HENDRO WARDOYO, M. Pd
CURICULUM VITAE
LATIHAN
LATIHAN
ADALAH KEGIATAN YANG DILAKUKAN SECARA SADAR
TERPROGRAM , SISTIMATIK, PROGRESIF
DENGAN TUJUAN AKHIR
PENINGKATAN PERFORMA
LATIHAN
• WHAT TO DO
CABANG/NOMOR, OTOT, KEMAMPUAN BIOMOTOR.
• HOW TO DO
METODE, JENIS LATIHAN, UNIT LATIHAN (I-V-R)
• WHEN TO DO
PERENCANAAN LATIHAN / PERIODISASI.
KAPAN LATIHAN DILAKUKAN
Tujuan :
Mempelajari dasar-Mempelajari dasar – dasar
ketrampilan olahraga yang menjadi favoritnya.
Inilah tahap utama dari pembelajaran motorik.
Pada tahap ini ketrampilan gerakan mulai diarahkan
pada gerakan olahraga tertentu yang menjadi minatnya.
Ketrampilan gerakan tertentu ini mulai dibina dari usia
9 sampai 12 tahun termasuk didalamnya gerakan
olahraga tertentu.
Tahap : Latihan berlatih (12 – 16 tahun)
Tujuan :
Mengoptimalkan kualitas kemampuan fisik atlet sebagai
persiapan untuk memasuki tahap proses latihan spesifik
Tujuan :
Mengoptimalkan kualitas kondisi fisik atlet sebagai persiapan untuk memasuki program
latihan spesifik.Latihan untuk bertanding adalah
tahap dimana puncak dari strength velocity dan weight Velocity datang bersamaan dengan
saat dimana kekuatan mencapai keadaan maksimum.
Tujuan :
Memaksimalkan kualitas kondisi fisik, serta ketrampilan yang bersifat spesifik untuk
meraih prestasi. Pada tahap ini ketrampilan, kecepatan, stamina dan kekuatan terus
menerus diperbaiki untuk menghasilkan prestasi maksimum.
A
K
T
I 60% 20%
V 80%
I 40%
T
A
S
6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Usia
MEMAHAMI KARAKTER INDIVIDU
UMUR ANATOMIS :
Menunjuk kepada beberapa tahap dari pertumbuhan anatomis
Yang bisa kita kenali dengan mengidentifikasi karakter khusus.
Iklim, ruang gerak, daerah dapat mempengaruhi secara signifikan
kecepatan perkembangan remaja.
LATIHAN
DAN PERTANDINGAN
MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN DAN
SESEORANG YANG TERMASUK DALAM
REKREASI KATEGORI INI BISA DAN
KEMAMPUAN BIOMOTORIK,
MENYARANKAN UNTUK
MUNGKIN BUKAN ANGGOTA SUATU IKUT SERTA DALAM
OLAHRAGA YANG
ORGANISASI MENYENANGKAN
OLAHRAGA DAN TIDAK PERLU
TEORI DAN METODOLOGI
LATIHAN
ANATOMI SOSIOLOGI
PHYSIOLOGI NUTRISI
PSIKOLOGI PEDAGOGY
MOTOR LEARNING
Bompa, 1999 ; 4
LATIHAN
PERAN PELATIH :
▫ Guru
▫ Instruktur
▫ Orangtua
▫ Teman
▫ Motivator
▫ Administrator
▫ Ilmuwan
▫ Jurnalis
▫ Disipliner
TIPE PELATIH
1. OTORITER
4. DRIVEN COACH
(MOTIVATOR COACH)
KEADAAN KEADAAN
FAKTOR PRESTASI
INTERNAL PSYCHOLOGIS KONSTITUSI
TINGGI
ATLET TUBUH
PEMAHAMAN
KETERAMPILAN KEMAMPUAN
TAKTIK /
TEKNIK FISIK
STRATEGIS
KLASIFIKASI LATIHAN DAN
KETRAMPILAN
KLASIFIKASI KETERAMPILAN
Beberapa percobaan telah dilakukan untuk menggolongkan latihan fisik.
Salah satu kriterianya berdasarkan jika seseorang terlihat dalam keadaan
Baik lalu ia sehat dan kuat. Penemu olahraga senam dari GERMAN,
FRIEDERICH JAHN, mengemukakan penggunaan kriteria berdasarkan
pemakaian peralatan yang dipakai oleh pesenamnya (EISELEN, 1845 ).
Leshaft (1910) membagi seluruh latihan kedalam 3 kelompok :
CALISTHENICS ( LATIHAN SEDERHANA )
o GABUNGAN LATIHAN YANG LEBIH KOMPLEKS DENGAN
PENINGKATAN BEBAN YANG PROGRESS (MELOMPAT, GULAT)
o LATIHAN YANG KOMPLEKS (PERMAINAN, SKATING, ANGGAR)
Disamping klasifikasi atlit baik dari olahraga individu dan
olahraga tim, secara meluas klasifikasi yang diterima
menggunakan BIOMOTOR
ABILITIES sebagai kriteria.
BIOMOTOR ABILITIES berisi STRENGTH, SPEED,
ENDURANCE, and COORDINATION
(GRANTIN 1940 ). Klasifiksi ini dalam prakteknya lebih
banyak digunakan
oleh pelatih ( FARFEL 1960 ) . Keterampilan Olahraga
dapat
digolongkan menjadi 3 kelompok latihan :
Siklis
Asiklis
Gabungan Asiklis
Keterampilan Siklis
• REAKSI AN-AEROBIK
1. ATP ADP + P + ENERGI
2. CREATIN FOSFAT + ADP CREATIN + ATP
3. GLYCOGEN + ADP + P AS.LAKTAT + ATP
• REAKSI AEROBIK
1. GLYCOGEN/GLUKOSA + AS.LEMAK BEBAS + ADP
+ P + O2 CO2 + H20 + ATP.
• REAKSI AN-AEROBIK NO. 1&2 DISEBUT JUGA
REAKSI ATP-PC & DAPAT BERLANGSUNG SAMPAI
DENGAN 20 DETIK PERTAMA.
• REAKSI AN-AEROBIK NO. 3 DISEBUT JUGA REAKSI
L.A DAN DAPAT BERLANGSUNG SAMPAI DENGAN
60 DETIK PERTAMA.
• REAKSI AEROBIK DISEBUT JUGA REAKSI O2 DAN
DAPAT BERLANGSUNG TERUS DIATAS 60 DETIK
PERTAMA.
Perpindahan Sistem Aerobik dan Anaerobik
(energi split)
Energi predominan berkaitan dengan waktu kegiatan
5
PRINSIP LATIHAN
Aktifitas fisik yang dilakukan seseorang berpengaruh terhadap
kondisi fisiologis, anatomis, biomekanik dan psikologis. Dalam
proses latihan salah satu hal yang harus dipegang secara
teguh oleh seorang pelatih adalah pengetahuan mengenai
prinsip – prinsip latihan. Pada prinsip latihan ini ada beberapa
pakar yang berbeda dalam hal jumlahnya, namun begitu
secara definisi tidak menunjukan perbedaan yang mendasar.
Seperti halnya Harsono ( 1988 ; 98 ) dalam bukunya
“coaching dan aspek – aspek psikologis dalam latihan”,
mengemukakan adanya 10 (sepuluh) prinsip latihan,
sedangkan Frank S, pyke (1991 ; 29 dalam bukunya “better
coaching, advance coaching manual”, hanya mengemukakan
5 prinsip latihan, dan Bompa ( 1999 ; 27 ) dalam bukunya
“theory and methodology of training”, mengemukakan 7
prinsip latihan.
PRINSIP LATIHAN
1. PRINSIP AKTIF DAN KESUNGGUHAN
BERPARTIPASI DALAM LATIHAN.
2. PRINSIP PENGEMBANGAN MENYELURUH
3. PRINSIP KEKHUSUSAN ( SPESIALISASI )
4. PRINSIP INDIVIDU
5. PRINSIP VARIASI
6. PRINSIP MEMBUAT MODEL DALAM
PROSES LATIHAN
7. PRINSIP PENINGKATAN BEBAN DALAM
LATIHAN SECARA PROGRESIF
BOMPA
PRINSIP AKTIF DAN KESUNGGUHAN BERPARTIPASI DALAM LATIHAN (
BERPARTISIPASI AKTIF )
PRESTASI
DEWASA TINGGI
SPESIALISASI
LATIHAN
ATLIT JUNIOR
PERKEMBANGAN
ANAK ANAK MULTILATERAL
PRINSIP KEKHUSUSAN
( SPECIALIZATION )
Spesialisasi adalah latihan yang khusus untuk satu cabang
olahraga yang mengarah pada perubahan morfologis dan
fungsional dikaitkan dengan spesifikasi cabang olahraga
yang bersangkutan. (perubahan dalam wujud teknik, taktik
dan psikologisnya). Spesialisasi bukanlah merupakan
proses yang sepihak melainkan lebih kompleks yang
didasarkan atas dasar-dasar yang kokoh dari
perkembangan yang menyeluruh. Sejauh yang
menyangkut masalah spesialisasi ozolin (1971)memberikan
saran bahwa suatu latihan / aksi motorik khusus dipakai
untuk :
1. Memperoleh efek latihan dari cabang olahraga yang khusus
ditekuninya
2. Dipakai untuk mengembangkan kemampuan biomotoriknya.
PRINSIP INDIVIDU
Sebenarnya tidak ada program latihan yang langsung
cocok semua atlet. Masing-masing latihan harus
dibuat yang cocok bagi individual atau perorangan
karena tidak ada dua orang yang persis sama, yang
ada adalah mendekati sama. Untuk memberikan
yang
terbaik dalam prinsip individual ini, perlu
diperhatikan penyusunan latihan sebagai berikut
1. Bagaimana individual tersebut mempunyai
respons terhadap training (latihan) itu.
2. Pembebanan latihan (training) tidak akan
menimbulkan ketegangan (strain).
3. Badan tidak akan kehilangan kemampuannya
untuk dapat menyesuaikan diri.
Disamping 3 hal tersebut diatas, perlu diperhatikan pula
faktor-faktor berikut ini:
1) Jenis kelamin
2) Usia
3) Tingkat kesegaran jasmani
4) Komposisi tubuh
5) Tipe tubuh
6) Karakter psikologi
7) Komponen kesegaran jasmani yang akan diperbaiki atau
dikembangkan.
Pada prakteknya sulit untuk melatih seseorang secara
individual, tetapi masih dapat diatasi dengan latihan secara
kelompok homogen. Dalam hal ini pengaturan jadwal
latihan harus diprogram untuk masing-masing kelompok
homogen yang berlatih tertentu.
PRINSIP VARIASI
Untuk menjalankan suatu program latihan yang benar
biasanya akan banyak menuntut waktu dan kerja keras dari
para atlit. volume dan Intensitas latihan akan terus
menerus meningkat dalam mengulang setiap bentuk latihan
yang sering dirasakan begitu berat oleh atlit, berat
secara fisik maupun secara psikologis. Apalagi kalau latihan
yang diterima atlit berupa latihan yang menuntut daya
tahan yang lama kelamaan akan menjadikan rasa bosan.
Kebosanan dalam latihan akan merugikan terhadap
kemajuan prestasinya. Seorang pelatih harus kreatif dalam
menyajikan program latihan nya, pelatih harus pandai –
pandai mencari dan menerapkan variasi – variasi dalam
latihannya.
PRINSIP MEMBUAT MODEL
dalam PROSES LATIHAN
Dalam istilah yang umum, model merupakan sebuah tiruan,
simulasi dari suatu kenyataan yang disusun dari suatu
elemen – elemen yang khusus dari sebuah fenomenayang
dapat diawasi dan diselidiki oleh seseorang hal ini juga
merupakan sebuah isomorphus dari sebuah bayangan atau
gambaran dari yang diperoleh secara abstrak : suatu
proses mental pembuatan generalisasi dari contoh
yang nyata (sama dengan menggambarkan suasana
pertandingan). Sebuah model dituntut mandiri sehingga
dapat membatasi beberapa variabilitas kepentingan yang
sekunder dan juga reliabel artinya sedikit memiliki
kesamaaan dengan yang ada sebelumnya.
Untukmencapainya sebuah model harus berkaitan dengan
latihan yang identik dengan sifat – sifat pertandingannya.
PRINSIP PENINGKATAN BEBAN DALAM LATIHAN
SECARA PROGRESIF
1. Pemanasan Tubuh.
Penting dilakukan sebelum latihan yang bertujuan
untuk mengadakan perubahan dalam fungsi organ
tubuh kita guna menghadapi kegiatan fisik yang
lebih berat, kegunaanya terhindar cedera,
koordinasi gerak yang mulus, penyesuaian organ
tubuh terhadap kerja yang lebih berat, kesiapan
mental dan lain sebagainya.
2. Metode Latihan
Untuk mempercepat peningkatan prestasi latihan
tidak cukup dengan latihan secara motorik saja
akan tetapi harus dibarengi dengan latihan nir
motorik.
3. Berfikir positif
Banyak atlit yang tidak mau atau tidak berani berlatih dengan
beban latihan yang melebihi kemampuannya. Padahal
sebenarnya mereka mampu untuk menanggung beban yang
lebih berat daripada yang diperkirakan. Persoalannya terletak
pada kata hati ( inner Speaking ) kalau waktu latihan lari kata
hati negatif (mis; Saya capik, tidak mampu atau sakit dsb)
maka memang demikian padahal sebenarnya kita mampu.
4. Prinsip Beban Lebih
Prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan
yang semakin berat. Atlet harus selalu berusaha untuk
berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang mampu
dilakukan pada saat itu.
5. Intensitas latihan ( Teori Katch dan Mc Ardle 1983)
Banyak pelatih gagal memberikan latihan yang berat pada
atlitnya, demikian pula atlitnya yang enggan atau tidak berani
melakukan latihan yang beratnya melebihi ambang
rangsangnya. Mereka takut mengalami cedera, kehabisan
nafas, dan sebagainya. Karena itu banyak atlit berlatih
dibawah ambang rangsangnya.
8. Variasi
Latihan dilakukan dengan benar biasanya menuntut banyak
waktu, pikirin, dan tenaga atlet. Karena itu, bukan mustahil
jika latihan yang intensif dan berkesinambungan kadang –
kadang menimbulkan rasa bosan berlatih kalau rasa bosan
terjadi pada atlit gairah dan motivasinya biasanya menurun
bahkan hilang sama sekali. Hal ini dapat juga menjadi
penyebab penurunan prestasi, karena kebosanan merupakan
musuh dari usaha peningkatan prestasi.
9. Metode bagian dan Metode Keseluruhan Relaksasi
Untuk memperoleh pengertian tentang suatu hal secara
menyeluruh terlebih dahulu kita harus memahami setiap
bagian dari keseluruhan tersebut.
Metode Bagian ( Part Method ) serangkaian gerakan yang
dipecah – pecah sebelum dijalin dalam satu rangkaian gerak
secara keseluruhan.
Metode Keseluruhan ( Whole Method ) Ketrampilan suatu
cabang olahraga yang gerakannya sederhana dan mudah
difahami atau dikuasai, keterampilan tersebut dilatih sebagai
satuan yang utuh dan tak perlu dipilah – pilah menjadi
beberapa bagian atau dilatih bagian per bagian.
6. Kualitas latihan
Berlatih secara intensif belumlah cukup untuk
menjamin tercapainya peningkatan prestasi sebab
peningkatan prestasi hanyalah mungkin apabila
selain intensifnya, latihannya juga harus bermutu
atau berkualitas.
7. Individualisasi
Tidak ada dua orangnya yang rupanya persis sama
meski kembar sekali pun. Dan tidak ada pula dua
orang ( apalagi lebih ) yang secara fisiologis
maupun psikologis persis sama. Setiap orang
mempunyai perbedaan-perbedaan individu masing
– masing. Demikian pula setiap atlit berbeda
dalam kemampuan potensi dan karakteristiknya.
Jadi seluruh konsep latihan harus disusun sesuai
dengan kekhasan setiap individu agar tujuan
latihan dapat tercapai.
10. Perkembangan Menyeluruh
Sebelum atlet mengkhususkan dirinya dalam satu cabang
olahraga, sebaiknya atlet muda itu terlebih dahulu
menganut dan menerapkan prinsip perkembangan
menyeluruh atau prinsip multilateral
11. Memperbaiki kesalahan
Kalau atlet sering melakukan kesalahan gerak ( misalnya)
Kesalahan dalam melompat, melempar, memukul, memanah ),
maka pelatih dalam usahanya untuk memperbaiki kesalahana
tersebut harus menekankan pada penyebab terjadinya
kesalahan. Pelatih harus secara cermat mencari dan
menemukan sebab – sebab timbulnya kesalahan. Ada prinsip
mengatakan bahwa “coach causes, not symptoms” contoh atlet
lompat tidak tinggi jangan dikatakan lompatan kamu tidak
tinggi, ayo lebih tinggi lagi”. Yang mesti dicari adalah penyebab
kenapa lompatannya tidak tinggi.
12. Model Latihan
Pada waktu latihan, stress yang dirasakan oleh atlet
biasanya lebih sering dibandingkan dengan stress
yang dialaminya waktu pertandingan oleh karena itu
pada waktu latihan, pelatih harus memasukkan
bentuk – bentuk maupun variabel - variabel latihan
yang kelak ditemukan dalam pertandingan
sebenarnya.
13. Menetapkan sasaran.
Sebagaimana setiap orang yang harus mempunyai
tujuan dalam hidupnya setiap atlet juga harus
mempunyai tujuan dan sasaran dalam latihannya.
Sasaran latihannya meliputi jangka panjang,
menengah, pendek.
William H. Freeman ( 1991 ; 9 ) dalam bukunya “Peak When It
Count “peridozation for american track & field””, mengemukakan
adanya 3 (Tiga) tipe prinsip latihan, antara lain :
A. The Physiologhical
• Law of Overload
Principle of Individualization
Principle of Multilateral Development
• Law of Specificity
Principle of Specialization
Principle of Modeling the raining proses
• Law of Reversibility
Principle of Increasing Demand
Principle of Continous Load Demand
Principle of Feasibility
B. The Psycological
• Principle of Active
• Principle of Awareness
• Principle of Variety
• Principle of Psycological Rest
C. The Pedagogical
• Principle of Planning and Use of
System
• Principle of Periodization
• Principle of Visual Presentation
KOMPONEN LATIHAN
1. VOLUME LATIHAN
2. INTENSITAS LATIHAN
3. DENSITAS LATIHAN
4. KOMPLEKSITAS LATIHAN
VOLUME LATIHAN
Bompa
Volume adalah kuantitas dari kerja yang ditampilkan,
mengabungkan antara jarak dengan jam latihan
Chu.1992
Volume adalah total kerja yang ditampilkan
dalam sebuah sesi latihan tunggal.
Volume relatif :
Volume latihan maksimal: Jumlah total waktu yang
adalah tahapan latihan yang mutlak dipakai dalam latihan
dialami oleh atlet dalam oleh sekelompok atlet,
suatu periodisasi program latihan. tidak memperhatikan
Tanpa pernah mengalami sampai kesetiap individu.
kondisi latihan dengan
volume maksimal Volume absolut :
seorang atlet tidak akan pernah Ukuran jumlah kerja yang
mencapai kondisi adaptasi fisiologis. dilakukan setiap atlet
per satuan waktu.
(biasanya dalam menit)
Ukuran Volume
• Ukuran Volume latihan berupa jarak (meter
atau kilometer), waktu (menit/jam). Set, Berat
(Kg)
• Latihan dayatahan sejauh 10 Km
• Latihan dayatahan lari selama 30 menit.
• Latihan dayatahan kecepatan 2 set, 20x200
meter.
• Latihan Kekuatan Bench Press dgn 50 kg,
sebanyak 6 repetisi perset sebanyak 6 set.
Volume latihan untuk level atlet
Marten, 2004
Faktor yang terpenting dalam mendisain dan monitoring
sebuah program latihan adalah dengan intensitas latihan.
Skala Intensitas untuk komponen
Kecepatan dan Kekuatan
No.Intensitas Prosentasi (%) Intensitas
1 30 – 50 Rendah
2 50 - 70 Intermediate
3 70 - 80 Sedang
4 80 – 90 Submaximum
5 90 – 100 Maximum
Harre, 1982
Intensitas Dayatahan
Zone Tipe Intensitas Heart rate/min
Nikiforov, 1974
Dimanika Intensitas dan Volume
Intensitas: Volume:
•Memperpanjang waktu latihan.
•Meningkatkan kecepatan
dalam jarak tertentu •Meningkatkan jumlah bentuk
atau meningkatkan latihan per siklus latihan.
berat beban.
•Menambah jumlah
•Mempersingkat pengulangan.
istirahat interval.
•Meningkatkan jarak atau
•Meningkatkan durasi tiap pengulangan
densitas latihan. atau drill
Densitas/kepadatan
Bompa,1999
Suatu Frekuensi dimana atlet dihadapkan
pada sejumlah rangsangan persatuan waktu.
PSIKIS
TAKTIK/STRATEGI
TEKNIK
F I S I K
TUJUAN LATIHAN FISIK
MEMBANGUN:
GERAK KOMPETISI
KOMPETISI DITAMBAH BEBAN EKSTRA
INTERRELASI-BIOMOTOR
GENERAL FITNESS /
PERSIAPAN UMUM SELURUH TUBUH
KECEPATAN
KECEPATAN
DEFINISI :
KEMAMPUAN MELAKUKAN GERAKAN
DENGAN WAKTU YANG SINGKAT/ PENDEK.
Koordinasi Umum
koordinasi Khusus
KELENTUKAN
FLEKSIBILITAS
Kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui
jangkauan gerak yang luas.Jangkauan gerak alami tiap
sendi pada tubuh tergantung pada pengaturan tendo –
tendo, ligament, jaringan penghubung dan otot – otot.
Batas jangkauan sendi disebut
posisi akhir. Cedera dapat terjadi bila
anggota badan atau otot dipaksa diluar
batas kemampuannya.
Latihan kelentukan dapat menolong
mengurangi resiko cedera dengan
meningkatnya jangkauan gerak sendi.
Kemampuan kelentukan yang terbatas juga
dapat menyebabkan penguasaan teknik yang
kurang baik dan prestasi rendah juga
menghalangi kecepatan dan daya tahan lari
karena otot – otot harus bekerja keras untuk
mengatasi tahapan menuju langkah yang
panjang
2. PERSIAPAN TEKNIK
Satu elemen yang membedakan berbagai macam olahraga
adalah struktur dari gerak khususnya. Pada dasarnya suatu
teknik meliputi semua struktur teknik dan elemennya
tergantung pada suatu nilai gerakan yang efisien melalui
usaha dari atlit tersebut untuk melaksanakan tugasnya
dalam olahraga.
TEKNIK yang BAIK = EFISIENSI yang TINGGI
Teknik sering hanya dilihat sebagai bentuk dari suatu
gerakan fisik, tapi formatnya/bentuknya selalu
berhubungkan dengan isi nya. Akibatnya kita harus
memandang setiap latihan dari dua segi yaitu dari
bentuk/formatnya dan isinya. Isi dari latihan digolongkan
pada lingkup, kegiatan dari susunan syaraf pusat (CNS),
kemauan untuk berusaha, kontraksi otot atau relaksasi,
kekuatannya dan kelentukan.
3. PERSIAPAN TAKTIK STRATEGI
1. MENYERANG
2. BERTAHAN
4. PERSIAPAN TEORI
Suatu konsep bahwa setiap atlit dilatih tidak hanya praktek tapi teori juga
diperlukan bahkan dilaksanakan sendiri – sendiri. Meskipun sekarang jarang
ditemui, beberapa pelatih masih percaya bahwa mereka perlu berpikir untuk
atlit mereka. “ Atlit adalah hanya untuk berlatih dan bertanding. Pelatih
hanya mengatur istirahatnya “. Dengan jelas konsep ini tidak hanya kuno
tetapi juga bisa berpengaruh terhadap kemampuan ketrampilan atlit lebih
maju dalam penampilannya. Tambahan dan aplikasi tentang pengetahuan
teori dalam praktek adalah tidak hanya penting artinya untuk mempercepat
perkembangan ketrampilan dan kemampuan atlit tetapi juga dapat
memotivasi atlit dalam latihan. Oleh karena itu perkembangan ketrampilan
terjadi bersamaan. Calon atlit harus diperkenalkan dengan program teori
latihan, teori latihan terbuksa terhadap sesuatu agar pelatih mengetahui
olahraga apa yang dipilih. Tentu saja pelatih harus mengetahui individu dan
memperhatikan tingkat pengetahuan mereka dalam olahraga.
Seorang pelatih harus mempunyai pengetahuan
yang fokus di bidangnya dengan pendidikannya di
ilmu keolahragaan, semua pengetahuan yang ilmiah,
membuat pelatih harus tidak tabu untuk diberikan
kepada atlit, mereka harus setuju kepada keahlian
pelatih. tanggung jawab pelatih tidaklah terbatas ke
pelatihan saja; [itu] meluas kepada atlit secara umum
dan pendidikan olahraga yang khusus.
Dari urutan berikut ini, merupakan suatu petunjuk yang
cukup untuk seorang pelatih Berbagi pengetahuan dengan
atlit :
1. Aturan dan peraturan resmi dari olahraga yang dipilih
2. Dasar ilmiah untuk mengerti dan menganalisa teknik
dari olahraganya. Biomekanika mempunyai implikasi
tertinggi dari pengertian teknik dan analisa
keterampilan.
3. Pengetahuan ilmiah dan Metodik dasar dari
pengembangan biomotor ability
4. Konsep perencanaan dalam latihan, pelatih harus
memberitahukan tentang periodisasi latihan
5. Adaptasi terhadap Anatomi dan fisiologi dalam latihan
6. Penyebab, perawatan dan pencegahan dari cedera.
7. Sosiologi Olahraga ( konflik antar kelompok ).
8. Psikologi Olahraga
9. Nutrisi
MENGAPA PERIODISASI DIPERLUKAN ?
SIKLUS MAKRO
SIKLUS MIKRO
SIKLUS LATIHAN
30
25
20
15
Plan
Actual
10
5
Start 6 10 14 18 22 26
Week of program
PAGI T T
SORE T T T T T T
Gb. 1
Gambar dibawah ini merupakan ilustrasi
dari struktur 3 +1 yang mana
menyimpulkan bahwa latihan dilakukan
secara berurutan dalam 3 setengah hari (
3 sesi latihan ) sedangkan sesi latihan
yang ke 4 diatur untuk istirahat. Sedikit
perubahan struktur dapat
dipertimbangkan untuk atlet yang potensi
latihannya setara dengan siklus mikro
dengan tuntutan yang lebih banyak.
SIKLUS MIKRO
dengan 9 kali latihan/ 3 + 1
PAGI T T T T T T
SOR
T T T
E
Siklus mikro 5 + 1 atau 5+1+1
menyimpulkan bahwa akhir
siklus melibatkan 5 sesi latihan
yang kemudian ditambahkan
lagi satu sesi latihan. Siklus
mikro juga dapat disusun
berdasarkan ketersediaan
waktu dan jenis latihan yang
dilakukan.
SIKLUS MIKRO
dengan 10 kali latihan / 5 + 1
SESI M T W TH F SAT SUN
PAGI T T T T T T
SORE T T T T
SIKLUS MIKRO
dengan 11 kali latihan / 5 + 1 + 1
PAGI T T T T T T T
SORE T T T T
•