Anda di halaman 1dari 22

7

BAB II
TEORI PENGUASAAN MATERI BILANGAN PECAHAN
DAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOALSOAL
PERHITUNGAN ZAKAT MAAL

2.1 Deskripsi Teoritik


2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang tak bisa ditinggalkan oleh setiap
manusia,belajar juga merupakan kewajiban bagi setiap manusia untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang mampu meningkatkan derajat
hidupnya. Apabila kita telaah secara mendalam, maka proses belajar itu
sudah kita mulai sejak berada dalam kandungan dan proses belajar itu tidak
akan berhenti sampai kita menutup mata atau meninggal dunia.
Sedangkan dalam dunia pendidikan, belajar bukanlah suatu tujuan
tetapi belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Hal ini dapat
dikatakan bahwa berhasil atau tidaknya dalam pencapaian tujuan itu
tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa, baik ketika siswa
berada di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya.
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman (learning is defined as modification or strengthening of
behavior though experiencing).4 Menurut Skinner dalam Sutikno
mengartikan belajarsebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah
laku yang berlangsung secara progresif, sedangkan Sutikno sendiri
mengartikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.5
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses atau aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan dalam diri yang berupa pengetahuan atau

4
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara, hal. 27
5
M. Sobry Sutikno. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung :Prospect, hal. 3

7
8

kemahiran yang didasarkan atas pengalamannya dan interaksi bersama


lingkungan sekitarnya.
2.1.2 Teori Belajar
Teori koneksionisme yang ditemukan oleh Thorndike dalam
Sutikno menjelaskan bahwa:6
Belajar merupakan proses pembentukan asosiasi antara yang
sudah diketahui dengan yang baru. Dalam proses belajar mengikuti
tiga hukum, yaitu hukum kesiapan hukum latihan, dan hukum efek.
Hukum kesiapan merupakan aktifitas belajar yang dapat
berlangsung efektif dan efisien bila subjek telah memiliki kesiapan
belajar. Hukum latihan merupakan koneksi antara kondisi dan
tindakan yang akan menjadi lebih kuat bila ada latihan. Hukum
efek menyatakan bahwa aktifitas belajar yang memberi efek
menyenangkan cenderung akan diulang atau ditingkatkan dan bila
efeknya tidak menyenangkan akan terjadi sebaliknya,. Di samping
ketiga hukum di atas, dikenal juga adanya transfer of training, ini
bertolak dari unsur identik yang menyatakan bahwa hasil latihan
pada suatu kecakapan dapat ditransfer pada kecakapan lain bila
banyak mengandung unsur identik.

Selanjutnya adalah teori komunikasi Berlo. Teori ini


mengembangkan wawasan KBM pada kelas konvensional sebagai suatu
komunikasi. Menurut teori Berlo dalam suatu KBM konvensional, maka
pengajar adalah pengirim pesan yaitu belajar.7
Teori belajar berikutnya adalah teori Burner. Burner mengusulkan
teorinya yang disebut free discovery Learning. Teori ini menjelaskan
bahwa : “Proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
member kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan
(termasuk konsep, teori, definisi dan sebagainya) melalui contoh-contoh
yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya”. 8

6
Ibid., hal. 11
7
Salma Prawiradilaga. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana, hal. 23
8
Hamzah B. Uno. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,
hal. 12
9

Dalil-dalil Burner yang berkaitan dengan pembelajaran matematika


9
adalah :
1. Dalil Konstruksi/ Penyusunan
Di dalam dalil konstruksi dikatakan cara yang terbaik bagi seorang
siswa untuk mempelajari sesuatu atau prinsip dalam matematika adalah
dengan mengkontruksi atau melakukan penyusunan sebuah representasi
dari konsep atau prinsip tersebut.
2. Dalil Notasi
Menurut dalil notasi, representase dari suatu materi matematika akan
lebih mudah dipahami oleh siswa apabila didalam representase itu
digunakan notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif
siswa.
3. Dalil Kekontrasan dan Variasi
Menurut dalil kekontrasan dan variasi dikemukakan bahwa suatu
konsep matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila
konsep itu dikontraskan dengan konsep-konsep yang lain sehingga
perbedaan antar konsep itu dengan konsep-konsep yang lain menjadi
jelas.
4. Dalil Pengaitan
Konsep-konsep pada matematika dengan konsep-konsep lainnya saling
berkaitan. Begitu pula dengan yang lainnya, seperti antar dalil dengan
dalil, antar topik dengan topik, antar cabang matematika dengan cabang
ilmu lainnya.
2.1.3 Penguasaan Materi
Kata penguasaan tersusun dari kata dasar kuasa yang berarti
mampu, mengerti benar dan mempelajari bolak-balik supaya paham.
Menurut bahasa sebagaimana yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia penguasaan adalah mampu atau sanggup.10 Sedangkan materi

9
Ruseffendi. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam
Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.Bandung : Tarsito, hal. 151
10
Depdikbud.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, hal. 533
10

adalah sesuatu yang jadi bahan berfikir, berunding, mengarang dan


sebagainya.11 Penguasaan materi adalah pemahaman suatu materi atau
kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian dan
sebagainya.12 Sedangkan penguasaan materi menurut Thabrani merupakan
salah satu bentuk perubahan tigkah laku yang didapat dari hasil belajar.13
Poerwadarminata mengemukakan bahwa penguasaan materi
mengandunng arti pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan
pengetahuan atau kepandaian.14 Sedangkan penguasaan materi menurut
Depdiknas merupakan pemahaman materi atau kesanggupan untuk
menggunakan pengetahuan atau kesadaran.15
Menurut struktur kognitif yang digunakan Benjamin S. Bloom
yang dikutip oleh Mohammad Ali mengemukakan bahwa:16
Penguasaan materi adalah kemampuan mengungkapkan
pengertian-pengertian, seperti mengungkapkan suatu materi yang
disajikan ke dalam bentuk yang dapat dimengerti dan mampu
memberikan interpretasi serta mengklasifikasikannya. Penguasaan
materi secara operasional diartikan sebagai suatu usaha untuk
mempelajari dengan sungguh-sungguh suatu materi agar dipahami.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa penguasaan
materi adalah hasil dari kesanggupan atau kemampuan yang dicapai siswa
pada sejumlah mata pelajaran setelah melakukan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan hasil pembelajaran siswa itu
nantinya akan dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku baik
dalam lingkungan keluarga, sekolah maupu masyarakat.
2.1.4 Kemampuan Siswa
Kemampuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata dasar mampu yang artinya sanggup untuk melakukan dan

11
Ibid.,hal. 638
12
Depdikbud.Op. Cit., hal. 534
13
A. Tabrani Rusyan. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja
Karya, hal. 13
14
WJS Poerwadarminta.1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka, hal. 662
15
Depdiknas.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka, hal. 468
16
Mohammad Ali. 1987. Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 34
11

menyelesaikan sesuatu.17 Kemampuan merupakan suatu kecakapan dan


kesanggupan untuk berusaha dengan diri sendiri. Kecakapan yang
dimaksud di sini adalah kecakapan ability. Kecakapan ability yaitu suatu
kemampuan mengenali, memahami, menganalisis, dan memecahkan
masalah yang dihadapi dengan menggunakan rasio atau pemikiran yang
logis.18
Charles E. Jhonson sebagaimana dikutip Cece Wijaya, menjelaskan
bahwa:
Kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan dan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.19
Sedangkan Arikunto mendefinisikan kemampuan merupakan gejala yang
tampak pada diri seseorang untuk bisa melakukan sesuatu. Kemampuan
juga merupakan pancaran kepandaian seseorang.20
Menurut Thurstone sebagaimana yang telah dikutip oleh Wastu
Soemanto21 bahwa terdapat tujuh kemampuan primer yaitu:
a. Kemampuan numerikal atau matematis.
b. Kemampuan verbal atau berbahasa.
c. Kemampuan abstaksi berupa visualisasi atau berfikir.
d. Kemapuan menghubungkan kata-kata.
e. Kemampuan membuat keputusan, baik induktif maupun
induktif.
f. Kemampuan mengenal atau mengamati.
g. Kemampuan mengingat.
Karakteristik dari kemampuan siswa adalah pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan yang relevan dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh siswa.22 Siswa dikatakan pandai apabila perbuatannya

17
Depdikbud.Op. Cit., hal. 623
18
Nana Syaodih S. 2004.Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung: Rosda Karya, hal. 91
19
Cece Wijaya, dkk. 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung:
Rosdakarya, hal. 7-8
20
Suharsimi Arikunto (2). 2006. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta, hal. 11
21
Wastu Soemanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, hal.45
22
Nana Syaodih S. 2004.Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung: Rosda Karya, hal.31
12

memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Carl Witheington dalam Nana


Syaodih sebagai berikut:23
a. Memiliki kemampuan yang cepat dalam bekerja dengan
bilangan
b. Efisien dalam berbahasa
c. Kemampuan dalam mengamati dan menarik kesimpulan dari
hasil pengamatan yang cukup cepat
d. Kemampuan mengingat yang cukup cepat dan tahan lama
e. Kreatif dan cepat memahami hubungan
f. Memiliki daya hayal atau imajinasi yang cukup tinggi.

Bertolak dari beberapa pendapat di atas, kemampuan merupakan


kecakapan yang menunjuk kepada perbuatan yang rasional, untuk
memenuhi verifikasi tertentu di dalam pelaksanaan pendidikan. Selain
mengacu pada perbuatan yang rasional, kemampuan juga meliputi
keahlian pengembangan ide-ide guna memecahkan suatu permasalahan.
Jadi, kemampuan siswa adalah suatu kecakapan siswa dalam menyerap
dan memahami pelajaran serta kecakapan siswa dalam mengerjakan atau
menyelesaikan suatu soal. Kemampuan seorang siswa dapat dilihat dan
diukur melalui penilaian atau evaluasi hasil belajar.
2.1.5 Materi Bilangan Pecahan
1. Pengertian Bilangan Pecahan
Menurut S.T. Negoro dan Harahap pecahan adalah bilangan yang
menggambarkan bagian dari keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian
dari suatu benda, atau bagian dari suatu himpunan.24 Senada dengan
pendapat di atas, Muchtar A. Karim mengemukakan bahwa:25
Pecahan adalah perbandingan bagian yang sama terhadap
keseluruhan dari suatu benda “yaitu apabila suatu benda dibagi
menjadi beberapa bagian yang sama, maka perbandingan itu
menciptakan lambang dasar suatu pecahan. Sedangkan maksud dari
himpunan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu
himpunan semula” adalah suatu himpunan dibagi atas himpunan
bagian yang sama, maka perbandingan setiap himpunan bagian

23
Ibid. hal.94
24
S.T. Negoro dan B. Harahap. 2005. Ensiklopedia Matematika. Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 160
25
Muchtar A Karim. 1996. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Depdikbud, hal. 64
13

yang sama itu terhadap keseluruhan himpunan semula akan


menciptakan lambang dasar suatu pecahan.
Menurut Sulis Sutrisna mendefinisikan pecahan adalah sesuatu
yang tidak utuh,yang mempunyai jumlah kurang atau lebih.26 Seiring
dengan pendapat tersebut, Heruman mengemukakan bahwa pecahan dapat
diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Misalnya dalam ilustrasi
gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang
biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan
pembilang. Sedangkan bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap
sebagai penyebut.27
Selaras dengan pendapat di atas, Sulis Sutrisna mengemukakan
2 2
bahwa ketika 2 dibagi dengan 3, kita dapat menulisnya degan 3 atau 2 3. 3

disebut pecahan. Bilangan 2 di atas garis disebut pembilang dan bilangan 3


di bawah garis disebut penyebut. Jika nilai pembilang lebih kecil daripada
nilai penyebut, pecahan itu disebut pecahan wajar (proper fraction).
Sedangkan jika pembilang lebih besar dari penyebut maka pecahan itu
disebut pecahan tidak wajar (improper fraction), misalnya pada bilangan
7 3. Pecahan tidak wajar disebut juga pecahan campuran. Dengan
1
demikian, bilangan pecahan tidak wajar 7 3 sama dengan 2 3 .28

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan


bahwa pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari
himpunan, yang merupakan perbandingan bagian yang sama terhadap
keseluruhan dari sesuatu yang tidak utuh yang mempunyai jumlah kurang
𝑎
atau lebih dari utuh yang dilambangkan dengan 𝑎 𝑏 atau , a disebut
𝑏

pembilang dan b disebut penyebut dengan a, b bilangan bulat dan b ≠ 0.

26
Sulis Sutrisna. 2006. Genius Matematika Kelas 5 SD. Jakarta: Wahyu Media, hal. 14
27
Heruman.Op. Cit., hal.1
28
Sulis Sutrisna. Op. Cit., hal. 17
14

2. Macam-macam Bilangan Pecahan


Berbagai macam pecahan adalah sebagai berikut ini :
1) Pecahan Biasa
Menurut Y.D. Sumanto,29 pecahan biasa yaitu bilangan pecahan yang
terdiri dari pembilang dan penyebut saja. Misalnya pada bilangan
3 2 1
pecahan 4 , 5 , 3 dan sebagainya.

Senada dengan pendapat tersebut, Sulis Sutrisna30 mengemukakan,


pecahan biasa adalah pecahan yang dapat dinyatakan dengan
pembilang per penyebut. Bilangan pecahan biasa disebut dengan
1 2 7
bilangan pecahan murni. Contohnya 3 , 3 , 3 dan sebagainya.

2) Pecahan Campuran
Meurut Sulis Sutrisna,31 pecahan campuran adalah bilangan pecahan
yang terdiri dari bilangan utuh ditambah pembilang per penyebut.
1 5
Contohnya 2 3 ,5 7 dan seterusnya.

3) Pecahan Desimal
Menurut Y.D. Sumanto32 sistem bilangan desimal didasaran pada
bilangan 0 hingga 9. Bilangan seperti 53,17 disebut dengan pecahan
desimal. Semua koma desimal memisahkan bagian bilangan bulat,
yaitu 53 dari bagian pecahan yaitu 0,17. Sedangkan menurut Sulis
Sutrisna33, pecahan desimal adalah bilangan pecahan yang diperoleh
dari hasil pembagian suatu bilangan dengan bilangan sepuluh, seratus,
25
seribu dan seterusnya. Contohnya jika dinyatakan dalam pecahan
100

desimal menjadi 0,25.

29
Y.D. Sumanto, dkk. 2008. Gemar Matematika Untuk Kelas 5 SD-MI. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, hal. 107
30
Sulis Sutrisna. Op. Cit., hal. 15
31
Ibid.,
32
Y.D. Sumanto, dkk. Op. Cit.
33
Sulis Sutrisna. Op. Cit., hal. 16
15

4) Presentase (Persen)
Meurut Sulis Sutrisna,34 persen mempunyai arti per seratus atau dibagi
seratus. Jadi bilangan persen adalah suatu bilangan yang dibagi dengan
seratus dan dilambangkan dengan %. Seiring pendapat Sulis Sutrisna
tersebut, Y.D. Sumanto35 mengungkapkan bahwa persentase
digunakan untuk menyatakan suatu standar yang umum dan
merupakan pecahan dengan penyebut 100. Sebagai contoh, 25 persen
25
berarti 100 atau dapat ditulis 25%.

3. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan36


1) Penjumlahan pada bilangan pecahan :
- Penjumlahan pecahan dengan penyebut yang sama :
𝑎 𝑏 𝑎+𝑏 𝑎 𝑏
Rumus : 𝑐 + 𝑐 + ; ; pembilang
𝑐 𝑐 𝑐
5 2 5+2 7 penyebut
Contoh :7 + 7 = =7=1
7

Pembilang dijumlahkan dengan pembilang (5+2)


Penyebut tidak dijumlahkan karena nilainya sama (7)
- Penjumlahan pecahan dengan penyebut yang tidak sama :
𝑎 𝑏 𝑎𝑥𝑑 𝑐𝑥𝑏
Rumus : 𝑐 + 𝑑 = + 𝑐𝑥𝑑 rumus 1
𝑐𝑥𝑑
𝑎 𝑏 𝐾𝑃𝐾 :𝑐)𝑥𝑎 𝐾𝑃𝐾:𝑑 𝑥𝑏
𝑐
+𝑑 = 𝐾𝑃𝐾
+ 𝐾𝑃𝐾
rumus 2
5 2 5𝑥3 7𝑥2 15 14 29
Contoh :7 + 3 = 7𝑥3 + 7𝑥3 = 21 + 21 = 21

Untuk penjumlahan dengan penyebut yang tidak sama,


penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu dengan dua cara:
1. dengan mengalikan kedua penyebut rumus 1
2. dengan menentukan KPK nya rumus 2
(contoh di atas KPK dari 3 dan 7 adalah 21)
2) Pengurangan pada bilangan pecahan
- Pengurangan pecahan dengan penyebut yang sama :

34
Ibid.,
35
Y.D.Sumanto, dkk.Op. Cit. hal. 108
36
Ibid.,hal. 109-111
16

𝑎 𝑏 𝑎−𝑏
Rumus : 𝑐 − 𝑑 = ;𝑐 ≠ 0
𝑐
5 2 5−2 3
Contoh :7 − 7 = =7
7

Apabila penyebutnya sama, pembilang bisa langsung


dikurangkan.
- Pengurangan pecahan dengan penyebut yang tidak sama :
𝑎 𝑏 𝑎𝑥𝑑 𝑐𝑥𝑏
Rumus : 𝑐 − 𝑑 = − 𝑐𝑥𝑑 rumus 1
𝑐𝑥𝑑
𝑎 𝑏 𝐾𝑃𝐾 :𝑐)𝑥𝑎 𝐾𝑃𝐾:𝑑 𝑥𝑏
𝑐
−𝑑 = 𝐾𝑃𝐾
− 𝐾𝑃𝐾
rumus 2
5 2 5𝑥3 7𝑥2 15 14 1
Contoh :7 − 3 = 7𝑥3 − 7𝑥3 = 21 − 21 = 21

Untuk pengurangan dengan penyebut yang tidak sama,


penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu dengan dua cara
sama seperti dengan penjumlahan:
1. dengan mengalikan kedua penyebut rumus 1
2. dengan menentukan KPK nya rumus 2
3) Perkalian bilangan pecahan :
Dalam perkalian bilangan pecahan : pembilang dikalikan
dengan pembilang; penyebut dikalikan dengan penyebut
- Perkalian bilangan pecahan dengan bilangan bulat :
𝑎 𝑎𝑥𝑏
Rumus : 𝑐 𝑥 𝑏 = ;𝑐 ≠ 0
𝑐
5 5 4 5𝑥4 20
Contoh :7 𝑥 4 = 7 𝑥 1 = =
7 7

- Perkalian bilangan pecahan dengan bilangan pecahan :


𝑎 𝑏 𝑎𝑥𝑏
Rumus : 𝑐 𝑥 = ; 𝑐 𝑑𝑎𝑛 𝑑 ≠ 0
𝑑 𝑐𝑥𝑑
5 4 5𝑥4 20
Contoh :7 𝑥 = 7𝑥5 = 35
5

- Perkalian bilangan pecahan dengan bilangan pecahan


campuran :
5 2 5𝑥2 +3 2 13 2 13𝑥2 36 6
Contoh :2 3 𝑥 = 𝑥3 = 𝑥3 = = 15 = 2 15
3 5 5 5𝑥3

4) pembagian bilangan pecahan


- Pembagian bilangan dengan bilangan pecahan
17

𝑎 𝑏 𝑎 𝑑 𝑎𝑥𝑑
Rumus : 𝑐 : 𝑑 = 𝑐 𝑥 𝑏 = 𝑐𝑥𝑏

Menjadi perkalian dengan bilangan keduanya (pembilang


dan penyebutnya ditukar)
5 4 5 5 5𝑥5 25
Contoh :7 : 5 = 7 𝑥 4 = 7𝑥4 = 28

- Pembagian bilangan pecahan biasa dengan bilangan pecahan


campuran
3 2 4𝑥3 +3 5 15 5 15𝑥5 75 3
Contoh :3 4 ∶ = 𝑥2 = 𝑥2 = = = 98
5 4 4 4𝑥2 8

Bilangan pecahan campuran dibuat dulu menjadi bilangan


pecahan biasa
- Pembagian bilangan cacah dengan bilangan pecahan :
2 15 5 15
Contoh :3 ∶ = 𝑥2 =
5 5 2

Bilangan cacah diubah menjadi bilangan pecahan dengan


penyebutnya mengikuti penyebut bilangan kedua

2.1.6 Pembahasan Zakat


1. Pengertian Zakat
Istilah zakat berasal dari bahasa Arab yang berarti suci atau
kesucian, atau arti lain yaitu keberkahan. Menurut istilah Agama Islam
zakat adalah ukuran/kadar harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh
pemiliknya untuk diserahkan kepada golongan/orang-orang yang
berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Jadi seorang muslim
yang telah memiliki harta dengan jumlah tertentu (nisab) sesuai dengan
ketentuan dan waktu tertentu (haul) yaitu satu tahun, wajib
mengeluarkan zakatnya. Oleh sebab itu Hukum dari melaksanakan
zakat adalah Fardhu Ain (wajib bagi setiap orang) bagi oarang yang
mampu.37

37
Khusnul Haludhi dan Abdurrohim Sa’id. 2007. Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan Agama
Islam. Solo: Tiga Serangkai. hal.154
18

Adapun Tujuan zakat adalah sebagaimana firman Allah dalam


surat at- Taubah ayat 103 :
‫ك َس َك ٌٍ نَّهُ ْى َوهللاُ َس ًِ ْي ٌع َعهِ ْي ٌى‬
َ َ‫صهَىت‬ َ ‫ُخ ْذ ِي ٍْ اَ ْي َىانِ ِه ْى‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُز هُ ْى َوتُ َز ِّك ْي ِه ْى بِهَا َو‬
َ ٌَّ ِ‫ص ِّم َعهَ ْي ِه ْى ا‬
)١٠٣ :‫(انتىبة‬
Artinya :
Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan
mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu
(menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui.(Q.S. At-Taubah : 103)
Jadi tujuan Allah memerintahkan umat Islam untuk membayar
zakat adalah agar harta yang dimilikinya menjadi bersih dan suci.
Karena kalau tidak dibayarkan zakatnya, harta yang dimiliki menjadi
kotor dan haram karena tercampur hak orang lain yang dititipkan
kepada orang yang berhak mengeluarkan zakat.
Allah berfirman dalam surah az-Zariyat ( Q.S. 51 ) ayat 19 :
)١٩ :‫آِل َو ْان ًَحْ زُوْ ِو (انذاريت‬
ِ ‫َو ِ ْ اَ ْي َىانِ ِه ْى َ ٌّق نِّه َّل‬
Artinya :
Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta, dan orang miskin yang tidak meminta. (Q.S. Az-Zariyat: 19)
2. Macam-macam Zakat
Zakat dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam yaitu :
1) Zakat Fitrah
Zakat fitrah juga disebut zakat jiwa yaitu setiap jiwa/orang
yang beragama Islam harus memberikan harta yang berupa
makanan pokok kepada orang yang berhak menerimanya, dan
dikeluarkan pada bulan Ramadhan sampai dengan sebelum shalat
Idul Fitri pada bulan Syawal.
Zakat fitrah merupakan salah satu bagian dari zakat, dimana
kewajibannya dibebankan kepada semua orang yang beragama
Islam, baik yang baru lahir sampai yang sakaratul maut. Jadi
siapapun baik kaya, miskin, laki-laki maupun perempuan, tua,
19

muda maupun bayi, semuanya harus membayar zakat fitrah.


Disebut zakat fitrah karena fitrah berarti suci, sehingga tujuan
kegiatan itu untuk mensucikan setiap jiwa seorang muslim pada
setiap tahunnya.
Ketentuan bagi orang yang wajib membayar zakat fitrah (Muzaki)
adalah :
a. Orang tersebut beragama Islam.
b. Orang tersebut, ketika sebelum matahari terbit pada Hari Raya
Idul Fitri masih hidup (yang baru lahir maupun dalam
sakaratul maut).
c. Orang tersebut pada waktu itu mampu menafkahi dirinya dan
keluarganya.
d. Orang yang tidak berada di bawah tanggung jawab orang lain.
Untuk lebih jelasnya kita perhatikan hadis dari Rasulullah berikut :
‫ى َ َ ْو ىََّل َى اََفْو َى َّل‬,‫ل اِ ِ ى َ ُ ْو َ ًةىاِْو َ َ ى ِ ْو ِى‬
ِ‫ال ِ ىا‬ ‫ََفَ َ ى َ ُ ْو ُ ى اِى َ َّل ى اُى َ َْو ِوى َ َ َّل َى ََ َاى اْو ِ ْو ِ ُ ْو ًَةاىاِ َّل‬

)‫ب ىم جو‬ ‫تى( هىأب‬ ‫ال َاِ َ ِ َيى َ َدىاَ ٌ ِىم َ ى َّل‬
ِ َ‫ال َدا‬ ‫ ٌٌ َ َم ْو ىََّل َى بَفَ ْو َدى َّل‬, َ‫َ ِ َيى ََ اٌ َم ْوقَُف ْو ا‬

Artinya :
Rasulullah saw. mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan
orang yang berpuasa dari hal-hal yang tidak bermanfaat, kata-
kata kotor, dan memberi makan orang-orang miskin. Barang siapa
mengeluarkannya sebelum shalat Idul Fitri , zakatnya diterima ,
dan barang siapa yang mengeluarkannya setelah shalat idul fitri,
hal itu merupakan salah satu dari sedekah.(Hadits Riwayat Abu
Dawud dari Ibnu Abbas)
Adapun sesuatu yang dapat kita berikan dalam zakat fitrah ini
adalah dijelaskan dalam sabda Nabi berikut ini :
ِ ِ ِ ِ ِ
‫ض َنى َ َ ى انَّل ِسى َ ى ًة م ْو ىَتٍَََْو َ ًة‬
َ ‫َ ِ ى بْو ِ ى ُ َ ََ َّلنى َ ُ ْو ُ ى اى َ َّل ى اُى َ َْووى َ َ َّل َى ََفَ َ ى ََ ى َاى اْو ْو ِىم ْو ى َ َم‬
) ‫ىحِّ ىَْو ى َ ْو ٍدىذَ ِ ٍَْو ُنْوَفثَ ِىم َ ى اْو ُ ْو ِ ِ ْو َ ى( هى ا خ ى ىى م‬ ِ َ ‫ِم‬
ُ ِّ ُ ‫ىش ْوٍْيى َ َ ى‬ ‫ْو‬
20

Artinya :
Dari Ibnu Umar bahwasannya, Rasulullah saw. mewajibkan zakat
fitrah pada bulan Ramadlan kepada semua orang Islam, orang
yang merdeka, atau hamba sahaya laki-laki atau perempuan,
sebanyak 1 sha’ (3,1 liter) kurma atau gandum.(HR.Muslim:1635)
Jadi jelaslah bagi kita dari hadits Rasulullah di atas apa yang
harus diberikan dari kewajiban zakat fitrah ini, yaitu gandum atau
tamar ataupun makanan pokok pada suatu daerah tertentu seperti
beras di Indonesia pada umumnya, jagung di Madura, sagu di
Paupua dan lain-lain.
Kemudian banyaknya yang harus kita berikan perorang/jiwa
sebanyak 3,1 Liter atau sekitar 2,5 Kg dan hanya diberikan dalam
setahun sekali.
Melihat ketentuan yang harus diberikan adalah makanan
pokok berarti pemberian lain tidak diperkenankan seperti
memberikan suatu benda elektronik, baju, kendaraan bahkan uang
atau yang lainnya.
2) Zakat Maal
Zakat Maal juga disebut zakat harta yaitu kewajiban umat
Islam yang memiliki harta benda tertentu untuk diberikan kepada
yang berhak sesuai dengan ketentuan nisab (ukuran banyaknya)
dan dalam jangka waktu tertentu.
Zakat Maal memang berbeda dengan zakat fitrah. Zakat
fitrah hanya diberikan dalam setahun sekali yaitu sebelum shalat
Idul fitri dan dengan jumlah yang sama setiap jiwanya yaitu 2,5 kg
atau 3,1 liter beras (makanan pokok) tetapi ketentuan zakat maal
berbeda-beda jumlahnya, antara satu benda dengan benda yang
lainnya.
Dalam hadits Rasulullah menjelaskan sebagai berikut :
ِِ ِ ِ ِِ ِِ ِ ِ ِ
ُ َ‫َّلنى اَى ََفَ َ ى َ َىَ ْو نَ ا ْواْو ُ ْو ْو َ ىِ ْوىَْوم َ ا ْو ى َفَ ُق ْو ى ُ ى اَّل ْو ى َ َ ُى َفُ َق‬
‫اى ْو ى َ َْوى َْو َ ُدى اْو ُ َقَ اُ ذَ َج اَُف ْو ْو ُُ ْو َّل َ ى َ ْو‬
‫لنَ ُى‬
21

)‫ىش ِد ْو ًةد ِ َفُ َ ِّ بَفُ ُ ْو ى َ َ بًة َاِْو ًة ى( هى ا رب ين‬ ِ ‫ىُي ى ِ َف‬ ِ ِ ِ


َ ‫ىح َ ىبًة‬ ُ ُ ُ َُ َ‫ىى ْو ى َّلَ َّلنى ا‬
ُ ‫ىَ ْو نَ ىاَفُ ْو‬
Artinya :
Sesungguhnya Allah mewajibkan zakat pada harta orang-orang
kaya dari kaum muslimin sejumlah yang dapat melapangi orang-
orang miskin di antara mereka. Fakir miskin itu tiadalah menderita
menghadapi kelaparan dan kesulitan sandang, kecuali perbuatan
golongan orang kaya. Ingatkan Allah akan mengadili mereka nanti
secara tegas dan menyiksa mereka dengan pedih.(Hadis Riwayat
at-Tabrani)
Sekarang perhatikan firman Allah swt. berikut, yang termuat
dalam al-Quran surat At-Taubah, ayat 103.
)١٠٣‫ى‬: ‫( ات ب‬...‫ىى ْو ى َ تَُفَزِّ ْو ِ ْو ِىِبَ ى‬ ِِ ِ
ُ ُ ِّ َ ُ‫ُخ ْو ىم ْو ىَْوم َ ا ْو ى َ َداَ ًةىت‬
Artinya :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, untuk membersihkan
dan mensucikan mereka.( Q.S At-Taubah : 103 )
Allah hanya mewajibkan kepada kaum muslim yang kaya
saja untuk melaksanakan zakat maal itu, hal ini menunjukkan
bahwa ketentuan agama Islam tidak memberatkan bagi umat Islam
yang kurang mampu.
Adapun tujuan daripada zakat maal adalah untuk
membersihkan dan mensucikan harta benda mereka dari hak-hak
kaum miskin diantara umat Islam.
Allah berfirman dalam surah Az-Zariyat, ayat 19 :
)١٩‫ى‬:‫آ ى َ اْو َ ْوحُ ْو ِمى( ا ت‬
‫ىح ٌّق ىاِّ َّل ِى‬ ِِ
َ ‫َِ ْوىَْوم َ ا ْو‬
Artinya :
Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta, dan orang miskin yang tidak meminta.
Ketentuan-Ketentuan Zakat Maal
Adapaun harta benda yag wajib dizakati adalah :
a. Binatang ternak ( zakat An’am )
22

Binatang ternak yang wajib dizakati adalah :


1) Unta
Jumlah peling sedikit yang harus dizakati bagi yang memiliki
unta adalah 5 unta dan kelipatannya dengan zakat seekor
kambing dan kelipatannya.
2) Sapi/Kerbau
Jumlah minimal seseorang wajib mengeluarkan zakat
sapi/kerbau yang kepemilikannya lebih dari 1 tahun adalah 30
sapi, maka wajib mengeluarkan zakat 1 ekor sapi/kerbau usia 1
tahun.
3) Kambing/domba
Jumlah minimal kepemilikan kambing yang harus dizakati
adalah 40 ekor dengan zakat 1 ekor kambing dengan usia 2
tahun lebih atau domba dengan usia 1 tahun.
4) Unggas
Untuk ketentuan zakat unggas ini disamakan dengan batas nisab
emas yaitu 93,6 gram. Dan telah mencapai haul.
b. Emas dan perak (Zakat Nuqud)
Apabila kita memiliki emas yang dipakai untuk perhiasan
sebagian besar ulama berpendapat tidak lah dizakati, emas yang
dimaksud disini adalah emas yang disimpan untuk kekayaan
maka wajib dikeluarkan. Adapun zakat yang harus dikeluarkan
adalah 2,5 %. Nisab barang mewah ini sebesar 93,6 gram.
c. Harta perniagaan/perusahaan/perdagangan (Zakat Tijarah)
Nisab harta dagangan ini disamakan dengan kekayaan emas
seberat 93,6 grm, apabila seseorang dalam berdagang selama
satu tahun keuntungannya minimal seharga emas 93,6 gram
maka berdagang apapun seseorang telah wajib mengeluarkan
2,5 %.
23

d. Hasil pertanian dan perkebunan (Zakat Zira’ah)


Zakat hasil pertanian dan perkebunan ini apabila hasilnya
minimal seharga emas 93,6 gram. Apabila hasilnya lebih dari itu
maka petani wajib zakat dengan ketentuan.
 Apabila pertanian airnya alami (tadah hujan) atau sumber
yang didapatkan dengan tidak mengeluarkan biaya maka
zakatnya 10 %.
 Apabila pertanian atau perkebunan irigasi dan ada
pengeluaran biaya untuk mendapatkan air tersebut maka
zakat yang harus dikeluarkan adalan 5 %.
e. Barang Temuan (Zakat Rikaz)
Yang dimaksud barang temuan/ rikaz adalah barang-barang
berharga yang terpendam peninggalan orang-orang terdahulu.
adapun jumlah nisabnya seharga emas 93,6 gram. Bagi
seseorang yang menemukan emas maka minimal nisabnya
adalah 93,6 gram dan dizakati 20 % dari nilai emas tersebut.
3. Orang-orang yang berhak menerima zakat
Yang berhak menerima zakat tergolong menjadi 8 golongan/kelompok,
seperti yang yang difirmankan Allah dalam surat At- Taubah, ayat 60:
ِ َ‫تىاِْو ُ َق ِاى اْو ِ ْو ِ ى اْو ِمِ ْو َ ى َ َْوَف ى اْو َاَّلَ ِىاَفُُ بَف ى ِ ى اِّا‬
‫اى َ اْو َ ِِم ْو َ ى َِ ْوى َ ِْو ِ ى اِى َ بْو ِ ى ا َّل ِْو ِى‬ َ ‫ْو ُ ُ ْو‬ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ‫ال َدا‬ ‫َِّلَ َّل‬

)٦٠‫ى‬: ‫ىح ِ ْو ٌى( ات ب‬ ِ ِ ِّ ‫ى َ ِ ض ًة‬


َ ٌ ‫ىم َ ى اى َ اُى َ ْو‬ َ ‫ْو‬
Artinya :
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang
miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk
(memerdekakan hamba sahaya), untuk membebaskan orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah, Allah Maha Mengetahui,
Maha Bijaksana.
Penjelasan dari ayat diatas yang menyebutkan tentang orang yang
berhak menerima zakat diatas, dapat dirinci sebagai berikut :
24

1) Fakir ádalah orang yang tidak memiliki harta benda dan tidak
memiliki pekerjaan untuk mencarinya.
2) Miskin adalah orang yang memiliki harta tetapi hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
3) Amil adalah orang yang mengelola pengumpulan dan pembagian
zakat.
4) Muallaf adalah orang yang masih lemah imannya karena baru
mengenal dan menyatakan masuk Islam.
5) Budak yaitu budak sahaya yang memiliki kesempatan untuk
merdeka tetapi tidak memiliki harta benda untuk menebusnya.
6) Gharim yaitu orang yang memiliki hutang banyak sedangkan dia
tidak bisa melunasinya.
7) Fisabilillah adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah
sedangkan dalam perjuangannya tidak mendapatkan gaji dari
siapapun.
8) Ibnu Sabil yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan,
sehingga sangat membutuhkan bantuan.

2.2 Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan


Dari beberapa hasil penelusuran yang telah peneliti lakukan terhadap
penelitian-penelitian sebelumnya, ditemukan tiga buah hasil penelitian yang
ada kemiripan dengan masalah penelitian yang akan diteliti, yakni:
1. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penguasaan Bilangan Pecahan
terhadap Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal
Perbandingan di Mts Darul Masholeh Kota Cirebon” dan penelian ini
dilakukan oleh M. Makmun Ali Ghozi mahasiswa Tadris Matematika
Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Kota Cirebon pada tahun 2010.
Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat penguasaan
bilangan pecahan siswa kelas VII MTs Darul Masholeh termasuk dalam
kategori sangat rendah. Hal itu dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata
sebesar 49,17 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 25, dan
25

pencapaian indikatornya hanya mencapai 49,68%. Sedangkan tingkat


kemampuan menyelesaikan soal perbandingan siswa kelas VII MTs
Darul Masholeh termasuk dalam kategori sangat rendah pula. Hal
tersebut dilihat dari perolehan nilai rata-rata sebesar 43,5 dengan nilai
tertinggi 70 dan nilai terendah 15, dan pencapaian indikator yang hanya
mencapai 40,96%. Serta terdapat pengaruh yang signifikan antara
penguasaan bilangan pecahan terhadap kemampuan menyelesaikan soal-
soal perbandingan. Hal ini dapat dilihat dari hasil hipotesis dengan
perolehan thitung > ttabel atau 7,61 > 2,05. Adapun besarnya pengaruh
penguasaan bilangan pecahan terhadap kemampuan menyelesaikan soal-
soal perbandingan mencapai 67,24% yang ditunjukkan oleh besarnya
koefisien determinan (KD) = 67,24%. Dengan kata lain penguasaan
bilangan pecahan merupakan materi prasyarat dari materi perbandingan
dengan kontribusi sebesar 67,24%.38
2. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penguasaan Materi Faktor Kelipatan
Bilangan terhadap Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal-Soal Pecahan
di Sekolah Dasar Negeri Tanjakan II Kecamatan Krangkeng Kabupaten
Indramayu” penelitian dilakukan pada kelas IV sekolah dasar dan
penelitian dilakukan oleh Agung Cahyo Wibowo Mahasiswa Program
Studi Matematika Fakultas Tarbiyah STAIN Cirebon pada tahun 2009.
Adapun hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
positif antara penguasaan materi faktor kelipatan bilangan terhadap
kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal materi pecahan yang
ditunjukkan dengan uji t dimana hasilnya thitung > ttabel atau 9,55 > 1,69.
Dan besarnya pengaruh penguasaan materi faktor kelipatan bilangan
terhadap kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal materi pecahan
sebesar 76% yang ditunjukkan dengan besarnya koefisien determinan
(KD) = 76%. Dengan kata lain bahwa penguasaan siswa pada materi
faktor kelipatan bilangan memberi kontribusi sangat kuat terhadap
38
M. Makmun Ali Ghozali. 2011. Pengaruh Pemahaman Bilangan Pecahan Terhadap
Kemampuan Menyelesaikan Sola-soal Perbandingan di MTs Darul Masholeh Kota Cirebon.
Skripsi.Tidak diterbitkan. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Cirebon, hal. abstrak
26

kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal materi pecahan dan sisanya


dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.39
3. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemahaman Bilangan Pecahan
terhadap Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal-Soal Mawaris di MAN
I Cirebon” penelitian dilakukan pada kelas XI IPA 2 dan penelitian
dilakukan oleh Julaeha Mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas
Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tahun 2012. Adapun hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara
pemahaman bilangan pecahan terhadap kemampuan siswa
menyelesaikan soal-soal mawaris yang ditunjukkan dengan uji t dimana
hasilnya thitung > ttabel atau 4,174 > 2,018. Dan besarnya pengaruh
pemahaman bilangan pecahan terhadap kemampuan siswa
menyelesaikan soal-soal mawaris ditunjukkan dengan besarnya koefisien
determinasi (KD) sebesar 29,3% dipengaruhi oleh pemahaman bilangan
pecahan dan 20,4% dipengaruhi oleh pemahaman siswa dalam materi
mawaris. Dengan kata lain bahwa pemahaman bilangan pecahan
memberi kontribusi terhadap kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal
mawaris dan selebihnya dipengaruhi oleh pemahamn materi mawaris
serta faktor-faktor lainnya.40
Dari ketiga hasil penelitian di atas, secara umum dapat dikatakan ada
kaitannya dengan masalah bilangan pecahan yang akan dilakukan penulis.
Akan tetapi secara khusus dari sejumlah hasil penelitian tersebut tidak ada
satupun yang persis sama permasalahannya dengan masalah penelitian yang
akan dilakukan.
Hasil penelusuran pertama, variabel X nya sama yaitu tentang
pengaruh penguasaan materi pecahan akan tetapi variabel Y nya berbeda,

39
Agung Cahyo Wibowo. 2009. Pengaruh Penguasaan Materi Faktor Kelipatan Bilangan
terhadap Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal-Soal Pecahan di SDN Tanjakan II
Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu.Skripsi.Tidak diterbitkan. Cirebon: STAIN
Cirebon, hal. abstrak
40
Julaeha. 2012. Pengaruh Pemahan Bilangan Pecahan terhadap Kemampuan Siswa
Menyelesaikan Soal-Soal Mawaris di MAN I Cirebon. Skripsi.Tidak diterbitkan. Cirebon:
IAIN Syekh Nurjati Cirebon, hal. abstrak
27

yang telah dilakukan yaitu tentang kemampuan siswa dalam menyelesaikan


soal-soal perbandingan. Sedangkan yang akan dilakukan peneliti yaitu
tentang kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal perhitungan zakat
maal.
Hasil penelusuran kedua, variabel Y nya hampir sama yaitu
membahas materi pecahan dan variable X nya berbeda yakni tentang
pengaruh penguasaan materi faktor kelipatan bilangan.
Hasil penelusuran ketiga, variabel X nya hamper sama yakni tentang
pemahaman bilangan pecahan akan tetapi variabel Y nya berbeda, yang
telah dilakukan yaitu tentang kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-
soal mawaris. Sedangkan yang akan dilakukan peneliti yaitu tentang
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal perhitungan zakat maal.
Oleh karena itu, penelitian dengan judul “Pengaruh Penguasaan
Materi Pecahahan terhadap Kemampaun Siswa Menyelesaikan Soal-soal
Perhitungan Zakat Maal di Kelas X MA Ash-Shiddiqiyyah Sumber Kab.
Cirebon” perlu dan layak untuk ditindak lanjuti, karena masalah yang akan
diteliti bukan duplikasi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya.

2.3 Kerangka Pemikiran


Islam merupakan agama yang menganut faham pendidikan sebagai
suatu proses spiritual, akhlak , intelektual yang berusaha membimbing
manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam
kehidupan, juga bertujuan mengembangkan tujuan pribadinya dan
memberinya segala pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berguna di
samping mengembangkan ketrampilan diri sendiri yang berkesinambungan
tidak terbatas oleh waktu dan tempat.
Zakat merupakan salah satu pilar agama Islam. Ibadah ini memiliki
peran yang sangat penting. Itu lah mengapa perintah membayar zakat selalu
bersanding dengan kewajiban mendirikan shalat fardhu. Akan tetapi, realita
di lapangan menunjukkan masih banyak umat Islam yang belum memahami
28

konsep zakat secara utuh, sehingga mereka enggan dan tidak mengeluarkan
zakat. Padahal banyak sekali hikmah yang terkandung dalam perintah zakat
itu jika kita melaksanakannya. Selain untuk membersihkan harta, zakat juga
bisa membuat pelakunya menjadi dermawan, menguatkan tali persaudaraan,
dapat menentramkan jiwa dan hati dari rasa dendam dan dapat membantu
menumbuhkan perekonomian umat.
Dan dalam prakteknya, ternyata perhitungan zakat ini sangat erat
kaitannya dengan pelajaran matematika khusunya pada materi pecahan,
dimana materi pecahan ini sudah diperkenalkan sejak siswa duduk di tingkat
Sekolah Dasar dan dijelaskan lebih lanjut di tingkat Menengah Pertama.
Untuk itu, siswa dirasa sangat perlu memahami dan menguasai betul
materi pecahan guna dapat mengaplikasikannya saat dihadapkan pada
persoalan mengenai perhitungan zakat, khususnya zakat maal.

2.4 Hipotesis Penelitian


Dengan berpedoman pada teori-teori dan kerangka pemikiran yang
telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang akan diajukan dan diuji
kebenarannya adalah:
Ada pengaruh yang signifikan antara penguasaan materi pecahan terhadap
kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal perhitugan zakat maal.

Anda mungkin juga menyukai