TINGKAT KEMAMPUAN : 2
I. Definisi
Gagal hati fulminan adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan oleh nekrosis
sel hati yang luas, diikuti kegagalan fungsi hati secara mendadak, yang ditandai
dengan ensefalopati yang timbul dalam waktu kurang dari 8 minggu setelah gejala
pertama penyakit hati.
II. Etiologi
Gagal hati fulminan paling sering merupakan komplikasi hepatitis virus
(A,B,D,E, mungkin C dan lain-lain). Risiko tinggi gagal hati fulminan yang
tidakbiasa terjadi pada orang muda yang menderita infeksi campuran dengan
hepatitis virus B (HBV) dan hepatitis D.Mutasi pada daerah precore DNA
hepatitis virus B dihubungkan dengan hepatitis berat dan fulminan. Hepatitis B
juga menyebabkan beberapa kasus gagal hati fulminan yang tanpa petanda
serologis infeksi HBV tetapi dengan DNA HBV yang ditemukan dalam hati.
Hepatitis C dan E jarang menyebabkan gagal hati fulminan di Amerika Serikat.
Hepatitis fulminan non A non B merupakan penyebab yang paling sering dari
gagal hati fulminan pada anak. Penyakit ini biasanya terjadi sporadis dan tanpa
faktor risiko parenteral hepatitis B atau C. infeksi virus Epstein Barr, herpes
simpleks, adenovirus, enterovirus, sitomegalovirus dan varisela zoster bisa
menyebabkan gagal hati fulminan.
Berbagai obat dan bahan kimia hepatotoksik juga dapat menyebabkan
gagal hati fuminan. Seperti karbon tetra klorida, jamur Ammanita phalloides, atau
dosis asetaminofen yang berlebihan. Kerusakan idiosinkrasi bisa pasca pemakaian
obat-obat seperti halotan atau natrium valproat. Iskemia dan hipoksia akibat
oklusi vaskuler hepatik, gagal jantung kongestif, penyakit jantung bawaan
sianotik atau syok sirkulasi bisa menyebabkan gagal hati.
Gangguan metabolik yang berhubungan dengan gagal hati adalah penyakit
Wilson, perlemakan hati akut kehamilan, galaktosemia, tirosinemia herediter,
intoleransi fruktosa herediter, penyakit penyimpanan besi neonatus, defek pada β-
oksidasi asam lemak, dan defisiensi pengangkutan elektron mitokondria, 20-40%
kasus kegagalan hati tingkat berat (fulminan) diakibatkan karena obat.Sekitar 75%
reaksi idiosinkrasi obat mengakibatkan perlunya transplantasi hati atau parahnya
dapat menimbulkan kematian.Gangguan fungsi hati akibat obat adalah salah satu
alasan untuk menghentikan obat yang sudah diberikan.Para dokter harus waspada
dalam mengidentifi kasi gangguan fungsi hati akibat obat, karena deteksi dini
dapat menurunkan tingkat keparahan jika obat tersebut dihentikan secepatnya.
III. Klasifikasi
Ada dua tipe gagal hati, yaitu gagal hati akut dan gagal hati kronis.
Gagal hati akut terjadi secara tiba-tiba. Kasus gagal hati akut cukup cepat,
yakni dalam hitungan minggu, hari, bahkan jam. Kejadian gagal hati akut
seringkali tidak disertai dengan gejala apa pun. Penyebab gagal hati akut
biasanya dikarenakan keracunan atau overdosis obat-obatan tertentu.
Gagal hati kronis berkembang lebih lambat daripada gagal hati akut. Kasus
ini lebih sering terjadi. Kejadian gagal hati kronis membutuhkan waktu
bulanan hingga tahunan. Ciri-ciri gagal hati kronis dialami secara jelas
oleh penderitanya. Penyakit hati yang biasanya menjadi pendahulu gagal
hati kronis adalah sirosis hati karena konsumsi alkohol kelas berat. Pada
kondisi sirosis, organ hati mengalami peradangan. Peradangan tersebut
menyebabkan pembentukan jaringan parut seiring waktu yang berujung
pada gagal hati.
IV. Patofisiologi
Gagal hati kronis mengalami beberapa tahapan, yaitu peradangan, fibrosis, sirosis,
penyakit hati stadium akhir, dan kanker hati.
1. Peradangan
Peradangan hati membuat organ hati bengkak. Pada tahap ini, gejala
gagal hati belum terasa.
2. Fibrosis
3. Sirosis
5. Kanker hati
Penderita kanker hati memiliki kondisi hati yang sangat buruk dari sisi
fungsional maupun bentuknya. Pada tahap ini, ciri-ciri gagal hati
semakin jelas, seperti mata kuning, kulit kuning, dan penurunan berat
badan
V. Diagnosis
Ada beberapa tindakan yang mungkin dilakukan oleh dokter guna menegakkan
diagnosis gagal hati. Inilah beberapa diagnosis untuk mendeteksi gagal hati:
1. Riwayat kesehatan – mengumpulkan data riwayat keluarga dan
kesehatan pasien
2. Pemeriksaan fisik – menanyakan gejala gagal hati yang dialami
pasien dan diperjelas dengan pengamatan fisik
3. Tes darah hati – untuk menilai kadar zat tertentu sebagai indikator
fungsi hati
4. Tes darah lainnya – untuk mendeteksi virus atau kelainan genetik
5. Tes pencitraan – bisa dengan USG, CT scan, atau MRI yang
bertujuan untuk melihat kondisi hati secara visual
6. Biopsi – pengambilan sampel jaringan untuk diteliti
VI. Tatalaksana
Pengobatan Non Spesifik
Tujuan penatalaksanaan adalah terapi kerusakan hati primer dan
mencegah kerusakan sekunder.Suatu penyelidikan etiologi yang ekstensif
diperlukan untuk menentukan apakah ada indikasi untuk suatu terapi
khusus.Kerusakan primer yang berhubungan langsung kepada gagalhati seperti
koma, hipoglikemi, dan koagulapati. Kerusakan sekunder adalah edema
pulmonal,edema otak, syok, insufisiensi ginjal, infeksi, pankreatitis dan kematian
Jalan Napas dan Pernapasan
Hipoksia umum terjadi dan biasanya disebabkan edema pulmonal. Semua
pasien harus dipantau denga pulseoksimetri. Oksigen bisa merupakan terapi
tunggal yang diperlukan. beberapa pasien mendapat keuntungan dari continous
positive airway pressure atau positive end – expiratory pressure, tetapi hal ini
dapat meningkatkan tekanan vena hepatik dan dapatmeningkatkan iskemia sel
hati; karena itu harus digunakan dengan hati-hati, dan yangdirekomendasikan
adalah dengan tekanan rendah, ventilasi mekanik harus digunakan ketika terjadi
hyperkapnia atu hipoksia.
Intubasi dini dan ventilasi mekanik direkomendasikan untuk pasien
tadium III atau IV untuk memberikan oksigen yang adekuat dan mencegah
aspirasi. Jika hipokapnia diindikasikan untuk terapi hipertensi intrakranial,
tekanan karbon dioksida alveolar (PaCO2) harus dipertahankandiantara 25 dan
35 mmHg dengan PH < 7,50.
Terapi Penyelamatan
Transplantasi hati adalah satu-satunya prosedur penyelamatan jiwa pada
kasusyang sangat berat dan hal ini harus dipertimbangan bila ada faktor-faktor
resiko berikut : gagal hati fulminan tanpa perbaikan setelah terapi medis yang
lengkap, ensefalopati hati stadium II atau III, perdarahan saluran cerna menetap,
asidosis menetap, gagal ginjal progresif, kadar faktor V <20 % - 25% atau waktu
prothrombin > 50 detik .
Tetapi kontraindikasi pada koma starium IV karena ratio kematian dan gejala sisa
neurologik yang berat sangat tinggi pada pasien yang bertahan hidup.Sepsis juga
merupakan kontra-indikasi. Tetapi sindrom hepatorenal bukan merupakan kontra
indikasi karena fungsi ginjal akan membaik jika transplantasi berhasil.
Terapi Farmakologis
Obat-obatan yang digunakan di terapi ini menggunakan aminoglikosida,
antiamuba, antimalaria, antivirus, diuretik, kolagogum, koletitolitik dan hepatik
protektor dan multivitamin dengan mineral.
Aminoglikosida
Terapi ini diberikan selama tiga kali sehari secara teratur selama
tujuh hari atau sesuai petunjuk dokter. Biasanya untuk kasus
penyakit hati yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Antibiotik
biasanya bekerja dalam mencegah ketidakaktifan obat yang
disebabkan oleh enzim yang dihasilkan bakteri.
Antiamuba
Terapi ini meminimalisir resiko terjadnya abses hati karena amuba.
Menggunakan dehydroemetine, diiodohydroxyquinoline, diloxanide
furoate, emetine, dan sejenisnya.
Antimalaria
Obat antimalaria contohnya klorokuin. Obat ini digunakan untuk
mengobati amubiasis.
Antivirus
Lamivudine adalah obat antivirus yang efektif untuk penderita
hepatitis B. Virus hepatitis B membawa informasi genetik DNA.
ARV yang tersedia gratis adalah Duviral (Zidovudine + Lamivudine)
dan Neviral (Nevirapine). Neviraldapat mengganggu faal hati.
Koinfeksi dengan hepatitis C memerlukan penatalaksanaan yang
lebih khusus dan komprehensif. Peginterferon dan Ribavirin dalam
kombinasi dengan Interferon selain bermanfaat mengatasi hepatitis C
juga untuk hepatitis D. Ada juga obat-obatan yang merupakan
kombinasi imunologi dan antivirus yang tampaknya dapat menekan
kadar virus hepatitis C dalam darah secara lebih efektif dari pada
terapi ulang dengan interferon saja
Diuretik
Obat diuretik lain yang digunakan dalam penyakit hati selain
spironolakton adalah furosemid yang efektif untuk
pasien yang gagal memberikan tanggapan terhadap Spironolactone.
Namun demikian, jangan gunakan obat ini pada kasus hepatitis akut
atau kelainan hati yang sangat toksis.
Multivitamin dengan mineral
Vitamin terdiri dari vitamin A, D, E dan K atau yang larut dalam air
(water-soluble) seperti vitamin C dan B-kompleks. Tetapi
penggunaan vitamin yang larut lemak ini untuk jangka panjang dan
dengan dosis berlebihan dapat menyebabkan pembengkakan hati
VII. Prognosis
Kematian biasanya disebabkan oleh edema serebal, perdarahan, infeksi
nosokomial,insufisiensi ginjal, atau masalah metabolik primer. Koma stadium IV,
peningkatan serum bilirubin berhubungan dengan penurunan kadar SGOT dan
SGPT, asidosis laktat, kadar faktor V < 25%,waktu prothrombin memanjang yang
tidak ada respon pada pemberian Vit K, dan sindromahepatorenal adalah petanda
penting dari keluaran yang buruk.
Ratio kematian > 80% pada penderita koma stadium IV, dan > 40% anak
dengan gagal hati fulminan akan meninggal,transplantansi hati harus dipikirkan
pada kasus-kasus ini. Sebaliknya suatu peningkatan kadar α-7 fetoprotein
mengarah pada regenerasi sel hati. Penurunan kadar bilirubin dan
transaminase,memendeknya waktu prothrombin mengarah pada prognosis yang
baik.