Modul Kuliah KN PDF
Modul Kuliah KN PDF
FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
MARET 2013
MODUL KULIAH KEDOKTERAN NUKLIR
QUALITY CONTROL KEDOKTERAN NUKLIR
Kalibrator Dosis
Pendahuluan
Pengujian dilakukan pada kalibrator dosis cukup ketat untuk memastikan bahwa
dosis radiofarmaka yang benar yang diberikan kepada pasien. Kalibrator Dosis di uji
untuk akurasi, konsistensi, linearitas, dan geometri.
Tujuan
Mengetahui akurasi kalibrator dosis
Langkah Kerja
Melakukan pengukuran pembacaan kalibrator dosis dibandingkan dengan standar
yang diterima.
Pengukuran dilakukan berulang-ulang dalam kalibrator dan pembacaan rata-rata
dibandingkan dengan nilai-nilai yang dikeluarkan oleh National Institute of Standards
dan Teknologi (NIST).
1
Batas Penerimaan
Batas penerimaan tidak lebih dari 10% dari referensi NIST.
Jika hasil pengukuran berbeda dari standar lebih dari 10%, kalibrator dosis
sebaiknya tidak digunakan. Akurasinya harus diperiksa di instalasi, setiap tahun, dan
setelah perbaikan atau pada saat instrumen tersebut akan dipindahkan ke lokasi
baru dalam klinik.
Tujuan
Mengetahui konsistensi kalibrator dosis dari hari ke hari
Langkah Kerja
Melakukan pengukuran pembacaan kalibrator dosis dibandingkan dengan standar
yang diterima.
Pengukuran dilakukan berulang-ulang dalam kalibrator dan pembacaan rata-rata
dibandingkan dengan nilai-nilai yang diperoleh awal dari peluruhan nuklida misal
Cs-137
Batas Penerimaan
Batas penerimaan tidak lebih dari 10% dari referensi awal peluruhan Cs-137.
Pembacaan disesuaikan dengan nuklida yang digunakan di awa sebagai referensi.
2
Alat dan Bahan
7.4GBq (200 mCi) dari Tc-99m dan mengulangi pengukuran pada interval 6, 24, 30,
48, dan 96 jam
Langkah Kerja
Sebuah teknik yang lebih cepat adalah untuk mengukur dosis tanpa perisai.
Kemudian ulangi pengukuran dosis yang sama dengan perisai timbal dengan
berbagai ketebalan.
Ketebalan linieritas lengan/sleeves adalah seperti gambar dibawah ini, secara efektif
mereproduksi peluruhan di aktivitas 99mTc dilihat lebih dari 96 jam.
Lengan/sleeves harus diperiksa sebelum digunakan, bila retak/peyok hasil
pembacaan tidak akurat.
Pemeriksaan awal linearitas harus dilakukan dengan metode yang lebih lambat
dengan mengukur sampel seperti halnya peluruhan. Pengujian alat tiap triwulan.
Geometri
Kenyataan bahwa aktivitas dosis akan bervariasi dengan volume dan bentuk wadah
dan posisi dari dosis dalam ruangan.
Pengaruh sampel geometri dapat diuji dengan menempatkan jumlah aktivitas yang
kecil di bagian bawah wadah dan ditambahkan pengencer seperti air. Untuk
wadah/tempat bisa menggunakan vial, syringe maupun botol.
Pemilihan tempat berpengaruh misalkan gambar kiri karena volume besar,
penyerapan foton oleh fluida. Sedangkan gambar kanan hilangnya foton ketika
kalibrator dibuka ketika sampel ditempatkan dengan kontainer yang tinggi.
3
Gambar 2. Penyerapan foton oleh fluida (kiri) dan foton hilang dengan tabung tinggi
(kanan) ((Powsner,R.A, 2006)
Alat dan Bahan
1 mCi Tc-99m
Kalibrator dosis
Vial, syringe maupun botol
Langkah Kerja
Persiapkan bahan dan alat
Pilih wadah yang tepat sehingga tidak terjadi hamburan atau penyerapan foton pada
alat
Batas Penerimaan
Hasil pengukuran dosis tidak boleh lebih dari 10%. Pengaruh sampel geometri harus
dicek di instalasi dan setelah perbaikan.
SURVEY METER
Pendahuluan
Peralatan lain non pencitraan yang perlu di uji kualitas adalah surveymeter. Survey
meter ini berfungsi mengetahui paparan radiasi di ruangan. Parameter yang perlu di
uji adalah konsistensi dan akurasi. Pengujian ini harian untuk konsistensi dan untuk
akurasi setelah instalasi, setelah perbaikan dan tahunan.
Tujuan
Mengetahui konsistensi dan akurasi
4
Alat dan Bahan
Sumber aktivitas dengan umur yang panjang misalkan Co-57 maupun CS-137
Survey Meter
Langkah Kerja
Pemeriksaan sumber aktivitas dilakukan harian untuk konsistensi, biasaya sumber
aktivitas menempel di survey meter.
Pemeriksaan untuk akurasi dengan menempatkan 2 sumber aktivitas dengan jarak
sepersepuluh meter sampai semeter)
Batas penerimaan
Hasil pembacaan survey meter untuk konsistensi dengan batas toleransi 10%, bila
lebih dari batas toleransi perlu kalibrasi ulang.
Hasil pembacaan survey meter untuk akurasi dengan batas toleransi 20%, bila lebih
dari batas toleransi perlu kalibrasi ulang.
Tujuan
Mengetahui akurasi dan efisensi detektor
5
Alat dan Bahan
Sumber radionuklida Cs-137 atau Co-57
Well Counters dan Tiroid Probe
Langkah Kerja
Pengukuran kalibrasi dilakukan dengan meletakkan sumber Cs-137 didepan probe
maupun di letakkan di well counter.
Pengaturan tegangan ataupun penguatan bisa diatur otomatis/manual untuk laju
cacah puncak maksimum.
Pencatatan pengaturan laju cacah puncak.
Batas Penerimaan
Laju cacah seharusnya tidak berbeda dari rerata pengukuran sebelumnya atau
sama dengan dan tidak boleh melebihi 10%. Nilai FWHM seharusnya 10% dari
puncak energi radionuklidanya. Kalibrasi sebaiknya dilakukan setiap tahun dan
setelah perbaikan.
1. PLANAR IMAGING
Tujuan
Mengetahui dan mampu melakukan pengaturan puncak energi dan jendela energi
radionuklida
Langkah kerja
1. Menyalakan pesawat kamera gamma dan komputer pendukungnya
2. Persiapkan sumber radionuklida misal Tc-99m dalam syringe misal 1 mCi
3. Letakkan radionuklida di depan kamera gamma dalam jarak misal 20 cm
4. Kemudian perhatikan tampilan pada layar komputer berupa grafik puncak
energi
5. Aturlah pada layar komputer jendela energi pada puncak energi
6. Lakukan pengulangan pada tiap detektor (bila detekor lebih dari 1)
Pengaturan dilakukan tiap hari sebelum digunakan, pengaturan jendela energi yang
simetris adalah dengan puncak energi yang tepat dengan lebar jendela yang
simetris.
7
seluruhnya batas, yang langsung di letakkan pada kolimator. Ini merupakan
medan/lapangan flood ekstrinsik (exstrinsic flood field ). Sedangkan bila
menggunakan sumber titik dengan jarak 3 sampai 4 kali dari permukaan kristal
tanpa kolimator disebut lapangan flood instrinsik, dengan pencacahan 5 sampai 30
juta cacah. Beberapa pabrikan memberi batas nilai penerimaan keseragaman
lapangan pada CFOV (Center Fielf Of View) adalah < 5%.
8
Tujuan
Mengetahui dan mampu melakukan analisa keseragaman lapangan pada citra
Langkah kerja
1. Menyalakan pesawat kamera gamma dan komputer pendukungnya
2. Menyiapkan sumber radioaktivitas bisa berupa lempengan Co 57 atau Tc-
99m
3. Meletakkan sumber di atas detektor
4. Melakukan setting jendela energi simetris misal 20% Tc-99m 10 keV atau
122 keV C0-57
5. Melakukan pencitraan dengan jumlah pencacahan sekitar 25 - 50 kcps
6. Melakukan analisa keseragaman lapangan citra
Pendahuluan
Resolusi dari sistem pencitraan dievaluasi visual dengan cara pencitraan bar
phantom/ fantom batang. Salah satu jenis bar phantom terbuat dari bar/batang timah
terbungkus Lucite. Phantom ini dibagi menjadi empat kuadran dengan interval jarak
teratur, interval ini berbeda di setiap kuadran.
Resolusi spasial diperiksa secara mingguan untuk mengetahui degradasi resolusi.
Fantom Bar dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa penurunan resolusi spasial
9
terhadap peningkatan jarak antara sumber dan kamera. Pada gambar dibawah
ketika bar pantom diletakkan langsung diatas kolimator, minimum spasi bar yang
terlihat di 4,0 mm, namun ketika bar phantom diletakkan sejauh 10 cm diatas
kolimator, spasi bar yang terlihat 4,8 mm.
10
UFOV = Useful Field Of View
CFOV = Center Field of View
Linearitas citra kamera gamma diuji dengan memeriksa citra bar phantom diperoleh
dengan kolimator resolusi tinggi. Garis-garis dalam citra harus lurus dan tak
terputus. Perhatikan bahwa linearitas di sini mengacu pada penampilan bar sebagai
garis, sedangkan istilah yang sama merujuk pada kalibrator dosis mengacu pada
hubungan antara dosis dan pembacaan meter.
Tujuan
Mengetahui dan mampu melakukan analisa resolusi spasial
11
Langkah Kerja
1. Menyalakan pesawat kamera gamma dan komputer pendukungnya
2. Menyiapkan sumber radioaktivitas bisa berupa lempengan Co 57
3. Menyiapkan bar phantom
4. Menyusun bar phantom diatas kolimator kemudian sumber radioaktivitas
5. Melakukan pengaturan puncak energi dan jendela energi simetris
6. Melakukan pencitraan dengan jumlah pencacahan sekitar 30 - 35 kcps
7. Melakukan analisa citra dari bar phantom
Batas penerimaan FWHM adalah 1,75B dengan B adalah bar yang paling kecil yang
dapat dipisahkan/ yang masih dilihat.
12
Gambar 7. Ilustrasi efek cacat kecil ((Powsner,R.A, 2006)
Tujuan
Mengetahui dan mampu melakukan analisa keseragaman dan resolusi tomografi
Sumber Co 57 sekitar 10- 20 mCi atau Tc-99m point source sekitar sekitar 0,5 mCi
atau Tc-99m flood source sekitar 20 mCi
Atau phantom Jaszcak
Langkah kerja
1. Menyalakan pesawat kamera gamma dan komputer pendukungnya
2. Menyiapkan sumber radioaktivitas bisa berupa lempengan Co 57 atau Tc-
99m
3. Meletakkan sumber di atas detektor
4. Melakukan setting jendela energi simetris misal 20% Tc-99m 10 keV atau
122 keV C0-57
5. Melakukan pencitraan dengan jumlah pencacahan sekitar 25 - 50 kcps
6. Melakukan analisa keseragaman lapangan citra
13
II. Center Of Rotation (COR) / Pusat Rotasi
Pendahuluan
Pusat rotasi dalam SPECT sangat penting sekali untuk memperoleh citra yang
akurat. Head camera berputar mengelilingi objek hampir sempurna seperti
lingkaran/elips. Hal ini berhubungan dengan elektronik dan mekanik sehingga cocok
secara aktual pada pusat rotasi dari head camera. Penyimpangan pusat rotasi
(COR) akan menurunkan resolusi citra dan ini dapat dilihat dari perpindahan
pergerakan dari pusat rotasi.
Kesalahan yang mungkin terjadi tidak meratanya posisi head camera, menabrak
meja saat akuisisi citra. Penyebab paling umum pergeseran sebenarnya dari COR
adalah kerusakan elektronik, masalah mekanis seperti pada penggunaan kolimator
yang terlalu berat untuk garntry. Dibawah ini gambar tentang penyimpang pusat
rotasi/COR. Pemeriksaan COR ini dilakukan tiap minggu untuk COR pada 90 atau
1800.
14
Gambar 9. Desain tambahan holder untuk posisi sumber untuk uji COR
(Skylight user Manual Philips, 2004)
Pendekatan yang umum adalah untuk memasang plot posisi sumber titik sebagai
fungsi dari posisi head camera/kepala kamera sepanjang lingkaran rotasi dan
membandingkan dengan memprediksi nilai-nilainya . Lokasi sumber titik diplot pada
arah x ( tegak lurus terhadap sumbu panjang tempat tidur ) dan arah y ( sejajar
dengan sumbu panjang tidur ). Pengujian kualitas pusat rotasi dilakukan bulanan.
15
Berikut ini analisa grafik normal dan abnormal COR
Tujuan
Mengetahui fungsi yang tepat pada sistem SPECT dan memastikan offset COR
Langkah Kerja
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Pemasangan kolimator paralel hole
3. Melakukan pengaturan untuk COR 90 atau 180
4. Menempatkan sumber di pusat dengan jarak simetris 40 cm tiap head camera
5. Meletakan sumber radiasi pada salah satu slot dari 3 slot tempat extend of
point source holder assembly.
16
6. Lakukan pengaturan perputaran bisa lebih 10 detik/stop bila kurang 1 mCi,
namun bila aktivitas 3 mCi perputaran bisa kurang dari 10 detik/stop.
7. Kemudian menganalisa data dengan grafik maupun data numerik
Batas penerimaan uji kualitas COR secara grafik maupun data numerik adalah
sebagai berikut :
Gambar 12. COR Analysis Tool (Skylight user Manual Philips, 2004)
17
Tabel 1. Data Numerik COR (Skylight user Manual Philips, 2004)
18
3. Positron Emission Tomography/PET
Uji kualitas pada pesawat PET cukuplah luas dan bervariasi tiap produsen. Namun
ini dirangkum singkat antara lain blank transmission scan/ pemindaian transmisi
kosong, PMT Gain test/ uji penguatan PMT, Normalisasi dan Kalibrasi. Waktu uji
kualitas untuk blank transmission scan dilakukan secara harian, untuk uji penguatan
PMT secara harian atau mingguan, sedangkan untuk kalibrasi bisa dilakukan
triwulanan. Berikut ini contoh desain PET/CT dari beberapa produsen :
Pendahuluan
Menurut Powsner, R.A (2006) Sebuah prosedur umum pengendalian mutu harian
adalah akuisisi dan evaluasi scan menggunakan sumber aktivitas transmisi internal
atau sumber aktivitas rendah yang terpisah, uji ini tanpa pasien di bidang pandang/
field of view . Karena tidak ada pasien disebut scan kosong . Scan kosong di uji di
gunakan untuk pembuktian kerusakan sebuah detektor. Data diperoleh dari scan
19
kosong dapat ditampilkan sebagai sebuah sinogram. Sinogram yang ditampilkan
untuk melihat hasil citra proyeksi yang diperoleh. Sebuah ilustrasi sederhana dari
tata letak matriks pasangan detektor digunakan untuk membuat sinogram PET
dengan kamera imajiner yang memiliki 12 detektor terlihat pada gambar dibawah
ini.
Setiap baris dari sinogram tersebut berisi jumlah untuk semua pasangan yang
berlawanan detektor yang memiliki garis paralel respon ( jalur antara detektor ) .
Unsur-unsur matriks yang berhubungan dengan satu detektor dalam sistem
sederhana ini disorot dalam abu-abu dan membuat garis diagonal.
Sebuah sinogram kosong yang normal dari cincin detektor ditunjukkan pada gambar
dibawah ini dan contoh sebuah detektor yang cacat muncul sebagai garis diagonal
tipis baru di sinogram.
Gambar 16. Sinogram normal dari pemindaian kosong (kiri) dan sinogram dengan
kerusakan detektor (kanan) ( Powsner R.A., 2006)
20
Tujuan
Mengetahui dan memastikan hasil citra sinogram pada detektor dan untuk menilai
konsistensi kinerja detektor dan memungkinkan deteksi dini dari setiap perubahan
mendadak, misalnya kegagalan pada modul detektor.
21
Keseragaman citra rekonstruksi
Pendahuluan
Keseragaman citra direkonstruksi adalah ukuran dari respon sebuah sistem
terhadap distribusi radioaktivitas homogen di kedua posisi melintang dan aksial pada
Field of View (FOV). Tidak ada konsensus umum tentang metodologi pengujian atau
analisis parameter seperti indeks kuantitatif residu non-keseragaman. Namun
prosedur berikut ini didasarkan pada standar NEMA 1994. Jika produsen sudah
memiliki protokol untuk uji keseragaman dg NEMA 1994, hal itu dapat digunakan
bukannya prosedur ini. uji ini harus dilakukan setiap triwulan oleh fisikawan medis.
Tujuan
Mengetahui keseragaman citra rekonstruksi
22
Langkah Kerja
1. Akuisisi data bisa dilakukan dengan 2D atau 3D, pengukuran bisa dilakukan
dalam setiap mode,
2. Akuisisi data dengan silinder berisi F-18 dilakukan dengan cacah tidak
kurang 20 juta cacah/transaksial
3. Bila dengan sumber Ge-68 atau Ga-68, perlu penyesuaian waktu akuisisinya.
4. Analisa data dengan data tiap slice i dan area k menggunakan rumus di
bawah ini :
Gambar 17. Skema definisi dan posisi ROI untuk kuantisasi non keseragaman
(Powsner, R.A., 2006)
23
Batas Penerimaan dan Analisa Data
Sebuah toleransi yang sesuai kriteria untuk rata-rata % NU (non-Uniformity) :
%NU yang diukur < 1,5 % NU referensi
Jika terdapat artefak gambar atau parameter keseragaman berada di luar tingkat
toleransi , QC harian harus diperiksa ulang dan pertimbangan untuk kalibrasi ulang
sistem. Jika masalah terus berlanjut perlu memberitahu produsen untuk perbaikan.
Normalisasi PET
Pendahuluan
Prosedur triwulanan ini digunakan untuk mengatur penguatan sinyal pada PMT .
Karena kebanyakan sistem PET memiliki ratusan atau ribuan kristal individu,
sepanjang akuisisi diperlukan untuk mengumpulkan data statistik yang memadai
untuk mengukur kekuatan sinyal yang tepat untuk setiap PMT. Ini bisa diperoleh
dengan pemindaian transmisi selama 10 –15 jam dengan gantri kosong. Semua
hasil data pemindaian ini secara otomatis untuk penyesuaian internal. Normalisasi
PET ini dilakukan tiap bulan sehingga dapat mengetahui kerusakan detektor lebih
awal. Sebagai tambahan setiap kali hasil QC PET harian bisa mengindikasikan
perlunya renormalization atau service yang dilakukan pada sistem detektor PET.
Tujuan
Untuk memperoleh data efisiensi kristal yang digunakan untuk mengoreksi sinogram
yang diperoleh pada detektor non-keseragaman. Penggunaan data normalisasi yang
salah akan mengurangi kualitas gambar .
24
Alat dan Bahan
Tergantung pada sistem dan / atau produsen dan mode akuisisi ( 2D atau 3D ) ,
Prosedur normalisasi dapat dicapai dengan menggunakan berbagai sumber aktivitas
dan phantom. Yang paling banyak digunakan adalah :
Langkah Kerja
Sebelum memulai akuisisi , backup file normalisasi harus dibuat terlebih dahulu.
Data normalisasi yang akan diperoleh harus mengikuti petunjuk dari produsen.
25
Tujuan
Tujuan dari kalibrasi ini adalah untuk memperoleh data efisiensi scanner untuk
digunakan dalam mengoreksi sinogram yang diperoleh untuk non-keseragaman
detektor. Faktor-faktor ini digunakan dalam perhitungan konsentrasi radioaktivitas
dan SUV; faktor kalibrasi yang tidak akurat akan dikompromikan dengan citra yang
akurat berbasis kuantisasi.
Langkah Kerja
26
produsen harus dapat diterima. Penyimpangan lebih besar dari 5% dari hasil yang
diperoleh perlu dilakukan kalibrasi ulang.
Prosedur tambahan untuk memeriksa akurasi nilai uptake standar dengan
melakukan citra phantom dengan nilai radioaktivitas yang diketahui serta volumenya
dengan menggunakan protokol klinis.
Jika radioaktivitas dalam phantom, radioaktivtas saat kalibrasi dan volume phantom
dimasukkan sebagai bagian dari detail pasien, maka Nilai uptake standar harus
bernilai 1.
Referensi
27
Lampiran Gambar
28
Gambar c. Contoh Hasil Analysis Intergral Uniformity dan Differensial Uniformity
untuk UFOV dan CFOV pada Detektor 1
29
Gambar e. Gamma Counter Pegasyss dengan perangkat RIA
Gambar f. Tiroid Probe Atomlab™ 960 Thyroid Uptake System (Biodex, 2014)
30
Gambar g. Pantom PET/CT (Biodex, 2014)
31
5. Evaluation of non-uniformity artifact
6. Evaluation of changes of radius-of-rotation on spatial resolution
7. Evaluation of reconstruction filters on spatial resolution
8. Evaluation of attenuation and scatter compensation
9. Single slice volume sensitivity
10. Total system volume sensitivity
11. Lesion detectability
12. SPECT Phantoms are available in two models. The Deluxe Phantom is used
for high resolution cameras. The Standard Phantom is used for lower
resolution cameras.
Frekuensi Prosedur
Harian Verifikasi spektrum jendela energi, Uji Flood Uniformity
Mingguan Uji COR, Uji Resolusi Citra, Uji Cacah Background
Bulanan Uji Keseragaman Kolimator
Insindental Kalibrasi Autogain, Kalibrasi COR, Flood Calibration
32