Anda di halaman 1dari 11

MENUJU TEORI AKUNTANSI SYARIAH BARU

Jurnal Ekonomi & Keuangan Islam


Volume 1 No. 1, Januari 2011: 61-78

REVIEW ARTIKEL
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Akuntansi Keuangan Syariah
yang dibina oleh Bapak Dr. Aji Dedi Mulawarman

Kelas : Akuntansi Keuangan Syariah CE


Kelompok 5 :
1. Bima Akbar Oktawiandra 205020300111042
2. Qisthin Afifa Fadliana 205020307111026
3. Ghina Evtin Lie Aifa 205020307111034

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
SEPTEMBER 2021
Judul MENUJU TEORI AKUNTANSI SYARIAH BARU

Jurnal Jurnal Ekonomi & Keuangan Islam

Volume & Halaman Volume 1 No. 1, 61-78

Tahun Januari 2011

Penulis 1. Aji Dedi Mulawarman


2. Iwan Triyuwono
3. Gugus Irianto
4. Unti Ludigdo

Reviewer 1. Bima Akbar Oktawiandra / 205020300111042


2. Qisthin Afifah Fadlina / 205020307111026
3. Ghina Evtin Lie Aifa / 205020307111034

Tanggal 3 September 2021

Latar Belakang Temuan-temuan empiris diperlukan untuk membuktikan


bahwa terdapat koneksitas tak terhindarkan akuntansi
normatif-teoritis sebagai aspek universal, dengan aspek
budaya, religiusitas-spiritualitas, etis dan bahkan lokal.
Aspek-aspek tersebut sangat mempengaruhi bentuk dan
“taste” akuntansi yang memiliki nilai-nilai universalitas
Islam sekaligus nilai-nilai lokal khas Indonesia.
Akuntansi syariah ber-”jiwa” universalis sekaligus lokal
tak dapat dipungkiri telah menjadi potret diferensiasi
atas akuntansi Barat yang selama ini selalu dan
“sengaja” dipaksakan sebagai bebas nilai dan dapat
digunakan dimanapun akuntansi diterapkan
(Mulawarman 2008)1.
Apabila mempercayai bahwa sistem akuntansi dan
perekonomian di Indonesia harus mandiri dan bebas
dari jebakan sosiologis dan kebudayaan Barat, maka
yang paling rasional dan mungkin adalah perubahan
dengan élan vital atau fitrah kita sendiri. Artinya,
kembali ke fitrah bukan menjadikan simbol-simbol
keislaman hanya sebagai artifisialisasi kemapanan,
sedangkan berakuntansi atau berekonomi.
Kembali ke fitrah sebagai élan kemandirian
masyarakat Islam haruslah tertata dari sumber Islam itu
sendiri, Tawhid, bukan melakukan pekerjaan tambal
sulam sumber ekonomi Barat menggunakan nilai-nilai
Islam dan bersifat ad-hoc. Perubahan menuju
kemashalatan yang lebih baik perlu menangkap
substansi makna “kembali ke kemanusiaan dan
kehambaan kita semula”, yang bebas dari
retradisionalisasi semu, tetapi dijalankan dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan. Simbol kemanusiaan seperti
itu penulis sebut sebagai Tazkiyah.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teori


akuntansi syariah baru atau New Islamic Accounting
Theory disingkat NIAT. Pengembangan NIAT
dikonstruksi dari sinergi universalitas jiwa Islam yaitu
Tawhid dan keunikan aktivitas bisnis masyarakat
Muslim. Sinergi nilai-nilai universal Islam dan
keunikan lokal adalah realitas yang tak dapat dipungkiri
terutama di Indonesia sebagai manifestasi muslim
dalam menjalankan praktik bisnisnya di mana mereka
hidup dan berinteraksi.
NIAT, merupakan proyek pengembangan sains
teknologi bernilai-nilai akhlak/moral, spiritual
transenden, inheren di dalamnya, bukan parsial atau
terpecah-pecah. Tazkiyah akuntansi harus memenuhi
tiga syarat utama, yaitu Koeksistensi, Pensucian, dan
Adaptasi Kontekstual.

Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah


metode kualitatif deskriptif. Metode penelitian yang
digunakan terbagi menjadi tiga tahap :
1. Tazkiyah Tahap Pertama: Proses Normatif
Tazkiyah di sini adalah melakukan purifikasi
konsep dasar teoritis akuntansi konvensional
untuk konstruksi konsep dasar teoritis sesuai
nilai utama Islam, yaitu Tawhid.
2. Tazkiyah Tahap Kedua: Proses Empiris
Tazkiyah Tahap Kedua adalah proses empiris
meliputi, (1) pencarian struktur di balik realitas
empiris pembentuk unsur; (2) penggalian
substansi unsur-unsur teori akuntansi syariah
secara sinkronis di lapangan pada rentang waktu
yang sama (bukan diakronis/perkembangan
antar waktu); (3) penggalian unsur-unsur teori
akuntansi syariah melalui sintesis sinkronis-
diakronis. Teknisnya, penggalian integrasi
empiris dilakukan saling silang makna dari
realitas aktivitas bisnis masyarakat Muslim saat
ini (sinkronis) maupun realitas masa lampau
seperti Sirah Rasulullah SAW (diakronis).
3. Tazkiyah Tahap Ketiga: Proses Sinergi
Normatif-Empiris Tahap ketiga adalah proses
integrasi dan titik temu nilai-nilai normatif dan
empiris menggunakan metodologi
Constructivist Structuralism yang sebelum
digunakan perlu dilakukan “ekstensi”. Proses
rekonstruksi melalui “ekstensi” CS dilakukan
melalui habitus, field dan practice. Artinya, fase
ini merupakan proses empiris untuk
membuktikan bahwa sebenarnya terdapat nilai-
nilai yang dapat dijadikan source teori akuntansi
syariah sesuai nilai mereka sendiri (habitus)
secara material-batin-spiritual.

Pembahasan ● DASAR KONSTRUKSI TEORITIS


AKUNTANSI SYARIAH
Gagasan tentang akuntansi yang lebih kultural,
menengok kepentingan lebih luas, sosial-
kemasyarakatan, area, serta paling utama lagi,
dalam kacamata akuntansi syariah, ialah
akuntabilitas pada Allah SWT., rasa rasanya
sangat menekan buat dikembangkan lebih jauh.
Melaksanakan rekonstruksi empiris lebih
sungguh-sungguh dari induknya sendiri, buat
membuka gagasan-gagasan orisinil, dari
aplikasi, lapangan, serta sikap bisnis Muslim
Indonesia sendiri bisa dibesarkan.
● TEORI AKUNTANSI SYARIAH: ANTARA
IDEALIS DAN PRAGMATIS
Akuntansi syariah pragmatis mengutamakan
menyesuaikan diri akuntansi syariah
konvensional mulai konsep dasar teoritis hingga
wujud teknologinya, disesuaikan dengan nilai-
nilai Islam. Akuntansi syariah idealis mencoba
membangun teori hingga wujud teknologinya
berdasar nilai- nilai Islam.
● PROSES REKONSTRUKSI TEORI
AKUNTANSI SYARIAH
Tazkiyah tujuan akuntansi syariah wajib
ditunjukan pada uraian Tawhid, ialah uraian
kepada si Pencipta, Allah SWT. Dari titik sentral
Tuhan, beranjak pada cinta manusia pada
Tuhan-Alam-Manusia, bersinambung pada
akuntabilitas, serta proses terakhir merupakan
pemahaman terhadap data, ialah wujud
pencatatan buat menggapai tujuan.
Nilai-nilai Islam bersumber pada Tawhid
ialah nilai yang dianut tiap Muslim dalam
keimanan serta penegasan atas Keesaan Allah.
Keimanan dilanjutkan pada kepatuhan
melaksanakan syariat selaku penyerahan diri
selaku hamba Allah(abd Allah)( QS: 51: 56;36:
61; 6: 162). Sehabis itu manusia wajib terjun
dalam hiruk pikuknya dunia sebagai
Khalifatullah fil ardh( QS. 35: 39). Untuk
melakukan koeksistensi tujuan manusia tersebut
Allah membagikan perangkat-perangkat hukum(
syariat) yang bersumber pada Angkatan
laut(AL) Quran serta As Sunnah. Manusia diberi
kebebasan memilah bentuk-bentuk muamalah
cocok kemampuan serta peluang yang
dimilikinya ( Ibad, 2003). Dengan itu pula
manusia tidak mempunyai maqashid asy-
syariah( tujuan syariah) lain kecuali
kemaslahatan dalam wujud keadilan
sosial( Masudi 1995).
● TUJUAN AKUNTANSI SYARIAH
Tujuan akuntansi syariah dengan demikian dapat
didefinisikan sebagai realisasi kecintaan kepada
Allah SWT, baik berbentuk ketundukan maupun
kreativitas, atas transaksi-transaksi, kejadian-
kejadian ekonomi serta proses produksi dalam
organisasi, yang penyampaian informasinya
bersifat material, batin maupun spiritual, sesuai
nilai-nilai Islam dan tujuan syariah.
● KONSEP DASAR TEORITIS AKUNTANSI
SYARIAH DAN KARAKTER LAPORAN
KEUANGAN
Enterprise theory tidak sepenuhnya sesuai nilai-
nilai Islam dan tujuan syariah. Oleh karena itu
enterprise theory menurut Triyuwono (2006)
perlu dilakukan modifikasi, sehingga sejalan
dengan nilai-nilai syariah, dengan mendasarkan
pada nilai-nilai keadilan, kejujuran, amanah dan
tanggungjawab. Mudahnya, enterprise theory
memerlukan internalisasi Nilai, yaitu Tawhid.
Karakter Laporan keuangan memiliki sifat
material-spiritual, egoistis-altruistis, kuantitatif-
kualitatif (Triyuwono 2006) dan ketundukan-
kreativitas (Mulawarman 2007a; 2007b).
Karakter laporan keuangan syari’ah yang
diperluas seharusnya dapat dijadikan source
pengembangan laporan keuangan syari'ah secara
teknologis.
● ELEMEN LAPORAN KEUANGAN
SYARIAH
Secara umum Trilogi Laporan Keuangan
Syariah memiliki dua belas elemen. Elemen di
sini memiliki perbedaan dengan elemen laporan
keuangan konvensional. Elemen laporan
keuangan konvensional biasanya terdiri dari
Aset, Kewajiban, Ekuitas, Investasi dari pemilik,
Pengembalian ke pemilik, Pendapatan, Biaya,
Untung, Rugi dan Laba (Suwardjono 2003, 68).
Elemen laporan keuangan syariah
memiliki elemen khas, karena berdasarkan hasil
penelusuran empiris elemen-elemen tersebut
merupakan bagian utama Trilogi Laporan
Keuangan Syariah. Berikut Elemen Trilogi
Laporan Keuangan Syariah:
A. Elemen Laporan Arus Kas Syariah
1. Transaksi Operasi Syariah
2. Transaksi Investasi Syariah
3. Transaksi Pendanaan Syari'ah
4. Transaksi Barakah
B. Elemen Laporan Nilai Tambah Syariah
1. Penciptaan Nilai Tambah Syariah
2. Tazkiyah Nilai Tambah Syariah
3. Distribusi Nilai Tambah Syariah
C. Elemen Neraca Syariah
1. Aset Syariah
2. Kewajiban Syari'ah
3. Ekuitas Syariah
D. Elemen Umum
1. Revaluasi Syariah
2. Perubahan Modal Berjalan Syariah

Kesimpulan Kesimpulan dari artikel jurnal ini adalah dalam


penelitian ini menghasilkan Teori Akuntansi Syariah
Baru yaitu New Islamic Accounting Theory (NIAT). Di
dalam artikel jurnal ini juga dijelaskan bahwa konsep
dasar dari Akuntansi Syariah adalah enterprise theory.
Namun, enterprise theory tidak semuanya sesuai
dengan syariat islam. Oleh karena itu, perlu adanya lagi
modifikasi untuk menyesuaikannya dengan syariat
islam. Hal tersebut menjawab pertanyaan yang ada pada
pendahuluan bahwa ada sistem akuntansi syariah yang
baru dan disesuaikan dengan realitas kita, tetapi tidak
menjawab pertanyaan apakah masyarakat Indonesia
tidak dapat mengakomodasi akuntansi dengan tetap
melakukan penyesuaian sesuai realitas masyarakat
Indonesia.

Kelebihan 1. Kelebihan artikel jurnal ini menggunakan


bahasa sederhana sehingga mudah dipahami
oleh pembaca.
2. Dalam hal isi kelebihan dari artikel jurnal yaitu
membahas tentang teori teori akuntansi syariah
yang sangat relevan dan dapat diandalkan.
3. Pada artikel jurnal ini pembahasan dibuat secara
singkat dan padat sehingga pemahaman kepada
jurnal ini akan lebih berbobot dan mudah.
4. Penulisan jurnal ini teratur dan sesuai dengan
kaidah penulisan jurnal .
5. Menyertakan daftar pustaka.

Kekurangan 1. Ada istilah yang tidak dijelaskan maknanya


sehingga sedikit sulit untuk dipahami pembaca
seperti ad-hoc, doxa akuntansi, binary
opposition, sirah,
2. Adanya keluputan penggunaan tanda baca
sebelum konjungsi koordinatif.
- Hal. 64 paragraf 2, Teori Akuntansi
Syariah: Antara Idealis dan Pragmatis
- Hal. 67 paragraf 3, Konsep Dasar
Teoritis Akuntansi Syari’ah dan
Karakter Laporan Keuangan
- Hal. 67 paragraf 1, Mengembangkan
Tujuan Laporan Keuangan Syari’ah dari
Realitas Lokal
3. Adanya ketidakjelasan dalam karakter huruf
sehingga membuat pembaca bingung untuk
memahaminya.
- Hal.65 paragraf 2, Tazkiyah Tahap
Ketiga
- Hal.66 paragraf 2, Proses Rekonstruksi
Teori Akuntansi Syariah
4. Adanya tidak konsistensi dalam penulisan
syariah, ada yang ditulis syariah dan syari’ah.
5. Tidak adanya penjelasan atau jawaban dari
pertanyaan pada pendahuluan yaitu “Apakah
masyarakat Indonesia tidak dapat
mengakomodasi akuntansi dengan tetap
melakukan penyesuaian sesuai realitas
masyarakat Indonesia?”
6. Korelasi antara Judul Artikel Jurnal dengan
penjelasan yang sudah dicantumkan sedikit
kurang berkorelasi karena dipandang dari Judul
seharusnya menjelaskan suatu keadaan dimana
kita dihadapi dengan situasi yang mengharuskan
untuk menuju ke Akuntansi Syariah Baru.
Namun, dari penjelasan yang ada lebih ke arah
penjelasan Metode Akuntansi Syariah yang
dimodifikasi kembali agar sejalan dengan
Syariat Islam.

Anda mungkin juga menyukai