Anda di halaman 1dari 8

DIAH AYU SEPTYANDANI_2110505088

QA/QC PESAWAT X-RAY MOBILE

LATAR BELAKANG

Pesawat sinar-X mobile adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan diagnosa
medis dengan menggunakan sinar-X. Sinar yang dipancarkan dari tabung diarahkan pada bagian
tubuh yang akan didiagnosa. Sebelum pengoperasian pesawat sinar-X perlu dilakukan seting
parameter untuk mendapatkan sinar-X yang dikehendaki. Parameter-parameter tersebut adalah
tegangan (kV), arus tabung (mA) dan waktu paparan (s) . Tegangan tabung pada pesawat sinar-X
merupakan salah satu faktor yang dapat dikontrol untuk mengurangi radiasi hambur dan
mengurangi dosis yang digunakan dalam radiodiagniostik. Oleh karena itu, setiap pesawat sinar-
X salah satunya pesawat sinar-X mobile ini harus sesuai dengan spesifikasi keselamatan alat,
perlengkapan proteksi radiasi, keselamatan operasional proteksi pasien, dan uji kepatuhan/ uji
kesesuaian (compliance test). Uji kesesuaian dimaksudkan untuk memastikan bahwa peralatan
yang digunakan dalam prosedur radiologidiagnostik berfungsi dengan benarsehingga pasien
tidak mendapatpaparan yang tidak diperlukan, danmenerapkan program jaminan mutuuntuk
radiologi diagnostik (PujiHastuti et al., 2012)
Program yang dilakukan dalam uji kesesuaian ini adalah Program Quality Control (QC)
peralatan sinar-x radiodiagnostik adalah merupakan bagian dari Program Quality Assurance
(QA), yakni berupa aktivitas kegiatan pengukuran kinerja komponen signifikan peralatan sinar-x
secara kuantitatip dan berkesinambungan sehingga dapat diketahui kondisi kelaikan peralatan
untuk dapat dipergunakan dalam pemeriksaan radiografi bagi pasien (Permenkes RI No.
1250/2009). Menurut Papp (2006), dalam suatu program Quality Control yang berkaiatan
dengan peralatan Sinar-X di bidang Radiologi adalah dibedakan menjadi tiga tingkat pengujian
yakni pengujian yang bersifat non-invasive simple, non-invasive complex dan invasive complex.
Sedangkan uji kesesuaian yang dilakukan pada peralatan baru untuk menunjukkan bahwa
pesawat sinar-X sesuai dengan spesifikasi dan kriteria pabrik dikenaldengan routine
performance evaluations , biasanya pengujian tipe ini dilakukan enam bulan sekali atau setahun
sekali dan error correction test yang dilakukan pada peralatan rusak pasca perbaikan.
Pada modul ini kami akan membahas sepuluh QA/QC pesawat sinar-X mobile dengan
hasil yang diharapkan bahwa hasil dari pengukuran keluaran beberapa pesawat sinar-X dapat
sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (PERKA BAPETEN) Nomor
15 Tahun 2015 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Produksi Pesawat Sinar-X Radiologi
Diagnostik Dan Intervensional dan PERKA BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Uji
Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik.

Tujuan Review
Dengan melakukan review beberapa sumber yang telah didapatkan kemudian dengan ini kami
membuat sebuah modul dengan tujuan untuk memberikan 10 cara QA/QC pesawat sinar-X
mobile.

Metode Review
Metode penelitian yang digunakan yakni literature review dengan cara mencari referensi teori
yang relevan dan atau berkorelasi dengan pembahasan QA/QC pesawat sinar-X mobile yang
ditemukan. Data – data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis dengan metode survei analitik.
Untuk kemudian di jabarkan menjadi modul dengan sepuluh QA/QC pesawat sinar-X mobile.

Hasil dan Pembahasan

10 Cara QA/QC Pesawat Sinar-X Mobile

1) Pengujian Iluminasi Lampu Kolimator.


•Pengujian ini dilakukan dengan alat yaitu Lux Meter dan iluminasi lampu kolimator dilakukan
dengan mengukur intensitas cahaya kolimator pada keempat kuadran.
•Pertama yang harus dilakukan adalah menghidupkan baik Lux Meter dan Pesawat Sinar-X
Mobile yang akan digunakan.
•Atur Lux Meter pada pengukuran monitor lalu di arahkan tegak lurus ke kolimator yang telah
dibagi empat kuadran dengan posisi kolimator hidup.
•Lakukan cara yang sama untuk mendapatkan ke-empat nilai yang dapat menjadi perbedaan.
•Setelah didapat semua nilai barulah kita bisa menentukan apakah intensitas cahaya kolimator
masih memenuhi batas penerimaan atau tidak. Dengan Perka Bapeten No 9 tahun 2011 yang
menyatakan bahwa sebuah lampu kolimator dapat diterima jika hasil pengukuran lebih dari 100
Lux.
2) Pengujian Kesesuaian Kolimator
•Pengujian kesesuaian kolimator dilakukan dengan membuka kolimasi seluas 24x30 cm dengan
marker berada diposisi dekat dengan pengujian.
•FFD setinggi 123 cm dan teknik eksposi menggunakan 50 kVp dan 25 mAs.
•Hasil pengujian ditunjukkan dengan nilai perbedaan deviasi dimensi X dan Y dari shutter
kolimator dimana ∆X dan ∆Y ≤2 % FFD dan│∆X│+│∆Y│≤3 % FFD.
•Hasil pengujian kesesuaian kolimasi menunjukkan bahwa ∆X dan ∆Y adalah 0,5 cm atau 0,4 %
dari FFD. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kesesuaian kolimasi masih layak.
•Hal ini berdasarkan Perka Bapeten No 9 tahun 2011 yang menytakan bahwa sebuah kolimator
dikatakan masih layak jika ∆X dan ∆Y ≤2 % FFD dan│∆X│+│∆Y│≤ 3 % FFD. Dimana ∆X
adalah jumlah dari X1 + X2 dan ∆Y adalah jumlah dari Y1 + Y2.

3) Akurasi Tegangan Tabung


•Hitung nilai error setiap data dengan rumus :

Kv p . sett Kvp. ukur


Error= −
Kv p . sett Kv p . sett

•Dengan
Kvp.sett = Tegangan pada panel kendali
Kvp.ukur = Tegangan yang terbaca pada Kvp meter

•Error yang diperoleh pada setiap perhitungan error kVp dibandingkan dan diambil nilai error
yang maksimum.
•Dari hasil uji akurasi tegangan tabung diketahui bahwa perbedaan nilai keluaran dengan nilai
yang tegangan yang diatur adalah kurang dari 10% (1,9 s.d. 4,8 %). Hal tersebut menunjukkan
bahwa akurasi tegangan tabung masih memenuhi kriteria, sesuai dengan Perka Bapeten no 9
tahun 2011 yang menyatakan bahwa batas toleransi untuk akurasi tegangan yaitu ± 10%. Batas
lolos uji: e ≤ 10 %
4) Akurasi Waktu Penyinaran
•Uji akurasi waktu penyinaran bertujuan untuk melihat kesesuaian antara setting waktu eksposi
pada panel kontrol dengan waktu eksposi yang terbaca pada alat ukur.
•Hitung nilai error setiap data dengan rumus:

t set −t ukur
error = x 100 %
t set
•Dengan
tset = waktu eksposi pada panel kendali
tukur = waktu eksposi pada alat ukur
•Error yang diperoleh pada setiap perhitungan error waktu eksposi dibandingkan dan diambil
nilai error yang maksimum.
•Batas lolos uji: e ≤ 10 %, Hal ini menunjukkan bahwa akurasi waktu eksposi masih memenuhi
kriteria, sesuai dengan Perka Bapeten No 9 tahun 2011 yangmenyatakan batas toleransi
perbedaan yang diperkenankan adalah ± 10%.

5) Linearitas
• Uji linearitas bertujuan untuk menguji konsistensi kenaikan nilai keluaran radiasi (mGy/mAs)
pada variasi mA atau mAs.
• Dosis hasil pengukuran dalam µGy/mAs
• Jika menggunakan Variasi mA, gunakan :
µGy
µGy/mAs
(mA . s)
• Menentukan (µGy/mAs) max dan (µGy/mAs) min
• Hitung koefisien linearitas
CL=⌊ ¿ ¿
• atau menggunakan software pengolah data (calculator, excel) hitung nilai (µGy/mAs), plot data
antara list mA atau mAs dengan (µGy/mAs), kemudian buat grafik garis lurus (linear) dan
hitung/tampilkan koefisien linearitas (CL)
• Nilai R adalah Koefisien linearitas (CL)

6) Reproduksibilitas
•Uji reproduksibilitas bertujuan untuk:

1. Repoduksibilitas keluaran radiasi: memeriksa konsistensi keluaran radiasi pada beberapa


eksposi dalam pengaturan generator yang tetap.
2. Reproduksibilitas tegangan: memeriksa konsistensi tegangan (kVp) pada beberapa
eksposi dalam pengaturan tegangan yang tetap.
3. Reproduksibiltas waktu penyinaran: memeriksa konsistensi waktu eksposi pada
pengaturan generator yang tetap.

Reproduksibilitas

Hitung nilai standar deviasi


n 2
(µGyi−µGy)
Keluaran radiasi = ∑ n−1
i=1

Dengan n adalah banyaknya pengukuran, µGy adalah µGy rata – rata.


n 2
(msi−ms)
Waktu eksposisi = ∑ n−1
i=1

Dengan n adalah banyaknya pengukuran, ms adalah ms rata – rata.


n
(kVpi−kVp)2
Tegangan puncak = ∑ n−1
i=1

Dengan kVp adalah kVp rata – rata.

7) Uji Kualitas Berkas (HVL)


•Uji kulitas berkas (HVL) bertujuan untuk menilai kualitas berkas sinar-X dan kecukupan filtrasi
untuk menyaring radiasi sinar-X energi rendah.

•Menggunakan alat ukur HVL


1. Nilai HVL = nilai HVL yang terbaca pada alat ukur
2. Menggunakan alat ukur HVL dan tidak ada pengaturan untuk 80 kVp

3. Plot kVp-terukur versus HVL terukur


4. Menggunakan kalkulator atau excel (pengolah data) buat grafik garis lurus.
5. Tentukan persamaan linieritas.
6. Hitung HVL pada 80 kVp.
•Menggunakan dosimeter
1. Plot paparan radiasi yang terukur versus ketebalan filter yang digunakan.
2. Menggunakan kalkulator atau excel (pengolah data) buat grafik garis lurus.
3. Nilai HVL adalah nilai ketebalan filter pada titik tengah (separo) dari paparan radiasi yang
terukur.
4. Atau dapat juga menggunakan rumus ;

HVL=
t 1∈( 2DD02 )−t 2∈( 2DD01 )
¿¿¿

D0 = Dosis yang terukur tanpa filter


D1 = Dosis yang lebih kecil dari ½ D0
D2 = Dosis yang lebih besar dari ½ D0
t1 = Ketebalan aluminium pada D1
t2 = Ketebalan aluminium pada D2
5. Nilai Lolos Uji HVL ≥ 2.1 mmAl pada 70 kVp

8) Informasi Dosis Pasien


•Nilai dosis yang terukur dikalikan dengan BSF apabila menggunakan detektor solid state. Uji
informasi dosis pasien bertujuan untuk memperkirakan dosis permukaan kulit di udara yang
diterima pasien pada kondisi normal yang dipakai.

•Menggunakan rumus sebagai berikut :

Ke = Ki x BSF
•Keterangan:

Ke = ESAK (Entrance Surface Air Kerma) (mGy)


•Keterangan: di Perka 8 dan 9 menggunakan istilah ESD (Entrance Surface Dose)
Ki= Incident air kerma = dosis yang terukur (mGy)
BSF = Back scatter factor = 1,35

•Pengukuran dosis dengan menggunakan ion chamber tanpa dikalikan dengan BSF. ESAK
dibandingkan dengan tingkat panduan paparan medik, untuk abdomen = 10 mGy; thorax = 0,4
mGy.
9) Kebocoran Tabung
•Pengujian kebocoran wadah tabung bertujuan untuk mengetahui posisi dan nilai kebocoran
wadah tabung.

•Kebocoran radiasi tabung sinar-x dilakukan pengukuran pada jarak 1 meter pada area sebelah
bawah, sisi anoda, sisi katoda dan di sisi depan.

Perhitungan kebocoran tabung :

Leakage=X ( kVsett)
kVmax 2 mAcont 1mCy
. .
mAset 1000 Jam

Dimana :
X : Laju dosis terukur (µGy/jam)
kVmax : kVp maksimum mesin (kV)
kVset : kVp saat eksposi dilakukan (kV)
mAcont : arus kongtinu alat (mA)
mAset : pengaturan mA saat eksposi dilakukan (mA)
nilai lolos uji : L ≤ mGy/Jam

•Kebocoran tabung masih memenuhi kriteria Perka Bapeten No 9 tahun 2011 yang menyatakan
nilai kebocoran radiasi tabung sinar-X yang masih dapat ditoleransi yaitu 1 mGy/jam.

10) Pengujian Beam Alignment


•Pada pengujian beam alignment gambar radiograf uji beam alignment diketahui bahwa central
circular detail masih di dalam annulus detail. Hal ini menunjukkan bahwa kesejajaran berkas
sinar masih dapat diterima (TOR ABC user manual, 2011).
•Untuk mengetahui derajat ketidaksesuaian, digunakan perhitungan dengan rumus sebagai
berikut :

−1 r (FFD−h−x )
θ=tan ⌈ ⌉
FFD( h+ x)

•Nilai yang memenuhi criteria TOR ABC adalah lebih kecil rekomendasi sebesar 1,5°atau 3,0°.

Kesimpulan

Untuk mengetahui apakah pesawat sinar-X mobile yang ada di Universitas Aisyiyah Yogyakarta
dapat dilakukan dengan beberapa pengujian yang telah kami jabarkan diatas. Pengujian yang
dapat dilakukan meliputi Pengujian iluminasi kolimator, akurasi kolimator, kesejajaran berkas
sinar,kebocoran tabung, akurasi kVp, akurasi timer, linearitas mA, reproduksibilitas, been
alignment dan HVL. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah masih memenuhi kriteria,
sesuai dengan Perka Bapeten No 9 tahun 2011 yang menyatakan batas toleransi yang telah
ditetapkan untuk setiap pengujiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Papp J. 2006. Quality management in the imaging science, Mosby, st. Louis.

Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011. 2011. Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X
Radiologi Diagnostik dan Intervensional , Jakarta.

Wibowo, Gatot M and all. 2014. Penerapan Program Uji Kesesuaian Pada Peralatan Sinar-X
Direct Digital Radiography (DDR) di Laboratorium Radiografi Dan Imejing Poltekkes
Kemenkes Semarang, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai