Anda di halaman 1dari 5

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA

“UNTUK KEADILAN”

SURAT DAKWAAN
Nomor :DAK-15/IV/2010/KPK

Majelis hakim yang terhormat


Tim penasehat hukum terdakwa
Dan hadirin sidang yang kami hormati

Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi dalam perkara


Tindak Pidana Korupsi

UNTUK DAN ATAS NAMA TERDAKWA : SAMUEL WILLEM, MBA.


IDENTITAS SELENGKAPNYA ,Mohon dianggap telah dibacakan.
JENIS PENAHANAN ,Mohon Dianggap telah dibacakan.
DAKWAAN :
PRIMAIR

-------------Bahwa ia Terdakwa Samuel Willem, selaku Pemegang


Saham PT. Bank Royanmer Tbk, bertindak secara sendiri-sendiri
atau bersama- sama dengan Gabriella Pristya selaku Deputi Senior
Bank Indonesia, Dwi Luky Oktaviany selaku Gubernur Bank
Indonesia, Irwan Jatmiko selaku Menteri Keuangan dan Ketua
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Serta Ega Almira
selaku Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS) (berkas perkara diajukan secara terpisah) pada hari dan
tanggal yang tidak dapat dipastikan lagi ,dalam kurun waktu antara 15
Oktober 2008 sampai dengan 17 januari 2010 atau setidak-tidaknya
pada waktu lain pada akhir tahun 2008 sampai dengan awal 2010,
bertempat di kantor pusat PT. Bank Royanmer, Tbk, yang beralamat di
Jln. Muara Baru No. 12 B, Penjaringan Jakarta Pusat, atau setidak-
tidaknya pada tempat lain, berdasarkan Pasal 5 Jo. Pasal 34 huruf a
Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi yang masih termasuk dalam wilayah hukum
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, yang berwenang,memeriksa dan mengadili perkara tindak
pidana korupsi, telah melakukan atau turut serta melakukan perbuatan
yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri, yang
diancam dengan pidana pokok sejenis, bahwa terdakwa secara
melawan hukum ,melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang telah mengakibatkan Kerugian
terhadap keuangan dan perekonomian Negara Republik Indonesia,
sekurang-kurangnya sejumlah Rp1.843.400.000.000,00 (satu triliun
delapan ratus empat puluh tiga milyar empat ratus juta rupiah), yang
dilakukan terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut:
- Bahwa bermula dari laporan BPK , Nomor: LKPK/10/I/2010/KPK
tertanggal 4 Januari 2010, menjelaskan terdapat indikasi kerugian
keuangan negara yang sangat besar, terhadap pemberian Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek atau FPJP dari LPS ke Bank Royanmer.
- Bahwa terdakwa Samuel Willeem, selaku pemegang saham terbesar
Bank Muharliman, yang merupakan Bank dengan kondisi terpuruk pada
akhir Desember tahun 2003, yang diakibatkan oleh kecurangan
terdakwa yaitu pembiayaan fiktif, pembiayaan topengan, Mark-up dan
memanipulasi data perusahaan;
- Bahwa terdakwa, dalam mengatasi permasalahan bank royanmer,
melakukan pengajuan FPJP ke Bank Indonesia yang pada saat itu, PT.
Bank Royanmer, Tbk., tidak memenuhi persyaratan Capital Adequacy
Ratio (CAR), Maka untuk memenuhi persyaratan FPJP tersebut ,PT.
Bank Royanmer Tbk merubah Capital Adequacy Ratio dengan cara L/C
fiktif, kredit fiktif, window dressing, serta manipulasi data dan
terdakwa telah melakukan pemberian sejumah uang terhadap Deputi
Senior Bank Indonesia, Gubernur Bank Indonesia, Ketua KSSK, Ketua
Dewan Komisioner LPS serta pejabat-pejabat terkait, yang membantu
terdakwa untuk memperoleh FPJP yang dipergunakan terdakwa;
- Bahwa pada bulan November tahun 2008, bank indonesia memberikan
FPJP kepada bank royanmer sebesar Rp782.000.000,00 (tujuh ratus
delapan puluh dua miliar rupiah) dalam 2 tahap pemberian hingga 3
desember 2008, namun pada tanggal 4 desember 2008, diketahui
bahwa Capital adequacy Ratio bank Royanmer, menurun hingga 3,76%
dan semakin mengalami tekanan likuiditas, sehingga kondisi bank
royanmer termasuk dalam keadaan krisis mortgage bagi sistem
finansial di Indonesia;
- Bahwa untuk mengatasi permasalahan tersebut, LPS memberikan FPJP
kepada PT. Bank Royanmer Tbk sebesar Rp. 6.521.000.000.000,00
(Enam triliun lima ratus dua puluh satu rupiah) dengan 8 tahap
pemberian pada tanggal 11 Desember 2008 smapai dengan 7 Agustus
2009
- Bahwa pada bulan desember tahun 2009, BPK menyebutkan adanya
dugaan rekayasa suntikan dana dalam peraturan LPS. Disaat
bersamaan, terdapat laporan dari Pusat Pelaporan Dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) Adanya aliran dana yang mencurigakan
dari Samuel WIlem kepada Irwan Jatmiko dan Ega Almira. PPATK juga
menemukan pengalihan asset milik Ega Almira ke swiss, serta
transaksi mencurigakan lainnya.
- Bahwa pada pukul 11 malam tertanggal 17 Januari 2010, Samuel
Willem ditangkap di kediamannya yang sedang berada di sebuah
kamar bersama Ajeng triana dan Sonia putri. Setelah dilakukan
penggeledahan, ditemukan sejumlah uang senilai Rp.
8.509.000.000,00 ( delapan milliar lima ratus Sembilan juta rupiah) dan
US$ 235.867 ( dua ratus tiga puluh lima ribu delapan ratus enam puluh
tujuh dolar amerika serikat), satu buah emas batangan seberat 1,2
Kilogram, dua buah mobil fortuner, dua unit CPU, tiga buah handphone
bermerek blackberry dan beberapa dokumen lainnya yang disita oleh
penggeledah.
-------Perbuatan Terdakwa Diatur dan Diancam Pidana Dalam
Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Sebagai
Mana Yang Telah Diubah Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidak Korupsi Jo. Pasal 55
Ayat (1) Ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tentang
Penyertaan. -------------------------------------------------------------

SUBSIDAIR

------------------- Bahwa ia Terdakwa Samuel Willem,selaku Pemegang


Saham PT. Bank Royanmer Tbk, bertindak secara sendiri-sendiri atau
bersama- sama (SEBAGAIMANA DALAM DAKWAAN PRIMAIR, MOHON
DIANGGAP TELAH DIBACAKAN) , Bahwa terdakwa telah melakukan
perbuatan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, yaitu menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada kepadanya karena jabatan
atau karena kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara , yang dilakukan terdakwa dengan cara-
cara sebagai berikut : Mohon dianggap telah dibacakan

---------------Perbuatan Terdakwa Diatur Dan Diancam Pidana


Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Sebagai
Mana Yang Telah Diubah Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidak Korupsi Jo. Pasal 55
Ayat (1) Ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tentang
Penyertaan. -------------------------------------------------------------

Jakarta Pusat, 15 April


2010
Penuntut Umum KPK,
Elma saida rahma sari , SH., M.H

Ni Nyoman Sri Sukma Mega Viedny


SH.,M.H

Anda mungkin juga menyukai