Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

TRANSPORTASI SEDIMEN
“Ruang Lingkup Permasalahan Transportasi sedimen”

OLEH

ASKUB FERMADI
214-201-015
KELAS A

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM


STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAKIDENDE
2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala kebesaran dan
limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
transportasi sedimen ini yang berjudul “Ruang Lingkup Permasalahan Transportasi sedimen”.

Dalam penyusunan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan kami semata-mata, namun
karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak terkait.

Sehubungan dengan hal tersebut, perlukiranya penulis dengan ketulusan hati


mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Transportasi Sedimen Bapak
Haydir,ST.,M.Pw yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari pengetahuan dan pengalaman kami
masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaat.

Unaaha, Januari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………. i

Daftar Isi………………………...…………………………………………………………....ii

BAB I Pendahuluan………………...………………………………………..………………..1

1.1 Latar Belakang……………………………………..……………………………….1

1.2 Tujuan…………………………………………….…..………..………..…………..1

BAB II Pembahasan…………………………………………………………………………..2

2.1 Pengertian Sedimen dan Sedimentasi ………………….………………………....2

2.2 Ruang Lingkup Permasalahan Transportasi Sedimen ……..……………………...3

2.3 Permasalahan Sedimentasi Pantai …………………………….…………………...3

2.4 Permasalahan Sedimentasi Waduk…………………………………………………8

2.5 Permasalahan Sedimentasi Sungai………………………………………………..10

2.6 Permasalahan Sedimentasi Alur Pelabuhan………………………………………12

BAB III Penutup……………………………………………………………………………...14

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………….….14

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………...…15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sedimentasi dapat didefinisikan sebagai pengangkutan, melayangnya (4uspense) atau


mengendapnya material fragmentasi oleh air. Sedimentasi merupakan akibat adanya erosi,
dan memberi banyak dampak di sungai, saluran, waduk, bendungan atau pintu-pintu air, dan
di sepanjang sungai.

Sedimentasi merupakan proses terakhir dalam aktivitas tenaga eksogen yang meliputi
pelapukan, erosi, dan masswasting. Proses ini dapat terjadi di daratan, danau, sekitar sungai
ataupun dipantai. Pengendapan batuan atau tanah terjadi jika zat yang mengangkatnya
mengalami penurunan kecepatan gerak atau bahkan berhenti sama sekali.

1.2. TUJUAN

Ada beberapa tujuan yang akan dicapai, yaitu:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sedimen dan sedimentasi.

2. Mengetahui ruang lingkup permasalahan transportasi sedimen

3. Mengetahui permasalahan sedimentasi pantai

4. Mengetahui Permasalahan sedimentasi waduk

5. Mengetahui Permasalahan sedimentasi sunagi

6. Mengetahui Permasalahan sedimentasi alur pelabuhan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SEDIMEN DAN SEDIMENTASI

Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis
erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap dibagian bawah kaki bukit, di daerah
genangan banjir, di saluran air, sungai, dan waduk. Hasil sedimen (sediment yield) adalah
besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur
pada periode waktu dan tempat tertentu. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran
sedimen terlarut dalam sungai (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di
dalam waduk, dengan kata lain bahwa sedimen merupakan pecahan, mineral, atau material
5ngina5 yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, 5ngina,
es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapkan dari material yang
melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia (Asdak, 2007).

Sedangkan sedimentasi sendiri merupakan suatu proses pengendapan material yang


ditranspor oleh media air, 5ngina, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di
mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut
oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai
adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh 5ngina. Proses tersebut terjadi
terus menerus, seperti batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh
tenaga air, 5ngina, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa
batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih
rendah. Hembusan 5ngina juga 5ngi mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang
lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. Pengendapan
material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau 5ngina tadi membuat terjadinya
sedimentasi (Soemarto, 1995).
2.2 RUANG LINGKUP PERMASALAHAN TRANSPORTASI SEDIMEN

Ada beberapa ruang lingkup permasalahn transportasi sedimen yaitu:

1. Permasalahan sedimentasi pantai

2. Permasalahan sedimentasi waduk

3. Permasalahan sedimentasi sungai

4. Permasalahan sedimentasi alur pelabuhan.

2.3 PERMASALAHAN SEDIMENTASI PANTAI

Pada daerah pantai yang memiliki karakteristik sedimen pasir halus, proses
sedimentasi dipengaruhi oleh aktivitas oseanografi berupa arus, gelombang dan pasang surut
(Putra, 2010). Perpindahan sedimen pantai dapat diakibatkan oleh arus sungai, gelombang,
arus pasang surut, angin dan penambangan pasir di sekitar pantai. Sedimen yang berasal dari
erosi sungai, tebing pantai dan dasar laut kemungkinan akan diangkut ke lepas pantai oleh rip
current. Sedangkan sedimen dari lepas pantai ke garis pantai akan diangkut oleh arus
gelombang (mass tranport) dan longshore current.

2.3.1. Pengangkutan Sedimen

Ada dua kelompok pengangkut sedimen dari batuan induknya ke tempat


pengendapannya, yakni supensi (suspendedload) dan bedload tranport. Di bawah ini
diterangkan secara garis besar untuk ke duanya.

a. Suspensi

Dalam teori segala ukuran butir sedimen dapat dibawa dalam suspensi, jika arus cukup
kuat. Akan tetapi di alam, kenyataannya hanya material halus saja yang dapat diangkut
suspensi. Sifat sedimen hasil pengendapan suspensi ini adalah mengandung presentase masa
dasar yang tinggi sehingga butiran tampak mengambang dalam masa dasar dan umumnya
disertai memilahan butir yang buruk. Ciri lain dari jenis ini adalah butir sedimen yang
diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran.

3
b. Bedload transport

Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat dibagi menjadi:

 Endapan arus traksi

 Endapan arus pekat (density current) dan

 Endapan suspensi.

Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen didasarnya. Pada
umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti angin atau pasang-surut
air laut.

Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya berupa pasir yang berstruktur
silang siur, dengan sifat-sifat:

 Pemilahan baik

 Tidak mengandung masa dasar

 Ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah
(coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).

Di lain pihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi dan
suspensi. Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran antara pasir, lanau,
dan lempung dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan perlapisan bersusun.

Arus pekat (density) disebabkan karena perbedaan kepekatan (density) media. Ini bisa
disebabkan karena perlapisan panas, turbiditi dan perbedaan kadar garam. Karena gravitasi,
media yang lebih pekat akan bergerak mengalir di bawah media yang lebih encer. Dalam
geologi, aliran arus pekat di dalam cairan dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus yang
sama di dalam udara dikenal dengan nuees ardentes atau wedus gembel, suatu endapan gas
yang keluar dari gunungapi.

Endapan dari suspensi pada umumnya berbutir halus seperti lanau dan lempung yang
dihembuskan angin atau endapan lempung pelagik pada laut dalam.

4
Kenyataan di alam, transport dan pengendapan sedimen tidak hanya dikuasai oleh mekanisme
tertentu saja, misalnya arus traksi saja atau arus pekat saja, tetapi lebih sering merupakan
gabungan berbagai mekanisme. Malahan dalam berbagai hal, merupakan gabungan antara
mekanik dan kimiawi. Beberapa sistem seperti itu adalah:

 Sistem arus traksi dan suspensi

 Sistem arus turbit dan pekat

 Sistem suspensi dan kimiawi.

2.3.2 Mekanisme Gerakan Sedimen

Pada dasarnya butir-butir sedimen bergerak di dalam media pembawa, baik berupa
cairan maupun udara, dalam 3 cara yang berbeda: menggelundung (rolling), menggeser
(bouncing) dan larutan (suspension) seperti gambar berikut ini.

untuk sedimen halus (D < 63 – 88 μm) terjadi suspensi lebih bebas daripada terjadi
transportasi. lanau dan tanah liat, karena itu, akan dihentikan segera setelah mereka menjadi
tetap dan tidak akan cenderung diangkut sebagai sedimen yang merayap. Untuk pasir,
bagaimanapun, terjadinya transport lebih bebas daripada terjadinya suspensi, dan mereka
akan mengangkut karena keduanya tersuspensi dan transpor sedimen.
2.3.3 Transportasi Sedimen Tegak Lurus Pantai

Gelombang yang menjalar menuju pantai membawa massa air dan momentum searah
penjalarannya. Transpor massa dan momentum tersebut akan menimbulkan arus di daerah
dekat pantai. Gelombang pecah menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar yang
dapat menggerakkan sedimen dasar. Di daerah surf zone, kecepatan partikel air hanya
bergerak searah penjalaran gelombangnya. Di swash zone, gelombang yang memecah pantai
menyebabkan massa air bergerak ke atas dan kemudian turun kembali pada permukaan
pantai. Gerak massa air tersebut disertai dengan terangkutnya sedimen.

Skema gambar pergerakan sedimen tegak lurus pantai

Pada gambar di atas terlihat bahwa arus dan partikel air di dasar bergerak searah
penjalaran gelombang menuju pantai. Di daerah mulai pecahnya gelombang (point of wave
breaking) yang biasa disebut dengan surf zone, terlihat adanya pertemuan pergerakan sedimen
yang menuju pantai dan yang bergerak kembali ke tengah laut. Selain itu, pergerakan
sedimen di luar daerah surf zone akan mulai melemah. Akibatnya, di titik ini akan terbentuk
bukit penghalang (bar) yang memanjang sejajar pantai (Fredsoe & Deigaard,1992).

6
Pergantian musim juga mempengaruhi proses pantai. Turbulensi dari gelombang
pecah mengubah sedimen dasar (bed load) menjadi suspensi (suspended load).
Kesenjangan/ketidaksamaan hantaman gelombang (antara dua musim) mengakibatkan
penggerusan yang kemudian membentuk pantai-pantai curam yang menyisakan sedimen-
sedimen bergradasi lebih kasar.

Sebagai contoh di negara kita yang dipengaruhi angin muson, biasanya pada saat
bertiup angin timur, gelombang laut akan bersifat konstruktif yaitu membawa sedimen
menuju pantai. Demikian juga yang terjadi pada kawasan pantai saat angin tenang atau
musim panas (summertime). Gambaran kondisi pantai cenderung seperti pada gambar di
bawah ini.

Potongan Melintang Profil Pantai Saat Angin Tenang

Sebaliknya bila bertiup angin barat, saat bertiup angin badai (storm), ataupun saat
musim dingin (wintertime), maka gelombang laut akan bersifat merusak pantai (destruktif)
karena massa air akan mengangkut sebagian besar sedimen menuju tengah laut. Sedimen itu
kemudian teronggok di daerah surf zone membentuk bukit pasir (sand-bar). Gambaran
kondisi pantai seperti ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Potongan Melintang Profil Pantai Saat Angin Badai

7
2.4 PERMASALAHAN SEDIMENTASI WADUK

Permasalahan sedimentasi waduk menjadi permasalahan umum pada waduk-waduk di


Indonesia. Erosi lahan yang tinggi menyebabkan peningkatan produksi sedimen, dan
berdampak pada pengurangan kapasitas maupun umur fungsi waduk. Beberapa waduk di
Indonesia umumnya mengalami problem operasional tersebut dengan meningkatnya
sedimentasi sepanjang tahun. Kejadian erosi lahan memberikan dampak langsung maupun
tidak langsung, baik terhadap DAS, waduk maupun terhadap manusia atau lingkungan. Erosi
yang terus-menerus, akan menyebabkan kerusakan struktur tanah, merubah kegemburan
tanah yang berimbas pada lahan pertanian serta menyebabkan operasi waduk menjadi
terganggu. Sumber utama sedimentasi waduk berasal dari erosi lahan di daerah tangkapan
waduk. Beberapa karakter Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti topografi, kelerengan,
persoalan landuse/lancover berpengaruh terhadap peningkatan aliran sedimen di Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang selanjutnya mengalir ke waduk. Untuk beberapa waduk, problem
pokok peningkatan erosi disebabkan landcover yang tidak sesuai peruntukan atau terjadi
perubahan fungsi hutan di hulu DAS.

1.4.1 Pengelolaan Sedimentasi Waduk

Secara umum problem yang dihadapi waduk-waduk di Indonesia adalah tingginya


sedimen yang masuk ke waduk. Beberapa waduk di Indonesia bersifat multi purpose yang
tidak hanya untuk satu kepentingan saja melainkan difungsikan untuk beberapa tujuan
seperti irigasi, perlindungan banjir, air minum, perikanan, pariwisata serta untuk energi
listrik. Dengan demikian, tingginya sedimentasi akan menimbulkan terganggunya sistem
operasional waduk tersebut.

Peningkatan produksi sedimen di daerah tangkapan waduk biasanya dipengaruhi oleh


buruknya kondisi DAS di atas waduk itu sendiri. Kondisi DAS yang buruk tersebut
mendorong peningkatan erosi lahan yang menjadi sumber produksi sedimen. Ketersediaan
data untuk analisis sedimentasi waduk umumnya sangat terbatas sehingga sangat
menyulitkan dalam upaya pengelolaannya. Hanya beberapa waduk saja yang melakukan
pengukuran data sedimen secara periodik. Di samping terbatasnya data, metode pengukuran
sampel sedimen yang tidak sesuai standar juga menjadi kendala (Kironoto, 2001).

di Indonesia telah dibangun 82 buah bendungan besar (Suripin, 2001). Dari jumlah
tersebut 25 buah dibuat sebelum tahun 1975. Saat ini jumlah tersebut telah bertambah
dengan dibangunnya beberapa waduk baru sampai tahuan 2008 ini. Sebagian besar waduk-
waduk di Indonesia tersebut saat ini telah mengalami permasalahan sedimentasi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa penelitian, sedimentasi beberapa beberapa
waduk di jawa menunjukkan kondisi sedimentasi yang bervariasi dari 0,42 mm/tahun
sampai 12,74 mm/tahun dengan rata- rata 3,82 mm/tahun. Berikut disajikan data
sedimentasi beberapa waduk di Indonesia.

8
2.4.1 Faktor - Faktor yang Berpengaruh Terhadap Sedimentasi Waduk

Sedimentasi yang terjadi pada waduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
kondisi fisiografi dan hidroklimatologi daerah tangkapan, aktivitas dan perilaku pemanfaatan
lahan di daerah tangkapan, serta pola operasi waduk. Kondisi fisiografi lahan yang akan
mempengaruhi produksi sedimen, antara lain; tipe tanah permukaan dan formasi geologi,
penutup lahan, tataguna lahan, topografi lahan, kerapatan jaringan drainasi, morfologi sungai,
karakteristika sedimen (ukuran butir dan kandungan mineral), karakteristika hidraulik sistem
alur, laju erosi lahan dan sistem alur.

Parameter penting dari kondisi hidroklimatologi yang dipandang berpengaruh dalam


proses sedimentasi waduk adalah hujan manusia yang secara umum
memberikan kontribusi terhadap peningkatan laju erosi permukaan antara lain
pemanfaatan hasil hutan, pembangunan pemukiman , pengolahan tanah, pembangunan
(jumlah dan intensitas), iklim di daerah tangkapan, serta respon kejadian hujan di daerah
tangkapan terhadap aliran yang ditimbulkan di sistem alur. Seperti halnya fenomena
longsoran, interaksi antara hujan (dengan suatu karakteristikanya), dengan permukaan tanah
akan menyebabkan terjadinya erosi permukaan yang berlainan antara suatu kawasan
dengan kawasan yang lain. Karakteristika hujan ditunjukkan tidak hanya besarnya hujan
dalam sehari, namun juga intensitas hujan (jam-jaman).

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, aktifitas dan pemanfaatan lahan di


daerah tangkapan waduk akan meningkat, baik secara ekspansi lahan maupun
peningkatan intensitas lahan. Dengan adanya aktifitas tersebut akan terjadi perubahan sifat
dan krakteristika daerah tangkapan. Beberapa aktifitas infrastruktur (jalan, jaringan air bersih,
bangunan utilitas umum, dan lain-lain).

Gambar Sedimentasi di waduk Gajah Mungkur

9
2.5 PERMASALAHAN SEDIMENTASI SUNGAI

Daerah Aliran Sungai (DAS) mempunyai karakteristik sendiri-sendiri yang


mempengaruhi proses pengaliran air hujan atau siklus air. Karakteristik DAS terutama
ditentukan oleh faktor lahan (topografi, tanah, geologi, geomorfologi) dan faktor vegetasi.
Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara
di laut, danau atau sungai yang lebih besar, aliran sungai merupakan aliran yang bersumber
dari limpasan, limpasan yang berasal dari hujan, gletser, limpasan dari anak-anak sungai
dan limpasan dari air tanah.

Sungai memiliki bentuk-bentuk yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Secara umum sebuah sungai bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagin hulu, tengah dan
hilir. Kita bisa menentukan mana sungai bagian hilir, sungai bagian tengah dan bagian
hulu. Sungai bagian hulu merupakan bagian awal dari sebuah sungai biasanya
bagian ini terletak di pegunungan, lembah sungai berbentuh huruf V yang memiliki ciri-ciri
memiliki aliran air yang sangat deras dan sungainya lumayan dalam, pada sungai inilah
proses erosi terjadi. Kemudian sungai bagian tengah adalah lanjutan dari sungai
bagian hulu sungai bagian tengah memiliki ciri lembah sungai berbentuk huruf U karena
kondisi lokasinya yang sudah tidak curam lagi melainkan landai. Hal ini mengakibatkan
aliran air tidak begitu deras sehingga proses erosi di sini tidak begitu dominan. Proses
yang dominan terjadi di daerah ini adalah transportasi maksudnya adalah hasil erosi yang
terjadi di bagian hulu dibawa oleh air menuju daerah bawahnya , ke arah hulu.
Sungai bagian hilir adalah bagian sungai terakhir yang mengantar sungai kelaut (muara)
ciri-ciri sungai bagian hilir ini memiliki lembah menyerupai huruf U yang lebar dan sungai
bagian hilir ini biasanya sudah memiliki meander- meander (berliku-liku), proses yang lebih
dominan di sini adalah sedimentasi karena hasil transportasi sedimen di bagian tengah
akan diendapkan dibagian hilir.

10
2.5.1 Proses sedimentasi di sungai

Sedimentasi yang terjadi di sungai merupakan Sedimentasi fluvial yang merupakan proses
prngendapan materi yang diangkut oleh sungai dan diendapkan disepanjang aliran sungai ,
danau, waduk, atau muara sungai. Hasil bentuknya antara lain delta dan bantaran sungai.
Sedimen di dalam sungai, terlarut atau tidak terlarut, merupakan produk dari pelapukan
batuan induk yaitu partikel-partikel tanah. Begitu sedimen memasuki badan sungai, maka
berlangsunglah pengangkutan sedimen. Kecepatan pengangkutan sedimen merupakan fungsi
dari kecepatan aliran sungai dan ukuran partikel sedimen. Partikel sedimen ukuran kecil
seperti tanah liat dan debu dapat diangkut aliran air dalam bentuk terlarut (wash load). Pasir
halus bergerak dengan cara melayang (suspended load), sedang partikel yang lebih besar
antara lain, pasir kasar cenderung bergerak dengan cara melompat (saltation load). Partikel
yang lebih besar dari pasir, misalnya kerikil (gravel) bergerak dengan cara merayap atau
menggelinding di dasar sungai (bed load) seperti tampak pada gambar V.2. Karena bed
load senantiasa bergerak, maka permukaan dasar sungai kadang-kadang naik (agradasi), tetapi
kadang-kadang turun (degradasi) dan naik turunnya dasar sungai disebut alterasi dasar sungai
(river bed alterasion). Wash load dan suspended load tidak berpengaruh pada alterasi dasar
sungai, tetapi dapat mengendap di dasar-dasar waduk atau muara-muara sungai. Penghasil
sedimen terbesar adalah erosi permukaan lereng pegunungan, erosi sungai (dasar dan tebing
alur sungai) dan bahan-bahan hasil letusan gunung berapi yang masih aktif.
2.6 PERMASALAHAN SEDIMENTASI ALUR PELABUHAN

Sedimentasi di pelabuhan merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian.


Hal tersebut menjadi penting karena pelabuhan adalah unsur terpenting dari jaringan moda
transportasi air, dan menjadi tempat bersandar dan bongkar muatnya kapal baik kapal niaga
maupun kapal penumpang. Kegiatan pelabuhan yang efektif dan efisien tidak hanya
memberikan kontribusi yang besar bagi daerah hinterland (daerah di belakang pelabuhan),
tetapi juga berkontribusi dalam perkembangan daerah hinterland pelabuhan-pelabuhan
lain yang terhubung. Kegiatan dalam pelabuhan yang efektif dan efisien yang dimaksud
misalnya kapal datang dan meninggalkan pelabuhan tepat pada waktunya, kemudahan
kegiatan bongkar dan muat barang di pelabuhan, kinerja terhadap pelayanan kapal
yang efisien dan sebagainya.

Alur pelayaran sebagai jalan untuk mengarahkan kapal yang akan menuju kolam labuh
dan meninggalkan pelabuhan ditentukan berdasarkan jalur lalu lintas dan ukuran kapal
yang dilayani, sehingga harus mempunyai kedalaman dan lebar yang cukup untuk dapat
dilalui kapal dengan aman. Pendangkalan alur pelayaran dan kolam labuh merupakan masalah
utama yang dihadapi oleh beberapa pelabuhan di Indonesia. Pendangkalan tersebut
diakibatkan oleh angkutan sedimen sejajar pantai (longshore transport). Longshore transport
adalah angkutan sedimen sejajar pantai yang disebabkan oleh longshore current dan terjadi di
daerah surf zone. Surf zone adalah daerah antara gelombang pecah hingga garis pantai.

Problem pendangkalan yang terjadi adalah karena alur pelayaran dan kolam labuh
tersebut dilintasi oleh aliran atau gerakan sedimen, baik oleh sedimen dasar (bed load) atau
sedimen melayang (suspended load). Alur pelayaran tersebut juga merupakan tempat
terjadinya arus, terutama yang disebabkan oleh pasang surut. Apabila angkutan sedimen
menyusur pantai di daerah tersebut relatif besar, maka alur pelayarannya dapat terendapi
sedimen dan akan menyebabkan kedalaman alur pelayaran berkurang sehingga kapal-
kapal tidak dapat berlabuh tambat di dalam kolam labuh.

12
Gambar dibawah ini adalah contoh pelabuhan yang berada pada wilayah surf zone.
Dermaga yang dibangun adalah dermaga tipe pier/jetty karena kedalaman yang dibutuhkan
jauh dari darat. Kedua pelabuhan tersebut mengalami problem pendangkalan di alur
pelayaran dan kolam labuh.

Gambar Pelabuhan PT Semen Gresik, Tuban (Google earth, 2013)

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis
erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap dibagian bawah kaki bukit, di daerah
genangan banjir, di saluran air, sungai, dan waduk. Sedangkan sedimentasi sendiri merupakan
suatu proses pengendapan material yang ditranspor oleh media air, angin, es, atau gletser di
suatu cekungan.

Ada beberapa ruang lingkup permasalahn transportasi sedimen yaitu:

1. Permasalahan Sedimentasi Pantai

Pada daerah pantai yang memiliki karakteristik sedimen pasir halus, proses
sedimentasi dipengaruhi oleh aktivitas oseanografi berupa arus, gelombang dan pasang
surut. Perpindahan sedimen pantai dapat diakibatkan oleh arus sungai, gelombang, arus
pasang surut, angin dan penambangan pasir di sekitar pantai.

2. Permasalahan Sedimentasi Waduk

Permasalahan sedimentasi waduk menjadi permasalahan umum pada waduk-waduk di


Indonesia. Erosi lahan yang tinggi menyebabkan peningkatan produksi sedimen, dan
berdampak pada pengurangan kapasitas maupun umur fungsi waduk. Kejadian erosi lahan
memberikan dampak langsung maupun tidak langsung, baik terhadap DAS, waduk
maupun terhadap manusia atau lingkungan.

3. Permasalahan Sedimentasi Sungai

Sedimentasi yang terjadi di sungai merupakan Sedimentasi fluvial yang merupakan


proses pengendapan materi yang diangkut oleh sungai dan diendapkan disepanjang aliran
sungai , danau, waduk, atau muara sungai. Hasil bentuknya antara lain delta dan bantaran
sungai. Sedimen di dalam sungai, terlarut atau tidak terlarut, merupakan produk dari
pelapukan batuan induk yaitu partikel-partikel tanah.

2. Permasalahan Sedimentasi Alur Pelabuhan

Sedimentasi di pelabuhan merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan


perhatian. Hal tersebut menjadi penting karena pelabuhan adalah unsur terpenting dari
jaringan moda transportasi air, dan menjadi tempat bersandar dan bongkar muatnya kapal
baik kapal niaga maupun kapal penumpang. Problem pendangkalan yang terjadi adalah
karena alur pelayaran dan kolam labuh tersebut dilintasi oleh aliran atau gerakan sedimen,
baik oleh sedimen dasar (bed load) atau sedimen melayang (suspended load).

14
DAFTAR PUSTAKA

Meurah, Cut, dkk. Geografi. Jakarta : PT. Phibeta Aneka Gama, 2006

Uli H, Marah dan Asep Mulyadi. Geografi. Jakarta : Erlangga, 2007

http://id.wikipedia.org/wiki/Sedimentologi

http://wahyuancol.wordpress.com/2008/06/06/sedimentasi/

http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:kPbkJ8fL0s0J:www.damandiri.or.id/file/erlang
gaipbbab2.pdf+muara+sungai+adalah&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESg96Va2yI6oH
WMEwXCCS72gs-ZP3RRs2xBiDVYrtYlILwzjV5gu2Oa3STALg4rP0iUVCZGbF4-
C5Vf232iR9KYBWaqtQJ40_HVUXY-
WCopgEQXCzzZk7lB9V0KiOK4fvatuWkdG&sig=AHIEtbQpDkqxAzR1CQ3Br2JVnnPd-
BgG_A

http://id.shvoong.com/exact-sciences/architecture/2311418-
pengertian sedimentasi/#ixzz2JdUdfxZO

http://www.scribd.com/doc/48859285/PROSES-SEDIMENTASI

http://rifardi.staff.unri.ac.id/files/2014/01/Sedimen-Modern-Revisi.pdf

Laporan Kajian Karakteristik dimuara sungai kampar

15

Anda mungkin juga menyukai