Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HUKUM PAJAK

Oleh :
DEWI ANDRIANI
D1A019137
B1

PRODI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
2020/ 2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucaapkan kepada Allah swt. atas segala rahmat dan hidayah yang
telah dilimpahkan-Nya kepada kita, sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik
yang membahas tentang “Urgensi Pajak Dalam Rangka Peningkatan PAD”. Selanjutnya,
shalawat dan salam saya sanjungkan kepada Rassulullah saw. dan para sahabat beliau yang telah
membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam penuh ilmu pengetahuan. Saya berterima
kasih kepada M. Saleh SH. MH. selaku dosen mata kuliah Hukum Pajak yang telah memberikan
tugas ini kepada saya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang Hukum Pajak. Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi
siapapun yang membacanya. Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan.

Mataram, Jumat 11 Maret 2020

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan
kepada Daerah dalam melaksanakan Otonomi Daerah. Otonomi daerah yang berlandaskan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, membahas tentang hak,
wewenang dan kewajiban daerah otonom dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pelaksanaan Otonomi Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
masyarakat. Sumber keuangan daerah salah satu yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah
Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan pendapatan diperoleh
Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil
pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendpatan Asli Daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan tingkat kemandirian suatu daerah. Semakin tinggi
pemasukan Pendapatan Asli Daerahnya maka semakin tinggi pula tingkat kemandirian suatu
daerah. Maka, Pemerintah Daerah perlu serta harus mengoptimalkan pengelolaan sumber
pendapatan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah.
Menurut Budi Waluyo (2012) pada dasarnya penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah mempunyai ketertarikan yang erat dengan jasa pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat sehingga pertumbuhan dan peningkatan perekonomian
ikut mendorong penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Kurang optimalnya PAD dalam kontribusi pada sumber pendapatan daerah,
menandakan kurangnya juga dalam pengelolaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Pengoptimalan
PAD dilakukan dengan cara lebih ditekankan lagi dalam penggalian potensi-potensi sumber
daya daerah. Pajak Daerah yang merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu
Daerah yang dibayar oleh masyarakat yang bersifat memaksa dengan berdasarkan Undang-
undang yang digunakan untuk keperluan daerahnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyatnya serta perwuju dan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Urgensi Adanya Pengaturan Terkait
Pajak Daerah
Penetapan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 merupakan salah satu upaya
untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Pembiayaan
pemerintahan dan pembangunan daerah yang berasal dari pendapatan asli daerah,
khususnya yang bersumber dari pajak daerah atau retribusi daerah, perlu ditingkatkan
sehingga kemandirian daerah dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan
didaerah dapat terwujud. Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah daerah, hamper semua urusan telah diberikan ke Provinsi Kabupaten dan Kota
dalam rangka Otonomi Daerah yang penuh. Berarti provinsi, kabupaten dan kota harus
mengurusi daerahnya sendiri dengan biaya sendiri.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah untuk
mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan dari pusat, sehingga akan meningkatkan
otonomi dan keleluasan daerah. Langkah penting yang harus dilakukan dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah yakni memberikan kewenangan kepada pemerintah
provinsi dalam menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah yang cukup potensial
untuk digali salah satunya dari sector pajak daerah.

Pengaturan Pajak Daerah di provinsi JawaTengah telah mengacu pada peraturan


yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yang sudah direalisasikan dalam bentuk perda yang mengatur mengenai
Pajak Daerah yakni Perda Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Provinsi Jawa
Tengah, namun dalam realisasinya belum optimal. Hal ini disebabkan Karena tidak pernah
digunakan hak prakarsa DPRD (inisiatif) dan hanya eksekutif yang membuat Raperda yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, sehingga ada beberapa isi
Perda yang belum berjalan sebagaimana mestinya.
Membahas mengenai Perda maka berhubungan dengan kewenangan daerah.Dalam
kepustakaan hokum Belanda, soal wewenang selalu menjadi bagian penting dan bagian
awal dari hokum administrsi adalah wewenang pemerintah (bestuursbevevoeghaeid).
Steenbek dalam tulisannya menyatakan bahwa dalam hokum tata Negara wewenang
(bevoegheid) didiskripsikan sebagai kekuasaan (rechtmacht). Jadi dalam konsep hukum
publik, wewenang terdiri dari sekurang-kurangnya tiga komponen yaitu, pengaruh,dasar
hokum dan kepastian hukum.
Cara memperoleh wewenang dalam hukum administrasi dikenal dengan dua cara
untuk memperoleh wewenang yaitu, atribusi dan delegasi. Atribusi juga merupakan
wewenang untuk membuat keputusan (besluit) yang langsung bersumber kepada undang-
undang dalam arti material.
Yang dapat membentuk wewenang adalah organ yang berwenang berdasarkan
peraturan perundnag-undangan. Delegasi diartikan sebagai penyerahan wewenang (untuk
membuat besluit) oleh pejabat pemerintahan kepadapihak lain dan wewenang tersebut
menjadi tanggung jawab pihakl ain tersebut.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa wewenang yang diperoleh pemerintahan
daerah dengan cara atribusi, yaitu wewenang pemerintah provinsi yang diperoleh dari
atribusi hokum positif. Hukum positif tersebut adalah Undang-Undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah. Wewenang pemerintah provinsi dalam hal ini dibatasi
wewenang dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan peraturan daerah.
Wewenang pemerintahan provinsi dalam system otonomi daerah khususnya pembuatan
Perda diperoleh dengan cara atributif. Pembentukan peraturan perundang- undngan
(termasuk didalamnya peraturan daerah) tidak dapat lepas dari aspek politik hokum dan
demokrasi.

2. Pengaruh Eksistensi Pengaturan Pajak Daerah terhadap


Pendapatan Asli Daerah

P
ajak Daerah yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada pemerintah daerah tanpa balas jasa langsung yang dapat ditunjuk, yang dapat
dipaks akan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pajak daerah adalah kontribusi wajib oleh orang pribadi atau badan kepada daerah yang
bersifat memaksa tanpa mendapat timbal balik secara langsung.
Pranata hokum yang merupakan hokum positif dalam pengaturan tentang pajak
daerah yang berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 dan Perda Provinsi Jawa
Tengah Nomor 2 Tahun 2011, Pajak Daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemampuan rakyat.
Pajak Daerah merupakan salah satu andalanPendapatan Asli Daerah disamping
Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Lainnya yang dipisahkan. Pungutan pajak daerah dan retribusi daerah di Indonesia
didasarkan pada Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi.
Pajak daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang mempunyai peranan
penting berasal dari Pendapatan Asli Daerah sendiri. Hal inidikarenakan semakin besar
jumlah penerimaan Pajak Daerah maka akan semakin besar jumlah Pendapatan Asli
Daerah. Karena Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah, setiap
peningkatan Pajak Daerah akan mempengaruhi peningkatan pada Pendapatan Asli Daerah.

3. Pajak Daerah sebagai Sumber untuk Meningkatkan


Pendapatan Asli Daerah

Menurut pengertiannya, pajak daerah adalah pajak yang berwawasan perseorangan


atau badan kepada daerah yang masuk.Pajak yang diberikan penduduk kepada daerah
digunakan untuk kepentingan pemerintah daerah dalam membangun wilayahnya.Contohnya
seperti pembangunan jalan, jembatan, pembukaan lapangan pekerjaan yang baru, pelatihan
kerja dan kepentingan pembangunan yang lainnya.Penerimaan pajak daerah merupakan
salah satu sumber dalam Pendapatan asli Daerah atau PAD.
Selain sumber untuk PAD, Penerimaan pajak daerah juga merupakan salah satu
sumber untuk Anggaran Pendapatan Daerah (APBD) yang fungsinya bagi pemerintah
adalah bentuk dana untuk merealisasikan program-program kerja yang telah direncanakan.
Kemenkeu membedakan fungsi pajak daerah, yaitu penerimaan dan fungsi
penerimaan.Pembedaan fungsi tersebut dikotomis.
1) Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Fungsi yang paling utama menonjol dalam pajak darah adalah untuk mengisi kas
daerah.Fungsi ini disebut fungsi penerimaan yang dapat dikatakan dalam arti
sederhananya sebagai suatu alat pemerintah daerah dalam mengisi kas daerah dari
masyarakat guna kepentingan pembangunan daerahnya.Fungsi penerimaan ini
menghendkai pemasukan sebesra-besranya dengan pengeluaran yang seminim-minimnya
dari suatu pemungutan pajak.
2) Fungsi mengatur (Regulerend)
Fungsi lain dari pajak daerah adalah untuk mengatur atau regulerend. Dalam hal ini pajak
daerah dapat digunakan oleh pemerintah daerah sebagai instrumen untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu.Dalam hal ini, pengenaan pajak daerah dapat dilakukan untuk
mempengaruhi tingkat konsumsi dari barang dan jasa tertentu.

Pemungutan pajak daerah dapat meningkatkan pendapatan suatu daerah. Terlebih


pada era otonomi daerah, di mana daerah memerlukan dana untuk melaksanakan tugas-
tugas pemerintahan dan pembangunan yang tidak sedikit sedangkan sumber-sumber
pendanaan, baik dari pusat ataupun yang lainnya, sangat terbatas. Hal ini mendasari
pemungutan pajak, daerah juga dipacu untuk melahirkan kreativitas dalam menciptakan
sumber-sumber pendanaan yang dapat menyokong kebutuhan pemerintahan dan
pembangunan.Di sinilah berperan fungsi mengatur, di mana pemerintah dapat mengatur
skema pemungutan pajak dengan pungutan pajak tinggi pada kegiatan masyarakat yang
kurang dibutuhkan.Sebaliknya, untuk kegiatan yang sering dilaksanakan dan
menumbuhkan produktivitas masyarakat dikenai pajak dengan nominal sedikit.
Dalam berbagai literatur dan peraturan perundang-undangan, menurut paper yang
dipublikasikan oleh kemenkeu, peningkatan pada pendapatan asli daerah seolah-olah
memiliki keterkaitan secara langsung dengan kinerja pemerintah daerah.Kadangkala,
indikator keberhasilan daerah dilihat dari peningkatan pendapatan asli daerah.Oleh
karena itu, hal tersebut mendorong pemerintah untuk berfikir kreatif dalam mengelola
potensi yang dimiliki dan menghidupkan perekonomian daerahnya.
Akan tetapi karena peningkatan pendapatan asli daerah yang juga dapat
dipengaruhi dari jumlah penerimaan pajak daerah menyebabkan pemerintah berusaha
membuat jenis-jenis pajak daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah tanpa
mempertimbnagkan dampak baik dan buruk di waktu mendatang.

 Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Tanpa Membebani Masyarakat


Peningkatan pendapatan asli daerah merupakan salah satu modal keberhasilan
dalam mencapai tujuan pembangunan daerah.Karena PAD menentukan kapasitas daerah
dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan.Baik pelayanan publik maupun
pembangunan. Semakin tinggi dan besar rasio PAD terhadap total pendapatan daerah
memperlihatkan kemandirian dalam rangka membiayai segala kewajiban terhadap
pembangunan daerahnya.
Berdasarkan ketentuan Pasal 285 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, struktur sumber pendapatan daerah terdiri dari:
Pendapatan asli daerah meliputiPajak daerah :
 Retribusi daerah;
 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
 Pendapatan transfer; dan
 Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Melihat ketentuan tersebut di atas, komponen pendapatan asli daerah yang meliputi
pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-
lain pendapatan asli daerah yang sah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber
keuangan yang antara lain berupa kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai
dengan urusan pemerintah yang diserahkan; kewenangan memungut dan mendayagunakan
pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya
yang ada di daerah dan dana perimbangan lainnya; hak untuk mengelola kekayaan daerah
dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber
pembiayaan.
Dari pernyataan di atas mempertegas bahwa otonomi daerah memacu daerah untuk berupaya
menggali potensi sumber-sumber keuangan asli daerah karena kebijakan otonomi daerah itu
sendiri bertujuan untuk pembangunan dan memajukan daerah.
Menurut Sofyan Assauri dalam bukunya Strategic Management sustainable Vompetitive
Advantages, Strategi dirumuskan sebagai suatu tujuan yang ingin dicapai, upaya untuk
mengkomunikasikan apa saja yang akan dikerjakan, oleh siapa mengerjakan, bagaimana
mengerjakannya, serta kepada siapa hal-hal tersebut dikomunikasikan, dan juga perlu
dipahami mengapa hasil kinerja tersebut perlu dinilai.

Masih belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi yang dilakukan oleh
pemerintah daerah menjadi salah satu penyebab minimnya pendapatan asli daerah.
Beberapa strategi perlu dilakukan, meliputi antara lain:
a) Melakukan pendataan ulang terhadap wajib pajak, dalam rangka meningkatkan
pendapatan pajak daerah;
b) Menjalin kerjasama dengan pihak swasta/ LSM dalam pengelolaan maupun pemungutan
pajak daerah;
c) Melakukan pembenahan manajemen pengelolaan pajak daerah;
d) Memperluas tax-base pajak daerah;
e) Mereidentifikasi misi dan mandat organisasi;
f) Menyelenggarakan sistem komputerisasi penerimaan daerah.

Biasanya salah satu komponen pendapatan asli daerah yang belum tergali secara optimal
yaitu lain-lain PAD yang sah. Berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mencakup:
 Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
 Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
 Jasa giro;
 Pendapatan bunga;
 Tuntutan ganti rugi;
 Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
 Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan
barang dan/atau jasa oleh daerah.
Pengoptimalan lain-lain PAD yang sah perlu dilakukan oleh daerah karena tidak
mempengaruhi langsung/membebani kehidupan masyarakat.Peluang yang masih jarang
dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatannya, sebagaimana
dimaksud di atas.Berbeda halnya dengan pungutan pajak dan retribusi daerah.
Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yan terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.Sedangkan retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Pemerintah Provinsi melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 tentang Lain-Lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah ditujukan untuk mengakselerasi peningkatan pendapatan
asli daerah agar dilaksanakan secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggungjawab.
BAB III
PENUTUP

 Pranata hukum yang berupa peraturan perundang-undangan dalam pajak daerah


memberikan landasan hukum bagi kebijakan daerah dibidang pajak daerah. Pranata hokum
yang merupakan hokum positif dalam pengaturan tentang pajak daerah adalah Undang-
undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Sebagai
pertimbangan perubahan dari UU tentang pajak daerah adalah:
a) Pertama, dengan berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah yang dilakukan dengan
memberikan kewenangan yang lebih luas dan bertanggung jawab kepada daerah,
b) Kedua dalam penyelenggaraan otonomi daerah dipandang perlu menekankan prinsip-
prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, dan akuntabilitas
serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah,
c) ketiga, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah yang guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah untuk menetapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab (UU
No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah).

 Strategi yang perlu dilakukan dalam meningkatkan PAD:


a) Melakukan pendataan ulang terhadap wajib pajak, dalam rangka meningkatkan
pendapatan pajak daerah;
b) Menjalin kerjasama dengan pihak swasta/ LSM dalam pengelolaan maupun pemungutan
pajak daerah;
c) Melakukan pembenahan manajemen pengelolaan pajak daerah;
d) Memperluas tax-base pajak daerah;
e) Mereidentifikasi misi dan mandat organisasi;
f) Menyelenggarakan sistem komputerisasi penerimaan daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Journals.telkomuniversity.ac.id Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap


Pendapatan Asli Daerah

Jurnal.unissula.ac.id Eksistensi Pengaturan Pajak Daerah Dalam Meningkatkan Pendapatan


Asli Daerah

www.kenal.web.id Mengenal Pajak Daerah Dan Apa Saja Manfaatnya

www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org Eksistensi Pengaturan Pajak Daerah

www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org Pajak Daerah Sebagai Sumber Untuk Meningkatkan


PAD

Anda mungkin juga menyukai