Xeroftalmia
Xeroftalmia
XEROFTALMIA
Oleh
Pembimbing
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Frandi Wirajaya, S.Ked
04084821517027
Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 15 Februari 2016 s.d 21
Maret 2016
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena atas rahmat dan
berkat-Nya Telaah Ilmiah yang berjudul “Xeroftalmia” ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Telaah Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan
klinik senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Ramzi Amin, SpM (K)
atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Anatomi Bola Mata......................................................................................4
2. Alur transport vitamin A di dalam tubuh...................................................10
3. Xerosis Konjungtiva...................................................................................16
4. Xerosis Konjungtiva dengan Bercak Bitot.................................................16
5. Xerosis Kornea...........................................................................................17
6. Keratomalasia dan Ulkus Kornea...............................................................17
7. Skar Xeroftalmia........................................................................................18
8. Xeroftalmia Fundus....................................................................................18
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
dilatasi untuk memasukkan cahaya lebih banyak. Iris berfungsi untuk mengatur
jumlah cahaya yang masuk ke mata dan dikendalikan oleh saraf otonom.
- Badan siliar
Badan siliar menghubungkan koroid dengan iris. Tersusun dalam lipatan-lipatan
yang berjalan radier ke dalam, menyusun prosesus siliaris yang mengelilingi tepi
lensa. Prosesus ini banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Badan
siliaris berfungsi untuk menghasilkan aqueous humour.
- Koroid
Koroid adalah membran berwarna coklat, yang melapisi permukaan dalam
sklera. Koroid mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel pigmen yang
memberi warna gelap. Koroid berfungsi memberikan nutrisi ke retina dan badan
kaca, dan mencegah refleksi internal cahaya.
e. Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna. Lensa tergantung pada zonula zinni di belakang
iris. Zonula zinnia menghubungkannya dengan badan siliar.
f. Sudut Bilik Mata Depan
Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea perifer dan
pangkal iris. Ciri-ciri anatomis utama sudut ini adalah garis schwalbe, anyaman
trabekula (yang terletak di atas kanal schlemm), dan taji sclera (scleral spur).
g. Retina
Retina melapisi dua pertiga dinding bagian dalam bola mata. Retina
terdiri dari 10 lapisan dimulai dari sisi dalam keluar sebagai berikut:
1. Membran limitans retina
2. Lapisan serat saraf
3. Lapisan sel ganglion
4. Lapisan pleksiform dalam
5. Lapisan nukleus dalam
6. Lapisan pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
7
7. Lapisan nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan
batang
8. Membran limitan eksterna
9. Lapisan fotoreseptor, lapisan yang terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
Lapisan ini merupakan modifikasi sel saraf yang mengandung badan sel
batang dan kerucut. Sel batang merupakan sel khusus yang ramping. Jumlah
sel batang lebih banyak dibandingkan sel kerucut dan terdiri dari segmen
luar yang berbentuk silindris dengan panjang 28 mikrometer mengandung
fotopigmen rhodopsin dan segmen dalam yang sedikit lebih panjang yaitu
sekitar 32 mikrometer. Keduanya mempunyai ketebalan 1,5 mikrometer.
Segmen luar dan dalam dihubungkan oleh suatu leher yang sempit. Dengan
mikroskop electron segmen luar tampak mengandung banyak lamel-lamel
membran dengan diameter yang seragam dan tersusun seperti tumpukan kue
dadar. Sel batang ini di sebelah dalam membentuk suatu simpul akhir yang
mengecil pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar yang disebut
sferul batang (rod spherule). Sel batang yang hanya teraktivasi dalam
keadaan cahaya redup (dim light) sangat sensitive terhadap cahaya. Sel ini
dapat menghasilkan suatu sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak
dapat menghasilkan sinyal dalam cahaya terang (bright light) dan juga tidak
peka terhadap warna.
10. Epitelium pigmen retina, merupakan lapisan sel poligonal yang teratur, ke
arah ora serrata. Inti sel berbentuk kuboid dengan sitoplasmanya kaya akan
butir-butir melanin. Fungsi epitel pigmen adalah sebagai berikut:
Menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan.
Berperan dalam nutrisi fotoreseptor
Penimbunan dan pelepasan vitamin A
Berperan dalam proses pembentukan rhodopsin
Cahaya yang masuk ke dalam retina diserap oleh rhodopsin, suatu
protein yang tersusun dari opsin (protein transmembran) yang terikat pada
retinal. Penyerapan cahaya ini akan menyebabkan isomerisasi rhodopsin dan
memisahkan opsin dari ikatannya dengan retinal menjadi opsin bentuk aktif.
8
2.2 Vitamin A
2.2.1 Definisi
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi mikro mempunyai manfaat
yang sangat penting bagi tubuh manusia, terutama dalam penglihatan manusia.
Secara umum, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua
retinoid dan prekursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas
biologik sebagai retinol.7,8
Di dalam tubuh, vitamin A berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan
kimia aktif, yaitu retinol (bentuk alkohol), retinal (aldehida) dan asam retinoat
(bentuk asam). Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam pangan hewani.
9
2.3 Xeroftalmia
2.3.1 Definisi
Istilah "xerophthalmia" mengacu pada gangguan atau manifestasi okular
karena kekurangan vitamin A, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata
yaitu gangguan epitel konjungtiva dan kornea serta gangguan fungsi sel retina
yang berakibat kebutaan.1,10
2.3.2 Epidemiologi
Xeroftalmia dapat terjadi pada semua umur akan tetapi kekurangan yang
disertai kelainan pada mata umunya terdapat pada anak usia 6 bulan sampai 4
tahun.11 Menurut WHO dalam Global prevalence of vitamin A deficiency in
populations at risk 1995–2005, buta senja mempengaruhi 5,2 juta anak usia
12
prasekolah dan 9,8 juta wanita hamil. Konsentrasi retinol serum yang rendah
(<0.70 umol/l) mempengaruhi sekitar 190 juta anak usia prasekolah dan 19,1
juta wanita hamil. Pada tahun 2004, Micronutrient Initiative dan UNICEF
bekerjasama dengan Tulane University memperkirakan bahwa KVA secara
klinis (Buta senja dan Bitot’s spot) dan KVA secara subklinis/biokimia
(konsentrasi serum retinol < 0,70 umol/l) masing-masing mempengaruhi 7,0 dan
219 juta anak usia prasekolah.4 Di Indonesia, prevalensi kurang vitamin A secara
klinis hanya 0,34% namun status vitamin A masih marginal, karena masih
ditemukan 50% balita dengan serum retinol dibawah < 20 μg/dl yang berarti
kekurangan vitamin A secara subklinis masih tinggi. 1 Hasil Studi Masalah Gizi
Mikro di 10 provinsi yang dilakukan Puslitbang Gizi dan Makanan Departemen
Kesehatan RI pada tahun 2006, memperlihatkan balita dengan serum retinol
kurang dari 20μg/dl adalah sebesar 14,6%. Hasil studi tersebut menggambarkan
terjadinya penurunan bila dibandingkan dengan Survei Vitamin A Tahun 1992
yang menunjukkan 50% balita mempunyai serum retinol kurang dari 20 μg/dl.
2.3.3 Etiologi
Kekurangan vitamin A dapat disebabkan:11
Primer : kekurangan vitamin A dalam diet
Sekunder : gangguan absorpsi saluran cerna, seperti (1) Adanya gangguan
penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada penyakit-penyakit
antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang Energi Protein (KEP)
dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat, (2) Adanya
kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronik,
menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan
pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.1,11
Biasanya pada anak dengan xeroftalmia juga terdapat kelainan protein kalori
nutrisi. Seringkali juga ditemui gangguan atau penyakit gastrointestinal dan
sirosis hepatis.
2.3.4 Patofisiologi
Gejala klinis defisiensi vitamin A akan tampak bila cadangan vitamin A
dalam hati dan organ-organ tubuh lain sudah menurun dan kadar vitamin A
13
dalam serum mencapai bawah garis yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan
metabolik mata. Deplesi vitamin A dalam tubuh merupakan proses yang
memakan waktu lama. Diawali dengan habisnya persediaan vitamin A di dalam
hati, menurunnya kadar vitamin A plasma (kelainan biokimia), kemudian terjadi
disfungsi sel batang pada retina (kelainan fungsional), dan akhirnya timbul
perubahan jaringan epitel (kelainan antomis). Penurunan vitamin A pada serum
tidak menggambarkan defisiensi vitamin A dini, karena deplesi telah terjadi jauh
sebelumnya.12,13
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus)
dan sel batang (sel basilus). Retinal adalah kelompok prostetik pigmen
fotosensitif dalam batang maupun kerucut. Perbedaan utama antara pigmen
penglihatan dalam batang (rhodopsin) dan dalam kerucut (iodopsin) adalah
protein alami yang terikat pada retina. Vitamin A berfungsi dalam penglihatan
normal pada cahaya remang. Di dalam mata, retinol, bentuk vitamin A yang
didapat dari darah, dioksidasi menjadi retinal. Retinal kemudian mengikat
protein opsin dan membentuk pigmen visual merah-ungu (visual purple) atau
rodopsin. Rodopsin ada di dalam sel khusus di dalam retina mata yang
dinamakan rod. Bila cahaya mengenai retina, pigmen visual merah-ungu ini
berubah menjadi kuning dan retinal dipisahkan dari opsin. Pada saat itu terjadi
rangsangan elektrokimia yang merambat sepanjang saraf mata ke otak yang
menyebabkan terjadinya suatu bayangan visual.7,12 Jika terjadi kekurangan
vitamin A maka proses ini akan terganggu dan menyebabkan gangguan
penglihatan.
Selain mempengaruhi sel reseptor pada retina, kekurangan vitamin A
juga mengakibatkan kelainan pada sel-sel epitel termasuk sel-sel epitel pada
selaput lendir mata. Kekurangan vitamin A mengakibatkan niktalopia (buta
senja) dan atrofi serta keratisasi jaringan epitel dan mukosa. Pada keratinisasi
didapatkan xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea, ulkus kornea, dan
berakhir dengan keratomalasia.10,11
14
Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah) Keratomalasia
dan tukak kornea dapat berakhir dengan peforasi dan prolaps jaringan isi
bola mata dan membentuk cacat tetap yang dapat menyebabkan kebutaan.
Keadaan umum yang cepat memburuk dapat mengakibatkan keratomalasia
dan ulkus kornea tanpa harus melalui tahap-tahap awal xeroftalmia.4,16
f. Xeroftalmia scar (XS) atau sikatriks (jaringan parut) kornea
Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil.
Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa sikatrik
atau jaringan parut. Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan
walaupun dengan operasi cangkok kornea.
2.3.7 Diagnosis
a. Anamnesis
- Keluhan Utama
Ibu pasien biasanya mengeluhkan anaknya tidak bisa melihat pada sore hari
(buta senja) atau terdapat kelainan pada matanya. Kadang-kadang keluhan utama
tidak berhubungan dengan kelainan pada mata seperti demam.
- Keluhan Tambahan
Tanyakan keluhan lain pada mata seperti nyeri pada mata, gatal, silau,
penglihatan kabur dan kapan terjadinya ? Upaya apa yang telah dilakukan untuk
pengobatannya ?
- Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya
Apakah pernah menderita Campak dalam waktu < 3 bulan ?
Apakah anak sering menderita diare dan atau ISPA ?
Apakah anak pernah menderita pneumonia ?
Apakah anak pernah menderita infeksi cacingan ?
Apakah anak pernah menderita tuberkulosis ?
- Kontak dengan pelayanan kesehatan
Tanyakan apakah anak ditimbang secara teratur mendapatkan imunisasi,
mendapat suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi dan memeriksakan
kesehatan baik di posyandu atau puskesmas.
- Riwayat pola makan anak
Apakah anak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
Apakah anak mendapatkan MP-ASI setelah umur 6 bulan ?
Bagaimana cara memberikan makan kepada anak : sendiri / disuapi?
Selain itu, kita juga perlu menanyakan pada pasien perkara-perkara berikut:
Riwayat ibu yang pernah menderita kekurangan vitamin A ?
Apakah ada luka pada mata ?
Apakah pasien mengeluh mata kering ?
Adakah penglihatan menjadi kabur bila malam hari ?
Apakah pasien sering tidak nafsu makan ?
Apakah terjadi penurunan masukan diet ?
20
dilakukan penilaian fungsi sel batang retina pada pasien dengan keluhan buta
senja. Pada pasien yang sebelumnya telah mendapat penyinaran terang, dilihat
kemampuan melihatnya sesudah sekitarnya digelapkan dengan perlahan-lahan
dinaikkan intensitas sumber sinar. Ambang rangsang mulai terlihat
menunjukkan kemampuan pasien beradaptasi gelap.11,12
- Pemeriksaan Laboratorium 4,6
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosis
kekurangan vitamin A, bila secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas
KVA, namun hasil pemeriksaan lain menunjukkan bahwa anak tersebut risiko
tinggi untuk menderita KVA. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan
serum retinol. Bila ditemukan serum retinol < 20 ug/dl, berarti anak tersebut
menderita KVA sub klinis. Pemeriksaan laboratorium lain dapat dilakukan untuk
mengetahui penyakit lain yang dapat memperparah seperti pada :
Pemeriksaan serum RBP (retinol binding protein) lebih mudah untuk
melakukan dan lebih murah dari studi retinol serum, karena RBP adalah
protein dan dapat dideteksi oleh tes imunologi. RBP juga merupakan
senyawa lebih stabil dari retinol yang berkaitan dengan cahaya dan suhu.
Namun, tingkat RBP kurang akurat, karena mereka dipengaruhi oleh
konsentrasi protein serum dan karena jenis RBP tidak dapat dibedakan.6,8,9
Pemeriksaan albumin darah kerana tingkat albumin adalah ukuran langsung
dari kadar vitamin A
Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui kemungkinan anemia, infeksi
atau sepsis.
Pemeriksaan fungsi hati untuk mengevaluasi status gizi
2.3.8 Diagnosis Banding
- Edema kornea
Kornea keruh dan sedikit menebal. Edema kornea terjadi pada glaucoma
kongenital, pasca bedah intraokular, dekompensasi endotel kornea, trauma, dan
infeksi kornea.
- Sikatriks kornea
22
diindikasikan pada sejumla kondisi kornea yang serius, misalnya parut, edem,
penipisan dan distorsi.1,12
b. Non medikamentosa
Pengobatan untuk KVA subklinis meliputi konsumsi makanan kaya
vitamin A, seperti hati, daging sapi, ayam, telur, susu yang diperkaya, wortel,
mangga, ubi jalar, dan sayuran berdaun hijau. Makan sedikitnya 5 porsi buah
dan sayuran per hari dianjurkan untuk menyediakan distribusi komprehensif
karotenoid. Berbagai makanan, seperti sereal , kue, roti, biskut, dan bar sereal
gandum, sering diperkaya dengan 10-15% dari RDA vitamin A.1
c. Rujukan1
- Anak segera dirujuk ke puskesmas bila ditemukan tanda-tanda kelainan XN,
X1A, X1B, X2
- Anak segera dirujuk ke dokter Rumah Sakit/ Spesialis Mata/BKMM bila
ditemukan tanda-tanda kelainan mata X3A, X3B, XS.
2.3.10 Pencegahan
Kekurangan vitamin A dapat dicegah dengan pola makan makanan yang
kaya akan vitamin A atau beta-karoten sebagai komponen diet seperti sayur-
sayuran hijau, buah-buahan (misalnya: pepaya, jeruk, wortel), susu yang
diperkaya vitamin A, diperkaya sereal, hati, kuning telur, dan minyak ikan turut
membantu. Karotenoid diserap lebih baik bila dikonsumsi dengan beberapa
makannan yang mengandungi lemak. Jika bayi dicurigai alergi susu , mereka
harus diberi vitamin A yang cukup dalam susu formula.1
Di negara berkembang, salah satunya Indonesia, kekurangan vitamin A
dicegah melalui program-program kesehatan masyarakat dengan memberi
profilaksis suplemen vitamin A dengan sasaran sebagai berikut:15
bulan, harus mendapat 1 kapsul vitamin A biru dan seluruh anak balita usia 12-
59 bulan mendapat kapsul vitamin A merah. Sedangkan untuk ibu nifas sampai
30 hari setelah melahirkan mendapat 1 kapsul vitamin A merah.1,15
Prinsip dasar lain untuk mencegah KVA adalah memenuhi kebutuhan
vitamin A yang cukup untuk tubuh serta mencegah penyakit infeksi terutama
diare dan campak. Selain itu perlu memperhatikan kesehatan secara umum.
2.3.11 Prognosis1
- Jika pasien masih tahap xerosis kornea (X2), pengobatan yang tepat dapat
menyembuhkan sepenuhnya dalam beberapa minggu. Penyembuhan
sempurna biasanya terjadi dengan pengobatan tiap hari.
- Gejala dan tanda KVA biasanya menghilang dalam waktu 1 minggu setelah
pemberian vitamin A dihentikan
- Lesi pada mata akan mengancam penglihatan (25% benar-benar buta, dan
sisanya sebagian buta).
- Mortalitas pada kasus-kasus yang berat mencapai 50% atau lebih karena
sering disertai oleh malnutrisi yang berat.
BAB III
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA