Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Strategi
Pelaksanaan Ansietas dan Grieving”.

Saya bisa menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan dosen mata kuliah keperawatan jiwa dan juga teman-teman yang telah
banyak memberikan masukan dan dukungan terhadap makalah ini. Atas
selesainya makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak dan
teman-teman semua.

Saya yang menyusun makalah ini menyadari masih banyak kelemahan dan
kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan
saran demi kelengkapan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua untuk menambah
pengetahuan kita sebagai mahasiswa.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

a. Pengertian................................................................................................
b. D..............................................................................................................
c. D........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

a. Aa............................................................................................................
b. Z.............................................................................................................
c. Z............................................................................................................
d. ...............................................................................................................

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan..............................................................................................
b. Saran.....................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah


dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian
dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang
sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan
kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Sutardjo
Wiramihardja, 2005:66). Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir
setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan
merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan
seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-
gejala lain dari berbagai gangguan emosi (Savitri Ramaiah, 2003:10).

Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu


yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian
atau keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu
sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali
walaupun dalam bentuk yang berbeda (Yosep, 2011). Kehilangan adalah
situasi aktual atau potensial ketika sesuatu (orang atau objek) yang
dihargai telah berubah, tidak ada lagi, atau menghilang. Seseorang dapat
kehilangan citra tubuh, orang terdekat, perasaan sejahtera, pekerjaan,
barang milik pribadi, keyakinan, atau sense of self baik sebagian ataupun
keseluruhan. Peristiwa kehilangan dapat terjadi secara tiba-tiba atau
bertahap sebagai sebuah pengalaman traumatik. Kehilangan sendiri
dianggap sebagai kondisi krisis, baik krisis situasional ataupun krisis
perkembangan (Mubarak & Chayatin, 2007)

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Strategi Pelaksanaan Ansietas (kecemasan)?
2. Bagaimana strategi pelaksanaan griving (berduka)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan ansietas (kecemasan)
2. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan griving (berduka)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ansietas

Anxietas (Inggris, anxiety) berasal dari bahasa Latin, angere, yang


berarti tercekik atau tercekat. Gangguan anxietas adalah keadaan tegang
yang berlebihan atau tidak pada tempatnya yang ditandai oleh perasaan
khawatir, cemas, tidak menentu atau takut. Respon anxietas sering kali
tidak berkaitan dengan ancaman yang nyata, tetapi tetap dapat membuat
seseorang tidak mampu bertindak atau bahkan menarik diri.[1] Gejala-
gelaja anxietas terdiri atas dua komponen, yaitu komponen psikis/mental
dan komponen fisik. Gejala psikis berupa anxietas atau kecemasan itu
sendiri; ada berbagai istilah yang sering digunakan oleh orang banyak,
misal khawatir atau was-was.
Komponen fisik merupakan manifestasi dari keterjagaan yang
berlebihan (hyperarousal syndrome): jantung berdebar, napas semakin
cepat (hiperventilasi, yang sering dirasakan sebagai sesak), mulut kering,
keluhan lambung, tangan dan kaki merasa dingin dan ketegangan otot
(biasanya di pelipis, tengkuk atau punggung). Hiperventilasi sering tidak
disadari oleh penderita anxietas, yang dikeluhkan adalah gejala-gejala
yang akibat berubahnya keseimbangan asam-basa di dalam darah, terjadi
hipokapnea; yang paling sering terjadi adalah perasaan pusing seperti
melayang, rasa kesemutan di tangan dan kaki, kalau parah dapat terjadi
spasme otot tangan dan kaki (spasme karpopedal).
B. STRATEGI PELAKSANAAN ANSIETAS

Hari/tanggal :27 januari 2012 No.MR :

Nama klien : Ny.J Dx//SP ke/Pertemuan : perawat y

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien

Klien sudah beberapa hari mengalami gelisah,sulit tidur,tidak


nafsu makan.Klien sering mondar-mandir,kadang-kadang seperti
orang bingung,mudah tersinggung,suara bergetar,dan sulit
berkonsentrasi.Klien sangat cemas memikirkan suaminya yang sudah
3 hari dipenjara karna kasus pencurian toko emas.Klien cemas
memikirkan bagaimana nasib suaminya di penjara dan bagaimana cara
mengeluarkan suaminya.

2. Diagnosa keperawatan
Ansietas berat
3. Tujuan khusus
a. Pasien mampu membina saling percaya
b. Pasien mampu mengenal ansietas
c. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik pengalihan sosial
d. Pasien mampu memperpanjang dan menggunakan teknik napas
dalam untuk mengatasi ansietas
4. Tindakan keperawatan
a. Klien dapat membina hubngan saling percaya dengan perawat
b. Tindakan : mengucapkan salam, berja tangan, memperkenalkan
identitas diri,menanyakan namalengkap klien, dan nama panggil
yang dia sukai,menjelaskan tujuan interaksi,menyepakati kontrak
topik,waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
c. Ajarkan pasien teknik napas dalam untk meningkatkan kontrol dan
rasa percaya diri
d. Motivasi pasien melakikan teknik napas dalam ssetiap kali ansietas
muncul
B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
a. Salam trapeutik

“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu Y. Saya suster cicila Ibu


bisa memanggil saya suster cici. Saya perawat yang dinas pagi
ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan
merawat Ibu. Nama Ibu siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?

b. Evaluasi

“Baiklah bu, bagaimana keadaan Ibu Y hari ini?

c. Kontrak

1). Topik :

“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang


sebentar tentang keadaan ibu?

Tujuannya supaya ibu bisa lebih tenang bu dalam


menghadapi keadaan ini, dengan ibu mau berbagi cerita
dengan saya, kesedihan ibu mungkin bisa berkurang

2). Waktu :

Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?

3) Tempat :

“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Bai


klah.”

2. Tahap kerja
 “Nah sekarang coba ibu ceritakan apa yang ibu rasakan saat ini?

 “Ibu coba ibu ceritakan pada saya”
 “Tenang ibu “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima
kenyataan ini. Tapi kondisi sebenarnya memang suami Ibu
sedangg dipenjara. Sabar ya, Bu ”
 “Baiklah bu sekarng kita coba mengatasi cemasnya ibu dengan
latihan relaksasi dengan cara tatik nafas dalam,ini merupakan
salah satu cara untuk mengurangi kecemasan ang ibu
rasakan.bagaimana kalaw kita latihan sekarang,saya akan
lakukanibu perhatikan saya,lalu ibu bisa mengikuti cara yang
saya sudah ajarkan.kita mulai ya bu”
 “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi
“bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah
yang ibu rasakan dan latihan relaksasi?coba ibu ulangi lagi cara
yang sudah kita pelajari.”
b. Tindak lanjut
“jam berapa ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini?mari kita
masukkan dalam jadwal harian ib. Jadi setiap ibu merasa cemas
,ibu bisa langsung praktek cara ini, dan bisa melkukannya lagi
selesai jadwal yang telah kita buat.”
c. Kontrak yang akan datang
“nah,ibu cara yanh kita praktekkaan tadi baru salah satu dari
teknik.saya masih ada cara yang bisa di gunakan untuk
mengatasi ansietas ibu yaitu dengan teknik pengalihan
situaasi,bagaimana kalau kiita latihan cara yang kedua ini
besok,dengan jam yang sama seperti hari ini .kit latihannya di
mana bu? ”
C. Pengertian griving
Dukacita adalah respon normal terhadap setiap kehilangan.

Perilaku dan perasaan yang  berkaitan dengan proses berduka terjadi

pada individu yang menderita kehilangan sepertikehilangan fisisk atau

kematian teman dekat B e r d u k a adalah respon emosi

yang diekspresikan terhadap kehilangan

y a n g dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak

nafas, susah tidur, dan lain-lain.Berduka merupakan respon normal pada

semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan adadua tipe dari

berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.Berduka

diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman

individu dalammerespon kehilangan yang aktual ataupun yang

dirasakan seseorang, hubungankedekatan, objek atau

ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. !

ipe ini masih dalam batas normal.Berduka disfungsional adalah

suatu status yang merupakan pengalaman individu

yangresponnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual

maupun potensial, hubungan,objek dan ketidakmampuan fungsional.

!ipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau

kesalahan dan kekacauan


D. STRATEGI PELAKSANAAN GRIEVING

Nama klien : Ny. M Ruangan : Nakula

No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

A. Proses keperawatan
1.Kondisi Klien

Ny. M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di


suatu perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu
yang lalu, suami Ibu M meninggal karena kecelakaan. Sejak
kejadian tersebut, Ibu M sering melamun dan selalu mengatakan
jika suaminya belum meninggal. Ibu M terlihat sering mengingkari
kehilangan, dan menangis Selain itu, Ibu M juga tidak mau
berinteraksi dengan orang lain dan merasa gelisah sehingga susah
tidur.

2. Diagnosa Keperawatan

Berduka disfungsional

3. Tujuan khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat


dan klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
perawat

b. Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya

c. Klien merasa lebih tenang

4. Tindakan keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara


mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat
sambil berjabat tangan dengan klien
b. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Dengarkan setiap perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat
menghakimi

c. Ajarkan klien teknik relaksasi

B. Strategi pelaksanaan

1. Tahap orientasi

a. Salam terapeutik:

“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu M. Saya Mardhiah, Ibu


bisa memanggil saya suster diah. Saya perawat yang dinas pagi
ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan
merawat Ibu. Nama Ibu siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?”

b. Evaluasi / validasi:

“Baiklah bu, bagaimana keadaan Ibu M hari ini?”

c. Kontrak:

1). Topik :

“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang


sebentar tentang keadaan ibu?

Tujuannya supaya ibu bisa lebih tenang bu dalam menghadapi


keadaan ini, dengan ibu mau berbagi cerita dengan saya,
kesedihan ibu mungkin bisa berkurang

2). Waktu :

Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?

3) Tempat :
“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Bai
klah.”

2. Tahap kerja
 “Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana
perasaan Ibu M saat ini?”
 “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi
kondisi sebenarnya memang suami Ibu telah meninggal. Sabar
ya, Bu ”
 “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba
Ibu pikir, jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan
bertemu dengan suami Ibu karena beliau memang sudah
meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus
berusaha menerima kenyataan ini.”
 “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan.
Meninggalnya suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya
sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang
dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.
 “Ibu sudah bisa memahaminya?
 “Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa
mencoba mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga Ibu. Saya percaya Ibu mempunyai keahlian yang bisa
digunakan. Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya
saudara-saudara, anak-anak dan orang lain yang sayang dan
peduli sama Ibu.”
 “Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik
relaksasi yang saya lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas
yang dalam, tahan sebentar, kemudian hembuskan
perlahanlahan.”
 “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi:

(Subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah


mulai memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?”

(Objektif) : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu
dapatkan dari perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik
relaksasi yang telah kita lakukan.”

b. Tindak Lanjut :

“Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat
melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak
terima dengan kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali
perbincangan kita hari ini.

 Bu, ini ada buku kegiatan untuk ib


 Bagaimana kalau kegiatan teknik rileksasi ibu masukkan kedalam
jadwal kegiatan ibu
 Ibu setuju?
 Nah, Disini ada kolom kegiatan, tanggal, waktu dan keterangan
 Ibu bisa mengisi kegiatan tenik rileksasi pada kolom kegiatan
 Kira-kira jam berapa ibu nanti melakukan teknik rileksasi bu?
 Cara mengisi buku kegiatan ini: jika ibu melakukannya tanpa
dibantu atau diingatkan oleh orang lain ibu tulis “M” disini, jika ibu
di bantu atau diingatkan ibu tulis “B” dan jika ibu tidak
melakukannya ibu tulis “T”
 Ibu paham Bu?”
 Nanti ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya ya

c. Kontrak yang akan datang:

 Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang ibu


 Bu, kapan ibu mau kita melanjutkan perbincangan kita
 Bagaimana kalau kita besok membicarakan tentang hobi ibu
 Ibu maunya dimana?
 Nah, sekarang ibu istirahat dulu
 Sebelum saya permisi apak ada yang mau ibu tanyakan?
 Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya Bu.
Assalamu’alaikum.”

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP2) GRIEVING

Nama klien : Ny. M Ruangan : Nakula

No. MR : 601756 RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

A. Proses keperawatan

1. Pengkajian

Pada pertemuan kedua, Ibu M sudah mulai menunjukkan rasa penerimaan


terhadap kehilangan. Namun, ia masih menarik diri dari lingkungan dan orang-
orang sekitarnya. Ia juga masih melamun dan merasa gelisah sehingga tidurnya
tidak nyenyak.

B. Diagnosa keperawatan

Berduka Disfungsional

3. Tujuan khusus

Klien tidak menarik diri lagi dan dapat membina hubungan baik kembali dengan
lingkungannya maupun dengan orang-orang di sekitarnya

4. Tindakan keperawatan

a. Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok, terutama aktivitas yang ia sukai

b. Berikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar
B. Strategi pelaksanaan

1. Tahap orientasi

a) Salam terapeutik:

“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan saya Bu? Ya, betul
sekali. Saya suster diah, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul 07.00 sampai
14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu.”

b) Evaluasi validasi:

“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari kemarin? Bagus
kalau begitu”

“Nah apa saja yang ibu lakukan kemarin?

“ coba saya lihat buku kegiatan ibu?

“wah bagus bu, ibu sudah melakukan teknik rileksasi secara mandiri”

“Sekarang coba ibu praktekkan lagi cara teknik rileksasi tersebut”

“ bagus sekali bu”

c) Kontrak:

Topik: “Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita bertemu
untuk membicarakan hobi Ibu tujuannya supaya ibu dapat melakukan aktifitas
yang sukai dan ibu dapat berinteraksi dengan orang-orang disekeliling ibu

Waktu: ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?

Tempat: ibu maunya dimana? Bagaimana ditaman depan, ibu setuju?

2. Tahap kerja

 “Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi?”
 “Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa bermain voli lho,
Bu.”

 “Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?”

 “Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus. Bisa Ibu
menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?”

 “Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga cukup bagus.”

 “Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering Ibu


biasanya bermain voli dalam seminggu?”

 “Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain voli sudah
terlatih.”

 “Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat juga ya dalam
bermain voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli antarwarga di daerah
rumah Ibu.”

 “Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan yang lain
untuk bermain voli? Tampaknya di sana banyak orang yang juga ingin bermain
voli. Ibu bisa melakukan hobi Ibu ini bersama-sama dengan yang lain.”

 “Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu M. Ibu M juga akan bermain voli bersama-sama.
Ibu M ini jago bermain voli, lho.”

 “Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik dalam bermain bola
voli?”

 “Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.”

 “Ibu M, saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu meluapkannya, Ibu
bisa melakukan kegiatan ini bersama-sama yang lain. Selain itu, kegiatan ini juga
dapat membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan yang lainnya dan Ibu tidak
merasa kesepian lagi.”
3. Tahap terminasi

a. Evaluasi:

(Subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah lebih baik


dibandingkan kemarin?”

(Objektif): “Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang dapat Ibu
dapatkan dengan melakukan kegiatan yang Ibu senangi.”

2. Tindak Lanjut :

 “Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli saat Ibu sedang merasa
emosi.

 “Bu, ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan?”

 “Bagaimana jika kegiatan bermain voli ini juga dimasukkan menjadi kegiatan
sehari-hari

 Ibu maunya berapa kali main voli dalam satu minggu?

 Kira-kira jam berapa ibu nanti mau main voli?

 “Nah nanti kalau ibu melakukan kegiatan ini, ibu jangan lupa mengisi buku
kegiatan”

 “Caranya sama dengan sebelumnya, jika ibu melakukan sendiri, tanpa


diingatkan dan dibantu oleh perawat atau orang lain ibu tulis “M”, dan jika ibu di
bantu dalam melakukan kegiatan , ibu tulis “B”, dan jika ibu malas atau lupa
mengerjakannya ibu tulis “T”.

 Ibu paham bu?

3. Kontrak yang akan datang:

 Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang selama 30 menit dan
sekarang sudah 30 menit bu!
 “Nah bu bagaimana kalau besok jam 08.00 setelah makan pagi, saya akan
kembali lagi untuk mengajarkan Ibu cara meminum obat dengan benar.

 Kita ketemu di ruangan Ibu saja, ya?

 Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak, saya permisi dulu ya,
Bu. Assalamu’alaikum.”

STRATEGI PELAKSANAAN (SP 3) PADA KLIEN KEHILANGAN DAN


BERDUKA

Nama klien : Ny. M Ruangan : Nakula

No. MR : 601756 RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

A. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Pada pertemuan ketiga, Ibu M sudah mulai tidak banyak melamun dan mulai
membuka dirinya kepada orang-orang sekitarnya. Ibu M juga mau membalas
sapaan ataupun senyuman jika ada perawat ataupun orang lain yang menyapanya
ataupun tersenyum padanya. Namun, Ibu M mengaku ia masih terbayang akan
suaminya saat ia akan tidur. Hal tersebut membuat Ibu M merasa gelisah, tidur
tidak nyenyak, bahkan sulit tidur.

2. Diagnosa keperawatan

Berduka Disfungsional

3. Tujuan khusus

a. Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam meminum obat

b. Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak


4. Tindakan keperawatan

a. Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar

b. Awasi klien saat minum obat

B. Strategi Pelaksanaan

1. Tahap orientasi

a. Salam terapeutik:

“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu M.”

b. Evaluasi validasi:

“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa semalam Ibu bisa tidur dengan nyenyak?”

“Apa boleh saya lihat buku kegiatan ibu?

“Wah bagus bu”

“Nampaknya ibu sudah lebih bersemangat dari yang kemaren”

c. Kontrak:

Topik: “Ibu tidak bisa tidur dengan nyenyak ya? Baiklah, sesuai dengan janji kita
yang kemarin, saya akan memberitahu Ibu obat yang harus Ibu minum untuk
mengurangi kecemasan Ibu dan agar Ibu dapat tidur dengan nyenyak.

Waktu: ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang/

Tempat: bagaimana kalau kita berbincang-bincang di kamar ini saja.”

B. Tahap kerja

 “Nah, kita langsung mulai saja ya Bu. Ini ada beberapa macam obat-obatan
yang harus Ibu minum.”
 “Ini obatnya ada dua macam ya Bu. Yang warna putih ini namanya BDZ.
Fungsi dari obat ini agar pikiran Ibu bisa lebih menjadi tenang. Kalau pikiran Ibu
tenang, Ibu bias tidur dengan nyenyak.”

 “Kemudian, yang warna kuning ini adalah HLP. Ini juga harus Ibu minum agar
perasaan Ibu bisa rileks dan Ibu tidak lagi merasakan cemas yang berlebihan.”

 “Nah Bu, semua obat ini diminum tiga kali sehari ya Bu, jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam. Masing-masing obat satu butir saja. Obat-obatan ini juga
harus diminum setelah Ibu makan.”

 “Apa Ibu mempunyai keluhan dalam meminum obat?”

 “Ooh, jadi Ibu tidak tahan dengan rasa pahitnya ya? Kalau begitu, setelah Ibu
minum obat Ibu bisa memakan permen agar rasa pahitnya dapat berkurang.”

 “Jika setelah minum obat ini mulut Ibu menjadi terasa kering sekali, Ibu bisa
minum banyak air untuk mengatasinya agar mulut Ibu tidak kering.”

 “Tapi jika ada efek samping yang berlebihan seperti gatal-gatal, pusing, atau
mual, Ibu bisa panggil saya atau perawat lain yang sedang bertugas.”

 “Nah, sebelum ibu meminum obatnya, pastikan dulu ya Bu, obatnya sesuai
atau tidak. Ibu juga jangan lupa perhatikan waktunya agar obat tersebut dapat
diminum tepat waktu.”

3. Tahap terminasi

a. Evaluasi:

(subjektif): “Apa Ibu sudah mengerti apa saja obat yang harus Ibu minum dan
bagaimana prosedur sebelum meminumnya?”

(objektif): “Bagus. Kalau Ibu sudah mengerti, coba ulangi lagi apa saja obat yang
harus Ibu minum dan apa saja prosedur meminum obatnya.”

b. Tindak Lanjut :
 “Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika setelah minum obat mulut
Ibu terasa kering, Ibu dapat meminum air yang banyak. Dan kalau Ibu merasa
gatal-gatal, ousing, atau bahkan muntah, Ibu dapat menghubungi saya atau
perawat lain yang sedang bertugas.”

 “Bu, ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan?”

 “Bagaimana jika kegiatan minum obat ini juga dimasukkan menjadi kegiatan
sehari-hari

 Jangan lupa, ibu juga membuat jam minum obatnya ya bu

 “Caranya mengisi buku kegiatan ini juga sama dengan sebelumnya, jika ibu
melakukan sendiri, tanpa diingatkan dan dibantu oleh perawat atau orang lain ibu
tulis “M”, dan jika ibu di bantu dalam melakukan kegiatan , ibu tulis “B”, dan jika
ibu malas atau lupa mengerjakannya ibu tulis “T”.

 Ini tujuannya untuk melihat kemandirian ibu, jika ibu sudah bisa mandiri
dalam melakukan sesuatu dan ibu juga sudah dapat memenuhi kebutuhan ibu
sehari-hari, ibu akan dapat segera di pulangkan.

 Ibu paham Bu?”

c. Kontrak yang akan datang:

 Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang selama 30 menit dan
sekarang sudah 30 menit bu!

 “Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan siang, saya akan datang kembali
untuk memantau perkembangan Ibu. Kita bertemu di ruangan ini saja ya Bu.”
“Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah Bu, kalau tidak
ada, saya permisi dulu. Assalamu’alaikum.”
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati A. 2012. Perbedaan tingkat kecemasan pada . remaja dengan ciri


kepribadian introvert dan ekstrovert di kelas X SMA Negeri 4 Surakarta [Skripsi].
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Purwati S. Tingkat stres akademik pada mahasiswa . reguler angkatan 2010


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia [Skipsi]. Jakarta: Universitas
Indonesia; 2012.

Angraini DI. 2014. Hubungan depresi dengan status gizi . Medula Unila;2(2):39-
46.

Anda mungkin juga menyukai