan, ambroksol.
PEMERIKSAAN PENUNJANG R/ Ambroksol tab 30 mg No. XX
● Darah rutin. S 3 dd tab 1.
● Kultur sputum.
● Rontgent thorax, untuk menyingkirkan - Sesak dan bronkospasme: beta agonis kerja
kemungkinan pneumonia. cepat, misal salbutamol, ipratropium bromida.
R/ Salbutamol 2 mg tab No. XX
DIAGNOSIS BANDING S 3 dd tab 1.
● Pneumonia komunitas (CAP).
● Pneumonia aspirasi. - Antibiotik: tidak rutin diberikan karena dapat
● Asma bronkial eksaserbasi akut. self-limiting.
● PPOK.
● Edukasi: hindari pencetus/faktor predisposisi,
PENATALAKSANAAN anjurkan untuk banyak minum, bed rest.`
● Tatalaksana biasanya simptomatik:

DAFTAR ISI PEMERIKSAAN FISIK


1. Dispepsia fungsional. ● KU, kesadaran, TTV.
2. Dispepsia organik (gastritis, ulkus gaster, ● konjungtiva, sklera, periksa lidah, torak (bilang
ulkus duodenum). aja normal).
3. Diare (disentri amuba, basiler, kolera). ● PF abdomen: 
4. GERD. - inspeksi seperti biasa.
- palpasi: acak terstruktur, palpasi epigastrium,
1. DISPEPSIA FUNGSIONAL palpasi hepar, lien, murphy sign, bimanual &
ANAMNESIS ballotement. 
● Pasien biasa datang dengan keluhan nyeri - perkusi: seperti biasa.
epigastrium, rasa penuh, cepat kenyang, rasa - auskultasi: seperti biasa.
terbakar di epigastrium. karena fungsional jd ● PF ekstremitas: normal tidak ada sianosis,
tidak ditemukan kelainan pada EGD. kadang CRT (capillary refill time).
pasien mengeluh rasa tidak nyaman di
epigastrium. PEMERIKSAAN PENUNJANG
● pasien biasa mengeluh baru makan sedikit trus ● darah rutin.
langsung merasa kenyang. ● USG abdomen.
● dispepsia fungsional ada 3 tipe: dispepsia ● EGD —> kalo ga ada tanda alarm jangan
fungsional tipe ulkus, tipe dismotilitas dan tipe EGD.
tak terinci. kalo tipe ulkus dominan nyeri
epigastrium. kalo dismotilitas dominan DIAGNOSIS BANDING
kembung dan mual.  ● Dispepsia organik (gastritis, tukak peptik).
● merokok atau ngga? (merokok dapat
meningkatkan dispepsia) saat ini lagi konsumsi PENATALAKSANAAN
NSAID atau ngga?  ● omeprazole 20 mg 1x sehari sebelum makan.
● tanyakan tanda2 alarm: umur > 45-50, sebaiknya antasid 3x30mg saja atau ranitidin
seperti anemia, penurunan BB yang signifikan 2x150mg
(>10 KG), hematemesis melena, terapi empiris ● sitoprotektor: sukralfat 3x sehari 1 sendok
gagal, disfagia (sulit menelan), hasil EGD +. makan (1C), 1/2 jam sebelum makan.
kalo semuanya normal berarti dispepsia ● anti mual: domperidon 10 mg 3x sehari.
fungsional. kalo ada tanda alarm baru EGD, kalo ● kalo stress: fluoxetine 20 mg 1x sehari.
ga ada ga usah. kalo ada tanda alarm berarti
dispepsia organik.  2. DISPEPSIA ORGANIK
● paling tidak gejala hilang timbul selama 6 ANAMNESIS
bulan. ● terdiri dari gastritis, ulcus duodenum dan ulcus
● jangan lupa tanya suka makan sambel gak. pepticum.
membaik ga dengan meminum obat. bedanya dr penunjang endoscopy dan
● suka telat makan ga? kalo telat makan jd histopatologi. untuk bedain gastritis dan ulcus,
kembung gt2 ga? kalau gastritis mukosa hiperemis. jika ulcus itu
● tanyakan setelah makan langsung nyeri atau ada kaya luka lecet. untuk gastritis dapat di bagi
stengah jam kemudian baru nyeri? dua jadi akut dan kronis, bedakannya dari
histopatologi dimana kronis dominan limfosit
dan pmn. kalau bedain ulcus duodenun sm ● PF abdomen: 
pepticum biasanya pd ulcus duodenum dia sakit - inspeksi, palpasi (distensi abdomen, nyeri
hilang setelah makan sedangngkan pepticum tekan), perkusi (timpani). pas palpasi cubit
tidak. abdomennya untuk cek dehidrasi (turgor kulit).
normal kembali < 2 detik. 
Penatalaksanaan: - auskultasi —> bising usus meningkat.
● kalo H pilori:
- omeprazole 20 mg 2x sehari. Pemeriksaan penunjang:
- metronidazole 500 mg 2x sehari atau ● darah rutin (kalo disentri leukositnya
amoksisilin 1 gr 2x sehari. meningkat).
- klaritromisin 500 mg 2x sehari. ● darah tepi. 
semua dilakukan selama 2 minggu. ● elektrolit serum (Na, K, Cl). —> pada
● ranitidin 150 mg tab s 2 dd tab 1 minum enterotoksin dia hipokalemi hiponatremi. 
malam hari sebelum tidur.  ● feses rutin (makroskopik —> warna,
konsistensi, ada darah atau lendir; mikroskopik
3. DIARE —> jumlah eri dan leu, adanya amuba, telur
Anamnesis: cacing, lemak). kalo hasil mikroskopiknya
● keluhan utama biasanya mencret2, tanyakan normal, berarti diarenya karena bakteri.
sudah sejak kapan?  ● AGD —> kalo ada pernafasan kussmaul.
● deskripsi diarenya: lama diare, konsistensi ● kalo ada diare berdarah —> colonoscopy.
fesesnya, frekuensi diare, volume diare, ada ● ureum kreatinin —> meningkat pada
tidaknya darah, ada lendir atau ngga, warna enterotoksin.
fesesnya bagaimana, bau amis atau tidak? ● endoskopi tidak dilakukan kalo diare akut.
● ada mual muntah? ada demam? batuk pilek?
campak? kejang?  DD:
● bila ada muntah, tanyakan berapa kali sehari, ● diare kronik, disentri, diare cair akut ec
seberapa banyak muntahnya.  virus/bakteri/keracunan makanan/malabsorbsi.
● tanyakan jumlah dan frekuensi BAK (buang
air kecil), kapan terakhir kali BAK (takutnya Penatalaksanaan:
udah dehidrasi), makanan dan minuman yang ● A (diare ringan): rehidrasi oral, ga perlu infus.
diberikan sebelum dan selama diare.  obat anti diare —> atalpulgit. 
● sumber air bersih ada atau tidak, hygiene, ● B (dehidrasi sedang): A + rehidrasi 3 jam
bagaimana jamban keluarga? peroral. harus ke pojok oralit.
● tindakan apa yang sudah dilakukan? apa sudah ● C (dehidrasi berar) —> infus. RL atau NS.
diberi oralit atau blm? ● Untuk mengurangi frekuensi diare: Atapulgit
● RPD: riwayat diare sebelumnya, ada alergi 650 mg setiap kalo diare minum 2 tablet. (S uc).
makanan ga (terutama alergi susu).  ● Untuk antispasmodik (jika perut terasa
● berat badan sebelum dan pada saat diare saat keram/kolik): Hyoscine N-butil bromide tab 10
ini bagaimana? mg 1-2x sehari. Dosis maksimum 6 tablet sehari.
● ada konsumsi kolkisin, magnesium? (bikin ● Berikan zinc 20 mg 1 tablet sehari selama 10
diare). hari.
● tanya riwayat pekerjaan, ada pekerjaan tidak ● Disentri basiler: kotrimoksasol 960 mg 2x
pakai alas kaki, seperti petani atau tukang kebun. sehari.
● Disentri amubiasis kolon: Metronidazole 500
● diare enterovasif: ada darah, demam.  mg 2x sehari.
● diare enterotoksin: ga ada darah, ga demam. ● Kolera: Doksisiklin 2 x 100 mg selama 5 hari.

Pemeriksaan fisik: Edukasi:


● keadaan umum, tanda vital, konjungtiva, ● tidak puasa, jangan makan dan minum yang
bibir & lidah (kering), kelopak mata (cekung), banyak gas, hindari kopi dan alkohol, jangan
sklera, torak (lihat pernafasannya pasien apakah makan sayur dulu, hindari susu sapi dulu.
ada pernafasan kusmaul—dehidrasi), cek CRT. anjurkan makan pisang.

4. Tinea/dermatofitosis (kapitis, korporis, kruris,


DAFTAR ISI pedis)
1. Dermatitis kontak iritan (DKI) 5. Pitiriasis versikolor
2. Dermatitis kontak alergi (DKA) 6. Psoriasis
3. Dermatitis atopik (DA) 7. Pitiriasis rosea
8. Morbus hansen/lepra ● Dermatitis atopik, dermatitis numularis.
9. Skabies
10. Kandidiasis (mukokutan/kutan dan PENATALAKSANAAN
vulvovaginal) ● Tatalaksana utama adalah hindari pajanan
11. Creeping eruption/cutaneus larva migrans iritan.
12. Chancroid/ulkus molle ● Tatalaksana kortikosteroid topikal dapat
13. Gonorrhea (♂/uretritis GO &♀/cervicitis membantu mempercepat penyembuhan
GO) yaitu hidrokortison 1% oleskan 3x sehari.
Jika berat berikan kortikosteroid oral: prednison
1. DERMATITIS KONTAK IRITAN (DKI) 60 mg 1x sehari, tappering off per 10 mg.
ANAMNESIS ● Berikan pengobatan simptomatik lainnya
● Biasanya pasien datang dengan keluhan iritasi, seperti antihistamine difenhidramine tablet 25
gatal dan nyeri, keluhan kulit pada daerah tangan mg 3x sehari.
atau tempat lain. biasanya perlu ditanyakan R/ Hidrokortison ung 1% tb no. I
pekerjaannya, untuk memastikan adakah S ue
kira2 kontak bahan iritasi terteuntu. atau R/ Difenhidramine tab 25 mg no. XX
tanyakan sebelumnya pernah terkena sesuatu S 3 dd tab I
atau tidak yang merupakan bahan2 yang dapat
mengiritasi kulit.  2. DERMATITIS KONTAK ALERGI (DKA)
● Gatalnya harus digali, gatalnya munculnya pas ANAMNESIS
kapan, makin gatal ga kalo berkeringat, gatalnya ● Pasien datang biasanya dengan keluhan
terus menerus atau tidak.  gatal2 pada lokasi tertentu. tanyakan sudah
● Jangan lupa tanyakan kapan munculnya dari berapa lama. Tanyakan gatalnya muncul
gejala pada kulit tersebut. jika cepat sepanjang hari/tidak, bertambah gatal saat
kemungkinan karena bahan iritan kuat (asam berkeringat/tidak, dan lain sebagainya. 
kuat basa kuat), sehingga diagnosis adalah DKI ● Yang paling penting harus dilihat lokasi
AKUT. jika baru muncul 8-24 jam setelahnya gatal2nya. biasanya pada leher ataupun tangan,
(kena bulu serangga dsb), disebut DKI akut sehingga tanyakan menggunakan kalung dari
lambat. yang paling sering adalah DKI nikel, gelang dari nikel, jam tangan nikel, dan
kumulatif/kronik, yang terjadi karena kontak sebagainya. 
berulang2 dengan bahan iritan lemah, seperti ● Tanyakan riwayat alergi, riwayat pekerjaan,
deterjen, sabun, dsb, makanya tanyakan hobi, kosmetik yang digunakan, dan sebagainya.
pekerjaannya apakah sebagai tukang cuci, kuli ● Sisanya tanyakan sudah berobat atau minum
bangunan, montir di bengkel, juru masak, tukang obat atau blm, RPK, RPD, dst.
kebun, penata rambut.
● Perlu ditanyakan juga kemungkinan diagnosis PEMERIKSAAN FISIK
lain seperti ada menggunakan gelang dari besi ● PF kulit seperti biasa.
dsb (DKA), dan lain sebagainya. tanyakan
riwayat alergi ada atau ngga, seperti gatal2, PEMERIKSAAN PENUNJANG
alergi debu, dsb. ● Darah rutin.
● Sisanya tanyakan seperti biasa, riwayat ● Patch test (uji tempel) positif.
pengobatan, penyakit dahulu, dll. ● Pewarnaan KOH 10% untuk menyingkirkan
DD.
PEMERIKSAAN FISIK ● Biopsi kulit untuk menyingkirkan
● DKI kronik biasanya gejalanya kulit menjadi kemungkinan penyakit kulit lainnya seperti tinea,
kering, eritem, berskuama, lama-lama menjadi psoriasis, dan limfoma kutan.
tebal/hiperkeratosis, dan likenifikasi. jika
dibiarkan maka akan retak seperti luka iris DIAGNOSIS BANDING
(fisura).  ● DKI (dermatitis kontak iritan).
● PF kulit seperti biasa. ● Dermatitis atopik.
● Dermatitis numularis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Tidak ada pemeriksaan penunjang spesifik PENATALAKSANAAN
untuk DKI, hanya dilakukan untuk ● Tatalaksana utama dan mainstay adalah
menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain saja. kortikosteroid topikal, dan ditambah obat-obatan
● Darah rutin. lainnya untuk menghilangkan gejala
● Kadar IgE serum, patch test, kerokan kulit simptomatik. 
dengan KOH 10%. - Kortikosteroid topikal yang digunakan biasanya
adalah hidrokortison 1% selama 2 minggu.
DIAGNOSIS BANDING - Berikan kortikosteroid sistemik selama 2
● DKA (dematitis kontak alergik). minggu lalu tapering off, yaitu prednison 40-60
mg, kemudian tapering off selama 2 minggu. R/ hidrokortison ung 1% tb no. I
- Untuk mengurangi gatal dapat diberikan S ue
antihistamin sedatif seperti difenhidramine 25 R/ difenhidramine 25 mg tab no. XX
mg tablet 3x sehari. S 3 dd tab I
R/ Hidrokortison ung 1% tb No. I
S ue 4. TINEA (DERMATOFITOSIS)
R/ Prednison tab 20 mg No. XL (40) ANAMNESIS
S 1 dd tab II Tinea terdiri dari berbagai macam spektrum
R/ Difenhidramine 25 mg tab no. XX klinis: 
S 3 dd tab I 1. Tinea kapitis = keluhan pada kulit,
rambut kepala, alis mata.
3. DERMATITIS ATOPIK 2. Tinea barbe = keluhan pada dagu dan jenggot.
ANAMNESIS 3. Tinea kruris = keluhan pada genitokrural,
● Pasien biasanya datang dengan keluhan gatal- sekitar anus, bokong dan kadang2 perut sampai
gatal terutama pada daerah lipatan/fleksural. perut bagian bawah.
Tanyakan mengenai gatalnya terlebih dahulu, 4. Tinea pedis (+ manum) = keluhan pada kaki
sudah berapa lama, apakah jika berkeringat (+ tangan).
semakin gatal, dan lain2. 5. Tinea unguium = keluhan pada kuku jari kaki
● Pasien biasanya memilki riwayat atopi lainnya, dan/atau tangan.
seperti mata sering merah (konjungtivitis alergi), 6. Tinea korporis = jika keluhan pada bagian lain
sering bersih pada pagi hari (rhitinis alergi), yang tidak termasuk dalam 5 tinea di atas.
asma bronkiale, dan tanyakan riwayat alergi
seperti alergi. Biasanya terdapat pula riwayat ● Tinea kapitis dibagi menjadi 3:
atopik di keluarga yang perlu ditanyakan. - Tinea kapitis tipe grey patch ringworm:
● Jangan lupa tanyakan mengenai kriteria mayor awalnya adanya papul merah di rambut,
dan minor DA. Diagnosis dapat ditegakkan jika kemudian melebar dan menjadi bercak dan
terdapat 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor kemudian bersisik, gatal dan warna rambut
(lewat anamnesis dan pemeriksaan fisik dan tampak berubah warna menjadi abu-abu. Rambut
penunjang): mudah patah, meski dicabut tidak terasa nyeri
- Kriteria mayor: pruritus, dermatitis di muka (biasanya disebabkan oleh genus microsporum).
atau ekstensor pada bayi dan anak, dermatitis di - Tinea kapitis tipe carrion: inflamasinya berat
fleksura pada dewasa, dermatitis kronis atau hingga terbentuk jaringan parut.
residif, riwayat atopi pada penderita atau - Tinea kapitis tipe black dot ringworm:
keluarganya. rambut mudah patah, terlihat seperti titik-titik
- Kriteria minor: xerosis, dermatitis non spesifik hitam.
pada tangan/kaki, lipatan pada leher,
konjungtivitis berulang, riwayat hipersensitif ● Tinea kruris: 
terhadap makanan, orbita menjadi gelap, dan - Gejala gatal2 di daerah lipat paha,
lain2. selangkangan, dan sekitarnya. Biasanya semakin
memberat jika beraktivitas, berkeringat.
PEMERIKSAAN FISIK - Biasanya pasien sering mengalami keluhan
● Pemeriksaan fisik kulit seperti biasa. seperti ini (sudah berulang-ulang kali).
- Biasanya terjadi karena suhu lingkungan yang
PEMERIKSAAN PENUNJANG panas/lembab, pasien suka menggunakan
● Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu pakaian dalam yang ketat, pernah bertukar
dianjurkan pada kasus DA. pakaian dengan orang lain, berat badan
● Darah rutin, patch test, kadar IgE serum. berlebihan/obesitas, dan dapat pula berkaitan
● Pemeriksaan lain untuk menyingkirkan DD. dengan DM.

DIAGNOSIS BANDING ● Tinea pedis dibagi menjadi 3 tipe:


● DKA, DKI. - Tinea pedis interdigitalis: merupakan tipe
● Dermatitis numularis. paling banyak, biasanya gatal2 di daerah kaki
terutama sela-sela jari kaki, biasanya paling
PENATALAKSANAAN sering di antara jari kaki ke-4 dan ke-5. Gatal
● Terapi utama dan mainstay untuk DA adalah makin memberat saat berkeringat/basah.
topikal kortikosteroid. Terapi awal yang Biasanya menyebar sampai ke bagian telapak
dianjurkan adalah salep hidrokortison krim 1% kaki. Jangan lupa tanyakan riwayat pekerjaan
2-3x sehari, cocok untuk kulit daerah lipatan. dan penggunaan sepatu yang terlalu
● Untuk mengurangi gatal karena alergi dapat tertutup/lembab.
diberikan difenhidramine 25 mg tablet 3x sehari, - Tinea pedis hiperkeratosis/moccasin type:
atau loratadine 10 mg tablet 1x sehari. biasanya mengenai kedua kaki/bilateral, seperti
bersisik, gatal dan memberat saat basah dan pemberian itrakonazole anjurkan diminum
berkeringat. Jangan lupa tanyakan riwayat bersama dengan susu untuk meningkatkan
pekerjaan dan penggunaan sepatu yang terlalu absorbsi. Untuk tatalaksana topikal dianjurkan
tertutup/lembab. untuk menghilangkan pus dan skuama kasar
- Tinea pedis vesikobulosa: bentuk yang paling pada lesi sehingga mempercepat penyembuhan.
jarang. Biasanya disertai nyeri, terdapat bulla, - Griseofulvin 20-25 mg/kgBB/hari 1x sehari
yang kemudian pecah dan menyebabkan eritema selama 4-6 minggu (sediaan 500 mg 1 tablet) —
dan skuama pada sekitarnya. > untuk dewasa langsung berikan Griseofulvin
- Tinea pedis ulseratif: bentuk yang paling 500 mg tablet 1x sehari untuk 4-6 minggu.
jarang dan biasanya muncul pada pasien - Itraconazole Pulse-dose = Itrakonazole oral
imunokompromis dan DM tidak terkontrol. Lesi 200 mg tablet 2x sehari selama seminggu, lalu 3
cepat meluas, dan biasanya terjadi infeksi minggu tanpa obat, diulang dalam 3-6 bulan.
sekunder bakteri. R/ Griseofulvin 500 mg tab No. XXX
S 1 dd tab I
● Tinea Korporis: pasien biasanya
mengeluhkan gatal-gatal pada daerah2 selain ● Tinea kruris: Tatalaksana adekuat biasanya
tinea dengan nama sesuai lokasi. Gatal biasanya dianjurkan dengan antifungal topikal + sistemik.
memberat saat berkeringat dan basah. Tanyakan JIka pasien sulit untuk diberikan tatalaksana
riwayat pekerjaan yang mungkin berhubungan topikal maka berikan tatalaksana sistemik yang
dengan terjadinya penyakit. Tanyakan adanya cukup aman.
riwayat penggunaan pakaian dan handuk - Itrakonazole 200 mg 1x sehari, selama 2-3
bersama. Biasanya sedikit berskuama/bersisik, minggu. Beri tahu pasien bahwa efek
terdapat central healing. penyembuhan baru terlihat pada akhir terapi 2-3
minggu. 
PEMERIKSAAN FISIK - Mikonazole topikal 2%, lotion lebih disarankan
● PF kulit lengkap seperti biasa. untuk daerah intertriginosa.
R/ Itrakonazole 200 mg tab no. XIV
PEMERIKSAAN PENUNJANG S 1 dd tab 1
● Tinea kapitis:  R/ Mikonazole lotion 2% tb no. I
- WOOD’s lamp: (+) berwarna kehijauan pada S ue
tinea kapitis tipe grey patch ringworm (karena - Edukasi: jika habis mandi keringkan daerah
mikrosporum memberikan gambaran kehijauan kruris hingga benar2 kering dan gunakan handuk
pada Wood’s light). yang berbeda (atau boleh gunakan hair dryer).
- Pemeriksaan dengan KOH 10%. Jika terdapat tinea pedis, gunakan kaos kaki
● Tinea kruris: kerokan jaringan kulit (daerah terlebih dahulu sebelum menggunakan celana
tepi lesi) dengan KOH 10%, biopsi kulit, wood’s dalam. Jika pasien obesitas anjurkan untuk
lamp (buat DD aja dgn eritrasma yang pada turunkan berat badan. Jangan gunakan pakaian
woods lamp hasilnya warna coral red). yang ketat.
● Tinea pedis: kerokan jaringan kulit dengan
KOH 10%, kultur dengan medium SDA ● Tinea pedis: Tatalaksana paling penting
(Sabouraud’s dextrose agar) dan DTM merupakan antifungal baik oral, topikal, atau
(dermatophyte test medium), PAS reaction test. keduanya/kombinasi. Edukasikan pasien untuk
● Tinea korporis: kerokan kulit dengan KOH menggunakan alas kaki dikolam renang atau
10%, kultur dengan medium SDA dan DTM. tempat yang basah, dan jangan gunakan sepatu
yang terlalu ketat/oklusif.
DIAGNOSIS BANDING - Pemberian antifungal topikal biasanya
● Tinea kapitis: dermatitis seboroik, psoriasis, membutuhkan waktu 1-6 minggu, dengan rata2 2
impetigo, alopecia areata. minggu. Berikan mikonazole 2% cream 1x sehari
● Tinea kruris: akantosis nigrikans, dermatitis selama 2 minggu.
kontak iritan/alergi, kandidiasis - Pada tipe moccasin seringkali pengobatan
kutan/mukokutan, eritrasma. kurang berhasil karena tebalnya skuama yang
● Tinea pedis: dermatitis kontak alergi, dapat diatasi dengan memberikan keratolitik
psoriasis, dermatitis atopik, lichen planus. topikal seperti urea (sebagai keratolitik pada
● Tinea korporis: dermatitis atopik, tinea konsentrasi 10-40%) 1-3x sehari.
versikolor, kandidiasis kutan. R/ Mikonazole cream 2% tb No. I
S ue
PENATALAKSANAAN R/ Urea cream 10% tb No. I
● Tinea kapitis: pilihan utama adalah S ue
griseofulvin oral. Dapat pula diberikan
itrakonazole pulse dose (bukan first choice, ● Tinea korporis: tinea korporis dapat dengan
karena ES utama gagal jantung). Setiap sederhana ditangani dengan antifungal topikal,
dengan anjuran pemberian salap hingga lebih krim/gel/foam 2%, shampoo 1% dan 2%.
luas 2 cm dari lesi kulit, 1-2 x sehari selama 2 - Penggunaan shampoo: 2x dalam seminggu,
minggu. Pemberian oral dapat dipertimbangkan selama 4 minggu atau hingga lesi kulit hilang.
jika lesi luas dan imunokompromis.  Penggunaan shampoo diberikan jeda masing2 3
- Topikal: Mikonazole cream 2% 1-2x sehari hari. Cara pemakaian: pada rambut yang basah,
selama 2 minggu. pijat dgn shampoo kurang lebih 1 menit lalu
- Terapi oral: itrakonazole 100 mg 1x sehari bilas, dan ulangi 1 kali lagi namun dibiarkan
selama 2 minggu, atau 200 mg 1x sehari selama selama 3 menit, lalu bersihkan.
1 minggu. - Penggunaan krim/gel/foam: ketokonazol krim
R/ Mikonazole cream 2% tb No. I 2% 1x sehari selama 2 minggu.
S ue
R/ Ketokonazole shampoo 1% (atau mau 2%
5. PITIRIASIS VERSIKOLOR juga boleh) tb No. I
ANAMNESIS S ue
● Pitiriasis versikolor atau tinea versikolor atau
adalah penyakit jamur superfisial yang R/ Ketokonazole cream 2% 15g tb no. I
disebabkan oleh jamur genus Malassezia atau S ue
sekarang disebut Pityrosporum, di mana terdapat
11 spesies dan paling sering menyebabkan tinea ● Edukasi: pengobatan harus diteruskan 2
versikolor adalah Malassezia globosa dan minggu setelah fluorosensi hilang dengan lampu
Malassezia furfur. Wood dan sediaan KOH sudah negatif.
● Pasien biasanya datang dengan keluhan gatal2
dan adanya bercak putih (jika kulit pasien putih 6. PSORIASIS
maka biasanya timbul bercak merah salmon atau ANAMNESIS
kecoklatan). Bagian yang paling sering terkena Psoriasis merupakan penyakit yang sangat
adalah bagian batang tubuh, punggung, kompleks, multifaktorial, dan merupakan
abdomen, dan ekstremitas bagian proksimal. penyakit inflamasi yang melibatkan terjadinya
● Biasanya gatal akan memberat saat hiperproliferasi dari sel keratinosit epidermis dan
berkeringat. peningkatan turnover sel epidermis. Dapat
dipengaruhi genetik, lingkungan, dan
PEMERIKSAAN FISIK imunologis.
● PF kulit seperti biasa. Psoriasis memliki banyak spektrum klinis:
● Biasanya pada PV terdapat bercak yang warna - Psoriasis vulgaris/chronic stationary psoriasis
warni, berskuama halus mulai dari putih sampai —> merupakan tipe yang paling banyak.
coklat hitam.  - Plaque psoriasis.
- Psoriasis gutata.
PEMERIKSAAN PENUNJANG - Pustular psoriasis.
● Efloresensi dengan lampu ultraviolet - Nail psoriasis.
hitam/WOOD —> kuning keemasan. - Psoriatic arthritis.
● Sediaan langsung kerokan kulit KOH 10% —> - Inverse psoriasis.
campuran hifa pendek dan spora2 bulat yang - Eritroderma psoriasis.
dapat berkelompok, - dan lain2nya. 

DIAGNOSIS BANDING ● Pasien biasanya datang dengan keluhan adanya


● Dermatitis seboroik. bercak merah berskuama kasar berlapis2
● Pitiriasis alba. transparan/mika dan biasanya sudah berlangsung
● Vitiligo. cukup lama. Biasanya dengan adanya stress
● Tinea korporis. psikologis dapat bertambah berat.
● Biasanya bercak terasa gatal, dengan lokasi
PENATALAKSANAAN lesi paling sering berada di daerah ekstensor
● Terapi pada tinea versikolor biasanya seperti siku dan lulut. Jangan lupa untuk
membutuhkan waktu 1-2 bulan untuk lesi kulit menanyakan apakah pasien juga mengalami
hilang total, dan perlu diedukasikan bahwa bekas distrofi kuku (pitting nails).
lesi akan hilang dengan sempurna tidak ● 30% pasien juga dapat mengalami keluhan
meninggalkan bekas karena infeksi bersifat nyeri2 pada sendi (psoriatic arthritis).
superfisial. ● Jangan lupa menanyakan riwayat keluarga
● Tinea versikolor efektif diobati dengan banyak dengan keluhan yang serupa dengan pasien
agen, terutama agen topikal. Agen topikal yang karena dapat bersifat genetik.
paling sering digunakan adalah ketokonazol ● Pada beberapa kasus berhubungan dengan
topikal (ketokonazol oral sudah tidak kejadian tertentu seperti riwayat infeksi
digunakan). Sediaan ketokonazol topikal berupa tenggorokan sebelumnya (tanyakan apakah ada
batuk2 sebelumnya, biasanya disebabkan karena seperti berjemur pada matahari, sea bathing,
bakteri streptokokus), infeksi virus, imunisasi, menggunakan pelembab kulit topikal, dan
ataupun pemakaian obat malaria. relaksasi untuk menurunkan tingkat stress.
● Tanyakan apakah terdapat pula keluhan di Edukasikan pula kepada pasien untuk
mata (pada 10% pasien dapat ditemui menurunkan berat badannya (jika obesitas), dan
konjungtivitis dan blefaritis). banyak beraktivitas di luar rumah agar banyak
terkena sinar matahari.
PEMERIKSAAN FISIK ● Terapi alternatif berupa fototerapi dengan
● Bercak eritema berbatas tegas dengan skuama UVA + psoralen (PUVA). Psoralen berfungsi
kasar, berlapis2 dan transparan. sebagai fotosensitisasi. 
● Fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Köbner ● Obat kemoterapi antimetabolit seperti MTX
positif. dapat diberikan dan sangat efektif, namun tidak
● Jika ada keluhan pada mata dan sendi, lakukan dapat diresepkan oleh dokter umum, dan hanya
pemeriksaan fisik terkait keluhan. diberikan pada kondisi khusus.

PEMERIKSAAN PENUNJANG R/ MTX tab 2.5 mg no. X


● Darah rutin. S q.w.k tab 3.
● LED —> pada psoriasis pustular dan
eritroderma biasanya meningkat berbarengan 7. PITIRIASIS ROSEA
dengan leukositosis. ANAMNESIS
● Terdapat herald patch, merupakan sebuah lesi
plak soliter kemerahan (seperti warna merah
● Kadar asam urat —> dikatakan meningkat salmon—salmon-colored). Herald patch awalnya
pada psoriasis, terutama pustular psoriasis. kecil, lalu membesar dan membentuk kolaret
● Pemeriksaan PA/histopatologi —> (tepi yang meninggi), dan kemudian 1-2 minggu
hiperkeratosis dan akantosis. (beberapa kasus dapat terjadi dalam waktu lebih
● Kerokan kulit + KOH 10% (untuk cepat atau lebih lama) setelahnya munculnya lesi
menyingkirkan diagnosis banding). ruam kemerahan generalisata yang berbentuk
seperti pohon cemara terbalik. Lokasi herald
DIAGNOSIS BANDING patch dapat di mana saja, paling sering
● Dermatofitosis/tinea (disesuaikan dengan ditemukan di punggung.
lokasi lesi). ● Biasanya pasien datang sudah dengan ruam2
● Dermatitis seboroik. kulit yang gatal pada tubuh, tanyakan mengenai
apakah terdapat lesi herald patch sebelumnya. 
● Tanyakan keluhan lain seperti apakah terdapat
● Sifilis stadium II. demam, batuk, mata kemerahan, dan perluasan
● Pitiriasis rosea. ruam menjalar dari mana terlebih dahulu.
Tanyakan pula apakah ruam terasa gatal, gatal
PENATALAKSANAAN memberat atau tidak jika berkeringat.
● Tatalaksana pada psoriasis berupa obat2an
topikal maupun sistemik, fototerapi, menurunkan PEMERIKSAAN FISIK
stress, dan terapi tambahan lain seperti berjemur ● Lakukan PF kulit pada umumnya.
pada cahaya matahari, salap asam salisilat, dan ● Pada PF biasanya ditemukan herald patch: lesi
keratolitik seperti urea. plak soliter eritematosa dengan tepi meninggi
● Obat topikal yang paling sering digunakan seperti kolaret.
merupakan kortikosteroid, terutama berguna
sebagai mainstay dan untuk psoriasis ringan dan PEMERIKSAAN PENUNJANG
lesi kulit tidak terlalu luas —> klobetasol ● PP biasanya tidak rutin dilakukan karena
propionat krim 0.05%, betametasone krim 0.025- diagnosis dapat ditegakkan secara klinis.
0.01%, atau triamsinolon asetonid krim 0.025- ● Kerokan kulit + KOH 10% —> untuk DD
0.01%. dengan jamur.
● Darah rutin.
R/ klobetasol propionat cream 0.05% 10 gr tb no.
I DIAGNOSIS BANDING
● Tinea korporis
S ue 2 dd. ● Psoriasis 
R/ loratadin 10 mg tab no. X ● Dermatitis numularis
S 1 dd tab I. ● Drug eruption

● Edukasikan mengenai tatalaksana PENATALAKSANAAN


psoriasis sederhana yang dapat dilakukan pasien ● Pityriasis rosea merupakan penyakit yang
bersifat self-limiting. Terapi biasanya bersifat spesifik. Tanyakan ada berapa jumlah lesi
suportif. kulitnya.
● EDUKASI: Anjurkan agar kulit jangan terkena ● Tanyakan beberapa hal untuk dapat
air hangat/panas, keringat, ataupun sabun pada membedakan kusta tipe MB atau PB berdasarkan
awal-awal ruam karena dapat mengiritasi kulit, klasifikasi WHO: jika bercak lebih dari 5, atau
jangan menggunakan bahan kimia apapun pada terdapat lebih dari 1 saraf yang terganggu, atau
kulit, jangan digaruk, jangan menggunakan jika kerokan kulit BTA positif (pada PP) dapat
pakaian yang terlalu ketat. Edukasikan kepada dikatakan kusta tipe MB.
pasien bahwa pitiriasis rosea merupakan ● Tanyakan: gatal atau tidak, apakah
penyakit yang dapat sembuh sendiri, dengan ada skuamanya atau tidak, jika berkeringat
waktu hingga ruam hilang membutuhkan waktu menjadi/bertambah gatal, dapat berkeringat atau
sekitar 12 minggu. tidak pada bercaknya.
● Untuk mengurangi gatal dapat diberikan zink ● Terdapat 5 A: achromia, anhidrosis, anestesia,
oksida dan kalamin topikal, atau antihistamin alopesia, dan atrofi.
oral. ● Tanyakan kondisi lingkungan tempat tinggal
● Jika lesi kulit luas dan berat dapat diberikan pasien, lalu juga tanyakan apakah di keluarganya
steroid topikal atau bahkan oral. ada yang pernah mengalami hal serupa, tanyakan
● Dapat dianjurkan untuk fototerapi dengan UV- juga kondisi gizi pasien.
B yang dapat mempercepat penyembuhan 80%
kasus bahkan untuk kasus resisten, namun hati2 Klasifikasi WHO
terjadinya lesi postinflamatorik post
fototerapi. Alternatif lain adalah fototerapi UV- Keterangan: bila salah satu dari tanda utama
A1 dosis rendah. MB ditemukan, maka pasien diklasifikasikan
sebagai kusta MB, begitu pula sebaliknya.
R/ Loratadin 10 mg tab no. XX
S 1 dd tab 1 a.n. Perbandingan Gejala Klinis PB dan MB
R/ Hydrocortisone 1% ung 15 gr tb no. I Secara Garis Besar:
S ue.
TANDA UTAMA PB MB PB
Bercak Kusta Jumlah 1 - 5 Jumlah > 5
Penebalan saraf tepi disertai gangguan Hanya 1 saraf Lebih dari 1 saraf
fungsi (mati rasa dan atau kelematan Distribusi Unilateral atau bilateral simetris
otot, di daerah yang dipersarafi saraf
yang bersangkutan)
Kerokan jaringan kulit BTA negatif BTA positif
R/ Calamin lotion 60 mL (atau 30 mL) fl No. I Permukaan bercak Kering, kasar
S ue.
Batas bercak Tegas
R/ Acidum salicylicum 2%
    Menthol 0.5 %
    Talcum venetum ad 200 Deformitas Proses terjadi lebih cepat
    M. f pulc adsp
    S ue
Baal pada bercak Jelas
8. LEPRA/MORBUS HANSEN
ANAMNESIS
Terdapat cardinal signs morbus hansen: Ciri-ciri khas -
1. Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa:
hipopigmentasi atau eritema dengan anestesi. 
PEMERIKSAAN FISIK
2. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan
● PF kulit, 5A.
gangguan fungsi saraf: gangguan fungsi sensorik
● Sebenarnya perlu dilakukan pemeriksaan
(mati rasa); gangguan fungsi motorik
palpasi saraf, uji fungsi sensorik dan motorik
(kelemahan/paresis atau kelumpuhan/paralisis
dari n. ulnaris, n. radialis, n. peroneus komunis,
otot); dan gangguan fungsi otonom (kulit kering
dan n. tibialis posterior. 
dan retak-retak). 
3. Adanya basil tahan asam (BTA) di dalam
PEMERIKSAAN PENUNJANG
kerokan jaringan kulit (slit skin smear).
● Kerokan kulit dengan pewarnaan khusus BTA
(ziehl-neelsen).
● Biasanya pasien datang mengeluh ada bercak
● Pemeriksaan histopatologik (tuberkel, sel
putih di tubuhnya, dan bercaknya terasa baal.
virchow, sel datia langhans).
Kadang-kadang bisa bercak merah namun tidak
● Lepromin test.
● Darah rutin.

DIAGNOSIS BANDING
● DD/ bercak putih: vitiligo, pitiriasis versikolor,
pitiriasis alba.
● DD/ bercak merah: psoriasis, tinia circinata,
dermatitis seboroik. EDUKASI
● DD/ nodul: neurofibromatosis, sarkoma ● Hindari kontak dengan orang lain dulu,
kaposi, verruca vulgaris. pelihara
kebersihan kulit, buka ventilasi rumah, tangan
PENATALAKSANAAN: dan kaki
● MH tipe PB: pengobatan selama 6-9 bulan. direndam, disikat dan diminyak supaya tidak
Diberikan MDT (multi-drug theraphy) yang kering dan pecah.
berisi 2 tablet rifampisin 300 mg dan 28 tablet ● Edukasikan mengenai efek samping yang
dapson 100 mg. dapat terjadi
- Hari 1: Rifampisin kaps 300 mg 2 tablet dan oleh karena pemberian masing-masing obat serta
Dapson tab 100 mg 1 tablet. bagaimana penganangan yang dapat dilakukan.
- Hari 2-28: Dapson tab 100 mg 1 tablet 1x
sehari.
9. SKABIES
RESEP ANAMNESIS
R/ MDT tipe PB blister No. I ● Terdapat 4 tanda kardinal skabies:
S uc (pemakaian diketahui) (1) pruritus nokturna, (2) menyerang manusia
ATAU secara berkelompok, (3) terdapat
R/ Rifampisin 300 mg Tab No. II terowongan/kunikulus dan papul/vesikel pada
S 1 dd Tab II ujung terowongan (jika belum terjadi efloresensi
R/ Dapson 100 mg Tab No. XXVIII sekunder), dan (4) ditemukannya tungau.
S 1 dd Tab I Diagnosis ditegakkan ditemukan minimal 2 dari
4 kriteria tersebut. 
● MH tipe MB: pengobatan selama 12-18 bulan. ● Biasanya pasien datang dengan keluhan gatal
Diberikan MDT (multi-drug theraphy) yang di sela2 jari (finger webs), terutama pada malam
berisi 2 tablet rifampisin 300 mg, 3 tablet hari. Jangan lupa skabies juga dapat bersifat
klofazimin 100 mg, 28 tablet dapson 100 mg, generalisata, tidak terbatas hanya pada lesi di
dan 28 tablet klofazimin 50 mg. sela-sela jari tangan, namun biasanya bagian
- Hari 1: Rifampisin kaps 300 mg 2 tablet, leher dan kepala tidak terkena.
Klofazimin kaps 100 mg 3 tablet, dan Dapson ● Tanyakan adakah di keluarga atau orang
tab 100 mg 1 tablet. sekitar yang juga mengalami hal serupa karena
skabies menyerang sekelompok orang.
- Hari 2-28: Dapson tab 100 mg 1 tablet 1x
sehari dan Klofazimin kaps 50 mg 1 tablet. PEMERIKSAAN FISIK
● Lakukan PF kulit seperti biasa.
RESEP ● Gambaran terowongan/kunikulis, dan pada
R/ MDT tipe MB blister No. I ujung terowongan ada papul/vesikel. terlihat
S uc (pemakaian diketahui) erosi, eksoriasi, krusta akibat garukan.
ATAU
R/ Rifampisin 300 mg Tab No. II PEMERIKSAAN PENUNJANG
S 1 dd Tab II ● Pemeriksaan mikroskopis kerokan lesi kulit
R/ Klofazimin 100 mg Tab No. III (harus dilakukan pada daerah yang belum
S 1 dd Tab III mengalami ekskoriasi/efloresensi sekunder
R/ Dapson 100 mg Tab No. XXVIII karena garukan).
S 1 dd Tab I ● TTT (tes tinta terowongan).
R/ Klofazimin 50 mg Tab No. XXVII
S 1 dd Tab I DD
● Prurigo nodularis
● Pedikulosis korporis
● Dermatitis kontak iritan/alergik

PENATALAKSANAAN
● Berikan agen skabisidal seperti permetrin,
lindane, atau ivermektin. Jika terdapat infeksi
sekunder perlu diberikan antibiotik. Pilihan
utama: permetrin cream 5%, yang diberikan 1x - Pewarnaan dengan KOH 10% = sel ragi,
dan kemudian diulang 7 hari kemudian blastospora, hifa semu.
(pemberian 1x saja juga tidak memiliki - Kultur atau biakan pada agar dekstrosa
efektivitas berbeda). Permetrin diberikan Saboroud.
sebelum tidur pada seluruh bagian tubuh dan ● Vulvovaginal candidiasis:
dibiarkan selama 8-12 jam, kemudian - Urinalisis = biasanya terdapat eritrosit, leukosit,
dibersihkan. dan sel ragi.
- Wet mount smears dari mukosa vagina
R/ Permetrin cream 5% 10 gr tb no. I ditemukan hifa, pseudohifa, dan budding sel ragi.
- Pewarnaan dengan KOH 10% dari mukosa
S u.e q.h.s (cuci setelah bangun tidur). vagina.
- Kultur atau biakan pada agar dekstrosa
● Gatal2 dapat tetap persisten beberapa minggu- Saboroud.
bulan, meskipun tatalaksana sudah adekuat dan
berhasil, sehingga perlu diberikan antihistamin DIAGNOSIS BANDING
oral. ● Kandidiasis kutan/mukokutan: dermatitis
R/ Loratadin 10 mg tab No. X kontak/alergi, tinea (disesuaikan dengan lokasi).
S 1 dd tab I ● VVC: bacterial vaginosis, trikomoniasis,
cystitis bakterial.
● Edukasi: pasien perlu dianjurkan kontrol 2
minggu kemudian, dan 1 bulan setelahnya. PENATALAKSANAAN
● Pada Agustus 2013 FDA telah
10. KANDIDIASIS  merekomendasikan untuk tidak menggunakan
Kandidiasis dapat dibagi menjadi:  ketokonazole oral sebagai terapi antifungal
● Cutaneous candidiasis. termasuk candidiasis, karena berisiko tinggi
● Chronic mucocutaneous candidiasis. mengalami gangguan hepar berat, insufisiensi
● Genitourinary candidiasis —> vulvovaginal adrenal, dan interaksi obat.
candidiasis (VVC), candida balanitis, candida ● Obat pilihan utama adalah antifungal golongan
cystitis, fungal balls. azole. Golongan ini dibagi menjadi 2: Triazole
● Gastrointestinal candidiasis —> oropharyngeal dan imidazole.
candidiasis, esophageal candidiasis, non- - Triazole: merupakan tipe azole yang paling
esophageal candidiasis. banyak digunakan —> flukonazole, itrakonazole,
● Dan masih banyak lagi ~ posakonazole, vorikonazole.
- Imidazole: klotrimazole,
ANAMNESIS mikonazole, ekonazole, ketokonazole, dan
● Biasanya pasti pasien datang dengan keluhan tiokonazole.
gatal2, kulit kemerahan. Tanyakan bagian tubuh ● Kandidiasis kutan/mukokutan: 
mana yang terkena. Gejalanya biasanya tidak - Kandidiasis kutan yang tidak luas dan
spesifik untuk kandida. Bercaknya biasanya sederhana dapat ditangani dengan antifungal
basah dan gatal, semakin gatal pula bila topikal seperti ketokonazole cream 2%,
berkeringat. mikonazole cream 2%, yang dapat diberikan 1-
● Pasien biasanya terdapat DM. 2x selama 7-14 hari.
● Tanyakan mengenai hygiene kebersihan kulit. - Jika lesi luas dan/atau pasien imunokompromis:
● Pada VVC: pasien biasanya Itrakonazole oral 200 mg tablet 1x sehari selama
mengeluhkan gatal pada kemaluan, keluarnya 2 minggu.
cairan dari kemaluan berwarna putih seperti susu - Jika terdapat kandida onikomikosis:
(thick curd-like discharge), nyeri saat berkemih Itraconazole Pulse-dose = Itrakonazole oral 200
(disuria), dan nyeri saat berhubungan mg tablet 2x sehari selama seminggu, lalu 3
(dispareunia). minggu tanpa obat, diulang dalam 3-6 bulan (jadi
dalam 1 bulan/4 minggu minum obat hanya
PEMERIKSAAN FISIK seminggu, lalu 3 minggu sisanya kosong, bulan
● Pemeriksaan fisik kulit secara umum. Jika berikutnya begitu lagi, diulang smpai 3-6 bulan).
VVC: pemeriksaan kulit dan ginekologi
(inspekulo + swab, bimanual). R/ Ketokonazole cream 2% ung 15 g tb no. I
● PF didapatkan adanya satelite lesion. S ue
R/ Mikonazole cream 2% ung 15 g tb no. I
PEMERIKSAAN PENUNJANG S ue
● Darah rutin. R/ Itrakonazole 200 mg tab no. XIV
● Kandidiasis kutan/mukokutan: S 1 dd tab 1
- Wet mount smears = hifa, pseudohifa, dan
budding sel ragi. ● VVC: 
- Non-komplikata: Flukonazole 150 mg 1x sehari berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
single dose. ● Darah rutin dan hitung jenis (beberapa kasus
- Komplikata: Flukonazole 150 mg 3 dosis menunjukkan eosinoflia perifer).
diulang setiap 3 hari. ● Biopsi kulit 1-2 cm di atas ujung lesi kulit
- Kasus rekuren: Flukonazole 150 mg 1x sehari yang muncul pertama kali.
selama 10-14 hari, lalu dilanjutkan Flukonazole ● Dermoskopi, untuk membantu
200 mg 1x seminggu selama 6 bulan. mengkonfirmasi diagnosis —> terlihat struktur
- Alternatif pilihan lain: Mikonazole supp 200 oval dengan warna kuning pada bagian
mg intravaginal 1x sehari sebelum tidur selama 3 perifernya dan kecoklatan di bagian tengah
hari.  (badan larva).

R/ Flukonazole 150 mg tab No. I DIAGNOSIS BANDING


S 1 dd tab 1 ● Dermatitis kontak alergi.
R/ Mikonazole ovula 200 mg No. III ● Skabies.
S 1 dd ovula 1 a.n (ante noctem/sebelum tidur) ● Dermatitis kontak iritan.

11.CREEPING ERUPTION / CUTANEOUS PENATALAKSANAAN


LARVA MIGRANS ● CLM dapat sembuh dengan sendirinya, namun
ANAMNESIS tatalaksana dilakukan karena pasien terganggu
● Biasanya pasien datang mengeluhkan adanya dengan rasa gatal dan berisiko mengalami
lesi kulit yang kemerahan, serpiginosa, gatal, dan infeksi.
muncul tiba-tiba. ● Tatalaksana dengan spray kloretil, nitrogen
● Lesi kulitnya biasanya tampak cair, dan lain2nya diketahui tidak cukup
linier/membentuk sebuah garis, dan semakin bermanfaat.
memanjang 1-2 cm setiap harinya. ● Thiabendazole saat ini merupakan pilihan
● Biasanya daerah yang paling sering terkena utama/DOC untuk CLM. Pemberian topikal
adalah daerah ekstremitas bawah, dan tidak dilakukan terlebih dahulu, pemberian secara oral
menutup kemungkinan di daerah tangan, lutut, hanya jika pemberian topikal tidak memberikan
anogenital, dan bokong. hasil atau terdapat komplikasi sistemik.
● Biasanya pasien mengeluhkan rasa seperti Thiabendazole dikontraindikasikan pada ibu
panas/tertusuk-tusuk 30 menit sebelum hamil.
munculnya lesi kulit kemerahan yang berbentuk - Thiabendazole 10-15% ointment, 2-3x sehari
linier dan gatal. selama 5-10 hari (cure rate 98%).
● Pada beberapa kondisi dapat ditemukan gejala R/ Thiabendazole 15% oint tb. No. I
sistemik seperti batuk (Loeffler syndrome). S ue
● Biasanya sebelumnya ada riwayat berjemur
lama di matahari, berjalan di pantai tanpa ● Alternatif lain yang dapat diberikan adalah
menggunakan alas kaki, atau aktivitas serupa ivermectin, albendazole, atau mebendazole.
lainnya. - Albendazole 400 mg 1x sehari selama 3 hari (1
● Jangan lupa tanyakan mengenai pekerjaan dan tablet 200 mg).
hobi yang dapat berhubungan dengan CLM, - Ivermectin 12 mg (1 tablet 3 mg) 1x sehari
yaitu seperti hobi dan pekerjaan yang sering single dose (aman untuk ibu hamil dan rendah
kontak dengan pasir/tanah hangat dan lembab, efek samping).
hobi traveling, tukang kayu, pemahat/penebang - Mebendazole 100 mg 2x sehari selama 3 hari (1
pohon, dan lain-lain. tablet 100 mg).

PEMERIKSAAN FISIK R/ Albendazole 200 mg tab no. VI


● Pemeriksaan kulit secara umum. S 1 dd tab II
● Pada PF dapat ditemukan: atau
- Lesi eritematosa yang gatal, vesikel ataupun R/ Ivermectin 3 mg tab no. IV
papul. S 1 dd tab IV
- Bentuk serpiginosa (berbentuk seperti atau
ular/snakelike), permukaan sedikit meninggi. R/ Mebendazole 100 mg tab no. vi
- Terowongan eritem berukuran lebar 2-3 mm S 1 dd tab II
dan muncul 3-4 cm dari tempat penetrasi cacing.
- Dapat pula berbentuk sebagai dermatitis non- 12. CHANCROID (ULKUS MOLLE)
spesifik jika sudah mengalami garukan berulang. ANAMNESIS
- Terowongan memanjang 1-2 cm per hari. ● Chancroid atau ulkus molle merupakan infeksi
menular seksual (IMS) yang disebabkan karena
PEMERIKSAAN PENUNJANG Haemophilus ducreyi (basil gram negatif,
● Sebenarnya sudah cukup didiagnosis anaerob fakultatif) yang dicirikan dengan adanya
ulkus nekrotik pada genital dan biasanya terdapat ● Edukasikan pasien untuk tidak melakukan
limfadenopati inguinal. Ulkus molle sangat hubungan seksual berganti-ganti pasangan, dan
infeksius namun dapat diobati. dalam terapi jangan melakukan hubungan
● Masa inkubasi biasanya 1-2 minggu, dan seksual hingga sembuh untuk mencegah
diawali dengan adanya papul kecil pada tempat penularan.
inokulasi bakteri, dan kemudian dalam beberapa
hari papul menjadi pustul, kemudian 13. GONORRHEA (♂&♀)
mengalami erosi dan ulkus yang sangat nyeri.  ANAMNESIS
● Papul/ulkus dapat satu buah atau multipel. Gonorrhea merupakan infeksi membran mukosa
● Pasien biasanya terdapat riwayat berhubungan yang disebabkan oleh N. Gonorrheae, yang
seksual bebas dan sering berganti-ganti biasanya menyebar melalui kontak seksual
pasangan.  ataupun transmisi infeksi pada jalan lahir.
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. ● PADA LAKI-LAKI: Pasien biasanya datang
dengan keluhan pada sistem genitourinarius, di
PEMERIKSAAN FISIK mana paling sering berupa uretritis
● Pemeriksaan kulit, dan pemeriksaan pada (awalnya terasa panas pada saat berkemih,
daerah genital, palpasi kelenjar limfe inguinal. terdapat sekret yang serous dan kemudian
● Terdapat ulkus tanpa indurasi dan nyeri. Ulkus dengan cepat menjadi purulen, kental, dan
biasanya berukuran bervariasi dari 1-20 mm kadang-kadang bercampur dengan darah). Selain
hingga 1-2 cm. Pada laki-laki yang sudah itu dapat pula terjadi epididimitis akut, yaitu
disirkumsisi, biasanya lesi ditemukan di sulkus nyeri pada testis unilateral, dan biasanya
koronal. Pada laki-laki yang belum disirkumsisi, menyertai uretritis.
biasanya lesi ditemukan di daerah preputium. ● PADA WANITA: Pasien biasanya datang
● Limfadenopati biasanya unilateral, regional, dengan keluhan adanya keluar sekret dari
dan terasa nyeri. Biasanya 50% terjadi kemaluan (yang disebabkan karena
limfadenopati dan paling sering pada laki-laki. endoservisitis) yang purulen/seperti nanah dan
25% limfadenopati dapat berlanjut menjadu sedikit berbau. Namun biasanya pasien
limfadenitis yang supuratif, pecah spontan dan kebanyaan hanya memberikan sedikit gejala atau
kemudian menjadi ulkus. bahkan tanpa gejala sama sekali. Kadang-kadang
didapatkan disuria (nyeri saat berkemih), nyeri
PEMERIKSAAN PENUNJANG saat berhubungan (dispareunia). nyeri abdomen
● Tidak ada laboratorium yang spesifik untuk bawah ringan. Jika infeksi berlanjut menjadi
ulkus molle. PID, maka dapat ditemukan nyeri abdomen
● Darah rutin, kultur-PCR H. ducreyi. bawah yang jelas, peningkatan sekret
● Pemeriksaan lain untuk menyingkirkan DD: mukopurulen yang semakin banyak, hingga
FTA-ABS, TPHA, anti-HIV. dapat terjadi demam, menggigil dan mual
● Jika terdapat limfadenopati: dapat dilakukan muntah.
insisi drainase atau aspirasi diagnostik. ● Tanyakan apakah terdapat kebiasaan
berhubungan seksual berganti-ganti pasangan.
DIAGNOSIS BANDING ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
● Limfogranuloma venereum.
● Granuloma inguinale. PEMERIKSAAN FISIK
● Ulkus durum, sifilis. ● Pada laki-laki: pemeriksaan kulit secara
umum, lalu pemeriksaan genital terkait.
PENATALAKSANAAN ● Pada wanita: pemeriksaan kulit secara umum,
● Tatalaksana yang adekuat dan tepat dapat lalu pemeriksaan inspekulo dan bimanual, atau
meningkatkan tingkat kesembuhan, menurunkan swab vagina.
komplikasi, dan mencegah terjadinya penularan
lebih lanjut. CDC pada tahun 2015 memberikan PEMERIKSAAN PENUNJANG
rekomendasi sebagai berikut: ● Darah rutin, pewarnaan gram (diplokokus
- Azitromisin 1 g oral single dose, atau gram negatif).
- Ceftriakson 250 mg IM single dose,atau ● Kultur pada medium Thayer-Martin.
- Eritromisin 500 mg 3x sehari selama 7 hari, ● Kultur-PCR.
atau
- Ciprofloxacin 500 mg 2x sehari selama 3 hari. DIAGNOSIS BANDING
● Pada laki-laki: UTI, epididimitis, orkitis, torsio
R/ Azitromisin tab 500 mg No. II testis.
S 1 dd tab II ● Pada wanita: bakterial vaginosis, vaginitis,
trikomoniasis.
● Boleh tambahkan antinyeri NSAID sederhana
untuk nyeri.  PENATALAKSANAAN
● CDC pada tahun 2015 merekomendasikan single dose.
tatalaksana GO berupa ceftriakson 250 mg IM
ditambah azitromisin 1 g PO single dose. Jika R/ Ceftriaxone 250 mg fl No. I (1 vial 1 g)
tidak tersedia ceftriakson maka dapat diganti S i.m.m
dengan cefixime single dose 400 mg PO dan R/ Azitromisin 500 mg tab No. II
kemudian ditambah dengan azitromisin 1 g PO S 1 dd tab II

DAFTAR ISI atau tidak.


1. Rheumatoid arthritis (RA).
2. Gout dan pseudogout. PEMERIKSAAN FISIK
3. Osteoarthritis. ● Keadaan umum, kesadaran.
4. Fraktur (terbuka/tertutup; clavicula, humerus, ● TTV: biasanya dalam batas normal.
colles, smith, montegia, galeazzi, femur, tibia, ● PF muskuloskeletal (LOOK FEEL
fibula; obliq/linier). MOVE) pada sendi yang dikeluhan pada pasien. 
5. Vulnus laceratum/schissum. ● Pada PF biasanya didapatkan deformitas pada
6. Appendicitis. jari2 berupa swan neck dan boutunnière. Kadang
7. Ankle sprain. pada stadium kronis dapat ditemukan nodul
8. Hemorrhoid interna/eksterna. rheumatoid.
9. Gangren pedis.
10. Hernia inguinalis (reponibel/ireponibel, PEMERIKSAAN PENUNJANG
inkarserata/strangulata, medial/lateral, dengan ● Darah rutin.
pneumoperitonium/tidak). ● RF (rheumatoid factor).
11. Osteoporosis. ● Anti-CCP (anti cyclic citrullinated peptide). 
● ANA.
TINDAKAN BEDAH ● Foto radiologi jari tangan/kaki, posisi ap
● Hecting = kasus vulnus. lateral.
● Bidai = kasus fraktur.
● Sirkumsisi. DIAGNOSIS BANDING
● Gout.
1. RHEUMATOID ARTHRITIS (RA) ● Osteoartritis.
ANAMNESIS ● SLE.
● RA adalah nyeri pada sendi-sendi (poliartritis)
kecil yang simetris, biasanya pasien datang PENATALAKSANAAN
dengan keluhan nyeri, bengkak pada sendi. ● NSAIDs: ibuprofen 400 mg 2x sehari.
Paling sering pada sendi-sendi tangan dan kaki, R/ Ibuprofen tab 400 mg tab no. X
yang kaku dan memberat di pagi hari.  S 2 dd tab 1.
● Tanyakan kakunya di pagi hari berapa lama,
biasanya > 1 jam, dan terjadi sudah > 6 minggu. ● Prednison 5 mg 1x sehari.
Tanyakan berapa sendi yang terkena (kriteria R/ Prednison tab 5 mg tab no. X
diagnostik adalah ≥ 3 sendi dan simetris, yaitu S 1 dd tab 1.
pada sisi kiri dan kanan). 
● Tanyakan juga apakah ada benjolan2 pada ● DMARD konvensional: methotrexate 7,5 mg
lengan bawah (nodul rheumatoid). (max 20 mg) PO 1x per minggu. Sediaan tablet
● Biasanya pasien juga mengalami gejala 2,5mg
sistemik seperti lemas, kelelahan, penurunan R/ Metotreksat tab 2,5 mg no. X
berat badan, dan lain-lain. S 3 x seminggu tab 1.
● Tanyakan pula apakah terdapat perubahan Pemakaian misal ditentukan dosis adalah 7,5 mg,
bentuk pada jari-jari tangan (deformitas—swan maka sekali minum 2,5 mg kemudian 12 jam lagi
neck, boutunnière). Swan neck adalah sendi minum 2,5 mg dan 12 jam lagi 2,5 mg. Dosis ini
PIP hiperekstensi, boutunnière adalah sendi DIP adalah untuk seminggu, jadi minggu depan baru
hiperekstensi). diulangi hal yang sama.
● Tanyakan riwayat penyakit pada keluarga dan
sebagainya. 2. GOUT dan PSEUDOGOUT
● Jangan lupa tanyakan apakah pasien sudah ANAMNESIS
minum obat atau belum, jika sudah apa obatnya, ● Gout dan psudogout merupakan 2 penyakit
sudah berobat ke dokter atau belum, dan artropati kristal yang paling sering terjadi. Gout
tanyakan hasil pengobatannya apakah membaik disebabkan oleh kristal monosodium urat
monohidrat, sedangkan pseudogout disebabkan monosodiumurate (MSU) yang berbentuk
oleh kristal kalsium pirofosfat (atau disebut seperti kristal jarum intrasel dan ekstrasel. Pada
calcium pyrohosphate disease). saat dilihat dengan menggunakan mikroskop
polarisasi dan filter berwarna merah, akan
tampak warna kuning ketika disejajarkan pararel
dengan aksis lambatnya, namun menjadi warna
biru jika diposisikan berlawanan dengan arah
polarisasi (birefringent negatif).
- Pada pseudogout: ditemukan kristal kalsium
pirofosfat (CPP), lebih pendek dari kristal
MSU, biasanya rhomboid (memiliki sudut
seperti trapesium). Pada saat dilihat dengan
● Pasien biasanya datang dengan keluhan gejala mikroskop polarisasi dengan filter merah, kristal
awal berupa podagra (nyeri sendi yang biasanya akan berubah warna sesuai dengan arah
pada sendi MTP 1 kaki), biasanya unilateral, bisa kompensator, yaitu menjadi biru jika diposisikan
pada sendi jari2 tangan, ankle, pergelangan pararel dengan aksis lambat kompensator, dan
tangan, hingga lutut. Pada pseudogout jarang menjadi kuning saat diposisikan perpendikular
mengenai sendi kecil, biasanya hanya sendi2 (birefringent positif).
yang lebih besar seperti lutut, pergelangan
tangan, ankle, siku.
● Tanyakan sudah berapa lama nyeri dialami
oleh pasien, biasanya pasien mengatakan nyeri
baru saja terjadi dalam waktu kurang dari 24
jam. Tanyakan lain-lainnya seperti apakah
bengkak, nyeri saat disentuh, kemerahan, sendi
mana saja yang terkena, kaku atau tidak di pagi
hari, dan lain-lain.
- Biasanya pada cairan sendi didapatkan jumlah
● Tanyakan riwayat pola makan pasien terutama
leukosit 10.000-70.000/uL, namun dapat lebih
makanan yang dapat menyebabkan gout seperti
rendah atau lebih tinggi.
jeroan, emping, dan lain-lain.
● Untuk menyingkirkan DD tanyakan hal2 yang
● Asam urat urin (dengan urin 24 jam). 
diperkirakan sebagai DD seperti apakah sering
● Foto röntgent sendi jari nyeri. Gambaran
terkena/terendam air, tidak menggunakan sepatu
khas: erosi dan overhanging edge (gambar di
boots pada saat di sawah, dan lain-lain.
bawah).
● Tanyakan riwayat pengobatan, obat-obat apa
yang sedang diminum pasien saat ini. apakah
pasien sering minum alkohol, merokok, dan lain-
lain.
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.

PEMERIKSAAN FISIK
● PF muskuloskeletal (LOOK, FEEL, MOVE).
● Biasanya hanya mengenai satu sendi (tapi
dapat pula multipel), didapatkan pada sendi
tanda-tanda inflamasi seperti eritema, bengkak,
hangat pada perabaan, dan nyeri.
● Kadang dapat dijumpai demam.
● Periksa pula pada bagian telinga, jari-jari
tangan, olecranon, apakah terdapat deposit
tophus atau tidak.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Darah rutin. ● Fingsi ginjal —> melihat GFR untuk menilai
● CRP dan LED —> biasanya meningkat. apakah pasien dapat diberikan kolkisin atau tidak
● Kadar asam urat serum. Kadar asam urat tidak (GFR > 50).
selalu berhubungan dengan serangan gout,
meskipun 95% terjadi hiperurisemia. DIAGNOSIS BANDING
● Aspirasi dan analisa cairan sendi ● Pseudogout.
(arthrocentesis) —> hitung sel dan diferensial, ● Rheumatic arthritis.
pewarnaan Gram, kultur, analisa mikroskopik. ● Arthritis septik.
- Pada gout: ditemukan kristal
PENATALAKSANAAN
● Tatalaksana gout ditangani dengan 3 tahap: (1) terkena, apakah bilateral, apa terdapat riwayat
menangani serangan akut; (2) profilaksis suka makan jeroan, dan lain-lain.
serangan; dan (3) menurunkan kadar asam urat ● Sisanya dapat  ditanyakan seperti biasa.
agar mencegah deposit asam urat pada jaringan.
● Tujuan tatalaksana: PEMERIKSAAN FISIK
- Menurunkan kadar asam urat < 6 mg/dL (5 ● PF muskuloskeletal (LOOK, FEEL,
mg/dL jika gout berat atau dengan serangan yang MOVE) pada sendi yang dikeluhkan. Biasanya
cukup sering/tophus yang banyak). didapati adanya krepitasi. Pada OA jari tangan
- Menurunkan jumlah tophus. dapat ditemukan Heberden dan Bouchard nodes.
- Mengurangi nyeri.
- Tidak ada serangan gout lagi. PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Darah rutin.
● Terapi serangan akut: pilihan berupa NSAID, ● Foto röntgen sesuai lokasi
kolkisin, kortikosteroid, dan ACTH. Pilihan (genu/coxae/manus).
disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien ● Arthrocentesis. Untuk menyingkirkan
secara umum. Kolkisin yang merupakan diagnosis banding infeksi.
tatalaksana klasik saat ini sudah tidak
terlalu diindikasikan. DIAGNOSIS BANDING
- NSAID: merupakan DOC untuk gout akut pada ● Rheumatoid arthritis.
pasien tanpa gangguan kesehatan, yaitu ● Gout.
Indometasin ataupun naproksen, ataupun jenis ● Septic arthritis, reactive arthritis.
lain dapat diberikan. Jangan gunakan aspirin
(memperparah/mencetuskan serangan). PENATALAKSANAAN
R/ Naproksen tab 500 mg no. XX ● Tatalaksana non farmakologis: merupakan
S 1 dd tab I (selanjutnya 3 dd tab 1/2). tatalaksana utama pada OA, yaitu edukasi,
menurunkan berat badan, berolahraga,
- Kolkisin: kolkisin sudah jarang diberikan fisioterapi, dan kurangi aktivitas yang
dibandingkan NSAID karena rentang dosis terapi membebankan sendi.
yang sempit dan risiko toksisitas tinggi (namun
dapat pula dikombinasikan dengan NSAID). ● Terapi farmakologis: dapat diberikan berbagai
Kolkisin efektif diberikan dalam 36 jam pertama macam pilihan seperti asetaminofen, NSAID oral
onset serangan. Kolkisin tidak hanya efektif pada ataupun topikal, tramadol, dan infeksi
gout, namun juga pada pseudogout, artropati kortikosteroid intra artikular. Dapat pilih salah
sarcoidosis, artritis psoriasis. Dosis pertama satu atau kombinasi tergantung dengan derajat
diberikan 2 tablet, lalu 1 jam berikutnya keparahan gejala.
berikan 1 tablet. - Parasetamol 500 mg 3x sehari atau meloxicam
R/ Kolkisin tab 0.5 mg No. III tab 15 mg 1x sehari. 
S 1 dd tab 2. R/ Paracetamol 500 mg tab No. XX
S 3 dd tab 1.
● Untuk pencegahan: Allupurinol 100 mg 1x R/ Meloxicam 15 mg tab No. XX
sehari. Minggu selanjutnya dosis ditambahkan S 1 dd tab 1.
jadi 200 mg, minggu selanjutnya 300 mg.
Biasanya terjadi penurunan asam urat pada dosis - Jika diberikan NSAID dapat ditambahkan
300 mg. antasida 30 mg 3x sehari.
R/ Antasida doen tab 30 mg No. XX
3. OSTEOARTRITIS S 3 dd tab 1 ac.
ANAMNESIS
● OA merupakan penyakit sendi yang umum 4. FRAKTUR (PENDEKATAN FRAKTUR
terjadi yang disebabkan karena proses SECARA UMUM)
degeneratif pada membran hialin kartilago sendi. ANAMNESIS
● Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri ● Untuk segala jenis fraktur perlu dilakukan
sendi yang terlokalisir, dapat pada sendi panggul, anamnesis yang singkat dan jelas mengenai
lutut, ataupun jari-jari tangan. Nyeri bila mekanisme terjadinya fraktur.
digerakkan, semakin memburuk pada sore hari ● Biasanya pasien datang dengan keluhan
ke malam hari (end of the day), dan terdapat tertentu sesuai dengan lokasi terjadinya fraktur,
kaku pada pagi hari kurang dari 30 menit (tidak misalnya saja kakinya luka atau bengkak setelah
sampai 1 jam).  kecelakaan atau terjatuh.
● Tanyakan faktor predisposisi seperti berat ● Tanyakan:
badannya, apa saja aktivitas sehari2nya.  - Sejak kapan terjadinya trauma.
● Tanyakan sesuai dengan diagnosis banding - Mekanisme terjadinya trauma (misal
yang diperkirakan seperti sendi mana saja yang bagaimana kecelakaannya, mobil dengan motor
atau motor dengan motor). R/ Tramadol HCl caps 50 mg No. X
- Apakah kepala sempat terbentur atau tidak. S 1 dd caps 1.
- Apakah pasien sempat kehilangan
kesadaran/pingsan. ● Rujuk segera ke spesialis bedah ortopedi untuk
- Siapa yang menolong saat terjadinya dilakukan tatalaksana lebih lanjut.
kecelakaan.
- Lingkungan sekitar saat terjadinya kecelakaan 5. VULNUS
atau trauma. - Vulnus laceratum: luka robek.
- Adakah jejas/luka di tempat lain. - Vulnus punctum: luka tusuk.
- Sudah dilakukan pertolongan apa saja sebelum - Vulnus schissum: luka sayat.
datang ke dokter.
- Keluhan yang dirasakan sekarang. ANAMNESIS
● Lakukan anamnesis singkat terhadap pasien
PEMERIKSAAN FISIK mengenai mekanisme terjadinya luka/trauma
● Primary survey (ABCDE):  (mirip dengan fraktur, namun
1. Airway and C-spine control: inspeksi adanya pertanyaan disesuaikan dengan kondisi luka
jejas pada maksilofasial, dengarkan adanya suara ataupun mekanisme terjadinya luka).
obstruksi jalan nafas seperti snoring (lidah jatuh
ke belakang—pasang guedel), gargling (cairan), PEMERIKSAAN FISIK
atau stridor (sumbatan jalan nafas benda padat). ● Primary survey (ABCDE): 
2. Breathing and ventilation: lihat pernafasan,
gerakan dada simetris atau tidak, jejas di dada, 1. Airway and C-spine control: inspeksi adanya
auskultasi suara paru, fokal fremitus, perkusi jejas pada maksilofasial, dengarkan adanya suara
paru. obstruksi jalan nafas seperti snoring (lidah jatuh
3. Circulation with hemorrhage control: ke belakang—pasang guedel), gargling (cairan),
TTV, hentikan perdarahan dan ganti volume atau stridor (sumbatan jalan nafas benda padat).
cairan yang hilang. 2. Breathing and ventilation: lihat pernafasan,
4. Disability: GCS, pemeriksaan neurologis. gerakan dada simetris atau tidak, jejas di dada,
5. Exposure/environmental control: buka auskultasi suara paru, fokal fremitus, perkusi
pakaian pasien untuk melihat adanya jejas pada paru.
tempat lain, lalu berikan selimut untuk mencegah 3. Circulation with hemorrhage control:
hipotermi. TTV, hentikan perdarahan dan ganti volume
cairan yang hilang.
—biasanya pada kasus fraktur OSCE hanya 4. Disability: GCS, pemeriksaan neurologis.
perlu disebutkan saja karena pasien biasanya 5. Exposure/environmental control: buka
dalam kondisi yang baik— pakaian pasien untuk melihat adanya jejas pada
tempat lain, lalu berikan selimut untuk mencegah
● Selanjutnya baru dilakukan pemeriksaan status hipotermi.
lokalis: 
- Look: inspeksi adanya tanda pasti dan tidak —biasanya pada kasus vulnus OSCE hanya perlu
pasti fraktur. disebutkan saja karena pasien biasanya dalam
- Feel: raba fragmen tulang, krepitasi, dan status kondisi yang baik—
pulsasi arteri terkait dan bandingkan dengan sisi
kontralateral. PENATALAKSANAAN
- Move: ROM terbatas, nyeri tekan dan nyeri ● Lakukan hecting.
tarik sumbu.
6. APPENDICITIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG ANAMNESIS
● Foto röntgen sesuai dengan lokasi yang ● Bisa lah gw yakin kita semua bisa amin.
dikeluhakn. Jangan lupa AP dan lateral.

PENATALAKSANAAN 7. ANKLE SPRAIN


● Lakukan pemasangan bidai, kecuali fraktur ANAMNESIS
klavikula lakukan pemasangan arm sling. Ingat ● Ankle sprain terjadi karena putaran inversi
pemasangan bidai harus mengenai 2 sendi. pada ankle yang berlebihan dan menyebabkan
● Pada fraktur terbuka jangan lakukan reduksi, nyeri dan pembengkakan, terutama pada
langsung bersihkan dan bidai. Setelah bidai kompleks ankle lateral (ligamentum talofibular
jangan lupa untuk menilai ulang status pulsasi anterior, calcaneofibular, dan talofibular
arteri terkait. posterior).
● Berikan obat anti nyeri golongan opioid ● Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri
ataupun sintetiknya seperti tramadol. dan bengkak pada bagian ankle, dan biasanya
terdapat riwayat terkilir. Tanyakan sudah berapa - Grade 2: peregangan ligamen dengan robekan
lama dan kaki kiri atau kanan. parsial, pembengkakan sedang-berat, ekomosis,
● Tanyakan mekanisme trauma yang terjadi: gangguan fungsi sedang, dan instabilitas sendi
kapan, bagaimana, mengapa dapat terjadi, di ringan-sedang.
mana. Apa saja penanganan yang sudah - Grade 3: terjadi ruptur ligamen komplit,
dilakukan oleh pasien. Tanyakan mengenai pembengkakan yang berat dan tiba-tiba,
kemungkinan terjadinya fraktur. ekimosis, dan tidak dapat menahan beban tubuh,
● Tanyakan riwayat apakah sudah pernah instabilitas sendi sedang-berat.
mengalami terkilir seperti ini sebelumnya atau
tidak. PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. ● Darah rutin. (mungkin tidak perlu).
● Foto röntgen regio ankle (sebutkan dex/sin)
PEMERIKSAAN FISIK posisi AP, lateral, dan obliq 45 derajat dengan
● Keadaan umum, kesadaran, TTV. ankle dorsofleksi (Mortise view).
● Status lokalis: look, feel (nyeri tekan, pulsasi ● CT scan, MRI.
arteri), move (gerakan ROM terbatas). Lihat
apakah terdapat tanda2 fraktur (seperti DIAGNOSIS BANDING
penonjolan tulang, dll). ● Fraktur.
● Beberapa pemeriksaan fisik khusus yang ● Ruptur tendon achilles.
mungkin dapat dipikirkan untuk dilakukan:
- Anterior drawer test. Lakukan pada kedua kaki PENATALAKSANAAN
dan kemudian bandingkan. Positif jika pada ● RICE: Rest, Ice, Compression, Elevation.
bagian yang nyeri mengalami pergerakan lebih Atau dikombinasi dengan PRICES: Protection,
besar dibandingkan yang tidak nyeri. Negatif Rest, Ice, Compression, Elevation, dan Support.
artinya kedua kaki hanya mengalami sedikit - Protective: menggunakan splint,
pergerakan saja. braces, diberikan selama 4-21 hari. Braces sudah
boleh dibuka jika sudah tidak nyeri dan ROM
terasa membaik. 
- Rest: diperlukan untuk penyembuhan jaringan.
Minimalisasi pergerakan.
- Ice: Es digunakan untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri, spasme otot. Jangan
berikan es langsung pada kulit, namun dibungkus
dengan menggunakan handuk/kain, selama 15-20
menit 3 kali sehari.
- Compression: rekomendasi kompresi dengan
dibungkus dengan elastic verband.
- Elevation: anjurkan pasien untuk sering
mengangkat kakinya saat sedang berbaring (lebih
- Talar tilt test/inversion stress maneuver. tinggi dari jantung) untuk mengurangi
Bandingkan dengan sisi kontralateral yang tidak pembengkakan.
sakit. Positif jika ujung penonjolan tulang tidak - Support: dapat dilakukan taping untuk menjaga
dapat teraba (kerusakan pada calcaneofibular stabilitas ankle dan mengurangi mobilitas.
ligament/CFL).
● Antinyeri dan antiinflamasi: dapat digunakan
NSAID ataupun asetaminofen.

● Kriteria untuk pasien bisa kembali beraktivitas


dengan normal:
- ROM aktif baik tanpa nyeri.
- Tidak bengkak atau nyeri.
- Kekuatan otot ankle sudah mencapai 70-80%
penyembuhan.
- Dapat berdiri pada 1 kaki selama 30 detik
dengan mata tertutup.
● Grading:
- Grade 1: peregangan ligamen dengan robekan 8. HEMORRHOID INTERNA/EKSTERNA
mikroskopik, tidak tampak robekan ANAMNESIS
makroskopik. Umumnya pembengkakan ringan, ● Hemoroid merupakan pembengkakan
tanpa atau dengan sedikit gangguan fungsi dan pembuluh darah pada rektum bagian bawah.
tidak ada instabilitas sendi. ● Hemoroid diklasifikasikan dari struktur
anatominya relatif terhadap linea dentata,
yaitu interna dan eksterna. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Interna: berasal dari endoderm, dilapisi oleh ● Darah rutin.
epitel kolumnar mukosa anal. Tidak terdapat ● Anoskopi.
inervasi saraf somatik sehingga tidak nyeri.
- Eksterna: berasal dari ektoderm, dilapisi oleh DIAGNOSIS BANDING
epitel squamosa. Terdapat inervasi saraf ● Inflammatory bowel disease: kolitis ulseratif,
dermatom yaitu n. pudendus dan pleksus sakral. crohn disease.
● Pasien biasanya datang dengan keluhan BAB ● Prolaps rektum.
berdarah. Tanyakan sudah sejak kapan.
Tanyakan bagaimana BAB berdarahnya, apakah PENATALAKSANAAN
bercampur dengan BAB atau menetes setelah ● Terapi hanya dilakukan jika pasien
BAB keluar. Biasanya pada hemorrhoid BAB memberikan keluhan terhadap hemoroidnya.
hanya menetes setelah BAB keluar. BAB yang Kadang meski tampak sudah cukup berat namun
bercampur dengan darah atau berwarna merah jika pasien tidak merasa terganggu maka terapi
lebih gelap biasanya berasal dari bagian lebih tidak perlu dilakukan.
proksimal. ● Tatalaksana disesuaikan dengan penyebab
● Tanyakan warna darah, biasanya berwarna hemoroid dan tipe hemoroid.
merah segar, tidak berwarna hitam. ● Tatalaksana awal yang dianjurkan oleh ACG
● Tanyakan apakah sebelumnya pasien sering (American College of Gastroenterology) adalah
terasa adanya benjolan saat buang air besar. meningkatkan konsumsi serat dan intake cairan
Tanyakan pula apakah benjolannya dapat masuk yang ditingkatkan.
dengan sendirinya, masuk dengan dibantu, atau ● Hemoroid interna:
sudah tidak dapat masuk sama sekali. Jika belum - Grade 1: NSAID, tatalaksana konservatif (baca
terasa adanya benjolan yang keluar kemungkinan di bawah), jangan makan pedas, dan edukasi
masih grade 1. lainnya.
● Biasanya terdapat perubahan defekasi - Grade 2 dan 3: tatalaksana non bedah seperti
belakangan terakhir ataupun yang biasanya skleroterapi, banding, koagulasi infrared, dan
terjadi. Biasanya pasien sering BAB keras lain2.
dan sering mengedan. - Grade 4 atau grade 3 sangat simptomatik:
● Tanyakan riwayat diet, apakah pasien sering hemoroidektomi.
makan sayur atau tidak. Tanyakan pula apakah
pasien sering menahan buang air besar. ● Hemoroid eksterna:
● Tanyakan apakah terdapat nyeri atau tidak, - Eksisi dapat dilakukan pada yang mengalami
biasanya nyeri muncul saat terjadi trombosis dan trombosis (nyeri hebat). Sebelumnya perlu
biasanya terjadi pada hemoroid eksterna. Nyeri anestesi infiltrasi.
biasanya memuncak 48-72 jam dan membaik - Jika asimtomatik (non trombosis) dapat
setelahnya seiring dengan hilangnya trombus. dilakukan terapi konservatif saja.
● Tanyakan DD lain yang mungkin, misal
tanyakan apakah terdapat nyeri pada daerah ● Terapi konservatif:
abdomen tertentu (IBD), atau tanyakan apakah - Berendam air hangat.
dari anus dindingnya seperti keluar atau tidak - Diet tinggi serat.
(prolaps rektum). - Obat-obatan pelunak feses: 
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. ✦ Bisakodil tab 5 atau 10 mg 1x pada malam
hari sebelum tidur, selanjutnya supp 10 mg pagi
PEMERIKSAAN FISIK hari.
● KU kesadaran TTV. ✦ Laktulosa syrup 1-2 x 15 cc (@ 60 mL, 120
● PF Rectal Touche. mL, 200 mL).
- Agen topikal: hidrokortison topikal,
Grade Hemoroid Interna: nitrogliserin dan nifedipin topikal.
- Grade 1: Sudah berdarah, benjolan tidak
prolaps. R/ Bisakodyl tab 5 mg No. X
- Grade 2: Benjolan keluar namun masuk dengan S 1 dd tab 1 o.n (omni nocte).
sendirinya. R/ Bisakodyl supp 10 mg No. X
- Grade 3: Benjolan keluar namun masuk dengan S 1 dd supp 1 o.m (omni mane).
dibantu. R/ Asam mefenamat tab 500 mg No XX
- Grade 4: Benjolan keluar dan tidak dapat S 3 dd tab 1 (sampai nyeri hilang).
dimasukkan kembali. Jika sudah grade 4
biasanya lesi ini mengandung komponen 9. GANGREN PEDIS DIABETIKUM
hemoroid interna dan eksterna dan dapat juga BACA KE OSCE ENDOKRIN BAGIAN
muncul dengan nyeri hebat karena trombosis. DIABETES MELITUS
● Laktat serum.
10. HERNIA INGUINALIS  ● USG abdomen.
ANAMNESIS
● Pasien biasanya datang dengan berbagai DIAGNOSIS BANDING
macam kemungkinan. Pasien bisa datang dengan ● Perforasi usus e.c demam tifoid.
keluhan merasakan adanya benjolan keluar dari ● Perforasi gaster e.c gastropati OAINS.
lipat paha, atau nyeri perut, sulit BAB (tanda- ● Peritonitis e.c app perforasi.
tanda ileus ● Ileus obstruktif e.c ca rectum/kolon.
obstruktif/peritonitis/pneumoperitonium). Oleh
karena itu perlu ditanyakan apakah sebelumnya PENATALAKSANAAN
pernah terasa adanya benjolan yang keluar di ● Berikan obat-obat simptomatik dan langsung
daerah lipat paha ataupun skrotum. persiapkan untuk rujuk dilakukannya
● Biasanya benjolan keluar saat sedang berdiri, pembedahan, terutama jika pasien datang sudah
mengedan, batuk. Tanyakan apakah pasien dengan kondisi ileus obstruktif ataupun
sering mengangkat beban berat, mengedan, dan pneumoperitonium.
faktor predisposisi lainnya. - Demam: paracetamol tab 500 mg 3x sehari.
● Tentukan kira-kira diagnosis dengan lengkap: - Nyeri: tramadol 50 mg tab 3x sehari.
- Reponibel: jika terdapat benjolan dapat keluar - Pemasangan NGT (dekompresi) dan IV line.
masuk dengan sendirinya.
- Ireponibel: benjolan tidak dapat masuk 11. OSTEOPOROSIS
kembali, tidak ada tanda-tanda ileus. ANAMNESIS
- Inkarserata: tidak dapat masuk kembali, ada ● Pasien bisa datang karena fraktur. tanya sudah
tanda-tanda ileus. sejak kapan, dan tanyakan kenapa bisa fraktur.
- Strangulata: inkarserata + nyeri. pada osteoporosis biasanya penyebab fraktur
● Tanyakan kemungkinan DD lainnya terutama adalah sesuatu yang seharusnya tidak
jika pasien datang dengan peritonitis: menyebabkan fraktur, dan disebabkan pula
- Apakah sebelumnya terdapat demam, demam karena usia tua pasien. jadi tanyakan juga
terutama sore malam hari, sempat makan jajan di riwayat menopause.
pinggir jalan (perforasi usus e.c tifoid). ● Perhatikan riwayat pengobatan, karena
- Apakah pasien sebelumnya sering minum obat konsumsi steroid dapat timbulkan osteoporosis.
antinyeri, BAB kehitaman sebelumnya (perforasi ● Sisanya tanyakan seperti biasa.
gaster e.c gastropati OAINS).
- Apakah pasien sebelumnya BAB kecil- PEMERIKSAAN FISIK
kecil tampak seperti kotoran kambing, riwayat ● PF muskulo seperti biasa.
BAB bercampur darah (kemungkinan ● kayanya perlu bidai. (kalau datang dengan
keganasan). fraktur)
- Apakah pasien sebelumnya nyeri di perut kanan
bawah yang awalnya dari ulu hati, demam PEMERIKSAAN PENUNJANG
(peritonitis e.c app perforasi). ● Darah rutin.
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. ● Foto polos tulang yang terkena.
● Densitometri tulang (DEXA):
PEMERIKSAAN FISIK Berdasarkan T score
● KU kesadaran TTV. □ > 0 = BMD sangat baik.
● Head to toe: konjungtiva sklera, mulut, CRT. □ 0 to -1 = BMD pada top 84%, tidak ada bukti
● PF abdomen. osteoporosis.
● Finger test: □ -1 to -2.5 = osteopenia. risiko fraktur
- Masukkan jari pada puncak kantung sktorum ke osteoporosis.
arah kanalis inguinalis. Mintalah pasien untuk □ -2.5 atau lebih rendah = osteoporosis.
mengedan. Rasakan arah kantung hernia ● Kadar kalsium dan fosfat darah.
mengenai jari. ● Kalsium urin.
- Jika hernia mengenai ujung jari: hernia indirek. ● Osteokalsin serum.
- Jika hernia mengenai pinggir jari: hernia direk.
- Jika hernia di bawah ligamentum inguinalis: DIAGNOSIS BANDING
hernia femoralis. ● Osteomalasia, paget disease.

PEMERIKSAAN PENUNJANG PENATALAKSANAAN


● Darah rutin. ● Alendronat tag 10 mg No. XXX S 1 dd tab 1.
● Elektrolit serum. ● Calcium tab 500 mg no. XXX S 2 dd tab 2.
● Ureum kreatinin. ● Raloksifen tab 60 mg No. XXX S 1 dd tab
DAFTAR ISI ● setelah sudah selesai tanya dari F0, sebelum
1. Anamnesis psikiatri secara keseluruhan. lanjut ke diagnosis dan DD dll, harus
2. Skizofrenia (paranoid, hebefrenik, katatonik). disimpulkan dulu ke pasiennya. jd bilang “jd
3. Gangguan bipolar. bapak saya akan mencoba menyimpulkan apa
4. Gangguan cemas menyeluruh. yang telah bapak ceriterakan kpd saya ya pak, jd
5. Hipersomnia. tadi bapak mengeluh ………. blablabla."
6. Insomnia.
7. Gangguan waham menetap. ● setelah itu baru deh buat diagnosisnya dan
8. GMO. DDnya. jangan lupa diagnosisnya harus
9. Psikotik akut. LENGKAP. contoh gangguan cemas
10. Gangguan mental dan perilaku e.c intoksikasi menyeluruh, jangan bilang hanya gangguan
zat. cemas. trus contoh skizofrenia, jangan hanya
11. Serangan panik. sebut skizofrenia saja karena skizofrenia ada
12. Gangguan penyesuaian. banyak tipe, tapi sebut skizofrenia
13. PTSD. katatonik/hebrefrenik/paranoid dll. contoh
14. Depresi berat. gangguan bipolar, sebut dengan lengkap
gangguan bipolar 1 atau 2 episode kini
1. ANAMNESIS PSIKIATRI SECARA manik atau depresi, dengan atau tanpa gejala
KESELURUHAN psikotik. contoh lg adalah insomnia, jangan
● kan pasien datang dengan keluhan utama hanya sebut insomnia, tapi sebut insomnia
seperti biasa, tanyakan sudah berapa lama, kita primer atau sekunder.
gali dulu keluhan utamanya. contoh, misalnya
dia keluhannya cemas takut akan kena penyakit ● jangan lupa berikan DD. 
apa dsb gitu sudah sekitar 6 bulan. tanyain aja ● setelah itu lanjut beri penatalaksanaan yang
cemasnya kenapa, penyakit apa yang ditakuti, sesuai sama penyakitnya.
kenapa bisa jadi takut/cemas seperti itu, dan lain ● jangan lupa berikan edukasi.
sebagainya. gali penyakitnya sampe lengkap
seperti anamnesis biasa. Gambar: Klasifikasi PPDGJ-III (F0-F9).

● setelah kita udah cukup yakin dengan SKIZOFRENIA


diagnosis yang kita kira, misalnya dia ANAMNESIS
diagnosisnya cemas menyeluruh, nah jangan ● pasien datang dengan keluhan yang tidak
lupa untuk tanyakan gejala penyakit mulai dari biasa, mungkin dia merasa ada yang
F0. seperti kita ingat pada psikiatri ada mau membunuhnya sambil mata2in dia pake
pembagian klasifikasi penyakit2nya berdasarkan CCTV, atau lain-lainnya (tipe skizofrenia ada
F0 sampai F9. tujuan pembagian F0 sampe F9 itu banyak).
sebenarnya adalah menunjukkan bahwa pada F0 ● paling sering skizofrenia yang terjadi adalah
terdapat semua gejala penyakit F 1-9 yang ada di skizofrenia paranoid, jadi dia keluhannya
bawahnya, jadi makin ke atas gejalanya makin curiga berlebihan, punya waham curiga yang
bervariasi, sedangkan makin ke bawah gejalanya salah dan tidak bisa diubah. dia pas dianamnesis
makin spesifik.  agak ga kooperatif, susah diajak kerjasama,
kelihatan ketakutan gitu, dan lain sebagainya.
● contoh pada kasus cemas menyeluruh, kita pas dianamnesis, perhatiin apakah ada waham
tahu bahwa cemas menyeluruh ada di kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan,
F4, sehingga mari mulai tanya dari F0. F0 adalah dipengaruhi, dan cemburu. dia juga biasanya ada
GMO, jadi tanyakan adakah riwayat cedera halusinasi auditorik berupa diancam, diperintah,
kepala, riwayat stroke sebelumnya. selanjutnya atau dihina.
tanyakan F1 (gangguan mental karena zat ● skizofrenia hebrefrenik (disorganisasi):
psikoaktif), yaitu tanyakan apakah pernah biasanya dia afeknya tumpul (emosi pasien
menggunakan obat-obata terlarang, alkohol dsb. datar), ketolol-tololan, afeknya tak serasi (dia
selanjutnya tanyakan F2 (gangguan mental bisa terlihat semangat tapi ga sesuai sama
bukan karena psikoaktif), jadi tanyakan ada pembicaraan yang sedang bicarakan oleh
waham ga, ada pernah denger suara2 yang pasien), inkoheren (yang diomongin ngga logis),
terdengar tp ga ada orangnya, dsb. abis waham tak sistematis, dan sering terdapat
itu tanyakan F3 (gangguan mood), yaitu tanya perilaku yang disorganisasi menyeringai.
apakah pernah merasa sangat bersemangat ● skizofrenia katatonik: perhatikan satu dari
sampai tidak butuh tidur, dan lain sebagainya. gejala2 berikut:
baru deh setelah jawabannya ga ada semua kata - terdapat stupor katatonik atau mutisme —>
pasiennya, berarti kita yakin dia mangalami pasien ga berespon terhadap lingkungan ataupun
gangguan cemas menyeluruh. orang. namun pasien menyadari sebenarnya
sama lingkungan sekitarnya.
- negativisme katatonik —> pasien melawan R/ clozapin tab 50 mg tab no. X
semua perintah atau usaha untuk menggerakkan S 1 dd tab 1.
fisik tubuhnya.
- rigiditas katatonik —> pasien secara fisik GANGGUAN BIPOLAR
terlihat sangat kaku. Anamnesis:
- postural katatonik —> pasien mempertahankan ● pertama-tama harus tau tentang macam2
posisi tertentu yang tidak biasa atau aneh. bipolar, macam2 gejala yang dapat terjadi. 
- kegembiraan katatonik —> pasien dapat - bipolar terdapat 2 jenis, yaitu gangguan bipolar
terlihat sangat aktif dan gembira. I dan bipolar II.
● tipe skizofrenia lainnya tidak begitu spesifik - terdapat episode manik, hipomanik, dan depresi
kayanya ga akan keluar. mayor. terdapat pula episode campuran.
● ingat pada anamnesis skizofrenia atau apapun - episode manik: pasien merasa moodnya sangat
yang berhubungan dengan waham, jangan meningkat, gembira berlebihan, kepercayaan diri
pernah mengintervensi apapun yang dipikiran sangat meningkat, berkurang kebutuhan
pasien atau dilakukan oleh pasien. jangan pernah tidurnya, banyak ide-ide, banyak berbicara,
mencoba mengubah wahamnya dengan misalnya mudah teralihkan. gangguan mood dapat sangat
kita menyuruh pasien berpikir secara logis berat sehingga dapat menyebabkan hendaya yang
bahwa itu tidak mungkin dan lain2, karena itu sangat jelas dalam fungsi pekerjaannya (jadi
tidak diperbolehkan dalam anamnesis pasien jangan lupa tanya di pekerjaannya bagaimana),
dengan waham dsb, dan juga sebenarnya tidak hubungan sosial dengan orang lain, dan
perlu dan tidak ada gunanya, karena pasien sebagainya. kalau ada gambaran psikotik
dengan waham tidak akan goyah keyakinannya (halusinasi auditorik, waham, dll) jangan lupa
dengan cara/perkataan apapun. jadi apa yang tambahkan diagnosis dengan gejala psikotik.
harus kita lakukan? ikuti pembicaraan pasien dan - episode hipomanik: hampir sama kaya episode
coba ikut dalam cerita2 pasien, jangan takut manik, namun gejalanya tidak berat, tidak ada
kehabisan pembicaraan karena pasien biasanya gejala psikotik, tidak perlu perawatan, hendaya
dengan skizo terutama yang paranoid yang tidak berat. peningkatan moodnya ringan, pikiran
paling banyak, akan banyak bercerita apapun. menjadi lebih tajam, peningkatan energi dan
● setelah kita yakin diagnosisnya skizofrenia tipe aktivitas, tanpa ada hendaya. 
apa (biasanya paling banyak skizo paranoid), - episode depresi mayor: perasaan sedih,
jangan lupa tanyakan dari F0 dan F1, karena anhedonia (tidak ada emosi positif), paling
skizo ada di F2. sedikit sudah terjadi 2 minggu. konsentrasi
● jangan lupa tanyakan apakah sudah minum memburuk, merasa rendah diri, punya ide-ide
obat, jika sudah apa obatnya, sudah berobat ke untuk bunuh diri (psikotik), bisa insomnia atau
dokter atau belum, dan tanyakan hasil hipersomnia, tidak bertenaga & letih, rasa tidak
pengobatannya apakah membaik atau tidak. berharga, rasa bersalah yang berlebihan, terdapat
● setelah selesai, tanya riwayat keluarga dll penurunan berat badan > 5% dalam satu bulan.
aja seperti biasa, baru buat kesimpulan - episode campuran: terdapat gejala baik pada
wawancaranya. episode manik maupun episode depresi.

DD: ● gangguan bipolar I: biasanya dia pada usia


● misalnya skizofrenia paranoid, DDkan dengan muda/remaja awalnya, episode pertamanya dapat
skizofrenia katatonik dan hebefrenik, dan begitu berupa manik ataupun depresi atau campuran.
seterusnya. beberapa diagnosis bipolar I adalah sebagai
berikut:
Penatalaksanaan: - gangguan mood bipolar I, episode manik
● kita lihat dulu gejalanya, kalo dia lebih banyak tunggal, ringan/sedang/berat dengan/tanpa
gejala positif seperti pada skizo paranoid, gejala psikotik atau berat dengan gejala
berikan antipsikotik generasi pertama. pilih salah psikotik —> baru pertama kali manik,
satu aja dari: sebelumnya belum pernah mengalami episode
- haloperidol 5 mg 1x sehari. depresi.
R/ haloperidol tab 5 mg tab no. X - gangguan mood bipolar I, episode kini
S 1 dd tab 1. manik, ringan/sedang/berat dengan/tanpa
- chlorpromazine 100 mg 2x sehari. gejala psikotik atau berat dengan gejala
R/ chlorpromazine tab 100 mg no. XX psikotik —> sekarang dalam kondisi manik,
S 2 dd tab 1. sebelumnya sudah pernah ada depresi mayor.
- gangguan mood bipolar I, episode kini
● kalo banyak gejala negatifnya (kaya katatonik campuran, ringan/sedang/berat dengan/tanpa
dsb), berikan antipsikotik generasi kedua, gejala psikotik atau berat dengan gejala
seperti: psikotik —> saat ini dalam keadaan
- klozapin 50 mg 1x sehari, campuran, sebelumnya sudah pernah salah
satunya antara manik, depresi atau campuran ● pada pasien mania/campuran/depresi dapat
juga. diberikan obat oral: lithium karbonat 200 mg 2x
- gangguan mood bipolar I, episode kini sehari.
hipomanik, ringan/sedang/berat R/ lithium carbonate tab 200 mg tab no. X
dengan/tanpa gejala psikotik atau berat S 2 dd tab 1.
dengan gejala psikotik —> saat ini dalam
keadaan hipomanik, sebelumnya paling ngga GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
sudah pernah 1x gejala manik atau campuran. Anamnesis:
- gangguan mood bipolar I, episode kini ● pasien biasanya datang dengan keluhan cemas
depresi, ringan/sedang/berat dengan/tanpa atau khawatir berlebihan. tanyakan sudah berapa
gejala psikotik atau berat dengan gejala lama. untuk diagnosis harus sudah >6 bulan.
psikotik —> sekarang sedang dalam kondisi biasanya pasien cemas timbul sepanjang hari
depresi, sebelumnya sudah pernah 1x episode (jadi tanyakan cemasnya timbulnya kapan aja). 
manik atau campuran. ● biasanya pasien khawatir akan sesuatu yang
- gangguan mood bipolar I, episode yang mengkhawatirkan ke depannya, seperti
tidak dapat diklasifikasikan saat pekerjaan, sekolah, takut terjadi serangan jantung
ini, ringan/sedang/berat dengan/tanpa gejala dan lain sebagainya. 
psikotik atau berat dengan gejala psikotik —> ● tanyakan apakah pasien mudah gelisah,
memenuhi semua kriteria manik, depresi, menjadi mudah merasa lelah, sulit
hipomanik, ataupun campuran. berkonsentrasi, gampang tersinggung
(iritabilitas), dan apakah sulit tidur. biasanya
● gangguan bipolar II: cirinya adalah episode dapat muncul gejala2 seperti ini. 
berulang hipomanik dan depresi. disebut juga ● tanyakan apakah pasien merasa terganggu
dengan bipolar ringan (soft bipolarity). jadi ga dengan kecemasan yang dialaminya. lalu
ada episode maniknya. diagnosisnya adalah: tanyakan bagaimana hubungan dengan orang2
- gangguan mood bipolar II, episode kini teman2 sekitarnya, di pekerjaannya, apakah
hipomanik, ringan/sedang/berat. masih baik atau tidak. 
- gangguan mood bipolar II, episode kini ● kadang2 pasien dapat juga terdapat berdebar2
depresi, ringan/sedang/berat dengan/tanpa (hiperaktivitas otonom), jd jangan lupa ditanya
gejala psikotik atau berat dengan gejala kadang2 berdebar2 gitu ga. 
psikotik. ● jangan lupa tanyakan apakah sudah minum
obat, jika sudah apa obatnya, sudah berobat ke
● setelah yakin dengan diagnosisnya, jangan dokter atau belum, dan tanyakan hasil
lupa tanya dari F0 - F2 (karena bipolar ada di pengobatannya apakah membaik atau tidak.
F3). sisanya tanyakan riwayat keluarga dan lain- ● setelah yakin dengan diagnosis gangguan
lain. cemas menyeluruh, jangan lupa tanyakan dari F0
● jangan lupa tanyakan apakah sudah minum - F3 (karena cemas menyeluruh ada di F4).
obat, jika sudah apa obatnya, sudah berobat ke selanjutnya seperti biasa (tanyakan RDP, riwayat
dokter atau belum, dan tanyakan hasil penyakit sebelumnya, kesimpulan).
pengobatannya apakah membaik atau tidak.
● jangan lupa rangkumkan. DD:
● gangguan panik.
DD: ● gangguan somatoform.
● gangguan mood bipolar I atau II (dibalik- ● gangguan fobia.
balik).
● skizoafektif. Penatalaksanaan:
● gangguan depresi mayor (kalo WDnya bipolar ● benzodiazepin —> diazepam 2 mg 3x sehari.
episode kini depresi). R/ diazepam tab 2 mg tab no. X
S 3 dd tab 1.
Penatalaksanaan:
● pada pasien mania/campuran yang tidak mau ATAU 
diberikan oral, dapat diberikan: aripiprazol 9.75
mg/injeksi, diberikan tiap 2 jam, 3x dalam ● fluoxetin 20 mg 1x sehari.
sehari. R/ fluoxetine cap 20 mg cap no. X
S 1 dd tab 1.

DAFTAR ISI 2. Migraine


1. Tension type headache 3. Cluster headache
4. Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) ● Pada TTH PF neurologis didapatkan normal.
5. Trigeminal neuralgia
6. Bell’s palsy PEMERIKSAAN PENUNJANG
7. Epilepsi ● Pemeriksaan penunjang biasanya tidak
8. Carpal tunnel syndrome dibutuhkan.
9. Stroke iskemik ● CT/MRI jika dicurigai SOL dan lain2nya.
10. Meningitis
11. Parkinson disease DIAGNOSIS BANDING
12. Tarsal tunnel syndrome ● Migraine.
13. Tetanus ● Cluster headache.
14. Rabies
PENATALAKSANAAN
1. TENSION TYPE HEADACHE ● Biasanya dapat diberikan pereda nyeri seperti
ANAMNESIS NSAID atau cukup parasetamol sebagai
● Pasien biasanya datang dengan nyeri kepala. analgesiknya.
Tanyakan sejak kapan dan bagaimana ● Paling penting adalah edukasi kepada pasien
karakteristik nyeri kepalanya. untuk mengurangi stress/depresi dan mungkin
● Ciri khas TTH adalah nyeri kepala seperti dapat diberikan obat antidepresan.
tertekan atau terikat, biasanya pada lokasi fronto- R/ Parasetamol tab 500 mg No. XX
occipital. Nyeri kepala biasanya bilateral, tidak S 3 dd tab I
pada satu sisi saja, dan nyeri kepala tidak
dicetuskan oleh aktivitas fisik, biasanya lebih 2. MIGRAINE
karena stress. Terdapat dua jenis migraine, migraine without
● Kriteria spesifik TTH yang mungkin dapat aure (common migraine) dan migraine with aura
ditanyakan adalah: (classic migraine). Jangan lupa sebutkan
- Durasi nyeri kepala antara 30 menit - 7 hari. diagnosisnya dengan lengkap.
- Tidak ada mual dan muntah (namun dapat
anoreksia). Kriteria diagnosis migraine without aura:
- Fotofobia ATAU fonofobia. Tanyakan jika ● Minimal sudah terjadi 5x serangan.
melihat cahaya atau mendengar suara keras ● Nyeri kepala berlangsung 4-72 jam (kecuali
apakah nyeri muncul/semakin berat. diterapi).
- Minimal sudah terjadi 10 episode TTH ● Terdapat minimal 2 kriteria nyeri kepala:
sebelumnya untuk diagnosis. - Nyeri unilateral.
- Dapat pula terjadi insomnia, tanyakan apakah - Terasa seperti berdenyut.
pasien sulit tidur. - Kualitas nyeri sedang - berat.
- Biasanya nyeri kepala memberat saat terjadi - Diperberat dengan aktivitas fisik/menghindari
stress. Tanyakan apakah pasien sedang stress aktivitas tertentu.
atau banyak pikiran. ● Selama nyeri kepala terdapat minimal 1 gejala
- Biasanya otot-otot leher, belakang kepala berikut:
hingga bagian frontal kepala terasa tegang. - Mual atau muntah.
- Tidak ada gejala prodromal. Oleh karena itu - Fotofobia DAN fonofobia.
perlu dipastikan bahwa sebelum muncul nyeri
kepala pasien tidak mengalami gejala2 lain Kriteria diagnosis migraine with aura:
seperti melihat cahaya-cahaya, mendengar ● Sama dengan migraine without aura, ditambah:
bunyi2 tertentu, dan lain2. ● Gejala prodromal/aura yang berlangsung 5
● Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat menit sampai kurang dari 1 jam, berupa:
penyakit lain seperti hipertensi, diabetes, dan - Gejala visual, gejala positif (melihat cahaya-
lain-lain. Hipertensi sering dikaitkan dengan cahaya, dll) ataupun gejala negatif (bintik buta,
TTH meskipun dikatakan jarang pada literatur. atau kebutaan), atau keduanya.
● Sisanya tanyakan kemungkinan diagnosis lain - Gejala sensorik, gejala positif (tertusuk jarum)
seperti apakah terdapat pusing berputar, apakah ataupun gejala negatif (baal), atau keduanya.
nyeri terasa berdenyut, apakah saat nyeri kepala - Gangguan bicara/disfasia.
mata berair atau hidung mengeluarkan
cairan/meler, riwayat pengobatan, keluarga dan ANAMNESIS
sosial. ● Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri
kepala. Tanyakan sudah berapa lama. Tanyakan
PEMERIKSAAN FISIK bagaimana nyeri kepala yang dirasakan pasien.
● PF neurologis rutin: kaku kuduk, reflek Pada migraine biasanya nyeri kepala satu sisi
fisiologis dan patologis, pemeriksaan saraf saja/unilateral, dan sifat nyeri terasa seperti
kranial umum III, IV, VI, VII, dan XII, berdenyut (meskipun dikatakan 50% pasien
pemeriksaan motorik ekstremitas atas. kadang tidak berdenyut).
● Nyeri biasanya unilateral, mulai dari daerah
frontotemporal dan okular, lalu menyebar ke ● CT/MRI jika dicurigai SOL dan lain2nya
posterior, dan menjadi difus. Progresivitas nyeri
kepala biasanya dalam 1-2 jam, dan bertahan DIAGNOSIS BANDING
hingga 4-72 jam. Oleh karena itu perlu ● Tension-type headache.
ditanyakan penjalaran nyerinya, dan sudah ● Cluster headache.
berapa lama sejak dirasakan nyeri kepala.
● Nyeri migraine biasanya bervariasi antara PENATALAKSANAAN
sedang - berat. Pasien biasanya cenderung ● Tatalaksana migraine terdiri dari terapi abortif
memliih ruangan yang gelap dan sunyi. Nyeri dan terapi preventif/profilaksis. Terapi abortif
biasanya mereda jika dalam kondisi tenang dan yang dapat diberikan: analgesik (NSAID,
setelah tidur malam. Setelah serangan migraine asetaminofen), golongan ergot dan golongan
biasanya pasien merasa lelah. triptan. Selain itu berikan pasien obat-obatan
● Biasanya pasien juga mengeluhkan adanya simptomatik seperti antiemetik untuk mual dan
mual dan/atau muntah selama serangan. muntah. Terapi profilaksis dapat berupa
● Tanyakan apakah terdapat gejala prodromal antihipertensi, antidepresan.
(kriteria aura: 5-20 menit dan kurang dari 60 ● Nyeri kepala yang ringan sedang dapat
menit), seperti melihat cahaya-cahaya, ditangani dengan asetaminofen ataupun NSAID
pandangan sebagian saja, pandangan seperti jenis apapun. Jika berat maka dapat diberikan
terowongan (tunnel vision), ada titik di tengah golongan triptan. Pengobatan abortif diberikan
pandangan (skotoma sentral), atau halusinasi selama 2-3 minggu saja. Prinsipnya digunakan
seperti mendengar bunyi-bunyi tertentu, atau secara bertahap, yaitu NSAID terlebih dahulu,
halusinasi sensorik seperti parestesi/kesemutan2 jika tidak berhasil ganti dengan ergot, dan
pada tangan, bibir, dan lain2, atau gejala motorik terakhir adalah triptan.
seperti ekstremitas terasa berat, kesulitan ● NSAID yang ideal digunakan adalah aspirin
berbicara, dan lain-lain. Jika ada maka dipastikan dan naproksen karena T1/2 yang cepat kurang
pasien mengalami migraine with aura. dari 1 jam. Namun dapat digunakan NSAID jenis
● Perlu ditanyakan kemungkinan apapun. Untuk naproksen, tablet, dosis awal 500
pencetus/trigger dari migraine: proses hormonal mg, lalu selanjutnya 250 mg 3x sehari. Aspirin
(jika wanita apakah sedang menstruasi, tablet 325 mg 3x sehari.
menggunakan kontrasepsi hormonal), trauma ● Berikan antiemetik: domperidon 10 mg 3x
kepala, kurang olahraga, perubahan jam tidur, sehari.
penggunaan obat-obat tertentu (nitrogliserin, ● Jika ingin memberikan golongan ergot:
histamin, ranitidin, dll), ataupun stress cafergot (ergotamine tartrat 1 mg + cafeinne 100
psikologis. mg) 1-2 tab, maksimal 4 tablet 1 hari, dan 8
● Tanyakan riwayat keluarga yang juga tablet 1 minggu. Dosis ulang dapat diberikan
mengalami migraine. 70% pasien memiliki dengan interval tidak kurang dari 4 hari. Lebih
riwayat keluarga migraine pada first-degree nya.  aman diberikan dihidroergotamine (karena efek
● Sisanya tanyakan seperti biasa.  samping vasokonstriksi tidak terlalu berat).
Dihidroergotamine 2.5 mg (DIHYDERGOT®) 1
PEMERIKSAAN FISIK tablet 2x sehari.
● PF neurologi secara umum: kaku kuduk, reflek ● Triptan dapat diberikan: sumatriptan 50-100
fisiologis dan patologis, pemeriksaan saraf mg (sediaan tablet 100 mg). Kebanyakan pasien
kranial umum III, IV, VI, VII, dan XII, berespon baik dengan dosis awal 50 mg. Berikan
pemeriksaan motorik ekstremitas atas. sumatriptan 50 mg tablet saat serangan, jika
● Tambahan:  disesuaikan dengan keluhan masih kurang efektif dapat diberikan 2 jam
pasien (misal pasien mengeluhkan baal: cek kemudian. Maksimal dosis sumatriptan 300
sensorik secara kasar). mg/24 jam. (TRIPTAGIC®, CETATREX®).
● Kebanyakan pasien menunjukkan hasil Sumatriptan dapat diberikan subkutan/SC 6 mg
pemeriksaan neurologis yang normal. single dose, dapat diulang 1x 1 jam kemudian
● Migraine memiliki banyak spektrum klinis, jika nyeri belum membaik.
seperti: R/ Sumatriptan 100 mg tab No. III
- Hemiparesis unilateral = hemiplegic migraine. S u.c
- Afasia, sinkop, gangguan keseimbangan,
vertigo = basilar migraine. ● Edukasikan untuk menghindari pencetus
- Kelumpuhan N. III, paralisis otot bola mata, migraine: kurang tidur, stress, kelelahan,
ptosis = ophthalmoplegic migraine. beberapa makanan, vasodilator, obat kontrasepsi
hormonal. Edukasikan pula untuk datang kontrol
PEMERIKSAAN PENUNJANG kembali setelah pasien membaik dan diberikan
● Pemeriksaan penunjang biasanya tidak obat profilaksis.
dibutuhkan. ● Jangan lupa rujuk jika pengobatan tidak
berhasil. ● PF yang dapat terjadi: ipsilateral injeksi
konjungtiva, lakrimasi, rinore, kongesti nasal,
R/ Aspirin tab 325 mg No. XXI horner syndrome parsial—ptosis, miosis,
S 3 dd tab I tanpa anhidrosis.
atau
R/ Naproksen tab 500 mg No. XX PEMERIKSAAN PENUNJANG
S 1 dd tab I (selanjutnya 3 dd tab 1/2). ● Diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis
atau dan pemeriksaan fisik. PP tidak terlalu
R/ Asam mefenamat tab 500 mg no. XXI dianjurkan.
S 3 dd tab I ● Darah rutin, CT/MRI (jika perlu).
R/ Domperidon tab 10 mg No. XXI
S 3 dd tab I DIAGNOSIS BANDING
● Migraine.
3. CLUSTER HEADACHE ● Tension-type headache.
ANAMNESIS
● Pasien dengan cluster headache atau histamine PENATALAKSANAAN
headache biasanya datang dengan keluhan nyeri ● Tatalaksana CH dibagi 2: tatalaksana abortif
kepala. Tanyakan bagaimana nyeri kepala yang dan preventif/profilaksis.
dialami pasien. ● NSAID dapat diberikan untuk meredakan
● Biasanya nyeri sangat hebat dan nyeri kepala saja, bukan sebagai terapi definitif.
unilateral/salah satu sisi kepala saja, terutama Pilih NSAID dengan kerja cepat seperti
daerah orbita, supraorbita dan temporal. Durasi naproksen dan aspirin. Naproksen 500 mg tab, 1
serangan biasanya mulai antara 15-180 menit tablet pada awal pemberian, selanjutnya 250 mg
jika tanpa terapi.  3x sehari.
● Yang khas adalah selama serangan nyeri ● Terapi abortif:
kepala didapati adanya gejala lain yang juga - Oksigen 8L/menit selama 10 menit dengan
sifatnya unilateral ipsilateral (minimal ≥1 NRM (nonrebreathing mask).
gejala): injeksi konjungtiva dan/atau - Pemberian obat agonis reseptor 5HT1 =
lakrimasi (mata merah dan berair), kongesti nasal golongan triptan (sumatriptan) dan golongan
dan/atau rinore (hidung tersumbat atau meler), ergot (ergotamine tartrat, dihidroergotamine).
edema kelopak mata (kelopak mata seperti Sumatriptan 50 mg (sediaan tablet 100 mg) pada
bengkak), berkeringat pada sebagian wajah dan awal serangan, dapat diulangi setiap 2 jam,
dahi, miosis dan/atau ptosis (kelopak mata maksimal dosis 300 mg/24 jam.
seperti jatuh sulit dibuka). Dihidroergotamine 2.5 mg tablet 2x sehari.
● Serangan cluster headache bervariasi dari 1 ● Terapi profilaksis: calcium channel bloker
kali setiap 2 hari (selang-seling gitu) hingga 8x seperti verapamil, nimodipine, diltiazem.
serangan dalam 1 hari.  ● Edukasi untuk hindari pencetus serangan,
● Pasien dengan CH dapat dibagi menjadi 2: hindari stress, hindari aktivitas fisik berlebihan.
- CH episodik: jika terdapat 2 fase kluster yang Edukasikan juga pasien untuk tidak merokok
dapat bervariasi dari 7 hari sampai 1 tahun, dan karena dapat menurunkan efektivitas obat.
terdapat periode bebas serangan lebih dari 1
bulan. R/ Sumatriptan 100 mg tab No. III
- CH kronik: fase kluster terjadi lebih dari 1 kali S u.c 
dalam setahun namun tidak ada remisi komplit di atau
antara serangan ataupun remisi sempurna hanya R/ Dihidroergotamine 2.5 mg tab No. X
kurang dari 1 bulan. S 2 dd tab I
——> biasanya pasien mengalami 1-2 kluster R/ Asam mefenamat 500 mg tab No. X
setahun, dengan masing-masing kluster sekitar 2 S 2 dd tab I
minggu - 3 bulan.
● Berkebalikan dengan pasien migraine, 4. Benign Paroxysmal Positional Vertigo
serangan biasanya terutama pada malam hari, (BPPV)
sehingga pasien sulit tidur. Pasien cenderung ANAMNESIS
memilih banyak melakukan aktivitas sebagai ● Keluhan pasien dengan BPPV biasanya
pengalih nyeri. Tidak ada/jarang terjadi mual muncul secara tiba-tiba. Pasien tiba-tiba
ataupun muntah, dan tidak ada gejala prodromal mengalami pusing berputar, seringkali sehabis
sebelum serangan nyeri kepala. Hal ini perlu bangun tidur, saat berpindah posisi pasien
ditanyakan. merasakan sekitarnya seperti berputar. 
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. ● Gejala pusing berputar sangat bervariasi, mulai
dari ringan sampai sangat berat, di mana hanya
PEMERIKSAAN FISIK sedikit pergerakan kepala saja dapat
● Pemeriksaan neurologis rutin. mencetuskan mual dan muntah hebat. 
● Biasanya pasien hanya bisa tidur salah satu - Antikolinergik: merupakan obat pertama yang
posisi saja, jika berputar ke posisi tertentu pasien dulu diberikan dalam menangani vertigo.
akan merasa pusing berputar. Kadang-kadang Berperan sebagai vestibulosupresan dengan
pasien hanya membuka mata saja sudah pusing, bekerja pada reseptor muskarinik. Preparatnya
atau melirik ke arah tertentu juga  adalah skopolamin dan homatropin. ES nya
● Pasien mungkin saja sudah sering mengalami kurang baik seperti gangguan memori, mulut
gejala yang sama sebelumnya.  kering, konstipasi, dan gejala penurunan
● Tanyakan apakah pasien memiliki parasimpatis lainnya.
kemungkinan lain seperti kelemahan anggota
tubuh, wajah terasa baal atau pipi mencong, - Antihistamin: adalah obat yang paling banyak
sering sariawan pada salah satu sisi mulut, diberikan untuk menangani vertigo karena dapat
minum mudah tersedak, sering nyeri kepala berperan sebagai vestibulosupresan terutama
sebelumnya pada malam/subuh, atau pusing anti motion-sickness. Preparat yang biasa
berputar awalnya ringan namun lama-lama diberikan adalah dimenhidrinat, difenhidramin,
semakin berat dan disertai gejala lain, dan prometazin, meklizin, dan lain2. Dimenhidrinat
lain2nya untuk menyingkirkan kemungkinan dapat diberikan 50-100 mg (sediaan tab 50 mg)
stroke infark pada batang otak, neuroma 3-4x sehari. Difenhidramin dapat diberikan 50
akustikus, dan lesi sentral lainnya. mg 3x sehari, dengan dosis maksimum 300
● Tanyakan apakah pasien sering mengalami mg/24 jam.
telinga berdenging yang cukup dominan dan R/ Dimenhidrinat tab 50 mg No. XX
penurunan fungsi pendengaran (DD S 3 dd tab I
dengan Ménière disease). R/ Difenhidramin tab 50 mg No. XX
● Jangan lupa tanyakan riwayat penggunaan obat S 3 dd tab I
ototoksik. 
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. - Histaminergik: obat yang termasuk dalam
golongan ini adalah betahistine. Betahistin
PEMERIKSAAN FISIK sebenarnya agonis reseptor histamin H1 dan
● PF neurologis, dan sesuaikan dengan keluhan.  antagonis reseptor histamin H3 di jaringan saraf.
- Rutin diperiksa: kaku kuduk, refleks fisiologis Dosis betahistine adalah betahistine mesilate 6-
dan/atau patologis, saraf kranial III, IV, VI, VII, 12 mg 3x sehari, atau betahistine HCl 8-16 mg
dan XII, motorik ekstremitas atas. 3x sehari. KI pada feokromositoma, hati2 pada
- Pada vertigo lakukan: Dix-Hallpike, Romberg pasien dengan riwayat aktif asma, ulkus peptik,
dan/atau Romberg dipertajam, dan jika perlu penyakit kardiovaskular.
(dan jika waktu masih sempat) lakukan tes R/ Betahistine mesylate 6 mg tab No. XX
telunjuk hidung, past pointing, heel-to-knee, dan S 3 dd tab I
rapid alternating test.
● Biasanya PF Dix-Hallpike (+). - Antagonis kalsium: obat yang termasuk
● Jika dicurigai pada anamnesis vertigo sentral: golongan ini adalah flunarizin dan cinarizin.
pasti ditemukan defisit neurologis. Mekanisme kerjanya tentu menghambat kanal
kalsium di sistem vestibuler, dan juga flunarizin
PEMERIKSAAN PENUNJANG memiliki sedikit efek antagonis reseptor histamin
● Biasanya tidak terlalu dianjurkan kecuali H1. Flunarizin sangat lipofilik, T1/2nya cukup
dicurigai lesi sentral.  panjang, kadar maks dicapai dalam 2 bulan,
● Darah rutin. kadar obat dalam darah masih dapat terdeteksi
● Elektronistagmografi —> untuk smpai 2-4 bulan. ES biasanya sedasi dan
melihat nistagmus torsional (sulit untuk dilihat peningkatan BB. Flunarizine tablet dapat
secara langsung). diberikan 5-10 mg sehari sblm tidur 1x sehari
(sediaan tablet 5 mg, 10 mg).
DIAGNOSIS BANDING R/ Flunarizine tab 5 mg No. XX
● Ménière disease. S 1 dd tab I.
● Stroke batang otak, acoustic neuroma.
● Cervical vertigo, labyrinitis. ● Edukasikan untuk dilakukannya manuver2
tertentu seperti Epley maneuver.
PENATALAKSANAAN ● Jika dicurigai lesi CerebelloPontine Angle
● Pada kasus yang cukup ringan sebenarnya (CPA) dapat diedukasikan untuk rujuk bedah. 
dapat dilakukan observasi saja karena gejala
dapat hilang dengan sendirinya. 5. TRIGEMINAL NEURALGIA
● Obat-obatan hanya mengurangi gejala saja, ANAMNESIS
tidak menyelesaikan penyebab masalah BPPV ● Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri
yang sebenarnya. seperti tertusuk-tusuk pada bagian wajahnya,
● Terapi medikamentosa yang dapat dipilih: paling sering adalah wajah bagian kanan (5x
lebih banyak dibandingkan wajah sebelah kiri).
Tanyakan sudah berapa lama. Biasanya pasien 6. BELL’S PALSY
sebelumnya sudah mengeluhkan gejala2 sering ANAMNESIS
nyeri pada gigi, terutama saat mengunyah atau ● Pasien biasanya datang dengan keluhan
saat minum air, sehingga bisa saja sudah ke separuh wajah mengalami kelumpuhan. Biasanya
dokter gigi sebelumnya. daerah dahi juga lumpuh, dan kelopak mata tidak
● Nyeri biasanya dicetuskan jika daerah wajah dapat ditutup (lesi N.VII perifer melibatkan juga
disentuh atau saat mengunyah makanan, kelumpuhan bagian dahi dan otot mata,
menggosok gigi, terkena hembusan angin, saat sedangkan pada lesi sentral/stroke biasanya
mencuci muka, ataupun dapat muncul secara pasien tidak ada keluhan pada kelopak mata dan
spontan. dahi masih bisa dikerutkan).
● Nyeri biasanya berada di daerah wajah pipi, ● Tanyakan keluhan lainnya yang mungkin saja
gusi, dagu, ataupun lidah, jarang sekali mengenai ada pada pasien dengan bell’s palsy seperti nyeri
dahi—5% kasus saja (V1/cabang oftalmika n. di daerah telinga atau belakang telinga,
trigeminus). penurunan produksi air mata/mata jadi terasa
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. kering, gangguan pengecapan rasa.
● Tanyakan yang berhubungan dengan DD
PEMERIKSAAN FISIK lainnya, seperti apakah ada gangguan
● PF neurologis rutin saja. pendengaran, mati rasa pada daerah wajah, jika
● Biasanya hanya nyeri pada daerah wajah jika minum sering tersedak, apakah ada kelumpuhan
tersentuh, dan PF lain dalam batas normal. di ekstremitas (lesi di daerah batang otak).
Tanyakan pula apakah terdapat infeksi telinga
PEMERIKSAAN PENUNJANG juga yang sudah lama namun tidak berobat/tidak
● Tidak ada pemeriksaan penunjang yang rutin membaik (otitis maligna).
dibutuhkan untuk membantu diagnosis TN. ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
● Darah rutin, LED (jika curiga temporal
arteritis. PEMERIKSAAN FISIK
● CT scan dll jika perlu saja. ● PF neurologis umum.
● Biasanya didapatkan tanda kelumpuhan N. VII
DIANOSIS BANDING perifer.
● Migraine.
● Cluster headache. PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Multiple sclerosis (late stage MS akan ● Bell’s palsy saja dapat didiagnosis tanpa
menunjukkan gejala trigeminal neuralgia juga). pemeriksaan penunjang lanjutan. 
● Infeksi gigi/gigi berlubang. ● Darah rutin.
● GDS. Pasien DM memiliki risiko mengalami
PENATALAKSANAAN Bell’s palsy 29% lebih tinggi dibandingkan
● Tatalaksana medikamentosa DOC untuk TN orang normal.
adalah antiepileptik karbamazepin ● EMG. Dapat mulai dilakukan setelah 3-10 hari
(TEGRETOL®), dengan tingkat setelah onset kelumpuhan. Kebanyakan
keberhasilan terapi 75%. Berikan karbamazepin kelumpuhan saraf perifer baru muncul kelainan
(sediaan tab 100 mg, tab 200 mg) dosis hari pada EMG setelah 3 minggu. Terdapat
pertama adalah 200 mg/24 jam, dibagi 2x, jadi perbedaan amplitudo yang mengalami
berikan 100 mg 2x sehari pada hari pertama. kelumpuhan dengan sisi normal sebesar 50%,
Lalu naikkan dosis 200 mg per harinya, sampai lebih dari 90% menunjukkan prognosis yang
dicapai dosis harian 400-800 mg/24 jam (jangan lebih burul.
melebihi 1200 mg/24 jam). Range dosis ● CT & MRI —> jika dicurigai kemungkinan
terapeutik adalah 400-800 mg/hari. Jadi lainnya seperti stroke batang otak atau tumor
selanjutnya berikan 200 mg 2x sehari. Jika terapi CPA.
berhasil, maka obat tetap dilanjutkan selama 1
bulan, lalu tapering-off. ES carbamazepine relatif DIAGNOSIS BANDING
ringan seperti sakit kepala, dizziness, sedasi, ● Stroke batang otak.
jarang sekali terjadi agranulositosis. ● Tumor CPA.
R/ Carbamazepine 200 mg tab No. XX
S 2 dd tab 1/2 (hari I), selanjutnya 2 dd tab I PENATALAKSANAAN
● Hampir rata-rata pasien dengan Bell’s palsy
● Beberapa obat antiepilepsi lain yang terbukti murni memiliki prognosis yang baik dan
juga efektif adalah asam valproat dan seringkali terjadi penyembuhan yang spontan.
clonazepam. Tatalaksana diberikan untuk memperbaiki fungsi
● Edukasikan pasien untuk ke dokter gigi jika N. VII lebih baik dan mengurangi kerusakan
pasien memiliki lubang gigi. saraf.
● American Association of Neurology (AAN) karena itu sangat penting ditanyakan mengenai
menyatakan bahwa steroid sangat dianjurkan aktivitas tertentu yang mencetuskan gejala)
karena menghasilkan perbaikan klinis yang baik. seperti berkendara, membaca koran, mencuci,
Dosis yang direkomendasikan adalah 1 mg/kgBB dan lain-lain.
atau 60 mg/hari selama 6 hari, lalu dilanjutkan ● Gejala yang cukup spefisik untuk CTS adanya
dengan tappering off, dengan total durasi 10 gejala pada malam hari berupa nyeri pada jari-
hari.  jari yang membangunkan pasien dari tidur, dan
● Eye care dianjurkan untuk melindungi mata biasanya mereda ketika pasien mengkibas2kan
dari risiko dry eye, abrasi kornea hingga ulkus tangannya.
kornea. Dapat diberikan artificial tears pada pagi ● Biasanya nyeri dapat dilokalisir dengan baik,
dan malam hari, dan dapat dianjurkan untuk meskipun kadang-kadang beberapa pasien tidak
diberikan penutup mata setiap kali tidur. dapat menjelaskan dengan pasti dan mengatakan
nyeri/baal pada seluruh telapak tangan dan jari-
R/ prednison tab 30 mg No. XX jari tangannya (kemungkinan keterlibatan saraf
S 1 dd tab II otonom). Jika pasien juga mengalami
R/ Artificial tears tb No. I keterlibatan saraf otonom, maka dapat pula
S 2 dd gtt I dijumpai keluhan seperti terasa panas/dingin
setiap saat pada tangannya, atau pasien merasa
7. EPILEPSI  tangannya seperti mengalami pembengkakan.
ANAMNESIS ● Pasien juga dapat mengalami kelemahan
● pasien datang dengan keluhan kejang. harus motorik (biasa terjadi pada late-course),
bedain dulu kejangnya kaya gimana. biasanya kemampuan jempol menurun, kekuatan
● kejangnya ada general dan parsial. motorik jari-jarinya pun menurun/melemah.
● general ada tonik klonik (grand mal) dan petit ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
mal (absans).
● tanyain ada demam ngga, karena bisa kejang PEMERIKSAAN FISIK
karena meningitis. ● PF neurologis rutin, pemeriksaan sensorik jari-
● tanya ada riwayat keluarga. jari tangan. Biasanya ditemukan kelainan
● epilepsi: udah 2x kejang tanpa diketahui faktor modalitas sensorik pada jari 123 dan sebagian 4. 
pencetus. ● Pada pemeriksaan motorik jari-jari dapat
ditemukan kelemahan otot jari-jari tangan
PEMERIKSAAN FISIK (secara kasar). Otot-otot yang dipersarafi oleh n.
● PF neurologis rutin. medianus adalah LOAF muscles (Lumbricals 1st
dan 2nd, Opponens pollicis, Abductor pollicis
PEMERIKSAAN PENUNJANG brevis, dan Flexor pollicis brevis).
● darah rutin, EEG, CT scan jika perlu, LP jika ● Tes spesifik/khusus: Hoffmann-Tinel sign,
perlu. Phalen sign, carpal compression test. Biasanya
menghasilkan hasil yang positif.
DIAGNOSIS BANDING
● Kejang hipoglikemik/hipokalsemik. PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Psikogenik seizure. ● Darah rutin: tidak ada hasil yang spesifik.
● Epilepsi parsial/umum (tergantung diagnosis ● Electromyography/EMG dan nerve conduction
pasien apa). study/NCS. Biasanya memberikan hasil spesifik
dan sesuai dengan CTS.
PENATALAKSANAAN
● Epilepsi grand mal tonik klonik: asam valproat DIAGNOSIS BANDING
10 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. ● Pronator teres syndrome (proximal median
● Epilepsi parsial —> karbamazepin 200 mg 2x nerve compression).
sehari PO. ● Neuropati diabetikum.
● Artritis degeneratif.
8. CARPAL TUNNEL SYNDROME ● Sindrom raynaud.
ANAMNESIS
● CTS/carpal tunnel syndrome merupakan PENATALAKSANAAN
sindrom akibat kompresi n. medianus distal, ● Tatalaksana medikamentosa yang dapat
sehingga gejala biasanya sesuai dengan distribusi dilakukan dokter umum pada CTS berupa
n. medianus. Pasien biasanya datang dengan pemberian NSAID selama 1-2 minggu. NSAID
keluhan baal/kebas/kesemutan pada jari-jarinya, yang dapat diberikan berupa naproksen,
terutama pada jari 1-2-3-sebagian 4 (jangan lupa diklofenak, ibuprofen, indometasin.
tanyakan tangan kiri atau kanan, atau keduanya). R/ Naproksen tab 500 mg No. XX
● Gejala biasanya hilang timbul dan S 2 dd tab 1
berhubungan dengan aktivitas tertentu (oleh R/ Na diklofenak tab 50 mg No. XX (®cataflam)
S 3 dd tab 1 ekstrakranial.
R/ Ibuprofen tab 400 mg No. XX - Lokalisasi nyeri.
S 3 dd tab 1 - Melihat adanya komorbiditas.
(jangan lupa edukasi konsumsi NSAID yang
benar, yaitu setelah makan jangan saat perut PEMERIKSAAN PENUNJANG
kosong). ● CBC.
● Dapat pula diberikan injeksi steroid yang ● CT scan dan MRI jika perlu.
memberikan efektifitas jangka panjang yang ● Profil lipid —> jika dicurigai dislipidemia
cukup baik dan memberikan outcome yang baik ● Gula darah sewaktu, GDP, GD2PP —> jika
jika terapi konservatif gagal.  dicurigai DM.
● Pasien yang tidak merespon dengan ● EKG —> jika dicurigai kelainan jantung.
tatalaksana konservatif dan CTS derajat berat
(diketahui melalui EMG atau NCS) dapat DIAGNOSIS BANDING 
dilakukan tindakan pembedahan. ● Stroke hemoragik intraserebral.
● Edukasi: turunkan berat badan jika obesitas, ● Perdarahan subaraknoid.
hindari aktivitas yang menggunakan pergelangan
tangan dan kekuatan tangan berlebihan.  PENATALAKSANAAN
● Tujuan utama tatalaksana stroke akut adalah
9. STROKE ISKEMIK menjaga jaringan otak dalam kondisi iskemik
ANAMNESIS penumbra tetap hidup, supaya tidak menambah
● Pasien biasanya datang dengan keluhan defisit jaringan yang infark.
neurologis yang tiba-tiba. Paling sering pasien ● Strategi rekanalisasi/revaskularisasi:
biasanya datang dengan keluhan kelumpuhan pemberian IV rTPA (jangan diberikan saat
salah satu sisi tubuh. Tanyakan sudah berapa OSCE karena hanya boleh diberikan dengan
lama. kondisi khusus).
● Tanyakan pula keluhan2 defisit neurologis ● Antiplatelet: aspirin 325 mg PO dalam 1-2 hari
lainnya seperti (tergantung sirkulasi anterior atau onset stroke lalu dilanjutkan dengan dosis 75 mg
posterior): PO 1x sehari, dan clopidogrel tablet 75 mg 1x
- Defisit sensorik (terasa baal pada tubuh yang sehari PO.
mengalami kelumpuhan). ● Antihipertensi: labetalol 100 mg 2x sehari PO. 
- Gangguan penglihatan, defek lapang pandang, ● Langsung rujuk untuk dirawat dan edukasi
diplopia. mengenai penyakit, hindari faktor risiko, dan
- Gangguan suara (disatria). rehabilitasi.
- Wajah lumpuh separuh, tapi tetap dapat
mengangkat alis dan mengerutkan dahi. 10. MENINGTIS 
- Ataksia, vertigo, nistagmus —> gangguan ANAMNESIS
keseimbangan. ● Pasien biasanya datang dengan trias meningitis
- Afasia —> kesulitan bicara (broca), bicara yaitu sakit kepala, demam, dan kekakuan pada
lancar namun kacau karena tidak dapat mengerti leher (kaku kuduk, biasa dipastikan pada saat
pembicaraan (wernicke). pemeriksaan fisik). Gejala ini dapat muncul
● Tanyakan apakah terdapat penyakit yang dapat dalam waktu beberapa jam hingga 1-2 hari
menjadi faktor risiko terjadinya stroke seperti sebelumnya. 
hipertensi, diabetes mellitus, ● Gejala-gejala lain yang dapat muncul dan perlu
hiperkolesterolemia, dislipidemia, riwayat ditanyakan berupa: mual muntah, fotofobia (silau
serangan jantung sebelumnya (sindrom koroner), saat melihat cahaya), keluhan seperti pasien
fibrilasi atrium, dan lain-lain. tampak lemas dan mengantuk, iritabel, hingga
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. terjadinya penurunan kesadaran. 
● Jika terjadi kejang atau penurunan kesadaran
PEMERIKSAAN FISIK disertai dengan tanda-tanda meningitis —>
● KU, kesadaran, TTV, PF neurologis lengkap meningoensefalitis. Sebenarnya meningitis dan
(pupil, rangsang meningeal, refleks fisiologis, meningoensefalitis adalah term yang kurang
relfleks patologis, saraf kranial 3,4,6,7,12, lebih sama, karena pada akhirnya meningitis
motorik ekstremitas atas bawah, sensorik akan menyebabkan gejala penurunan kesadaran.
ekstremitas atas bawah, keseimbangan dan ● Meningitis akut biasanya berupa meningitis
koordinasi). bakterial, sehingga perlu ditanyakan
● Jika dicurigai stroks sirkulasi posterior/batang kemungkinan infeksi2 lain seperti sinusitis atau
otak: lakukan pemeriksaan saraf kranial lengkap, otitis media dan lain2nya. Kecuali jika pasien
dix-hallpike, keseimbangan dan koordinasi. sebelumnya sudah mengkonsumsi antibiotik
● Tujuan pemeriksaan fisik pada pasien dengan (maka perlu ditanyakan riwayat penggunaan
stroke adalah: obat).
- Deteksi penyebab penyebab stroke ● Meningitis subakut dapat disebabkan karena
bakteri ataupun virus, dengan gejala muncul ● Abses otak.
dalam 1-7 hari. Meningitis kronik dapat
disebabkan karena virus ataupun tuberkulosis PENATALAKSANAAN
(tanyakan riwayat batuk-batuk lebih dari 3 ● Tatalaksana tentu harus disertai rujukan ke
minggu), dan memberikan gejala lebih dari 1 dokter spesialis saraf. Tatalaksana disesuaikan
minggu. dengan kemungkinan penyebab terjadinya
● Perlu ditanyakan komorbiditas penyakit lain meningitis pada pasien.
seperti diabetes melitus, HIV/AIDS, gangguan ● Menigitis bakterial: 
hepar atau ginjal sebelumnya. - Cefotaxime – 2 g IV setiap 4 jam.
● Perlu ditanyakan mengenai pajanan-pajanan - Ceftriaxone – 2 g IV setiap 12 jam.
tertentu yang dapat memberikan clue tertentu - Vancomycin – 750-1000 mg IV setiap 12 jam
untuk membantu diagnosis, seperti: atau 10-15 mg/kgBB IV setiap 12 jam.
- Riwayat kontak seksual tidak aman sebelumnya ● Meningitis viral: tergantung penyebab,
(kemungkinan meningitis HSV, tanyakan juga biasanya simptomatik. Pada meningitis e.c CMV
keluhan terkait herpes simpleks). dapat diberikan ganciclovir atau foscarnet.
- Riwayat gigitan binatang sebelumnya. ● Meningitis tuberkulosis: (rekomendasi lama
- Riwayat kontak dengan binatang ternak pengobatan 9-12 bulan)
sebelumnya seperti sapi atau babi (kemungkinan - Isoniazid 300 mg/day
Brucellosis). - Rifampin 600 mg/day
● Tanyakan riwayat pengobatan sebelumnya, - Pyrazinamide 15-30 mg/kg/day
adakah riwayat minum alkohol (alkohol dan - Ethambutol 15-25 mg/kg/day
sirosis dapat meningkatkan risiko meningitis). - Streptomycin 7.5 mg/kg setiap 12 jam.
● Jangan lupa untuk menanyakan riwayat - Dapat diberikan steroid pada meningitis TB
bepergian ke daerah predisposisi meningitis, grade 2-3: deksametason 60-80 mg/hari.
dapat ditanyakan seperti apa sedang sehabis naik
haji namun tidak divaksin. 11. PARKINSON DISEASE
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa ANAMNESIS
● Pasien biasanya datang dengan gejala
PEMERIKSAAN FISIK parkinsonisme yaitu TRAP (Tremor, Rigiditas,
● PF neurologis rutin. Biasanya didapatkan Akinesia/bradikinesia, dan Postural instability).
pemeriksaan tanda rangsang meningeal (+).  Gejala berupa tremor (pill rolling tremor) yang
● Jika pasien sebelumnya mengeluhkan ada muncul saat istirahat, hilang saat bergerak atau
infeksi telinga atau sinusitis maka dapat tidur. Pasien juga mengalami kaku pada otot-
dilakukan pemeriksaan singkat saja pada telinga ototnya saat digerakkan, gerakan pasien juga
dan hidung. melambat atau lambat memulai suatu gerakan,
● Dapat pula muncul tanda-tanda lesi neurologis dan pasien cenderung mudah jatuh.
fokal pada saraf2 kranial (biasanya N. III, IV, ● Pasien juga biasanya menujukkan wajah yang
VI, VII, paling sering VI) yang disebabkan tidak berekspresi (masked facies), jarang
karena peningkatan tekanan intrakranial sebagai berkedip, postur tubuh membungkuk, kalau
akibat dari edema atau eksudat. berjalan biasanya langkahnya kecil-kecil dan
perlahan menjadi cepat, suara menjadi lebih
PEMERIKSAAN PENUNJANG pelan (hipofonia) dan tulisan tangan menjadi
● Darah rutin. kecil-kecil (mikrografia).
● GDS. Untuk membandingkan kadar gula darah ● Biasanya gejala tremor muncul lebih dulu dari
dengan LCS. pada gejala lain2nya. Jika gejala instabilitas
● Serum elektrolit. Untuk menilai apakah terjadi postural lebih berat dari awal maka harus
dehidrasi dan kemungkinan terjadinya salah dipikirkan kemungkinan diagnosis banding
satu komplikasi meningitis yaitu SIADH lainnya. 
(syndrome of inappropriate secretion of ● Perlu diingat bahwa parkinson disease (PD)
antidiuretic hormone). merupakan parkinsonisme yang idiopatik atau
● Lumbal pungsi (LP). primer, tanpa penyebab lainnya. Berbeda dengan
● CT scan. Dapat dilakukan sebelum LP untuk parkinson plus yang memiliki gejala
menilai risiko terjadinya herniasi e.c LP.  parkinsonisme sebagai salah satu dari gejalanya.
● Kultur darah ● Tanyakan riwayat penggunaan obat-obat yang
dapat menyebabkan gejala parkinsonisme seperti
DIAGNOSIS BANDING antipsikotik dan metoklopramide, dan
● Meningitis/meningoensefalitis tipe lainnya penggunaan pestisida MPTP.
(misal WD meningitis bakterial, DD ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa. 
bakterial/TB)
● Ensefalitis. PEMERIKSAAN FISIK
● Stroke iskemik. ● PF neurologis rutin.
● Cek rigiditas, cogwheel phenomenon, pull test konstipasi, retensi urin, gangguan memori hingga
—> biasanya positif. aritmia jantung dan lain-lain. 
- Triheksifenidil 1 mg tablet 3x sehari.
Pada gambar di atas pada orang normal saat R/ Triheksifenidil 1 mg tab No. X
ditarik ke belakang maka secara otomatis kaki S 3 dd tab 1
salah satu akan menumpu ke belakang, Namun
pada parkinson kaki akan tetap diam saja tidak ● Pada pasien usia kurang dari 60 tahun lebih
bergerak. cocok diberikan agonis dopamin. Tujuannya
untuk memperlambat terjadinya efek samping
PEMERIKSAAN PENUNJANG komplikasi levodopa. Terdapat dua
● Tidak ada pemeriksaan penunjang khas untuk macam sediaan: ropinirole dan pramipexole.
parkinson. - Ropinirole 0.25 mg 3x sehari, 1 minggu
● Darah rutin. kemudian dinaikkan 0.75 mg (1 mg) hingga
● CT/MRI jika kecurigaan diagnosis lain. minggu keempat pemberian, selanjutnya
diberikan 1.5 mg (2.5 mg), begitu seterusnya.
DIAGNOSIS BANDING Kebanyakan pasien membutuhkan dosis 2-8 mg
● Parkinsonisme atipikal/parkinson plus: untuk hasil optimal.
- Multiple system atrophy/MSA: R/ Ropinirole 0.25 mg tab No. XX
terdapat gejala otonom seperti inkontinensia, S 3 dd tab 1
hipotensi ortostatik.
- Corticobasal degeneration: terdapat tanda lesi - Pramipexole 0.125 mg 3x sehari, 1 minggu
pada korteks seperti apraksia. kemudian dosis dinaikkan 2x lipat (0.25 mg),
- Progressive supranuclear palsy: postural dan dinaikkan lagi pada minggu berikutnya (0.5
instabilitas lebih berat pada awal penyakit dari mg), dan minggu berikutnya dinaikkan sebesar
pada gejala tremor. 0.75 mg (1.25 mg) tergantung dari respon dan
● Parkinsonisme iatrogenik (karena penggunaan toleransi pasien. Kebanyakan pasien
obat antipsikotik/neuroleptik atau membutuhkan dosis 0.5-1.5 mg 3x sehari.
metoklopramide). R/ Pramipexole 0.125 mg tab No. XX
S 3 dd tab 1
PENATALAKSANAAN
● Tatalaksana pada pasien usia tua >60 tahun 12. TARSAL TUNNEL SYNDROME
adalah levodopa. Levodopa perlu ANAMNESIS
dikombinasikan dengan carbidopa ● TTS/tarsal tunnel syndrome merupakan
(dekarboksilase inhibitor agar levodopa tidak kompresi n. tibialis posterior yang melalui
langsung aktif di plasma sehingga mengurangi fleksor retinakulum dan biasanya keluhan pada
efek samping seperti hipotensi ortostatik, mual daerah mata kaki/ankle (maleolus medialis).
da muntah, namun untuk menghilangkan efek Gejala pada TTS bervariasi, biasanya berupa
samping on-off phenomenon perlu ditambahkan gangguan sensorik seperti nyeri tajam hingga
entacapone (COMT inhibitor) agar levodopa- terasa baal, kelemahan motorik, otot-otot yang
carbidopa tidak dimetabolisme lebih cepat tampak atrofi, hingga gangguan gait. Namun
(karena hasil metabolismenya juga mengganggu biasanya pasien lebih sering cenderung datang
farmakokinetik levodopa itu sendiri). dengan nyeri pada daerah mata kaki.
- Levodopa 100 mg tablet 3x sehari sebelum ● Perlu ditanyakan apakah sebelumnya terdapat
makan. riwayat yang dapat berhubungan dengan
- Levodopa/carbidopa (®sinemet) 100 mg/25 terjadinya TTS seperti riwayat trauma, patah
mg (4:1) 3x sehari sebelum makan. tulang, keseleo berat (severe ankle sprains),
- Levodopa/carbidopa/entacapone (®stalevo) stretch injury, dan lain-lain. Penyebab TTS
100 mg/25 mg/ 200 mg 3x sehari sebelum sangat multifaktorial. TTS juga dapat
makan. Kombinasi ini biasanya tidak dipakai berhubungan dengan aktivitas sehari-hari, oleh
pada awal tatalaksana parkinson disease. karena itu perlu ditanyakan aktivitas yang
R/ Levodopa 100 mg tab No. XX mencetuskan nyeri.
S 3 dd tab 1 ac ● Tanyakan penyakit2 yang dapat menyebabkan
R/ Carbidopa 25 mg tab No. XX neuropati seperti DM, hipotiroid, atau
S 3 dd tab 1 ac penggunaan obat-obat yang dapat menyebabkan
R/ Entacapone 200 mg tab No. XX neuropati seperti kolkisin, metronidazole, litium,
S 3 dd tab 1 ac fenitoin, dan lain-lainnya. 
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.
● Antikolinergik dapat diberikan untuk
mengatasi tremor dan hipersalivasi (drooling).
Jangan berikan pada pasien usia tua. Efek
samping berupa mulut kering, mual muntah,
perbaikan dapat dilakukan injeksi steroid hingga
tindakan pembedahan.

13. TETANUS
ANAMNESIS
● Pasien biasanya datang dengan keluhan kaku
pada rahang (jaw stiffness) dan diikuti dengan
kaku pada otot ekstremitas (trismus). Jangan lupa
pasien biasanya terdapat riwayat luka terbuka
sebelumnya. 
● Ingat gejala tetanus dapat muncul dari rentang
1 hari hingga 1 bulan setelah terjadinya luka.
Biasanya gejala awal berupa demam, lemas,
PEMERIKSAAN FISIK kemudian baru muncul gejala klasik tetanus
● PF neurologis rutin. seperti trismus, risus sardonikus (otot wajah
● Tinel sign (dilakukan pada maleolus medialis): hipertonus seperti menyengir), opistotonus
biasanya didapatkan nyeri dan parestesi sesuai (tubuh melekuk dengan dengan leher
dengan persarafannya. hiperekstensi), dan spasme otot. Hal ini semua
● Pemeriksaan sensorik dan motorik.  perlu ditanyakan.
● Nyeri biasanya dapat dicetuskan pada posisi ● Tanyakan keluhan2 lain yang dapat
kaki eversi dan dorsofleksi. muncul seperti sulit menelan (disfagia), kesulitan
bernafas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG ● Tetanus memiliki manifestasi luas:
● Darah rutin. Biasanya tidak ada hasil spesifik. - Tetanus lokal: biasanya terjadi pada kasus
● EMG/elektromiografi dan NCS/nerve ringan. Area lokasi yang terkena tetanus sempit
conduction studies. EMG dapat menunjukkan dan terbatas, begitu pula dengan spasme otot
adanya pemanjangan latensi n. tibialis posterior yang terjadi —> rigiditas otot di sekitar luka,
menuju otot yang dipersarafinya yaitu m. kelemahan otot karena lesi LMN, dapat sembuh
abductor hallucis atau m. abductor digiti quinti. dengan sendirinya (self-limited), dan sering
● Pemeriksaan GDS, GDP —> jika dicurigai progresif menjadi tetanus geleralisata.
neuropati diabetikum. Neuropati diabetikum - Tetanus generalisata: otot yang pertama kali
biasanya memberikan gejala yang simetris. mengalami spasme adalah otot wajah dan
● Röntgen ankle. rahang. Hal ini diasumsikan terjadi karena jarak
ini yang paling pendek yang perlu ditempuh oleh
DIAGNOSIS BANDING toksin tetanus. Selanjutnya terjadi spasme otot
● Neuropati diabetikum. menyeluruh yang nyeri, rigiditas otot abdomen,
● Drop foot/peroneal palsy. tangan fleksi dan kaki ekstensi.
- Tetanus sefalik: terjadi jika terdapat luka pada
daerah kepala atau otitis kronis dengan infeksi
● Plantar fascilitis. lokal pada telinga atau mastoid (kontak dengan
● Ankle sprain. udara luar) yang mengandung C. tetani.
Seringkali saraf kranial ikut terlibat —> spasme
PENATALAKSANAAN otot faring atau laring —> kemungkinan dapat
● Tatalaksana utama adalah edukasi untuk terjadi aspirasi ataupun obstruksi jalan nafas —>
mengistirahatkan otot dan pergelangan kaki, prognosis cukup buruk.
kompres dingin dengan es, dan - Tetanus neonatorum. 
imobilisasi/pembatasan aktivitas sementara ● Biasanya gejala kejang sangat sensitif yang
hingga gejala membaik. dapat dicetuskan dengan hal-hal kecil seperti
● Dapat diberikan antinyeri umum seperti cahaya dan suara bising, sehingga pasien
NSAID. biasanya tidak dapat berada di ruang yang bising
R/ Naproksen tab 500 mg No. XX dan terang.

S 2 dd tab 1 PEMERIKSAAN FISIK


R/ Na diklofenak tab 50 mg No. XX (®cataflam) ● PF neurologis rutin.
S 3 dd tab 1
R/ Ibuprofen tab 400 mg No. XX PEMERIKSAAN PENUNJANG
S 3 dd tab 1 ● Darah rutin.
(jangan lupa edukasi konsumsi NSAID yang ● Toksikologi (jika dicurigai adanya keracunan
benar, yaitu setelah makan jangan saat perut zat tertentu seperti striknin dan fenotiazin).
kosong).
● Jika tatalaksana konservatif tidak memberikan DIAGNOSIS BANDING
● Keracunan striknin, fenotiazin. demam, menggigil, faringitis, mual muntah,
● Distonia akut. diare, ansietas, agitasi, insomnia, depresi.
● Abses gigi. ● Setelah gejala prodromal, terjadi gejala
● Rabies. neurologik akut:
- Faskulasi otot, priapismus, kejang fokal dan
PENATALAKSANAAN generalisata.
● Antitoksin harus diberikan sesegera mungkin - Pasien dapat meninggal secara tiba-tiba.
untuk deaktivasi toksin tetanus yang beredar - Dapat terjadi paralisis ekstremitas yang
dalam sirkulasi dan mencegah uptake ke sistem mengalami gigitan, dan dapat berkembang
saraf. Preparat yang tersedia: human tetanus menjadi difus.
immunoglobulin (H-TIG) dan equine - Agitasi, hiperaktivitas, tidak tenang, meronta-
antitoxin/ATS. Dosis terapi standar TIG adalah ronta, menggigit, halusinasi. 
3000-6000 IU IM single dose (sediaan H-TIG 1 - Periode ganas tersebut disebut sebagai furious
suntik 250 IU 1cc ®TETAGAM). episode.
R/ Tetagam 250 IU 1 cc amp No. XII - Setelah beberapa jam dan hari, pasien menjadi
S i m m. tenang dan kooperatif (periode lucid), dan
selanjutnya serangan bersifat episodik. Episode
● Berikan tetanus toxoid (TT) 0.5 ml IM pada furious setelah itu biasanya kurang dari 5 menit,
lokasi yang berbeda. Berikan hingga total 3 dosis dan dapat dicetuskan ataupun spontan.
dengan interval jarak pemberian 2 minggu. - 20% pasien tidak mengalami episode furious,
Sediaan TT adalah 1 vial 5 cc untuk 10 dosis (1 hanya bergejala nyeri kepala hebat dan demam.
dosis 0.5 cc) - Periode tenang/lucid dapat berkembang
R/ Tetanus toxoid fl No. I menjadi delirium, stupor, dan koma hingga
S i m m. meninggal.
● Salah satu gejala patognomonik adalah
● Antibiotik: metronidazole 400 mg per-rektal hidrofobia dan aerofobia. Saat pasien ingin
atau 500 mg IV setiap 6 jam selama 7 hari. minum ataupun merasakan adanya udara
Alternatifnya berupa penisilin 100.000-200.000 mengenai wajahnya maka pasien dapat
IU/kg per hari. Dapat juga diberikan mengalami spasme laring berat ataupun spasme
benzilpenisilin 1.2 g tiap 4 jam IV.  otot diafragma, terlihat seperti
R/ Metronidazole tab 500 mg No. XXI mengalami asfiksia.
S 3 dd tab 1. ● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa.

● Pada kondisi ringan dapat diberikan golongan PEMERIKSAAN FISIK


benzodiazepin seperti diazepam 5-20 mg tiap 8 ● KU kesadaran TTV.
jam PO, atau untuk kontrol spasme 0.05-0.2 ● PF neurologik: kaku kuduk, refleks fisiologis,
mg/kg per jam IV. Atau dapat pula diberikan refleks patologis, saraf kranial rutin (3, 4, 6, 7,
fenobarbital 1.0 mg/kgBB per jam IM.  12), motorik ekstremitas atas bawah, sensorik
R/ Diazepam tab 5 mg No. X ekstremitas atas bawah.
S 3 dd tab 1. ● Pada rabies biasanya didapatkan instabilitas
otonom (terutama pada fase furious): demam,
14. RABIES takikardi, hipertensi, hipersalivasi, anisokoria
ANAMNESIS dengan dilatasi pupil fixed (“blown pupil”, dapat
● Rabies merupakan penyakit virus yang dikira sebagai mati batang otak), kelumpuhan
mengenai sistem saraf pusat. Virus rabies otot wajah, midriasis, lakrimasi, salivasi
termasuk dalam genus Lyssavirus, single- berlebihan, berkeringat, hipotensi postural.
stranded RNA. ● Dapat terjadi paralisis, kaku kuduk, dapat
● Pasien biasanya memiliki riwayat terkena tampak paralisis simetris seperti pada GBS
gigitan binatang liar. Binatang yang dicurigai namun sensorik masih baik.
dapat menularkan rabies jika binatang tersebut ● Gagal nafas biasanya terjadi dalam 1 minggu
memiliki sikap yang aneh dan tidak biasanya. terjadinya gejala neurologik. Dengan tatalaksana
● Masa inkubasi rata-rata 20-90 hari, pernah suportif yang intensif, pasien dapat bertahan
mencapai 7-19 tahun. Namun 90% di bawah 1 selama 3-4 bulan, meskipun ujungnya biasanya
tahun. Inkubasi < 50 hari biasanya jika gigitan mengarah pada kematian.
dekat dengan kepala.
● Gejala prodromal (berlangsung selama 2-10 PEMERIKSAAN PENUNJANG
hari): muncul gejala tidak spesifik seperti: ● Jika pasien datang dengan luka baru dan belum
- Parestesia/baal, nyeri, gatal yang cukup intens ada gejala: tidak ada pemeriksaan spesifik.
pada daerah yang terkena gigitan, terjadi ● Jika pasien datang sudah dengan gejala
pada 50% kasus. ensefalitis:
- Gejala lain: malaise, anoreksia, sakit kepala, - Biopsi kulit dari tengkuk leher. Antigen rabies
dapat dideteksi pada saraf kutaneus dengan resiko rendah diberi VAR saja. 
direct fluorescent antibody. 3. Kategori 3: jilatan/luka pada mukosa, luka
- Corneal touch impression. Jarang dilakukan. diatas daerah bahu (muka,kepala,leher),luka pada
Melakukan scraping kornea dan diwarnai dengan jari tangan/ kaki, genitalia, luka yang
direct fluorescent antibody. lebar/dalam dan luka yang banyak (multiple)/
- Kultur virus dan PCR. Dapat diambil dari atau ada kontak dengan kelelawar, maka
saliva, LCS, jaringan otak. gunakan VAR dan SAR.
- Analisa gas darah.
- Darah rutin. ● Vaksin rabies dianjurkan diberikan pada
- Urinalisis. Dapat terjadi albuminuria dan piuria semua orang dengan riwayat kontak dengan
steril. hewan pengidap rabies. Jenis vaksin rabies:
● Rontgent thorax. Dapat ditemukan infitrat jika - HDCV: human diploid cell vaccine.
terjadi aspirasi, gagal jantung kongestif, dan lain- - PVRV: purified vero cell rabies vaccine.
lain. - PCEC: purified chick embryo cell vaccine.
● CT scan. - SMBV: suckling mouse brain vaccine.
● EEG. - DEV: duck embryo vaccine (sudah tidak
digunakan).
DIAGNOSIS BANDING
● Ensefalitis. ● Vaksin PVRV (Purified Vero Rabies Vaccine)
● Guillain-Barre Syndrome. terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut
● Tetanus. sebanyak 0,5 ml dalam syringe. 
- Dosis dan cara pemberian VAR sesudah
PENATALAKSANAAN digigit: IM di daerah deltoideus/lengan atas
kanan dan kiri, 0,5 ml (anak dan dewasa) 4x
● Terdapat 3 unsur yang penting dalam PEP pemberian yaitu hari ke 0 (dua kali pemberian
(Post Exposure Praphylaxis), yaitu: (1) sekaligus), hari ke 7 satu kali pemberian dan hari
perawatan luka, (2) serum antirabies (SAR), dan ke 21 satu kali pemberian. 
(3) vaksin antirabies (VAR).  - Dosis dan cara pemberian VAR + SAR sesudah
● Bersihkan luka dari saliva yang mengandung digigit; cara pemberiannya sama di atas. Dosis
virus rabies —> sikat dengan sabun dan air untuk anak dan dewasa sama, ditambah ulangan
(sebaiknya air mengalir) selama 10-15 menit, 0,5 ml pada hari ke 90.
dikeringkan, beri antiseptik (alkohol 70%,
povidon-iodine). Luka sebisa mungkin tidak ● Serum antirabies (HRIG): dosis dan Cara
dijahit. JIka memang diperlukan penjahitan, Pemberian Serum Anti Rabies (SAR).
dilakukan jahitan situasional dan beri SAR 1. Serum heterolog (equine antitoksin/kuda),
secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak kemasan vial 20 ml (1 ml = 100 IU). Cara
mungkin dan sisanya secara IM.  pemberian: suntik infiltrasi disekitar luka
● Pertimbangkan pemberian serum dan vaksin sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan IM.
anti tetanus juga, serta antibiotik untuk Dosis 40 IU/KgBB diberikan bersamaan dengan
mencegah infeksi dan analgetik. pemberian VAR hari ke 0 (skin test dulu).
2. Serum homolog, mempunyai kemasan bentuk
● Rekomendasi WHO mencegah rabies vial 2 ml (1 ml = 150 IU). Cara pemberian:
tergantung terhadap adanya kontak: disuntikkan secara infiltrasi disekitar luka
1. Kategori 1: menyentuh, memberi makan sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan
hewan atau jilatan hewan pada kulit yang intak intramuskular. Dosis 20 IU/kgBB diberikan
karena tidak terpapar tidak perlu profilaksis, bersamaan dengan pemberian VAR hari ke 0
apabila anamnesis dapat dipercaya.  (skin test dulu).
2. Kategori 2: termasuk luka yang tidak
berbahaya adalah jilatan pada kulit luka, ● Pada rabies simptomatik, biasanya pasien akan
garukan, atau lecet (erosi ekskoriasi), luka kecil fatal sehingga pemberian obat biasanya hanya
disekitar tangan, badan, dan kaki. Untuk luka bersifat simptomatik saja.

DAFTAR ISI 3. Hipertensi esensial.


1. Gagal jantung kongestif dan cor pulmonale. 4. VES (ventrikular ekstrasistol)/PVC (premature
2. Angina pektoris stabil, UAP, NSTEMI, ventricular contraction).
STEMI.
1. GAGAL JANTUNG KONGESTIF dan
COR PULMONALE PEMERIKSAAN PENUNJANG
ANAMNESIS ● foto torak: kardiomegali.
● Tanya sesaknya, yang memperberat apa, yang ● EKG: lihat hipertrofi ventrikel kiri (kalo
memperingan apa. pertama curiga paru dulu, penyebabnya hipertensi). dilihat dari aksis
kaya asma eksaserbasi akut, atau PPOK (sadapan I dan aFV).
eksaserbasi akut. cari kecurigaan asma (kaya ● ekokardiografi: hipertrofi ventrikel sama
alergi dll), PPOK (merokok, pake masker ga kalo atrium kiri (gagal jantung kiri).
naik motor dsb, ada batuk ga di malam hari ● BNP (brain natriuretic peptide): kalo otot
makin parah di malem, sputumnya purulen dsb). jantung meregang dia mengeluarkan BNP.
● Kalo misalnya udah bukan dari paru, kita ● ureum kreatinin, hitung kreatinin, GFR (140 -
langsung balik dari jantung. pas dateng seseknya BB / kadar kreatinin serum x 72).
parah atau ngga, kalo parah berarti dia gagal
jantung akut. kalo dia perlahan2 berarti gagal DIAGNOSIS BANDING
jantung kronik. kalo akut yang ditakutin adalah ● edema paru.
edem paru. ● gagal jantung akut.
● Misalnya dia gagal jantung akut kiri karena ● cor pulmonale.
mitral stenosis, bisa terjadi edem pulmonal. 
● Gagal jantung kronik dia seseknya pelan-pelan PENATALAKSANAAN
makin lama makin parah.  ● Furosemide 40 - 80 mg PO. sambil cek ureum
● COR PULMONALE: awalnya ada gangguan kreatinin, kalo naik ganti pake thiazide.
di paru, jadi gejalanya kongesti jantung kanan. R/ furosemide tab 40 mg tab No. X
● Tanya apakah dia cepet capek atau ngga, S 1 dd tab 1
karena gagal jantung pasti dia ada keterbatasan
aktivitas yang dulunya bisa banyak aktivitas trus ● Lisinopril 10 mg PO 1x sehari. kalo
sekarang dia susah (misalnya susah naik tangga, batuk kasih ARB = losartan 25 mg 1x sehari.
dll). R/ lisinopril tab 10 mg tab No. X
● FRAMINGHAM CRITERIA (gagal S 1 dd tab 1
jantung kronik): beberapa aja ditanyain. atau
contoh paroxysmal nocturnal dyspnoe —> dia R/ losartan 25 mg tab No. X
tidur trus malem2 kebangun lagi harus duduk S 1 dd tab 1
sebentar baru tidur lagi, biasanya onsetnya 3 jam.
trus ortopnoe —> tidur perlu ditinggiin Edukasi
bantalnya ga bisa datar kaya biasa. atrus ada ● rujuk ke dokter spesialis.
juga S3 GALLOP (auskultasi). edema juga ● jangan terlalu capek, jangan merokok, jangan
ditanya, batuk2 di malam hari, tanya juga minum alkohol.
ada penurunan berat badan ga (4.5 kg dalam 5
hari). 2. ANGINA PEKTORIS STABIL, UAP,
● jangan lupa tanyakan apakah sudah minum NSTEMI, STEMI
obat, jika sudah apa obatnya, sudah berobat ke ANAMNESIS
dokter atau belum, dan tanyakan hasil ● Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri
pengobatannya apakah membaik atau tidak. dada. tanyakan nyeri dadanya sejak kapan, nyeri
dadanya seperti apa rasanya (biasanya kalo
PEMERIKSAAN FISIK iskemi dia merasa seperti tertindih beban berat,
● KU, kesadaran: biasanya tampak sakit berat, tertekan beban berat gitu), lalu tanyakan apakah
kesadaran kompos mentis. nyerinya menjalar ke lengan kiri, leher kiri,
● TTV: bisa hipertensi, bisa hipotensi. kalo mandibula kiri, punggung kiri, pundak kiri, dst.
hipertensi, biasanya itu penyebab gagal Tanyakan apakah saat ini pasien sudah membaik
jantungnya.  atau sebelumnya memang sudah membaik
● inspeksi: normal, tidak ada yang spesifik. dengan istirahat (angina pektoris stabil).
● palpasi: ● Tanyakan riwayat kolesterol, darah tinggi,
- di iktus kordis ada thrill. iktus kordis tampak diabetes, tanyakan terkontrol apa ngga.
lebih jelas, iktus kordis lebih ke kiri. ● Sisanya tanyakan seperti biasa, RPD, RPK,
- periksa paru juga.  dsb.
● perkusi: ● Jangan lupa tanyakan apakah sudah minum
- batas jantung semua. obat, jika sudah apa obatnya, sudah berobat ke
- batas paru hati (gagal jantung bisa terdapat dokter atau belum, dan tanyakan hasil
hepatomegali). pengobatannya apakah membaik atau tidak.
● auskultasi: gagal jantung —> S4 gallop
(spesifik buat gagal jantung). S3 gallop bisa PEMERIKSAAN FISIK
fisiologis kaya orang kecapean. 
● keadaan umum, kesadaran: biasanya tampak ● ureum kreatinin —> kalo syok kardiogenik.
sakit berat (pasien gelisah, cemas), kesadaran ● pulse oksimetri untuk cek saturasi oksigen
kompos mentis biasanya. (jangan lupa!).
● TTV: bisa hipertensi, bisa hipotensi, bisa
normotensi. DIAGNOSIS BANDING
● Inspeksi: normal. ● STEMI, NSTEMI, UAP (di DD salah
● Palpasi: normal. satunya aja).
● Perkusi: normal. ● Costocondritis —> nyeri dada tertusuk-tusuk.
● Auskultasi: masih normal jika belum ada trus dia self limiting disease.
komplikasi apapun. ● Pericarditis —> membaik saat duduk. 
● Sick sinus syndrome —> dia nyeri dada trus
PEMERIKSAAN PENUNJANG pingsan trus dia bisa bangun lagi sehat2 baik2
● CBC aja. 
● EKG
- V1 V2 = septum PENATALAKSANAAN
- V3 V4 = anterior ● MONACO
- V5 V6 = lateral - morfin 5-10 mg (IM) atau 2-4 mg (IV) tiap 5
- aVL, I, V5, V6 = high lateral menit. 
- V1 - V4 = anteroseptal - oksigen 2-4 liter/menit.
- V1 - V6 = anterior ekstensif - nitrogliserin 0.4 mg 3x tiap 5 menit sublingual.
- II III aVF = inferior - aspirin 325 mg tab 1x sehari hanya saat
- ST elevasi di aVR —> kena cabang besar di serangan. 
arteri koronaria (left main).
Edukasi
PENTING UNTUK MEMBEDAKAN STEMI, ● kurangi merokok, jaga tekanan darah,
NSTEMI & UAP: diabetesnya dikontrol, jangan makan banyak
- kalo STEMI pasti di EKG ada ST elevasi, makanan yang berlemak, banyak makan sayur
jangan perduliin mau dia ada ST depresi tapi dulu, dsb, RUJUK.
sekali ada ST elevasi udah pasti STEMI.
- kalo ga ada ST elevasi, berarti kemungkinan 3. HIPERTENSI ESENSIAL
NSTEMI atau UAP. NSTEMI dan UAP akan ANAMNESIS
memberikan gambaran EKG yang sama yaitu ST ● Pasien biasanya datang dengan keluhan pusing
depresi, dsb (tanda2 iskemi lainnya) namun tidak dan nyeri kepala, atau leher tegang, biasanya
ST elevasi. sehingga untuk membedakan tampak seperti tension type headache. Tanyakan
keduanya perlu dilihat enzim jantungnya.  sudah berapa lama. 
● Riwayat keluarga adakah yang mengalami
● enzim jantung CKMB —> meningkat 3-18 penyakit jantung, serangan jantung, stroke,
jam, peak plasma 24 jam. (0 - 5.5 ng) diabetes mellitus.
● enzim jantung Troponin I —> meningkat 3-16 ● Paling penting jangan lupa untuk menanyakan
jam, peak plasma 24 jam (N = 0 - 0.08 ng. infark diet garam, apakah pasien sering makan yang
0.4). asin-asin atau tidak.
● Sisanya dapat ditanyakan seperti biasa, riwayat
PENTING UNTUK MEMBEDAKAN STEMI, merokok dan lain-lain.
NSTEMI & UAP:
- STEMI dan NSTEMI akan memberikan hasil PEMERIKSAAN FISIK
peningkatan pada enzim jantung, sehingga untuk ● KU kesadaran TTV.
membedakan keduanya melalui pemeriksaan ● PF jantung lengkap.
EKG.
- NSTEMI dan UAP memberikan gambaran PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG yang sama, namun pada enzim jantung ● Darah rutin.
UAP tidak menunjukkan adanya peningkatan, ● EKG.
sedangkan pada NSTEMI terdapat peningkatan
enzim jantung. DIAGNOSIS BANDING
● Tension type headache.
● röntgent dada PA, untuk lihat apakah ada ● Hipertensi sekunder.
kardiomegali (hipertensi).
● profil lipid (LDL HDL), gula darah, TSH, T3 PENATALAKSANAAN
T4, dll. ● Ace inhibitor sebagai lini pertama, dan
● echocardiografi —> kalo uda infark bisa edukasikan mengenai efek sampingnya, serta
terjadi bradikinesia ato akinesia, kalo kena katup edukasikan mengenai dosis yang akan diberikan.
ada regurgitasi dll. R/ Captopril 12.5 mg tab no. XX
S 1 dd tab 1. spesifik. Perlu eksplorasi keluhan lebih banyak
untuk menyingkirkan kemungkinan-
4. VES/PVC/VPC kemungkinan lainnya.
ANAMNESIS
● PVC/VES merupakan impuls ektopik yang PEMERIKSAAN FISIK
berasal distal dari sistem his purkinje. VES ● KU Kesadaran TTV.
merupakan aritmia ventrikel yang paling umum ● PF Jantung lengkap.
terjadi. Pemeriksaan dan penilaian pasien
terhadap VES sangat kompleks tergantung pada PEMERIKSAAN PENUNJANG
status klinis pasien dengan prognosis yang ● Darah rutin.
bervariasi. ● EKG.
● Penyebab VES bervariasi:
- Penyebab kardiak: miokard infark akut, DIAGNOSIS BANDING
penyakit katup terutama MR, kardiomiopati, ● Gangguan cemas.
bradikardia, takikardia, kontusio jantung. ● SVT.
- Penyebab non-kardiak: gangguan elektrolit ● Serangan panik.
(hipokalemia, hipomagnesemia, hiperkalsemia),
medikasi (digoksin, TCA, aminofilin, PENATALAKSANAAN
amitriptilin, pseudoefedrin, fluoksetin), obat-obat ● Tatalaksana awal dapat diberikan berupa beta
lain (kokain, amfetamin, kafein, akohol), efek bloker dan CCB non dihidropiridin seperti
obat anestesi, pembedahan, infeksi, ataupun verapamil. 
stress psikologis.
● Pasien biasanya datang dengan keluhan R/ Propanolol 20 mg Tab no. XX
berdebar-debar/palpitasi. Keluhan biasanya tidak S 1 dd tab 1.

DENVER

1. Anamnesis singkat: nama, usia, pekerjaan, alamat,


keluhan utama (mungkin ibunya menanyakan anaknya Tanggal periksa 11
sepertinya ada keluhan keterlambatan perkembangan Tanggal lahir 10
seperti belum bisa berjalan dan lain sebagainya).
Jadi usianya adalah 11 bulan 4 hari —> dibulatkan
2. Informed consent: baik ibu sekarang saya akan mulai menjadi 11 bulan (karena <15 hari).
memeriksa perkembangan anak ibu dengan sebuah tes
yang dinamakan denver, jadi nanti saya akan ● Membuat garis lurus pada form Denver sesuai usia
menanyakan beberapa hal hingga meminta beberapa hal anak.
untuk anak ibu lakukan untuk menentukan
perkembangan anak ibu. Apakah ibu bersedia? ● Menguji dan menilai gugus-gugus tugas terkait usia
anak dalam sektor:
3. Pemeriksaan Denver: □ Mulai ditanya pada 3 kotak yang terdapat sebelum
● Isi form denver (nama anak, tanggal lahir anak, dan garis.
tanggal pemeriksaan). □ Menggunakan kartu Denver yang sesuai dengan sektor
yang diujikan.
● Tentukan usia anak (usia konversi bila perlu). Syarat □ Melakukan alloanamnesis pada gugus yang sesuai
usia: dengan usia pasien.
□ < 8 hari: dibulatkan ke bawah (bulan). □ Melakukan alloanamnesis terhadap gugus-gugus yang
□ 8 - 22 hari: dibulatkan ke tengah (1/2), contoh 15,5 diujikan.
bulan. □ Menuliskan hasil pemeriksaan (L, G, NO {no
□ 23 - 30 hari: dibulatkan ke atas (bulan). opportunity = tidak ada kesempatan, berarti ibunya tidak
Saat ini konversi diganti menjadi >15 dan <15 hari. mengajari kepada anaknya}, R, C!, D!) setiap gugus
yang diuji/ditanyakan pada kolom Denver.
CONTOH:
□ anak lahir pada 8 Juli 2010, tanggal pemeriksaan 12 ● Menetapkan hasil uji Denver II (N, Suspect,
Desember 2010. Untestable).
Tanggal periksa 10
Tanggal lahir 10 ● Menjelaskan hasil pemeriksaan Denver dan rencana
selanjutnya kepada ibu pasien.
Jadi usianya adalah 5 bulan 4 hari —> dibulatkan □ Normal: edukasi pasien untuk terus melatih anaknya,
menjadi 5 bulan (karena <15 hari). dan datang tiap 6 bulan sekali untuk diperiksa —>
skrining berkala.
□ bayi lahir 28 Januari 2010, tanggal pemeriksaan 2 □ Suspect: latih di rumah selama 2 minggu kemudian
Januari 2011. lakukan uji ulang Denver II.
Keterangan tambahan:
● Mulai ditanya pada 3 kotak dari kotak teratas yang
terkena garis.
● Bila sudah 3 kali gagal (3x G), maka pemeriksaan
dihentikan, namun jika masih ada kotak yang masih
terkena garis, maka tetap ditanyakan sampai tidak ada
lagi kotak yang terkena garis.

Anda mungkin juga menyukai