Anda di halaman 1dari 19

Buku Seri : Tanaman Khas Papua ISBN: 978-602-72094-3-5

Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi :


Sitti Raodah Garuda
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua
Badan Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jl. Yahim No. 49 Sentani—Papua 99352
Kementerian Pertanian Telepon (0967) 592179 ; Fax (0967) 592179
e-mail : bptppapua@yahoo.com
2014
Web : www.papua.litbang.deptan.go.id
i

Buku Seri :
Tanaman Khas Papua

Matoa

Sitti Raodah Garuda


Syafruddin Kadir

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua


Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
2014
ii

KATA PENGANTAR

Papua memiliki kekayaan alam yang melimpah. Banyaknya


jenis dan spesies tanaman merupakan salah satu kekayaan tersebut,
tetapi informasi dalam bentuk buku masih sangat sulit ditemukan
sehingga BPTP Papua mencoba untuk menyusun buku seri.
Buku seri ini terdiri dari beberapa judul, diantaranya : Matoa,
Buah Merah dan Sarang Semut. Semoga dengan adanya buku seri
ini dapat memperkaya pengetahuan kita tentang tanaman-tanaman
yang khas dan unik dari Papua.
Jayapura, Desember 2014
Kepala Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
(BPTP) Papua

Ir. Syafruddin Kadir, MP


NIP. 19580131 198603 1 002
iii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………… iii
I. PENDAHULUAN …………………………………… 1
Matoa Papua ………………………………………….. 1
II. BOTANI ……………………………………………… 3
A. Klasifikasi ……………………………………… 3
B. Morfologi ……………………………………… 4
1. Akar …………………………………………… 4
2. Batang ………………………………………… 5
3. Daun ………………………………………….. 5
4. Bunga ………………………………………… 6
5. Buah ………………………………………….. 6
6. Biji …………………………………………… 7
C. Perbanyakan Tanaman Matoa ………………….. 7
1. Generatif …………………………………….. 7
2. Vegetatif ……………………………………… 8
III. SYARAT TUMBUH ………………………………… 8
A. Iklim ……………………………………………….. 8
B. Tanah ……………………………………………….. 9
iv

IV. PEMELIHARAAN ……………………………………. 9


A. Pemupukan ……………………………………….. 9
B. Pengendalian Hama dan Penyakit ………………. 10
V. PANEN DAN PASCA PANEN ……………………… 11
A. Panen …………………………………………….. 11
B. Pasca Panen ……………………………………… 13
VI. Nilai Ekonomi, Sosial, dan Manfaat ………………… 13
DAFTAR BACAAN………………………………………… 15
1

I. PENDAHULUAN
Matoa Papua
Tanaman matoa merupakan tanaman khas yang menjadi
identitas flora bagi daerah Papua, tanaman ini sangat mudah
dijumpai karena pohon matoa sebenarnya tumbuh secara liar di
hutan-hutan Papua, penyebaran buah matoa hampir terdapat di
seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian ± 1200 m dpl.
Tanaman matoa tumbuh juga
di Maluku, Sulawesi,
Kalimantan, dan Jawa pada
ketinggian hingga sekitar
1.400 meter di atas
permukaan laut. Selain di
Indonesia pohon matoa juga
tumbuh di Malaysia, tentunya
juga di Papua New Guinea
(belahan timurnya Papua),
serta di daerah tropis
Gambar 1. Pohon Matoa
Australia.
Papua
Tanaman matoa adalah sejenis tumbuhan rambutan, atau
dalam ilmu biologi berasal dari keluarga rambutan-rambutanan
(Sapindaceae). Berdasarkan warna kulit buahnya matoa dibedakan
2

menjadi tiga jenis yaitu Emme Bhanggahe (Matoa Kulit Merah),


Emme Anokhong (Matoa Kulit Hijau) Emme Khabhelaw (Matoa
Kulit Kuning). Sedangkan berdasarkan tekstur buahnya matoa
dibedakan menjadi dua jenis yaitu matoa kelapa dan matoa papeda.
Matoa kelapa dicirikan oleh daging buah yang kenyal dan nglotok
seperti rambutan aceh, diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji
1,25-1,40 cm. Sedangkan matoa papeda dicirikan oleh daging
buahnya yang agak lembek dan lengket dengan diamater buah 1,4-
2,0 cm.
Buah matoa mempunyai citarasa yang khas seperti rasa
rambutan bercampur dengan lengkeng dan sedikit rasa durian.
Karena rasa dan aroma yang dikandungnya membuat matoa
memiliki nilai ekonomi penting bagi masyarakat Papua. Meskipun
dikenal memiliki citarasa yang khas dan harganya cukup mahal
sejauh ini matoa belum dibudidayakan secara intensif. Buah yang
diperjualbelikan di pasar lokal berasal dari pohon yang tumbuh
secara alami di kebun masyarakat atau kawasan hutan sehingga
ketersediaannya terbatas dengan kualitas buah yang beragam.
Apalagi sebagian masyarakat memanen buah matoa dengan
menebang pohonnya sehingga dari waktu ke waktu ketersediaan
pohon penghasil buah semakin berkurang. Di lain pihak, kelezatan
buah matoa yang khas semakin banyak peminatnya, bahkan sampai
3

ke luar daerah Papua. Semakin tersedianya sarana transportasi antar


pulau semakin memudahkan distribusi buah matoa ke luar Papua.
Memperhatikan berbagai hal tersebut buah matoa dinilai cukup
potensial untuk dikembangkan dan dibudidayakan sebagai buah
unggulan lokal Papua. Selain menyediakan alternatif sumber
pendapatan bagi masyarakat, budidaya juga akan menunjang
kelestarian pohon matoa. Dan didukung oleh Keputusan Menteri
Pertanian RI No. 160/Kpts/SR.120/3/2006, matoa Papua telah
ditetapkan sebagai varietas buah unggul yang patut dibudidayakan
Pengembangan matoa sebagai komoditas buah unggulan
lokal akan berperan positif bagi ekonomi masyarakat bila kegiatan
tersebut melibatkan masyarakat secara aktif, yaitu masyarakat
sebagai pelaku utama pembudidayaan matoa di lahan mereka.
Pengembangan matoa oleh masyarakat akan berhasil bila teknik
budidaya yang dikembangkan dapat mereka terapkan. Oleh karena
itu teknik budidaya yang dikembangkan harus sesuai dengan nilai
dan kapasitas teknologi masyarakat.
II. BOTANI
A. Klasifikasi
Klasifikasi Tanaman Matoa
Regnum : Plantae (Tumbuhan)
Subregnum : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
4

Super Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)


Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Pometia
Spesies : Pinnata
Nama Latin : Pometia pinnata J.R.& G.Forst
B. Morfologi
1. Akar
Berakar tunggang dengan warna coklat. Perakaran tanaman
matoa dapat menembus permuka an tanah apabila umur
tanaman sudah mencapai puluhan tahun.

Gambar 2. Akar Pohon Matoa yang sudah


berumur puluhan tahun Papua
5

2. Batang
Matoa merupakan tumbuhan berbentuk pohon dengan tinggi
20 – 40 m, dan ukuran diameter bata ng dapat mencapai 1,8
meter. Batang silindris, tegak, warna kulit batang coklat
keputih-putihan, permukaan kasar. Bercabang banyak
sehingga membentuk pohon yang rindang, percabangan
simpodial, arah cabang miring hingga datar.

Gambar 3. Batang dan Percabangan Pohon Matoa


3. Daun
Matoa berdaun majemuk, tersusun berseling 4 – 12 pasang
anak daun. Saat muda daunnya berwarna merah cerah,
setelah dewasa menjadi hijau, bentuk jorong, panjang 30 –
40 cm, lebar 8 – 15 cm. Helaian daun tebal dan kaku, ujung
meruncing (acuminatus), pangkal tumpul (obtusus), tepi
rata. Pertulangan daun menyirip (pinnate) dengan
permukaan atas dan bawah halus, berlekuk pada bagian
pertulangan.
6

Gambar 4. Daun Tanaman Matoa


4. Bunga
Termasuk bunga majemuk berbentuk corong dan terdapat di
ujung batang. Tangkai bunga bulat, pendek berwarna hijau,
dengan kelopak berambut hijau. Benang sari pendek,
jumlahnya banyak berwarna putih. Putik bertangkai dengan
pangkal membulat juga berwarna putih dengan mahkota
terdiri 3 – 4 helai berbentuk pita berwarna kuning.

Gambar 5. Bunga Tanaman Matoa


5. Buah
Buah bulat atau lonjong sepanjang 5 – 6 cm, kulit buah
berwarna hijau, merah atau kuning (tergantung varietas).
Daging buah lembek, berwarna putih kekuningan.
9

Gambar 6. Buah dan Daging Buah Matoa


6. Biji
Bentuk biji bulat, berwarna coklat muda sampai kehitam-
hitaman. Perbanyaan generatif (biji).

Gambar 7. Biji Matoa


C. Perbanyakan Tanaman Matoa
1. Generatif
Perbanyak secara generatif dengan biji. Sejauh ini
penanaman matoa oleh masyarakat umumnya dilakukan
dengan menempatkan biji secara langsung di tempat
penanaman atau dengan memindahkan anakan yang tumbuh
secara alami ke tempat penanaman yang diinginkan. Pohon
hasil perbanyakan dengan biji mulai berbuah pada umur 4 –
10

5 tahun,. Pada perbanyakan dengan biji sebaiknya terlebih


dahulu disemaikan dalam polybag dan jika sudah cukup
kuat dapat dilakukan pemindahan ke lapangan/kebun. Jarak
tanam yang umum adalah 8 sampai 12 meter.
2. Vegetatif
Tanaman matoa dapat pula
diperbanyak secara vegetatif
dengan cangkok, stek maupun
sambung. Tanaman yang
diperbanyak dengan
cangkokan sudah mulai
berbuah pada umur 2 - 3
tahun.
III. SYARAT TUMBUH Gambar 8. Hasil perbanyakan
dengan sambung.
A. Iklim
Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik
adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi (>1200
o o
mm/tahun). Dengan suhu 22 C – 28 C. Matoa
membutuhkan cahaya dengan intensitas cahaya yang
mengenai pohon matoa berkisar antara 70 – 100%.
11

B. Tanah
Pohon matoa dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah,
mulai dari berlempung sampai berpasir, berbatu, dan
berkarang dengan drainase baik sampai buruk (kadang
tergenang), tetapi tumbuh baik pada daerah yang kondisi
tanahnya kering (tidak tergenang) dengan lapisan tanah
yang tebal. Topografi tempat tumbuh matoa bervariasi
dari datar, bergelombang, maupun pada daerah berlereng
dengan kelerengan landai sampai curam. Beberapa pohon
tumbuh di tepi sungai atau danau yang tanahnya selalu
lembab, dan di pinggir jurang.
IV. PEMELIHARAAN
Matoa merupakan jenis pohon yang relatif mudah
dibudidayakan dengan range ekologi tempat tumbuh yang
luas. Pemeliharaan tanaman belum lazim dilakukan.
Perlakuan pemeliharaan biasanya hanya dilakukan dengan
membersihkan gulma di sekitar anakan pada waktu anakan
masih kecil. Setelah pohon cukup kuat bersaing dengan
tanaman lain biasanya dibiarkan begitu saja tanpa perawatan
dan pemeliharaan.
A. Pemupukan
Pemupukan tanaman matoa dimulai pada saat tanam,
12

adapun pupuk yang digunakan adalah pupuk Organik 5


kg, SP 36 1 kg, Urea 0,5 kg, kapur 1 kg. Semua pupuk
dicampur menjadi satu dengan tanah galian, bagian atas
dibiarkan selama 4-6 hari kemudian ditanami dengan
bibit matoa.
B. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
1. Hama
 Lalat Daun menyerang tanaman muda
 Tikus memakan buah yang sudah matang
 Kelelawar memakan buah yang sudah matang
2. Penyakit
 Penggerak Batang menyerang bagian batang dan
ranting tanaman matoa.
V. PANEN DAN PASCA PANEN
A. Panen
Waktu panen tanaman matoa antara bulan Oktober sampai
bulan Desember. Buah matoa dipanen dengan cara memanjat
pohonnya lalu memetiknya dan mengumpulkannya dalam
wadah yang bersih. Buah matoa yang sudah dipetik
dipisahkan dari tangkai buahnya.
13
B. Pasca Panen
Penanganan pasca panen matoa yang baik untuk
meningkatkan mutu buah dan memperkecil kehilangan
hasil serta meningkatkan harga jual buah matoa dengan
pengepakan atau kemasan buah matoa dibuat menarik
dengan mengaturnya dalam wadah piring stratofen dan
membungkusnya dengan plastic bening.
VI. Nilai Ekonomi, Nilai Sosial dan Manfaat Pohon Matoa
Harga jual matoa ditentukan berdasarkan jenisnya yaitu
matoa kelapa dan matoa papeda. Matoa kelapa merupakan
matoa yang paling disukai dan memiliki harga yang mahal
karena ukuran buahnya yang besar, rasanya manis dan daging
buahnya tebal. Sebaliknya matoa papeda, disebut demikian
karena daging buahnya tipis, lembek, berair, dan tidak terlalu
manis, harganya tidak terlalu mahal. Pemasaran buah matoa
dilakukan secara sederhana di pasar maupun di tempat-tempat
penjualan buah musiman oleh pemilik pohon sendiri atau oleh
pedagang yang membeli dan mengumpulkan buah dari pemilik
pohon matoa. Harga jual buah matoa, sebagaimana buah
musiman yang lain, berfluktuasi sesuai dengan ketersediannya,
namun dari tahun ke tahun harga buah matoa cenderung
meningkat, dan saat ini berkisar antara Rp. 20. 000 – Rp.
14

35.000/kg untuk matoa papeda, dan Rp 60.000 – Rp. 80.000 per


kg untuk matoa kelapa.
Selain buahnya, beberapa bagian pohon matoa sangat
potensial dikembangkan untuk berbagai manfaat. Dengan
teknik pengolahan sederhana (dijadikan bubur) biji matoa dapat
dijadikan sebagai bahan makanan. Kayunya tidak sekuat dan
seawet spesies pometia yang lain, umumnya dimanfaatkan
sebagai bahan konstruksi ringan. Petani peladang di PNG
mengumpulkan dan menggunakan seresah daun matoa sebagai
mulsa untuk mempertahankan kesuburan ladang mereka. Air
hasil rebusan kulit batang atau daunnya dapat dimanfaatkan
sebagai obat demam dan keletihan. Kulit batang matoa
diketahui mampu menyembuhkan luka bernanah. Diduga kulit
matoa mengandung senyawa penghambat pertumbuhan bakteri.
Dengan berbagai manfaat yang dapat diambil dari pohon
matoa tersebut pohon matoa mempunyai nilai sosial yang
cukup tinggi bagi masyarakat Papua, terutama di Jayapura. Hal
ini terlihat dari kebanggaan masyarakat atas pohon matoa yang
dimilikinya. Kebanggaan masyarakat atas pohon matoa yang
dipandang sebagai jenis buah lokal andalan merupakan modal
sosial yang akan sangat menunjang pengembangan matoa
sebagai buah unggulan di Papua. Dengan nilai ekonomi yang
15

cukup tinggi, kemudahan budidaya, dan adanya kebanggaan


masyarakat atas pohon matoa, jenis ini sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai buah unggulan lokal.
DAFTAR BACAAN

BPTP Papua Barat, 2010. Mengenal Buah Matoa Lebih Dekat.


http://papuabarat.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?optio
n=com_content&view=article&id=2:mengenal-buah-matoa-
lebih-dekat&catid=4:info-aktual&Itemid=5. Diakses Tanggal
11 November 2014.

Budidaya.com, 2011. Budidaya Matoa - Buah Yang Unik.


http://1001budidaya.com/budidaya-matoa/ Diakses Tanggal
11 November 2014.
Fantasianara, 2013. Mengenal Buah Matoa, Buah Khas Papua.
http://fantasianara.blogspot.com/2013/02/mengenal-buah-
metoa-buah-khas-papua.html Diakses tanggal 11 November
2014.

Marketing Mobile Office of Wood Product, 2010. Matoa.


http://rindangsekali.wordpress.com/matoa/ Diakses Tanggal
11 November 2014.

Sri Anindiati Nursastri, 2012. Serunya Berburu Buah Matoa di


Jayapura.
http://travel.detik.com/read/2012/06/25/125900/1949991/102
5/2/serunya-berburu-buah-matoa-di-jayapura. Diakses 11
November 2014.
Teguh Santosa, 2010. Karakter Fenotipik Dan Nilai Ekonomi
Matoa (Pometia pinnata J. R & G. Forst.) Di Papua.
16

http://teguhsantosoamban.blogspot.com/ Diakses tanggal 11


November 2014.

Wikipedia, 2011. Matoa. http://id.wikipedia.org/wiki/Matoa


Diakses Tanggal 11 November 2014.

Anda mungkin juga menyukai