.
A. Sejarah Rumah Sakit
Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tabanan adalah Rumah
Sakit milik Pemerintah Kabupaten Tabanan yang didirikan pertama kali berupa
Poliklinik Kota tahun 1951, kemudian menjadi Rumah Bersalin tahun 1953 dan
akhirnya menjadi Rumah Sakit Umum tahun 1956. Pada tanggal 7 Maret tahun
2002 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tabanan ditetapkan sebagai
Lembaga Teknis Daerah berbentuk Badan melalui Peraturan Daerah nomor 14
tahun 2002 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Tabanan, yang langsung bertanggungjawab kepada
Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Tabanan. Sistem pengelolaannya
ditetapkan sebagai unit Swadana daerah melalui Peraturan Bupati Nomor 140
Tahun 2002 tentang Tata Cara Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
BRSU Kabupaten Tabanan, sebagai lex spesialis atas sistem pengelolaan
keuangan Negara. Artinya bahwa Rumah Sakit diberikan kewenangan fleksibilitas
dalam mengelola pendapatan operasional, yang langsung dapat digunakan untuk
belanja operasional Rumah Sakit. Seluruh pengeluaran yang bersumber dari
pendapatan operasional Rumah Sakit dikelola langsung oleh Rumah Sakit dengan
pengaturan khusus dan kas yang terpisah dari kas Daerah. Sebagai Direktur saat
itu adalah Alm. dr. Ketut Sanjana, M.Kes sesuai dengan SK Bupati nomor 238
tahun 2002 tanggal 8 April 2002 tentang mutasi jabatan Struktural dan Fungsional
Lingkup Pemerintah Kabupaten Tabanan. Unit Swadana Daerah adalah satuan
kerja tertentu dari Instansi Pemerintah Daerah yang diberi wewenang untuk
menggunakan penerimaan fungsionalnya secara langsung, untuk keperluan
operasional sendiri secara langsung. Dampaknya secara umum adalah pelayanan
menjadi lebih cepat, pelayanan menjadi lebih efisien dan efektif, sistem keuangan
menjadi lebih fleksibel, rumah sakit menjadi lebih mandiri, pengembangan
8
layanan melalui kerjasama dengan pihak ketiga lebihoptimal dilakukan,
kelemahannya adalah Dasar Hukum Swadana saat itu kurang kuat karena hanya
dengan Peraturan Presiden Pada tanggal 26 Juni 2006 dengan Perbup nomor 24.A
Badan BRSU Kabupaten Tabanan ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum
Daerah dengan status BLUD bertahap. Hal ini mengubah sistem swadana menjadi
BLUD dimana system pengelolaannya hampir sama hanya saja lebih rinci dan
memiliki dasar hukum yang kuat melalui PP 23 tahun 2005 tentang Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLUD).Rumah Sakit
ditetapkan secara BLUD bertahap ketika itu karena Permendagri yang mengatur
tentang BLUD belum keluar.
Kemudian dengan Perda nomor 3 tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tabanan Lembaran
Daerah Kabupaten Tabanan tahun 2008 nomor 3, tanggal 12 Maret 2008,
kedudukan dan fungsi Rumah Sakit Tabanan kembali dikukuhkan dengan susunan
struktur organisasi yang berbeda.
Seiring dengan ditetapkannya Permendagri nomor 61 tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, maka
selanjutnya dengan Peraturan Bupati Nomor 29 Tahun 2008 tanggal 1 Desember
2008, sistem pengelolaan Rumah Sakit dikukuhkan sebagai BLUD Penuh.
Sebagai BLUD Penuh Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tabanan
diberikan kewenangan untuk menggunakan secara penerimaan fungsionalnya
dengan membiayai kegiatan operasionalnya.
9
STRUKTUR ORGANISASI BRSU TABANAN
DIREKTUR
11
C. Kajian Situasi Badan Rumah Sakit Umum (BRSU) Tabanan
Badan Rumah Sakit Umum Tabanan merupakan suatu pusat pelayanan
kesehatan spesialistik yang paripurna dan bermutu prima yang menekankan pada
pelayanan yang cepat, tepat, akurat terpercaya dan profesional dengan harga
yang terjangkau serta senantiasa mengutamakan kepuasan pelanggan. Badan
Rumah Sakit Umum Tabanan juga berperan dalam menunjang pariwisata di Bali
khususnya dalam hal memberikan rasa aman/safety ketika mereka menderita
sakit. BRSU Tabanan merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten
Tabanan, terletak di jantung kota dan merupakan RS tipe B Pendidikan sejak 10
Agustus 2016 berbentuk Badan ess IIb, yang telah terakreditasi 16 pokja layanan
dan ISO 9001:2008. BRSU Tabanan berdiri pada tanggal 24 November 1953
dengan nama Rumah Sakit Umum Tabanan.Yang berdiri diatas tanah seluas
1.610 m². Pada bulan April 2002 sistem pengelolaan keuangan BRSU Tabanan
bersifat ”Swadana” dan pada bulan Juni 2006 menjadi BLU. Pada bulan Mei
2014 lulus Akreditasi Standar 2012 dengan tingkat Paripurna.Sampai saat ini
kapasitas tempat tidur BRSU Tabanan 252 tempat tidur.
D. Keyakinan Dasar
1. Mutu Berasal Dari Keberanian Belajar Dan Berinovasi
Mutu hanya bisa ditingkatkan melalui semangat pembelajaran yang terus-
mernerus, keberanian untuk melakukan inovasi-inovasi baru, serta sikap dan
prilaku yang professional.
2. Sukses Ditentukan Oleh Loyalitas Pelanggan
Pelanggan (klien) adalah tujuan utama kita bekerja, karena itu pelanggan
(klien) harus dilayani dengan penuh kasih sayang, tulus ikhlas serta dengan
semangat dan kemampuan yang setinggi-tingginya.
3. Superteam Lebih Baik Dari Pada Superman
Kesuksesan hanya dapat dicapai dengan “Super Sistem“ yang dibangun
melalui “SuperTeam“ yang memiliki rasa kebersamaan, kerjasama, integritas,
jujur, terbuka dan disiplin, serta jiwa yang menjunjung tinggi nilai-nilai
spiritual
12
E. Nilai – Nilai Dasar
1. Pembelajar: sikap dan prilaku yang selalu belajar dari fakta-fakta kegagalan
atau kesuksesan, berani menerima kritikan dan kekurangan diri sendiri dan
selalu berusaha untuk memperbaikinya.
2. Inovatif: sikap prilalu yang kreatif dan berani mengambil risiko untuk
mencoba hal-hal baru.
3. Profesional: sikap prilaku kerja yang menjunjung tinggi etika dan standar-
standar profesi.
4. Kasih Sayang: sikap dan prilakun yang senantiasa bersedia memberi bantuan
dan bersedia melayani dengan ramah hangat dan bersahabat.
5. Ikhlas: sikap dan prilaku yang tulus, tanpa pamrih, dapat menerima kelebihan
dan kekurangan.
6. Semangat: sikap dan prilaku kerja/pelayanan yang dilaksanakan dengan
sungguhsungguh, disiplin disertai dengan perasaan senang dan gembira.
7. Kerja Sama: sikap dan prilaku yang sanggup bekerja sama dalam sebuah tim,
menghargai perbedaan dan keragaman, serta menghargai kelebihan danhak
orang lain.
8. Integritas: sikap dan prilaku yang jujur dan terbuka, utuh dan satu antara
pikiran, ucapan dan perbuatan (Tri Kaya Parisuda).
9. Spiritual: sikap dan prilaku yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan
universal, hukum alam dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
F. Fasilitas Pelayanan
Fasilitas yang di sediakan oleh BRSU Tabanan berupa unit rawat jalan,
unit rawat inap, unit pelayanan intensif, unit gawat darurat (IGD) 24 jam, unit
tindakan medic, unit pelayanan penunjang. Adapun penjabarannya sebagai
berikut:
1. Unit Layanan Intensif
a. ICCU
b. ICU
c. HCU dan Stroke Corner
13
d. HCU 2
e. NICU
f. R.Isolasi
2. Unit Tindakan Medik
a. Kemoterapi
b. Treadmill
c. Laparoscopy
d. EMG (Elektromiografi)
e. Endoscopy
f. Echocardiography
g. VK/ Kamar Bersalin
h. Bedah Sentral (Bedah Umum, Bedah Tulang, Ruang Bedah Urologi,
Bedah Saraf, Kandungan & Kebidanan, Penyakit Mata, THT)
i. Ruang Bedah IRD
j. Hemodialisis/cuci darah
3. Layanan Penunjang Medik
a. Farmasi
b. Laboratorium (Patologi Anatomi, Patologi Klinik, Mikrobiologi dan Bank
Darah RS)
c. Radiologi (USG, CT Scan Multi Slice 128, Pemeriksaan MRI, Rontgen,
dan Treadmill)
4. Layanan Penunjang Non Medik
a. Rekam Medis
b. CSSD
c. Gizi
d. Binatu
e. Promkes & Pemasaran
f. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
g. Sistem Informasi Rumah Sakit
h. Kesehatan Lingkungan (Kesling)
5. Layanan Rawat inap
14
a. Bougenvile
b. Kemunging
c. Dahlia Garing
d. Anggrek
e. Cempaka 2
f. Cempaka 3
g. Madiatama
h. Utama
15
DENAH BRSUD KABUPATEN TABANAN
16
G. Kajian Situasi di Ruang Cempaka II
1. Karakteristik Ruangan
Badan Rumah Sakit Umum Tabanan memiliki ruangan rawat inap
untuk pasien interna salah satunya ruangan Cempaka II yang baru di
renovasi dan mulai di gunakan pada tahun 2018. Ruang Cempaka II
Gambar 2.2.
memiliki 25 pegawai yangDenah BRSUdari
terdiri Kabupaten Tabanan
8 orang PNS dan 17 orang tenaga
kontrak. Dari ke-25 pegawai tersebut terdiri dari 12 orang dengan pendidikan
S1 Ners dan 13 orang dengan pendidikan D3 Keperawatan, serta ada
pegawai yang sedang menempuh pendidikan S1Keperawatan Ners. Dari 25
orang perawat (100%) sudah mengikuti pelatihan BHD, Patient safety,
SPDGT, APAR dan sebanyak tiga orang perawat (12%) mendapat pelatihan
tambahan yaitu pelatihan sebagai CI (Clinical Instructur) dan saat ini ada
yang sedang mengikuti pendidikan S1 profesi ners. Ruang Cempaka II terdiri
dari 2 lantai dimana ruangan tersebut terdapat ruang jaga perawat, ruang
sentralisasi obat, ruang perlengkapan alat, ruang janitor, kamar mandi
pasien, kamar mandi petugas, ruang pantry, dan spoel hook.
17
STRUKTUR ORGANISASI RUANG CEMPAKA II BRSU TABANAN
DIREKTUR
Dr. I Nyoman Susila, M.Kes
KEPALA RUANGAN
Ni Desak Md Kartikayani, S.Kep., NS
WAKIL KEPALA RUANGAN
Ni Made Juli Maharini, S.Kep., Ns
Administrasi Ruangan
Ni Nym Yayang Anggreni
4. Ni Nyoman Supadmi, Amd, Kep 4. Ni Km Dian Kusuma Pratiwi, Amd. 4. I Wayan Adi Sukarm
Kep Ns
18
a. Letak Ruangan
Badan Rumah Sakit Umum Tabanan memiliki 1 gedung Cempaka
dengan tiga lantai dimana pada lantai satu terdapat ruang HCU I dan
Isolasi, lantai dua terdapat terdapat ruang Cempaka II dan di lantai tiga
terdapat ruang Cempaka III. Ruang Cempaka II merupakan ruangan
interna rawat inap yang terletak di sebelah barat ruang bakordik dan
sebelah timur ruang gryatama serta merupakan satu-satunya gedung
berlantai tiga di BRSU Tabanan.
B
B C
A A B A
B D
B E H J
A A F
B G I B
L
M K
Keterangan :
A. Ruang Rawat Inap
B. WC
C. Kamar Perawat
D. Nurse Station
E. Ruang Panel
F. Spoel Hoek
G. Ruang Linen Bersih
H. Ruang Obat
19
I. Janitor
J. Pantry
K. Lift
L. Tangga
M. Selasar
b. Kapasitas Unit Ruangan
Ruang Cempaka II memiliki kapasitas unit ruangan yang terdiri dari
empat puluh dua tempat tidur dimana tiga puluh lima tempat tidur
terdapat di lantai dua ruang Cempaka II serta tujuh tempat tidur terdapat
di lantai satu yaitu ruang isolasi, dua buah troli emergency, empat buah
tensimeter buah berfungsi dengan baik, enam buah troli injeksi, terdapat
6 buah AC diruang pasien.
20
September 171 orang
Oktober 182 orang
November 134 orang
Desember 174 orang
Januari 157 orang
Februari 156 orang
Grafik Jumlah Kunjungan Ruang Cempaka II Dari bulan Januari
2019 – Februari 2020
b. Tingkat Ketergantungan
Menurut Douglas, tingkat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga
kategori yaitu :
1) Perawatan mandiri
a) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri seperti mandi dan
mengganti pakaian
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
d) Observasi tanda vital setiap shift
e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
f) Persiapan prosedur pengobatan
21
2) Perawatan intermediat
a) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi
b) Observasi tanda vital tiap 4 jam
c) Pengobatan lebih dari 1 kali
d) Pakai kateter foley.
e) Pasang infus intake-output dicatat
f) Pengobatan diperlukan prosedur
3) Perawatan total
a) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur
b) Observasi tanda vital tiap 2 jam
c) Pemakaian selang NGT
d) Terapi intravena
e) Pemakaian suction
f) Kondisi gelisah/ disorientasi/ tidak sadar
Catatan :
Dilakukan 1 kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya
dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari
Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi
pasien
Bila hanya memenuhi 1 kriteria maka pasien di kelompokan pada
klasifikasi diatasnya.
22
melakukan registasi, melengkapi rekam medis, serta meminta
kelengkapan administrasi sesuai jaminan. Setelah semua selesai perawat
mengobservasi pasien. Jika kondisi pasien baik maka akan di laporkan
pada dokter serta di lakukan pemeriksaan. Perawat kemudian memberikan
asuhan keperawatan sesuai intruksi yang di berikan oleh dokter.
b. Management unit
Dalam pengelolaan keperawatan di ruang Cempaka II menerapkan
metode MAKP dengan menggunakan MAKP Tim. Dalam pelaksanaanya
terdiri dari Kepala Ruangan, Wakil Kepala Ruangan, Ketua Tim, Anggota
Tim dan Administrasi. Dalam pelaksanaanya Ketua Tim membawahi
Anggota Tim dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketua Tim di
ruangan Cempaka II berpendidikan S1 Ners dan D3 Keperawatan
sedangkan Anggota Tim berpendidikan S1 Ners dan D3 Keperawatan.
Dalam pelaksanaan proses keperawatan menggunakan model MAKP
Tim. Di Ruangan Cempaka II pembagian tugas dibagi menjadi tiga shift
yaitu pagi, sore dan malam.
23
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat
ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan
kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya
dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam
memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang
baik mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat
ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah
dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga
keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager
keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan.
b) Kebutuhan Tenaga Perawat
Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus
memperhatikan beberapa faktor yang terkait beban kerja perawat,
diantaranya seperti berikut:
(1) Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
(2) Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
(3) Rata-rata hari perawatan klien
(4) Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
(5) Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
(6) Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
(7) Pemberian cuti
24
Contoh :
Tingkat ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tk. Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Px
Minimal 3 3 x 0,17 = 3 x 0,14 = 3 x 0,07 = 0,21
0,51 0,42
Partial 6 6 x 0,27 = 6 x 0,15 = 6 x 0,10 = 0,6
1,62 0,9
Total 3 3 x 0,36 = 3 x 0,30 = 3 x 0,20 = 0,6
1,08 0,9
Jumlah 12 3,21 = 3 2,22 = 1,41 = 1orang
orang 2orang
25
(4) Sangat tidak puas : ≤ 25
2) Kajian Data
a) Struktur Organisasi
Ruang Cempaka II sudah memiliki struktur organisasi yang terdiri
dari Kepala Instalasi Rawat Inap, Kepala Ruangan, Wakil Kepala
Ruangan, Ketua Tim, Anggota Tim, Administrasi Ruangan, dan
Pekarya Rumah Tangga. Ruang Cempaka II dipimpin oleh seorang
kepala ruangan dengan latar belakang pendidikan S1 Keperawatan
Ners. Dalam memberikan asuhan keperawatan, staf keperawatan
dibagi menjadi dua orang Ketua Tim yang membawahi delapan
sampai sembilan orang anggota Tim. Ruang Cempaka II juga
memiliki satu orang admministrasi ruangan yang sekaligus
bertugas sebagai inventaris, dan satu orang pekarya rumah tangga.
b) Ketenagaan
(1) Tenaga Keperawatan
Dilihat dari kuantitasnya Ruang Cempaka II memiliki 20
orang perawat dan 5 perawat di ruang isolasi (termasuk kepala
ruangan) dengan kualifikasi pendidikan dan masa kerja dapat
dilihat pada tabel 2.5 berikut:
JUMLAH STATUS
KUALIFIKASI
No Kontrak/ Total
PENDIDIKAN L P PNS
Honorer
1 SI Ners 2 10 2 10 12
D III
2 2 11 6 7 13
Keperawatan
Total 4 21 8 17 25
Sumber : Laporan Pola Ketenagaan Ruang Cempaka II Tahun 2020
26
Dari tabel di atas terdapat 12 orang staf yang berpendidikan
S1 Ners dan 13 orang staf berpendidikan DIII Keperawatan.
27
Jumlah tenaga keperawatan lepas dinas/hari
86x6 = 516 = 1,7 = 2 orang
297 297
Keterangan :
A = Jam perawat/24 jam
B = Sensus harian (BOR x Jumlah tempat tidur )
Realita jumlah tenaga perawat saat ini 15 orang (2 oarang = Karu dan
Wakaru) dan 13 orang perawat pelaksana.
Dengan rincian tenaga ideal menurut metode ilyas :
Tenaga perawat (TP) = A x B x 365
255x jam kerja/hari
= 3,5 x 30,6 x 365
255 x 6
= 39091,350
1530
= 26 orang + 2 oang (Karu dan Wakaru)
= 28 orang
28
Jadi total perawat yang dibutuhkan diruang cempaka 26 orang + 2 orang (Karu
dan Wakaru.)
Dimana kita ketahui diruang cempaka dengan kapasitas 35 bed dan mempunyai
mobilitas yang sangat tinggi, merawat pasien penyakit dama tinggat
ketergantungan tinggi sepeti GGK, CVA Infark, Gagal jantung dan penyakit
tropis lainnya sehingga memerlukan waktu yang lebih lama saat memberikan
asuhan keperawatan
TP : A x B x 365
255x jam kerja/hari
29
d) Tingkat Kepuasan Pasien
Berdasarkan pemantauan indikator mutu pelayanan Instalasi Ruang
Cempaka II, pencapaian indikator tingkat kepuasan pasien di ruang
Cempaka II yaitu pada bulan januari 2020 sebanyak 94% dari target yang
ingin dicapai ≥80%. Berdasarkan pengkajian yang kami dapatkan di ruang
Cempaka II dari tanggal 2-6 Maret 2020 didapatkan data tingkat kepuasan
pasien dari 90 orang pasien sebanyak 76 orang pasien (85%) mengatakan
puas dengan pelayanan yang diberikan di ruangan oleh perawat seperti
menyapa pasien ketika baru datang, menanyakan keluhan, menjelaskan
prosedur sebelum melakukan tindakan, dan menjelaskan kepada pasien
untuk menyampaikan kepada perawat apabila ada keluhan saat di ruangan,
dan sebanyak 14 orang pasien (15%) mengatakan tidak puas dengan
pelayanan yang diberikan.
e) Komunikasi
Komunikasi antar staf di Ruang Cempaka II dilakukan secara lisan dan
tertulis. Rapat ruangan dilakukan hampir setiap pagi apabila ada kasus yang
harus didiskusikan bersama dengan staf keperawatan. Namun, rapat bulanan
dilakukan secara rutin setiap bulan. Sosialisasi instruksi atau pengumuman
dilakukan lisan dan tertulis melalui buku dan papan pengumuman. Di ruang
Cempaka II juga setiap hari dilakukan operan jaga/menginformasikan
keadaan pasien pada pagi hari ke perawat yang jaga pada siang hari Dan
f) Alur Pasien
Dari hasil observasi yang didapat tanggal 2 maret 2020 pukul 10.00 wita
penerimaan pasien baru di ruang Cempaka II BRSU Tabanan di lakukan
dengan baik perawat menerima informasi pasien masuk dari admission, lalu
perawat mengecek bed dan kelengkapan alat, jika tidak terdapat bed kosong
maka perawat akan menginformasikan kembali ke pada admission namun
jika terdapat bed kosong maka perawat segera menyiapkan tempat tidur dan
alat. Kemudian perawat melakukan penerimaan pasien baru dan melakukan
30
timbang terima antara perawat Cempaka II dan perawat yang mengantar
pasien baik dari IGD maupun rawat inap. Kemudian perawat melakukan
registrasi dan mengorientasikan lingkungan dan tata tertib ruangan.
Kemudian perawat melakukan registrasi pasien. Lalu perawat melengkapi
pendokumentasian pada rekam medic dan meminta kelengkapan
administrasi sesuai jaminan. Selanjutnya perawat mengobservasi pasien dan
melengkapi intruksi harian. Setelah itu, jika kondisi pasien tidak baik maka
katim akan melapor ke dokter spesialis/ dr jaga. Sedangkan jika kondisi
pasien tidak ada masalah atau baik maka dokter melakukan pemeriksaan dan
perawat ruangan melanjutkan perawatan/intruksi dokter. Dokter melakukan
visite rutin jika kondisi pasien tidak baik maka perlu pelayanan penunjang
maka perawat ruangan mengantar pasien ke unit pelayanan penunjang
kemudian dokter kontrol hasil. Jika rumah sakit tidak mampu melakukan
tindakan lanjut maka dokter menginformasikan kepada pasien dan keluarga
apabila perlu refral maka perawat ruangan menyiapkan pasien dan
administarasi pasien refral. Jika pada saat dokter visite kondisi pasien sudah
membaik maka perawat ruangan menginformasikan kepada keluarga pasien
boleh pulang. Kemudian perawat ruangan menginformasikan kepada petugas
computer dan admission ada pasien pulang perawat ruangan melengkapi
rekam medis. Kemudian petugas computer menyelesaikan administrasi
pilang. Kemudian kepala ruangan melakukan verifikasi terhadap
kelengkapan administrasi pasien pulang. Kemudian keluarga pasien
melakukan pembayaran, setelah itu perawat ruangan mengecek bukti
pembayaran memastikan pasien diambil oleh keluarganya dengan alamat
dan identitas jelas dan memberikan informasi kepada keluaraga maka
perawat ruangan menyiapkan pasien dan administrasi pasien refral. Jika pada
saat dokter visite kondisi pasien sudah membaik maka perawat ruangan
menginformasikan kepada keluarga pasien boleh pilang. Kemudian perawat
ruangan menginformasikan kepada petugas computer dan admission ada
pasien pulang. Perawat ruangan melengkapi rekam medic. Kemudian
petugas computer menyelesaikan administrasi pulang. Kemudian kepala
31
ruangan melakukan verifikasi terhadap kelengkapan administrasi pasien
pulang. Kemudian keluarga pasien melakukan pembayaran, setelah itun
perawat ruangan mengecek bukti pembayaran memastikan pasien diambil
oleh keluarganya dengan alamat dan identitas jelas dan memberikan
informasi kepada keluarga pasien dan keluarga untuk control. Setelah pasien
pulang perawat atau petugas administrasi mengembalikan rekam medik
pasien keruang CM dan selesai.
Polikinik/IGD
Admission
Perawat Ruangan
Menerima informasi ada pasien baru
Perawat
Mengecek kesiapan ruangan pasien
Perawat Ruangan
Memberi informasi ke admission
Tidak
Konfirmasi kembali
Ad
32 ke admission
a?
Ya Konfirmasi
Menunggu amprah R.
kembali kr R.Rawat
RawatInap
Inap
Menerima
Menyiapkan
Perawat pasien
ruangan
Ruanganbaru Penuh
admission Khusus IGD
Perawat Ruangan
Mengorientasikan pasien dan keluarga
Perawat Ruangan
Mengobservasi pasien
A
2
Tidak
Katim
Kondi
Ya si Lapor kepada Dr Jaga/
Baik Dr Spesialis
Ya
Perawat Ruangan
Melengkapi RM
Petugas komputer
Menyelesaikan administrasi pulang 34
Perawat Ruangan
Mengembalikan Rekam
Medik Pasien ke Ruang CM
Selesai
35
3) Analisis
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 2-6 Maret 2020
terdapat struktur organisasi keperawatan dan alur pasien masuk-keluar
yang jelas dan terstruktur. Karena ruang Cempaka II merupakan ruang
yang khusus untuk perawatan pasien interna dengan cara reguler
dengan jumlah perbandingan antara kebutuhan pasien dengan
kebutuhan tenaga perawat menggunakan teori Pernefri, dimana 1
tenaga perawat mengasuh 7 sampai 8 pasien dan ruang isolasi jumlah
perbandingan antara kebutuhan pasien dengan kebutuhan tenaga
perawat menggunakan teori Pernefri, dimana 1 tenaga perawat
mengasuh 7 pasien. Sehingga untuk menentukan perbandingan antara
kebutuhan pasien dengan kebutuhan tenaga perawat tidak sesuai
dengan rumus douglas.
Berdasarkan perhitungan jumlah perawatan di ruangan Cempaka II
yang digunakan tingkat kebutuhan pasien Menurut Gilles yaitu
kebutuhan tenaga keperawatan terdapat kesesuaian jumlah perawat di
Ruangan Cempaka II dari 33 pasien yang dihitung tingkat
ketergantungan total (total care) sebanyak 16 orang dan
ketergantungan sebagian (partial care) sebanyak 17 orang sedangkan
jumlah perawat di Ruang Cempaka II dan ruang isolasi sebayak 25
orang dengan di bagi tiga shift dan 1 orang administrasi.
36
Berdasarkan kualifikasi dan kompetensi tenaganya, tenaga di Ruang
Cempaka II dan ruangan isolasi yang sudah mengikuti Program
Pendidikan S1 Keperawatan Ners, sebanyak 12 orang terdiri dari laki-
laki 2 orang dan perempuan 10 orang. Sebanyak 13 orang
berpendidikan DIII Keperawatan terdiri laki-laki 2 orang dan
perempuan 11 orang. Dari 25 orang perawat (100%) sudah mengikuti
pelatihan BHD, Patient safety, SPDGT, APAR dan sebanyak tiga
orang perawat (12%) mendapat pelatihan tambahan yaitu pelatihan
sebagai CI (Clinical Instructur) dan saat ini ada yang sedang
mengikuti pendidikan S1 profesi ners.
b. M2 (Material)
1) Kajian Teori
Didalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya
pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung atau penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan. Peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan yang merupakan semua bentuk kesehatan
untuk pelayanan keperawatan yang dipergunakan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
sehingga diperoleh tujuan pelayanan keperawatan yang efisien dan
efektif.
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat
dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing
institusi dengan memperhatikan jenis, alat, bahan, ukuran, jumlah
yang dibutuhkan.
2) Kajian Data
Ruang Cempaka II merupakan ruangan kelas tiga dimana terbagi
menjadi dua ruangan interna dan ruang isolasi interna lima kamar dan
satu kamar ruang isolasi. Kapasitas pasien di ruang cempaka II yaitu
35 pasien dan ruang isolasi kapasitas 7 pasien.
37
Tabel 2.7
Fasilitas alat Medis Di Ruangan Cempaka II BRSU Tabanan
No Nama Barang Jumlah Keadaan Barang
1 ECG 1 Chanel 3 Baik
2 Troly Instrumen 6 Baik
3 Troly Emergency 2 Baik
4 Amubag 3 Baik
5 Bengkok 3 Baik
6 Com kecil 5 Baik
10 Gudel Airway 2 Baik
11 Termometer 5 Baik
12 Syringe Pump 10 Baik
13 Set Rawat Luka 9 Baik
14 Kursi Roda 1 Baik
15 Lampu Baca Rontgen 1 Baik
16 Animex (Blood Warmer) 3 Baik
17 Infusion Pump 7 Baik
18 Torniquet 2 Baik
19 Pispot plastic 2 Baik
20 Tongue Spatel 1 Baik
21 O2 mobile besar dan kecil B6k3 Baik
22 Stetoscope Dewasa 6 Baik
23 Suction 2 Baik
24 Tensimeter Berdiri - Baik
25 Tensimeter dewasa 4 Baik
26 Urinal Plastik 2 Baik
27 Nebulizer 3 Baik
Tabel 3.9
38
Fasilitas Alat Non Medis Di Ruang Cempaka 3 BRSU Tabanan
Tanggal 4 Maret 2020
Tabel 3.10
Fasilitas Alat Tenun Di Ruang
Cempaka 3 BRSU Tabanan Tanggal
28 Januari 2020
39
6 Selimut 80 Baik
3) Analisis
Berdasarkan kajian data di atas, diketahui bahwa Ruang Cempaka II
telah memiliki sarana dan prasarana untuk pasien dan tenaga
kesehatan yang sudah dirasakan cukup. Secara umum fasilitas alat-alat
medik/keperawatan di Ruang Cempaka II sudah sesuai dengan standar
baik secara kualitas dan kuantitas. Namun ada beberapa sarana dan
prasarana yang masih kurang seperti tidak tersedianya pegangan untuk
pasien di kamar mandi untuk mengurangi resiko jatuh, tidak
tersedianya tissue di tempat cuci tangan. Pelebelan obat atau cairan
yang diberikan pada pasien masih belum dilakukan. Dari ruangan
telah mengajukan permohonan pengadaan sarana dan prasarana ke
bidang sarana dan prasarana keperawatan. Pengadaannya disesuaikan
dengan kebutuhan di ruangan. Pengadaan barang habis pakai di Ruang
Cempaka II dilakukan sesuai dengan jumlah stok barang yang ada
sehingga pada saat diperlukan barang tersebut sudah tersedia dan
diamprahkan sesuai dengan pemakaian di ruangan.
c. M3 (Method)
MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
40
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihan
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri
3. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah
sakit
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan
bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan
komprehensif.
Kelemahan
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, akuntabel serta
mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Konsep dasar metode primer
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Ada otonomi
3. Ketertiban pasien dan keluarga
41
Lemberikan pelayanan asuhan keperawatan yang prima dengan mengutamakan
keselatatan pasien dan memenuhi etika keperawatan serta menciptakan iklim
kerja yang harmonis sesuai visi dan misi Badan Rumah Sakit Umum (BRSU)
Tabanan.
Tanggung jawab utama:
1. Terlaksananya pengkajian pasien
2. Teridentifikasinva masalah Ikeperawatan pasien
3. Terencananya asuhan keperawatan pasien
4. Terbantunva aktivitas sehari-hari pasien sesuai kebutuhan pasien
5. Terlaksananva intcivensi spesifik leperawatan dan terapi sesuai kondisi
pasien
6. Terlaksananva evaluasi asuhan keperawatan
7. Terdokumentasinya asuhan keperawatan
Tugas Pokok:
1. Terlaksananya Pengkaiian Pasien
2. Melakukan review pcngkajian data yang ada dan melengkapi data yang
diperlukan.
3. Membangun hubungan saling percaya dan support kepada pasien dan
keluarganya
4. Mengevaluasi faktor risiko.
42
Terencananya asuhan keperawatan pasien
1. Merencanakan asuhan jangka panjang dan jangka pendek
2. Memformulasikan rencana penulangan (discharge planning)
3. Menentukan intervensi atau serangkaian intervensi keperawatan mandiri
4. Menentukan intervensi atau serangkaian intervensi keperawatan kolaborasi
5. Mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan.
6. Mengembangkan pembelajaran (teaching plan) untuk pasien dan keluarga.
7. Melaksanakan interaksi dengan pasien dan keluarganya dalam rencana
asuhan
43
Terlaksananya intervensi spesifilk keperawatan secara kolaborasi PK I dan
PK II
1. Melakukan Perawatan WSD
2. Memberikan Therapi Obat Narkotika
3. Melakukan koordinasi dengan penunjang medik
4. Melakukan koordinasi dengan penunjang non medik
5. Memberikan Training bekerjasama dengan Diklat Keperawatan
6. Memberikan training bekerjasama dengan Diklat Rumah Sakit
Tugas tambahan
1. Melaksanakan tugas tambahan PK I dan II
2. Melakukan bimbingan pada perawat level II
44
menciptakan iklim kerja yang harmonis sesuai dengan visi dan misi Badan
Rumah Sakit Umum (BRSU Tabanan)
Tanggung jawab utama
1. Terlaksananya pengkajian pasien
2. Teridentifikasinya masalah keperawatan pasien
3. Terencananya asuhan keperawatan pasien
4. Terbantunya klatifitas sehari-hari pasien sesuai kebutuhan pasien
5. Terlaksananya intervensi spesifik keperawatan dan terapi sesuai dengan
kondisi pasien
6. Terlaksananya evaluasi asuhan keperawatan
7. Terdokumentasinya asuhan keperawatan
Tugas pokok
Terlaksananya pengkajian pasien
1. Melakukan review pengkajian data yang ada dan melengkapi data yang
diperlukan
2. Membangun hubungan saling percaya dan support kepada pasien dan
keluarganya
3. Mengevaluasi factor resiko
4. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
5. Mendapatkan riwayat keperawatan dan medis dari pasien dan keluarga
6. Mengkaji kondisi mental dan fisik pasien
7. Melengkapi formulir pengkajian
45
3. Menentukan intervensi atau serangkaian intervensi keperawatan mandiri
4. Menentukan intervensi atau serangkaan intervensi keperawatan kolaborasi
5. Mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan
6. Mengembangkan pembelajaran (teaching plan) untuk pasien dan keluarga
7. Melaksanakan interaks dengan pasien dan keluarga (dalam rencana
asuhan)
46
Memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang prima dengan
mengutamakan keselamatan pasien dan memenuhi etka keperawatan serta
menciptakan iklim kerja yang harmonis sesuai visi dan misi Badan Rumah Sakit
Umum (BRSU) Tabanan
Tanggung jawab utama
1. Terlaksananya pengkajian pasien
2. Teridentifikasinya masalah keperawatan pasien
3. Terencananya asuhan keperawatan pasien
4. Terbanntunya aktifitas sehari-hari pasien sesuai kebutuhan pasien
5. Terlaksananya intervensi spesifik keperawatan dan terapi sesuai
kondisi pasien
6. Terlaksananya evaluasi asuhan keperawatan
7. Terdokumentasinya asuhan keperawatan
Tugas pokok
Terlaksananya pengkajian pasien
1. Melakukan review pengkajian data yang ada dan melengkapi data yang
diperlukan
2. Membangun hubungan saling percaya dan support kepada pasiendan
keluarganya
3. Mengevaluasi faktor resiko
4. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
5. Mendapatkan riwayat keperawatan dan medis dari pasien dan keluarga
6. Mengkaji kondisi mental dan fisik pasien
7. Melengkapi formuir pengkajian
47
1. Merencanakan asuhan keperawatan jangka panjang dan jangka pendek
2. Memformulasikan rencana pemulangan (discharge planning)
3. Menentukan intervensi atau serangkaian intervensi keperawatan
mandiri
4. Menentukan intervensi atau serangkaian intervensi keperawatan
kolaborasi
5. Mendokumentasikan rencana asuhan kepearawatan
6. Mengembangkan pembelajaran (teaching plan) untuk pasien dan
keluarga
7. Melaksanakan interaksi dengan pasien dan keluarganya dalam rencana
asuhan
48
Melaksanakan intervensi spesefik keperawatan secara kolaborasi
1. Melakukan intervensi spesifik keperawatan secara kolaborasi PK I
dan II
2. Melakukan perawatan WSD
3. Memberikan terapi obat narkotika
4. Melakukan koordinasi dengan penunjang medic
5. Memberikan koordinasi dengan penunjang dan non medic
6. Memberikan traning bekerja sama dengan diklat keperawatan
7. Memberikan training bekerjasama dengan diklat rumah sakit
Tuga tambahan
1. Melaksanakan tugas tambahan PK I dan II
2. Melakukan bimbingan pada perawat level II
49
1. Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
2. Beban kasus pasien 6-8 orang untuk satu perawat primer
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun
non professional sebagai perawat asisten
a) Kajian Data
b) Analisis
50
radiologi, mengantar pasien OK, pada shift sore melakukan tindakan
seperti mengukut vital sign, memberikan terapi nebulizer,
memberikan injeksi, memberikan obat oral, pada shift malam
tindakan yang dilakukan seperti menyiapkan obat, injeksi,
memberikan obat oral, memerikan terapi nebulizer, mengukur vital
sign. Saat proses asuhan keperawatan, baik PN maupun AN tidak
dapt melaksanakan asuhan keperawatan sesuai tugas masing- masing
seperti misalnya PN yang masih kadang mengerjakan tugas AN. Hal
tersebut disebabkan oleh kurangnya tenaga keperawatan diruangan
sehingga baik PN maupun AN saling membantu dalam melaksanakan
asuhan keperawatan.
1) Timbang terima
Metode yang digunakan di ruang Cempaka II BRSU Tabanan
adalah metode MPKP modifikasi. Timbang terima profesionalisme
dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan
peran dan fungsi perawat, terutama peran dan komunikasi yang efektif
antara perawat maupun dengan tim lainnya saat pergantian shift
(timbang terima pasien). Timbang terima (operan) merupakan tehknik
atau cara menyampaikan laporan, dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau
belum dan perkembangan pasien saat ini. Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga kesinamungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat
primer kepada perawat primer pada shift berikutnya secara tertulis dan
lisan. Di Ruang Cempaka II BRSU Tabanan melakukan timbang
terima saat pergantian jadwal. Adapun kajian teori timbang terima
adalah sebagai berikut :
Tehnik operan fokus ke pasien:
51
1. Dekati dan sentuh pasien
2. Ucapkan salam
3. Bicarakan perkembangan sementara pasien serta diagnosa
kepeawatannya
4. Tanyakan keluhan pasien
5. Tanyakan respon pasien selama dirawat
6. Laporan pasien (vital sign, KU stabil atau tidak)
7. Pemeriksan luka, drain, IVFD, balance cairan, catheter.
8. Cek rencana keperawatan
9. Cek program baru
10. Jelaskan ke pasien rencana hari ini
11. Beri kesempatan pasien bertanya
12. Pemeriksaan kembali catatan keperawatan
13. Dokumentasikan
14. Lanjutkan ke pasien selanjutnya
c) Kajian Data
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa:
1. Karu, Wakaru, ketua tim dan anggota tim melakukan doa besama
di nurse station
2. Karu, Ketua tim dan anggota tim telah mengadakan diskusi
tentang keadaan pasien di ruang cempaka II di nurse station.
3. Perawat mengoperkan kondisi pasien pada perawat yang bertugas
selanjutnya. namun tidak menyebutkan nama dan diagnosa hanya
saja pasien yang bermasalah baru perawat menyebutkan identitas
serta keluhannya.
4. Karu, wakil karu, ketua tim dan anggota tim mengadakan operan
keliling ke pasien, namun diruangan belum menggunakan buku
operan hanya secara lisan.
5. Perawat jarang menanyakan respon pasien selama di rawat,
seperti keluhan yang dirasakan pasien saat operan.
52
6. Perawat sudah memberikan laporan pasien, misalnya vital sign
dan kedaaan umum saat ini.
7. Buku operan jaga menjadi satu dengan buku laporan pasien.
d) Analisis
Berdasarkan data yang didapat, dapat diketahui bahwa timbang
terima dilakukan setiap pergantian shift yang dilakukan oleh
Karu,Wakaru, perawat primer dan perawat associate. Proses timbang
terima diawali dengan doa bersama kemudian perawat yang sudah
berjaga sebelumnya menyampaikan keluhan pasien yang privasi dan
pasien yang dirawat lebih dari 4 hari di nurse station. Setelah
melakukan timbang terima di nurse station, selanjutnya perawat
melakukan operan keliling susuai pembagian tugansnya. Timbang
terima biasanya dilakukan saat pergantian shift baik dari perawat yang
bertugas pada malam hari melakukan timbang terima dengan perawat
yang bertugas pada pagi hari didampingi oleh Karu dan Wakaru
selanjutnya perawat yang bertugas pada pagi hari melakukan timbang
terima pada perawat yang bertugas pada siang hari dan perawat yang
bertugas pada siang hari melakukan timbang terima dengan perawat
yang bertugas pada malam hari. Dalam pelaksanaan timbang terima
belum dilakukan dengan optimal karena pada saat dilakukan timbang
53
terima tidak disampaikan secara detail mengenai kondisi pasien per
individu, seperti tidak disebutkan nama serta nama pasien per
individu. Hal yang disampaikan saat operan diruangan hanya secara
keseluruhan atau apabila ada pasien yang mengalami masalah atau
keluhan serius. Pada proses timbang terima di ruang Cempaka II,
perawat tidak menggunakan buku operan khusus, tetapi menggunakan
Rekam Medik pasien.
2) Ronde keperawatan
a) Kajian teori
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk
membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta
merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dalam
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kepekaan dan cara befikir kritis perawat akan tumbuh dan berlatih
melalui suatu transfer pengetahuan dan mengaplikasikan konsep teori
kedalam praktik perawatan (Nursalam, 2012).
(1) Adapun kegiatan ini mempunyai karakteristik ronde keperawatan
meliputi:
a. Pasien telibat secara langsung
b. Pasien merupakan fokus kegiatan
c. PA/PP dan konselor melakukan diskusi bersama
d. Konselor memfasilitasi kreatifitas
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP
dalam menigkatkan kemampuan mengatasi masalah
(2) Manfaat ronde keperawatan:
54
e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
dengan tepat dan benar.
(3) Kriteria pasien:
Pasien yang dipilih untuk melakukan ronde keperawatan adalah
pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.
1. Tujuan
1) Tujuan umum
55
Mahasiswa bersama staf perawat mampu menerapkan pengolaan
sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengolaan
sentralisasi obat
2) Tujuan khusus
a. Mampu mengelola obat pasien pemberian obat secara tepat
dan benar sesuai dengan prinsip 6 Benar + 1 W
b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dalam
penerapan prisnip 6 Benar + 1W
c. Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan
d. Meningkakan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap
perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat
e. Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi.
2. Peran
Perawat primer dan perawat Associate
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
c. Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat
selama pasien dirawat
d. Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program
terapi
Perawat primer lain dan supervisor
a. Memberikan perlindungan terhadap pasien dengan tindakan
malpraktik
b. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi
c. Motivasi pasien untuk memenuhi program terapi
56
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan
obat
4. Penerimaan obat
a. Obat yang diresepkan DPJP ditunjukan kepada perawat dan obat
yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dan
menerima lembar terima obat untuk selanjutnya obat diterima oleh
perawat
b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan obat dalam kartu kontrol dan diketahui (ditandatangani)
oleh keluarga atau pasien
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang
harus diminum serta kartu sediaan obat
5. Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam form
pemberian obat oral dan injeksi
b. Obat yang telah disimpan selanjutnya diberikan kepada pasien
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat
c. Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh
kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan
dalam rekam medis pasien FRM/8.2/OBAT/2013.
6. Penambahan obat baru
a. Bila terdapat penambahan obat/perubahan jenis, dosis, atau
perubahan alur jenis obat maka informasi ini akan dimasukan
dalam rekam medis pasien di form FRM/8.2/OBAT/2013. obat
sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin maka dokumentasi
dilakukan pada rekam medis di form FRM/8.2/OBAT/2013. obat
57
selanjutnya diinformasukan kepada keluarga dengan kartu khusus
obat
c. Obat khusus
1. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga
yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup
sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya
diberikan dalam waktu tertentu
2. Pada pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
khusus obat, dilaksanaakan oleh perawat primer
3. Informasi yang diberikan kepada keluarga pasien: nama obat,
kegunaan, waktu pemberian,efek samping, penanggung jawab,
pemberian dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau
ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian
4. Menyimpan penyediaan obat
5. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah
obat dan menulis etiket serta alamat pasien
6. System krartu sediaan obat
7. Lemari obat
Dokter Pendekatan
Keperawatan
Resep
58
Pasien/keluarga
7. Pengorganisasian
Penanggung jawab
8. Pelaksanaan
Kegiatan sentralisasi obat dilaksanakan selama praktik management di
ruangan Cempaka II.
9. Rencana strategi
a. Menyusun format sentralisasi obat
b. Melaksanakan pengolahan sentralisasi obat pasien
c. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pegelolaan obat
10. Kriteria evaluasi
a. Struktur
1) Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat
2) Menyiapkan format sentralisasi obat
b. Proses
1) Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan sesuai dengan
ruangan yang telah ditentukan
2) Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah
ditentukan
c. Hasil
1) Pasien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat
2) Obat diberikan secara tepat dan benar
59
oleh perawat selanjutnya keluarga pasien mengambil obat ke bagian
farmasi dengan membawa CPO yang telah diberikan oleh perawat.
Setelah keluarga mendapatkan obat, selanjutnya keluarga
menyerahkan obat keruangan kepada perawat. Setelah menerima obat
dari keluaga, perawat melakukan pengecekan pada obat agar sesuai
dengan yang diresepkan pada CPO. Apabila obat sudah sesuai
perawat menaruh obat pada loker sesuai dengan identitas pasien, yang
selanjutnya pada pemberian obat akan dikelola oleh perawat sesuai
terapi yang didapatkan pasien. Dan dalam penyimpanan obat pasien
didalam loker ( obat oral, obat injeksi, spuit, triway, infus set, abocate)
masih disimpan dengan menggunakan plastik.
4) Supervisi
a) Kajian Teori
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan secara efesien dan
efektif (Sudjana, 2015).
Menurut Depkes (2015), supevisi keperawatan kegiatan pengawasan
dan pembinaan yang dilakukan secara bekesinambungan oleh
supervisi mencakup masalah pelayanan kepeawatan, masalah
ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang
bemutu setiap saat. Unsur–unsur pokok dalam supervisi menurut
Azwar (2016) adalah:
1. Pelaksana
Pelaksana atau yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi
adalah atasan, yakni mereka yang memiliki kelebihan dalam
organisasi. Kelebihan yang dimaksud sering dikaitkan dengan
status yang lebih tinggi (supervisor) dan karena itu fungsi
supervisi memang dimiliki oleh atasan. Namun untuk
60
keberhasilan, supervisi harus lebih mengutamakan kelebihan
pengetahuan atau ketrampilan.
Menurut Ali Zaidin dalam bukunya Dasar-Dasar Kepemimpinan
dalam Keperawatan membagi tingkatan atas kelas manajer dalam
melakukan supervisi:
(1) Manajer puncak/top manajer bertanggung jawab atas seluruh
kegiatan dari hasil kegiatan serta proses manajamen
organisasi (misalnya: Kakanwil Depkes, Kadinkes darah dan
Diretur RS)
(2) Manajer menengah/middle manajer memimpin sebagian
manajer tingkat pertama (missal: kepala bagian tata usaha,
kepala bidang, Kasubdin Provinsi)
(3) Manajer tingkat pertama/First Line Manajer yang bertugas
memimpin langsung para pelaksana atau pekerja (misal:
Kepala Seksi dan kepala urusan)
Untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik diperlukan
beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh
pelaksana supervisi atau supervisor (Azwar A, 2015) adalah
sebagai berikut.
(1) Sebaiknya pelaksana supervisi
adalah atasan langsung dari yang disupervisi, atau apabila
tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas
wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
(2) Pelaksana supervisi harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang cukupu ntuk jenis
pekerjaan yang disupervisi.
(3) Pelaksana supervisi harus memiliki
keterampilan melakukan supervisi, artinya memahami
prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi.
(4) Pelaksana supervisi harus
mempunyai sifat edukatif, suportif dan bukan otoriter.
61
(5) Pelaksana harus mempunyai waktu
yang cukup, tidak tergesa-tergesa melainkan secara sabar
berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
bawahan yang di supervisi.
Pelaksana supervisi yang baik, memerlukan bekal
kemampuan yang banyak. Selain lima syarat di atas juga
dibutuhkan kemampuan melakukan komunikasi, motivasi,
pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan.
2. Sasaran
Sasaran atau objek dari supevisi adalah pekerjaan yang dilakukan
oleh bawahan yang melakukan pekejaan.
3. Frekuensi
Fekuensi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda.
Supervisi yang dilakukan hanya sekali, bukankah supevisi yang
baik. Tidak ada pedoman yang pasti tentang seberapa sering
supevisi dilakukan, tergantung derajat kesulitan pekejaan.
4. Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan
secara langsung sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup
untuk dapat melaksanakan tugas atau pekejaan dengan hasil baik.
5. Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasanya mencangkup empat
hal pokok yaitu menetapkan masalah dan pioritas, menetapkan
penyebabkan masalah atau prioritas/jalan kelua, melaksanakan
jalan keluar, menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut
berikutnya.
Teknik supevisi ada dua yaitu dengan pengamatan langsung dan
kerjasama.
Langkah – langkah supevisi ada tiga yaitu:
(1) Mengadakan pesiapan pengawasan
62
(2) Menjalankan pengawasan
(3) Memperbaiki penyimpangan
Manfaat supervisi ada 2 yaitu :
(1) Meningkatkan efektivitas kerja
(2) Meningkatkan efisiensi kerja
b) Kajian Data
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Cempaka II
terdapat dua jenis supervisi yaitu : supervisi management dan
supervise klinis. Diruang cempaka II dilakukan supervise klinis yaitu
supervisi dari Karu dan Wakaru ke Perawat Primer dan perawat
primer ke Perawat Assosiate. Supervisi tersebut dilakukan rutin seriap
1 minggu sekali yaitu hari jumat. Adapaun kegiatan supervisi
diruangan yang dilakukan pengecekan tentang obat, pengambilan
sampel darah, pemberian O2, trasfusi darah.
c) Analisis
Secara tiori supervisi dilakukan untuk memberikan bantuan kepada
bawahan secara langsung sehingga bawahan memiliki bekal yang
cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil
baik yang mencakup 4 hal pokok yaitu penetapan masalah dan
prioritas, menetapkan penyebab masalah atau jalan keluar,
melaksanakan jalan keluar, menilai hasil yang dicapai untuk tindak
lanjut berikutnya. Sedangkan supervisi yang dilakukan diruang
Cempaka II yaitu beruapa supervisi klinis yang bertujuan untuk
memantau baik dalam pemberian obat, transfuse darah, pengambilan
sampel darah, pemberian O2.
6. Discharge planning
a) Kajian teori
63
Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang terkait
dengan rentang keperawatan. Rentang keperawatan sering pula
disebut dengan perawatan berkelanjutan yang artinya perawatan yang
dibutuhkan oleh pasien dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk
memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang akan
berisiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup dan disfungsi
fisik. Dalam perancanaan pulang diperlukan komunikasi yang baik
dan terarah sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan
berguna untuk proses perawatan di rumah.
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang (carpenito, 1999 dalam
nursalam, 2012), menurut Hurts (1990) dalam nursalam (2012), yang
dikutip kristina (2007) dalam nursalam (2012), perencanaan pulang
merupakan proses yang dinamis agar tim kesehatan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien untuk melakukan
perawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang didapatkan dari
proses interaksi dimana perawat profesional, pasien dan keluarga
berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan. Perencanaan pulang diperlukan oleh pasien dan harus
berpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik,
rehabilitatif, serta perawatan rutin yang sebenarnya (swenberg, 2000
dalam nurslam 2012).
Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan yang
terintegrasi yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu di rumah
sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien pulang.
Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan
perawatan di rumah. Namun, sampai saat ini perencanaan pulang bagi
pasien yang dirawat belum optimal karena peran perawat masih
terbatas pada pelaksanaan kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya berupa
64
informasi tentang jadwal kontrol ulang. (Nursalam, 2007; 248 dalam
Nursalam 2012).
Menurut Jipp dan Siras (1986) yang dikutip dalam nursalam (2012)
perencanaan pulang bertujuan:
(1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologi dan social
(2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
(3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
(4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain;
(5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien
(6) Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat.
65
(4) Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga/sumber daya maupun
fasilitas yang tersedia di masyarakat.
(5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system atau tatanan
pelayanan kesehatan.
66
(5) Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan,
minum, eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian, kebersihan diri,
keamanan dari bahaya komunikasi, keagamaan, rekreasi dan
sekolah.
(6) Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat.
(7) Sumber finansial dan pekerjaan.
(8) Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien setelah dirawat.
67
Adapun pelaksanaan Discharge Planning yang idealnya dilaksanakan:
(1) Ketua tim memberi Health Education (HE) pada pasien yang akan
pulang atau yang direncanakan pulang, meliputi: obat-obatan yang
masih harus diminum di rumah, diet, aktivitas, istirahat, kapan
kontrol kembali dan dimana, apa saja yang dibawa pulang dan hal-
hal yang perlu diperhatikan pasien selama di rumah.
(2) Jika pasien pulang dengan meneruskan perawatan khusus, seperti
perawatan kateter atau perawatan luka, maka pasien dan keluarga
dibekali pengetahuan tentang perawatan kateter dan perawatan
luka.
(3) Selain memberikan penjelasan secara lisan, ketua tim juga
memberikan kartu discharge planning dan leaflet-leaflet lain yang
berisi penjelasan yang diperlukan.
Setelah pasien dan keluarga mendapatkan discharge planning maka,
pasien atau keluarga menandatangani format discharge planning
sebagai bukti telah mendapatkan discharge planning dari perawat.
68
b) Kajian Data
Discharge planning sudah dilakukan di Ruang Cempaka II BRSU
Tabanan. Dalam pelaksanaan pemberian health education perawat
memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pola makan
yang harus dijaga, istirahat yang cukup, minum obat secara rutin serta
control kembali pasca rawat inap. Proses Discharge planning di ruang
Cempaka II dilakukan oleh perawat sesuai dengan perencanaan pasien
pulang.
c) Analisis
Discharge planning sudah dilakukan di ruang Cempaka II dengan
baik, petugas sudah memberikan KIE kepada pasien maupun
keluarga seperti pola makan yang harus dijaga, istirahat yang cukup,
minum obat secara rutin serta control kembali pasca rawat inap.
7. Metode/standar/pedoman/protap
a) Kajian teori
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang
diinginkan dan mampu dicapai berkaitan dengan parameter yang telah
ditetapkan. Berdasarkan Clinical Practice Guidline (1990), standar
merupakan keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal.
Tujuan standar keperawatan menurut Gillies (2006) adalah untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan
keperawatan, dan melindungi perawat dari kelalaian dalam
melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak
terapeutik.
Standar Pelayanan Keperawatan merupakan standar dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien sesuai dengan penyakit pasien.
Standar Asuhan Keperawatan berdasarkan kelompok penyakit:
69
standar asuhan keperawatan bedah, SAK interna, SAK Anak, SAK
kegawatan dan lain-lain. Masing-masing kelompok SAK akan
dijabarkan sesuai dengan jenis kasus yang ada disuatu ruangan.
Standar administrasi merupakan standar yang berisikan kebijakan-
kebijakan dari suatu rumah sakit.
b) Analisis
Berdasarkan observasi dan pengkajian menggunakan cek list yang
yang dilakukan di ruang Cempaka II, sudah terdapat SAK dan SOP
yang bisa menjadi pedoman dalam melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien. Dari 6 orang perawat yang terdiri katim dan anggota
tim, perawat yang bertugas semua menggunakan cap serta rambut
sudah ditata dengan rapi. Saat melakukan tindakan semua perawat
sudah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan SOP yang
ada .
8. Dokumentasi keperawatan
a) Kajian teori
Sistem pendokumentasian yang berlaku saat ini adalah POR (Problem
Oriented Record) merupakan model dokumentasi yang berorientasi
terhadap masalah, model yang berpusat pada data yang
didokumentasikan dan disusun berdasarkan masalah klien.
Komponen-komponen model dokumentasi POR:
1) Data Dasar
2) Daftar Masalah
3) Daftar Rencana Awal
4) Asuhan Keperawatan
5) Catatan Perkembangan
b) Kajian Data
70
Model pendokumentasian di Ruang Cempaka II sudah menggunakan
model POR. Format dokumentasi perawatan pasien yang digunakan di
Ruang Cempaka II dapat dilihat pada tabel.
c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi, pendokumentasian di ruang Cempaka II
sudah sesuai berdasarkan POR. Namun ada beberapa RM pasien yang
tidak berisi identitas pasien.
9. Uraian Tugas
a) Kajian teori
71
(1) Pengertian
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi dan tugas serta tanggung
jawab yang dijabarkan kedalam kegiatan pekerjaan. Pernyataan
tertulis untuk semua tingkat jabatan dalam satu unit yang
mencerminkan fungsi, tanggung jawab, dan kualitas yang
dibutuhkan.
(2) Manfaat
(a) Seleksi individu yang berkualitas
(b) Menyediakan alat evaluasi
(c) Menentukan budget
(d) Penentuan fungsi departemen
(e) Klasifikasi fungsi departemen
(3) Lingkup uraian tugas
Uraian tugas dapat menjadi rintangan bila tidak akurat, tidak
lengkap dan kadaluarsa. Penulisan uraian tugas yang sempurna
dapat menjadi aset dan dapat menggambarkan organisasi kerja
yang memberikan pandangan operasional secara keseluruhan dan
menunjukkan bahwa uraian tugas telah dirancang dan dianalisa
sebagai suatu bagian integral dari pelayanan organisasi kerja.
Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi
teknologi, uraian tugas adalah subyek perubahan. Perawat atau
bidang manajer harus memelihara agar pekerjaan tetap relevan
dengan uraian tugas melalui perbaikan secara periodik dan
sistematis.
(4) Klasifikasi uraian tugas
Terdiri dari lima dimensi:
(a) Administrasi: jadwal, permintaan dan pemeliharaan alat,
uraian tugas personil, klarifikasi tanggung jawab dan
akuntabilitas.
72
(b) Jaminan mutu: pengetahuan tentang standar, pengembangan
staf, peningkatan motivasi, membangun kerjasama tim,
refleksi kasus.
(c) Promosi: komunikasi, motivasi, pendidikan dan bimbingan.
(d) Monitoring kinerja klinik: observasi, memeriksa dokumen,
diskusi/pecatatan.
(e) Kepemimpinan: pengarahan, pelimpahan wewenang, dan
advokasi.
(5) Prinsip-prinsip uraian tugas
(a) Mengidentifikasi fungsi dan tugas yang telah ditetapkan
(b) Membuat urutan tugas secara logis dan jelas
(c) Mulaim dengan kalimat aktif
(d) Gunakan kata kerja
Jadi deskripsi tugas adalah seperangkat fungsi dan tugas
tanggung jawab yang dijabarkan ke dalam kegiatan pekerjaan.
b) Kajian Data
Dari data yang didapatkan di Ruang Cempaka II, masing-masing
petugas (Kepala ruangan, Ketua tim dan Anggota tim) memiliki tugas
masing-masing, dan sudah ada uraian tugas secara tertulis di ruangan.
c) Analisis
Dari data yang didapatkan di ruang Cempaka II, masing-masing
petugas (kepala ruangan, Ketua tim dan Anggota Tim) memiliki tugas
masing-masing, dan pendokumentasian tugas sudah ada secara tertulis
di ruangan. Dan masing-masing petugas sudah mampu menjalankan
uraian tugasnya
d. M4 (Money)
1) Kajian Data
a) Tarif Perawatan
Ruang Cempaka II merupakan ruang perawatan yang menggunakan
pembayaran melalui jaminan kesehatan BPJS maupun umum. Tarif
73
perawatan dalam satu malam rawat inap diruang Cempaka II
dibedakan antara BPJS kelas III maupun pembayaran secara umum. Di
ruang Cempaka II BRSU Tabanan biaya perawatan yang berlaku saat
ini seseuai dengan yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit yaitu
untuk rawat inap kelas III tarif per malam yaitu Rp. 45.000, dan tarif
untuk umum yaitu Rp. 107.000 per malam.
b) Pendanaan
Berdasarkan hasil wawancara kelompok dengan kepala ruangan
Cempaka II, sumber keuangan yang digunakan untuk pengolaan
ruangan, sarana dan prasarana didapat dari APBD dan APBN Rumah
Sakit.
c) Analisis
Berdasarkan data skunder melalui wawancara, tarif diruangan
Cempaka II berdasarkan kelas dan non kelas sesuai dengan tarif yang
ditentukan oleh rumah sakit. Dana untuk pengelolaan ruangan secara
keseluruhan berasal APBD dan APBN Rumah Sakit.
e. M5 (Market)
a) Kajian teori kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses dan outcome sistem pelayanan rumah sakit tersebut.
Mutu asuhan pelayanan rumah sakit juga dikaji dari tingkat pelayanan
oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi rumah sakit
secara umum aspek penilaiaan meliputi, evaluasi, dokumentasi,
instrumen, audit (EDIA).
b) Aspek Struktur (Input)
Struktur adalah semua input untuk sistem pelayanan yang meliputi M1
(Tenaga), M2 (Sarana dan Prasarana), M3(Metode Asuhan
Keperawatan), M4 (Dana), M5 (Pemasaran). Ada sebuah asumsi yang
menyatakan bahwa jika struktur sistem rumah sakit tertata dengan baik
74
akan lebih menjamin mutu pelayanan. Kualitas struktur rumah sakit
diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi) dan mutu dari
masing-masing komponesn struktur.
c) Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat dan tenaga profesi lain
yang mengadakan interaksi secara profesional dengan pasien. Interaksi
ini diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien,
penegakan diagnosa, rencana pengobatan tindakan, indikasi tindakan,
penanganan penyakit, dan prosedur tindakan.
d) Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat dan tenaga
profesi lain terhadap pasien.
1) Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasaan pasien dapat
diukur dengan jumlah keluhan dari psien/keluarga, surat pembaca
dikoran, surat kaleng, surat masuk dikotak saran, dan lainnya.
2) Indikator cakupan pelayanan sebuah rs terdiri atas:
(a) Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap menurut
jarak RS dengan asal pasien
(b) Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan
pembedahan dan jumlah kunjungan SMF spesialis
(c) Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka
standar (indikator) nasional. Jika bukan angka standar nasional,
penilaiaan dapat dilakukan dengan menggunakan hasil
pencatatan mutu pada tahun-tahun sebelumnya dirumah sakit
yang sama. Setelah dikembangkan kesepakatan pihak
manajemen/direksi RS yang bersangkutan dengan masing-
masing SMF dan staf lainnya yang terkait.
3) Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien.
a) Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
b) Pasien diberi obat salah
c) Tidak ada obat atau alat emergensi
75
d) Tidak ada oksigen
e) Tidak ada suction
f) Tidak ada tersedia alat pemadam kebakaran
g) Pemakian obat
h) Pemakian air, listrik, gas, dan lain-lain.
2) Kajian Data
a) Indikator Mutu
Pemantauan indikator mutu pelayanan ruang Cempaka III
76
sembuh/PP
9 Kematian pasien ≤ 0,24 % ≤ 0,24 % 8,87 % 5%
10 Presentase pelaksanakan prosedur 100% 100% 96,13 % 97, 76 %
identifikasi pasien dilaksanakan tepat
dan benar **
11 Presentase pelaksanaan read back dan 100% 100% 98,04% 89,47 %
whrite back oleh penerima instruksi dan
ditanda tangani (sign here) oleh pemberi
instruksi dalam waktu 1x24 jam
12 Peencanaan pasien pulang tanpa di 0% 0% 0% 0%
discharge planning
13 Angka kejadian kesalahan pada 0% 0% 0% 0%
pemberian obat oleh perawat (KTD dan
KNC)
14 Angka kejadian cidera akibat restrain 0% 0% 0% 0%
15 Asesmen awal oleh DPJP dilaksanakan 100 % 100 % 96,65% 81,08 %
pada semua pasien baru diruangan rawat
inap dalam waktu selambat-lambatnya
24 jam sesak pasien dinyatakan MRS
16 Pelabelan obat higt alert dengan stiker 100 % 100 % 100 % 100%
higt alert **
17 Angka tidak terpenuhinya kebutuhan 0% 0% 0% 0%
mandi, berpakaian, toileting/eliminasi
yang disebabkan oleh keterbatasan
perawatan diri*
18 Kepuasan pelanggan ≥ 80% ≥ 80% - -
b) BOR
Bed Occupancy ratio adalah prosentase pemakian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu, indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2011).
Rumus BOR :
(Jumlah hari perawatan rumah sakit /
jumlah tempat tidur x jumlah hari
dalam satu priode) x 100%
Dari hasil data yang didapatkan adapun hasil BOR diruang cempaka II
pada bulan februari tahun 2020 yaitu: 30,89% : 35 x 100% = 88,25%.
77
No ICD Nama ICD 2019
1. N18.0 End-stage renal disease 132
2. A91 Dengue hemorrhagic fever 87
3. I163.8 Other cerebral infarction 79
4. K30 Dyspepsia 74
5. I20.0 Unstable angina 54
6. E86 Volume depletion 51
7. E11.2+ Non insulin dependent diabets mellius renal 45
comlications
8. J44.1 Crhonic obstructive pulmonary disease with 42
acute exacerbation unspecified
9. D53.8 Other specified nutritional anaemias 41
10. I48 Atrial fibrillation and flutter 39
3) Analisis
Berdasarkan Pengkajian di BRSUD Tabanan di ruang Cempaka II bahwa
sistem di ruangan menggunakan BOR serta menggunakan Indikator mutu
ruangan.
78
79