LAPORAN
PENELITIAN FUNDAMENTAL
MODEL PEMBELAJARAN
MATAKULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN PANCASILA
DI BEBERAPA PERGURUAN TINGGI
(UNIVERSITAS GAJAH MADA, UNIVERSITAS NEGERI MALANG, DAN UNIVERSITAS
PANCASILA)
TIM PENGUSUL
Dr. Adnan Hamid, S.H.,M.H.,M.M. (0314066301)
Drs. Wilobroto Boedihargo, Psi. (0327075501)
Yamin, S.S.,S.H.,M.Hum,,M.H (0002127401)
UNIVERSITAS PANCASILA
APRIL, 2013
KATA PENGANTAR
Universitas Pancasila, Universitas Gajah Mada, dan Universitas Negeri Malang). Pada
tahap awal penelitian ini baru memasuki pengumpulan data yang berupa hasil
penelusuran Silabus dan Garis Besar Pokok Perkuliahan dan observasi. Namun, karena
keterbatasan waktu dan tenaga, dari ketiga insitusi perguruan tinggi yang memiliki Pusat
program studi yang bersangkutan. Semoga pada tahap selanjutnya dapat dilakukan
A. Latar Belakang
Kepribadian (dan Matakuliah Berkarya dan Bermasyarakat) yang di masa lalu disebut
Matakuliah Dasar Umum (MKDU). Dalam konteks tertentu perlu dipotret kembali
Indonesia (Bobot 3 SKS). Dalam SK tersebut juga ditentukan substansi kajian, standar
salah satu karakter bangsa melalui para pimpinan lembaga-lembaga negara (Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika). Namun, istilah Empat Pilar
Dalam dunia akademiki istilah pilar tidak begitu dikenal, karena maknanya
Hidup (Weltanschaung atau way of life) yang digunakan oleh Ir. Soekarno dalam
sebenarnya dapat disepadankan dengan ideologi) yang digunakan oleh Prof. Dr.
digunakan oleh Pro. Dr. H.C. Drs. Mr. Notonagoro pada saat Penganugrahan
Doktor Honoris Causa Ir. Soekarno. Sejak saat inilah Konsep Pancasila yang
hukum, seperti Hans Kelsen dan Hans Nawiasky. Istilah lain yang muncul
adalah Grundnorm dan Leitstar dalam literatur Ilmu Perundang-Undangan
Indonesia.
Pasal 35
(1) Kurikulum pendidikan tinggi merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan ajar serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan Pendidikan Tinggi.
(2) Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi dengan mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap Program Studi yang
mencakup pengembangan kecerdasan intelektual,akhlak mulia, dan
keterampilan.
(3) Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memuat mata kuliah:
a. agama;
b. Pancasila;
c. kewarganegaraan; dan
d. bahasa Indonesia.
(4) Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler.
(5) Mata kuliah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan untuk
program sarjana dan program diploma.
Tinggi dalam penelitian ini. Dengan kata lain, dalam penelitian akan diperoleh
B. Permasalahan
Universitas Pancasila)?
C. Tujuan Penelitian
Universitas Pancasila.
Penelitan ini cukup penting dan mendesak (atau urgen) dalam rangka
bawahnya). Dengan melakukan studi ini dapat ditata kembali dengan mencari model
komitmen terhadap Pancasila, baik sebagai filsafat, dasar negara, ideologi, politik,
bahan masukan bagi perguruan tinggi lain. Studi ini merupakan penjajagan awal untuk
E. Metode Penelitian
penelitian ini juga digunakan pendekatan sosiologis. Secara singkat dapat dikemukakan
beberapa tahapan dalam penelitian ini, mulai dari pengumpulan data, pengolahan data,
Pengumpulan Data
(3) observasi.
yaitu:
Pengolahan Data
Data kualitatif yang diperoleh berdasarkan studi pustaka atau dokumen diolah
pemaparan.
Analisis Data
sesuai dengan teori atau wacana dalam dunia hukum dan kebijakan pedagogik yang
ditentukan penyelenggara negara. Teori hukum yang digunakan adalah legal positivism
dan teori-teori penegakan hukum. Di samping teori hukum, dalam penelitian ini juga
pedagogik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memuat mata
lebih tepat kembali di era Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Fuad Hassan,
yaitu Matakuliah Wajib Perguruan Tinggi. Dalam penelitian ini difokuskan pada
dunia pendidikan di Indonesia. Hal tersebut dipengaruhi oleh situasi sosial dan politik di
Pendidikan Nasional.
namun diintegrasi dalam pendidikan budi pekerti. Pada masa pemeritahan Orde Baru
dasar dan menengah (melalui Mata Perlajaran Pendidikan Moral Pancasila yang
Bangsa dan Mata Pelajaran Sejarah; sehingga menimbulkan kesan tumpang tindih)
maupun pendidikan tinggi yang memasukkannya menjadi Mata Kuliah Wajib Umum
Kewarganegaraan), Bahasa Indonesia, serta Ilmu Alamiah Dasar (khusus Program Studi
dari Rumpun Sosio-Humaniora) dan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (khusus Program
Studi dari Rumpun Ilmu Esakta). Di era reformasi arah pembelajaran Pancasila semakin
Dalam tulisan ini dikemukakan dua pokok bahasan, yaitu: politik pembelajaran
Tinggi. Kedua pokok bahasan ini haya merupakan impresi dan wacana yang mungkin
konsisten sesuai dengan filsafat hidup. Dalam konteks pembelajaran Pancasila perlu
satuan tingkat pendidikan.1 Produk hukum tersebut perlu disusun kembali secara
1
Yamin, “Strategi Pelembagaan Pancasila dalam Konteks Konstitusionalisme,” Makalah Kongres
Pancasila IV yang disampaikan pada 1 Juni IV yang disampaikan pada 1 Juni 2011 di Universitas Gajah
Mada.
ketetapan ini berlaku sekali jadi dan sudah terlaksana pada periode yang
(4) Di masa Orde Baru Pancasila dilakukan melalui Ketetapan MPR yang
senior ke yunior’ dan ‘kekerasan’ dan orientasi studi pengenalan kampus (yang
dari penghapusan pembelajaran Pancasila dalam kurikulum nasional sungguh luar biasa.
Di tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi Pancasila
pelajaran (di tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah) dan mata kuliah
Tinggi
kurikulum pendidkan tinggi wajib memuat Mata Kuliah Agama, Pancasila, Pendidikan
Pengembangan Kepribadian.
kadang tidak konsisten. Dengan kata lain, Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan
satu dalam Program Dasar Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
perlu menertibkan hal ini agar arah sistem pendidikan nasional tidak melenceng dan
dikembalikan ke kurikulum MKU (Mata Kuliah Umum) atau MKDU (Mata Kuliah
Dasar Umum) karena filsafat pendidikan lebih jelas antara ilmu sosial dan esakta.
yang lebih inovatif agar lebih ditekuni peserta didik. Berikut ini akan dikemukakan
(a) Ceramah ,
(b) Diskusi,
(c) Memanfaatkan sarana audio visual, seperti Pidato Pendiri Negara yang
aktual (problem based leaners), serta praktik kerja lapangan (bakti sosial atau
sejenisnya).
menyediakan literatur yang memperkaya bacaan peserta didik. Di bidang ilmu hukum
Sudjito senantiasa mencerahkan peserta didik dengan membuka wacana ilmu hukum
dalam sarasehan tersebut dipublikasikan dalam suatu prosiding seminar yang mungkin
Yudi Latif (2014) dalam bukunya yang berjudul Mata Air Keteladanan:
melalui keteladan para tokoh-tokoh senior. Narasi yang elok membawa pembaca
kepada suasana yang mengharukan yang melebihi bacaan-bacaan penuh nikmat dan
hikmat, seperti buku-buku chiken soup. Dengan kata lain, kekayaan data dikemas dan
dikomunikasikan dengan begitu apik. Buku ini berisi lima bagian memuat kisah
(3) Mata Air Keteladanan dalam Pengalaman Persatuan dengan menunjukkan kisah
rasa memiliki dan mencintai tanah air, menjalin persatuan dalam keberagaman,
(4) Mata Air Keteladanan dalam Pengalaman Kerakyatan dengan menjunjung daulat
Kelima kisah Mata Air Keteladan yang berisi Pancasila dalam perbuatan sebenar
cukup menarik apabila ditransformasi ke dalam bentuk film berdurasi pendek. Namun,
apabila mau diungkap kisah ‘yang mengharu-biru’, narasi-narasi tersebut juga dapat
dikembangkan dan digarap secara apik dalam suatu karya sinematografi yang
dipentaskan, difragmenkan, atau diangkat ke dalam layar lebar sehingga dijadikan model
A. Gambaran Umum
mengarahkan pada moral yang diharapkan terwujud dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama, kebudayaan dan beraneka ragam
mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
penuh tanggung jawab sebagai seorang warga negara dalam memecahkan berbagai
2
Kaelah, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2010), hlm.15.
pemikiran yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Sifat intelektual tersebut tercermin
pada kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan bertindak; sedangkan sifat penuh tanggung
jawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan ditilik dari aspek ilmu pengetahuan dan
berperilaku:
(1) memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab sesua
(2) memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta
cara-cara pemecahannya;
(4) memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya
diteliti perlu ditelusuri silabus dan garis-garis besar pokok perkuliahan yang
3
Ibid.
4
Ibid.
Jakata, Universitas Gajah Mada di Yogyakarta, dan Universitas Negeri Malang di
Malang.
Di masa lalu sebenarnya sudah ada Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Tinggi perlu dikemukakan pasal-pasal krusial yang belum terlaksana, namun dalam
Pasal 1
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila yang mencakup unsur Filsafat Pancasila merupakan salah satu
komponen yang tak dapat dipisahkan dari kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
(MKPK) dalam susunan Kurikulum Inti Perguruan Tinggi di Indonesia.
Pasal 2
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila adalah mata kuliah wajib untuk diambil oleh setiap mahasiswa
pada Perguruan Tinggi untuk Program Diploma/Politeknik dan Program Sarjana.
Pasal 3
Pendidikan Pancasila dirancang dengan maksud untuk memberikan pengertian kepada
mahasiswa tentang Pancasila sebagai Filsafat/Tata Nilai Bangsa, sebagai Dasar Negara
dan Ideologi Nasional dengan segala implikasinya.
Pasal 4
Pendidikan Pancasila yang mencakup unsur Filsafat Pancasila di Perguruan Tinggi
bertujuan untuk:
1) dapat memahami dan mampu melaksanakan jiwa Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 (UUD 1945) dalam kehidupannya sebagai warganegara Republik
Indonesia;
2) menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan
pemikiran yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945;
3) memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma Pancasila,
sehingga mampu menanggapi perubahan yang terjadi dalam rangka keterpaduan
Ipteks dan pembangunan;
4) membantu mahasiswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah,
dan mengambil keputusan dengan menerapkan strategi heuristik terhadap nilai-nilai
Pancasila.
Pasal 5
1) Pendidikan Pancasila meliputi pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
a) Landasan dan tujuan Pendidikan Pancasila.
b) Menginternalisasi nilai Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia.
c) Sistem Hukum Nasional dan Ketatanegaraan RI berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
d) Dinamika pelaksanaan UUD 1945.
e) Pancasila sebagai sistem Filsafat.
f) Pancasila sebagai sistem Etika.
g) Pancasila sebagai sistem Ideologi.
h) Pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
i) Aktualisasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2) Untuk memahami dan menguasai pokok-pokok bahasan tersebut, dilampirkan Garis
Besar Proses Pembelajaran (GBPP) dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
Keputusan ini.
3) Beban studi Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi ditetapkan sekurang-kurangnya
2 satuan kredit semester (sks).
Pasal 6
Metode pengajaran Pendidikan Pancasila dilakukan secara kritis, analitis melalui dialog-
kreatif dan bersifat partisipatoris untuk meyakini kebenaran dan ketetapan Pancasila
sebagai nilai dasar kebangsaan, ideologi nasional, dan dasar negara.
Pasal 7
Penilaian hasil belajar untuk mengukur tinggi pemahaman penguasaan pengetahuan
tentang Pancasila, dilakukan dengan cara yang memungkinkan terdeteksinya
perkembangan sikap dan tingkah laku mahasiswa.
Pasal 8
Penilaian kurikulum Pendidikan Pancasila dilakukan secara berkala dan peninjauannya
dilakukan minimal 5 tahun sekali.
sebagai berikut:
I. Tujuan Instruksional
Terkuasainya secara akademik: (1) pengertian, kedudukan, dan fungsi ideologi dalam
seluruhan kehidupan bermasyarakat dan bernegara serta proyeksinya pada ideologi
Pancasila; (2) proses refleksi filsafati sila-sila dari Pancasila dalam rangka identifikasi serba
konsep dan interrelasi antarkonsep yang terkandung di dalamnya.
1. Pengertian Ideologi
2. Ideologi Pancasila
3. Dasar-Dasar Filsafat
5
Dalam penelitian ini dilampirkan Silabus dan GBPP Pendidikan Kewarganegaraan.
a. Pengertian Filsafat
b. Filsafat dan Ilmu
c. Filsafat dan Agama
d. Apakah filsafat itu berguna?
e. Tema Filsafat
(1) Persoalan Kosmologik (Fokus I)
(2) Persoalan Ontologik
(3) Filsafat Kejiwaan dan Pikiran (Philosophy of Soul and Mind)
(4) Teori tentang Pengetahuan
(5) Nilai-Nilai Luhur Kehidupan (The Higher Values of Life)
4. Filsafat Pancasila
a. Karl Marx :
prediksi tentang akan matinya ideologi.
b. Edward Shilss :
zaman politik-ideologi telah lewat.
c. Daniel Bell :
ideologi telah mati.
d. Henry Aiken :
ideologi tidak mati.
e. Mustafa Rejai :
emergence, decline, and resurgence of ideology.
f. Mustafa Rejai :
ideologi sebagai strategi.
g. Pendapat sendiri : asal-mula dari ideologi adalah diri manusia; selama manusia
harus hidup bermasyarakat, ideologi tetap dibutuhkan.
h. Pancasila dan dunia yang terjagad (terglobal).
a. Postulat: ‘tiap ideologi yang original, niscaya memiliki metoda-berpikir khas dia
(tersendiri).
b. Relasi heuristik antara: ontologi epistemologi metodologi.
(a) Ideologi Liberalisme dan Metoda Berpikir Analisis Kausal
(b) Ideologi Komunisme dan Metoda Berpikir Dialektika Materialis
(c) Ideologi Pancasila dan Metoda Berpikir Refletif-Teleologis yang juga disebut
Metoda Berpikir Integral.
b. Persepsi
(1) Definisi: persepsi adalah gambaran kejiwaan mengenai suatu obyek yang
ditangkap melalui perinderaan.
(2) Persepsi seseorang yang dipengaruhi:
(a) perspektif yang terungkap oleh jarak atau posisi.
(b) referensi yang dimiliki oleh pencerap, sebelum mempersepsi obyek.
(c) skala amatan yang digunakan oleh pencerap
c. Pengertian Proses
(1) Definisi: ide benar adalah ide yang terbentuk oleh segenap informasi yang
dipancarkan oleh segenap relasi antarsegenap komponen yang membentuk
obyek.
(2) Rambu-pikir waktu mempersepsi obyek.
(3) Rambu-pikir untuk mendapatkan kepastian ide-benar.
d. Pengertian Proses
Yang dimaksudkan dengan proses adalah gerak refleksi pikiran secara alami dari
ide-benar ke telos.
e. Pengertian Reflektif
Yang dimaksud dengan reflektif adalah proses deduktif yang berlangsung pada saat
idea-benar kedua; ide-benar kedua melahirkan ide-benar ketiga dan seterusnya,
sampai terwujud telos.
f. Pengertian Telos
‘Cita-cita intrinsik yang terkandung di dalam suatu ideologi bisa diwujudkan menjadi
kenyataan, hanya apabila menggunakan metoda-berpikir dari ideologi yang
bersangkutan’
C. Pembelajaran Pancasila di Universitas Gajah Mada
yang sudah ditetapkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Di samping itu, karena di
dalam Statuta Universitas Gajah Mada dinyatakan secara tegas tentang komitmen
kepancasilaan, setiap tahun Pusat Studi Pancasila Universitas Gajah Mada mempelopori
Kongres Pancasila (yang telah diselenggarakan dengan kerja sama beberapa kampus,
Adapun Silabus dan Garis Besar Pokok Perkuliahan sedang dihimpun. Beberapa
literatur yang ditulis oleh akademisi di lingkungan Universitas Gajah Mada adalah
sebagai berikut:
(2) Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi yang ditulis oleh Prof.
Dr. Kaelan,
(4) Filsafat dan Ideologi Pancasila yang ditulis oleh Slamet Sutrisno
(5) Problem Epistemologis Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara yang ditulis oleh
(6) Generasi Muda Bicara Pancasla yang ditulis Daud Aris Tanudrjo, Hendro
(7) Pancasila Dasar Negara: Kursus Pancasila Oleh Presiden Soekarano yang
oleh Sesi Seni Budaya Universitas Gajah Mada. Fragmen tersebut diselenggarakan
bentuk compact disk yang dapat diperoleh di Pusat Studi Pancasila. Dalam konteks ini
perlu juga dikemukakan inovasi model pembelajaran yang memanfaatkan sarana audio
visual.
nilai-nilai Pancasila. Di samping itu, dalam RPKPS tersebut juga dinyakan bahwa untuk
c. Asal-Mula Pancasila,
d. Pancasila dalam Konteks Yuridis dan Kaitannya dengan Pembukaan UUD 1945,
dasar dan menengah. Namun, sejak berubah menjadi Universitas Negeri Malang,
Suparlan Al Hakim;
oleh H. Suparlan;
d. Nasionalisme Indonesia, Kewarganegaraan, dan Pancasila yang ditulis oleh
Hariyono;
Pembinaan Sistem Hukum Nasional) yang ditulis oleh Mohammad Noor Syam.
dasarnya tidak bisa dilepaskan dengan konsep interaksi sosial yang di dalamnya
tindakan yang berlangsung seperti halnya mengalirnya darah dalam pembuluh nadi.
Begitu wajarnya, sehingga untuk melakukannya, orang hampir tidak berpikir atau
menyadarinya. Dengan kata lain, apabila terdapat kesulitan atau kejanggalan dalam
proses itu, baru orang bertanya-tanya dan ingin tahu lebih banyak lagi tentang apa yang
sebenarnya terjadi.
Sementara itu proses pembeljaran dapat dikatakan sebagai proses interaksi
sosial yang bersifat ‘transaksional’. Dengan demikian, ada kewajiban atau komitmen
yang harus dipegan teguh oleh dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Dosen
harus diterima.
efisien dalam pencapaian pesan pembelajaran. Hal demikian itu akan berpengaruh
diperparah dengan jumlah mahasiswa per kelas yang kadang-kadang lebih dari 50 orang.
pembelajaran secara awal dari seorang dosen dapat diinternalisasi sepadang dengan
kemampuan mahasiswa. Oleh karena itu, pemikiran munculnya media dalam keperluan
belajar-mengajar dalam matakuliah apa pun (temasuk Pancasila) merupakan salah satu
(penyampai) kepada komikan (penerima) informasi. Gerlach dan Elly (dalam Hakim,
(3) Arti media pengajaran dapat lebih dikhususkan lagi, yakni yang mencakup
juga menunjukkan pengertian media yang dikemukakan oleh Martin R. Wong dan John
D. Rauleson. Menurut R. Wong dan John D. Rauleson, media adalah perangkat yang
mahasiswa (the medium is the means or hardware used to present stimulus information
to the leaner; media merupakan makna-makna atau piranti yang digunakan untuk
media diartikan sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran
sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, yaitu ddengar, dilihat, dibaca, atau
pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai alat bantu pembelajaran
(teaching aids) dan sebagai sarana yang mampu memancarkan pesan sendiri (self
instructional). Berdasarkan dua fungsi itu, fungsi dapat kita rinci, sebagai berikut:
(1) dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalama yang dimiliki oleh siswa;
kriteria. Adapun kriteria pemilihan media dibedakan dalam beberapa hal, yaitu:
(1) Dapat dilihat dari kriteria umum, pemilihan media harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
(f) Biaya;
(3) Syarat pemilihan media yang dikemukakan oleh Ibrahim (dalam Al Hakim,
(b) Ketepatangunaan;
(d) Ketersediaan;
(e) Mutu Teknis;
(g) Pembiayaan.
(1) Media tidak diartikan untuk menggantikan tenaga dosen di muka kelas;
(2) Media yang baik hanya untuk satu tujuan dengan memperhatikan kondisi siswa;
(3) Meda merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan proses pembelajaran;
(4) Penggunaan metode harus jelas tidak hanya sebagai pengisi waktu atau hiburan
dalam kelas;
(5) Media harus dapat mengkondisikan siswa untuk belajar secara aktif.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Di bagian penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal yang merupakan
kesimpulan:
mengalami ‘pasang surut.’ Di masa Orde Lama dan Orde komitmen pendidikan
Pancasila sudah berlangsung secara niscaya dan memadai. Namun, di masa orde
yang lebih inovatif agar lebih ditekuni peserta didik. Berikut ini akan
(a) Ceramah,
(b) Diskusi,
(c) Memanfaatkan sarana audio visual, seperti Pidato Pendiri Negara yang
yang aktual (problem based leaners), serta praktik kerja lapangan (bakti
12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Namun, yang patut dicermati adalah
implementasinya.
B. Saran-Saran
Di bagian akhir tulisan ini juga dikemukakan saran-saran yang patut diperhatikan
lebih lanjut:
perlu membentuk tim khusus yang mengkaji dan melakukan pembinaan dalam
tokoh senior di dunia pendidikan tinggi yang mengampu bidang ini secara
konsisten.
DAFTAR PUSTAKA
----------. 1980, Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Pantjuran Tudjuh, Jakarta.
Latif, Yudi. Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan. Jakarta: Mizan, 2014.
Sutrisno, Slamet. Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: Andi Offset, 2006.
Tanudirjo, Daud Aris, Hendro Muhaimin, dan Agustiani. Generasi Muda Bicara
Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013.
TENTANG
SUPRODJO PUSPOSUTARDJO
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii
I. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional tentang Penyempurnaan Garis Besar Proses Pembelajaran
MKPK Pendidikan Pancasila No. 265/DIKTI/Kep/2000 ...................... 1
II. Rasional Pendidikan Pancasila ................................................... 7
A. Pendahuluan .................................................................................... 7
B. Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila .......................................... 9
C. Kompetensi Yang Diharapkan ........................................................ 10
III. Deskripsi Sajian (Silabus) ........................................................... 12
IV. Garis Besar Proses Pembelajaran Pendidikan Pancasila ............ 13
V. Daftar Pustaka Pendidikan Pancasila .......................................... 18
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NO. 265/DIKTI/Kep/2000
PENYEMPURNAAN GARIS BESAR PROSES PEMBELAJARAN (GBPP)
MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN (MKPK)
PENDIDIKAN PANCASILA
PADA PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA
DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PENYEMPURNAAN GARIS BESAR PROSES PEMBELAJARAN
(GBPP) MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
(MKPK) PENDIDIKAN PANCASILA, PADA PERGURUAN
TINGGI DI INDONESIA.
Pasal 1
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila yang mencakup unsur Filsafat Pancasila merupakan
salah satu komponen yang tak dapat dipisahkan dari kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MKPK) dalam susunan Kurikulum Inti Perguruan Tinggi
di Indonesia.
Pasal 2
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila adalah mata kuliah wajib untuk diambil oleh setiap
mahasiswa pada Perguruan Tinggi untuk Program Diploma/Politeknik dan Program
Sarjana.
Pasal 3
Pendidikan Pancasila dirancang dengan maksud untuk memberikan pengertian kepada
mahasiswa tentang Pancasila sebagai Filsafat/Tata Nilai Bangsa, sebagai Dasar Negara
dan Ideologi Nasional dengan segala implikasinya.
Pasal 4
Pendidikan Pancasila yang mencakup unsur Filsafat Pancasila di Perguruan Tinggi
bertujuan untuk:
5) dapat memahami dan mampu melaksanakan jiwa Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 (UUD 1945) dalam kehidupannya sebagai warganegara Republik
Indonesia;
6) menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan
pemikiran yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945;
7) memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma Pancasila,
sehingga mampu menanggapi perubahan yang terjadi dalam rangka keterpaduan
Ipteks dan pembangunan;
8) membantu mahasiswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah,
dan mengambil keputusan dengan menerapkan strategi heuristik terhadap nilai-nilai
Pancasila.
Pasal 5
4) Pendidikan Pancasila meliputi pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
a) Landasan dan tujuan Pendidikan Pancasila.
b) Menginternalisasi nilai Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia.
c) Sistem Hukum Nasional dan Ketatanegaraan RI berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
d) Dinamika pelaksanaan UUD 1945.
e) Pancasila sebagai sistem Filsafat.
f) Pancasila sebagai sistem Etika.
g) Pancasila sebagai sistem Ideologi.
h) Pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
i) Aktualisasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
5) Untuk memahami dan menguasai pokok-pokok bahasan tersebut, dilampirkan Garis
Besar Proses Pembelajaran (GBPP) dan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari Keputusan ini.
6) Beban studi Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi ditetapkan sekurang-
kurangnya 2 satuan kredit semester (sks).
Pasal 6
Metode pengajaran Pendidikan Pancasila dilakukan secara kritis, analitis melalui dialog-
kreatif dan bersifat partisipatoris untuk meyakini kebenaran dan ketetapan Pancasila
sebagai nilai dasar kebangsaan, ideologi nasional dan dasar negara.
Pasal 7
Penilaian hasil belajar untuk mengukur tinggi pemahaman penguasaan pengetahuan
tentang Pancasila, dilakukan dengan cara yang memungkinkan terdeteksinya
perkembangan sikap dan tingkah laku mahasiswa.
Pasal 8
Penilaian kurikulum Pendidikan Pancasila dilakukan secara berkala dan peninjauannya
dilakukan minimal 5 tahun sekali.
Pasal 9
Hal-hal yang belum diatur di dalam Keputusan ini akan diatur lebih lanjut dalam
ketentuan tersendiri.
Pasal 10
1) Dengan berlakunya Keputusan ini, semua peraturan yang mengatur tentang
Pendidikan Pancasila pada Perguruan Tinggi dinyatakan tidak berlaku.
2) Keputusan ini mulai berlaku pada saat ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 10 Agustus 2000
A. Pendahuluan
Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan
pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan
generasi penerusnya, selaku warga masyarakat, bangsa dan negara, secara berguna
(berkaitan dengan kemampuan spiritual) dan bermakna (berkaitan dengan
kemampuan kognitif dan psikomotorik) serta mampu mengantisipasi hari depan
mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya,
bangsa, negara dan hubungan internasionalnya. Pendidikan Tinggi tidak dapat
mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang digambarkan sebagai
perubahan kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketakterdugaan.
Kemampuan warganegara, suatu negara untuk hidup berguna dan bermakna serta
mampu mengantisipasi perkembangan, perubahan masa depannya, sangat
memerlukan pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) yang
berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar
negara tersebut akan menjadi panduan dan mewarnai keyakinan serta pegangan
hidup warganegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang
cinta tanah air, bersendikan kebudayaan bangsa, Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional kepada para mahasiswa calon ilmuwan warganegara Republik
Indonesia yang mengkaji dan akan menguasai Iptek dan Seni, menjadi tujuan utama
Pendidikan Kewarganegaraan. Kualitas warganegara akan ditentukan terutama oleh
keyakinan dan sikap hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara disamping
derajat penguasaan IPTEKS yang dipelajarinya.
Pendidikan Pancasila yang berhasil, akan membuahkan sikap mental bersifat cerdas,
penuh tanggung jawab dari peserta didik dengan perilaku yang:
a. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Berperikemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Mendukung persatuan bangsa.
d. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perorangan.
e. Mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial.
1. Memahami landasan dan tujuan 1.1. Mempelajari landasan dan 1.1.1. Landasan Pendidikan Pancasila 4 - - 4 Sekurang-
Pendidikan Pancasila tujuan Pendidikan Pancasila. 1.1.1.1. Landasan Historis kurangnya
1.1.1.2. Landasan Kultural 9 sks
1.1.1.3. Landasan Yuridis
1.1.1.4. Landasan Filosofis
3. Memahami sistem 3.1. Mempelajari pengertian, 3.1.1. Pengertian, Kedudukan, Sifat dan Fungsi 6 - - 6
ketatanegaraan RI berdasarkan kedudukan, sifat dan fungsi UUD 1945
Pancasila dan UUD 1945 UUD 1945 3.1.1.1. Pengertian Hukum Dasar
3.1.1.2. Pengertian UUD 1945
3.1.1.3. Kedudukan UD 1945
3.1.1.4. Sifat UUD 1945
3.1.1.5. Fungsi UUD 1945
JAM PERTEMUAN
TUJUAN PENGALAMAN BELAJAR POKOK BAHASAN KREDIT
T P L JML
JAM PERTEMUAN
TUJUAN PENGALAMAN BELAJAR POKOK BAHASAN KREDIT
T P L JML
6. Memahami Pancasila Sebagai 6.1 Mempelajari Pancasila sebagai 6.1.1. Pengertian nilai, moral dan norma 3 - - 3
Sistem Etika sistem etika
6.1.2. Nilai dasar, nilai instrumental dan nilai
praksis
JAM PERTEMUAN
TUJUAN PENGALAMAN BELAJAR POKOK BAHASAN KREDIT
T P L JML
8. Memahami Pancasila sebagai 8.1. Mempelajari Pancasila sebagai 8.1.1. Pengertian paradigma 4 - - 4
paradigma kehidupan paradigma dalam
bermasyarakat berbangsa dan Pembangunan Nasional 8.1.2. Pancasila sebagai paradigma
bernegara pengembangan ipteks
36 - - 36 2,25 sks
Keterangan:
T = Teori/Tatap Muka
P = Praktik/Laboratorium
L = Lapangan/Pengalaman
GARIS BESAR PROSES PEMBELAJARAN Tujuan Mata Kuliah: Pemahaman Pancasila sebagai Nilai Dasar dan Dasar Negara, Sistem
MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA Ketatanegaraan Republik Indonesia dengan Kajian Historis, Yuridis
BOBOT SKS: 2 SKS dan Filosofis serta memahami Pancasila sebagai Paradigma dan
Aktualisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
JAM PERTEMUAN
TUJUAN PENGALAMAN BELAJAR POKOK BAHASAN KREDIT
T P L JML
10. Memahami landasan dan tujuan 1.1. Mempelajari landasan dan 1.1.3. Landasan Pendidikan Pancasila 4 - - 4 Sekurang-
Pendidikan Pancasila tujuan Pendidikan Pancasila. 1.1.3.1. Landasan Historis kurangnya
1.1.3.2. Landasan Kultural 9 sks
1.1.3.3. Landasan Yuridis
1.1.3.4. Landasan Filosofis
12. Memahami sistem 3.1. Mempelajari pengertian, 3.1.2. Pengertian, Kedudukan, Sifat dan Fungsi 6 - - 6
ketatanegaraan RI berdasarkan kedudukan, sifat dan fungsi UUD 1945
Pancasila dan UUD 1945 UUD 1945 3.1.2.1. Pengertian Hukum Dasar
3.1.2.2. Pengertian UUD 1945
3.1.2.3. Kedudukan UD 1945
3.1.2.4. Sifat UUD 1945
3.1.2.5. Fungsi UUD 1945
3.2. Menganalisis kedudukan 3.3.2. Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 3.3.2.1. Makna dan Pembukaan UUD
sebagai pokok kaidah 1945
fundamental negara RI 3.3.2.2. Makna Aliena-aliena Dalam
Pembukaan UUD 1945
JAM PERTEMUAN
TUJUAN PENGALAMAN BELAJAR POKOK BAHASAN KREDIT
T P L JML
JAM PERTEMUAN
TUJUAN PENGALAMAN BELAJAR POKOK BAHASAN KREDIT
T P L JML
15. Memahami Pancasila Sebagai 6.2 Mempelajari Pancasila sebagai 6.1.5. Pengertian nilai, moral dan norma 3 - - 3
Sistem Etika sistem etika
6.1.6. Nilai dasar, nilai instrumental dan nilai
praksis
JAM PERTEMUAN
TUJUAN PENGALAMAN BELAJAR POKOK BAHASAN KREDIT
T P L JML
17. Memahami Pancasila sebagai 8.2. Mempelajari Pancasila sebagai 8.2.1. Pengertian paradigma 4 - - 4
paradigma kehidupan paradigma dalam
bermasyarakat berbangsa dan Pembangunan Nasional 8.2.2. Pancasila sebagai paradigma
bernegara pengembangan ipteks
18. Memahami aktualisasi Pancasila 9.1. Mempelajari aktualisasi Tridarma Perguruan Tinggi 4 - - 4
dalam kehidupan bermasyarakat, Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara kampus Budaya Akademik
36 - - 36 2,25 sks
Keterangan:
T = Teori/Tatap Muka
P = Praktik/Laboratorium
L = Lapangan/Pengalaman
IV. DAFTAR PUSTAKA PENDIDIKAN PANCASILA
A. BUKU PEGANGAN
1. Notonagoro, 1959, Pembukaan UUD 1945 (Pokok Kaidah Fundamental Negara
Indonesia), UGM, Yogyakarta.
2. Pusat Studi Pancasila UGM, 1999, Reformasi dalam Perspektif Filsafat Hukum,
Politik, Keamanan, Globalisasi dan Pembangunan Ekonomi, Jurnalistik
Filsafat Pancasila No. 3, Yogyakarta.
No. POKOK BAHASAN SUBPOKOK BAHASAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS STRATEGI PEMBELAJARAN REFERENSI
METODE MEDIA WAKTU
1. Pengantar Penjelasan GBPP/Silabus terpahaminya pengertian dan tujuan ceramah, LCD 2 X 50 menit 1
serta landasan ilmiah dan hukum diskusi
pendidikan kewarganegaraan
2. Filsafat Pancasila Pengertian filsafat, terpahaminya pengertian filsafat, ceramah, LCD, 2 X 50 menit 1,2
Pancasila sebagai sistem, Pancasila sebagai system, dan kesatuan diskusi Multimedia,
dan Kesatuan antar- antarkonsep antarsila Film
konsep antarsila Dokumenter
3. Identitas Nasional Pengertian Identitas terpahaminya konsep identitas ceramah, LCD, 2 X 50 menit 1
Nasional, Faktor nasional, faktor pendukung, dan diskusi Multimedia,
Pendukung, dan Pancasila Pancasial sebagai identitas nasional Film
sebagai Identitas
Nasional
4. Negara Pengertian Negara, terpahaminya konsep negara, syarat- ceramah, LCD 2 X 50 menit 1,2,3
Syarat Berdirinya Negara, syarat berdirinya negara, dan jenis-jens diskusi
dan Jenis-Jenis Negara negara
5. Konstitusi Pengertian Konstitusi dan terpahaminya pengertian konstitusi ceramah, LCD 2 X 50 menit 1,2,3
Konstitusi di Indonesia dan konstitusi Indonesia diskusi
6. Rule of Law Konsep Negara Hukum terpahaminya pengertian konsep ceramah, LCD 2 X 50 menit 1,2,3
dan Nilai dasar dalam negara hukum dan nilai dasar dalam diskusi
Hukum: Keadilan, hukum (keadilan, kepastian, dan
Kepastian, dan kemanfaatan)
Kemanfaatan
7. REKAPITULASI
8. REKAPITULASI UJIAN TENGAH SEMESTER
9. Hak Asasi Manusia Pengertian HAM, Konsep terpahami HAM, konsep komunis, dan ceramah, LCD 2 X 50 menit 1
Manusia Menurut John paham Indonesia diskusi
Locke, Paham Komunis,
dan Paham Indonesia
10. Geopolitik Pengertian Wawasan terpahaminya konsep, faktor-faktor, ceramah, LCD 2 X 50 menit 1
Nusantara, Faktor-Faktor unsur-unsur, wawasan nusantara diskusi
Wawasan Nusantara,
Unsur-Unsur Dasar, dan
Implementasi Wawasan
Nusantara
11. Geostrategi Geostrategi Indonesia terpahaminya geostrategi Indonesia 2 X 50 menit
12. Ketahanan Ketahanan Nasional terpahaminya ketahanan nasional dan ceramah, LCD 2 X 50 menit 1
Nasional kondisi. diskusi
13. Pancasila di Peta Pancasila di tengah terpahaminya Pancasila di tengah ceramah, LCD 2 X 50 menit 1
Ideologi Nasional konfigurasi ideologi konfigurasi ideologi nasional diskusi
nasio-nal
14. HTAG Hambatan, Tantangan, terpahaminya hambatan, tantangan, ceramah, LCD 2 X 50 menit 1
Ancaman, dan Gangguan ancaman, dan gangguan diskusi
15. REKAPITULASI SEMESTER
16. UJIAN AKHIR SEMESTER
Evaluasi
Untuk lulus Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan, peserta didik harus memenuhi komponen sebagai berikut:
(1) Kehadiran 10 %,
(2) Tugas Terstruktur 20 %,
(3) Ujian Tengah Semester 30%, dan
(4) UJian Akhir Semester
Buku Wajib
Besar, Abdulkadir. Perubahan Undang-Undang Dasar UUD 1945 Tanpa Paradigama: Amandemen Bukan, Konstitusi Baru Setengah Hati. Jakarta: Pusat
Studi Pancasila, 2002.
-----------. Pancasila: Refleksi Filsafati, Transformasi Ideologik, Niscayaan Metoda Berpikir. Jakarta: Pustaka Azhary, 2005.
Kaelan dan Achmad Zubaidi. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi Berdasarkan SK DIRJEN DIKTI Nomor 43/DIKTI/KEP/2006. Yogyakarta:
Paradigma, 2010.