NIM : 19108040001
Secara filosofis teori akuntansi syariah (sebagai salah satu ilmu sosial profetik)
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Humanis, memberikan suatu pengertian bahawa teori akuntansi syariah bersifat manusiawi,
sesuai dengan fitrah manusia, dan dapat dipraktikkan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki
oleh manusia sebagai makhluk yang selalu berinteraksi dengan orang lain (dan alam)
secara dinamis dalam kehidupan sehari-hari.
2) Emansipatoris, mempunyai pengertian bahwa teori akuntansi syariah mampu melakukan
perubahan-perubahan yang signifikan terhadap teori dan praktik akuntansi modern yang
eksis saat ini.
3) Transendental, mempunyai makna bahwa teori akuntansi syariah melintas batas dusuplin
ilmu akuntansi itu sendiri.
4) Teleologikal, memberikan suatu dasar pemikiran bahwa akuntansi tidak sekadar
memberikan informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi, tetapi juga memiliki tujuan
transendental sebagai bentuk pertanggungjawaban manusia terhadap Tuhannya, kepada
sesama manusia, dan kepada alam semesta.
Prinsip filosofis in menjadi bagian yang sangat penting dalam konstruksi akuntansi syariah,
karena di dalamnya terkandung karakter yang unik yang tidak dapat ditemukan dalam wacana
akuntansi modern. Teori akuntansi syariah memberikan guidance tentang bagaimana
seharusnya akuntansi syariah iru dipraktikkan. Dalam bingkai faith (keimanan), teori
(knowledge) dan praktik akuntansi syariah (action) akan mampu menstimulasi terciptanya
realitas ekonomi-bisnis yang bertauhid.
3. Konsep Dasar Teori Akuntansi Syariah
Konsep dasar merupakan wujud dasar yang memengaruhi bentuk teori, cara
memandang, dan cara mempraktikkan akuntansi dalam dunia ekonomi dan bisnis. Penetapan
konsep dasar teori akuntansi syariah didasarkan pada prinsip filosofis. Sedangkan prinsip
filosofis itu sendiri secara implisit diturunkan dari konsep faith, knowledge dan action.
- Prinsip filosofis humanis menurunkan konsep dasar instrumental dan socio-economic.
a. Konsep dasar instrumental diperoleh dengan dasar pemikiran bahwa akuntansi syariah
merupakan instrumen yang dapat dipraktikkan di dalam dunia nyata. Instrumen ini
sangat sarat dengan nilai-nilai masyarakat yang membangun dan mempraktikannya.
Implikasinya adalah bahwa masyarakat yang mempraktikannya tidak merasa asing
dengan instrumen ini, bahkan mereka merasa enjoy pada saat mempraktikannya.
b. Konsep dasar socio-economic mengindikasikan bahwa teori akuntansi syariah tidak
membatasi wacana yang dimilikinya pada transaksi-transaksi ekonomi saja, tetapi juga
mencakup transaksi-transaksi sosial.
- Prinsip filosofis emansipatoris menurunkan konsep dasar critical dan justice.
a. Konsep dasar critical memberikan dasar pemikiran bahwa konstruksi teori akuntansi
syariah tidak bersifat dogmatis dan eksklusif.
b. Konsep dasar justice, aspek-aspek penting dalam akuntansi akan didudukkan secara
adil.
- Prinsip filosofis transendental menurunkan konsep dasar all-inclusive dan rational-
intuitive.
a. konsep dasar all-inclusive memberikan dasar pemikiran bahwa konstruksi teori
akuntansi syariah bersifat terbuka.
b. Konsep dasar rational-intuitive mengindikasikan bahwa secara epistemologi,
konstruksi teori akuntansi syariah memadukan kekuatan rasional dan intuisi manusia.
- Prinsip filosofis teleological menurunkan konsep dasar ethical dan holistic welfare.
a. Konsep dasar ethical merupakan konsep dasar yang dihasilkan dari konsekuensi logis
keinginan kembali ke Tuhan dalam keadaan tenang dan suci.
b. Konsep dasar holistic welfare adalah konsekuensi dari penggunaan nilai-nilai etika
Islam dalam konstruksi akuntansi syariah dengan diakuinya bahwa kesejahteraan yang
menjadi salah satu aspek akuntansi syariah tidak terbatas pada kesejahteraan materi
saja, tetapi juga kesejahteraan non materi (kesejahteraan utuh).
Sinergi Oposisi Biner :
Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syariah
Dari pembahasan diatas dapat kita formulasikan bahwa tujuan dasar laporan
keuangan akuntansi syariah yang bersifat “materi” adalah untuk pemberian informasi,
sedangkan yang bersifat “spirit” adalah untuk akuntabilitas.
“materi” dan “spirit” memang berbeda, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan.
Dalam wacana filsafat idealisme “spirit” dianggap lebih abadi dibandingkan
dengan”materi”. Meskipun “spirit” lebih tinggi dan lebih kuat dibanding “materi”,
tetapi dia tidak dapat dipisah dengan “materi”.