samadan karena itu pula " etika bisnis " bisa berbeda artinya. Suatu uraian sistematis tentang etika bisnis sebaiknya dimulai dengan menyelidiki dan menjernihkan cara kata seperti " etika " dan " etis " dipakai. Perlu diakui, ada beberapa kemungkinan yang tidak seratus persen sama untuk menjalankan penyelidikan ini. Cara yang kami piih untuk menganalisis arti - arti " etika " adalah membedakan antara " etika sebagai praksis " dan " etika sebagai refleksi ". Etika sebagai praksis berarti : Nilai - nilai dan norma - norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan, walaupun seharusnya dipraktekan. Dapat dikatakan juga, etika sebagai praksis adalah apa yang dilakukan sejauh seuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral. Sedangkan etika sebagai refleksi adalah : pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi kita berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai obyeknya. Tetapi etika sebagai refleksi bisa mencapai taraf ilmiah juga. Hal itu terjadi, bila refleksi dijalankan dengan kritis, metodis, dan sistematis, karena tiga ciri inilah membuat pemikiran mencapai taraf ilmiah. Pemikiran ilmiah selalu bersifat kritis, artinya tahu membedakan antara yang tahan uji dan yang tidak tahan uji, antara yang mempunyai dasar kukuh dan yang mempunyai dasar lemah. Pemikiran ilmiah bersifat metodis pula, artinya tidak semrawut tetapi berjalan secara teratur dengan mengikuti satu demi satu segala tahap yang telah direncanakan sebelumnya. Akhirnya, pemikiran ilmiah bersifat sistematis, artinya tidak membatasi diri pada salah satu sisi saja tetapi menyoroti suatu bidang sebagai secara keseluruhan, secara komprehensif. Teori etika merupakan suatu tema yang tidak mudah dan tentu tidak mungkin menguraikan di sini segala seluk - beluknya. Namun demikian, pembahasan teori etika tidak boleh dilewati juga. Etika bisnis adalah penerapan prinsip - prinsip etika yang umum pada suatu wilayah perilaku manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis. Prinsip - prinsip etika tidak berdiri sendir, tetapi tercantum dalam suatu kerangka pemikiran sistematis yang kita sebut " teori ".
Teori-teori dalam etika bisnis : Utilitarisme,menurut teori ini semua kegiatan adalah baik jika membawa manfaat yang menyangkut keseluruhan. Deontology,melepaskan sama sekali moralitas dari konsekkuensi perbuatan. Teori hak,pendekatan yang dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Teori keutamaan,memandang sikap atau akhlak seseorang.
Keadilan merupakan suatutopik penting salam etika. Secara khusus keadilan itu penting dalam konteks ekonomi dan bisnis, karena tidak pernah sebatas perasaan atau sikap batin saja tetapi menyangkut kepentingan atau barang yang dimiliki atau di tuntut oleh berbagai pihak. Ada tiga ciri khas yang selalu menandai keadilan : keadilan tertuju pada orang lain, keadilah harug ditegakkan, dan keadilan menurut persamaan. Tiga unsur hakiki yang terkandung dalam pengertian keadilan ini perlu dijelaskan lebih lanjut. Pertama, keadilan selalu tertuju pada orang lain atau keadilan selalu di tandai other directedness ( J. Finnis ). Mustahillah saya berlaku adil terhadap diri saya sendiri. Kalau orang berbicara tentang keadilan atau ketidakadilan terhadap dirinya sendiri, ia hanya menggunakan kata itu dalam arti kiasan, bukan dalam arti yang sesungguhnya. Kedua, keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan. Jadi, keadilan tidak diharapkan saja atau di anjurkan saja. Keadilan mengikat kita, sehingga kita mempunyai kewajiban. Ciri kedua ini disebabkan karena keadilan selalu berkaitan dengan hak yang harus dipenuhi. Kalau ciri pertama tadi menyatakan bahwa dalam konteks keadilan kita selalu berurusan dengan orang lain, maka ciri kedua menekankan bahwa dalam konteks keadilan kita harus selalu berurusan dengan hak orang lain Ketiga, keadilan menuntut persamaan ( equality ). Atas dasar keadilan, kita harus memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, tanpa kecuali. Bab ini melanjutkan pembicaraan dalam bab sebelumnya tentang keadilan. Masalah keadilan muncul antara lain dalam kaitan dengan milik. Tentang itu Liberalisme dan Sosialisme mempunyai pandangan yang sangat berbeda. Liberalisme menekankan milik pribadi sebagai salah satu hak manusia yang terpenting. Sosialisme berpendapat bahwa milik tidak boleh dibatasi pada kepentingan individu saja, melainkan mempunyai fungsi sosial. Terdapat beberapa tinjauan historis mengenai Liberalisme dan Sosialisme sebagai perjuangan moral : 1. John Locke dan milik pribadi John Locke ( 1632 - 1704 ), menurutnya manusia mempunyai tiga " hak kodrat " ( natural rights ) : " Life , freedom, and property." Yang paling penting adalah hak atas milik karena kehidupan dan kebebasan kita miliki juga. Jadi, hak atas milik menyediakan pola untuk memahami kedua hak lain juga. Argumentasinya mempengaruhi secara mendalam pemikiran tentang milik di kemudian hari. Pemikirannya ini diuraikan dalam buku Two Treatises of Government ( 1690 ) 2. Adam Smith dan pasar bebas Adam Smith ( 1723 - 1790 ), Menurutnya pasar bebas adalah motivasi untuk mengambil bagian dalam kegiatan tukar menukar adalah kepentingan pribadi. 3. Marxisme dan kritiknya atas milik pribadi
Marxisme menolak kepemilikan pribadi atas kapital atau modal, sebab yang memilik kapital dengan sendirinya memiliki juga sarana - sarana produksi Liberalisme adalah Tekanan pada kebebasan individual. Sosialisme adalah Manusia sebagai makhluk sosial. Liberalisme dan Sosialisme dirumuskan sebagai berikut : " Liberalisme menempatkan individu diatas masyarakat, sedangkan sosialisme menempatkan masyarakat di atas individu. Kekuatan liberalisme adalah bahwa milik pribadi diakui sebagai cara penting untuk mewujudkan kebebasan pribadi. Kelebihan liberalisme kurang memperhatikan nasib kaum miskin dan dalam masyarakat berindustri. Kekuatan sosialisme menemukan dimensi transindividual dari milik. Kelemahan sosialisme adalah Ekonomi yang di rencanakan dengan ketat dari atas ternyata tidak bisa berhasil." Pentingnya etika tampak dari 2 segi : Pertama, dari segi keadilan sosial, supaya kepada semua peserta dalam kompetisi di pasar diberikan kesempatan yang sama Kedua, Dalam konteks pasar bebas etika sangat dibutuhkan sebagai jaminan agar kompetisi berjalan dengan baik dari sudut moral.
4. Manfaat bagi stakeholders Yang dimaksudkan dengan stakeholders adalah semua pihak yang berkepentingan dengan kegiatan bisnis atau perusahaan. Paham stakeholders ini membuka perspektif baru untuk mendekati masalah tujuan perusahaan. Bisa dikatakan bahwa tujuan perusahaan adalah manfaat semua stakeholders
menjamin kesehatan dan keselamatan kerja. Dua masalah khusus, di antara banyak masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, dua persoalan yaitu pertama, pekerja berhak menolak tugas-tugas berbahaya. Dan kedua, risiko untuk keturuna si pekerja risiko reproduktif. c. Kewajiban membagi gaji yang adil. Menurut keadilan distributif, gaji atau upah merupakan kasus jelas yang menuntut pelaksanaan keadilan. Enam faktor khusus, (peraturan hukum, upah yang lazim dalam sektor industri tertentu, kemampuan perusahaan, sifat khusus perusahaan tertentu, perbandingan dengan upah/gaji lain dalam perusahaan, perundingan upah/gaji yang fair). Senioritas dan imbalan rahasia, senioritas adalah sebagai kriteria untuk menentukan gaji. Maksudnya orang yang bekerja lebih lama pada suatu perusahaan atau instansi mendapat gaji lebih tinggi d. Perusahaan tidak boleh memberhentikan karyawan sewena-wena, Majikan hanya boleh memberhentikan karena alasan yang tepat Majikan harus berpegang pada prosedur yang semestinya Majikan harus membatasi akibat negatif bagi karyawan sampai seminimal mungkin.
f. Hak Konsumen atas Pendidikan Konsumen mempunyai hak ia harus juga menyadari haknya. Karena itu konsumen mempunyai hak juga untuk secara positif di didik. 2. Tanggung jawab bisnis untuk menyediakan produk yang aman. a. Teori kontrak Menurut pandangan ini hubungan antara produsen dan konsumen sebaiknya dilihat sebagai semacam kontrak dan kewajiban produsen terhadap konsumen didasarkan atas kontrak itu. b. Teori perhatian semestinya Kita harus selalu memperlakukan orang lain sebagai tujuan pada dirinya dan tidak boleh memperlakukan dia sebagai sarana belaka. Karena itu orang mempunyai hak untuk positif untuk dibantu c. Teori biaya sosial Menegaskan bahwa produsen bertanggung jawab atas semua kekurangan produk dan setiap kerugian yang di alami konsumen dalam memakai produk tersebut. 3. Tanggung jawab bisnis lainnya terhadap konsumen a. Kualitas produk Produk yang berkualitas dimaksudkan bahwa produk sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh produsen dan apa yang diharapkan oleh konsumen. b. Harga Harga merupakan buah hasil perhitungan faktor-faktor seperti biaya produksi, biaya investasi, promosi, pajak, ditambah tentu laba yang wajar. Harga yang adil dihasilkan oleh tawar-menawar sebagaimana dilakukan di pasar tradisional. c. Pengemasan dan pemberian label. Pengemasan produk dan label yang ditempelkan pada produk merupakan aspek bisnis yang semakin penting.
bernuansa dalam menghadapi aspek-aspek etis dari periklanan. 2. Periklanan dan kebenaran Pada umumnya periklanan tidak mempunyai reportasi baik sebagai pelindung atau pejuang kebenaran. sebaliknya, kerapkali iklan terkesan suka membohongi, menyesatkan , dan bahkan menipu publik. Periklanan hampir apriori disamakan dengan tidak bisa di percaya. Unsur informasi selalu harus benar, karena informasi selalu di berikan agar orang percaya. Masalah kebenaran dalam periklanan tidak bisa di pecahkan dengan cara hitam putih. banyak tergantung pada situasi konkrit dan kesediaan publik untuk menerimanya atau tidak. 3. Manipulasi dengan periklanan Masalah manipulasi terutama berkaitan dengan segi persuasif dari iklan. Dengan manipulasi kita maksudkan : mempengaruhi kemauan orang lain sedemikaian rupa, sehingga ia menghendaki atau menginginkan sesuatu sebenarnya tidak dipilih oleh orang itu sendri. 4. Pengontrolan terhadap iklan Dikatakan bahwa pengontrolan harus di jalankan dengan 3 cara : a. Konrol oleh pemerintah, suatu tugas penting bagi pemerintah yang harus melindungi masyarakat konsumen terhadap keganasan periklanan. b. Kontrol oleh para periklan , menanggulani masalah etis tentang periklan dengan menyusun sebuah kode etik. Sejumlah norma dan pedoman yang di setujui olleh profesi periklanan, khususnya oleh asosiasi biro-biro periklanan. c. Kontrol oleh masyarakat, masyarakat luas tentu harus diikutsertakan dalam mengawasi mutu etis periklanan. 5. Penilaian etis terhadap iklan. Prinsip-prinsip etis yang penting dalam konteks periklanan sudah dipelajari sebelumnya. a. Maksud si pengiklan, b. Isi iklan, isi iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur yang menyesatkan. c. Keadaan publik yang tertuju, yang di mengerti di sini dengan publik adalah orang dewasa yang normal dan mempunyai informasi cukup tentang produk atau jasa yang diiklankan. d. Kebiasaan di bidang periklanan, periklanan selalu di praktekkan dalam rangka tradisi. Dalam tradisi itu orang sudah biasa dengan cara tertentu disajikannya iklan. Tanggung Jawab Sosial Perusahaaan 1. Tanggung jawab legal dan tanggung jawab moral perusahaan Kalau ditanyakan apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab legal, jawabannya tidak bisa diragukan. Dengan jelas sekali perusahaan mempunyai tanggung jawab legal, karena sebagai badan hukum ia memiliki status legal. Karena merupakan badan hukum, perusahaan mempunyai banyak hak dan kewajiban legal yang dimiliki juga oleh manusia perorangan dewasa, seperti menuntut di pengadilan, dituntut di pengadilan, mempunyai milik, mengadakan kontrak, dan lain - lain. Hakim Agung Amerika, Marshall, pada 1819 : " Suatu korporasi adalah suatu makhluk buatan, tidak kelihatan, tidak berwujud, dan hanya berada di mata hukum. Karena semata - mata merupakan ciptaan hukum, ia hanya memiliki ciri - ciri yang oleh akte pendiriannya diberikan kepadanya. "
Diantara para ahli etika bisnis terutama Peter French yang dengan gigih membela status moral perusahaan, mulai dalam sebuah artikel dari 1979, kemudian dilanjutkan dalam beberapa buku. Dengan tegas ia merumuskan pendapatnya : " corporations can be full - fledged moral persons and have whatever privileges, rights and duties as are, in the normal course of affairs, accorded to moral persons ". 2. Pandangan Milton Friedman tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Yang dimaksudkan di sini dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab moral perusahaan tentu bisa di arahkan kepada banyak hal : kepada dirinya sendiri, kepada karyawan, kepada perusahaan lain, dan seterusnya. Jika kita berbicara tentang tanggung jawab sosial, yang disoroti adalah tanggung jawab moral terhadap masyarakat di mana perusahaan menjalankan kegiatannya, entah masyarakat dalam arti sempit seperti lingkungan di sekitar masyarakat luas. 3. Tanggung Jawab Ekonomis dan Tanggung Jawab Sosial Bisnis selalu memiliki dua tanggung jawab ini : Tanggung Jawab Ekonomis dan Tanggung Jawab Sosial. Dua tanggung jawab ini tidak dapat dipisahkan. Sering terjadi, sebuah perusahaan negara merugi bertahun - tahun lamanya, tetapi kegiatannya di biarkan berlangsung terus, karena suatu alasan non ekonomis, misalnya karena perusahaan itu dinilai penting untuk kesempatan kerja di suatu daerah. Tanggung jawab ekonomis mempunyai aspek sosial yang penting dan mungkin aspek terutama yang di garis bawahi oleh Friedmen. Sedangkan tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab terhadap masyarakat diluar tanggung jawab ekonomis.