Menurut Asas Teritorial, yang terdapat dalam rumusan pasal 2 KUHP, yang menyatakan;
Aturan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap yang melakukan
perbuatan pidana di dalam wilayah Indonesia. Jadi asas ini menitik beratkan pada terjadinya
perbuatan di dalam wilayah/territorial negara, dengan mengesampingkan siapa yang melakukanya.
Dengan rumusan setiap orang, maka mengandung pngertian siapa saja, baik warga negara
Indonesia sendiri maupun warga negara asing.
Berlakunya asas teritotial dalam pasal 2 KUHP diatas di perluas dengan ketetentuan yang
terdapat dalam pasal 3 KUHP yang menyatakan : “ Aturan pidana dalam perundang-undangan
berlaku bagi setiap orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di dalam air atau
pesawat udara Indonesia”. Delik/Tindak pidana kejahatan yang dilakukanya merupakan tindak
pidana berlapis yaitu penyelundupan narkotika golongan 1 di bawah 5 gram dan penyelundupan
barang illegal karena tidak memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku atau tidak
memenuhi prosedur pabean.
2. Dasar Hukumnya Pasal 88 KUHPidna, yakni: Dikatakan ada permufakatan jahat, apabila
dua ora
ng atau lebih telah sepakat akan melakukan kejahatan. Di dalam UU nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika (UUN) pasal 1 angka 18 UUN dianggap sebagai Lex Specialist dari KUHPidana.
Adapun pasal 1 angka 18 UUN sbb; “ Permufakatan jahat adalah perbuatan dua orang atau lebih
yang bersengkongkol atau besepakat untuk melakukan, melaksanakan, membantu, turut serta
melakukan, menyuruh, menganjurkan, memfasilitasi, member konsultasi, menjadi anggota suatu
organisasi kejahatan narkotika atau mengorganisasikan kejahatan narkotika”.