Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

ACARA I
BENTUK LAHAN TENTATIF

Pengampu:
Drs. Suharjo, M.Si
Aditya Saputra, M.Sc, Ph.D

Asisten :
Abdurrohman A
Aditya Saifuddin
Ahmad Sirath Hadiyansah
Eka Budi Khoirul Umam
Khusna Furoida
Viki Febrianto

Disusunoleh :
Sela Astralia F.P/E100170088
(Kamis jam 11-12)

LABORATORIUM SIG DAN PCD


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
ACARA I

BENTUK LAHAN TENTATIF

I. Tujuan
1. Mengetahui cara mengidentifikasi bentuk lahan dengan bantuan citra.
2. Mampu mengklasifikasi bentuk lahan.
3. Mengetahui persebaran bentuk lahan berdasarkan ciri-ciri fisik yang
terlihat dari bentuk kontur.

II. Alat dan Bahan


1. Aplikasi ArcGIS
2. Citra Aster
3. Data kontur, litologi, dan morfogenesis

III. Alat dan bahan

Geomorfologi merupakan studi yang mempelajari bentuklahan dan


proses yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik
antara bentuklahan dan proses-proses itu dalam susunan keruangan
(Verstappen,1983). Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik
secara fisik maupun kimiawi yang mengakibatkan modifikasi permukaan
bumi (Thornbury, 1970).

Penyebab proses geomorfologi adalah benda-benda alam yang


dikenal dengan benda-benda alam berupa angin dan air. Proses
geomorfologi dibedakan menjadi dua yaitu proses eksogen (tenaga asal
luar bumi) yang umumnya sebagai perusak dan proses endogen (tenaga
yang berasal dari dalam bumi) sebagai pembentuk, keduanya bekerja
bersama-sama dalam merubah permukaan bumi.

Bentuklahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh


proses-proses alam dan mempunyai komposisi serangkaian, karateristik
fisik dan visual tertentu di manapun bentuklahan ditemui (Way, 1973
dalam Van Zuidam, 1979).

Bentuklahan mengalami proses perubahan secara dinamis selama


proses geomorfologi bekerja pada bentuklahan tersebut. Tenaga yang
bekerja disebut dengan tenaga geomorfologi yaitu semua media alami
yang mampu mengikis dan mengangkut material di permukaan bumi,
tenaga ini dapat berupa air mengalir, air tanah, gelombang, arus, tsunami,
angin, dan gletser. Berdasarkan pada proses yang bekerja pada permukaan
bumi dikenal dengan proses, fluvial, marine, eolin, pelarutan, dan proses
gletser. Akibat dari adanya proses tersebut maka terjadi proses degradasi
dan agradasi. Proses degradasi menyebabkan penurunan permukaan bumi,
sedangakan agradasi menyebabkan penaikan permukaan bumi. Pada
proses degradasi didalamnya terdapat proses pelapukan, gerak massa dan
erosi (Thornbury, 1970).

Berdasarkan klasifikasi yang dikemukaan oleh Van Zuidam (1985)


dan Verstappen maka bentuk muka bumi dapat diklasifikasikan menjadi 9
satuan bentuk lahan utama (geomorfologi), yang dapat masing-masing
dirinci lagi berdasarkan skala peta yang digunakan. Adapun satuan bentuk
lahan tersebut adalah sebagai berikut. Bentuk lahan structural Bentuk
lahan structural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses
tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya
(tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hamper
semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh control struktural.
Bentuk lahan asal structural adalah sebagai berikut.

1. Pegunungan blok sesar (simbol : S1)


2. Gawir sesar (simbol : S2)
3. Pegunungan antiklinal (simbol : S3)
4. Perbukitan antiklinal (simbol : S4)
5. Perbukitan atau pegunung ansinklinal (simbol : S5)
6. Pegunungan monoklinal (simbol : S6)
7. Pegunungan atau perbukitan kubah (simbol : S7)
8. Pegunungan atau perbukitan plato (simbol : S8)
9. Lembah antiklinal (simbol : S9)
10. Hogback atau cuesta (simbol : S10)

 Bentuk lahan asal denudasional

Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan


dari proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian
diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada batuan baik
secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan
menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk
menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas
erosi soil dan abrasi, tersangkut kedaerah yang lebih landai
menuju lereng yang kemudian terendapkan. Pada bentuk lahan
asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau
tingkat. Derajat erosi ditentukanoleh :jenis batuannya,
vegetasi, dan relief. Bentuk lahan asal denudasional adalah
sebagai berikut.

1. Pegunungan terkikis (simbol : D1)


2. Perbukitan terkikis (simbol : D2)
3. Bukit sisa (simbol : D3)
4. Perbukitan terisolir (simbol : D4)
5. Dataran nyaris (simbol : D5)
6. Kaki lereng (simbol : D6)
7. Kipas rombakanlereng (simbol : D7)
8. Gawir (simbol : D8)
9. Lahan rusak (simbol : D9)
 Bentuk lahan asal gunungapi (vulkanik)

Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan


dengan gerakan magma yang bergerak naik kepermukaan
bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuk lahan yang
secara umum disebut bentuk lahan gunung api atau vulkanik.
Bentuk lahan asal gunungapi adalah sebagai berikut.

1. Kepundan (simbol : V1)


2. Kerucut gunung api (simbol : V2)
3. Lereng gunung api (simbol : V3)
4. Kaki gunungapi (simbol : V4)
5. Dataran kaki gunung api (simbol : V5)
6. Dataran kaki fluvio gunung api (simbol : V6)
7. Padang lava (simbol : V7)
8. Lelehan lava (simbol : V8)
9. Aliran lahar (simbol : V9)
10. Dataran antar gunungapi (simbol : V10)
11. Leher gunung api (simbol : V11)
12. Boca (simbol : V12)
13. Kerucut parasiter (simbol : V13)

 Bentuk lahan asal fluvial

Bentuk lahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas


aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan
pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan
deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial (Fda) dan
bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh
material sedimen berbutir halus. Bentuk lahan asal fluvial
adalah sebagai berikut.

1. Dataran aluvial (simbol : F1)


2. Rawa, danau, rawa belakang (simbol : F2)
3. Dataran banjir (simbol : F3)
4. Tanggul alam (simbol : F4)
5. Teras sungai (simbol : F5)
6. Kipas aluvial (simbol : F6)
7. Gosong (simbol : F7)
8. Delta (simbol : F8)
9. Dataran delta (simbol : F9)

 Bentuk lahan asal marin

Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi,


pasangsurut, dan pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan
yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir
yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat
mencapai puluhan kilometer kearah darat, tetapi terkadang
hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas
proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada
pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang
sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya :
tektonik masa lalu, berupa gunungapi, perubahan muka air laut
(transgresi/regresi) dan litologi penyusun. Bentuk lahan asal
marin adalah sebagai berikut.

1. Gisik (simbol : M1)


2. Dataran pantai (simbol : M2)
3. Betingpantai (simbol : M3)
4. Laguna (simbol : M4)
5. Rataan pasang-surut (simbol : M5)
6. Rataan lumpur (simbol : M6)
7. Teras marin (simbol : M7)
8. Gosong laut (simbol : M8)
9. Pantai berbatu (simbol : M9)
10. Terumbu (simbol : M10)

 Bentuk lahan asal pelarutan

Bentuk lahan karst dihasilkan oleh proses pelarutan pada


batuan yang mudah larut. Karst adalah suatu kawasan yang
mempunyai karekteristik relief dan drainase yang khas, yang
disebabkan keterlarutan batuannya yang tinggi. Dengan
demikian Karst tidak selalu pada batugamping, meskipun
hamper semua topografi karst tersusun oleh batugamping.
Bentuk lahan asal pelarutan adalah sebagai berikut.

1. Dataran karst (simbol : K1)


2. Kubah karst (simbol : K2)
3. Lereng perbukitan (simbol : K3)
4. Perbukitan sisa karst (simbol : K4)
5. Uvala atau polye (simbol : K5)
6. Ledok karst (simbol : K6)
7. Dolina (simbol : K7)
 Bentuk lahan asal Eolin (angin)

Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang


khas dan berbeda dari bentukan proses lainnya. Endapan angin
terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan
material lepas oleh angin. Endapan angin scara umum
dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu. Bentuk
lahan asal eolin adalah sebagai berikut.

1. Gumuk pasir (simbol : E1) 2.


2. Gumuk pasikbarkan (simbol : E2)
3. Gumuk pasir pararel (simbol : E3)
 Bentuk lahan asal glasial
Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim
tropisini, kecuali sedikit di puncak Gunung Jaya Wijaya,
Papua. Bentuk lahan asal glacial dihasilkan oleh aktifitas
es/gletser yang menghasi lkan suatu bentang alam. Semua
satuan bentuk lahan tersebut memiliki karakter yang khas dan
mencerminkan cirri tertentu. Dengan demikian maka, dengan
mengenal nama satuan bentuk lahan akan dapat dibayangkan
sifata laminya. Satuan bentuk lahan ini sangat penting terutama
dalam konteks kajian lingkungan, baik lingkungan fisik, biotis,
maupun kultural. Bentuk Lahan Organik (termasuk
artifiasial/campur tangan manusia) Bentuk lahan ini
merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi
akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna).
Contoh satuan bentuk lahan ini adalah mangrove dan
terumbukarang (simbol : O). Sedangkan bentuk lahan akibat
campur tangan manusia disebut juga dengan Antropogenik
(simbol : A). Bentuk lahan ini merupakan satuan bentuk lahan
yang terjadi akibat aktivitas manusia, sebagai contoh: waduk,
kota, dan pelabuhan.

Fungsi Geoprocessing dalam ArcGIS :

 Buffer Berfungsi untuk membuat area dengan jarak


tertentu dari suatu objek fitur.
 Clip Operasi ini berfungsi untuk memotong fitur
titik, garis, dan polygon dengan menggunakan fitur
lain yang bertipe polygon sebagai acuan.
 Intersect Operasi ini berfungsi untuk menghasilkan
fitur baru dengan menggabungkan dua buah fitur
yang bertumpangan dan menghilangkan bagian fitur
yang tidak bertumpangan.
 Union Penggunaan fungsi ini dilakukan
menghasilkan fitur baru dari penggabungan dua
fitur dengan bentuk attribute yang berbeda
 Merge Fungsi dari operasi ini adalah untuk
menggabungkan dua fitur atau lebih yang
bersebelahan serta memiliki karakter attribute yang
sama
 Dissolve Digunakan untuk menggabungkan area
yang tumpang tindih atau berbagi batas umum ke
dalam satu area
IV. Langkah Kerja
1. Buka ArcMap kemudian Add data yang telah disediakan

2. Klik Star editing

3. Klik select feature pada bagian morfogenesis atau bentuk lahan yang
dipilih.
4. Pilih cut polygon tools dan deliniasi dari luar kotak morfogenesis yang
merupakan kontur rapat

5. Maka akan terlihat seperti pada tampilan

6. Klik editor pilih save dan stop edit


7. Klik kanan pada morfogenesis pilih open attribute table

8. Klik add field

9. Buat field dengan nama morfogenesis dengan type text


10. Kemudian Select data hasil deliniasi kemudian klik kanan pada
morfogenesis pilih field calculator

11. Beri nama area tersebut “Denudasional”

12. Maka akan terlihat seperti pada tampilan


13. Kemudian buat shapfile difolder kerja dengan nama “Sampel” dan
bertype polygon dengan koordinat WGS 1984 zone 49S

14. Maka akan terlihat seperti pada tampilan

15. Klik star editing dan pilih create feature


16. Kemudian pada daerah yang sudah dideliniasi buat titik sampel dengan
cara klik kiri satu kali kemudian geser kursor dan klik kanan pilih
lenght

17. Isikan nilai lenght 100 tekan enter

18. Kemudian klik kanan satu kali pilih direction kemudian isi 90 lalu
tekan enter
19. Ulangi langkah tersebut sebanyak tiga kali dengan mengisi length
dengan angka 100 dan direction berurutan 180 dan 270 hingga
membentuk persegi
20. Kemudian klik finish sketch

21. Kemudian copy persegi tersebut minimal sebanyak 3 kali

22. Paste menyebar pada seluruh morfogenesis yang telah dideliniasi


kemudian stop editing
23. Maka akan terlihat seperti pada tampilan

24. Klik kanan pada sampel pilih open attribute table

25. Buat field baru dengan nama L, N, N-1, Ci dengan type double
26. Klik measure dan isikan nilai L atau panjang titik sampel
menggunakan field calculator yaitu 141,42 meter

27. Selanjutnya isikan nilai N atau jumlah kontur tiap kotak sampel yang
terpotong garis diagonalnya menggunakan field calculator

28. Kemudian isikan nilai N-1 yaitu dengan memakai field calculator
dengan rumus N dikurang 1
29. Selanjutnya menambah interval contur yaitu 12,5 meter dengan field
calculator

30. Kemudian add field kembali dengan nama kemiringan dan mean
bertype double

31. Selanjutnya add field kembali dengan nama keterangan tetapi bertype
text
32. Untuk mendapatkan nilai kemiringan menggunakan rumus [N-1]*Ci /
[L]*100

33. Untuk mendapatkan nilai mean, maka klik kanan pada kolom
kemiringan lalu pilih statistik dan isikan menggunakan field calculator

34. Untuk mendapatkan nilai keterangan isikan sesuai dengan klasifikasi


bentuk lahan sesuai dengan nilai rata rata kemiringan lereng
35. Maka akan terlihat seperti pada tampilan

36. Selanjutnya klik kanan morfogenesis pilih open attribute table

37. Add field baru dengan nama morfografi bertype text


38. Kemudian isikan daerah hasil deliniasi sesuai dengan klasifikasi
bentuk lahan yaitu berbukit-pegunungan

39. Maka akan terlihat seperti pada tampilan

40. Kemudian pilih geoprocessing pilih intersect


41. Isi input features dengan morfogenesis dan litologi dan simpan dengan
nama intersect1

42. Tunggu beberapa saat hingga muncul tanda ceklist dibagian kanan
bawah yang menandakan proses intersect telah berhasil

43. Kemudian klik kanan pada intersect pilih open attribute table

44. Kemudian add field dengan nama keterangan bertype text


45. Selanjutnya isikan keterangan dengan field calculator dengan rumus
morfografi + morfogenesis + litologi (Geologi)

46. Maka akan telihat seperti pada tampilan


47. Klik geoprocessing pilih disolve

48. Input data intersect1, output berupa disolve kemudian centang


keterangan

49. Tunggu beberapa saat hingga muncul tanda ceklist dibawah kanan
yang menandakan proses disolve telah berhasil
50. Maka akan telihat seperti pada tampilan kemudian membuat klasifikasi
bentuk lahan dengan perbedaan warna masing masing

51. Ikuti langkah kerja tersebut untuk membuat bentuk lahan yang lainnya
pada sebagian wilayah Kabupaten Bantul sehingga akan terlihat seperti
pada tampilan data attribute intersect

52. Maka akan terlihat pada tampilan


V. Hasil Praktikum
(Terlampir)
VI. Analisis

Bentuklahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh


proses-proses alam dan mempunyai komposisi serangkaian, karateristik
fisik dan visual tertentu di manapun bentuklahan ditemui. Kabupaten
Bantul sendiri merupakan wilayah yang berada pada dominasi struktur
geologi Young Merapi Volcanic (Quartenary) bagian tengah dan Volcanic
(Miocine dan oligo-micine) pada bagian timur.

Secara struktural Kabupaten Bantul diapit oleh bukit patahan, yaitu


lereng barat Pegunungan Batur Agung (Batur Agung Ranges) pada bagian
timur dan bagian Barat berupa bekas laguna. Wilayah yang berada pada
apitan bukit patahan ini disebut dengan graben, maka wilayah Kabupaten
Bantul dalam toponim geologi dan geomorfologi disebut Graben Bantul.
Graben ini terbentuk dari proses diatrofisme tektonisme yang dipengaruhi
oleh aktivitas gunung merapi dan gunung api tua. Selain berada pada
apitan bukit patahan, wilayah Kabupaten Bantul juga berada pada bentang
lahan Fluvio-Marin yang memiliki banyak potensi dan masalah (pada
wilayah Bantul Selatan). Hal ini terjadi karena wilayah Kabupaten Bantul
juga merupakan wilayah transisi antara asal lahan fluvial (proses yang
mengerjai air-sungai) dan asal lahan marin (proses yang mengerjai angin
dan gelombang dari Samudra Hindia).

Selain berada pada apitan bukit patahan dan bentuk lahan dataran
fluvio-marin, Kabupaten Bantul juga berada pada wilayah transisi yaitu
dataran yang asal prosesnya dari aktivitas Vulkanis dan endapan sungai
(Fluvio-Vulcan). Bentuklahan fluvial disebabkan oleh akibat aktivitas
aliran sungai. Aktivitas aliran sungai tersebut berupa pengikisan,
pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) sehingga membentuk
bentangan dataran aluvial  dan bentukan lain dengan struktur horisontal
yang tersusun oleh material sedimen.
Bentuk lahan pada praktikum kali ini di sebagian wilayah
kabupaten bantul yang berjumlah 6 bentuk lahan yaitu bentuk lahan
denudasional formasi sambipitu (D3.3), bentuk lahan fluvial endapan
merapi muda (F2), bentuk lahan fluvial formasi semilir (F1.4), bentuk
lahan denudasional formasi semilir (D1.2.1), bentuk lahan struktural
formasi nglanggaran (S2), dan bentuk lahan denudasional formasi
nglanggaran (D3.2). Secara keseluruhan sebagian wilayah bantul ini
bermorfografi bergelombang-berbukit dengan kemiringan lereng sekitar
15,66%. Bentuk lahan fluvial endapan merapi muda tersebar di bagian
barat laut sebagian wilayah Kabupaten Bantul. Bentuk lahan ini bersama
bentuk lahan fluvial Formasi Semilir mengapit sungai besar. Bentuk lahan
denudasional formasi semilir tersebar di bagian tengah dari sebagian
wilayah Kabupaten Bantul. Tekstur bentuk lahan ini cenderung
bertampalan seperti gerigi yang menandakan wilayah tersebut merupakan
daerah perbukitan. Dibagian tenggara sebagian wilayah bantul ini terdapat
bentuk lahan denudasional formasi sambipitu.
VII. Kesimpulan
1. wilayah Kabupaten Bantul merupakan wilayah transisi antara asal
lahan fluvial (proses yang mengerjai air-sungai) dan asal lahan marin
(proses yang mengerjai angin dan gelombang dari Samudra Hindia).
2. Kabupaten Bantul juga berada pada wilayah transisi yaitu dataran yang
asal prosesnya dari aktivitas Vulkanis dan endapan sungai (fluvio-
vulcan).
3. Sebagian wilayah Kabupaten bantul memiliki 6 bentuk lahan yaitu
bentuk lahan denudasional formasi sambipitu (D3.3), bentuk lahan
fluvial endapan merapi muda (F2), bentuk lahan fluvial formasi semilir
(F1.4), bentuk lahan denudasional formasi semilir (D1.2.1), bentuk
lahan struktural formasi nglanggaran (S2), dan bentuk lahan
denudasional formasi nglanggaran (D3.2).
4. Secara keseluruhan sebagian wilayah bantul ini bermorfografi
bergelombang-berbukit dengan kemiringan lereng sekitar 15,66%.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, D. 2013. Kajian Proses Geografi Dan Konservasi Tanah Di
Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah.
Surakarta : eprints.ums.ac.id

https://www.academia.edu/10189775/Graben_Bantul

Anda mungkin juga menyukai