Anda di halaman 1dari 21

masyarakat pengguna jasa Rumah Sakit.

c.    Mengembangkan kemampuan professional kesehatan dengan didukung manajemen


Rumah Sakit yang handal, berdasarkan etika professional, etika pelayanan, serta
keselarasan lingkungan.
d.    Melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidang pelayanan kesehatan
dengan senantiaa mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi kedokteran dan
kesehatan.
e.    Menciptakan suasana kerja yang handal oleh rasa kekeluargaan dan terus berupaya
meningkatkan kesejahteraan bagi setiap karyawan RSU Full Bethesda .

Pasal 4
Misi
Misi Rumah Sakit  Umum Full Bethesda adalah :
Menjadikan Rumah Sakit Full Bethesda sebagai rumah sakit pilihan bagi masyarakat pengguna jasa
layanan medis.

BAB II 
DEWAN PENGAWAS
Bagian Pertama 
Tugas, Kewajiban dan Wewenang
Pasal 5 
Tugas Dewan Pengawas
Dewan Pengawas, bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap pengurusan  Rumah Sakit
Umum Full Bethesda Deli Serdang, yang meliputi pelaksanaan Rencana Bisnis dan Anggaran,
Rencana Strategis Bisnis Jangka Panjang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 6 
Kewajiban Dewan Pengawas
Dewan Pengawas dalam melakukan tugasnya berkewajiban :
1.     Memberikan pendapat dan saran kepada Pemilik Rumah Sakit mengenai Rencana Bisnis dan
Anggaran (RBA)  RSU Full Bethesda yang diusulkan oleh Direktur  Rumah sakit kepada direksi
2.     Mengikuti perkembangan kegiatan Rumah Sakit, memberikan pendapat dan saran kepada Pemilik
Rumah Sakit mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi pengurusan  Rumah Sakit Umum
Full Bethesda Deli Serdang
3.     Memberikan nasihat kepada Direktur Rumah sakit dalam melaksanakan pengurusan Rumah Sakit
4.     Melaporkan dengan segera kepada Pemilik Rumah Sakit apabila terjadi gejala menurunnya
kinerja  Rumah Sakit Umum Full Bethesda

Pasal 7 
Wewenang Dewan Pengawas
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Dewan Pengawas mempunyai wewenang sebagai
berikut :
1.     Melihat buku-buku, surat-surat serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kas untuk keperluan
verifikasi dan memeriksa kekayaan rumah sakit;
2.     Meminta penjelasan dari Kepala Rumah sakit  dan/atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan
Direksi mengenai segala persoalan yang menyangkut pengurusan  Rumah Sakit Umum Full
Bethesda
3.     Meminta Direktur Rumah sakit dan/atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Direksi untuk
menghadiri rapat Dewan Pengawas;
4.     Menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan terhadap hal-hal yang dibicarakan;
5.     Memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direktur  Rumah Sakit dalam melakukan perbuatan
hukum tertentu.

Bagian Kedua 
Pengangkatan dan Pemberhentian
Pasal 8
(1)   Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Direksi Yayasan Full Bethesda.
(2)   Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak bersamaan waktunya dengan
pengangkatan anggota Direksi.
(3)   Dewan Pengawas dapat diangkat kembali dalam jabatan yang sama untuk 1 (satu) kali masa jabatan
berikutnya.
(4)   Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya, apabila berdasarkan
kenyataan anggota tersebut :
a.     Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik;
b.     Tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan dan/atau melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan tentang Pendirian  Rumah Sakit Umum Full Bethesda
c.     Terlibat dalam tindakan yang merugikan  Rumah Sakit Umum Full Bethesda
d.     Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana, kejahatan dan/atau kesalahan
yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan Rumah Sakit.

 Bagian Ketiga 
Keanggotaan
Pasal 9 
Anggota Dewan Pengawas
(1)      Anggota Dewan Pengawas terdiri dan unsur-unsur tenaga kesehatan dan unsur Yayasan yang
kegiatannya berhubungan dengan perumah sakitan, serta tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan
usaha rumah sakit.
(2)      Persyaratan menjadi Anggota Dewan Pengawas adalah orang-perorangan yang:
1.    Memiliki dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen rumah sakit dan dapat menyediakan
waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;
2.    Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota
Direksi, Komisaris atau Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu rumah sakit
dinyatakan pailit.

Pasal 10 
Ketua Dewan Pengawas
(1)    Ketua Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Pemilik Rumah Sakit. 
(2)    Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Pengawas, Pemilik Rumah Sakit dapat
mengangkat seorang Sekretaris Dewan Pengawas atas beban Rumah Sakit.
(4)    Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bertugas menyelenggarakan
kegiatan administrasi dalam rangka membantu kegiatan Dewan Pengawas, sedangkan Sekretaris
Dewan Pengawas tidak dapat bertindak sebagai Dewan Pengawas.
(5)    Tugas Ketua Dewan Pengawas adalah:
a.   Memimpin semua pertemuan Dewan Pengawas;
b.   Memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan prosedur dan tata cara yang tidak di atur dalam
peraturan Internal (Hospital Bylaws/Statuta  RSU Full Bethesda melalui Rapat Dewan Pengawas;
c.   Bekerja sama dengan Pengelola (Direksi) untuk menangani berbagal hal mendesak yang seharusnya
diputuskan dalam rapat Dewan Pengawas. Bilamana rapat Dewan Pengawas belum dapat
diselenggarakan, maka Ketua dapat memberikan wewenang pada Direktur  Utama untuk mengambil
segala tindakan yang perlu sesuai dengan situasi saat itu;
d. Melaporkan pada rapat rutin berikutnya perihal tindakan yang diambil sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) huruf c di atas, disertai dengan penjelasan yang terkait dengan situasi saat tindakan tersebut
diambil.

Bagian Keempat
Rapat-Rapat
Pasal 11 
Rapat Rutin
(1)      Rapat rutin adalah setiap rapat terjadual yang diselenggarakan Dewan Pengawas yang bukan
termasuk rapat tahunan dan rapat khusus.
(2)      Rapat rutin merupakan rapat koordinasi antara Dewan Pengawas dengan Direktur   Rumah Sakit dan
Komite Medik serta Pejabat lain yang dianggap perlu untuk mendiskusikan, mencari klarifikasi atau
alternatif solusi berbagai masalah di RSU Full Bethesda.
(3)      Sekretaris Dewan Pengawas menyampaikan undangan kepada setiap anggota Dewan Pengawas,
Direksi, Komite Medik dan pihak lain yang tertentu untuk menghadiri rapat rutin paling lambat tiga hari
sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
(4)      Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana diatur
dalam ayat (4) harus melampirkan :
a.   1 (satu) salinan agenda;
b.   1 (satu) salinan risalah rapat rutin yang lalu;
c.   1 (satu) salinan risalah rapat khusus yang lalu (bila ada).

Pasal 12 
Rapat khusus
(1)      Rapat khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas untuk menetapkan kebijakan
atau hal-hal khusus yang tidak termasuk dalam rapat rutin maupun rapat tahunan.
(2)      Dewan Pengawas mengundang untuk rapat khusus dalam hal :
a.   Ada permasalahan penting yang harus segera diputuskan; atau
b.   Ada permintaan yang ditandatangani oleh paling sedikit tiga orang anggota Dewan Pengawas.
(3)      Undangan rapat khusus disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas kepada peserta rapat paling
lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum rapat khusus tersebut diselenggarakan.
(4)      Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik.
(5)      Rapat khusus yang diminta oleh anggota Dewan Pengawas sebagaimana diatur dalam ayat (2) butir b
di atas, harus diselenggarakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat permintaan
tersebut.
Pasal 13 
Rapat Tahunan
(1)      Rapat Tahunan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas setiap tahun, dengan
tujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan operasional rumah sakit.
(2)      Rapat Tahunan diselenggarakan sekali dalam 1 (satu) tahun.
(3)      Dewan Pengawas menyiapkan dan menyajikan laporan umum keadaan  RSU Full Bethesda, termasuk
laporan keuangan yang telah diaudit.

Pasal 14 
Undangan Rapat
Setiap rapat dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan sesuai aturan, kecuali seluruh
anggota Dewan Pengawas yang berhak memberikan suara menolak undangan tersebut.

Pasal 15 
Peserta Rapat
Setiap rapat rutin, selain dihadiri oleh anggota Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas dan
Direktur  Utama, juga dihadiri oleh Direktur  Rumah sakit,, Komite Medik dan pihak lain yang ada di
lingkungan  Rumah Sakit Umum Full Bethesda  dan/atau di luar lingkungan RSU Full
Bethesda  apabila diperlukan.
Pasal 16 
Pejabat Ketua
(1)    Dalam hal Ketua Dewan Pengawas berhalangan hadir dalam suatu rapat, maka bila kuorum telah
tercapai, anggota Dewan Pengawas dapat memilih Pejabat Ketua untuk memimpin rapat.
(2)    Pejabat Ketua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berkewajiban melaporkan hasil keputusan rapat
kepada Ketua Dewan Pengawas pada rapat berikutnya.

Pasal 17 
Kuorum
(1)      Rapat Dewan Pengawas hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.
(2)      Kuorum memenuhi syarat apabila dihadiri oleh 2/3 dan seluruh anggota Dewan Pengawas.
(3)      Bila kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah diteritukan, maka
rapat ditangguhkan untuk dilanjutkan pada suatu tempat hari dan jam yang sama minggu berikutnya.
(4)      Bila kuorum tidak juga tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah ditentukan pada
minggu berikutnya, maka rapat segera dilanjutnya dan segala keputusan yang terdapat dalam risalah
rapat disahkan dalam rapat Dewan Pengawas berikutnya.

Pasal 18 
Risalah Rapat
(1)      Penyelenggaraan setiap risalah rapat Dewan Pengawas menjadi tanggung jawab Sekretaris Dewan
Pengawas.
(2)      Risalah rapat Dewan Pengawas harus disahkan dalam waktu maksimal 7 (tujuh) hari setelah rapat
diselenggarakan, dan segala putusan dalam risalah rapat tersebut tidak boleh dilaksanakan sebelum
disahkan oleh seluruh anggota Dewan Pengawas yang hadir.
Pasal 19 
Pemungutan Suara
(1)      Setiap masalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam rapat Dewan Pengawas ditentukan
dengan mengangkat tangan atau bila dikehendaki oleh para anggota Dewan Pengawas, pemungutan
suara dapat dilakukan dengan amplop tentutup.
(2)      Putusan rapat Dewan Pengawas didasarkan pada suara terbanyak setelah dilakukan pemungutan
suara.

Pasal 20
Pembatalan Putusan Rapat
(1)      Dewan Pengawas dapat menubah atau membatalkan setiap putusan yang diambil pada rapat rutin
atau rapat khusus sebelumnya, dengan syarat bahwa usul perubahan atau pembatalan tersebut
dicantumkan dalam pemberitahuan atau undangan rapat sebagaimana ditentukan dalam Peratunan
Internal (Hospital Bylaws/Statuta) ini.
(2)      Dalam hal usul perubahan atau pembatalan putusan Dewan Pengawas tidak diterima dalam rapat
tersebut, maka usulan ini tidak dapat diajukan lagi dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak
saat ditolaknya usulan.

Pasal 21 
Stempel
(1)      Dalam Peraturan Internal ini ditentukan dua macam Stempel, yaitu Stempel Dewan Pengawas atau
Tim Pengawas dan Stempel Rumah Sakit;
(2)      Setiap dokumen tidak akan dibubuhi Stempel Dewan Pengawas selain menyangkut hal-hal yang
diputuskan oleh Dewan Pengawas seperti yang tercantum dalam risalah rapat, kecuali pada saat
diantara dua rapat Dewan Pengawas dimana Ketua diberi wewenang untuk menggunakan Stempel
tersebut dengan persetujuan dua anggota Dewan Pengawas lainnya.
(3)      Penggunaan Stempel oleh Ketua pada saat diantara dua rapat Dewan Pengawas sebagaimana
tercantum pada ayat (4) diatas harus dilaporkan pada rapat Dewan Pengawas berikutnya untuk
memperoleh pengakuan.
(4)      Setiap dokumen yang menggunakan Stempel Dewan Pengawas harus ditandatangani oleh
sekurangnya dua orang anggota Dewan Pengawas.

BAB III 
DIREKTUR   RUMAH SAKIT 
Pasal 22 
DIREKTUR
(1)    Pengelolaan atau pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan di  RSU Full Bethesda dilakukan oleh
Direktur Rumah Sakit
(2)    Anggota  diangkat dan diberhentikan oleh Pemilik Rumah Sakit.
(3)    Direktur  Rumah Sakit  bertanggung jawab kepada Pemilik melalui (Direksi)  dalam hal pengelolaan
dan pengawasan rumah sakit beserta fasilitasnya, personil dan sumber daya terkait.
(4)    Direktur  Rumah sakit  bertugas untuk melaksanakan kebijakan pengelolaan  Rumah Sakit Umum Full
Bethesda setelah ditetapkan oleh Dewan Pengawas sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundangan-undangan dan peraturan kebijakan serta segala ketentuan umum yang berlaku dan
Peraturan Internal (Hospital Bylaws/Statuta)  serta memperhatikan hasil pelaksanaan tindakan/audit
yang dilaksanakan oleh Komite Medik dan SPI (Satuan Pemeriksaan Intern).
 (5)   Direktur  Rumah sakit  mempunyai tugas dan wewenang untuk :
a.   Memimpin dan mengelola Rumah Sakit sesuai dengan Visi dan Misi serta tujuan  Rumah Sakit Umum
Full Bethesda
b.   Bertanggung jawab memelihara dan mengelola kekayaan  RSU Full Bethesda
c. Menyelesaikan berbagai masalah teknis di rumah sakit dengan menggunakan berbagai sumber daya
secara efektif dan efesien
d.   Mewakili  Rumah Sakit Umum Full Bethesda, baik di dalam maupun di luar Pengadilan

Pasal 23 
Pengangkatan, Masa Kerja dan Pemberhentian Direktur  Rumah sakit
(1)    Direktur  Rumah sakit  diangkat dan diberhentikan oleh Pemilik Rumah Sakit  (Yayasan Full
Bethesda).
(2)    Anggota Direktur  Rumah sakit  diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
(3)    Anggota  dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya apabila:
a.   Tidak melaksanakan tugas dengan baik
b.   Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
c.   Terlibat dalam tindakan yang merugikan rumah sakit
d.   Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana, kejahatan dan/atau kesalahan
yang bersangkutan dengan pengurusan rumah sakit. 
(5)    Keputusan pemberhentian dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf a, huruf b, dan
huruf c, ditetapkan setelah yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri.
 (9)   Pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf d, merupakan
pemberhentian tidak dengan hormat.
(10) Kedudukan sebagai Direksi berakhir dengan dikeluarkannya keputusan pemberhentian oleh Pemilik
Rumah Sakit.

Pasal 24 
Persyaratan Menjadi Direktur  Rumah sakit
Yang dapat diangkat menjadi anggota Pengelola Rumah Sakit adalah orang-perorangan yang :
1.      Memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di bidang perumahsakitan
2.      Berkelakuan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan kinerja guna kemajuan rumah sakit
3.      Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota
Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu rumah
sakit dinyatakan pailit.
4.      Berkewarganeganaan Indonesia.

Pasal 25
Rapat Pengelola RS
(1)      Rapat Pengelola rumah sakit (Direktur  Rumah Sakit) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu)
bulan sekali.
(2)      Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan
kegiatan  RSU Full Bethesda sesuai dengan tugas, kewenangan dan kewajibannya.
(3)      Keputusan Rapat Direksi diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(4)      Dalam hal tidak tercapai kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(5)      Dalam rapat-rapat tertentu yang bersifat khusus, Direktur  rumah sakit dapat mengundang Dewan
Pengawas, yang disampaikan secara tertulis.
(6)      Untuk setiap rapat dibuat daftar hadir dan risalah rapat oleh Notulis.

Pasal 26 
Koordinasi antar Direksi
(1)    Dalam menjalankan tugas-tugas Direktur sebagimana dimaksud dalam Pasal 22, maka :
a.   Direktur  bertindak atas nama rumah sakit
b.   Direktur dan Kepala Bidang  berhak dan berwenang bertindak atas nama rumah sakit, untuk masing-
masing bidang yang menjadi tugas dan wewenangnya.
(2)    Apabila salah satu atau beberapa anggota Direksi berhalangan tetap 
menjalankan pekerjaannya atau apabila jabatan itu terluang dan penggantinya belum memangku
jabatan, maka kekosongan jabatan  tersebut dipangku oleh anggota Direksi Iainnya yang ditunjuk
sementara oleh Direktur  Utama atas persetujuan Pemilik Rumah Sakit.
(3)    Dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak terjadinya keadaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), Pemilik Rumah Sakit dapat menunjuk anggota Direksi yang baru untuk
memangku jabatan yang terluang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). 

Pasal 27
Stempel Rumah Sakit
(1)      Untuk kepentingan operasional rumah sakit digunakan Stempel rumah sakit.
(2)      Direktur  bertanggungjawab atas keamanan penggunaan Stempel rumah sakit.
(3)      Stempel rumah sakit terdiri dari 1 (satu) jenis yaitu yang digunakan oleh sekretariat, bagian keuangan
dan kasir.
(4)      Setiap stempel rumah sakit tersebut diatas dibubuhi identitas masing-masing bagian secara berbeda-
beda.
(5)      Penggunaan stempel rumah sakit ditentukan lebih lanjut oleh Direktur .
(6)      Bagian sekretariat bertanggungjawab atas pengamanan dan penggunaan setiap stempel rumah sakit.

Pasal 28
Satuan Pemeriksaan Intern (SPI)
(1)      Dalam membantu Direksi dalam bidang pengawasan dan pengelolaan Sumber Daya yang ada
di  Rumah Sakit Umum Full Bethesda dibentuk Satuan Pemeriksaan Intern.
(2)      Satuan Pemeriksaan Intern adalah kelompok Fungsional yang bertugas :
a.    Melakukan pemeriksaan terhadap setiap unsure/kegiatan di lingkungan Rumah Sakit yang meliputi
pengelolaan administrasi keuangan, administrasi pelayanan serta administrasi umum dan
kepegawaian yang dipandang perlu.
b.    Melakukan pengujian serta penilaian atas hasil laporan berkala atau sewaktu-waktu dari setiap
unsure/kegiatan dilingkungan Rumah Sakit atas petunjuk Direktur  Utama Rumah Sakit.
c.    Melakukan penelusuran mengenai kebenaran laporan atau informasi tentang hambatan,
penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang yang terjadi.
d.    Memberikan saran dan alternative pemecahan kepada Direktur   Rumah Sakit terhadap
penyimpangan yang terjadi.
(3)      Satuan Pemeriksaan Intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas dibentuk dan ditetapkan oleh
Direktur  Utama sesuai dengan kebutuhan.
(4)      Pengelolaan Sumber Daya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas adalah Sumber Daya
Keuangan, Sumber Daya Manusia, dan Sumber Daya Sarana/Prasarana.
(5)      Struktur Organisasi dari Satuan Pemeriksaan Intern (SPI) terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu)
orang Sekretaris dan beberapa orang Anggota yang bertanggung jawab langsung kepada
Direktur  Utama.
(6)      Penetapan Keanggotaan dalam Satuan Pemeriksaan Intern dilakukan dengan mempertimbangkan
Kompetensi dan Jabatan seseorang yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
(7)      Masa kerja Satuan Pemeriksaan Intern (SPI) adalah 3 (tiga) tahun.

BAB IV
HUBUNGAN-HUBUNGAN DALAM HOSPITAL BYLAWS
Pasal 29
Hubungan Kepla Rumah Sakit  dengan Dewan Pengawas
(1)    Pengelolaan Rumah Sakit dilakukan oleh Direktur  Rumah sakit.
(2)    Direksi bertanggung jawab kepada Pemilik melalui Dewan Pengawas.
(3)    Dewan Pengawas melakukan pembinaan dan pengawasan dalam pengelolaan Rumah Sakit, dengan
menetapkan kebijakan pelaksanaan, baik di bidang pelayanan medis, pendidikan dan latihan serta
penelitian dan pengembangan kesehatan untuk tercapainya vlsi, misi, falsafah dan tujuan rumah
sakit.
(4)    Keberhasilan rumah sakit tergantung dari pengurusan Direksi dan pembinaan serta pengawasan dan
Pemilik melalui Dewan Pengawas sehingga dalam pertanggungjawaban tugas dan kewajiban antara
Pengelola dan Pemilik adalah bersifat tanggung renteng.

Pasal 30
Hubungan Dewan Pengawas dengan Komite Medik
(1)      Dewan Pengawas berperan mendorong dan mendukung dalam bentuk kebijakan dalam upaya
memberdayakan Komite Medik untuk mencapai tujuan Rumah Sakit sesuai dengan Visi, Misi,
Falsafah dan Tujuan RSU Full Bethesda
(2)    Peran terhadap Komite Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui integrasi dan
koordinasi secara terus-menerus dan berkesinambungan.
(3)    lntegrasi dan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diselenggarakan melalui
pemberdayaan fungsi-fungsi dalam Organisasi Komite Medik  Rumah Sakit Umum Full Bethesda.

Pasal 31
Hubungan Direksi dengan Komite Medik
(1)      Komite Medik berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur  Utama  Rumah Sakit Umum
Full Bethesda.
(2)      Pelaksanaan tugas-tugas Komite Medik dilaporkan secara tertulis kepada Direktur  Utama dalam
bentuk rekomendasi.
(3)      Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah berdasarkan
penugasan dari Direktur  Utama.

Pasal 32
Hubungan Direksi dengan Satuan Pemeriksaan Intern (SPI)
(1)    Satuan Pemeriksaan Intern berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur  Utama  Rumah
Sakit Umum Full Bethesda.
(2)    Tugas pokok Satuan Pemeriksaan Intern adalah melaksanakan pengawasan dan penilaian terhadap
pelaksanaan kegiatan semua unsur di rumah sakit agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
ketentuan yang berlaku.
(3)    Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Satuan Pemeriksaan Intern
berfungsi :
a.   Melaksanakan pemeriksaan/audit keuangan dan operasional;
b.   Merancang dan melaksanakan pengawasan pelaksanaan pengendalian intern;
c.   Melakukan identifikasi risiko;
d.   Mencegah terjadinya penyimpangan;
e.   Memberikan konsultasi pengendalian intern;
f.    Melakukan hubungan dengan Eksternal Auditor;
(4)    Tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) disampaikan dalam bentuk
rekomendasi kepada Direktur  Utama.

BAGIAN KEDUA
PERATURAN INTERNAL STAF MEDIK 
(MEDICAL STAFF BYLAWS)
BAB V
NAMA DAN TUJUAN ORGANISASI
Pasal 33
Nama
(1)    Nama organisasi kelompok Dokter dan Dokter Spesialis serta Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis
yang berhak memberikan pelayanan medik di rumah sakit ini adalah Staf Medik Fungsional
(SMF)  Rumah Sakit Umum Full Bethesda.
(2)    Pengelompokan anggota SMF adalah berdasarkan keahlian dan/atau spesialisasi yang ada di RSU
Full Bethesda, dengan keanggotaan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang, apabila kurang dari 2 (dua)
orang, maka bergabung di SMF spesialis lain.
(3)    Nama wadah profesional medis yang keanggotaannya berasal dari Ketua-ketua Staf Medis Fungsional
dan/atau yang mewakili SMF secara tetap adalah Komite Medik  Rumah Sakit Umum Full Bethesda.

Pasal 34 
Tujuan
Tujuan dan pengorganisasian Staf Medis Fungsional (SMF) adalah agar Staf Medis di  Rumah Sakit
Umum Full Bethesda dapat lebih menata diri dengan fokus terhadap pelayanan pasien, sehingga
menghasilkan pelayanan medis yang berkualitas, efisien dan bertanggung jawab.

Pasal 35
Tanggung Jawab
Secara administratif manajerial, Staf Medis Fungsional (SMF) berada di bawah Direksi  Rumah Sakit
Umum Full Bethesda, tetapi secara fungsional sebagai profesi, anggota Staf Medis Fungsional (SMF)
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Komite Medik melalui Ketua SMF.
BAB VI
PENGORGANISASIAN STAF MEDIS FUNGSIONAL
Pasal 36
Struktur Organisasi
(1)    Anggota SMF dikelompokkan ke dalam masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF) sesuai dengan
profesi dan keahliannya, minimal dengan 2 (dua) orang anggota.
(2)    SMF yang ada di  Rumah Sakit Umum Full Bethesda, adalah:
a.    SMF Penyakit Dalam
b.    SMF Anak
c.    SMF Obstetri dan Ginekology
d.    SMF Bedah Umum
e.    SMF Syaraf
f.     SMF THT
g.    SMF Paru
h.    SMF Radiologi
i.      SMF Anasthesi
j.      SMF Patologi Klinis
k.    SMF Dokter Umum
l.      SMF Dokter Gigi
 (3)   Susunan Kepengurusan SMF bila mencukupi terdiri dari :
a.   Ketua SMF merangkap anggota;
b.   Sekretaris merangkap anggota;
c.   Koordinator Pelayanan merangkap anggota;
d.   Koordinator Pendidikan merangkap anggota; dan
e.   Koordinator Penelitian dan Pengembangan merangkap anggota.
(4)    Masa bakti kepengurusan SMF adalah minimal 3 (tiga) tahun.

Pasal 37
Ketua Staf Medis Fungsional
(1)      Pemilihan calon Ketua SMF dilakukan dalam rapat pleno SMF dengan prosedur yang telah ditetapkan
oleh Komite Medik.
(2)      Ketua SMF dipilih dan ditetapkan oleh Direktur  Utama dari minimal 2 (dua) orang calon yang diajukan.
(3)      Dalam menentukan pilihan dan penetapan Ketua SMF, Direktur  Utama dapat meminta pendapat dari
Komite Medik.
(4)      Ketua SMF terpilih menjadi pengurus Komite Medik.
(5)      Tugas Ketua SMF adalah mengkoordinasikan semua kegiatan anggota SMF, menyusun uraian tugas,
wewenang dan tata kerja anggota SMF dengan rincian sebagai berikut :
a.   Menyusun Standar Prosedur Operasional pelayanan medis bidang administrasi/ manajerial, di bawah
koordinasi Direktur  Medik dan Keperawatan dan bidang keilmuan (Standar Pelayanan Medis) di
bawah koordinasi Komite Medik;
b.   Mengevaluasi hasil indikator mutu klinis;
c.   Menyusun uraian tugas dan kewenangan untuk masing-masing anggotanya;
(6)      Ketua SMF mempunyai kewenangan mengatur anggota SMF.

Pasal 38
Sekretaris Staf Medis Fungsional
(1)      Sekretaris dipilih oleh Ketua SMF dan anggota tetap SMF.
(2)      Sekretaris SMF bertugas membantu Ketua SMF dalam bidang administrasi dan manajerial.
BAB VII
PENGANGKATAN DAN PENUGASAN STAF MEDIS FUNGSIONAL
Pasal 39
Pengangkatan Staf Medis
Direktur  Rumah sakit  dapat mengangkat staf medis atas saran Komite Medik RSU Full Bethesda
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 40
Penugasan Staf Medis
1)    Direksi menetapkan kriteria dan syarat-syarat penugasan setiap staf medis untuk suatu tugas atau
jabatan klinis tertentu.
2)    Kriteria dan syarat-syarat penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh
Direksi berdasarkan masukan dari Komite Medik.
3)    Tenaga Medis yang telah mendapat penugasan di Rumah Sakit dapat bersatus sebagai dokter, dokter
kontrak atau dokter tamu.
4)    Jangka waktu penugasan tenaga medis kontrak adalah 1 (satu) tahun atau sekurang-kurangnya 14
(empat belas) hari yang ditetapkan oleh Direktur  Utama, dan dapat diperpanjang.
5)    Jangka waktu penugasan tenaga medis berlaku sampai dengan batas usia pensiun, atau akan cicabut
penugasan tersebut apabila terjadi kondisi sebagai berikut :
a.    Bila ijin praktek di RSU Full Bethesda  yang bersangkutan sudah tidak berlaku sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang ada; atau
b.    Bila kondisi fisik/mental tenaga medis yang bersangkutan tidak mampu lagi melakukan tindakan medis
secara menetap; atau
c.    Bila tenaga medis ditetapkan telah melakukan tindakan yang tidak profesional, kelalaian, atau perilaku
menyimpang lainnya sebagaimana disarankan oleh Komite Medis.

BAB VIII
KATEGORI STAF MEDIS FUNGSIONAL
Pasal 41
Syarat Menjadi Staf Medik
Untuk dapat bergabung dengan  RSU Full Bethesda, maka dokter (baik dokter umum, dokter
spesialis, dokter gigi maupun dokter gigi spesialis) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1.     Memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya yang dibuktikan dengan STR.
2.     Memiliki Surat Izin Praktik yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
3.     Sehat jasmani dan rohani serta memiliki perilaku dan moral yang baik.
4.     Telah melalui proses kredensial dari Sub Komite Kredensial Komite Medik  Rumah Sakit Umum Full
Bethesda.

Pasal 42
Staf Medik Rumah Sakit memiliki kewajiban, antara lain sebagai berikut :
a.    Wajib mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b.    Wajib mentaati semua Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws)
c.    Wajib mentaati etika rumah sakit, etika kedokteran, etika perawat, etika bidan dan sebagainya.
d.    Wajib melaksanakan klausula-klausula dalam perjanjian antara Rumah Sakit dengan Staf Medik atau
antara Rumah Sakit dengan pihak lain.
e.    Wajib memberikan layanan medik dengan mutu tinggi kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya serta bersedia dihubungi atau dipanggil setiap saat apabila kondisi klinis yang
bersangkutan berada dalam keadaan emergensi.
f.     Wajib memberikan pertolongan emergensi (baik kepada pasiennya sendiri atau kepada pasien lain
yang bukan menjadi tanggung jawabnya) apabila kondisi klinis pasien tersebut berada dalam
keadaan emergensi.
g.    Wajib menjaga etika rumah sakit serta berperilaku sopan terhadap pimpinan, manajer, staf medik lain,
profesional lain, pasien, keluarga pasien serta pengunjung.
h.    Wajib menjalin kerja sama yang harmonis dengan profesional lain yang ada di rumah sakit dan
menghormati kode etik profesi mereka.
i.      Wajib menyelesaikan semua kewajiban administratif sesuai peraturan yang berlaku.
j.      Wajib hadir dalam rapat-rapat yang diadakan oleh Pimpinan Rumah Sakit atau Komite Medik.
k.    Wajib hadir dalam dengar pendapat (hearing) yang diadakan oleh Pimpinan Rumah Sakit, Komite
Medik atau tim yang dibentuk oleh rumah sakit berkaitan dengan penanganan pasien / kasus.
l.      Wajib menunjukkan loyalitasnya kepada rumah sakit.
m.   Wajib membantu rumah sakit dalam rangka meningkatkan mutu layanan.
n.    Wajib mentaati kewajiban-kewajiban lain yang ditetapkan dikemudian hari.

Pasal 43
Dalam melaksanakan pelayanan, Staf Medik mempunyai kewajiban terhadap pasien yang ditangani
untuk :
a.    Melakukan upaya kesehatan dengan sungguh - sungguh dan profesional sesuai standar mutu yang
tinggi.
b.    Segera menjalankan kebijakan medik yang benar, layak dan dapat diterima sesuai standar mutu yang
tinggi.
c.    Segera merujuk ke dokter atau fasilitas kesehatan lain manakala staf medik (baik karena keterbatasan
kemampuan, peralatan, waktu atau karena alasan lain yang masuk akal) tidak mampu lagi untuk
rnelakukan atau meneruskan upaya kesehatan tehadap pasien.
d.    Menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik dengan pasien.
e.    Menjalin kerjasama yang harmonis dengan tenaga kesehatan lainnya.
f.     Memenuhi apa yang menurut etika dan hukum menjadi hak pasien.
g.    Menghormati kepentingan-kepentingan lain dari pasien.
h.    Menghormati kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat secara khusus dengan pasien.
i.      Menerbitkan surat keterangan yang diperlukan bagi kepentingan pasien.
j.      Menghormati kerahasian (konfidensialitas) medik pasien.
k.    Memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya dan sejujur-jujurnya kepada pasien dengan
mempertimbangkan aspek psikologiknya.

Pasal 44
Dalam hal terjadinya sesuatu yang menyebabkan Staf Medik tidak dapat melaksanakan kewajibannya
menangani pasien untuk sementara waktu maka ia wajib memberitahu atau meminta ijin kepada
Direksi Rumah Sakit serta wajib menunjuk dokter pengganti (dengan keahlian sebidang dengannya)
yang disetujui oleh pasien.

Pasal 45
Dalam hal Staf Medik bekerja sebagai Dokter kontrak maka ia sepenuhnya bertanggung jawab atas
segala gugatan bentuk kerugian yang dialami pasien sebagai akibat dari kesalahan medik yang
dilakukan, kecuali ada kesepakatan tersendiri yang menentukan lain.

BAB IX
KOMITE MEDIK
Bagian Pertama 
Nama dan Struktur Organisasi
Pasal 46
Komite Medik
(1)      Komite Medik mempunyai otoritas tertinggi di dalam pengorganisasian Staf Medis Fungsional (SMF).
(2)      Komite Medik berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur  RSU Full Bethesda.
(3)      Komite Medik melaksanakan pengawasan dan review  terhadap pelayanan pasien, mutu pelayanan
medis, rekomendasi penetapan Staf Medis, audit medis dan pengawasan Etika dan disiplin profesi
medis.
(4)      Pengawasan dan review sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilakukan oleh Ketua Komite Medik.

Pasal 47
Organisasi Komite Medik
(2)      Komite Medik Rumah Sakit Full Bethesda adalah wadah non struktural kelompokprofesional medis
yang keanggotaannya terdiri dan Ketua-ketua Staf Medis Fungsional atau yang mewakili SMF secara
tetap.
(3)      Susunan kepengurusan Komite Medik terdiri dari : 
a.   Ketua merangkap Anggota;
b.   Wakil Ketua merangkap Anggota;
c.   Sekretaris bukan Anggota; dan
d.   Anggota.
(4)      Masa bakti kepengurusan Komite Medik adalah minimal 3 (tiga) tahun.
(5)      Kepengurusan Komite Medik dipilih melalui rapat pleno untuk memilih Ketua, Wakil Ketua dan
Sekretaris.

Pasal 48
Sub Komite Medis
(1)      Komite Medis  mempunyai beberapa Sub komite yang terdiri dari :
a.        Subkomite Kredensial
b.        Subkomite Mutu Profesi
c.        Subkomite Etika dan Disiplin Profesi

Pasal 49 
Pemilihan Komite Medik
(1)      Pemilihan calon Ketua/Wakil Ketua Komite Medik dilakukan secara musyawarah mufakat/demokratis
dalam rapat pleno dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Komite Medik.
(2)      Ketua dan Wakil Ketua Komite Medik ditetapkan oleh Direktur dan 3 (tiga) orang calon yang diajukan.
(3)      Dalam menentukan Ketua/Wakil Ketua, Direktur Utama dapat meminta pendapat dari Dewan
pengawas.
Bagian Kedua
Tugas, Fungsi dan Wewenang
Pasal 50
Tugas Komite Medik
Tugas Komite Medik  Rumah Sakit Umum Full Bethesda adalah:
1.      Membantu Direktur  Rumah sakit  menyusun standar pelayanan medis dan memantau
pelaksanaannya
2.      Membantu Direktur  Rumah sakit  menyusun Peraturan Internal Staf Medis dan memantau
pelaksanaannya
3.      Melakukan koordinasi dengan Direktur  Bagian Medik dan Keperawatan dalam melaksanakan
pemantauan dan pembinaan pelaksanaan tugas Kelompok SMF
4.      Melaksanakan pembinaan etika dan disiplin profesi medis
5.      Mengatur kewenangan profesi antar Kelompok SMF
6.      Meningkatkan program pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan
dalam bidang medis
7.      Melakukan pemantauan dan evaluasi mutu pelayanan medis, antara lain melalui monitoring dan
evaluasi farmasi dan terapi, ketepatan, kelengkapan, keakuratan rekam medis, pelaksanaan INA-
DRG, pengendalian infeksi nosokomial, medical care review/peer-review/audit medis, melalui
pembentukan Sub-sub Komite.

Pasal 51
Fungsi Komite Medik
Fungsi Komite Medik RSU Full Bethesda adalah :
1.      Memberikan saran kepada Direktur  Rumah sakit  melalui Bagian  Medik dan Keperawatan;
2.      Mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan pelayanan medis;
3.      Menangani hal-hal yang berkaitan dengan etika dan disiplin profesi medis;
4.      Menyusun kebijakan pelayanan medis sebagai standar yang harus dilaksanakan oleh semua SMF di
Rumah Sakit;

Pasal 52
Wewenang Komite Medik
Wewenang Komite Medik Rumah Sakit Full Bethesda adalah :
1.      Memberikan usul rencana kebutuhan dan peningkatan kualitas tenaga medis
2.      Memberikan pertimbangan tentang rencana pengadaan, penggunaan dan 
pemeliharaan peralatan pelayanan medis dan peralatan penunjang medis serta pengembangan
pelayanan medis
3.      Monitoring dan evaluasi yang terkait dengan mutu pelayanan medis, sesuai yang tercantum dalam
tugas Komite Medik
4.      Melaksanakan pembinaan Etika Profesi serta mengatur kewenangan profesi antar Kelompok Staf
Medis Fungsional
5.      Membentuk Tim Klinis yang mempunyai tugas menangani kasus-kasus pelayanan medis yang
memerlukan koordinasi lintas profesi
6.      Memberikan rekomendasi tentang kerjasama antara Rumah Sakit dan Fakultas
Kedokteran/Kedokteran Gigi/Institusi pendidikan lain
7.      Memantau dan mengevaluasi penggunaan obat di Rumah sakit
8.      Memantau efisiensi dan efektivitas penggunaan alat kedokteran di Rumah Sakit
9.      Menetapkan tugas dan kewajiban Sub Komite/Tim Klinis dalam lingkungan Komite Medik.
BAB X
RAPAT KOMITE MEDIK
Pasal 53
(1)      Rapat Komite Medis   terdiri atas; Rapat Rutin, Rapat Khusus, Rapat Umum Tahunan atau Rapat
Pleno.
(2)      Setiap rapat Komite Medis dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan secara tertulis
Pasal 54 

Rapat Rutin Komite Medis


(1)      Komite Medis menyelenggarakan rapat rutin minimal 3 (tiga) bulan sekali pada waktu dan tempat yang
ditetapkan oleh Ketua Komite Medis.
(2)      Sekretaris Komite Medis menyampaikan pemberitahuan rapat rutin beserta agenda rapat kepada para
anggota yang berhak hadir paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
(3)      Rapat rutin dihadiri oleh Komite Medis .
(4)      Ketua dapat mengundang pihak lain bila dianggap perlu.
(5)      Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Komite Medis sebagaimana diatur dalam
ayat (2) harus melampirkan:
a.        Satu salinan agenda rapat.
b.        Satu salinan risalah rapat rutin yang lalu.
c.        Satu salinan risalah rapat khusus yang lalu.

Pasal 55
Rapat Khusus Komite Medis 
(1)      Rapat khusus Komite Medis  diselenggarakan dalam hal :
a.        diperintahkan oleh ketua sesuai dengan permintaan Direktur   Rumah Sakit
b.        permintaan yang diajukan secara tertulis oleh paling sedikit 3 (tiga) pengurus Komite Medis   dalam
waktu 48 (empat puluh delapan) jam sebelumnya.
c.        permintaan Ketua Komite Medis untuk hal-hal yang memerlukan penetapan kebijakan Komite
Medis  dengan segera.
(2)      Sekretaris Komite Medis  menyelenggarakan rapat khusus dalam waktu 48 (empat puluh delapan) jam
setelah diterimanya permintaan tertulis rapat yang ditandatangani oleh seperempat dari jumlah
anggota Komite Medis   yang berhak untuk hadir dan memberikan suara dalam rapat tersebut.
(3)      Sekretaris Komite Medis  menyampaikan pemberitahuan rapat khusus beserta agenda rapat kepada
para pengurus yang berhak hadir paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum rapat tersebut
dilaksanakan.
(4)      Pemberitahuan rapat khusus akan menyebutkan secara spesifik hal-hal yang akan dibicarakan dalam
rapat tersebut, dan rapat hanya akan membicarakan hal-hal yang tercantum dalam pemberitahuan
tersebut.

Pasal 56
Rapat Pleno Komite Medis
(1)      Rapat pleno Komite Medis diselenggarakan 1 (satu) kali 1 (satu) tahun.
(2)      Rapat pleno dihadiri oleh seluruh Staf Medis Rumah Sakit.
(3)      Agenda rapat pleno paling tidak memuat laporan kegiatan tahun yang telah dilaksanakan Komite
Medis, Dan membahas rencana kegiatan yang akan dilaksanakan tahun yang akan datang, serta
agenda lainnya yang ditetapkan oleh Komite Medis.
(4)      Sekretaris Komite Medis menyampaikan pemberitahuan rapat tahunan secara tertulis beserta agenda
rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum rapat
tersebut dilaksanakan.

Pasal 57
Kuorum
(1)      Kuorum tercapai bila rapat dihadiri oleh paling sedikit setengah dari jumlah Komite Medis ditambah
satu yang berhak untuk hadir dan memberikan suara.
(2)      Keputusan hanya dapat ditetapkan bila kuorum telah tercapai.

Pasal 58
Pengambilan Putusan Rapat
Kecuali telah diatur dalam Peraturan Internal ini, maka:
a.        Pengambilan putusan rapat diupayakan melalui musyawarah dan mufakat.
b.        Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui pemungutan suara berdasarkan suara
terbanyak dari anggota yang hadir.
c.        Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka ketua berwenang membuat keputusan
hasil rapat.

Pasal 59
Tata Tertib Rapat
(1)      Setiap rapat Komite Medis  berhak dihadiri oleh seluruh Komite Medis  atau yang diundang rapat.
(2)      Rapat dipimpin oleh ketua Komite Medis atau yang ditunjuk oleh Ketua Komite Medis .
(3)      Sebelum rapat dimulai agenda rapat dan notulen dibacakan atas perintah ketua.
(4)      Setiap peserta rapat wajib mengikuti rapat sampai selesai.
(5)      Setiap peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan seijin pimpinan rapat.
(6)      Setiap peserta wajib menjaga ketertiban selama rapat berlangsung.
(7)      Hal-hal lain yang menyangkut teknis tata tertib rapat akan ditetapkan oleh Ketua sebelum rapat
dimulai.

Pasal 60
Notulen Rapat
(1)      Setiap rapat harus dibuat notulennya.
(2)      Semua notulen rapat Komite Medis  dicatat oleh Sekretaris Komite Medis atau penggantinya yang
ditunjuk.
(3)      Notulen akan diedarkan kepada semua peserta rapat yang berhak hadir sebelum rapat berikutnya.
(4)      Notulen rapat tidak boleh dirubah kecuali untuk hal-hal yang berkaitan dengan keakuratan notulen
tersebut.
(5)      Notulen rapat ditandatangani oleh Ketua Komite Medis dan sekretaris Komite Medis pada rapat
berikutnya, dan notulen tersebut diberlakukan sebagai dokumen yang sah.
(6)      Sekretaris memberikan salinan notulen kepada Direktur  Rumah Sakit paling lambat 1 (satu) minggu
setelah ditandatangani oleh ketua dan sekretaris Komite Medis .
BAB XI
SUBKOMITE KREDENSIAL
Pengaturan tentang peranan komite medik dalam melakukan mekanisme kredensial dan rekredensial
bagi seluruh staf medis.

Pasal 61
(1)   Untuk menjadi anggota Staf Medis diperlukan proses pengangkatan, yang terdiri dari 2 (dua) tahap
yaitu proses rekrutmen dan proses kredensial.
(2)   Proses Rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di bawah tanggung
jawab Direktur  Rumah Sakit setelah mendapatkan rekomendasi dari Subkomite Kredensial. 
(3)    Hasil proses rekrutmen disampaikan dalam bentuk memo kepada Ketua Komite Medik untuk
selanjutnya dilaksanakan kredensial secara teknis pelayanan.
(4)   Pengangkatan Staf Medis RSU Full Bethesda  dilakukan, setelah memenuhi persyaratan, meliputi:
a.      Memenuhi segala persyaratan yang ditentukan dalam Peraturan ini.
b.      Lolos tes seleksi sesuai dengan aturan yang ditetapkan Rumah Sakit.
c.      Memiliki perilaku yang baik.
d.      Memperoleh rekomendasi dari Subkomite Kredensial dan Perhimpunan Profesi serta Instansi lainnya
yang terkait dan berwenang.
e.      Bersedia mematuhi dan menandatangani Perjanjian Kerja sesuai yang ditetapkan.
f.       Telah menandatangani Perjanjian Kerjasama Karya Medis bagi Staf Medis Non Karyawan.
(5)   Pengangkatan dan penolakan Staf Medis merupakan wewenang penuh dari Pemilik Rumah Sakit.

BAB XII
MEKANISME PENGANGKATAN KEMBALI STAF MEDIS
Pasal 62
(1)   Staf Medis yang Perjanjian Kerjanya telah berakhir, tetapi dipandang perlu untuk diperpanjang masa
berlakunya, maka dapat diusulkan untuk diangkat kembali oleh Direktur  Rumah Sakit setelah melalui
tahap penilaian kembali dari Subkomite Kredensial .
(2)   Pengangkatan Kembali Staf Medis dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.      Pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, kemampuan menimbang, kompetensi medis, referensi dan
status kesehatan individual yang dimiliki.
b.      Memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktek kedokteran yang harus dipenuhi sesuai dengan
aturan terkait yang berlaku.
c.      Tidak pernah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
d.      Tidak pernah melakukan perbuatan yang dilarang oleh peraturan perundangundangan yang berlaku.
e.      Tidak sedang atau memiliki riwayat menggunakan obat-obat terlarang untuk kepentingan sendiri atau
kepentingan lainnya diluar kewenangannya.
BAB XIII
MEKANISME PENGHENTIAN STAF MEDIS
Pasal 63
(1)   Berakhirnya Jangka Waktu Perjanjian Kerja antara Staf Medis dan Pemilik dapat terjadi karena:
a.  Staf Medis mengajukan untuk mengakhiri Perjanjian Kerja-nya sebelum jangka waktunya berakhir.
b.  Staf Medis melakukan pelanggaran Perjanjian Kerja.
c.   Staf Medis meninggal dunia atau memasuki masa pensiun
d.  Rumah Sakit dibubarkan.
BAB XIV
SUBKOMITE MUTU PROFESI
Pengaturan tentang peranan komite medik untuk menjaga mutu profesi para staf medis.
1.    Audit medis
2.    Pendidikan
3.    Pengembangan profesi berkelanjutan

Pasal 64
Audit Mutu Internal
Audit Mutu Internal diselenggarakan untuk memastikan dipenuhinya asas kesesuaian, efektifitas dan
efisiensi dalam pengelolaan fungsi-fungsi pelayanan di rumah sakit untuk mendukung tercapainya
sasaran - sasaran fungsional dan tujuan setiap unit pelayanan.
Pasal 65
Tugas Pokok Subkomite Mutu Profesi adalah :
a.     Melakukan pemeriksaan dan penilaian secara sistematis, obyektif dan terdokumentasi terhadap
fungsi - fungsi unit pelayanan.
b.     Mengetahui tingkat ketaatan terhadap persyaratan - persyaratan, prosedur tetap danketentuan lain
yang wajib dipenuhi dalam suatu unit pelayanan.
c.      Menilai tingkat efektifitas dan efisiensi dalam suatu unit pelayanan dengan parameter
yang ditentukan.
d.     Memberikan kesimpulan pemeriksaan dan penilaian berupa informasi.

Pasal 66
Wewenang Subkomite Mutu Profesi adalah memberikan rekomendasi kepada Direksi berdasarkan
hasil audit mutu internal untuk meningkatkan mutu pelayanan.
BAB XV
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
Pengaturan tentang upaya pendisplinan staf medis, melalui peringatan tertulis sampai penangguhan
kewenangan klinis staf medis yang dinilai melanggar disiplin profesi.
1.    Tata cara pendisplinan staf medis
2.    Bentuk hukuman

Pasal 67
(1)   Setiap anggota Staf Medis harus memiliki integritas dan tanggung-jawab terhadap profesinya.
(2)   Apabila terjadi laporan mengenai pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi, Perjanjian Kerja atau
Peraturan Perundang-undangan, maka Subkomite Etika dan Disiplin Profesi berhak mengumpulkan
bukti-bukti yang lengkap.
(3)   Setiap bukti yang diperoleh harus dikonfirmasikan oleh Subkomite Etika dan Disiplin Profesi kepada
Staf Medis yang bersangkutan dengan melakukan "Pertemuan Bi-Partit".
(4)   Apabila Staf Medis tidak melaksanakan kesepakatan yang dilakukan dalam "Pertemuan Bi-
Partit" sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka Subkomite Etika dan Disiplin Profesi dapat
mengambil tindakan lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
atau Perjanjian Kerja.
BAB XVI
PERATURAN TATA KELOLA KLINIS
Pasal 68
Pengaturan mengenai aturan-aturan profesi bagi staf medis guna melaksanakan tata kelola klinis.
Aturan profesi tersebut antara lain:
1. Pemberian pelayanan medis sesuai dengan:
2. Kewajiban melakukan konsultasi dan/atau merujuk pasien.
3. Kewajiban melakukan pemeriksaan patologi anatomi.

BAB XVII
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PREVILEGES)
Pasal 69
Pemberian Kewenangan Klinis
(1)     Anggota Staf Medis mempunyai hak untuk melakukan pelayanan medis kepada pasien, termasuk
pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medis lainnya yang dipandang perlu.
(2)     Anggota Staf Medis dalam melakukan pelayanan medis harus sesuai dengan kualifikasi dan
kompetensi individu yang dimilikinya.
(3)     Anggota Staf Medis mendapatkan Kewenangan Klinis sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi
individu yang dimilikinya.
(4)     Kewenangan Klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) termuat dalam Surat Penugasan Klinis
(SPK) yang diterbitkan oleh Direktur  Rumah Sakit.
(5)     Kewenangan Klinis tersebut ditetapkan oleh Direktur  Rumah Sakit atas rekomendasi dari Komite
Medis.
(6)     Anggota Staf Medis dalam menjalankan profesinya harus sesuai dengan kewenangan klinis yang
diberikan.
(7)     Anggota Staf Medis dalam menjalankan profesinya harus bertanggung jawab penuh atas pelayanan
medis yang dilakukannya.
(8)     Anggota Staf Medis akan dinilai secara berkala oleh Direktur  Rumah Sakit berdasarkan masukan dari
Komite Medis.
(9)     Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (8) akan menjadi pertimbangan dalam proses
pengangkatan kembali Staf Medis di lingkungan Rumah Sakit.

Pasal 70
Jenis Kewenangan Klinis
(1)     Kewenangan Klinis di Rumah Sakit terdiri atas:
a.      Kewenangan Klinis Sewaktu (Locum Tenens)
b.      Kewenangan Klinis Darurat; dan
c.      Kewenangan Klinis Diperluas.
(2)     Kewenangan Klinis Sewaktu (Locum Tenens) sebagaimana dimaksud pada ayat (9) merupakan
Kewenangan Klinis yang diberikan dalam jangka waktu tertentu kepada Dokter Tamu untuk
melakukan pelayanan medis terhadap pasien pribadinya di Rumah Sakit atau pasien yang dirujuk
oleh Staf Medis lainnya.
(3)     Kewenangan Klinis Sewaktu diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.      Permohonan Kewenangan Klinis Sewaktu diajukan oleh Dokter Tamu kepada Direktur  Rumah Sakit
dan/atau diajukan oleh Direktur  Rumah Sakit kepada Dokter Tamu jika diperlukan sebagai Staf
Medis pengganti;
b.      Dokter tersebut harus sudah terdaftar sebagai anggota Staf Medis di lingkungan Rumah Sakit;
c.      Dokter tersebut memiliki kualifikasi dan kompetensi individu yang sesuai pelayanan medis yang akan
diberikan;
d.      Kewenangan Klinis Sewaktu diberikan selama pasien berada dalam perawatan dan pengobatan di
lingkungan Rumah Sakit dan berakhir setelah pasien meninggalkan Rumah Sakit;
e.      Kewenangan Klinis Sewaktu hanya diberikan kepada Dokter Tamu untuk pelayanan medis pasien
pribadinya dan/atau pasien yang dirujuk oleh Staf Medis lainnya.
(4)   Kewenangan Klinis Darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Kewenangan Klinis
yang diberikan pada Dokter Tamu untuk melakukan pelayanan darurat medis pada saat terjadi
keadaan darurat.
(5)   Kewenangan Klinis Darurat diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.      Kewenangan Klinis Darurat diberikan oleh Direktur  kepada dokter yang bersedia memberikan
pelayanan darurat medis.
b.      Dokter tersebut bukan merupakan anggota Staf Medis Rumah Sakit.
c.      Dokter tersebut memiliki kualifikasi dan kompetensi untuk melakukan tindakan medis yang dibutuhkan.
d.      Jangka waktu Kewenangan Klinis Darurat hanya berlaku selama masa keadaan darurat. Jika keadaan
darurat berakhir, maka pasien atas persetujuannya, diserahkan kepada anggota Staf Medis Rumah
Sakit dengan kualifikasi yang sesuai.
e.      Pelayanan darurat yang dilakukan berada di bawah pengawasan dan penilaian Direktur  dan Komite
Medis.
(6)   Kewenangan Klinis Diperluas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Kewenangan Klinis
yang diberikan kepada Staf Medis Rumah Sakit, yang disebabkan oleh adanya tambahan
pengetahuan dan/atau kemampuan dan/atau ketrampilan yang diperolehnya dari institusi pendidikan
resmi serta telah mendapatkan rekomendasi dari Komite Medis.

Pasal 71
Berakhirnya Kewenangan Klinis
(1)   Kewenangan klinis seorang staf medis di rumah sakit berakhir bila hubungan hukum antara staf medis
dengan rumah sakit telah berakhir atau penugasan klinis dokter yang bersangkutan dicabut oleh
Direktur  Rumah Sakit berdasarkan usulan Komite Medis.
(2)   Direktur  Rumah Sakit mempunyai kewenangan penuh untuk mencabut Kewenangan Klinis dengan
atau tanpa rekomendasi dari Komite Medis, apabila pelayanan medis yang dilakukan diperkirakan
dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien dan/atau berlawanan dan/atau bertentangan
dan/atau berbeda dengan standar profesi medis.
(3)   Dalam hal hubungan hukum antara staf medis dengan rumah sakit berakhir maka Direktur  Rumah
Sakit memberikan surat pemberitahuan tentang hal itu kepada yang bersangkutan dengan tembusan
kepada Komite Medis.
(4)   Dalam hal seorang Staf Medis dikenai sanksi disiplin maka setelah melalui rapat khusus Komite
Medis, Ketua Komite Medis  memberikan surat pemberitahuan tentang hal itu kepada
Direktur  Rumah Sakit dengan tembusan kepada yang bersangkutan.
(5)   Apabila Kewenangan Klinis dicabut, maka Staf Medis yang bersangkutan harus menyerahkan pasien
kepada anggota Staf Medis lainnya yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang sesuai.

Pasal 72
Pelimpahan Kewenangan Klinik
(1)      Pelimpahan kewenangan dari tenaga medis kepada tenaga medis yang lain dapat dilakukan dalam
keadaan darurat/mendesak (emergensi) serta membutuhkan pertolongan demi penyelamatan jiwa.
(2)      Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur secara tegas dalam Standar
Prosedur Operasional yang dibuat oleh Komite Medis.
(3)      Pelimpahan kewenangan tersebut harus dilakukan secara tertulis dan dicatat dalam Rekam Medis
serta harus diusulkan oleh Komite Medis kepada Direktur  Rumah Sakit.
(4)      Pelimpahan kewenangan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan
oleh Direktur  Rumah Sakit.

BAB XIII
AMANDEMEN/PERUBAHAN
Pasal 73
(1)    Perubahan terhadap Peraturan Internal Rumah Sakit dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
(2)    Perubahan dapat dilakukan, apabila ada permohonan secara tertulis dan salah satu Pihak yang terkait
dengan Peraturan Internal Rumah Sakit, yaitu Dewan Pengawas, Direksi dan Komite Medik.
(3)    Usulan untuk merubah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hanya dapat ditaksanakan apabila ada
pemberitahuan tertulis dari salah satu pihak kepada pihak Iainnya, yang disampaikan paling lambat 3
(tiga) minggu sebelumnya.
(4)    Perubahan dilakukan dengan melakukan addendum  pada Peraturan Internal Rumah Sakit ini.
(5)    Addendum  sebagaimana dimaksud pada ayat (4), merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Internal Rumah Sakit ini.

BAB
PENUTUP
Pasal 74
Ketentuan Penutup
(1)    Peraturan Internal Rumah Sakit dan Peraturan Internal Staf medis ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
(2)    Semua peraturan rumah sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan Internal Rumah Sakit
dan Peraturan Internal staf medis ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan Internal rumah sakit/Peraturan Internal Staf medis

Anda mungkin juga menyukai