BAB II
TEORI PENGUASAAN MATERI BILANGAN PECAHAN
DAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOALSOAL
PERHITUNGAN ZAKAT MAAL
4
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara, hal. 27
5
M. Sobry Sutikno. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung :Prospect, hal. 3
7
8
6
Ibid., hal. 11
7
Salma Prawiradilaga. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana, hal. 23
8
Hamzah B. Uno. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,
hal. 12
9
9
Ruseffendi. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam
Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.Bandung : Tarsito, hal. 151
10
Depdikbud.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, hal. 533
10
11
Ibid.,hal. 638
12
Depdikbud.Op. Cit., hal. 534
13
A. Tabrani Rusyan. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja
Karya, hal. 13
14
WJS Poerwadarminta.1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka, hal. 662
15
Depdiknas.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka, hal. 468
16
Mohammad Ali. 1987. Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 34
11
17
Depdikbud.Op. Cit., hal. 623
18
Nana Syaodih S. 2004.Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung: Rosda Karya, hal. 91
19
Cece Wijaya, dkk. 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung:
Rosdakarya, hal. 7-8
20
Suharsimi Arikunto (2). 2006. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta, hal. 11
21
Wastu Soemanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, hal.45
22
Nana Syaodih S. 2004.Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung: Rosda Karya, hal.31
12
23
Ibid. hal.94
24
S.T. Negoro dan B. Harahap. 2005. Ensiklopedia Matematika. Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 160
25
Muchtar A Karim. 1996. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Depdikbud, hal. 64
13
26
Sulis Sutrisna. 2006. Genius Matematika Kelas 5 SD. Jakarta: Wahyu Media, hal. 14
27
Heruman.Op. Cit., hal.1
28
Sulis Sutrisna. Op. Cit., hal. 17
14
2) Pecahan Campuran
Meurut Sulis Sutrisna,31 pecahan campuran adalah bilangan pecahan
yang terdiri dari bilangan utuh ditambah pembilang per penyebut.
1 5
Contohnya 2 3 ,5 7 dan seterusnya.
3) Pecahan Desimal
Menurut Y.D. Sumanto32 sistem bilangan desimal didasaran pada
bilangan 0 hingga 9. Bilangan seperti 53,17 disebut dengan pecahan
desimal. Semua koma desimal memisahkan bagian bilangan bulat,
yaitu 53 dari bagian pecahan yaitu 0,17. Sedangkan menurut Sulis
Sutrisna33, pecahan desimal adalah bilangan pecahan yang diperoleh
dari hasil pembagian suatu bilangan dengan bilangan sepuluh, seratus,
25
seribu dan seterusnya. Contohnya jika dinyatakan dalam pecahan
100
29
Y.D. Sumanto, dkk. 2008. Gemar Matematika Untuk Kelas 5 SD-MI. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, hal. 107
30
Sulis Sutrisna. Op. Cit., hal. 15
31
Ibid.,
32
Y.D. Sumanto, dkk. Op. Cit.
33
Sulis Sutrisna. Op. Cit., hal. 16
15
4) Presentase (Persen)
Meurut Sulis Sutrisna,34 persen mempunyai arti per seratus atau dibagi
seratus. Jadi bilangan persen adalah suatu bilangan yang dibagi dengan
seratus dan dilambangkan dengan %. Seiring pendapat Sulis Sutrisna
tersebut, Y.D. Sumanto35 mengungkapkan bahwa persentase
digunakan untuk menyatakan suatu standar yang umum dan
merupakan pecahan dengan penyebut 100. Sebagai contoh, 25 persen
25
berarti 100 atau dapat ditulis 25%.
34
Ibid.,
35
Y.D.Sumanto, dkk.Op. Cit. hal. 108
36
Ibid.,hal. 109-111
16
𝑎 𝑏 𝑎−𝑏
Rumus : 𝑐 − 𝑑 = ;𝑐 ≠ 0
𝑐
5 2 5−2 3
Contoh :7 − 7 = =7
7
𝑎 𝑏 𝑎 𝑑 𝑎𝑥𝑑
Rumus : 𝑐 : 𝑑 = 𝑐 𝑥 𝑏 = 𝑐𝑥𝑏
37
Khusnul Haludhi dan Abdurrohim Sa’id. 2007. Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan Agama
Islam. Solo: Tiga Serangkai. hal.154
18
)ب ىم جو تى( هىأب ال َاِ َ ِ َيى َ َدىاَ ٌ ِىم َ ى َّل
ِ َال َدا ٌٌ َ َم ْو ىََّل َى بَفَ ْو َدى َّل, ََ ِ َيى ََ اٌ َم ْوقَُف ْو ا
Artinya :
Rasulullah saw. mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan
orang yang berpuasa dari hal-hal yang tidak bermanfaat, kata-
kata kotor, dan memberi makan orang-orang miskin. Barang siapa
mengeluarkannya sebelum shalat Idul Fitri , zakatnya diterima ,
dan barang siapa yang mengeluarkannya setelah shalat idul fitri,
hal itu merupakan salah satu dari sedekah.(Hadits Riwayat Abu
Dawud dari Ibnu Abbas)
Adapun sesuatu yang dapat kita berikan dalam zakat fitrah ini
adalah dijelaskan dalam sabda Nabi berikut ini :
ِ ِ ِ ِ ِ
ض َنى َ َ ى انَّل ِسى َ ى ًة م ْو ىَتٍَََْو َ ًة
َ َ ِ ى بْو ِ ى ُ َ ََ َّلنى َ ُ ْو ُ ى اى َ َّل ى اُى َ َْووى َ َ َّل َى ََفَ َ ى ََ ى َاى اْو ْو ِىم ْو ى َ َم
) ىحِّ ىَْو ى َ ْو ٍدىذَ ِ ٍَْو ُنْوَفثَ ِىم َ ى اْو ُ ْو ِ ِ ْو َ ى( هى ا خ ى ىى م ِ َ ِم
ُ ِّ ُ ىش ْوٍْيى َ َ ى ْو
20
Artinya :
Dari Ibnu Umar bahwasannya, Rasulullah saw. mewajibkan zakat
fitrah pada bulan Ramadlan kepada semua orang Islam, orang
yang merdeka, atau hamba sahaya laki-laki atau perempuan,
sebanyak 1 sha’ (3,1 liter) kurma atau gandum.(HR.Muslim:1635)
Jadi jelaslah bagi kita dari hadits Rasulullah di atas apa yang
harus diberikan dari kewajiban zakat fitrah ini, yaitu gandum atau
tamar ataupun makanan pokok pada suatu daerah tertentu seperti
beras di Indonesia pada umumnya, jagung di Madura, sagu di
Paupua dan lain-lain.
Kemudian banyaknya yang harus kita berikan perorang/jiwa
sebanyak 3,1 Liter atau sekitar 2,5 Kg dan hanya diberikan dalam
setahun sekali.
Melihat ketentuan yang harus diberikan adalah makanan
pokok berarti pemberian lain tidak diperkenankan seperti
memberikan suatu benda elektronik, baju, kendaraan bahkan uang
atau yang lainnya.
2) Zakat Maal
Zakat Maal juga disebut zakat harta yaitu kewajiban umat
Islam yang memiliki harta benda tertentu untuk diberikan kepada
yang berhak sesuai dengan ketentuan nisab (ukuran banyaknya)
dan dalam jangka waktu tertentu.
Zakat Maal memang berbeda dengan zakat fitrah. Zakat
fitrah hanya diberikan dalam setahun sekali yaitu sebelum shalat
Idul fitri dan dengan jumlah yang sama setiap jiwanya yaitu 2,5 kg
atau 3,1 liter beras (makanan pokok) tetapi ketentuan zakat maal
berbeda-beda jumlahnya, antara satu benda dengan benda yang
lainnya.
Dalam hadits Rasulullah menjelaskan sebagai berikut :
ِِ ِ ِ ِِ ِِ ِ ِ ِ
ُ ََّلنى اَى ََفَ َ ى َ َىَ ْو نَ ا ْواْو ُ ْو ْو َ ىِ ْوىَْوم َ ا ْو ى َفَ ُق ْو ى ُ ى اَّل ْو ى َ َ ُى َفُ َق
اى ْو ى َ َْوى َْو َ ُدى اْو ُ َقَ اُ ذَ َج اَُف ْو ْو ُُ ْو َّل َ ى َ ْو
لنَ ُى
21
1) Fakir ádalah orang yang tidak memiliki harta benda dan tidak
memiliki pekerjaan untuk mencarinya.
2) Miskin adalah orang yang memiliki harta tetapi hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
3) Amil adalah orang yang mengelola pengumpulan dan pembagian
zakat.
4) Muallaf adalah orang yang masih lemah imannya karena baru
mengenal dan menyatakan masuk Islam.
5) Budak yaitu budak sahaya yang memiliki kesempatan untuk
merdeka tetapi tidak memiliki harta benda untuk menebusnya.
6) Gharim yaitu orang yang memiliki hutang banyak sedangkan dia
tidak bisa melunasinya.
7) Fisabilillah adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah
sedangkan dalam perjuangannya tidak mendapatkan gaji dari
siapapun.
8) Ibnu Sabil yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan,
sehingga sangat membutuhkan bantuan.
39
Agung Cahyo Wibowo. 2009. Pengaruh Penguasaan Materi Faktor Kelipatan Bilangan
terhadap Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal-Soal Pecahan di SDN Tanjakan II
Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu.Skripsi.Tidak diterbitkan. Cirebon: STAIN
Cirebon, hal. abstrak
40
Julaeha. 2012. Pengaruh Pemahan Bilangan Pecahan terhadap Kemampuan Siswa
Menyelesaikan Soal-Soal Mawaris di MAN I Cirebon. Skripsi.Tidak diterbitkan. Cirebon:
IAIN Syekh Nurjati Cirebon, hal. abstrak
27
konsep zakat secara utuh, sehingga mereka enggan dan tidak mengeluarkan
zakat. Padahal banyak sekali hikmah yang terkandung dalam perintah zakat
itu jika kita melaksanakannya. Selain untuk membersihkan harta, zakat juga
bisa membuat pelakunya menjadi dermawan, menguatkan tali persaudaraan,
dapat menentramkan jiwa dan hati dari rasa dendam dan dapat membantu
menumbuhkan perekonomian umat.
Dan dalam prakteknya, ternyata perhitungan zakat ini sangat erat
kaitannya dengan pelajaran matematika khusunya pada materi pecahan,
dimana materi pecahan ini sudah diperkenalkan sejak siswa duduk di tingkat
Sekolah Dasar dan dijelaskan lebih lanjut di tingkat Menengah Pertama.
Untuk itu, siswa dirasa sangat perlu memahami dan menguasai betul
materi pecahan guna dapat mengaplikasikannya saat dihadapkan pada
persoalan mengenai perhitungan zakat, khususnya zakat maal.