Anda di halaman 1dari 12

ISSN 1411 – 013X IQTISAD Journal of Islamic Economics

Vol. 4, No. 1, Muharram 1424 H/March 2003


pp. 79 – 90

SINERGI OPOSISI BINER:


FORMULASI TUJUAN DASAR LAPORAN KEUANGAN
AKUNTANSI SYARI’AH
Iwan Triyuwono
Fakultas EkonomiUniversitas Brawijaya Malang

Abstrak
Wacana akuntansi syari’ah di Indonesia perlu dikembangkan tidak saja pada level
filosofis, tetapi ke arah teori yang lebih konkrit. Makalah ini pada dasarnya bertujuan un-
tuk memberikan kontribusi bagi akuntansi syari’ah pada level teori, yaitu, khususnya
memformulasilkan tujuan dasar (basic objectives) dari laporan keuangan (financial state-
ments) akuntansi syari’ah.
Alat analisis yang digunakan dalam makalah ini adalah sinergi oposisi biner yang
diilhami oleh nilai-nilai dari tradisi Islam dan Tao. Alat analisis ini pada dasarnya meng-
gabungkan dua hal yang berbeda (dan bahkan bertolak belakang) menjadi satu kesatuan
yang tidak terpisahkan, misalnya hibrida antara nilai-nilai maskulin dengan feminin, ego-
istik dan altruistik, materi dan spiritual, dan lain-lainnya.
Dari hasil analisis dapat diformulasikan bahwa tujuan dasar laporan keuangan akun-
tansi syari’ah adalah untuk memberikan: (1) akuntabilitas dan (2) informasi. Akuntabilitas
merupakan representasi dari unsur spirit (ruh, atau, jiwa), atau unsur etika, atau unsur
ukhrawi, atau unsur feminin. Sedangkan informasi merupakan representasi dari unsur
materi, atau unsur ekonomi, atau unsur duniawi, atau unsur maskulin. Kedua tujuan dasar
tersebut menjadi satu-kesatuan yang tidak terpisahkan dan menjadi kekuatan dari
akuntansi syari’ah.

Key words: sinergi oposisi biner, maskulin, feminin, akuntabilitas, dan informasi.

PENGANTAR dalam konteks metafora zakat. Wacana yang


Beberapa waktu terakhir ini, wacana dikembangkan pada dasarnya menekankan
akuntansi syari’ah terasa semakin menam- pada metode penilaian income. Kajian ini
pakkan getarannya, mulai dari kajian tentunya berasumsi bahwa akuntansi syari’ah
filosofis hingga pada kajian teoritis (lihat mengembangkan “bentuk” dirinya berdasarkan
misalnya Harahap 1997; Triyuwono 1997; pada nilai-nilai zakat (Triyuwono 1997;
2000a; 2000b; Triyuwono dan As’udi 2001; 2000a; 2000b). Asumsi ini juga tidak bisa
lihat juga Gambling and Karim 1991; terlepas dari “teori akuntansi” (accounting
Baydoun and Willett 1994). Wacana ini point of view) (lihat Kam 1990) yang dianut.
memberikan kontribusi yang sangat berarti Setiabudi (2000), misalnya, secara
bagi perkembangan akuntansi khususnya di implisit “menganut” entity theory untuk
Indonesia. Paling tidak kajian ini “melebur- melihat dan menjustifikasi konsep akuntansi
kan” dinding pembatas antara disiplin ekuitas dari sudut pandang Islam. Sebalik-
akuntansi dan nilai-nilai agama. nya, Slamet (2001) justru menggunakan
Triyuwono dan As’udi (2001), mi- enterprise theory (yang kemudian dimodifi-
salnya, mencoba untuk “turun” mewacana- kasi dengan menginternalisasikan nilai Is-
kan akuntansi syari’ah pada tingkat yang lam) untuk mengembangkan teori akuntansi
lebih konkrit pada tataran teori (lihat juga syari’ah. Kedua teori tersebut memiliki
Harahap 1997), yaitu mengkonsep laba dasar filosofis yang berbeda, sehingga

79
Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah … Iwan Triyuwono

keduanya memiliki karakter yang berbeda. berkepentingan terhadap kelangsungan hidup


Dengan karakter tersebut, masing-masing dan perkembangannya. Menurut Paton yang
teori memiliki tujuan yang berbeda pula. dikutip Kam dikatakan bahwa:
Makalah ini mencoba untuk memba- It is “the business” whose financial
has tujuan dasar (basic objectives) dari history the bookkeeper and accountant
akuntansi syari’ah dengan merujuk dan are trying to record and analyzed; the
membandingkan konsep yang ada pada en- books and accounts are the record of
tity theory dan enterprise theory. Struktur “the business”; the periodic statements
penulisan makalah ini dimulai dengan of operations and financial condition
analisa kritis terhadap entity theory yang are the reports of “the business” (1990,
kemudian dilanjutkan pada enterprise the- 306).
ory. Kemudian, makalah ini mendeskripsi- Karena dikonsentrasikan untuk re-
kan “epistemologi oposisi biner” yang dija- sistensi dan ekspansi, entitas bisnis mem-
dikan dasar justifikasi untuk memformulasi- berikan laporan akuntansi kepada pemegang
kan tujuan dasar laporan keuangan akuntansi saham hanya dalam rangka memenuhi per-
syari’ah. syaratan legal dan untuk mengelola hubu-
ngan baik dengan mereka dalam konteks
ENTITY THEORY: UNIFIKASI bahwa sejumlah dana tambahan mungkin
KEKUASAAN EKONOMI dibutuhkan di masa depan.
Ide utama dari entity theory ini Meskipun kedua versi tersebut me-
adalah memahami perusahaan sebagai enti- nempatkan entitas sebagai unit independen,
tas yang terpisah dari pemiliknya. Teori ini namun terdapat sedikit perbedaan konsep di
muncul dengan maksud mengurangi kele- antara keduanya. Pandangan tradisional ma-
mahan-kelemahan yang ada dalam proprie- sih memposisikan pemegang saham sebagai
tary theory di mana proprietor (pemilik) “partisipan” (associates), sementara sudut
menjadi pusat perhatian (Kam 1990, 302- pandang baru lebih memposisikan mereka
306). Namun demikian, entity theory pada sebagai pihak luar (outsiders). Tetapi ini
dasarnya tidak berbeda jauh dengan teori tidak mempengaruhi muatan informasi dari
pendahulunya, proprietary theory. laporan akuntansi yang disajikan oleh entitas
Dalam konteks teori ini, terdapat dua tersebut.
pandangan yang berbeda walaupun Meskipun konsep entity theory meru-
keduanya mengarah kepada konklusi yang pakan pengembangan dari konsep proprie-
sama, yaitu stewardship atau pertanggung- tary theory, namun bila diinterpretasikan
jawaban (accountability) (Kam 1990, 306). secara kritis (khususnya dalam konteks kon-
Versi pertama adalah versi tradisional yang sep kepemilikan), sebagian besar muatannya
memandang bahwa perusahaan beroperasi tetap berbasiskan aspek-aspek ideologis yang
untuk keuntungan pemegang saham, yaitu sama dengan konsep proprietary theory.
orang-orang yang menanamkan dananya Beberapa aspek ideologis ini dapat
dalam perusahaan. Entitas bisnis, dengan diterangkan dengan cara, seperti: pertama,
demikian, memperlakukan akuntansi sebagai walaupun konsep entity tidak mengekspresi-
laporan kepada pemegang saham tentang kan diri sebagai konsep kepemilikan mutlak,
status dan konsekuensi dari investasi tetapi konsep ini tetap melanjutkan proyek
mereka. Sementara itu versi kedua – yaitu sebelumnya yang mengemban semangat
pandangan yang lebih baru terhadap entity perolehan dan akumulasi kekayaan tanpa
theory – menganggap bahwa sebuah entitas batas. Absoluditas kepemilikan individu
adalah bisnis untuk dirinya sendiri yang yang disimbolisasikan oleh konsep proprie-

80 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 4, No. 1, Muharram 1424 H/March 2003
Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah … Iwan Triyuwono

tary tidak digunakan lagi, hak dan kewajiban nalitas” baru terhadap orientasi kekayaan tak
pemilik menjadi terbatas terhadap kekayaan terbatas, yaitu legitimasi “normatif-etis”
perusahaan. Sebagai gantinya, entitas bis- dengan bentuk persamaannya itu. Selain
nislah yang sekarang memiliki kekuasaan perhitungan rasional, konsep entity
untuk memanfaatkan pendapatan dan menawarkan basis rasionalitas baru sebagai
kekayaannya sendiri, tentu saja dengan ori- legitimasi, yaitu perilaku kapitalistis entitas
entasi tetap untuk kesejahteraan pemilik bisnis yang memperoleh legitimasi atas pe-
perusahaan. Artinya sama saja. Entitas bisnis rilakunya itu hingga menjadi sah secara etis.
akhirnya berperan sebagai agen pemilik pe- Ini terjadi justru karena ketiadaan dasar
rusahaan dengan orientasi perolehan dan normatif-etis itu sendiri sehingga secara
kekayaan secara tak terbatas, baik untuk logis dapat dikatakan ia memperoleh legiti-
kesejahteraan pemilik maupun untuk survi- masi normatif-etis dengan cara itu, karena ia
valitas dan perkembangannya sendiri. tidak perlu memenuhi unsur-unsur etis
Bahkan lebih mengerikan lagi, kehendak apapun. Dengan sifatnya yang “non-etis”, ia
akumulasi kekayaan ini sekarang harus dia- tidak perlu legitimasi normatif-etis. Maka
tributkan kepada entitas bisnis yang berlaku wajarlah bila konsep ini kemudian menim-
sebagai mesin perang tanpa pertimbangan bulkan paradoks yang tampak “rasional”
etis, karena ia hanya alat, bukan orang atau dalam makna “ekuitas”, di mana dengan
sekelompok orang yang harus bertanggung definisi dan pencantumannya sebagai “hak
jawab atas perilakunya. kepemilikan” dalam akuntansi ia seharusnya
Kedua, kemutlakan hak kepemilikan didasarkan pada teori etis tertentu. Tetapi di
tidak terletak pada kekuasaannya untuk sisi lain, karena konsep ini memisahkan
merealisasikan kekayaan, tetapi pada terbe- pemilik dengan entitas bisnisnya, hak kepe-
basnya kekuasaan tersebut dari pertanyaan milikan pemilik dianggap berada di luar
yang bersifat etis kemanusiaan. Transfor- wilayahnya dan diposisikan sebagai nilai
masi pusat perhatian dan orientasi kekayaan residu yang tidak perlu dilegitimasi secara
dari pemilik kepada perusahaan sebagai en- tersendiri.
titas bisnis yang terpisah dari pemiliknya Baik implisit atau eksplisit, dalam
merupakan kreatifitas luar biasa dari konsep entity theory terlihat adanya principal-agent
ini untuk menyelubungi problem normatif- relationship, yaitu hubungan antara pemilik
etis perilaku Kapitalisme yang dipraktekkan (shareholders) dan agen (management) yang
dunia bisnis. Karena pemilik kekayaan dalam mainstream accounting dianggap
adalah entitas bisnis itu sendiri, pemilik pe- konsep yang obyektif dan netral (bebas nilai)
rusahaan tidak perlu lagi terbebani dengan (Chwastiak 1999). Dalam kenyataannya,
pertanyaan etis tentang harta kekayaannya. konsep ini sebetulnya tidak netral, sebagai-
Konsep entity pun tidak perlu memperhi- mana dikatakan oleh Chwastiak berikut ini:
tungkan legitimasi semacam itu karena ia …the theory [principal-agent rela-
dianggap alat yang netral dan memiliki per- tionship] actually imposes a capitalistic
sonalitas tersendiri yang independen dari subjectivity on the object of the rese-
kepentingan perorangan. Sementara itu, arch, labor, and in so doing, rational-
problem legitimasi normatif-etis kekayaan izes and legitimizes exploitation… the
pemilik dianggap bukan merupakan concern principal-agent model’s ideological
konsep ini karena pemilik dianggap sebagai strength and resilience lies in its ability
pihak eksternal (outsiders). to rationalize, normalize, and legitimize
Ketiga, sudut pandang konsep entity various means of controlling the labor
dengan demikian memberikan basis “rasio- process in such a way that it appears as

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 4, No. 1, Muharram 1424 H/March 2003 81
Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah … Iwan Triyuwono

if labor benefits from its own degrada- useful for making economic decision
tion and exploitation (1999, 425). (Mathews and Perera 1993, 76).
Dari komentar di atas dapat dilihat Tujuan dasar laporan keuangan
bahwa konsep tersebut sama sekali tidak seperti yang diungkapkan di atas secara im-
obyektif dan netral, tapi sebaliknya ia sarat plisit merefleksikan kepentingan investor
dengan nilai kapitalistik yang dalam fak- (atau stockholders sebagai principal) atas
tanya sangat eksploitatif. Principal-agent manfaat ekonomi dari apa yang telah diin-
relationship secara samar memiliki kemam- vestasikan. Untuk itu, pihak investor mem-
puan untuk merasionalkan, menormalisasi, butuhkan informasi akuntansi untuk peng-
dan melegitimasi berbagai macam instrumen ambilan keputusan (misalnya untuk tetap
yang digunakan untuk mengendalikan buruh melakukan investasi atau tidak).
yang seolah-olah kaum buruh memperoleh Lebih jauh juga diungkapkan bahwa
banyak manfaat dari sistem yang sesung- laporan keuangan tidak saja memperhatikan
guhnya sangat eksploitatif. kepentingan investos, tetapi juga kreditor,
Lebih lanjut Chwastiak (1999, 429) seperti terlihat di bawah ini:
menjelaskan bahwa dengan model tersebut An objective of financial statements
semua tindakan manusia dilakukan dengan is to provide information useful to in-
cara yang “rasional.” Padahal, dalam ke- vestors and creditors for predicting,
nyataannya, rasionalitas meniadakan instru- comparing, and evaluating potential
men “rasa” dan “intuisi” yang ada dalam diri cash flows to them in terms of amount,
manusia, serta meniadakan mutual assis- timing, and related uncertainty (Mathews
tance dan reciprocal recpect yang hidup and Perera 1993, 76).
dalam masyarakat. Rasionalitas, dengan Secara khusus dapat dikatakan bahwa
demikian, mengidentitaskan dirinya pada informasi akuntansi disajikan pada dua pi-
logika kuantitatif dan kalkulatif yang hak, yaitu investor dan kreditor, di mana
terpisah dari unsur-unsur “irrasional” (atau keduanya merupakan pihak yang memasok
superrasional). Sikap ini tidak memberikan “modal” (sebagai “pemilik modal”) pada
tempat pada trust dan fairness yang sebetul- perusahaan dan mereka mengharapkan adanya
nya juga merupakan perilaku manusia yang return yang menguntungkan atas apa yang
hakiki (Chwastiak 1999, 429; Baiman 1990, telah mereka investasikan. Sebagai pemasok
345). Rasionalitas principal-agent relation- modal (atau sebagai principal), investor dan
ship tidak lebih dari rasionalitas utilitarian- kreditor menghendaki adanya informasi
isme di mana semua kalkulasi berpulang tentang seberapa jauh manajemen (agent)
pada utilitas-hedonis yang implikasinya telah mengelola sumber daya tadi dengan
memang dapat memarginalkan sifat-sifat baik. Oleh karena itu tidak aneh bila tujuan
“feminin” manusia (seperti: rasa, intuisi, yang lain dari laporan keuangan dinyatakan
spiritual, saling membantu, saling meng- sebagai berikut:
hormati, saling percaya, jujur, dan lain- The objective of financial statements
lainnya). is to supply information useful in judg-
Pengaruh rasionalitas ini juga terlihat ing management’s ability to utilize
pada formulasi dari tujuan laporan keuangan enterprise resources effectively in
yang didefinisikan oleh, accounting body di achieving the primary enterprise goals
Amerika Serikat seperti yang terlihat di (Mathews and Perera 1993, 76).
bawah ini: Jadi, laporan keuangan merupakan
The basic objective of financial instrumen yang digunakan untuk memberi-
statements is to provide information kan informasi tentang kinerja dari mana-

82 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 4, No. 1, Muharram 1424 H/March 2003
Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah … Iwan Triyuwono

jemen. Dengan informasi tersebut penilaian sistem kapitalisme). Pada kondisi bisnis
kinerja manajemen dilakukan oleh principal; yang sederhana tersebut, posisi proprietary
dan principal sekaligus dapat mengambil atau owner (principal) sangat sentral dan
keputusan. penting. Pemilik perusahaan adalah satu-
Dari tiga macam tujuan laporan satunya person yang memiliki kekuasaan
keuangan yang telah diungkapkan di atas, atas perusahaan dan bisnis yang dilakukan-
dapat diketahui bahwa formula tujuan lapo- nya dan di tangannya pula keberlangsungan
ran keuangan sesungguhnya tidaklah benar- hidup perusahaan bergantung.
benar netral. Formula tersebut memiliki bias Namun sebaliknya, model bisnis
nilai, yaitu mementingkan kepentingan kontemporer sekarang ini sangat berbeda
pemilik modal, yang pada dasarnya tetap dengan model bisnis masa lalu. Artinya,
menghegemoni pihak “lain” (the others). keberlangsungan hidup perusahaan tidak
Yang menjadi kepentingan pemilik ditentukan oleh pemilik perusahaan, tetapi
modal di sini adalah mempertahankan modal oleh banyak pihak (seperti, pelanggan,
yang ditanam (capital maintenance) seka- kreditor, manajemen, pegawai, pemasok,
ligus mendapatkan laba yang maksimal. pemerintah, dan lain-lainnya yang kemudian
Dalam konteks ini Chwastiak (1999, 437) disebut stakeholders) yang juga sama-sama
mengatakan bahwa: memiliki kepentingan terhadap perusahaan.
Accounting, as currently practiced, Dengan kata lain, berhasil-tidaknya sebuah
helps to maintain a culture of exploitation perusahaan sebetulnya bergantung pada ke-
by depicting benefit as being created harmonisan interaksi antara pihak-pihak
through negation and by subordinating yang berkepentingan, yaitu stakeholders.
human and natural diversity to the Konsep ini menunjukkan bahwa kekuasaan
monolithic objective of profit maximiza- ekonomi tidak lagi berada dalam satu tangan
tion. Such a measure of value denies the (shareholders), melainkan berada pada ba-
inherent worth in objects by submitting nyak tangan, yaitu stakeholders. Diversifi-
them to a capitalistic subjectivity and, kasi kekuasaan ekonomi ini dalam konsep
as previously mentioned, this in turn in- syari’ah sangat direkomendasikan, meng-
creases the efficacy of exploitation. ingat syari’ah melarang beredarnya kekayaan
Hal yang krusial di sini adalah bahwa hanya di kalangan tertentu saja.
akuntansi menjadi kendaraan yang dikuasai Oleh karena itu, proprietary theory
oleh pemilik modal (dalam sistem ekonomi dan entity theory tidak akan mampu mewa-
kapitalis) di mana kekuasan tunggal eko- dahi kemajemukan masyarakat (stakehol-
nomi berada pada tangan kapitalis. Akun- ders) dan bisnis yang ada saat ini. Untuk
tansi akhirnya cenderung memperkuat bu- mengatasi hal ini diperlukan wadah alter-
daya ekploitasi. Dan eksploitasi ini tidak natif yang lebih tepat dan sesuai dengan
saja dilakukan terhadap pihak-pihak lain dari lingkungannya. Wadah tersebut, seperti
stakeholders, tetapi juga eksploitasi terhadap yang disampaikan oleh beberapa penulis
alam. (Harahap 1997; Triyuwono 2000b) adalah
enterprise theory.
ENTERPRISE THEORY: DIVERSIFIKASI Mengenai enterprise theory ini Hara-
KEKUASAAN EKONOMI hap (1997, 154-155) berpendapat bahwa
Proprietary theory dan entity theory teori tersebut lebih lengkap dibandingkan
(serta principal-agent relationship) meru- dengan teori yang lain, karena ia melingkupi
pakan wujud dari model instrumen bisnis aspek sosial dan pertanggung-jawaban seba-
pada masa lalu yang masih sederhana (dan

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 4, No. 1, Muharram 1424 H/March 2003 83
Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah … Iwan Triyuwono

gaimana diungkapkan dalam pernyataan ory telah menjadi konsep teoritis akuntansi
berikut ini: syari’ah sebelum teori tersebut mengakui
Kalau ada pernyataan mengenai eksistensi dari indirect participants. Me-
postulat, konsep, dan prinsip akuntansi ngapa demikian? Secara normatif, indirect
Islam itu maka saat ini yang bisa saya participants ini mempunyai hak atas nilai
jawab adalah masalah ini tidak semudah tambah yang diciptakan oleh perusahaan.
yang dibayangkan. Tentunya untuk me- Oleh karena itu, Triyuwono (2002, forth-
rumuskan ini perlu pengkajian multi coming) dan Slamet (2001) mengajukan
dimensi. Yang jelas literatur sampai saat konsep shari’ah enterprise theory dengan
ini belum bisa menjelaskannya. Tapi jalan memasukkan kepentingan indirect
dari postulat, konsep, dan prinsip yang participants ke dalam “elit” kekuasaan
ada dapat kita saring mana yang sejalan economi direct participants (seperti, share-
dengan konsep Islam. Misalnya konsep holders, management, employess, customers,
mana yang dipakai dari ketiga konsep: suppliers, government, ect) dalam distribusi
proprietary theory, entity theory, dan nilai tambah (value added) (lihat juga Bay-
enterprise theory? Maka akan saya doun dan Willett 1994).
jawab enterprise theory karena lebih
mencakup aspek sosial dan pertang- EPISTEMOLOGI SINERGI OPOSISI
gungjawaban… Enterprise theory men- BINER
jelaskan bahwa akuntansi harus mela- Diskusi di atas secara implicit
yani bukan saja pemilik perusahaan, menunjukkan bahwa pemilik perusahaan
tetapi juga masyarakat. dalam proprietary theory dan entity theory
Pendapat serupa juga diungkapkan merupakan pihak yang sangat penting dan
oleh Triyuwono (2000b, 24) yang mengata- sentral. Sementara enterprise theory ber-
kan bahwa: pikir lebih holistik dengan cara mengakui
Akuntansi syari’ah tidak saja sebagai “pihak lain” (the others) selain pemilik pe-
bentuk akuntabilitas (accountability) rusahaan (shareholders) sebagai pihak yang
manajemen terhadap pemilik perusahaan juga memegang peranan penting bagi ke-
(stockholders), tetapi juga sebagai senambungan hidup perusahaan.
akuntabilitas kepada stakeholders dan “Yang sentral” dan “yang lain” dalam
Tuhan. enterprise theory diakui dan akomodasi
Dengan memperhatikan beberapa dalam satu wadah. Masuknya “yang lain” ke
pendapat di atas, maka dapat dipahami “yang sentral,” dalam wacana posmodern-
bahwa konsep teoritis yang mampu mem- isme sering dikenal dengan istilah dekon-
berikan dasar dalam pembentukan prinsip struksi (deconstruction). Posmodernisme
dan teknik akuntansi yang menghasilkan sebagai anti-tesis dari modernisme tidak
bentuk akuntabilitas dan informasi yang menyepakati pola pikir oposisi biner (misal-
dibutuhkan oleh stakeholders adalah enter- nya, bentuk/substansi, salah/benar, egois-
prise theory. tik/altruistik, kompetisi/kooperasi, dan lain-
Konsep ini memang sangat dekat lainnya) yang diadopsi oleh modernisme.
dengan syari’ah. Namun, dari sudut pandang Dengan pola pikir oposisi biner ini posisi
syari’ah, ia belum mengakui adanya partisi- yang satu cenderung meniadakan atau me-
pan lain yang secara tidak langsung (indirect marjinalkan posisi yang lain, misalnya
participants) memberikan kontribusi eko- “bentuk” memarjinalkan “substansi,” atau
nomi. Artinya, konsep ini belum bisa dijadi- “kompetisi” memarjinalkan “kooperasi,”
kan sebuah justifikasi bahwa enterprise the- atau shareholders memarjinalkan manaje-

84 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 4, No. 1, Muharram 1424 H/March 2003
Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah … Iwan Triyuwono

men, pegawai, pelanggan, kreditor, pemer- Secara ideal, oposisi biner harus
intah, dan lain-lain. didudukkan secara berpasangan sebagai-
Sehubungan dengan itu, Hines (1992, mana kearifan tradisi Islam dan Tao. Arti-
328) berpendapat bahwa akuntansi modern – nya, mendudukkan sesuatu yang “bertenta-
sebagai produk dari budaya modernitas- ngan” dalam posisi yang sinergis, sebagai-
cendrung untuk memarjinalkan the negative mana ditemukan pada “penggabungan”
spaces (seperti, pauses, punctuations, rests, aliran listrik “negatif” dengan “positif.” Tanpa
breaths and silences) atau “yang lain” dari penggabung dua hal yang berbeda ini, mustahil
sebuah totalitas. Dan memang itulah budaya peradaban manusia saat ini merasakan man-
modernitas; ia sangat sarat dengan nilai-nilai faat yang luar biasa dari aliran listrik. Aliran
maskulin, dan sebaliknya memarjinalkan listrik “negatif” sama sekali tidak berman-
nilai-nilai feminin. Budaya semacam ini faat tanpa dikawinkan dengan aliran listrik
jelas akan merusak peradaban manusia itu “positif.” Demikian juga dengan nilai-nilai
sendiri dan lingkungannya. yang lain, seperti sinergi antara egoistik
Kearifan tradisi Islam telah menga- dengan altruistik, antara kuantitatif dengan
jarkan azas “berpasangan” dalam takaran kualitatif, impersonal dengan personal,
yang seimbang (QS 36:36). Kearifan tradisi obyektif dengan subyektif, dan lain-lainnya
Tao juga berpegang pada konsep berpasa- (lihat tabel di bawah ini).
ngan, yaitu Yin (feminin) dan Yang (masku-
lin). Konsep ini sebetulnya sudah sunnatul- Tabel 1
lah. Namun budaya modernitas cenderung Kualitas Nilai-nilai Maskulin (Yang)
mengabaikan nilai-nilai feminin dari segala dan Feminin (Yin).
aspek kehidupan; demikian juga di dunia
akuntansi seperti yang dikatakan Hines Yang Yin
(1992, 328) di bawah ini: Action Stillness, silence
The language of accounting is the Cause-effect Synchronicity
arch-communicators and social con- Consciousness Unconsciousness
structor of unbalanced Yang conscious- Doing Being
ness, society, and environment… it is Dry Moist
hard, dry, impersonal, objective, ex- Egoistic Altruistic
plicit, outer-focus, action-oriented, Exterior Interior
analytic, dualistic, quantitative, liner, Full Empty
rationalist, reductionist and materialist.
Hard Soft
Dengan karakter semacam ini, akun-
Impersonal Personal
tansi menjadi “keras,” “impersonal,” dan
Logic/rational Intuition
“materialis.” Karakter inilah yang sebetul-
Material Spiritual
nya dipancarkan oleh akuntansi modern
melalui accounting information. Dan, Objective Subjective
sayangnya pengguna informasi tidak sensitif Productive Receptive
terhadap kandungan nilai informasi yang Progress Integration
digunakannya, sehingga tidak aneh jika Providing Caring
keputusan-keputusan bisnis yang diambil Quantitative Qualitative
juga memiliki karakter yang sama. Karakter Sequential Simultaneous
ini semakin memperkuat realitas modernitas Standardization Proliferation
yang hidup sampai saat ini. Sumber: Hines (1992, 327; dimodifikasi)

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 4, No. 1, Muharram 1424 H/March 2003 85
Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah … Iwan Triyuwono

Akuntansi modern yang sampai saat Dengan sinergi ini diharapkan bahwa akun-
ini mendominasi praktik akuntansi memiliki tansi akan memiliki power yang lebih kuat
sifat-sifat maskulin. Dan dalam dunia mo- melalui pancaran informasi akuntansi yang
dernitas tampaknya sangat aneh bila akun- dihasilkannya untuk kemudian membentuk
tansi modern mengadopsi nilai-nilai feminin. realitas yang lebih humanis, emansipatoris,
Keanehan itu akan terlihat pada contoh yang transendental, dan teleologikal.
disajikan oleh Hines (1992, 330) berikut ini: Illustrasi di atas menghantarkan kita
…accounting practice is objectives pada suatu konsep bahwa pada dasarnya
and impersonal in the dividing up and akuntansi syari’ah secara epistemologis
distributing of parts or all of entities. mengadopsi sinergi oposisi biner. Dengan
Payments and distributions of entities epistemologi ini pula akuntansi syari’ah
are made on the basis of enforceable, dapat memformulasikan tujuan dasar lapo-
legal claims. The “economy,” which ran keuangannya.
consist of economic entities, does not Secara normatif tujuan laporan
survive and “grow,” in accounting keuangan akuntansi syari’ah dapat diformu-
terms, by nurturing and caring for peo- lasikan sebagai perpaduan antara aspek-
ple, animals and the environment, and aspek yang bersifat materialistik dan spiri-
so it would not be “rational” or “rea- tualistik; perpaduan “materi” dan “spirit.”
sonable” to make distribution based on Akuntansi modern telah memiliki si-
needs. fat materialistik, yaitu sifat maskulin yang
Sebagaimana diungkapkan di atas, berorientasi pada aspek ekonomi, pengu-
sebuah entitas bisnis – yang dibahasakan kuran-pengukuran yang eksak, kuantitatif,
dengan akuntansi – tidak dapat dikatakan dan lain sebaginya seperti yang diutarakan
survive dan tumbuh dengan memberi oleh Hines (1992, 328) di bawah ini:
“makan” dan “memelihara” “yang lain” From the viewpoint of accounting
(masyarakat yang tidak memiliki hubungan practice there is a “hard” world “out
langsung dengan perusahaan, hewan, dan there.” There is an “economy” in soci-
lingkungan alam). Akuntansi moderm, de- ety, and in that “economy” there are
ngan demikian, memang objective dan im- discrete and bounded “entities” which
personal. Karakter maskulin yang diadopsi are quantifiable, inasmuch as account-
akuntansi modern ini jelas mereduksi reali- ing practices can measure” them, in
tas yang sebenarnya. Ia menjadi sangat par- hard numbers. Measurements can be
sial. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya made of their “size” (e.g. gross assets,
yang dapat membuat akuntansi menjadi le- net assets, turnover), “health” (e.g.
bih holistik sehingga dapat merepresentasi- capital plus net worth), “growth” (e.g.
kan realitas yang kompleks secara lebih tepat. net profit…) and their “yield” (e.g.
Langkah yang dapat dilakukan adalah dividends to profit, or net assets).
dengan cara mengawinkan sifat-sifat yang Ketidak-seimbangan ini akan men-
bertentangan (oposisi biner) ke dalam satu jadikan akuntansi, akuntan, dan peng-
kesatuan. Misalnya, mengawinkan sifat gunanya menjadi keras, mekanis, dan kering
egoistik dengan altruistik, sifat materialistik dari nilai-nilai kemanusiaan yang utuh.
dengan spiritualistik, rasional dengan intuisi, Singkatnya, akan terjadi disfunctional be-
impersonal dengan personal, kuantitatif de- haviour dari manusia yang utuh, alienasi
ngan kualitatif, standarisasi dengan prolif- manusia dari fitrahnya. Semuanya ini dise-
erasi, dan lain-lainnya (lihat tabel 1). Inilah babkan karena adanya reduksi nilai yang
yang dimaksud dengan sinergi oposisi biner. dilakukan oleh akuntansi modern. Panda-

86 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 4, No. 1, Muharram 1424 H/March 2003
Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah … Iwan Triyuwono

ngan ini didukung oleh Chwastiak (1999, TUJUAN DASAR LAPORAN


438) yang mengatakan bahwa: KEUANGAN AKUNTANSI SYARI’AH
Accounting limits the concept of Dari diskusi di atas dapat kita for-
gain and loss to the financial wealth mulasikan bahwa tujuan dasar laporan
created or depleted by corporate ac- keuangan akuntansi syari’ah yang bersifat
tions. In so doing, it assists with per- “materi” adalah untuk pemberian informasi
petuating the myth that human happi- (akuntansi), sedangkan yang bersifat “spirit”
ness lies in acquiring material posses- adalah untuk akuntabilitas (cf. Baydoun and
sions. For accounting to play a trans- Willett 1994). Kedua tujuan ini mutually
forming role, its energy must be con- inclusive, tujuan yang satu tidak dapat me-
verted from a force that ensnares the niadakan yang lain; keduanya berada dalam
human mind set to the status quo to one kesatuan (unity) sebagaimana bersatunya
that engages and expands the human badan dan ruh kita. Pemberian informasi
being’s infinite possibilities. Hence seolah-olah merupakan “badan,” sedangkan
rather than positing the accumulation of akuntabilitas adalah “ruh.” “Badan” tidak
wealth as the only rational reason for akan eksis tanpa “ruh.” Demikian juga se-
engaging in economic action, account- baliknya, “ruh” tidak dapat membumi tanpa
ing could play a reformative role by “badan.”
representing value as being created by “Materi” dan “spirit” memang ber-
economic activities that respect and en- beda, tetapi keduanya tidak dapat
hance the innate merit in others and nature dipisahkan. Dalam wacana filsafat ideal-
Akuntansi memang telah melakukan isme, “spirit” dianggap lebih abadi diban-
reduksi dengan mengkonsep laba dan rugi dingkan dengan “materi.” Persisnya, menu-
pada aspek keuangan saja, atau aspek materi rut Idealisme Jerman dikatakan bahwa “the
saja. Konsep ini memperkuat persepsi ultimate reality of the universe is spiritual
manusia bahwa kebahagiaan itu adalah rather than material in nature (Burrell and
perolehan materi. Semakin banyak materi Morgan 1979, 326). Hal yang sama juga
yang diperoleh seseorang, maka semakim diungkapkan Triyuwono (2000c, 243; lihat
bahagia orang tersebut. Tetapi dalam ke- juga Dhaouadi 1993) bahwa “the spiritual
nyataannya tidak demikian, materi bukan dimension is the departing point and more
satu-satunya aspek dari kebahagian. Oleh powerful than the materialistic one in their
karena itu, akuntansi mempunyai peluang continuing dynamic interaction. However,
untuk melakukan perubahan dengan meng- they are complementary with a preferential
gunakan peran transformatifnya, yaitu de- difference.” Meskipun “spirit” lebih tinggi
ngan memasukkan “yang lain” pada yang dan lebih kuat dibanding “materi,” tetapi ia
ada di “sentral.” Dengan kata lain, perlu tidak terpisah dengan “materi.”
mengawinkan “materi” (ekonomi, uang, Kalau kita kembalikan lagi dalam
struktur, dan lain-lainnya) dengan “spirit” konteks akuntansi syari’ah, maka dapat kita
(etika, kasih sayang, dan lain-lainnya). De- katakan bahwa posisi akuntabilitas lebih
ngan demikian, tujuan dasar dari laporan substansial, atau menjadi “jiwa,” atau men-
keuangan akuntansi syari’ah adalah perpa- jadi dasar “etika,” dari (pada) pemberian
duan antara “materi” dan “spirit.” informasi. Dengan demikian, akuntabilitas
merupakan spirit (ualitas) akuntansi syari’ah.
Tanpa akuntabilitas, akuntansi syari’ah
menjadi instrumen “mati” yang mekanis
sebagaimana kita temukan pada akuntansi

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 4, No. 1, Muharram 1424 H/March 2003 87
Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah … Iwan Triyuwono

modern. Konsep akuntabilitas di sini sangat yang telah disinggung di atas. Sebagai kon-
terkait dengan tradisi dan pamahaman Islam sekuensi dari kontrak tersebut, seorang
tentang Tuhan, manusia, dan alam semesta agent harus bertanggungjawab kepada
(lihat Triyuwono 1997). masyarakat (stakeholders) dan alam (uni-
Dalam tradisi Islam, manusia adalah verse) (lihat Triyuwono dan Roekhuddin
khalifatullah fil ardh (wakil Tuhan di bumi) 2000, 157-164). Hubungan pertanggung-
(lihat QS. 2:30; 35:39) dengan misi khusus jawaban pada tingkat ini dinamakan akunta-
“menyebarkan rahmat bagi seluruh alam” bilitas horizontal (horizontal accountability).
(QS.38:26) sebagai amanah dari Tuhan. Dengan Jadi, pada dasarnya akuntansi syari’ah
misi khusus ini, manusia diberi amanah un- merupakan instrumen akuntabilitas yang
tuk mengelola bumi berdasarkan keinginan digunakan oleh manajemen kepada Tuhan
Tuhan (the will of God). Ini artinya bahwa (akuntabilitas vertikal), stakeholders, dan
manusia berkewajiban mengelola bumi ber- alam (akuntabilitas horizontal). Pemikiran ini
dasarkan pada etika syari’ah (Triyuwono mempunyai dua implikasi. Pertama, akun-
1997, 18-19), yang konsekuensinya harus tansi syari’ah harus dibangun sedemikian rupa
dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan. Ini berdasarkan nilai-nilai etika (dalam hal ini
merupakan premis utama dari akuntabilitas, adalah etika syari’ah) sehingga “bentuk”
yaitu akuntabilitas vertikal. akuntansi syari’ah (dan konsekuensinya in-
Dalam konteks akuntansi, manusia formasi akuntansi yang disajikan) menjadi
seolah-olah mengikat kontrak dengan Tuhan. lebih adil; tidak berat sebelah, sebagaimana
Dalam kontrak tersebut Tuhan sebagai (The kita temukan pada akuntansi modern yang
Ultimate Principal) menugaskan manusia un- memihak kepada para kapitalis (dan kreditor)
tuk menyebarkan rahmat/kesejahteraan (dalam dan memenangkan nilai-nilai maskulin.
bentuk ekonomi, sosial, spiritual, politik, Kedua, praktik bisnis dan akuntansi yang
dan lain-lainnya) pada manusia yang lain dilakukan manajemen juga harus berdasar-
(stakeholders) dan alam (natural environ- kan pada nilai-nilai etika syari’ah. Sehingga,
ment). Konsekuensinya, manusia memang jika dua implikasi ini benar-benar ada, maka
harus bertanggungjawab atas tugas yang akuntabilitas yang dilakukan oleh manajemen
dibebankan ini kepada Tuhan (lihat Triyu- adalah akuntabilitas yang suci. Atau dengan
wono dan Roekhuddin 2000, 157-164) ber- kata lain, manajemen menyajikan “persem-
dasarkan hukum-hukumNya - akuntabilitas bahan” yang suci kepada Tuhan, dan sebali-
vertikal (vertical accountability). knya Tuhan menerima persembahan suci ini
Namun harus diakui bahwa tugas dengan ridho. Inilah sebetulnya bentuk
manusia itu adalah tugas yang membumi. “peribadatan” yang nyata dari manusia
Tugas tersebut menyangkut penciptaan dan kepada Tuhannya (lihat QS. 51:56).
penyebaran rahmat kepada manusia yang Dari penjelasan di atas kita dapat
lain dan lingkungan alam dalam bentuk ak- memahami bahwa akuntabilitas memang
tivitas bisnis. Dalam konteks mikro dapat merupakan spirit dari bentuk akuntansi
diartikan bahwa sebuah entitas bisnis telah syari’ah sekaligus juga merupakan spirit dari
melakukan kontrak sosial (social contract) praktik bisnis dan akuntansi yang dilakukan
dengan masyarakat dan alam. Oleh karena oleh manajemen.
itu, hubungan antara seorang agent (mana- Lalu bagaimana dengan pemberian
jemen) dengan masyarakat dan alam tidak informasi? Akuntabilitas sebagai represen-
dapat dijustifikasi dengan entity theory atau tasi dari “spirit” merupakan satu sisi dari
principal-agent relationship, tetapi dengan satu uang logam akuntansi syari’ah. Sisi
konsep shari’ah enterprise theory seperti yang lain adalah pemberian informasi seba-

88 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 4, No. 1, Muharram 1424 H/March 2003
Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah … Iwan Triyuwono

gai perwujudan dari “materi.” Pemberian di dalamnya maupun pada bentuk teori dan
informasi sebetulnya merupakan konse- tujuan dasarnya (the basic objective).
kuensi logis dari adanya akuntabilitas. Dalam konteks bahasan ini, manusia
Akuntabilitas (dengan dasar nilai etika diasumsikan sebagai khalifatullah fil ardh
syari’ah) menjadi spirit yang mendasari yang membawa amanah Tuhan untuk men-
bentuk akuntansi dan informasi akuntansi. ciptakan dan menyebarkan rahmat bagi selu-
Bentuk dan informasi akuntansi dengan ruh alam. Pandangan dunia (worldview) atas
spirit etika syari’ah ini digunakan untuk manusia sebagai khalifatullah fil ardh mem-
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak bawa konsekuensi penghambaan manusia
yang berkepentingan. Karena bentuk dan terhadap Tuhan dan penghormatan manusia
informasi akuntansi tersebut berdasarkan terhadap manusia lain dan alam. Pandangan
etika syari’ah, maka keputusan-keputusan ini sangat berbeda dengan pandangan dunia
yang diambil juga akan mengandung nilai- modern yang melihat manusia sebagai “pe-
nilai syari’ah; dan konsekuensinya, realitas nguasa” alam. Pandangan dunia semacam
yang diciptakan adalah realitas yang bernu- ini membawa konsekuensi pada bentuk
ansa syari’ah. Realitas yang demikian inilah akuntansi modern yang melakukan eksploi-
yang dimaksuid dengan realitas yang ber- tasi manusia atas manusia dan eksploitasi
tauhid (lihat Triyuwono 1996, 57-58). manusia atas alam (lihan Hines 1993;
Perlu diketahui bahwa dalam Chwastiak 1999).
pemikiran ini, pemberian informasi tidak Menganggap manusia sebagai khali-
terbatas pada pemberian informasi kuantita- fatullah fil ardh membawa akuntansi dengan
tif, sebagaimana pada akuntansi modern, wajah yang lebih humanis, emansipatoris,
tetapi juga melingkupi informasi kualitatif, transendental, dan teleologikal yang ke-
baik yang bersifat ekonomi maupun yang mudian terlihat pada tujuan dasarnya, yaitu
bersifat sosial, spiritual, dan politik bisnis akuntabilitas dan pemberian informasi.
(tetap konsisten dengan epistemologi sinergi Formulasi tujuan dasar ini diderivasi dari
oposisi biner. Hal ini demikian, karena epistemologi sinergi oposisi biner, yaitu
dalam tradisi Islam, konsep kesejahteraan epistemologi bernuansa syari’ah. Dengan
(wealth) tidak saja meliputi kesejahteraan tujuan dasar semacam ini, bentuk dan infor-
ekonomi, tetapi juga kesejahteraan sosial, masi akuntansi syari’ah diharapkan dapat
spiritual, dan politik. Ini berbeda dengan mempengaruhi terciptanya realitas ke-
konsep kapitalisme yang mereduksi kese- hidupan bisnis yang sarat dengan nilai-nilai
jahteraan ke dalam bentuk kesejahteraan etika syari’ah dan dapat menghantarkan
ekonomi saja (lihat juga Hines 1992; manusia pada “kesadaran ketuhanan” (God-
Chwastiak 1999). consciousness).

PENUTUP DAFTAR PUSTAKA


Akuntansi syari’ah tidak dapat dipa- Baiman, S. 1990. Agency research in mana-
hami melalui pendekatan konvensional, gerial accounting: a second look. Ac-
karena ia merupakan instrumen bisnis yang counting, Organizations, and Society:
terkait dengan Tuhan, manusia, dan alam. 341-371.
Keterkaitannya dengan Tuhan, manusia, dan
Baydoun, N and Roger Willett. 1994. Is-
alam ini telah membedakan akuntansi
lamic accounting theory. The AAANZ
syari’ah dengan akuntansi modern secara
Annual Conference.
signifikan, baik pada nilai yang terkandung

IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 4, No. 1, Muharram 1424 H/March 2003 89
Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syari’ah … Iwan Triyuwono

Burrell, Gibson and Gareth Morgan. 1979. teoritis pada konsep akuntansi
Sociological Paradigms and Organ- syari’ah). Skripsi. Malang: Fakultas
isational Analysis: Elements of the Ekonomi - Universitas Brawijaya.
Sociology of Corporate Life. London:
Triyuwono, Iwan dan Moh. As’udi. 2001.
Heinemann.
Akuntansi Syari’ah: Memformulasi-
Chwastiak, Michele. 1999. Deconstructing kan Konsep Laba dalam Konteks
the principal-agent model: a view from Metafora Zakat. Jakarta: Salemba
the bottom. Critical Perspective on Empat.
Accounting. Vol.10. No. 4: 425-441.
Triyuwono, Iwan dan Roekhuddin. 2000.
Dhaouadi, Mahmoud. 1993. Reflections into Konsistensi praktik sistem pengen-
the spirit of the Islamic corpus oh dalian intern dan akuntabilitas pada
knowledge and the rise of the new Lazis (studi kasus di Lazis X Jakarta).
science. The American Journal of Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Islamic Social Sciences. Vol. 10. No. Vol. 3. No. 2: 151-167.
2: 153-164.
Triyuwono, Iwan. 1996. Teori akuntansi
Gambling, Trevor and Rifaat Ahmed Abdel berhadapan dengan nilai-nilai ke-
Karim. 1991. Business and Account- islaman. Jurnal Ulumul Qur’an. Vol.
ing Ethics in Islam. London: Mansell. VI. No. 5: 44-61.
Harahap, Sofyan Syafri, 1996. Akuntansi Triyuwono, Iwan. 1997. “Akuntansi Syari’ah”
Islam. Jakarta: Bumi Aksara. dan Koperasi Mencari Bentuk dalam
Metafora Amanah. Jurnal Akuntansi
Hines, D. Ruth.1992. Accounting Filling The
dan Auditing Indonesia. Vol. 1. No.
Negative Space. Accounting, Organiza-
1: 1-46.
tion, and Society 17 (3/4): 313-41.
Triyuwono, Iwan. 2000a. Organisasi dan
Hines, D. Ruth. 1992. Accounting: filling
Akuntansi Syari’ah. Yogyakarta: LKiS.
the negative space. Accounting, Or-
ganization, and Society. Vol. 17. No. Triyuwono, Iwan. 2000b. Akuntansi Syari’ah:
¾: 313-341. Implementasi Nilai keadilan dalam
Format Metafora Amanah, Jurnal
Kam, Vernon. 1990. Accounting Theory.
Akuntansi dan Auditing Indonesia,
Second edition. New York: John
Vol 4. No1: 1-34.
Wiley & Sons.
Triyuwono, Iwan. 2000c. Shari’ate account-
Mathews, MR and MHB Perera. 1993. Ac-
ing: an ethical construction of ac-
counting Theory and Development.
counting discipline. Gadjah Mada
Melbourne: Thomas Nelson Australia.
International Journal of Business.
Setiabudi, Hendry Y. 2000. Tinjauan kom- Vol. 2. No. 2:233-251.
paratif-interpretif ekuitas sebagai
Triyuwono, Iwan. 2002. Metafora amanah
konsep kepemilikan dalam akar
dan shari’ah enterprise theory seba-
epistemologi kapitalisme, sosialisme,
gai konsep dasar untuk membentuk
dan Islam. Skripsi. Malang: Fakultas
akuntansisyari’ah. Jurnal Akuntansi
Ekonomi- Universitas Brawijaya.
dan Auditing Indonesia (forthcoming).
Slamet, M. 2001. Enterprise Theory dalam
konstruksi akuntansi syari’ah (studi

90 IQTISAD Journal of Islamic Economics, Vol. 4, No. 1, Muharram 1424 H/March 2003

Anda mungkin juga menyukai