Anda di halaman 1dari 44

GERAK TRANSLASI DAN ROTASI

KOMPETENSI DASAR :

A. Gerak Translasi
Gerak translasi adalah gerak benda yang berupa partikel-partikel dengan lintasan-lintasannya
sejajar dan membentuk garis lurus. Hal ini terjadi ketika suatu benda tegar dipengaruhi oleh gaya yang
melewati pusat massa tersebut. Perhatikan ilustrasi berikut:

Z0 Keterangan : Z0 = titik pusat massa


F
F = gaya yang bekerja pada benda

Pada gambar tersebut gaya (F) menarik benda melewati titik pusat massa benda, maka benda akan
bergerak translasi (bergeser) searah gaya (F) menurut gerak lurus. Dengan demikian yang termasuk
gerak translasi adalah gerak lurus beraturan, gerak lurus berubah berubah beraturan.

B. Gerak Rotasi
Gerak rotasi disebabkan oleh adanya momen gaya atau torsi (τ). Gerak rotasi terjadi ketika sebuah
benda tegar dipengaruhi oleh suatu gaya yang bekerja pada benda tetapi tidak melewati pusat massa
benda tersebut. Perhatikan ilustrasi berikut :

Z0 Keterangan : Z0 = titik pusat massa


F F = gaya yang bekerja pada benda

Pada gambar tersebut gaya (F) menarik benda tidak melewati titik pusat massa benda, maka benda
akan bergerak rotasi (berputar). Dengan demikian yang termasuk gerak rotasi adalah melingkar
beraturan.

C. Momen Gaya /Torsi(τ)


Momen gaya atau torsi berasal dari bahasa inggris torque. Momen gaya adalah tingkat
kecenderungan sebuah gaya untuk memutar suatu benda tegar terhadap suatu titik poros. Momen gaya
merupakan hasil kali antara gaya (F) dengan jarak titik itu ke titik kerja gaya secara tegak lurus.
Contoh momen gaya yaitu ketika seorang mekanik melepas atau memasang mur dengan kunci pas.
Persamaan momen gaya yaitu :
F Keterangan :
l
τ = dibaca “tau” = momen gaya (Nm)
Titik yang
F = gaya yang bekerja (N)
dipengaruhi gaya
l = jarak gaya ke titik momen (m)
τ=F.l

Jika gaya yang bekerja pada benda itu membentuk sudut tertentu dengan jarak titik ke gaya, maka
persamaan momen gaya menjadi :

F. Sin α τ = F . l . Sin α
α
l F

Titik yang dipengaruhi gaya

Keterangan : α = sudut yang dibentuk antara gaya dan l

Momen gaya dihasilkan dari perkalian gaya dengan jarak, padahal gaya termasuk besaran vektor,
maka dengan demikian momen gaya juga termasuk besaran vektor, sehingga memiliki besar atau nilai
dan arah. Secara umum jika momen gaya bergerak searah jarum jam, maka momen gaya diberi nilai
positif (+), sebaliknya jika momen gaya bergerak berlawanan jarum jam, maka nilai momen gaya
diberi nilai negatif (-).
Ketika pada sebuah benda bekerja atau dipengaruhi beberapa gaya sekaligus, maka momen gaya
total yang bekerja pada benda tersebut ditentukan dengan memperhatikan arah masing-masing momen
gaya, sehingga memenuhi persamaan berikut :

τ = Σ (F l )

Contoh soal :

1. Tentukan besarnya momen gaya dari gambar berikut ini !

40 cm

F = 20 N
Penyelesaian :
τ =Fl
τ =20N .40 x10−2 m
τ =800 x10−2 Nm
τ =8 Nm

2. Tentukan momen gaya yang dialami benda pada gambar di bawah ini ?
F3 =
10 N
Po
A
B C
2 F2ro= 4 6
c s
N c F1 =6
N
m m
Penyelesaian :
τ =∑ Fl
τ =F1 .BC +F2 .0+F 3 .BA
τ =6 N .6 x10−2 m+0+10N .2x 10−2 m
τ =36 x10−2 Nm+20 x 10−2 Nm
τ =56 x10−2 Nm=0,56Nm

D. Momen Kopel
Momen kopel hamper sama dengan momen gaya, tetapi bedanya, pada momen kopel gaya yang
bekerja pada benda berupa pasangan gaya yang sejajar, sama besar, namun arahnya saling berlawanan.
Contoh momen kopel yang sederhana yaitu ketika seorang sopir menggerakkan kemudi dengan kedua
tangannya untuk menjaga kestabilan kendaraan.
F τ0 = F . l

l Titik yang dipengaruhi gaya


Keterangan :
F F = gaya yang bekerja (N)
l = jarak antara dua gaya yang bekerja (m)
τ0 = momen kopel (N.m)

E. Kecepatan Sudut dan Percepatan Sudut


1. Kecepatan Sudut (ω)
Kecepatan sudut merupakan perbandingan antara sudut tempuh dengan waktu tempuh.
suduttempuh
kecepa tan sudut=
waktu
θ 360°
ω= =
t T

ω=
T atau ω=2 πf
Dimana : ω = kecepatan sudut (rad/s)
T = periode (s)
f = frekuensi (Hz)
2. Percepatan Sudut (α)
Percepatan sudut α didefinisikan sebagai perbandingan kecepatan sudut dengan waktu tempuh
Percepatan sudut dirumuskan dalam persamaan :
Δω ω t −ω o
α= =
t t
F. Gerak Melingkar Berubah Beraturan
Pada gerak melingkar berubah beraturan, maka persamaan yang berlaku juga mengikuti
persamaan pada gerak lurus berubah beraturan (GLBB).
ωt =ωo +αt keterangan :
1 θ = sudut yang ditempuh (rad)
θ=ωo . t + αt 2
2 ω0 = kecepatan sudut awal (rad/s)
ω 2 =ω 2 +2 αθ ωt = kecepatan sudut saat t detik (rad/s)
t o
α = percepatan sudut (rad/s2)
t = waktu (detik = s)

G. Hubungan Gerak Translasi dan Gerak Rotasi


Hubungan antara gerak translasi dengan gerak rotasi yang dilakukan oleh suatu benda dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

No. Gerak Translasi Gerak Rotasi Hubungan

1. Perpindahan : S (m) Perpindahan sudut : θ (rad) S = θ .R

2. Kecepatan : v (m/s) Kecepatan sudut : ω (rad/s) v = ω. R

3. Percepatan : a (m/s2) Percepatan sudut : α (rad/s2) a = α.R

4. Massa : m (kg) Momen inersia : I (kg.m2) I = Σm.R2

5. Gaya : F = m.a (N) Momen gaya : τ = F. l (N.m) τ = F.R

6. Impuls : I = F .Δt (N.s) Impuls rotasi : Ir = τ.Δt (N.m.s)

7. Momentum : P = m.v (N.s) Momentum sudut : P = I. ω (N.m.s)

8. Usaha : W = F.s (joule) Usaha : W = I. θ (joule)

9. Energi kinetik 1 Energi kinetik 1


: Ek = 2 m.v2 rotasi : Ekr = 2 I. ω 2
(joule)

10. Daya W Daya W


:P= t (watt) :P= t (watt)
Contoh Soal dan Penyelesaiannya :
1. Sebuah roda bergerak melingkar teratur dengan menempuh 120 putaran dalam waktu 4
menit, tentukan kecepatan sudut roda tersebut !
Solusi :
Diketahui :n = 120 putaran
t = 4 menit = 240 detik
Ditanya : ω = …?
Jawab :
120
ω = 2 × π × f = 2π × 240 = π rad/s.
2. Sebuah kincir bergerak melingkar dengan kecepatan sudut awal 12 rad/s, setelah itu putaran
kincir dipercepat beraturan, sehingga setelah 5 detik kecepatan sudutnya menjadi 20 rad/s,
tentukan :
a. Percepatan sudut b. sudut yang ditempuh selama 5 detik
Solusi :
Diketahui :ω0 = 12 rad/s, Ditanya : a. α = …?,
ωt = 20 rad/s b. θ = …?
t = 5 detik
Jawab :
a. Percepatan sudut
ω −ω0 20−12
α= t α=
t maka 5 = 1,6 rad/s2.
b. Sudut tempuh selama 5 detik
1 1
θ=ω0 . t+ . α . t 2 12×5+ ×1,6×52
2 = 2 = 60+20 = 80 rad.
3. Sebuah kipas berputar dengan kecepatan sudut 20 rad/s, lalu kipas dilepas dari powernya,
sehingga bergerak diperlambat beraturan, dan berhenti setelah 8 detik dari mulai power
dimatikan, tentukan sudut total yang ditempuh selama 8 detik tersebut !
Solusi :
Diketahui :ω0 = 20 rad/s, ωt = 0 rad/s (berhenti)
t = 8 detik
Ditanya : θ = …?
Jawab :
1 1 0−20 20×64
θ=ω0 . t+ . α . t 2
2 =
(
20×8+ ×
2 8) ×8 2
=
(
160−
2×8) = 160 – 80 = 80 rad.
H. Momen inersia
Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda terhadap sumbu putarnya, ketika benda
tersebut diputar atau bergerak melingkar dengan sumbu putar tertentu. Selain itu momen inersia
dapat pula diartikan sebagai penjumlahan hasil kali massa tiap pertikel dalam suatu benda tegar
dengan kuadrat jaraknya dari sumbu putar, dengan demikian momen inersia dinyatakan dalam
bentuk persamaan :

Sumbu putar

arah putaran

Jadi besarnya momen inersia secara matematis dapat dirumuskan :


I = m.r2

m = massa yang berputar (kg)


r = jari-jari (m)
I = momen inersia (kg.m2)
Jika partikel benda tegar yang berotasi terdiri lebih dari satu partikel, maka momen inersia total
yang terjadi merupakan resultan dari tiap-tiap momen inersia dari partikel penyusunnya, yang
memenuhi persamaan :

I =∑ m n . r
n2 , jika jumlah partikel sebanyak n

Rumus momen inersia beberapa benda yang sering dijumpai :


I. Momentum Sudut (L) dan Hukum kekekalan Momentum Sudut
Pada gerak rotasi, benda mempunyai besaran yang dinamakan momentum sudut yang analog
pada gerak translasi yang terdapat besaran momentum linier. Momentum sudut, L, adalah besaran
vektor yang merupakan hasil kali momen inersia, I, dengan kecepatan sudut ω,sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
L=Iω
Dimana :
I = momen inersia (kgm2)
ω = kecepatan sudut (rad/s2)
L = momentum sudut
Bila momen gaya eksternal resultan yang bekerja pada suatu benda tegar sama dengan nol,
maka momentum sudut total sistem tetap. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip kekekalan momentum
sudut.
L1=L2
I 1 ω1 =I 2 ω2
Prinsip ini sering dipakai oleh penari balet atau peloncat indah untuk dapat berputar lebih cepat,
yaitu dengan mengatur rentangan tangan maupun kakinya.

J. Energi kinetik rotasi

Besarnya energi kinetik rotasi dari benda yang bergerak rotasi adalah :

1
Ek r = Iω2
2
Ekr = energi kinetik rotasi (joule)

Pada gerak translasi suatu partikel dengan massa m yang bergerak dengan kecepatan v memiliki
energi kinetik sebesar :

1
Ek= mv 2
2

K. Benda Menggelinding
Gerak menggelinding adalah suatu gerak dari benda tegar yang melakukan gerak translasi
sekaligus melakukan gerak rotasi.
Gerakan yoyo merupakan gerak translasi sambil berotasi yang disebut
gerak menggelinding. Energi kinetik translasi dihitung berdasarkan
kelajuan linier pusat masanya. Sedangkan energi kinetik rotasi
dihitung berdasarkan besarnya kecepatan sudut benda ketika berotasi
disuatu sumbu putar. Jadi, energi kinetik benda total adalah :

Ek=Ek ranslasi +Ek rotasi


1 1
Ek= mv 2 + Iω2
2 2

Benda tegar yang melakukan gerak menggelinding maka selama gerakan berlaku hukum
kekekalan energi mekanik.
UJI KOMPETENSI 1

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan cara member tanda silang (x) pada huruf
a, b, c, d atau e
1. Hubungan antara kecepatan linear v dengan kecepatan sudut ω adalah …
2. Pada sebuah gerak melingkar berubah beraturan, maka sudut yang ditempuh dapat dinyatakan
dalam persamaan …
3. Sebuah mesin dalam 1 menit dapat menempuh 7200 putaran, maka besarnya kecepatan sudut
mesin adalah …
4. Sebuah roda mula – mula diam setelah 4 detik kecepatan sudutnya menjadi 36π rad/s, maka sudut
tempuh roda adalah …
5. Sebuah roda berputar dengan kecepatan sudut awal 20π rad/s, selama 10 detik mengalami
percepatan sudut sebesar 2π rad/s2, maka kecepatan sudut akhir roda adalah …
6. Benda bergerak rotasi disebabkan oleh …
7.
Besarnya momen gaya pada gambar di samping adalah …
2,5 m
F = 30 N a. 37,5 Nm
d. 37,5 2 Nm

600 b. 75 Nm
e. 75 √3 Nm
c. 37,5 3 Nm

8.
Besarnya momen kopel pada gambar di samping adalah …
450 F = 20 N a. 40 Nm
d. 80 √ 2 Nm
b. 40 √ 2 Nm
4m
F = 20 N e. 40 √ 3 Nm
450 c. 80 Nm

9. Sebuah benda massanya 4 kg berputar pada jarak 50 cm dari porosnya, maka besar momen inersia
adalah …
10. Sebuah batang besi yang diputar dengan poros melalui ujungnya memiliki momen inersia 4 kgm2.
Jika panjang batang besi 2 meter, maka besarnya massa batang besi adalah …
11. Sebuah bola pejal memiliki jari – jari 20 cm dengan massa 4 kg, maka momen inersia bila bola
pejal berputar pada poros melalui pusat adalah …
12. Sebuah benda memiliki momen inersia sebesar 5 kgm2. Ketika benda berputar pada 720 rpm
maka besar momentum sudut benda adalah …
13. Benda yang berputar pada frekuensi 5 Hz memiliki momen inersia sebesar 6 kgm2, maka energy
kinetic rotasi benda adalah …
14. Besarnya momen inersia untuk benda yang berbentuk silinder pejal poros melalui pusat adalah …
15. Besarnya momen inersia untuk benda berbentuk batangan silinder melalui pusat dengan massa
2,5 kg dan panjang 60 cm adalah …
a. Titik Berat Benda

     

Pernahkah kamu melihat permainan sirkus seperti gambar di atas..?


Apakah rahasia dari para pemain sirkus sehingga dapat beraksi seperti gambar di atas
tanpa jatuh..? Rahasianya adalah titik berat. Apakah titik berat itu? Mari kita cari tahu..!

Konsep Titik Berat


Titik berat adalah titik tangkap dari semua gaya yang bekerja. Contoh berikut ini
menunjukkan bagaimana menentukan letak resultan gaya yang sejajar.
Contoh Soal :
Empat buah gaya masing-masing F1 = 20 N, F2 = 30 N, F3 = 40 N dan F4 = 10 N bekerja
pada sepanjang sumbu x seperti gambar berikut. Tentukanlah letak resultan keempat gaya
tersebut!
Jawab:
gaya F1= 20 N dengan x1=-1m
gaya F2=30 N dengan x2=1m
gaya F3=40 N dengan x3=2m
gaya F4= 10 N dengan x4=3m
Letak Resultan keempat gaya tersebut dapat ditentukan dengan persamaan

Nah setelah mempelajari bagaimana mencari letak resultan gaya sejajar yang bekerja pada
benda marilah kita lihat bagaimana letak resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda
homogen berbentuk tak beraturan berikut ini.
Benda dengan berat w tersusun atas partikel-partikel dengan berat w 1, w2, w3, .... yang
terletak pada koordinat (x1,y2,z3), (x2,y2,z2), (x3,y3,z3) dan seterusnya...    

letak titik resultan gaya-gaya tersebut  secara umum dapat ditentukan dengan persamaan
w1= w2= w3= berat masing-masing partikel
X1 = letak partikel 1 pada sumbu x
X2 = letak partikel 2 pada sumbu x
X3 = letak partikel 3 pada sumbu x

y1 = letak partikel 1 pada sumbu y


y2 = letak partikel 2 pada sumbu y
y3 = letak partikel 3 pada sumbu y
z1 = letak partikel 1 pada sumbu z
z2 = letak partikel 2 pada sumbu z
z3 = letak partikel 3 pada sumbu z

Hal-hal Istimewa Pada Titik Berat


a. Titik berat benda homogen satu dimensi (garis) atau benda berbentuk panjang
Untuk benda-benda berbentuk memanjang seperti kawat , massa benda dianggap
diwakili oleh panjangnya (satu dimensi) dan titik beratnya dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut:
l x +l x l y +l y
xo= 1 1 2 2 yo= 1 1 2 2
l 1 +l 2 , l 1 +l 2
ℓ1 = panjang garis 1
ℓ2 = panjanng garis 2
Tips :
Langkah menentukan titik berat benda homogen 1 dimensi :
a. Tentukan panjang masing – masing benda
b. Tentukan letak titik berat masing – masing benda
c. Hitung koordinat titik berat benda dengan persamaan di atas

Contoh soal :
Tentukanlah letak titik berat benda homogen satu dimensi seperti gambar berikut ini!

ℓ2 = 4 cm
x1,y1
ℓ1 = 6 cm
x2,y2
Jawab :
Benda 1 ℓ1 = 6 cm, x1 = 3 cm, y1 = 0
Benda 2 ℓ2 = 4 cm, x2 = 0 cm, y2 = 2 cm

l1 x1 +l2 x 2 l1 y 1 +l2 y 2
x o= y o=
l1 +l 2 l1 +l2
6 cm. 3 cm+4 cm. 0 6 cm .0+4 cm. 2cm
x o= y o=
6 cm+4 cm 6 cm+4 cm
18 cm2 +0 0+8 cm2
x o= y o=
10 cm 10 cm
x o =1,8 cm y o =0,8 cm
Sehingga koordinat titik berat benda tersebut adalah : Z(1,8 cm , 0,8 cm)

1. Titik berat benda-benda homogen berbentuk luasan (dua dimensi)


Jika tebal diabaikan maka benda dapat dianggap berbentuk luasan (dua dimensi), dan titik
berat gabungan benda homogen berbentuk luasan dapat ditentukan dengan persamaan
berikut:

A 1 x1+ A 2 x2 A 1 y 1 + A2 y 2
x o= y o=
A1 + A 2 , A 1+ A 2

A1 = Luas Bidang 1
A2 = Luas bidang 2
x1 = absis titik berat benda 1
x2 = absis titik berat benda 2
y1 = ordinat titik berat benda 1
y2 = ordinat titik berat benda 2

Tips :
Langkah menentukan titik berat benda homogeny berbentuk luasan (2 dimensi) :
a. Tentukan luas masing – masing benda
b. Tentukan letak titik berat masing – masing benda
c. Hitung koordinat titik berat benda dengan mengunakan persamaan :
A x +A x A y +A y
x o= 1 1 2 2 y o= 1 1 2 2
A1 + A 2 , A 1+ A 2

Titik berat benda homogen berbentuk luasan yang bentuknya teratur terletak pada sumbu
simetrinya. Untuk bidang segi empat, titik berat diperpotongan diagonalnya, dan untuk
lingkaran terletak dipusat lingkaran. Titik berat bidang homegen diperlihatkan pada tabel
berikut:
Contoh soal
Sebuah karton berbentuk huruf L dengan ukuran seperti pada gambar di bawah. Tentukan
koordinat titik berat karton tersebut!

2 cm

6 cm

Jawab : 4 cm
Karton tersebut dibagi
2 cmmenjadi 2 bagian :

2 cm
1
6 cm
(x1,y1)
4 cm
Bidang 1 : A1 2= 8 cm x 2 cm = 16 cm2, x1 = ½.2 cm = 1 cm, y1 = ½ . 8 cm = 4 cm
2 cm
Bidang 2 :(x2,y2)
A2 = 4cm x 2cm = 8 cm2, x2 = (½.4cm)+ 2cm = 4 cm, y2 = ½ . 2 cm = 1 cm
A x +A x A y +A y
x o= 1 1 2 2 yo= 1 1 2 2
A 1+ A 2 A1 + A 2
16 cm2 . 1 cm+8 cm2 . 4 cm 16 cm 2 . 4 cm+8 cm 2 .1 cm
x o= yo=
16 cm2 +8 cm2 16 cm 2 +8 cm 2
16 cm3 +32 cm3 64 cm3 +8 cm3
x o= yo=
24 cm 2 24 cm2
48 cm 3 72 cm3
x o= =2 cm x o= =3 cm
24 cm 2 , 24 cm 2
Jadi koordinat itik berat dari benda tersebut adalah Z(2cm , 3cm)
2. Titik berat benda-benda homogen berdimensi tiga
Letak titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga dapat
ditentukan dengan persamaan:
V x +V x V y +V y
xo= 1 1 2 2 y o= 1 1 2 2
V 1 +V 2 , V 1 +V 2

V1=Volume Benda 1
V2= Volume Benda 2
x1 = absis titik berat benda 1
x2 = absis titik berat benda 2
y1 = ordinat titik berat benda 1
y2 = ordinat titik berat benda 2

Tips :
Langkah menentukan titik berat benda homogeny berbentuk ruang (3 dimensi) :
a. Tentukan volume masing – masing benda
b. Tentukan letak titik berat masing – masing benda
c. Hitung koordinat titik berat benda dengan mengunakan persamaan :
V x +V x V y +V y
xo= 1 1 2 2 y o= 1 1 2 2
V 1 +V 2 , V 1 +V 2

b. Torsi dan percepatan sudut untuk benda tegar


c. Keseimbangan benda tegar
1) Keseimbangan Partikel
Sebuah partikel merupakan bagian dari suatu benda yang ukurannya sangat kecil, sehingga
ukurannya tersebut dapat diabaikan dan bisa digambarkan sebagai sebuah titik materi.

Syarat sebuah partikel dikatakan dalam keadaan seimbang yaitu apabila resultan aljabar
gaya-gaya yang bekerja pada partikel tersebut sama dengan nol. Hal ini dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut :
jika benda berada pada bidang datar, maka persamaan tersebut dapat
ΣF = 0
diuraikan menjadi :

ΣFX = 0 dan ΣFY = 0

keterangan :
ΣFX = resultan gaya terhadap sumbu X
ΣFY = resultan gaya terhadap sumbu Y
Contoh soal :
Jika massa benda 2 kg dan sistem dalam keadaan seimbang, tentukan besar tegangan tali T 1
dan T2 ! (g = 10 m/s2)

30o 60o
T1 T2

T3

Penyelesaian :
Diket : m = 2 kg
g = 10 m/s2
α1 = 30o
α2 = 60o
Ditanya : T1 = …. ?
T2 = … ?
Jawab : Y
T2x = T2 cos 60o
30o 60o
T2y T1x = T1 cos 30o
T1 T1y T2 T2y = T2 sin 60o
30o 60o
T2x T1y = T1 sin 30o
T1x X
T3

Menerapkan syarat keseimbangan benda tegar :


Menentukan terlebih dahulu Tegangan tali 3 T3 :
∑ Fy=0
T 3−w=0
T 3=w=m. g=2 kg . 10 m/s 2=20 kgm/ s2 =20 N
∑ F x =0
T 2 x−T 1 x =0
T 2 cos60 °−T 1 cos30 °=0
1 1
T 2 . −T 1 . √ 3=0
2 2
1 1
.T 2 = √3⋅T 1
2 2
T 2= √ 3 T 1

∑ F y =0
T 2 y +T 1 y −w=0
T 2 sin 60 °+T 1 sin 30 °−(m. g )=0
1 1
T 2 . √ 3+T 1 . −20 N =0
2 2
1 1
√ 3 T 1 . √3+T 1 . =20 N
2 2
3 1
T 1 + T 1 =20 N
2 2
2 T 1 =20 N
T 1=10 N
T 2 =√ 3 .T 1
T 2 =√ 3 .10 N
T 2 =10 √ 3N
Jadi T1 = 10 N, T2 = 10 √3 N dan T3 = 20 N

Cara kedua :
Menggunakan Rumus segitiga sinus :
T1 T2 T3
= =
sin α 1 sin α 2 sin α 3
30o 60o
T1 T2 ∑ Fy=0
α3 T 3−w=0
α2 α1
T3 T 3=w=m. g=2 kg . 10 m/s 2=20 kgm/ s2 =20 N
T1 T3 T2 T3
= =
sin α 1 sin α 3 sin α 2 sin α 3
T1 20 N T2 20 N
= =
sin 150° sin 90 ° sin 120° sin 90 °
T1 20 N T2 20 N
= =
sin 30 ° 1 sin 60 ° 1
1 1
T 1 =20 N . =10 N T 2 =20 N . √ 3=10 √ 3 N
2 2
Jadi T1 = 10 N, T2 = 10 3 N dan T3 = 20 N

2) Keseimbangan Benda Tegar
Benda tegar yaitu benda padat yang tidak berubah bentuk dan ukurannya ketika dikenai
gaya luar. Sebuah benda tegar dikatakan dalam keadaan seimbang jika dipenuhi dua syarat,
yaitu resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol, dan resultan momen gaya yang
bekerja pada benda juga sama dengan nol. Hal ini dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai
berikut :

ΣF = 0 → ΣFX = 0 dan Στ = 0 → ΣτX = 0 dan


ΣFY = 0 ΣτY = 0

keterangan :
ΣFX = resultan gaya terhadap sumbu X
ΣFY = resultan gaya terhadap sumbu Y
ΣτX = resultan momen gaya terhadap sumbu X
ΣτY = resultan momen gaya terhadap sumbu Y

Langkah-langkah penyelesaian soal-soal kesetimbangan benda

a) Lukiskan gaya-gaya yang bekerja dan beri nama,misalnya w untuk gaya berat, N untuk
gaya normal , f untuk gaya gesek dan T untuk gaya tegengan tali.
b) Uraikan setiap vector gaya yang miring atas komponen-komponennya pada sumbu x
dan sumbu y , lalu buatlah persamaan gaya-gaya yang berdasarkan syarat ΣF x = 0 dan
ΣFy = 0
c) Buatlah persamaan momen yang berdasarkan syarat Σσ = 0, pilh pusat momen dititik
yang paling menguntungkan agar penyelesaian lebih mudah. Untuk konstruksi yang
mempunyai satu titik tumpu, pilih titik tetap itu sebagai pusat momen juga perhatikan
arah momennya ( - atau + )sesuai putaran jarum jam.
d) Gabungkan persamaan –persamaan yang diperolehdari langkah (ii) dan (iii) untuk
menghitung besaran-besaran yang dicari.

Contoh :

B Sebuah batang p beratnya 100 N, bersandar pada


dinding yang licin dititik B dan menumpu pada
p lantai yang kasar dititik A dengan sudut kemiringan
600 . Bila dalam keadaan tersebut batang p tepat
600 akan tergelincir , berapa koeffisien gesek antara
A batang dengan lantai dititik A ?
Penyelesaian :

B NB
w = 100 N, α = 600
p tepat akan tergelincir berarti fg = µ.N
NA

w
60o
fA A

Syarat keseimbangan benda adalah :


∑ F x =0
N B−f A=0
N B−μ . N A =0
N B=μ . N A ∑ F y =0
N N A −w=0
μ= B
NA N A =w=100 N
Syarat keseimbangan momen-momen gaya:

Στ = 0 (ambillah pusat momen di titik A).


50
∑ τ A=0 NB
1 μ= μ=
√3
N B . p sin 60 °−w . p cos60 °=0 NA 100
2
1 50 1
N B . p sin 60 °= w. p cos60 ° μ= x
2 √3 100
1 1 1 1 1 √3
N B √ 3=100 . . μ= = x
2 2 2 2 √ 3 2√ 3 √ 3
50 1 √3 1
N B= μ= x = √ 3
√3 2 3 6
Catatan :

Khusus untuk kasus keseimbangan batang yang bersandar pada dinding licin dan bertumpu
pada lantai kasar dengan sudut α, kita dapat menentukan koefisien gesek antara batang dan
lantai secara cepat dengan menggunakan persamaan yang dirumuskan sebagai berikut.

Tinjau lagi contoh diatas

∑ τ A=0
1
N B . p sin α−w . p cosα=0 cosα
2 N A.
1 NB 2 sin α
N B . p sin α=w . p cosα μ A= =
2 NA NA
1 1 cosα
N B . sin α=w . cosα μ A= .
2 2 sin α
1 1 1
w . cosα μ A= .
2 2 sin α
N B= , w=N A
sin α cosα
N cosα 1 1 1
N B= A μ A= . =
2 sin α 2 tg α 2tg α

1 1 1 1 √3 √ 3 1
μ A= = = = x = = √3
2 tgα 2. tg60 ° 2. √ 3 2 . √3 √3 2 .3 6
SIFAT ELASTISITAS BAHAN

Elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk semula setelah gaya luar yang
diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Ada dua jenis benda, yaitu benda elastic dan benda
plastis.

1. Tegangan atau stress (σ)


A Seutas kawat luas penampangnya A semula panjangnya Lo ditarik dengan gaya
F sehingga bertambah panjang ΔL. Akibat gaya tarik tersebut kawat mengalami
Lo tegangan atau stress (σ). Stress adalah gaya yang diberikan pada benda tiap satu
satuan luas penampang.

F
ΔL σ=
A
F F = gaya (N)
A = luas penampang (m2)
σ = tegangan atau stress (N/m2)
2. Regangan atau strain (e)
Regangan merupakan perubahan relative ukuran benda yang mengalami tegangan atau stress.
Regangan adalah perbandingan antara perubahan panjang dengan panjang mula – mula.
ΔL
e=
Lo
ΔL = perubahan panjang (m)
Lo = panjang mula – mula (m)
e = regangan atau strain (tidak memiliki satuan)
3. Modulus elastisitas atau Modulus Young (E)
Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dengan regangan.
σ
E=
e
F
A E = modulus elastisitas atau modulus Young
E=
ΔL (N/m2)
Lo
F Lo
E= x
A ΔL
F . Lo
E=
A . ΔL
Modulus elastisitas bahan bergantung pada jenis zatnya dan tidak pada ukuran atau bentuknya.

Contoh:
Sebuah kawat panjangnya 2 m dengan diameter 2 mm ditarik dengan gaya 15,7 newton
ternyata panjangnya menjadi 200,4 cm. Tentukanlah :
a. Tegangan kawat tersebut
b. Regangan kawat tersebut
c. Modulus elastisitas kawat tersebut
Diketahui : Lo = 2 m
d = 2 mm = 0,002 m = 2 x 10-3 m
F = 15,7 N
Lt = 200,4 cm = 2,004 m
Ditanya :
a. Σ = … ?
b. e = … ?
c. E = … ?

Jawab :

a.
F F
σ= σ=
A A
A = 1 4 . π . d2 15 ,7 N
σ=
A = 1 4 . 3,14 . 22 3 ,14 x 10−6 m2
σ =5 x 106 N /m2
= 3 ,14 mm 2
= 3 ,14 . 10−6 m2
b. ΔL = Lt – Lo =
Δ .L 0 , 004
e = = = 0 , 002
L 2

F .L 15,7 . 2
E= = = 2,5 . 10 9 N 2
c. A . ΔL −6
3 ,14 . 10 . 4.10−3
m atau

σ 5 x 106 N /m 2
E= = =2,5 x 109 N /m2
e 2 x 10−3

4. Hukum Hooke
Menurut Hooke, besarnya perubahan panjang (Δx) sebuah pegas sebanding dengan besarnya
gaya (F) yang diberikan pada pegas tersebut.
Xo

F
F
Δx=
k atau F=k . Δx atau
ΔX F
k=
Δx

F = gaya (N)
K = konstanta gaya atau tetapan gaya (N/m)
Δx = perubahan panjang (m)
Jika pegas disusun secara vertikal maka besarnya F = w = m.g

F=k . Δx
m. g=k. Δx

Hukum Hooke pada benda elastis :

F . Lo E . A . ΔL
E= F=
A . ΔL atau Lo

Dari hukum Hooke : F=k . Δx , sehingga

E . A . ΔL
k . Δx= , Δx= ΔL
Lo
E.A
k=
Lo
Contoh soal :
Sebuah benda bermassa 8 kg digantungkan pada pegas sehingga pegas bertambah panjang 5
cm. Tentukan besarnya tetapan gaya pegas ?
Diketahui : m = 8 kg
Δx = 5 cm = 0,05 m = 5 x 10-2 m
Ditanya : k = … ?
Jawab :
F=k . Δx atau

F m. g 8Prinsip m/s 2 seri dari


kgx 10 susunan
k= = = =16 x 103 N pegas
/m=1,6 x 104 sebagai
adalah N /m berikut :
Δx Δx −2
5 x 10 m
1) Gaya tarik yang dialami tiap pegas (F1, F2 dan F3) sama
5. Hukum Hooke Padabesar
Susunan Pegas
dan gaya taik ini sama dengan gaya tarik pada pegas
a. Susunan Seri Pegas
pengganti (F).
F1 = F2 = F3 = F
2) Pertambahan panjang pegas pengganti seri (Δx) sama
dengan total pertambahan panjang tiap – tiap pegas (Δx1,
Δx2, Δx3).
Δx = Δx1 + Δx2 + Δx3
Diterapkan hukum Hooke
F
Δx=
F=k . Δx atau k
F1 F2 F3
Δx 1 = , Δx 2 = , Δx 3 = , danF1 =F 2=F 3 =F
k1 k2 k3

Δx =Δx1 + Δx 2 + Δx 3
F F 1 F 2 F3
= + + , F =F =F 3=F , maka
k s k1 k2 k3 1 2
F F F F
= + +
k s k1 k2 k3
1 1 1 1
= + +
k s k1 k2 k3

Jadi untuk pegas yang dirangkai seri maka konstanta pengganti serinya ks adalah

1 1 1 1
= + +
ks k1 k 2 k3

Susunan paralel pegas

Prinsip susunan paralel dari pegas adalah sebagai berikut :

1) Gaya tarik pada pegas pengganti (F) sama dengan total


gaya tarik pada tiap pegas (F1, F2 dan F3)
F = F1 + F2 + F3
2) Pertambahan panjang tiap pegas (Δx1, Δx2, Δx3) sama
dengan pertambahan panjang pegas pengganti paralel
(Δx)
Δx = Δx1 = Δx2 = Δx3
F
Δx=
F=F1 +F 2 +F 3 Diterapkan hukum Hooke : F=k . Δx atau k
kp . Δx=k 1 . Δx 1 +k 1 . Δx 1 +k 1 . Δx 1 , Δx= Δx 1= Δx 2 =Δx3
k p =k 1 +k 2 +k 3

Jadi untuk pegas yang dirangkai paralel maka konstanta pengganti paralelnya kp adalah :

k p =k 1 +k 2 +k 3

6. Energy potensial pegas

Sebuah benda diletakkan pada ujung pegas yang telah dimampatkan kemudian pegas tersebut
dibebaskan, maka apa yang akan terjadi ? tentunya benda akan ………
Demikian pula jika sebuah benda diikatkan diujung pegas yang diregangkan lalu pegas
dibebaskan, maka apa yang akan terjadi ? tentunya benda tersebut akan ……
Hal ini menunjukkan bahwa ketika suatu pegas ditarik maupun ditekan dan engalami
perubahan panjang maka didalam diri pegas akan timbul suatu kekuatan / energi yang disebut
energi potensial pegas.

Pada waktu kita meregangkan ataupun merapatkan pegas,


maka dikatakan bahwa kita telah melakukan usaha pada
pegas. Usaha ini kemudian disimpan oleh pegas dalam
bentuk energi potensial. Sedang besarnya usaha yang
dilakukan pada sebuah benda sama dengan luas daerah
dibawah grafik F – x . yang dibatasi oleh garis 0 – A dan
A-B, sehingga besarnya usaha yang dilakukan dapat
dirumuskan sbb :

w=Ep
w= 1 2 . OA x AB F = gaya yang be ker ja dalam N
1
w= 2
. Δx . F x = perubahan panjang pegas m
1 N
w= 2
. Δx . k . Δx k = kons tante pegas
m2
1
w= 2.
k .( Δx )2 Ep = energi potensial pegas . .. .. . .. Juole

Sehingga energi potensial pegas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1
Ep = 2 . k .( Δ. x )2

Contoh penggunaan gaya pegas adalah ketapel. Jika ketapel direnggangkan kemudian
dilepaskan , maka ketapel dapat melontarkan batu. Dalam hal ini energi potensial elastis
berubah menjadi energi kinetic batu.
Ep ketapel = Ek batu
1 1
k .( Δx )2 = m . v 2
2 2

Dimana m = massa benda (kg)

Contoh soal :

Sebuah beban massa 3 kg digantungkan pada dua buah pegas yang dihubungkan parallel dan
tetapan pegasnya masing – masing k1 = 100 N/m dan k2 = 200 N/m. Tentukan :
a. Konstanta pengganti pegas
b. Pertambahan panjang susunan pegas
c. Energy potensial pegas
Diketahui : m = 3 kg
k1 = 100 N/m
k2 = 200 N/m
Ditanya :
a. kp = … ?
b. Δx = … ?
c. Ep = … ?
Jawab :
a. Konstanta pengganti parallel pegas
k p =k 1 +k 2
k p =100 N /m+200 N /m
k p =300 N /m
b. Pertambahan panjang susunan pegas
2 2
F m . g 3 kg . 10 m/ s 30 kg . m/ s
Δx= = = = =0,1 m
k p k p 300 N /m 300 N /m
c. Energy potensial pegas
1
E p = k p .( Δx )2
2
1
E p = . 300 N /m.(0,1 m)2
2
2
E p =150 N /m. 0 , 01 m
E p =1 , 50 J
LEMBAR KERJA PRAKTIK
A. MATERI : HUKUM HOOKE
B. TUJUAN : Menentukan konstanta gaya pegas
C. ALAT DAN BAHAN :
1. Dasar statif
2. Kaki statif
3. Batang statif
4. Beban (50 gram) 5 buah
5. Pegas spiral
6. Penggaris
D. LANGKAH KERJA :
1. Rangkailah statif seperti gambar disamping
2. Pasang jepit penahan pada balok pendukung
kemudian jepitkan penggaris dengan posisi tegak
3. Gantungkan sebuah pegas spiral pada batang statif
4. Gantungkan sebuah beban 50 gram di ujung bawah
pegas, lalu baca panjang pegas (Lo)
5. Ulangi langkah no. 4 dengan 2 beban, 3 beban
sampai 5 beban di ujung bawah pegas, lalu baca
panjang pegas (Lt)
6. Catat panjang pegas (L) dan berat bebannya (w) ke
dalam table yang tersedia

E. DATA PENGAMATAN
Lo = ….
Fo = ….. (w = m.g)

Perc Ke Massa Panjang (Lt)


(gram)
1.
2.
3.
4.
5.

F. ANALISIS DATA
1. Lengkapi tabel analisis data berikut ini :
Perc ke Massa Berat (w) F = w – Fo ΔL = Lt - Lo F
(kg) (N) ΔL
1.
2.
3.
4.
5.

Berapakah rata – rata konstanta pegas dari tabel di atas !


2. Adakah kecenderungan suatu pola yang teramati pada hasil analisis data ? Pola apa yang
teramati ?
3. Buatlah grafik pertambahan panjang pegas terhadap pertambahan beban !
F (N)

ΔL (m)

4. Bagaimana bentuk grafik yang dihasilkan ? Jelaskan !


5. Tentukan besarnya konstanta pegas dari grafik tersebut ?
6. Apa yang terjadi jika pegas terus menerus diberi tambahan beban ?
7. Sebutkan 5 contoh penggunaan pegas dalam kehidupan sehari – hari ?

G. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan di atas, antara pertambahan panjang pegas (ΔL) dan pertambahan beban
(pertambahan gaya) diperoleh kesimpulan antara lain :
1. Rumus untuk menghitung besar tetapan gaya pegas adalah …………………………...
2. Setiap kali ditambahkan beban pada pegas, maka panjang pegas ……………………..
3. Tetapan gaya pegas adalah ……………………………………………………………..
4. Besarnya tetapan gaya pegas dari percobaan ini adalah………………………………..
5. Besarnya tetapan gaya pegas dari grfik adalah…………………………………………

Buatlah laporan praktik dengan struktur seperti berikut. Gunakan laptop/komputer atau kalkulator
(scientific calculator) untuk mendapatkan grafik dan persamaan garis yang akurat. Kirim laporan
melalui email : dwiwahyuni_05@yahoo.com
Struktur laporan adalah sebagai berikut
a. Judul
b. Tujuan
c. Landasan teori
d. Alat dan bahan (sertakan dengan gambar atau foto)
e. Langkah kerja
f. Data Pengamatan
g. Analis Data
h. Kesimpulan
i. Referensi
FLUIDA STATIK DAN DINAMIK

FLUIDA STATIS
1. Tekanan Hidrostatik
Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Contohnya yaitu : air, minyak, udara dll.
 Massa Jenis (ρ “rho”)
m
ρ=
V
dimana : m = massa (kg)
V = volume (m3)
ρ = massa jenis (kg/m3)
massa jenis air raksa 13,6 g/cm3 = ... kg/m3
1
1000
13 , 6 g/cm3 =13 , 6 x
1
1000000

1 1000000
=13,6 x x
1000 1
=13,6 x1000
=13600 kg/m3
 Tekanan (P)
F
P=
A
dimana : F = gaya (N)
A = luas penampang (m2)
P = tekanan (N/m2 = Pa)
 Tekanan hidrostatik (Ph)
F
Ph =
A
m. g
h Ph =
A
ρ .V .g
A Ph =
A
ρ . A .h.g
Ph =
A
Ph =ρ .g.h

Atau
P =Po+ρ gh
h
Dimana :
Ph = tekanan hidrostatik (N/m2 = Pa)
ρ = massa jenis (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = tinggi / kedalaman (m)
Po = tekanan udara luar / tekanan atmosfer
Contoh soal :
Seorang penyelam berada pada kedalaman 200 m di bawah permukaan air laut yang
massa jenisnya 1,2 g/cm3. Tentukan :
a. tekanan yang dialami penyelam
b. jika tekanan udara luar 105000 Pa, tentukan tekanan yang dialami penyelam

 Hukum Utama hidrostatik


“ Semua titik yang terletak pada satu bidang datar dalam satu jenis zat cair maka akan
mengalami tekanan yang sama besar”
Contoh : teko, selang pada tukang bangunan
Pipa U

.1 .2

P1=P 2
ρ1 .g.h1 =ρ2 . g.h 2
ρ1 .h1=ρ2 .h2
Contoh soal :
Pada gambar di samping, jika tinggi h1
adalah 10 cm, tinggi h2 adalah 8 cm dan
massa jenis zat cair 1 600 kg/m3, berapa
besarnya massa jenis zat cair 2 ?

2. Hukum Pascal
“Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala
arah dengan sama besar”
P1=P 2
F1 F 2 F A
= atau 1 = 1
A 1 A2 F2 A2
Jika diketahui jari – jari atau diameternya maka rumusan di atas menjadi :
F 1 r12 F 1 d 12
= atau =
F2 r 2 F2 d 2
2 2

Contoh soal :
1. Sebuah kempa hidrolik luas penampangnya masing – masing 10 cm2 dan 200 cm2. Jika
pada penampang kecil ditekan dengan gaya sebesar 80 N. Berapa gaya yang dihasilkan
pada penampang besar ?
2. Sebuah dongkrak hidrolik penampangnya berdiameter 4 cm dan 120 cm. Berapa gaya
minimum yang harus diberikan untuk mengangkat beban yang beratnya 9000 N ?
Penerapan hukum Pascal :
- Dongkrak hidrolik
- Pompa hidrolik
- Rem hidrolik
- Pengepres hidrolik, dll

3. Hukum Archimedes
“Sebuah benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan
mendapat gaya ke atas seberat fluida yang dipindahkan”

w f =wu −F A
F A =ρ f . g. V bf
Wf = berat benda di fluida
Wu = berat benda di udara
FA = gaya apung/ke atas/archimedes
Ρf = massa jenis fluida
g = percepatan gravitasi
Vbf = volume benda yang masuk dalam fluida

- Benda mengapung
Benda dikatakan melayang jika
FA > wb atau ρf > ρb
Khusus untuk benda mengapung berlaku :
F A =w b
F A . g.V bf =mb .g
ρf .g.V bf = ρb .V b .g

ρf V b
=
ρf .V bf =ρb .V b atau ρb V bf
- Benda melayang
Benda dikatakan melayang jika
FA = wb atau ρf = ρb
- Benda tenggelam
Benda dikatakan melayang jika
FA < wb atau ρf < ρb

Contoh soal
a. Sebuah balok di udara beratnya 60 N, ketika dimasukkan dalam air beratnya 30 N.
Hitunglah berapa besarnya massa jenis balok ?
b. Sebuah balok kayu terapung dalam air ¾ bagian volumenya berada di atas permukaan
air. Jika massa jenis air 1000 kg/m3, berapa besarnya massa jenis balok kayu ?
Penerapan hukum Archimedes :
1. hidrometer
2. balon udara
3. kapal selam
4. jembatan ponton
5. galangan kapal
4. Tegangan permukaan
Tegangan permukaan adalah kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang, sehingga
permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastis.

Y = F/d

dimana d = 2L

Sehingga Y = F/2L

Contoh peristiwa tegangan permukaan :


a.

Klip kertas atau silet jika diletakkan di


permukaan air tidak tenggelam meskipun
massa jenisnya lebih besar daripada massa
jenis air.

b.

Serangga dapat berjalan di permukaan air

c.

Air di daun membentuk bulatan

5. Kapilaritas
Kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya zat cair dalam pipa kapiler
Contohnya :
- Sumbu kompor
- Handuk basah meskipun hanya sebagian yang tercelup ke dalam air
- Naiknya air dari dalam tanah melalui pembuluh kayu, dsb

6. Viskositas dan hukum Stokes


Sifat kekentalan pada zat cair. Viskositas (kekentalan) fluida menyatakan besarnya gesekan
yang dialami oleh suatu fluida saat mengalir. Makin besar viskositas suatu fluida, makin
sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut.

Bola tersebut saat bergerak dengan kecepatan konstan dalam fluida yang kental kecapatan
geraknya dinamakan kecepatan terminal (vt) :

ΣF=0
Fs FA F s +F A −wb =0

F s=6.π .η.r. v
wb F A =ρ f .g.V bf
w b =mb .g
w b =ρb . V b . g
Sehingga didapatkan vt :

FLUIDA DINAMIS
1. Fluida ideal
Fluida yang dibahas dalam fluida dinamis adalah fluida ideal, yaitu :
a. Fluida yang tidak kental
b. Fluida yang kecepatan alirannya konstan
c. Fluida yang tidak mengalami perubahan volume
2. Debit aliran air (Q)

Debit (Q) adalah banyaknya zat cair yang mengalir tiap satuan waktu. Besarnya debit air
yaitu :
V V = volume (m3)
Q=
t , t = waktu (s)
atau Q = debit aliran air (m3/s)

Q= A.v , A = luas penampang (m2)


v = laju aliran zat cair (m/s)
Q = debit aliran air (m3/s)
3. Persamaan kontinuitas
“Besarnya debit tiap penampang selalu tetap”, sehingga dapat ditulis :
Q1 =Q 2
A 1 . v 1 =A 2 . v 2
Q1 = debit pada penampang 1
Q2 = debit pada penampang 2
A1 = luas penampang 1
A2 = luas penampang 2
v1 = laju aliran zat cair pada penampang 1
v2 = laju aliran zat cair pada penampang 2
4. Hukum Bernoulli
Suatu fluida yang mengalir melalui suatu penampang dengan ketinggian tertentu, maka
berlaku :
1
P+ . ρ . v 2 + ρ. g .h=kons tan
2
Atau
1 1
P1 + . ρ. v 2 +ρ . g . h1 =P2 + . ρ . v 2 + ρ. g. h 2
2 1 2 2

h2
h1

Contoh penerapan azas Bernoulli antara lain :


a. Penyemprot nyamuk
b. Karburator : pencampur bahan bakar (bensin) dengan udara
c. Tabung venture (venturimeter)
Venturimeter adalah alat yang digunakan untu2k mengukur kelajuan cairan dalam pipa.

.
. .
h .
A. 1.
. ... . .
. . .
. . . .
..
. . . . . . . . . . .
.. v 1
.1. . ..
. .. . . .v2. . . .
. . . . . . . .
.
P..
.1
. 2 P2 . . . . . .

A2
v 2 −v
1 2 =2. g .h
P1−P 2=2 . ρ1 .(v 2 −v 2 )
A 22. v 2 2 1
P1−P12= ρ.1
g. h
−v 2 =2 . g . h
A2 1 1
ρ . g . 2h= . ρ. (v 2 −v 2 )
A2 2 2 1
1
( −1 ). v 2=2 . g . h
A 2 1
2
2.g.h A 1 . v 1 =A 2 . v 2
v 2=
1 A2 A .v
v 2= 1 1
1
( −1)
A2 A2
2

2.g.h
v 1=

√ (
A2
1
A2
−1 )
2
d. Menentukan kecepatan aliran pada tangki bocor

Kecepatan aliran pada tangki bocor :

h v=√2.g.h h=h1 −h2


h1 v Jarak jatuhnya air dari tangki bocor :

h2 x=2 √ h. h2 x
x Debit semburan air :
Q=A.v=A. √ 2. g.h
e. Tabung pitot
Tabung pitot adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan aliran gas atau
angin.
f. Gaya angkat sayap pesawat terbang
Pesawat terbang dapat terangkat ke udara karena kelajuan udara yang melalui sayap
pesawat.22

F2 = P2 . A Gambar : garis arus di atas sayap


pesawat lebih rapat daripada bagian
p2 bawahnya. Ini berarti kelajuan
v2
udara pada bagian atas sayap lebih
p1 v1 besar daripada bagian bawah.

F1 = P1 . A

Garis arus di bagian atas sayap lebih rapat daripada bagian bawahnya artinya kelajuan
udara pada bagian atas sayap lebih besar daripada bagian bawahnya, v2 > v1 sesuai
dengan azas Bernoulli maka tekanan pada sisi bagian atas sayap lebih kecil daripada
bagian bawah sayap P2 < P1. Perbedaan tekanan P1 – P2 menghasilkan gaya angkat
sebesar :
F1 −F 2=( P1−P 2 ). A
h1 = h2, maka persamaan Bernoulli menjadi :
1
P1−P 2= . ρ .(v 2 −v 2 )
2 2 1
sehingga gaya angkat sayap pesawat menjadi :
1
F1 −F 2= . ρ .(v 2 −v 2 ). A
2 2 1
SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR
SUHU
Suhu adalah ukuran derajat panas dinginnya suatu benda
Kalor atau panas adalah salah satu bentuk energy tang dapat dipindahkan karena perbedaan suhu.
Sifat thermometric zat adalah sifat – sifat suatu benda / zat yang berubah jika suhunya berubah.
Beberapa sifat thermometrik zat adalah antara lain :
1. Volume
2. Panjang benda
3. Hambatan listrik konduktor
4. Tekanan gas pada volume tetap
Thermometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu. Zat cair yang digunakan adalah
air raksa (Hg) atau alcohol.
Kelebihan air raksa antara lain :
1. Mengkilat sehingga mudah dilihat
2. Tidak membasahi dinding
3. Pemuaian air raksa teratur
4. Raksa merupakan penghantar yang baik
5. Mampu mengukur suhu dari -39oC – 357oC
Kelemahan alcohol :
1. Alcohol membasahi dinding
2. Alcohol tidak berwarna sehingga tidak mudah dilihat
3. Daerah ukurnya rendah
4. Pemuaiannya tidak teratur
Untuk menentukan nilai suhu suatu thermometer diperlukan batas suhu yang tepat, yaitu batas
pengukuran suhu rendah dan batas pengukuran suhu tinggi.

100o 80 212 373 Batas atas / air


C oR oF K mendidih

0o 0o 32 273 Batas bawah/ es


C R oF K mencair
Celci Rea Fahren Kelvi
us mur heit n
Perbandingan skala Celsius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin
C : R : (F – 32) : (K-273) = 100 : 80 : 180 : 100 = 5 : 4 : 9 : 5
Secara umum jika ada dua buah thermometer X dan Y masing – masing berlaku :
T ° X −T b X T a X −T b X
=
T °Y −T b Y T a Y −T b Y
ToX = suhu thermometer X
ToY = suhu thermometer Y
TaX = batas atas thermometer X
TbX = batas bawah thermometer X
TaY = batas atas thermometer Y
TbY = batas bawah thermometer Y
Contoh soal :
Sebuah thermometer X memiliki titik beku air -40oX dan titi didih air 160oX. Pada saat
thermometer tersebut terbaca 15oX, berapa suhu yang terbaca pada skala Celsius ?
Diket : TbX = -40oX
TaX = 160oX
Tx = 15oX
Ditanya : Tc = … ?
Jawab :
T ° C−T b C T a C−T b C
=
T ° X −T b X T a X −T b X
T °C−0 100−0
=
15−(−40 ) 160−(−40 )
T °C 100
=
55 200
T °C 1
=
55 2
1
T ° C= . 55
2
T ° C=27,5°
Hubungan skala Celsius dengan skala Reamur
T ° C 100 5
= =
T ° R 100 4
5
T ° C= . T ° R ,
4
4
T ° R= . T °C
5
Hubungan skala Celsius dengan skala Kelvin
T °C 100
= =1
(TK−273 ) 100
T °C=TK−273
TK =T °C +273

Hubunngan skala Celsius dengan skala Fehrenheit

T °C 100 5
= =
(T ° F−32 ) 180 9
5
T °C= .(T ° F−32)
9
9
T ° F−32= .T ° C
5
9
T ° F= . T ° C+32
5
Cara kedua :

100o 80 212 373 Batas atas / air


C oC oC oC mendidih
0o 0o 32 273 Batas bawah/ es
C C oC oC mencair
Celci Rea Fahren Kelvi
us mur heit n
ToC : ToR : ToF : TK = 100 : 80 : 180 : 100 = 5 : 4 : 9 : 5 (skala thermometer)

Suhu thermometer = skala thermometer + titik tetap bawah (titk beku air)
sehingga
suhu thermometer Celsius : ToC = 5n + 0 = 5n
suhu thermometer Reamur : ToR = 4n + 0 = 4n
suhu thermometer Fahrenheit : ToF = 9n + 32
suhu thermometer Kelvin : TK = 5n + 273
Contoh soal “
40oC = … oR = … oF = …. K
Caranya dicari n terlebih dahulu :
T ° C=5n
40=5n
n=8
T ° R=4 n=4 . 8=32°
T ° F=9 n+32=9 . 8+32=72+32=104 °
TK=5 n+273=5 .8+ 273=40+273=313°
KALOR
Kalor adalah salah satu bentuk energy yang menunjukkan panas suatu benda.
Satu kalor adalah jumlah kalor yang dibutuhkan 1 gram air untuk menaikkan suhu 1oC. alat
yang digunakan untuk mengukur panas jenis atau kalor jenis benda adalah calorimeter.
Satuan kalor :
- Kalori : 1 kalori = 4,18 joule
- Joule : 1 joule = 0,24 kalori
1. Kalor jenis (c)
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan atau dibebaskan (Q) untuk
menaikkan atau menurunkan suhu satu gram zat sebesar 1oC.
Q
c=
m. ΔT atau Q=m .c. ΔT
Q = kalor (J atau kal)
m = massa (kg atau g)
ΔT = perubahan suhu (K atau oC)
c = kalor jenis (J/kg.K atau kal/g.oC)

2. Kapasitas kalor (C)


Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk
menaikkan atau menurunkan suhu sebesar 1oC.
Q
C=
ΔT atau Q=C . ΔT
C = kapasitas kalor (J/K atau kal/oC)
Hubungan kalor jenis atau kapasitas kalor
Q=m .c. ΔT , Q=C . ΔT
Q=m .c. ΔT
C . ΔT=m .c. ΔT
C=m.c
3. Hukum kekekalan energy kalor (Azas Black)
“Banyaknya kalor yang dilepaskan (diberikan) oleh zat yang bersuhu tinggi sama
dengan kalor yang diserap (diterima) oleh zat yang bersuhu rendah”
Qlepas=Qserap
Contoh soal :
Dalam botol termos terdapat 250 gram kopi bersuhu 90oC. Ditambahkan susu sebanyak
20 gram bersuhu 5oC. Jika tidak ada kalor percampuran maupun kalor yang diserap oleh
termos dan cair = ckopi = csusu = 1 kal/g.oC, berapa suhu akhir campuran ?
Diket :mkopi = mk = 230 g
Tkopi = Tk = 90oC (melepaskan kalor karena suhunya lebih tinggi)
msusu = ms = 20 g
T susu = Ts = 5oC (menyerap/menerima kalor karena suhunya lebih rendah)
ca = ck = cs = 1 kal/g.oC)
Ditanya : T akhir campuran = Tc = .... ?
Jawab :
Qlepas=Qserap
mk . c k . ΔT k =ms . c s . ΔT s
mk . c k .(T k−T c )=ms . c s .(T c −T s )
230 .1 .(90−T c )=20 . 1.(T c−5 )
20700−230 T c=20T c −100
20800=250 T c
20800
T c=
250
T c=83 , 2 °C

4. Pengaruh kalor terhadap zat


Bila kalor diberikan pada suatu zat maka dalam zat tersebut akan mengalami kenaikan
suhu. Pemuaian terjadi jika ada perubahan suhu. Jika suhu dinaikkan maka atom – atom
atau molekul – molekul zat penyusun akan bergetar semakin cepat, akibatnya gaya tarik
antar partikel lemah dan jarak antar partikel semakin besar dan benda mengalami
pemuaian.
a. Pemuaian pada zat padat
1) Pemuaian panjang

Lo Lt=Lo+ΔL, ΔL=Lo .α . ΔT
∆L
Lt=Lo+Lo.α . ΔT

Lt=Lo{1+(α . ΔT )}
Lt
Dimana :
Lo = panjang mula – mula (m)
Lt = panjang akhir (m)
α = koefisien muai panjang (/k atauoC)
ΔT = perubahan suhu (k atau oC)

2) Pemuaian luas

Ao A t = A o + ΔA , ΔA =A o . β . ΔT
A t = A o + A o . β . ΔT , β=2. α atau
∆A
A t = A o {1+( β . ΔT )}
At
Dimana :
Ao = panjang mula – mula (m)
At = panjang akhir (m)
β = koefisien muai luas (/k atauoC)
ΔT = perubahan suhu (k atau oC)

3) Pemuaian volume

V V t =V o +ΔV , ΔV =V o . γ . ΔT
o V t =V o +V o . β . ΔT , γ=3 . α atau

V V t =V o {1+( γ . ΔT )}

Vt
Dimana :
Vo = panjang mula – mula (m)
Vt = panjang akhir (m)
γ = koefisien muai luas (/k atauoC)
ΔT = perubahan suhu (k atau oC)

b. Pemuaian pada zat cair


Pada zat cair hanya mengalami pemuaian volume saja, sehingga yang berlaku :
V t =V o +ΔV , ΔV =V o . γ . ΔT
V t =V o +V o . γ . ΔT , γ=3 . α atau

V t =V o {1+( γ . ΔT )}
c. Pemuaian pada gas
Pada gas hanya mengalami pemuaian volume saja. Khusus pada gas jika pemuaian
terjadi pada tekanan tetap maka besarnya koefisien muai ruang sudah ditetapkan yaitu
:

1
γ=
273
Sehingga persamaan menjadi :

Vt=Vo+Vo .γ . ΔT
1
Vt=Vo+Vo . . ΔT
273
Atau
ΔT

5. Perubahan wujud zat


Vt=Vo 1+(
[ 273
)
]
Diagram perubahan wujud zat

GA
6 S 5
3 1 2
PAD CAI
AT R
4
1. Mencair (menyerap kalor) 4. Membeku (melepas kalor)
2. Menguap (menyerap kalor) 5. Mengembun (melepas kalor)
3. Menyublim (menyerap kalor) 6. Deposisi (melepas kalor)

Grafik perubahan wujud zat

F 120oC
100o
D E 100uap
o
0oC C C air C uap
B
es 0oC
A - air
10o
C es

Kalor laten (L)


Kalor laten (L) adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk
mengubah wujud dari satu wujud ke wujud yang lain.

Q
L= atauQ=m. L
m
Selama terjadi perubahan wujud suhu benda adalah tetap (lihat grafik perubahan
wujud)

PERPINDAHAN KALOR

Kalor dapat berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
Ada 3 cara perpindahan kalor :
1. Konduksi (hantaran)
Konduksi adalah suatu perpindahan kalor melalui suatu medium tanpa disertai
perpindahan partikel – partikel medium tersebut. Terjadi pada zat padat, cair dan gas.
Besarnya kalor yang merambat pada batang tiap satuan waktu ( laju konduksi)
dirumuskan :
Q ΔT
=H =K . A .
t L
Q = kalor yang merambat (J, kal)
t = waktu (s)
H = kalor yang merambat tiap satuan waktu (J/s)
= laju konduksi
K = koefisien konduksi termal (J/s.m.K)
A = luas penampang (m2)
∆T = perubahan suhu (K,oC)
L = panjang medium (m)
Makin besar nilai k suatu bahan, maka makin mudah zat itu menghantarkan kalor. Bahan
konduktor mempunyai nilai k besar sedang bahan isolator mempunyai nilai k kecil.

2. Konveksi (aliran)
Konveksi (aliran) adalah suatu perpindahan kalor melalui suatu nedium yang disertai
dengan perpindahan partikel – partikel medium tersebut. Terjadi pada zat cair dan gas.
Besarnya kalor yang merambat tiap detik atau laju konveksi dirumuskan :
Q
=H =h . A . ΔT
t
H = koefisien konveksi (J/m2.s.K atau kal/cm2.s.oC
A = luas permukaan (m2 atau cm2)
∆T = perubahan suhu (k atau oC)
Q/t = H = kalor yang merambat tiap detik (J/s)

3. Radiasi (pancaran)
Radiasi adalah suatu perpindahan kalor tanpa melalui medium, dalam bentuk gelombang
elektromagnetik.
Contoh :
a. sinar matahari
b. api unggun
c. pendiangan rumah ( khususnya di negara – negara yang memiliki musim dingin)
d. Termos
e. Rumah kaca atau efek rumah kaca
Makin baik suatu benda menyerap radiasi kalor, makin baik benda tersebut memancarkan
kalor. Penyerapan radiasi sempurna disebut benda hitam. Permukaan yang hitam kusam
adalah penyerap dan pemancar kalor radiasi yang sangat baik, sedang permukaan putih
mengkilap adalah penyerap dan pemancar kalor yang sangat buruk.
Besarnya laju kalor radiasi yang dipancarkan suatu benda dirumuskan :

4 P Q
W=e .σ .T W=
A
P=
t
Sehingga :
Q
=P=e. σ . A . T 4
t
W = energi yang dipancarkan tiap satuan luas tiap
satuan waktu (watt/m2)
Q/t = laju kalor radiasi (J/s = watt)
P = daya radiasi (watt =W)
e = emisifitas benda ( 0 < e > 1)
σ = tetapan Stefan-Boltzmann
= 5,67 x 10-8 Wm-2K-4
A = luas permukaan (m2)
∆T = perubahan suhu (K)
Kerjakan soal di bawah ini dengan lengkap dan benar !
1. Pada suatu thermometer X, titik beku air 40oX, titik didih air 240oX. Apabila suatu benda
diukur dengan thermometer Celcius 50oC, berapa suhunya bika diukur dengan
thermometer X ?
2. A. 60oC = ... oR = ... oF = ... K
B. 212 oF = ... oC = ... oR = ... K
C. 50 oR = ... oC = ... oF = ... K
3. Berapa kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 0,5 kg suatu zat cair yang kalor
jenisnya 400 J/kg.K dari suhu 28oC menjadi 38oC ?
4. Sebuah benda menyerap kalor sebanyak 100 Kkal sehingga suhunya berubah menjadi 200
o
C. Hitunglah kapasitas kalor benda tersebut ?
5. Untuk menaikkan suhu 1 kg benda dari 20c menjadi 50oC diperlukan kalor 4,5 x 104 kal.
Berapa kalor jenis zat tersebut ?
6. Sepotong tembaga bermassa 200 gram suhunya 100oC dimasukkan ke dalam 1000 gram
air yang bersuhu 20oC, kalor jenis tembaga 0,1 kal/g.oC dan kalor jenis air 1 kal/g.oC.
Berapa suhu keseimbangan campuran tersebut ?
7. Sebuah jendela kaca berukuran 1,5 m x 0,4 m pada suhu 27oC, bila suhu naik menjadi
37oC, koefisien muai panjang kaca 9 x 10-6 oC-1. Hitunglah :
a. Perubahan luas jendela
b. Luas jendela sekarang
8. Panjang batang rel kereta api masing – masing 10 meter dipasang berurutan pada suhu
20oC. Diharapkan pada suhu 30oC rel tersebut saling bersentuhan. Koefisien muai batang
rel kereta api 12 x 10-6 /oC. Berapakah jarak antara kedua batang yang diperlukan pada
suhu 20oC?
9. Berapakah banyaknya air yang tumpah jika sebuah bejana yang berisi penuh 1 L (1000
cm3) air pada suhu 20 oC dipanaskan sampai mencapai 90 oC ? Koefisien muai panjang
bejana adalah 3 x 10-6 oC-1 dan koefisien muai volume air adalah 2 x 10-4 oC-1.
10. Berapa kalor yang diperlukan mengubah 1 kg zat dari -10oc es menjadi 110oc uap jika
diketahui kalor jenis es 0,5 kal/g.K, kalor lebur es 80 kal/g, kalor jenis air 1 kal/g.oC,
kalor uap 2.260.000 J/kg
11. Dua batang logam P dan Q berukuran yang sama tetapi terbuat dari logam yang berbeda.
Ujung kiri P bersuhu 90 oC dan ujung kanan Q bersuhu 0 oC. Apabila koefisien konduksi
termal P = dua kali koefisien konduksi termal Q, berapa suhu pada sambungan P dan Q ?
12. Permukaan dalam suatu dinding rumah dijaga bersuhu tetap 20 oC saat udara luar 30 oC,
berapa banyak kalor yang masuk ke dalam rumah akibat konveksi alami udara melalui
dinding rumah berukuran 10 m x 5 m selama 1 menit ? Anggap koefisien konveksi rata –
rata 4,00 W m-1 K-1.
13. Sebuah bola tembaga jari – jari 3,5 cm dipanaskan dalam sebuah tungku perapian bersuhu
427 oC. Jika emisifitas bola 0,3 berapa laju kalor radiasi yang dipancarkan ?

TERMODINAMIKA
1. Teori Kinetik Gas
d. Gas ideal
Sifat – sifat gas ideal :
1) Terdiri dari partikel – partikel yang jumlahnya banyak dan tidak ada gaya tarik
menarik antara partikel – partikel
2) Partikel – partikel gas bergerak dalam lintasan lurus dengan kelajuan tetap dan
geraknya adalah acak
3) Partikel – partikel itu tersebar secara merata di dalam ruangan
4) Ukuran partikel – partikel sangat kecil sehingga diabaikan
5) Semua tumbukan yang terjadi adalah tumbukan lenting sempurna sehingga tidak ada
energi kinetik yang hilang
6) Selang waktu tumbukan antara partikel yang satu dengan lain berlangsung sangat
singkat
7) Hukum Newton tentang gerak tetap berlaku
Gas pada suhu kamar dan pada tekanan rendah dapat mendekati sifat – sifat gas ideal .
e. Persamaan Gas ideal
1) Hukum Boyle
“Apabila suhu gas dalam ruang tertutup dipertahankan tetap (konstan), maka
tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya “
1
P=∞
V
PV =kons tan

P1V1  P2V2
P1 = tekanan awal
P2 = tekanan akhir
V1 = volume awal
V2 = volume akhir

2) Hukum Charles
“Apabila tekanan gas dalam ruang tertutup dipertahankan tetap (konstan), maka
volume gas berbanding lurus dengan suhu mutlaknya “
V =∞ T
V
=kons tan
T
V1 V 2
=
T1 T2
V1 = volume awal
V2 = volume akhir
T1 = suhu mutlak awal (kelvin)
T2 = suhu mutlak akhir (kelvin)

3) Hukum Gay Lussac


“Apabila volume gas dalam ruang tertutup dipertahankan tetap (konstan), maka
tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlaknya “
P=∞ T
P
=kons tan
T
P1 P2
=
T1 T2
P1 = tekanan awal
P2 = tekanan akhir
T1 = suhu mutlak awal (kelvin)
T2 = suhu mutlak akhir (kelvin)

4) Hukum Boyle-Gay Lussac


P1 . V 1 P2 .V 2
=
T1 T2 k
5) Persamaan gas ideal
Bentuk umum persamaan gas ideal :
P.V =n. R .T atau P.V =N . K .T
m N
n= n=
M atau No
Dimana :
P = tekanan (Pa)
V = volume (m3)
n = jumlah mol gas (mol)
R = tetapan umum gas (8,31 J/mol.K)
T = suhu (Kelvin)
N = banyaknya partikel/atom
K = tetapan Stefann-Boltman (1,38 x 10-3 J/K)
6) Tekanan dan Energi kinetic Gas Ideal
Sejumlah gas dengan N buah partikel berada dalam tabung yang volumenya V. Bila
diketahui massa sebuah partikelnya mo dan kecepatan rata-ratanya v , maka tekanan
gas itu memenuhi hubungan:

1 N
P= . mo . v 2 ( )
3 V

2 1 N
P= .( mo . v 2 )( )
3 2 V
2 N
P= . Ek .
3 V
3 V
Ek = . P.
2 N
Contoh soal :
Tentukan energi kinetik rata-rata 5 mol gas neon yang volumenya 23 liter dengan
tekanan 100 kPa !
Diket : n = 5 mol
V = 23 liter = 23 x 10-3 m3
P = 100 kPa = 100 x 103 Pa = 1 x 105 Pa
Ditanya : Ek = ... ?
Jawab :

3 V N
Ēk = P .
2 ( )
N
n=
NA
N=n. N A
N=5 mol . 6 , 02×10 23 partikel/mol
N=3 ,01×10 24 partikel
3 V
2 ()
Ēk = . P.
N
3 23×10−3
Ēk = .1×105 .
2 3, 01×1024
69×102
Ēk =
6 ,02×1024
−22 −21
Ēk =11, 46×10 =1,145×10 J
7) Suhu dan Energi kinetik

PV =NkT
N 2 N
P=KT .
N 2
V
N
( ) P= Ē k .
3 V ( )
KT . ( )
= Ē k .
V 3
2
V ( )
KT= Ē k
3
3
Ek = . KT
2
Contoh soal :
Tentukan energi kinetik rata-rata partikel gas yang memiliki suhu 570C!
Diket : T = 57oC = 57 + 273 = 330 K
K = 1,38 x 10-23 J/K
Ditanya : Ek = ... ?
Jawab :
3
Ēk = KT
2
3
Ēk = .1 ,38×10−23 . 330
2
−21
Ēk =6, 83×10 J
2. USAHA DAN HUKUM TERMODINAMIKA
USAHA
Usaha dihasilkan oleh perubahan volume system akibat proses pemanasan.

W=P . ΔV , ΔV =V 2 −V 1
W=P .(V 2 −V 1 )
W = usaha (joule)
P = tekanan (Pa atau N/m2)
ΔV = perubahan volume (m3)
V1 = volume awal (m3)
V2 = volume akhir (m3)
HUKUM TERMODINAMIKA
a. Hukum termodinamika 1
b.

3. PROSES – PROSES DALAM TERMODINAMIKA :


1. Proses Isotermal
Adalah proses perubahan keadaan sistem pada suhu tetap.
PV =nRT
n.R . Tn = banyaknya mol
P=
T = tetap maka : V R = tetapan umum gas (8,31 x 103 J/kmol.K)
T = suhu (suhu mutlak)
PV =konsVtan,
= volume
P = tekanan

Besarnya usaha dalam proses isotermal :

V2
W=n. R .T ln
V1
P
P W = usaha (Joule)
P
1
V1 = volume awal (m3)

V V V2 = volume akhir (m3)


2 V
1 2

2. Proses Isokhorik
Adalah proses peribahan keadaan sistem pada volume tetap
Volume (V) = tetap, maka :
PV =nRT
P
=kons tan,hukumGay−Lussac
T

Usaha pada proses isokorik :


W=P . ΔV
Pada proses isokorik volume awal sama
dengan volume akhir (V1 = V2) tidak ada
perubahan volume maka besarnya usaha
sama dengan nol
P
P1
P2
V1 = V2 V

3. Proses Isobarik
Adalah proses perubahan keadaan sistem pada tekanan tetap
Tekanan
PV =nRT (P) = tetap, maka :
V
=kons tan,hukum
T

P Usaha pada proses isokorik :

W=P . ΔV
P1 = P 2 W=P (V 2−V 1 )

V1 V2 V
4. Proses Adiabatik
Adalah proses keadaan perubahan gas dimana tidak ada kalor yang masuk maupun
keluar sistem.

Anda mungkin juga menyukai