Kisah Ibunda Nabi Musa As
Kisah Ibunda Nabi Musa As
Kisah ibunda nabi Musa AS adalah sebagian dari kisah nabi Musa AS. Kisah
nyata yang terdapat dalam surat Thaaha dan surat Al-Qashash ini, menceritakan
tentang kondisi ibunda ketika sedang mengandung Musa AS dan kondisi Musa AS
pada saat setelah dilahirkan.
Pada saat itu terdapat seorang penguasa yang sombong, zhalim, dan perusak,
yaitu Fir’aun. Ia meneror orang-orang Bani Israil dengan sangat sadis, yaitu dengan
menyembelih anak-anak lelaki dari Bani Israil dan membiarkan hidup anak-anak
perempuan mereka. Untuk itu ia senantiasa mengawasi persalinan kaum
perempuannya. Jika seorang perempuan melahirkan anak laki-laki, serta merta algojo
langsung merebutnya lalu menyembelihnya. Sedangkan jika perempuan itu
melahirkan anak perempuan, mereka membiarkannya hidup.
Ketika ibunda Musa AS akan melahirkan, ia merasa takut terhadap Fir’aun dan
bala tentaranya karena jika melahirkan bayi laki-laki maka ia tidak akan hidup, para
tentara Fir’aun pasti akan merampasnya untuk mereka bunuh. Jika dia
menyembunyikan bayi laki-lakinya itu di rumahnya, maka apakah mungkin dapat
menjamin hidupnya? Karena bayi bukanlah perabotan rumah tangga yang tidak
bergerak dan diam, seorang bayi itu pasti suka menangis, yang mungkin dapat
memancing perhatian bala tentara Fir’aun. Bayi itu pun tidak mungkin memahami
kondisi ibunya lalu berhenti menangis, bayi pasti akan menangis apapun yang terjadi.
Ketika ibunda melahirkan, ternyata bayinya laki-laki, itulah Musa sang bayi. Ia lahir
dalam kondisi bahaya yang mencekam.
“… Yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu (hai Musa) suatu yang
diilhamkan…” (Thahaa: 38)
Allah SWT mengilhamkan ibunda Musa dengan cara Rabbani yang terjamin,
yang dengannya Musa AS terpelihara dan terhindar dari kebengisan Fir’aun.
Sebagaimana kita ketahui bahwa bayi yang disusui biasanya tidak akan menangis.
Ilham dari Allah SWT kepada ibunda Musa selengkapnya adalah sebagai berikut,
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan
janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.”” (Al-Qashash: 7)
Ayat di atas mengandung 2 perintah, 2 larangan, dan 2 kabar gembira untuk ibunda
Musa AS, yaitu:
Dua perintah itu adalah: “Susuilah dia” dan “jatuhkanlah dia ke sungai
(Nil)”.
Dua larangan itu adalah: “janganlah kamu khawatir” dan “janganlah (pula)
bersedih hati”.
Dua kabar gembira itu adalah: “sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
kepadamu” dan “menjadikannya (salah seorang) dari para rasul”.
“… Yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu (hai Musa) suatu yang
diilhamkan, Yaitu: “Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia
ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh
(Fir’aun) musuh-Ku dan musuhnya…”” (Thahaa: 38-39)
Dalam ayat di atas Allah SWT memberikan ilham kepada ibunda Musa AS untuk
berbuat demi menyelamatkan anak laki-lakinya dengan cara yang unik dan
menegangkan, yaitu meletakkan Musa sang bayi ke dalam peti kemudian dilemparkan
ke sungai Nil. Allah SWT telah menakdirkan bahwa sungai itu pasti akan membawa
petinya ke tepi, supaya diambil oleh Fir’aun, musuh Allah SWT dan musuh nabi
Musa AS. Sungai Nil termasuk sungai terpanjang di dunia, panjangnya mencapai
6.650 km.
Setelah Musa sang bayi dihanyutkan oleh sungai Nil, akhirnya dia dipungut oleh
keluarga Fir’aun.
Memang benar bahwa Allah SWT memberikan kabar gembira kepada ibunda
Musa melalui ilham bahwa bayi laki-lakinya akan berada dalam perlindungan dan
pemeliharaan Allah SWT, dan tidak seorang pun akan dapat menjahatinya karena
Allah akan melindunginya. Namun ibunda Musa tidak menyangka kalau sungai itu
justru akan mengantarkan Musa ke istana Fir’aun.
“…Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan
rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk
orang-orang yang percaya (kepada janji Allah)….” (Al-Qashash: 10)
“Jadi ketika Fir’aun memerintahkan semua bayi dibunuh tetapi malah ada bayi yang
hadir di istananya, dan tidak ia bunuh. Inilah cara Allah membolak-balikkan hati
manusia, mereka tidak sadar bahwa itu rencana Allah, bayi tersebut yang kemudian
hari akan menguburkan kekuasaan Fir’aun,” kata Ustaz Elvin.
“Inilah skenario Allah yang meruntuhkan akal pikiran kita, dan ibrahnya luar biasa
untuk menguatkan keimanan. Ini memberi pelajaran, bahwa Allah akan senantiasa
memenuhi janjinya. Karena itu, ketika mentaati perintah Allah tidak boleh ada
keraguan didalamnya,”
Sumber: https://www.syahida.com/2013/12/02/86/kisah-perjuangan-ibunda-nabi-
musa-as-bagian-ke-1/#ixzz65WAdqbz8
Follow us: @syahidacom on Twitter | syahidacom on Facebook