Keracunan Baygon
Keracunan Baygon
DARURAT
SUBHAN
NIM 010030170 B
SURABAYA
2002
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Intoksikasi IFO
(Baygon)
Telah disyahkan dan disetujui sebagai laporan kasus pada Praktik Klinik
Mengetahui :
Kepala Ruangan
Mudjiastuti, SST
NIP. : 140072117
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengertian umum :
Pestisida adalah semua yang dipakai untuk membasmi hama, antara lain terdiri dari :
Sifat-sifat IFO
Jenis-jenis IFO
Basudin Diazinon
Phosdrin Systox
Pathogenesis
1. IFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim asetil kholin esterase tubuh
(KhE).
2. Dalam keadaan normal, enzim KhE bekerja untuk menghidralisis Akh dengan jalan
mengadakan ikatan Akh-KhE yang bersifat inaktif.
3. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-tempat tertentu, sehingga timbul
gejala-gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muskarinik,
nikotinik dan SSP (menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP).
1. Muskarinik terutama pada otot polos saluran pencernaan makanan, kelenjar ludah dan
keringat, pupil, bronkhus dan jantung.
2. Nikotinik, terutama pada otot-otot bergaris, bola mata, lidah, kelopak mata dan otot
pernapasan.
3. SSP, menimbulkan rasa nyeri kepala, perubahan emosi, kejang-kejang sampai koma.
Diagnosis
1. Gambaran klinik
1. Keracunan ringan
- Pupil miosis
2. Keracunan sedang
- Bradikardi
3. Keracunan berat
1. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan rutin tidak banyak menolong
2. Pemeriksaan khusus : pengukuran kadar kHE dalam sel darahmerah dan plasma, penting
untuk memastikan diagnosis keracunan akut maupun kronik (menurun sekian % dari
harga normal)
Sedang 20 % N
Berat < 20 % N
3. Pemeriksaan PA
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas, sering hanya
ditemukan adanya edema paru, dilatasi kapiler dan hiperemi paru, otak dan organ-
organ lain.
Pengobatan
1. Resusitasi
1. Bebaskan jalan napas
2. Napas buatan + O2, kalau perlu gunakan respirator pada kegagalan napas yang
berat.
3. Infus cairan kristaloid.
4. Hindari obat-obatan penekan SSP
2. Eliminasi
Emesis, katarsis, kumbah lambung, keramas rambut dan mandikan seluruh tubuh
dengan sabun.
3. Antidotum
Atropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada pada
tempat-tempat penumpukannya.
1. Mula-mula berikan bolus intra vena 1 – 2,5 mg, pada anak 0,05 mg/kg.
2. Dilanjutkan dengan 05 –1 mg setiap 5 – 10 menit sampai timbul gejala-gejala
atropinisasi (muka merah, mulut kering, takhikardi, midriasis, febris, psikosis.
Pada anak 0,02 – 0,05 mg/kg iv tiap 10 – 30 menit.
3. Selanjutnya setiap 2 – 4 – 6 dan 12 jam.
4. Pemberian SA dihentkan minimal 2 x 24 jam.
5. Penghentian SA yang mendadak dapat menimbulkan “rebound efect” berupa
edema paru/kegagalan pernapasan akut, sering fatal.
Prognosis
Pengkajian Keperawatan
1. Tanda-tanda vital
o Distress pernapasan
o Sianosis
o Takipnoe
2. Neurologi
3. GI Tract
Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus, mual dan
muntah.
4. Kardiovaskuler
Disritmia.
5. Dermal
Iritasi kulit
6. Okuler
7. Laboratorium
Eritrosit menurun
Proteinuria
Hematuria
Hipoplasi sumsum tulang
8. Diagnostik
Perawatan Suportif
1. Jalan nafas
2. Pernapasan
3. Sirkulasi
Pencegahan Absorbsi
1. Ipekak dianjurkan pada pasien dalam keadaan sadar dengan ingesti terhadap :
2. Lakukan lavage pada pasien yang memerlukan dekontaminasi tetapi terlalu sakit
untuk diberikan ipekak
3. Arang obat
4. Katartik Saline
Tekanan Ekspirasi :
Diagnosa .1 :
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh
secara tidak normal
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
Rasional : Mual, muntah dan perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada
hipordemia.
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas IFO,
proses inflamasi.
Kriteria Evaluasi :
o RR normal : 14 – 20 x/menit
o Jalan napas bersih, sputum tidak ada
Intervensi :
1. Pantau tingkat, irama pernapasan & suara napas serta pola pernapasan
Tujuan : Koping individu efektif, tidak terjadi kerusakan perilaku adaptif dalam
pemecahan masalah.
Kriteria Evaluasi :
Intervensi :
Rasional : Umpan balik yang positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan
menguatkan kesadaran diri dalam perilaku
5. Pertahankan harapan pasti bahwa pasien ikut serta dalam terapi
Rasional : Dengnan pemahaman dan dukungan dari keluarga /teman sebaya dapat
membantu menngkatkan kesadaran.
Rasional : Agar klien mengetahui efek samping yang berakibat fatal pada organ-
organ vital bila menelan insektisida (baygon)
Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan pribadi
anggota keluarga, krisis situasi, sosial.
Kriteria Evaluasi :
Intervensi :
Rasional : Mampu adalah melakukan untuk pasien apa yang perlu untuk dirinya
sendiri, individu ditolong dan tidak ingin merasa tidak tidak berdaya
untuk menolong orang lain & megeluh perilaku yang sangat destruktif.
5. Berikan informasi faktual pada pasien dan keluarga tentang efek
perilaku penalahgunaan zat pada keluarga dan apa yang diharapkan
setelah pulang.
Rasional : Banyak orang atau pasien yang tidak sadar tentang sifat bahan
insektisida
Rasional : Bila anggota keluarga yang tergantung manjadi sadar tentang tindakan
mereka sendiri yang secara terus-menerus ada masalah, mereka perlu untuk
memutuskan untuk mengubah diri mereka. Bila meeka berubah pasien dapat
menghadapi konsekuensi tindakan pasien sendiri dan dapat memilih untuk
mendapatkan yang baik.
Kriteria Evaluasi :
Intervensi :
Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan pada diri sendiri (berulang) berhubungan
dengan perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri.
Kriteria Evaluasi :
Intervensi :
Rasional : Dapat memberikan efek ketenangan jika melihat seseorang yang dikenal
oleh pasien dan memberikan penenangan.
Rasional : Kesadaran akan reaksi merupakan tahap pertama dari belajar untuk
berubah
Arief, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran ed. 3, jilid 2, Medika Aesculapius,
Jakarta.
Hudak & Gallo (1996), Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta.
SMF Lab Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya (1997), Prosedur Tetap SMF
Penyakit Dalam, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
No Reg : 10 22 59 62
2. Riwayat Kesehatan
Alasan MRS : Minum baygon + 1 gelas, tenggorokan terasa panas seperti terbakar.
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang di RSUD Dr. Soetomo Surabaya jam
05.00 dengan keluhan mual-mual setelah minum 1 gelas baygon
½ jam sebelum MRS karena ada masalah keluarga, tenggorokan
terasa panas, mulut berbuih, kemudian kesadaran mulai
menurun mencret (-), kencing (-), kemudian pasien langsung
dibawa oleh suaminya ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan
mendapat pertolongan pertama di UGD RS tersebut.
Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah menderita penyakit yang serius
yang sampai op name dirumah sakit dan juga tidak ada riwayat
penyakit hypertensi, alaergi.
o Kumbah lambung
o Pemberian infus Normal Salin 7 tetes/menit
o Injeksi SA 0,5 mg iv ampul bolus, tiap 15 menit 30 menit 1 jam sesuai
protokol.
o Injeksi Ranitidin 1 Ampul tiap 12 jam.
o Injeksi Metoclorpromid 1 Ampul (Bila perlu).
Upaya yang telah dilakukan dan keadaan di RPI RSUD Dr. Soetomo Surabaya :
o Suhu : 37 0C
o Nadi 120 x/menit
o TD 100/70 mmHg
o Respirasi 24 x/menit
o Kesadaran komposmentis
o Pupil isokor diameter 2 mm
PCV : 0,37
SGOT : 26 u/l
BUN : 10 mg/dl
Natrium : 138
Cl : 109.
o Temp: 37 C
o Nadi : 120 x/menit
o TD : 100/70 mmHg
o RR ; 24 x/menit
3. Body system
B1 (Breathing):
o Pernapasan 24 x /menit
o Wheezing (-)
o Ronchi (-)
o Batuk (-)
B2 (Bleeding) :
B3 (Brain) :
B4 (Bladder) :
o BAK spontan
o Warna urine kuning jernih
B5 (Bowel) :
B6 (Bone) :
- Hb : 12,2 gr %
- Leukosit : 12,8
- Trombosit : 444
- PCV : 0,37
- GDA : 206
- SGOT : 26
- BUN : 10,
- Kalium : 3,47
- Natrium : 138
- Cl : 109
1. Therapi
DO:
DS :
Gg pola nafsu
Pasien mengatakan
bahwa dirinya tidak Pernapasan makan
pernah diperhatikan
oleh suaminya.
DO :
Depresi
Kerentanan
pribadi
menghadapi masalah
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas IFO, proses
inflamasi.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang berhubungan dengan iritasi mukosa saluran
pencernaan atas oleh zat korosif (baygon).
3. Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan pribadi
anggota keluarga, krisis situasi, sosial.
4. Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan pada diri sendiri (berulang) berhubungan dengan
perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri.
Diagnosa Keperawatan. 1
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas IFO,
proses inflamasi.
- RR normal : 14 – 20 x/menit
Intervensi :
Intervensi :
1. Berikan makanan yang mudah dicerna tapi sering dan dapat ditoleransi
2. Anjurkan untuk menghindari makanan yang dapat mengiritasi saluran pencernaan seperti
yang pedas dan asam, dll.
Rasional : Makanan yang pedas dan asam dapat menyebabkan iritasi pada mukosa
saluran pencernaan sehingga akan memperparah peradangan dan
menghambat proses penyembuhan saluran pencernaan.
Tujuan : Koping individu efektif, tidak terjadi kerusakan perilaku adaptif dalam
pemecahan masalah.
Intervensi :
Rasional : Dengnan pemahaman dan dukungan dari keluarga /teman sebaya dapat
membantu menngkatkan kesadaran.
Rasional : Agar klien mengetahui efek samping yang berakibat fatal pada organ-
organ vital bila menelan insektisida (baygon)
Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan pada diri sendiri (berulang) berhubungan
dengan perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri.
Intervensi :
1. Kurangi ransangan, berikan ruangan yang tenang atau tempatkan pada ruangan yang
stimulasinya dikurangi dibawah pengawasan.
2. Izinkan orang-orang yang penting bagi pasien untuk tetap tinggal di dalam ruangan
selama prosedur dilakukan jika dimungkinkan.
Rasional : Dapat memberikan efek ketenangan jika melihat seseorang yang dikenal
oleh pasien dan memberikan penenangan.
5. Bantu pasien mengidentifikasi apa yang dapat menyebabkan pasien menjadi marah.
Rasional : Kesadaran akan reaksi merupakan tahap pertama dari belajar untuk
berubah
17/12/2002 1. Resiko pola S : Pasien mengatakan bahwa telah minum baygon
napas tidak sebanyak 1 gelas, perut agak sakit, tenggorokan
efektif terasa panas dan sakit.
berhubungan
dengan efek O:
langsung
Temp 37 C
toksisitas IFO,
Perifer /akral hangat
proses
TD 100/70 mmHg
inflamasi.
RR 20 x/menit
2. Gangguan
Infus terpasang Normal salin 7 tts/menit
pemenuhan
nutrisi : kurang A : masalah tidak terjadi
berhubungan
dengan iritasi P : rencana tindakan dilanjutkan.
mukosa saluran
pencernaan
atas oleh zat
korosif
(baygon).
3. Koping
keluarga tidak
efektif (tidak
mampu)
berhubungan
dengan S : Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah
kerentanan diperhatikan oleh suaminya.
pribadi anggota
O: Pasien banyak diam dan jarang berkomunikasi
keluarga, krisis
dengan suaminya.
situasi, sosial.
4. Resiko tinggi A : masalah tidak terjadi
terhadap tindak
kekerasan pada
diri sendiri P : rencana tindakan dilanjutkan.
(berulang)
berhubungan
dengan
perpanjangan
depresi/tingkah
laku ingin
bunuh diri.
18/12/02 1. Resiko pola S : Pasien mengatakan bahwa telah minum baygon
napas tidak sebanyak 1 gelas, perut agak sakit, tenggorokan
efektif terasa panas dan sakit.
berhubungan
dengan efek O:
langsung
Temp 37 0 C
toksisitas IFO,
Perifer /akral hangat
proses
TD 100/70 mmHg
inflamasi.
RR 20 x/menit
2. Gangguan
Infus terpasang Normal salin 7 tts/menit
pemenuhan
nutrisi : kurang A : masalah tidak terjadi
berhubungan
dengan iritasi P : rencana tindakan dilanjutkan.
mukosa saluran
pencernaan
atas oleh zat
korosif
(baygon).
3. Koping
keluarga tidak
efektif (tidak
mampu)
berhubungan
dengan S : Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah
kerentanan diperhatikan oleh suaminya.
pribadi anggota
O : Pasien banyak diam dan jarang berkomunikasi
keluarga, krisis
dengan suaminya.
situasi, sosial.
4. Resiko tinggi A : masalah tidak terjadi
terhadap tindak
kekerasan pada P : rencana tindakan dilanjutkan.
diri sendiri
(berulang)
berhubungan
dengan
perpanjangan
depresi/tingkah
laku ingin
bunuh diri.
30