Anda di halaman 1dari 127

OLEH

HENDRO WARDOYO, M. Pd
CURICULUM VITAE

NAMA : HENDRO WARDOYO, M. Pd


TTL : 4 MEI 1972
AGAMA : ISLAM
PEKERJAAN : DOSEN FIK UNJ
ALAMAT : JL. LESTARI INDAH II
PERUM MEDANG
LESTARI
TANGERANG
NO TELP : 081219541445
EMAIL : kaezaridho4572@gmail.com
I. PRESTASI ATLET
1. JUARA 1 SEA GAMES TAHUN 1997 JAKARTA
2. JUARA 2 SEA GAMES TAHUN 1999 BRUNEI
3. JUARA 1 SEA GAMES TAHUN 2001 MALAYSIA
4. JUARA 1 SEA GAMES TAHUN 2003 VIETNAM
5. JUARA 1 PON XIV TAHUN 2000 SURABAYA
6. JUARA 1 PON XV TAHUN 2004 PALEMBANG
7. JUARA 1 WORLD CHAMPIONSHIP 1997 MALAYSIA
8. JUARA 2 WORLD CHAMPHIONSHIP 2004 SINGAPORE
9. JUARA 1 ASIA PASIFIC 2003 PHILIPINA
10. JUARA 1 EKSHIBISI ASEAN GAMES 2002 KOREA SELATAN

II. PRESTASI PELATIH


1. JUARA UMUM 1POMNAS 2005 BANDUNG
2. JUARA UMUM 2 POMNAS 2007 BANJARMASIN
3. JUARA UMUM 1 POMNAS 2009 PALEMBANG
4. JUARA UMUM 2 POMASEAN 2010 CHIANGMAI THAILAND
5. JUARA UMUM 1 POMNAS 2011 BATAM
6. JUARA UMUM 2 PRAPON WIL 2 2012 BALI
7. JUARA UMUM POMNAS 2013 YOGYAKARTA
8. JUARA UMUM 2 KEJURNAS 2014
9. JUARA UMUM POM ASEAN 2014 PALEMBANG
10. JUARA UMUM PRAPON 2015 GORONTALO
11. JUARA UMUM SUKIPT MALAYASIA 2016
12. JUARA UMUM 2 PON 2016 JAWA BARAT
13. JUARA UMUM WORLD CHAMPIONSHIP 2016 BALI
TIM DEMONTRASI
PENCAK SILAT
1. FESTIVAL BELADIRI DUNIA PARIS PERANCIS
2002
2. OPENING BELGIA OPEN 2002
3. SWISS 2002
4. SOSIALISASI PENCAK SILAT YAMAN 2003
5. FESTIVAL CARIEFIESTA SURINAME 2003
6. SOSIALISASI PENCAK SILAT DI BUSAN KOREA
SELATAN 2008
7. OPENING FESTIVAL TAICHI SE DUNIA SEOUL
2009
8. SOSIALISASI PENCAK SILAT DI TUNISIA 2010
TEORI DAN METODOLOGI
LATIHAN
Seringkali kita dengar orang mengatakan bahwa semua
bentuk kegiatan olahraga dapat disebut latihan…!?
Orang pergi main tenis/golf dikatakan bahwa ia ingin
latihan tenis/golf
Latihan itu seharusnya mempunyai tujuan atau sasaran
yang ingin dicapai dengan menggunakan metode – metode
serta pola dan menggunakan prinsip – prinsip latihan yang
mempunyai pengaruh pada tubuh………..
Jadi apakah latihan itu dan apa tujuannya ?
Latihan bukan hal yang baru atau ditemukan pada
jaman sekarang ini, latihan sudah ada sejak jaman
mesir purba dan yunani, dimana orang – orang
berlatih secara sistematis dalam usaha untuk
mencapai tujuan militer maupun untuk kejuaraan
olimpic.
Latihan adalah merupakan aktifitas olahraga yang
sistematis dalam waktu yang lama, ditingkatkan
secara progressif dan individual yang mengarah
kepada ciri – ciri fungsi fisiologis dan psikologis
manusia untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bompa 1999 ; 5
Terdapat beberapa istilah pelatihan yang berbeda
dalam hal kedalaman atau keluasan paparan,
sesuai dengan sudut pandang para penulisnya.
Secara umum, pelatihan olahraga diartikan sebagai
“semua upaya yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan kemampuan dalam pertandingan
olahraga “ (rothig (ed), 1972 atau sebagai “latihan
intensif secara sistematik untuk meningkatkan
prestasi olahraga (ballreich at .al,1972). Harre
(ed.,1982) menjelaskan dalam pengertian yang
luas, “keseluruhan proses persiapan yang
sistematik bagi atlit untuk mencapai prestasi tinggi”.
Latihan adalah sebagai proses yang sistematis dari berlatih
atau bekerja yang dilakukan secara berulang – ulang dengan
kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau
pekerjaannya.
( Harsono ;1988 ;101 )
Latihan adalah suatu proses penyempurnaan atlit secara
sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi
beban-beban fisik, teknik, taktik, dan mental yang teratur,
terarah meningkat, bertahap,dan berulang – ulang waktunya.
( Suharno ; 1993 ; 5 )
Salah satu kalimat yang paling sering kita dengar
dalam hubungannya
dengan Olahraga adalah kata:

LATIHAN
LATIHAN
ADALAH KEGIATAN YANG DILAKUKAN SECARA SADAR
TERPROGRAM , SISTIMATIK, PROGRESIF
DENGAN TUJUAN AKHIR
PENINGKATAN PERFORMA
LATIHAN

• WHAT TO DO
CABANG/NOMOR, OTOT, KEMAMPUAN BIOMOTOR.

• HOW TO DO
METODE, JENIS LATIHAN, UNIT LATIHAN (I-V-R)

• WHEN TO DO
PERENCANAAN LATIHAN / PERIODISASI.
KAPAN LATIHAN DILAKUKAN

Balyi’s Training Stages:


Training Stage
Females Males
Fundamental 6-8 6-9
Learning to Train 8-11 9-12
Training to Train 11-15 12-16
Training to Compete 15-22+ 16-23
Training to Win 18+/- 19+/-
TAHAPAN DALAM PENGEMBANGAN PRESTASI ATLET JANGKA PANJANG

Tahap : Fundamental ( 6 – 9 tahun)


Tujuan :
Mempelajari semua ketrampilan gerakan dasar
untuk membangun gerakan motorik. Gerakan-gerakan
fundamental harus dipraktekkan dan dikuasai sebelum
atlet diperkenalkan dengan ketrampilan yang bersifat
khusus.
Mereka didorong untuk berpartisipasi
dalam macam-macam cabang olahraga.
Penekanan pada pembinaan motorik
akan menghasilkan atlet yang mampu
menjalani pelatihan jangka panjang,
untuk olahraga tertentu.
Tahap Fundamental ( 6 – 9 tahun)

diberi kesempatan untuk mengembangkan segala


yang diperlukan dalam bidang olahraga
(ketangkasan,keseimbangan,koordinasi dan
kecepatan); yang paling pokok adalah lari, lempar
dan lompat; pembinaan fisik,kognitif dan emosi
Tahap : Belajar untuk berlatih (9 – 12 tahun)

Tujuan :
Mempelajari dasar-Mempelajari dasar – dasar
ketrampilan olahraga yang menjadi favoritnya.
Inilah tahap utama dari pembelajaran motorik.
Pada tahap ini ketrampilan gerakan mulai diarahkan
pada gerakan olahraga tertentu yang menjadi minatnya.
Ketrampilan gerakan tertentu ini mulai dibina dari usia
9 sampai 12 tahun termasuk didalamnya gerakan
olahraga tertentu.
Tahap : Latihan berlatih (12 – 16 tahun)

Tujuan :
Mengoptimalkan kualitas kemampuan fisik atlet sebagai
persiapan untuk memasuki tahap proses latihan spesifik

Tahap 4 adalah saat dimana terjadi pertumbuhan yang


pesat dan bertepatan dengan periode dimana kapasitas
aerobik mencapai keadaan yang terbesar. Dalam
olahraga hal ini dikenal dengan istilah “training the
engine” , melatih mesin tubuh untuk kelak mampu
mendemostrasikan kemampuan fisiologis sesuai tuntutan
seorang atlet elit.
Tahap : Latihan untuk berlatih (12 – 16 tahun)

Membangun kapasitas aerobik. Pola latihannya adalah


intensitas rendah dengan volume beban tinggi,

Penambahan waktu pada jadwal latihan. Harus ada periodisasi


tunggal atau ganda dan harus mula ada penetapan target prestasi
tertentu.

Fleksibilitas harus dikembangkan demikian pula pengembangan


kekuatan dengan menggunakan berat badannya sendiri, atau
dengan menggunakan low resistance band
Tahap : Latihan untuk bertanding ( 16 – 18 tahun)

Tujuan :
Mengoptimalkan kualitas kondisi fisik atlet sebagai persiapan untuk memasuki program
latihan spesifik.Latihan untuk bertanding adalah
tahap dimana puncak dari strength velocity dan weight Velocity datang bersamaan dengan
saat dimana kekuatan mencapai keadaan maksimum.

Tahap ini lebih menekankan kepada pengembangan kekuatan dan sistim


energi aerobik, yang sangat penting bagi optimalisasi prestasi atlet.

Pengalaman bertanding harus bersifat positif disertai dengan identifikasi


dan pengkajian terhadap kelemahan-kelemahan atlet.
Tahap : Latihan untuk menang (18+ tahun)

Tujuan :

Memaksimalkan kualitas kondisi fisik, serta ketrampilan yang bersifat spesifik untuk
meraih prestasi. Pada tahap ini ketrampilan, kecepatan, stamina dan kekuatan terus
menerus diperbaiki untuk menghasilkan prestasi maksimum.

Atlet dilatih agar dapat mencapai kondisi puncak untuk event-event


tertentu

Pada tahap ini penambahan jenis-jenis gerakan akan lebih sukar


demikian pula dengan upaya pemeliharaannya
GARIS PEDOMAN PELATIHAN BAGI PARA ATLET
MUDA
Pendahuluan
Banyaknya program olahraga bagi anak-anak
meniru program dari para atlet elit yang terkenal.

“Jika program tersebut berhasil pada Leonel Messi,


atau Rafael nadal, itu pasti akan berhasil
pada anak asuhku”
Membangun Program Latihan Jangka
Panjang
• Pembangunan Multilateral ---- Multilateral
• Pembangunan Khusus. ___ Kekhususan

A
K
T
I 60% 20%
V 80%
I 40%
T
A
S

6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28

Usia
MEMAHAMI KARAKTER INDIVIDU
UMUR ANATOMIS :
Menunjuk kepada beberapa tahap dari pertumbuhan anatomis
Yang bisa kita kenali dengan mengidentifikasi karakter khusus.
Iklim, ruang gerak, daerah dapat mempengaruhi secara signifikan
kecepatan perkembangan remaja.

UMUR BIOLOGIS: menunjuk kepada pembangunan


fisik dari organ dan sistem tubuh yang menolong untuk
menentukan potensi fisik, baik dalam latihan dan pertandingan.

UMUR ATLET : Khusus pada minimal dan umur yang


berkembang untuk kompetisi level senior.
POTENSI SISTEM OLAHRAGA NASIONAL
BIDANG
TINGKAT ORGANISASI DAN TUJUAN
PERTANDINGAN

ATLIT DENGAN PRESTASI TIM MENCAPAI PRESTASI


NASIONAL
TERTINGGI TINGGI DAN REKOR

ATLIT YANG IKUT


SERTA MEMPERTAHANKAN TINGKAT
DALAM PERSIAPAN PADA TINGKAT
ATLIT DENGAN PERTANDINGAN TERTINGGI DAN PENGUSAHAAN
PRESTASI TERBAIK NASIONAL PADA INDIVIDU PADA TINGKAT
LEVEL TERTINGGI OLAHRAGA SETINGGI MUNGKIN
INDIVIDU ATAU TIM UNTUK
LATIHAN YANG BERHUBUNGAN
DASAR ANAK – ANAK DAN DENGAN KEBUTUHAN AKAN
JUNIOR YANG BERADA
PENAMPILAN DI KLUB DAN SEKOLAH YANG
PRESTASI OLAHRAGA YANG LEBIH
BAIK, TINGGI DAN MERANGSANG
OLAHRAGA MENGORGANISAIKAN MEREKA BERPARTISIPASI TINGGI

LATIHAN
DAN PERTANDINGAN
MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN DAN
SESEORANG YANG TERMASUK DALAM
REKREASI KATEGORI INI BISA DAN
KEMAMPUAN BIOMOTORIK,
MENYARANKAN UNTUK
MUNGKIN BUKAN ANGGOTA SUATU IKUT SERTA DALAM
OLAHRAGA YANG
ORGANISASI MENYENANGKAN
OLAHRAGA DAN TIDAK PERLU
TEORI DAN METODOLOGI
LATIHAN

Lahirnya seorang juara tidak dapat dilepaskan


dari peranan pelatih. Atlet dengan bakat
pembawaannya merupakan modal dasar lahirnya
seorang juara. Persaingan ketat dalam olahraga
dewasa telah melibatkan para ilmuwan dari
berbagai disiplin ilmu, sehingga untuk dapat
memenangkan pertandingan tidaklah cukup
bermodalkan bakat, dan mutlak diperlukan
masukan dari berbagai disiplin ilmu, dan pelatih
adalah pemeran utamanya.
TEORI DAN METODOLOGI
LATIHAN
STATISTIKSTIK
TES DAN
SPORT MEDICINE
PENGUKURAN

ANATOMI SOSIOLOGI

DISIPLIN ILMU YANG MENDUKUNG


BIOMEKANIKA METODOLOGI PELATIHAN SEJARAH

PHYSIOLOGI NUTRISI

PSIKOLOGI PEDAGOGY
MOTOR LEARNING

Bompa, 1999 ; 4
LATIHAN

PERAN PELATIH :
▫ Guru
▫ Instruktur
▫ Orangtua
▫ Teman
▫ Motivator
▫ Administrator
▫ Ilmuwan
▫ Jurnalis
▫ Disipliner
TIPE PELATIH

1. OTORITER

( 2. NICE GUY COACH

3. EASY GOING (CASUAL


COACH)

4. DRIVEN COACH
(MOTIVATOR COACH)

5. BUSINES LIKE COACH


Struktur Prestasi dan Faktor-Faktor
Prestasi
FAKTOR
SARANA OLAH
EXTERNAL PRASARANA RAGA SYSTEM
KOMPETISI
OLAH
PERALATAN
RAGA

KEADAAN KEADAAN
FAKTOR PRESTASI
INTERNAL PSYCHOLOGIS KONSTITUSI
TINGGI
ATLET TUBUH

PEMAHAMAN
KETERAMPILAN KEMAMPUAN
TAKTIK /
TEKNIK FISIK
STRATEGIS
KLASIFIKASI LATIHAN DAN
KETRAMPILAN

KLASIFIKASI KETERAMPILAN
Beberapa percobaan telah dilakukan untuk menggolongkan latihan fisik.
Salah satu kriterianya berdasarkan jika seseorang terlihat dalam keadaan
Baik lalu ia sehat dan kuat. Penemu olahraga senam dari GERMAN,
FRIEDERICH JAHN, mengemukakan penggunaan kriteria berdasarkan
pemakaian peralatan yang dipakai oleh pesenamnya (EISELEN, 1845 ).
Leshaft (1910) membagi seluruh latihan kedalam 3 kelompok :
CALISTHENICS ( LATIHAN SEDERHANA )
o GABUNGAN LATIHAN YANG LEBIH KOMPLEKS DENGAN
PENINGKATAN BEBAN YANG PROGRESS (MELOMPAT, GULAT)
o LATIHAN YANG KOMPLEKS (PERMAINAN, SKATING, ANGGAR)
Disamping klasifikasi atlit baik dari olahraga individu dan
olahraga tim, secara meluas klasifikasi yang diterima
menggunakan BIOMOTOR
ABILITIES sebagai kriteria.
BIOMOTOR ABILITIES berisi STRENGTH, SPEED,
ENDURANCE, and COORDINATION
(GRANTIN 1940 ). Klasifiksi ini dalam prakteknya lebih
banyak digunakan
oleh pelatih ( FARFEL 1960 ) . Keterampilan Olahraga
dapat
digolongkan menjadi 3 kelompok latihan :
 Siklis

 Asiklis

 Gabungan Asiklis
Keterampilan Siklis

digunakan pada olahraga : berjalan,


berlari, Cross country, ski, speed skating,
berenang, rowing, sepeda, kayak, dan
kano. Karakter utama dari olahraga ini
adalah perlakuannya memerlukan
gerakan yang berulang-ulang untuk
waktu yang lama.
Keterampilan Asiklis

dapat dilihat pada cabang olahraga shot putting,


discus throw, senam, olahraga tim, gulat, tinju, dan
anggar. Keterampilan ini terkandung fungsi
penting dari penampilan dalam satu gerakan.
Contoh pada gerakan lempar cakram tergabung
pada gerakan pendahuluan swing, transisi, turn,
delivery, dan reverse step, tapi atlit melakukan
dalam satu rangkaian gerakan
Keterampilan Gabungan Asiklis

terdiri dari gerakan siklis dan diikuti


dengan gerakan asiklis. Cabang
olahraganya adalah semua nomor lompat
pada Track and Field, menyelam,
tumbling lines, vaulting in senam.
 SISTEM ENERGI

 Sistem energi Aerobik


 merupakan sistem energi dalam otot yang
dalam kerjanya memerlukan oksigen.
 Sistem energi Anaerobik.
 merupakan sistem energi otot yang dalam
kerjanya tidak memerlukan oksigen
 SISTEM ENERGI

 Sistem energi Anaerobik.


 Sistem anaerobik alaktik, dimana merupakan pengunaan
energi awal untuk bergerak atau start, sehingga sering disebut
“Start up system” (Thompson, 1991:2.15) Sistem ini memiliki
kerja dengan intensitas yang tinggi dengan waktu yang sangat
singkat (1-5 detik) dan tidak menghasilkan zat buang seperti
asam laktat, sehingga disebut anaerobik alaktik.

 Sistem anaerobik laktik, adalah system energi tanpa


menggunakan oksigen tetapi menghasilkan zat buang
atau asam laktat, sehingga disebut sistem anaerobik
laktat. Sistem ini bekerja dengan intensitas yang tinggi
dalam waktu yang relative lebih lama dibanding dengan
sistem energi alaktik (6 detik sampai 2 menit).
METABOLISME PEMBENTUKAN
ENERGI DIDALAM SEL OTOT

• REAKSI AN-AEROBIK
1. ATP  ADP + P + ENERGI
2. CREATIN FOSFAT + ADP  CREATIN + ATP
3. GLYCOGEN + ADP + P  AS.LAKTAT + ATP
• REAKSI AEROBIK
1. GLYCOGEN/GLUKOSA + AS.LEMAK BEBAS + ADP
+ P + O2  CO2 + H20 + ATP.
• REAKSI AN-AEROBIK NO. 1&2 DISEBUT JUGA
REAKSI ATP-PC & DAPAT BERLANGSUNG SAMPAI
DENGAN 20 DETIK PERTAMA.
• REAKSI AN-AEROBIK NO. 3 DISEBUT JUGA REAKSI
L.A DAN DAPAT BERLANGSUNG SAMPAI DENGAN
60 DETIK PERTAMA.
• REAKSI AEROBIK DISEBUT JUGA REAKSI O2 DAN
DAPAT BERLANGSUNG TERUS DIATAS 60 DETIK
PERTAMA.
Perpindahan Sistem Aerobik dan Anaerobik

(energi split)
Energi predominan berkaitan dengan waktu kegiatan

5
PRINSIP LATIHAN
Aktifitas fisik yang dilakukan seseorang berpengaruh terhadap
kondisi fisiologis, anatomis, biomekanik dan psikologis. Dalam
proses latihan salah satu hal yang harus dipegang secara
teguh oleh seorang pelatih adalah pengetahuan mengenai
prinsip – prinsip latihan. Pada prinsip latihan ini ada beberapa
pakar yang berbeda dalam hal jumlahnya, namun begitu
secara definisi tidak menunjukan perbedaan yang mendasar.
Seperti halnya Harsono ( 1988 ; 98 ) dalam bukunya
“coaching dan aspek – aspek psikologis dalam latihan”,
mengemukakan adanya 10 (sepuluh) prinsip latihan,
sedangkan Frank S, pyke (1991 ; 29 dalam bukunya “better
coaching, advance coaching manual”, hanya mengemukakan
5 prinsip latihan, dan Bompa ( 1999 ; 27 ) dalam bukunya
“theory and methodology of training”, mengemukakan 7
prinsip latihan.
PRINSIP LATIHAN
1. PRINSIP AKTIF DAN KESUNGGUHAN
BERPARTIPASI DALAM LATIHAN.
2. PRINSIP PENGEMBANGAN MENYELURUH
3. PRINSIP KEKHUSUSAN ( SPESIALISASI )
4. PRINSIP INDIVIDU
5. PRINSIP VARIASI
6. PRINSIP MEMBUAT MODEL DALAM
PROSES LATIHAN
7. PRINSIP PENINGKATAN BEBAN DALAM
LATIHAN SECARA PROGRESIF

BOMPA
PRINSIP AKTIF DAN KESUNGGUHAN BERPARTIPASI DALAM LATIHAN (
BERPARTISIPASI AKTIF )

Keikutsertaan aktif adalah hal penting untuk memahami tiga


faktor dari prinsip dibawah ini:
1. Ruang lingkup dan tujuan-tujuan latihan
2. Atlit yang mandiri dan peran kreatif,
3. Atlit menjalankan tugas-tugasnya selama tahap persiapan

Sudah menjadi tugas serta kewajiban pelatih untuk membantu


menggali dan meningkatkan segala potensi yang dimiliki
atlitnya baik secara individu ataupun kelompok. Seringkali kita
sebagai pelatih menghadapi kenyataan bahwa target atau
sasaran yang kita tentukan tidak tercapai, sukar tercapai atau
lama tercapai atau bahkan mudah dan cepat tercapai. Disatu
sisi seorang pelatih dituntut untuk tekun serta bersungguh-
sungguh terus menerus dalam menjalankan program latihan
terhadap atlitnya, Apa yang direncanakan tidak selalu menjadi
kenyataan
PRINSIP PENGEMBANGAN MENYELURUH

Prinsip pengembangan secara menyeluruh


dikembangkan dari saling ketergantungan antara
organ tubuh manusia dan sistemnya, dan antara
proses fisiologi dan psikologis nya, (Ozolin 1971).
Dalam arti lain prinsip ini disusun dari suatu
keterkaitan antara semua organisme dan sistem
kerjanya dari tubuh dan antara proses fisiologis
maupun psikologisnya tertutama dalam
perkembangan kemampuan biomotorik nya seperti
kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan,
koordinasi gerak dan sebagainya.
Prinsip ini harus digunakan umumnya pada program latihan bagi
anak – anak artinya sebelum ia menjadi seorang atlit yang
mengkhususkan dirinya ke dalam salah satu cabang olahraga
tertentu, terlebih dahulu menganut dan menerapkan prinsip/FAHAM
ini

PRESTASI
DEWASA TINGGI

SPESIALISASI
LATIHAN
ATLIT JUNIOR

PERKEMBANGAN
ANAK ANAK MULTILATERAL
PRINSIP KEKHUSUSAN
( SPECIALIZATION )
Spesialisasi adalah latihan yang khusus untuk satu cabang
olahraga yang mengarah pada perubahan morfologis dan
fungsional dikaitkan dengan spesifikasi cabang olahraga
yang bersangkutan. (perubahan dalam wujud teknik, taktik
dan psikologisnya). Spesialisasi bukanlah merupakan
proses yang sepihak melainkan lebih kompleks yang
didasarkan atas dasar-dasar yang kokoh dari
perkembangan yang menyeluruh. Sejauh yang
menyangkut masalah spesialisasi ozolin (1971)memberikan
saran bahwa suatu latihan / aksi motorik khusus dipakai
untuk :
1. Memperoleh efek latihan dari cabang olahraga yang khusus
ditekuninya
2. Dipakai untuk mengembangkan kemampuan biomotoriknya.
PRINSIP INDIVIDU
Sebenarnya tidak ada program latihan yang langsung
cocok semua atlet. Masing-masing latihan harus
dibuat yang cocok bagi individual atau perorangan
karena tidak ada dua orang yang persis sama, yang
ada adalah mendekati sama. Untuk memberikan
yang
terbaik dalam prinsip individual ini, perlu
diperhatikan penyusunan latihan sebagai berikut
1. Bagaimana individual tersebut mempunyai
respons terhadap training (latihan) itu.
2. Pembebanan latihan (training) tidak akan
menimbulkan ketegangan (strain).
3. Badan tidak akan kehilangan kemampuannya
untuk dapat menyesuaikan diri.
Disamping 3 hal tersebut diatas, perlu diperhatikan pula
faktor-faktor berikut ini:
1) Jenis kelamin
2) Usia
3) Tingkat kesegaran jasmani
4) Komposisi tubuh
5) Tipe tubuh
6) Karakter psikologi
7) Komponen kesegaran jasmani yang akan diperbaiki atau
dikembangkan.
Pada prakteknya sulit untuk melatih seseorang secara
individual, tetapi masih dapat diatasi dengan latihan secara
kelompok homogen. Dalam hal ini pengaturan jadwal
latihan harus diprogram untuk masing-masing kelompok
homogen yang berlatih tertentu.
PRINSIP VARIASI
Untuk menjalankan suatu program latihan yang benar
biasanya akan banyak menuntut waktu dan kerja keras dari
para atlit. volume dan Intensitas latihan akan terus
menerus meningkat dalam mengulang setiap bentuk latihan
yang sering dirasakan begitu berat oleh atlit, berat
secara fisik maupun secara psikologis. Apalagi kalau latihan
yang diterima atlit berupa latihan yang menuntut daya
tahan yang lama kelamaan akan menjadikan rasa bosan.
Kebosanan dalam latihan akan merugikan terhadap
kemajuan prestasinya. Seorang pelatih harus kreatif dalam
menyajikan program latihan nya, pelatih harus pandai –
pandai mencari dan menerapkan variasi – variasi dalam
latihannya.
PRINSIP MEMBUAT MODEL
dalam PROSES LATIHAN
Dalam istilah yang umum, model merupakan sebuah tiruan,
simulasi dari suatu kenyataan yang disusun dari suatu
elemen – elemen yang khusus dari sebuah fenomenayang
dapat diawasi dan diselidiki oleh seseorang hal ini juga
merupakan sebuah isomorphus dari sebuah bayangan atau
gambaran dari yang diperoleh secara abstrak : suatu
proses mental pembuatan generalisasi dari contoh
yang nyata (sama dengan menggambarkan suasana
pertandingan). Sebuah model dituntut mandiri sehingga
dapat membatasi beberapa variabilitas kepentingan yang
sekunder dan juga reliabel artinya sedikit memiliki
kesamaaan dengan yang ada sebelumnya.
Untukmencapainya sebuah model harus berkaitan dengan
latihan yang identik dengan sifat – sifat pertandingannya.
PRINSIP PENINGKATAN BEBAN DALAM LATIHAN
SECARA PROGRESIF

Prinsip latihan yang paling mendasar adalah “Over


Load” yaitu suatu prinsip latihan dimana
pembebanan dalam latihan harus melebihi
ambang rangsang terhadap fungsi fisiologi yang
dilatih.
Pembebanan latihan harus selalu ditambah pada
waktu tertentu sehingga secara teratur latihan itu
semakin berat dengan ketentuan-ketentuan
tertentu pula. Dalam melakukan latihan porsi
latihan harus bervariasi, hari-hari latihan berat
harus diselingi dengan hari-hari latihan ringan.
Frank S, pyke (1991 ; 115 ) dalam bukunya “better
coaching, advance coaching manual”,
mengemukakan 5 prinsip latihan antara lain :

The Principle of Overload


proses latihan dengan melibatkan adaptasi [yang]
berangsur-angsur ( progresif ) semakin tinggi
beban kerjanya atau memberi muatan berlebih
untuk memastikan bahwa rangsangan latihan
secara berangsur-angsur ditingkatkan.
The Principle of Recovery
Tingkatan beban yang terlalu berat pada suatu
rangsangan latihan dihubungkan kepada
kebutuhan pemulihan. Manfaat latihan untuk atlit
akan terjadi hanya jika kedua - duanya terjadi di
(dalam) urutan proses latihan.
The Principle of Reversibility
Hal yang paling utama pada Prinsip ini adalah bahwa jika
kamu tidak berlatih maka akan menurun atau jika latihan
berhenti, tubuh badan akan kembali ke awal nya / pada
tingkat kebugaran. Prinsip ini relevan/sesuai untuk
pemahaman mengenai pengaruh yang merugikan dari
istirahat yang panjang dikarenakan sakit, pergerakan
yang terbatas karena cedera, penurunan latihan antara
musim kompetisi dan perubahan model dalam latihan
melalui musim yang dilewati. ( 3 minggu bed rest =
penurunan Vo2MAXsebanyak 25 % )
The Principle of Specificity
Sifat alami Latihan beban menentukan efek latihan,
latihan harus dikhususkan untuk mendapatkan
pengaruhnya. seorang atlit harus menggunakan metode
latihan yang baik untuk suatu kejuaraan ( Kekhususan
latihan ).
The Principle of Individuality
bahwa seorang atlit di dalam suatu regu semua berbeda.
Mereka mempunyai atribut kebugaran dan penampilan
berbeda, gaya hidup berbeda dan pilihan perihal gizi lalu
mereka bereaksi terhadap pelatihan dan phisik nya dan
lingkungan sosial dengan cara mereka sendiri. Suatu
program acara latihan harus sesuai dengan pilihan dan
kebutuhan individu.
Harsono ( 1988 ; 98 ) dalam bukunya “Coaching Dan Aspek –
Aspek Psikologis Dalam Latihan”, mengemukakan adanya 13
(Tiga Belas) prinsip latihan, antara lain :

1. Pemanasan Tubuh.
Penting dilakukan sebelum latihan yang bertujuan
untuk mengadakan perubahan dalam fungsi organ
tubuh kita guna menghadapi kegiatan fisik yang
lebih berat, kegunaanya terhindar cedera,
koordinasi gerak yang mulus, penyesuaian organ
tubuh terhadap kerja yang lebih berat, kesiapan
mental dan lain sebagainya.
2. Metode Latihan
Untuk mempercepat peningkatan prestasi latihan
tidak cukup dengan latihan secara motorik saja
akan tetapi harus dibarengi dengan latihan nir
motorik.
3. Berfikir positif
Banyak atlit yang tidak mau atau tidak berani berlatih dengan
beban latihan yang melebihi kemampuannya. Padahal
sebenarnya mereka mampu untuk menanggung beban yang
lebih berat daripada yang diperkirakan. Persoalannya terletak
pada kata hati ( inner Speaking ) kalau waktu latihan lari kata
hati negatif (mis; Saya capik, tidak mampu atau sakit dsb)
maka memang demikian padahal sebenarnya kita mampu.
4. Prinsip Beban Lebih
Prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan
yang semakin berat. Atlet harus selalu berusaha untuk
berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang mampu
dilakukan pada saat itu.
5. Intensitas latihan ( Teori Katch dan Mc Ardle 1983)
Banyak pelatih gagal memberikan latihan yang berat pada
atlitnya, demikian pula atlitnya yang enggan atau tidak berani
melakukan latihan yang beratnya melebihi ambang
rangsangnya. Mereka takut mengalami cedera, kehabisan
nafas, dan sebagainya. Karena itu banyak atlit berlatih
dibawah ambang rangsangnya.
8. Variasi
Latihan dilakukan dengan benar biasanya menuntut banyak
waktu, pikirin, dan tenaga atlet. Karena itu, bukan mustahil
jika latihan yang intensif dan berkesinambungan kadang –
kadang menimbulkan rasa bosan berlatih kalau rasa bosan
terjadi pada atlit gairah dan motivasinya biasanya menurun
bahkan hilang sama sekali. Hal ini dapat juga menjadi
penyebab penurunan prestasi, karena kebosanan merupakan
musuh dari usaha peningkatan prestasi.
9. Metode bagian dan Metode Keseluruhan Relaksasi
Untuk memperoleh pengertian tentang suatu hal secara
menyeluruh terlebih dahulu kita harus memahami setiap
bagian dari keseluruhan tersebut.
Metode Bagian ( Part Method ) serangkaian gerakan yang
dipecah – pecah sebelum dijalin dalam satu rangkaian gerak
secara keseluruhan.
Metode Keseluruhan ( Whole Method ) Ketrampilan suatu
cabang olahraga yang gerakannya sederhana dan mudah
difahami atau dikuasai, keterampilan tersebut dilatih sebagai
satuan yang utuh dan tak perlu dipilah – pilah menjadi
beberapa bagian atau dilatih bagian per bagian.
6. Kualitas latihan
Berlatih secara intensif belumlah cukup untuk
menjamin tercapainya peningkatan prestasi sebab
peningkatan prestasi hanyalah mungkin apabila
selain intensifnya, latihannya juga harus bermutu
atau berkualitas.
7. Individualisasi
Tidak ada dua orangnya yang rupanya persis sama
meski kembar sekali pun. Dan tidak ada pula dua
orang ( apalagi lebih ) yang secara fisiologis
maupun psikologis persis sama. Setiap orang
mempunyai perbedaan-perbedaan individu masing
– masing. Demikian pula setiap atlit berbeda
dalam kemampuan potensi dan karakteristiknya.
Jadi seluruh konsep latihan harus disusun sesuai
dengan kekhasan setiap individu agar tujuan
latihan dapat tercapai.
10. Perkembangan Menyeluruh
Sebelum atlet mengkhususkan dirinya dalam satu cabang
olahraga, sebaiknya atlet muda itu terlebih dahulu
menganut dan menerapkan prinsip perkembangan
menyeluruh atau prinsip multilateral
11. Memperbaiki kesalahan
Kalau atlet sering melakukan kesalahan gerak ( misalnya)
Kesalahan dalam melompat, melempar, memukul, memanah ),
maka pelatih dalam usahanya untuk memperbaiki kesalahana
tersebut harus menekankan pada penyebab terjadinya
kesalahan. Pelatih harus secara cermat mencari dan
menemukan sebab – sebab timbulnya kesalahan. Ada prinsip
mengatakan bahwa “coach causes, not symptoms” contoh atlet
lompat tidak tinggi jangan dikatakan lompatan kamu tidak
tinggi, ayo lebih tinggi lagi”. Yang mesti dicari adalah penyebab
kenapa lompatannya tidak tinggi.
12. Model Latihan
Pada waktu latihan, stress yang dirasakan oleh atlet
biasanya lebih sering dibandingkan dengan stress
yang dialaminya waktu pertandingan oleh karena itu
pada waktu latihan, pelatih harus memasukkan
bentuk – bentuk maupun variabel - variabel latihan
yang kelak ditemukan dalam pertandingan
sebenarnya.
13. Menetapkan sasaran.
Sebagaimana setiap orang yang harus mempunyai
tujuan dalam hidupnya setiap atlet juga harus
mempunyai tujuan dan sasaran dalam latihannya.
Sasaran latihannya meliputi jangka panjang,
menengah, pendek.
William H. Freeman ( 1991 ; 9 ) dalam bukunya “Peak When It
Count “peridozation for american track & field””, mengemukakan
adanya 3 (Tiga) tipe prinsip latihan, antara lain :

A. The Physiologhical
• Law of Overload
 Principle of Individualization
 Principle of Multilateral Development
• Law of Specificity
 Principle of Specialization
 Principle of Modeling the raining proses
• Law of Reversibility
 Principle of Increasing Demand
 Principle of Continous Load Demand
 Principle of Feasibility
B. The Psycological
• Principle of Active
• Principle of Awareness
• Principle of Variety
• Principle of Psycological Rest
C. The Pedagogical
• Principle of Planning and Use of
System
• Principle of Periodization
• Principle of Visual Presentation
KOMPONEN LATIHAN
1. VOLUME LATIHAN
2. INTENSITAS LATIHAN
3. DENSITAS LATIHAN
4. KOMPLEKSITAS LATIHAN
VOLUME LATIHAN

Bompa
Volume adalah kuantitas dari kerja yang ditampilkan,
mengabungkan antara jarak dengan jam latihan

Chu.1992
Volume adalah total kerja yang ditampilkan
dalam sebuah sesi latihan tunggal.

Fleck dan Kraemer, 1996


Volume latihan adalah
diperkirakan sebagai jumlah total pengulangan
yang ditampilkan selama periode waktu khusus.
Istilah Volume

Volume relatif :
Volume latihan maksimal: Jumlah total waktu yang
adalah tahapan latihan yang mutlak dipakai dalam latihan
dialami oleh atlet dalam oleh sekelompok atlet,
suatu periodisasi program latihan. tidak memperhatikan
Tanpa pernah mengalami sampai kesetiap individu.
kondisi latihan dengan
volume maksimal Volume absolut :
seorang atlet tidak akan pernah Ukuran jumlah kerja yang
mencapai kondisi adaptasi fisiologis. dilakukan setiap atlet
per satuan waktu.
(biasanya dalam menit)
Ukuran Volume
• Ukuran Volume latihan berupa jarak (meter
atau kilometer), waktu (menit/jam). Set, Berat
(Kg)
• Latihan dayatahan sejauh 10 Km
• Latihan dayatahan lari selama 30 menit.
• Latihan dayatahan kecepatan 2 set, 20x200
meter.
• Latihan Kekuatan Bench Press dgn 50 kg,
sebanyak 6 repetisi perset sebanyak 6 set.
Volume latihan untuk level atlet

• Atlet top dunia harus menyelesaikan lebih dari


800 - 1000 jam latihan pertahun.
• Atlet nasional minimal 600 jam latihan pertahun.
• Atlet regional dianggap cukup minimal 400 jam
latihan.

Peningkatan volume latihan pertahun yang terlalu tinggi dapat merusak


atlet, peningkatan harus bijaksana bila tidak akan mengakibatkan
Kelehanan, efisiensi latihan rendah, kerja otot tidak ekonomis dan
meningkatkan kemungkinan cedera. (Haree, 1981)
Intensitas
Intensitas latihan merupakan
Bompa,1999
salah satu komponen yang sangat penting
untuk dikaitkan dengan kualitas kerja
yang dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan.

Haree,1982 Intensitas adalah


hal yang utama dari kekuatan individu saat menerima stimulus
Atau kerja dari prestasi dalam waktu tertentu sampai satu seri latihan.

Marten, 2004
Faktor yang terpenting dalam mendisain dan monitoring
sebuah program latihan adalah dengan intensitas latihan.
Skala Intensitas untuk komponen
Kecepatan dan Kekuatan
No.Intensitas Prosentasi (%) Intensitas
1 30 – 50 Rendah

2 50 - 70 Intermediate
3 70 - 80 Sedang

4 80 – 90 Submaximum

5 90 – 100 Maximum

6 100 - 105 Supermaximum

Harre, 1982
Intensitas Dayatahan
Zone Tipe Intensitas Heart rate/min

1 Rendah 120 – 150

2 Sedang 150 – 170

3 Tinggi 170 – 185

4 Maksimum > 185

Nikiforov, 1974
Dimanika Intensitas dan Volume

Intensitas: Volume:
•Memperpanjang waktu latihan.
•Meningkatkan kecepatan
dalam jarak tertentu •Meningkatkan jumlah bentuk
atau meningkatkan latihan per siklus latihan.
berat beban.
•Menambah jumlah
•Mempersingkat pengulangan.
istirahat interval.
•Meningkatkan jarak atau
•Meningkatkan durasi tiap pengulangan
densitas latihan. atau drill
Densitas/kepadatan

Bompa,1999
Suatu Frekuensi dimana atlet dihadapkan
pada sejumlah rangsangan persatuan waktu.

Menyangkut hubungan yang tampak


dalam waktu antara kerja dan fase pemulihan dari latihan.

Kepadatan yang memadai akan


menjamin efisiensi dari latihan,


jadi atlet terhindar dari kelelahan kritis.
Densitas Latihan
Densitas adalah frekuensi dalam melakukan rangkaian
stimuli (rangsangan) harus dilakukan dalam setiap unit
waktu dalam latihan. Densitas menunjukan hubungan
yang dicerminkan dalam waktu antara aktifitas dan
pemulihan (recovery) dalam latihan. Ketepatan
densitas dinilai, berdasarkan perimbangan antara
aktifitas dengan pemulihan. Perimbangan ini
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan
seseorang. Lama.waktu istirahat atau interval antar
aktivitas tergantung kepada.berbagai faktor, antara lain
intensitas latihan, status kemampuan peserta, fase
latihan, serta kemampuan spesifik yang ditingkatkan.
Cara yang dianjurkan untuk menentukan lamanya
istirahat antara dua rangsangan adalah
menggunakan
sistim denyut nadi. Beberapa pedoman disarankan,
antara lain :
1. Pada latihan yang cukup berat, latihan bisa
dilanjutkan lagi setelah istirahat dengan denyut
nadi turun sampai 120 - 140 per menit.
2. Untuk latihan daya tahan densitas optimalnya
sebaiknya dengan rasio
1: 0,5 sampai 1 : 1 (aktifitas : istirahat).
3 Untuk latihan beban/kekuatan khususnya untuk
meningkatkan
kekuatan maksimum atau power diperlukan waktu
istirahat 2 - 5 menit.
Kompleksitas Latihan

Kompleksitas latihan menunjukkan tingkat keragaman


unsur yang dilakukan dalam latihan. Hal ini erat
kaitannya untuk mengatasi masalah koordinasi neuro
muscullar.
Faktor Dinamika Intensitas latihan
1. Karakter cabang olahraga
2. Lingkungan latihan/Training enviroment
3. Tahap Latihan dan Tingkat Prestasi Atlet
Performa Atlet

PSIKIS

TAKTIK/STRATEGI

TEKNIK

F I S I K
TUJUAN LATIHAN FISIK

MEMBANGUN:

KEKUATAN MAKSIMAL YANG LEBIH BESAR


DAYA TAHAN AEROBIK YANG LEBIH BESAR
KOORDINASI KEMAMPUAN GERAK YANG
LEBIH BAIK
KELENTUKKAN YANG LEBIH BAIK
FISIK (KOMPONEN DASAR
KEMAMPUAN BIOMOTOR)
INTER-RELASI
KEMAMPUAN BIOMOTOR
KOMPONEN KONDISI FISIK
1. KEKUATAN
2. DAYA TAHAN
3. KECEPATAN
4. KELENTUKAN
5. POWER
6. AGILITY
7. KETEPATAN
8. KESEIMBANGAN
9. KECEPATAN REAKSI
10, DAYA TAHAN KEKUATAN
SETIAP CABANG OLAHRAGA
MEMILIKI KEBUTUHAN KHUSUS
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BIOMOTOR
SESUAI DENGAN TAHAP DALAM
PROGRAM LATIHAN

GERAK KOMPETISI
KOMPETISI DITAMBAH BEBAN EKSTRA
INTERRELASI-BIOMOTOR

PERSIAPAN KHUSUS BAGIAN TUBUH / OTOT DOMINAN


STRUKTUR GERAK SERUPA
DINAMIS DAN MEKANIS

GENERAL FITNESS /
PERSIAPAN UMUM SELURUH TUBUH
KECEPATAN
KECEPATAN

 DEFINISI :
KEMAMPUAN MELAKUKAN GERAKAN
DENGAN WAKTU YANG SINGKAT/ PENDEK.

BENTUK DASAR KECEPATAN


1.KECEPATAN SELURUH TUBUH
2.KECEPATAN ANGGOTA TUBUH
3.KECEPATAN REAKSI
4.KECEPATAN KHUSUS
KEKUATAN/STRENGTH
Secara sederhana kekuatan adalah Kemampuan
untuk mengaplikasikan tenaga.
Kemampuan seseorang dalam mempergunakan
otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
Secara fisiologis kekuatan merupakan kemampuan
otot mengatasi beban atau tahanan.
Secara fisikalis kekuatan merupakan hasil perkalian
antara massa dengan percepatan, yang digambarkan
Menurut hukum Newton II “Law of Motion”, dengan
rumus : F = m . a Seorang atlit dapat meningkatkan
kekuatannya dengan merubah satu atau kedua faktor
tersebut ( m or a ).
Kekuatan merupakan kemampuan dasar kondisi
Fisik, tanpa kekuatan seseorang tidak bisa
melompat,
mendorong, menarik, menahan, mengangkat, dan
lain sebagainya. Begitu juga tanpa kekuatan orang
tidak bisa berlari cepat, melempar, memukul dan
lain lain. Jadi jelas bagi kita bahwa kekuatan
dibutuhkan dalam banyak aktifitas fisik dan
diperlukan setiap cabang olahraga. Berapa besar
kekuatan yang dibutuhkan serta jenis kekuatan yang
mana yang diperlukan ? Sangat tergantung dari
karakteristik dari cabang olahraganya yang
menunjukkan kekhususan dari suatu cabang
olahraganya.
METODOLOGI LATIHAN KEKUATAN

Seorang atlit dapat meningkatkan kekuatan


Dengan :
1. Tahanan dari dalam (Internal
Resistance)
2. Tahanan dari luar (External Resistance)
DAYA TAHAN
DAYA TAHAN (ENDURANCE)
Secara sederhana daya tahan dapat diartikan dengan
kemampuan tubuh mengatasi kelelahan. Namun secara
definitive daya tahan merupakan kemampuan organisme
tubuh untuk mengatasi kelelahan yang disebabkan oleh
pembebanan yang berlangsung relatif lama. Dalam arti lain
juga dapat dikatakan bahwa daya tahan merupakan
kemampuan organisme tubuh untuk melakukan pembebanan
selama mungkin baik secara statis maupun dinamis tanpa
menurunnya kualitas kerja.
Jenis-jenis Daya Tahan
Pada prinsipnya kemampuan daya tahan
berhubungan erat dengan sistem
metabolisme energi dalam tubuh,
sehingga pengertian daya tahan selalu
dikaitkan dengan sistem energi tubuh.
Apabila dikaitkan dengan sistem
metabolisme energi tubuh, maka daya
tahan dapat dibedakan atas daya tahan
aerobik dan daya tahan anaerobik.
Daya tahan aerobik, adalah kemampuan
organisme tubuh mengatasi kelelahan
yang disebabkan pembebanan aerobik
yang berlangsung lama.
Yang termasuk pembebanan aerobik
adalah segala aktivitas fisik yang
berlangsung relatif lama dengan
intensitas rendah sampai sedang seperti
lari jarakjauh, bersepeda, berenang jarak
jauh dan lain sebagainya.
Daya tahan anaerobik, adalah
kemampuan organisme tubuh mengatasi
kelelahan yang disebabkan pembebanan
yang berlangsung secara anaerobik
dengan intensitas tinggi (80-100%). Ciri
utama dan kegiatan anaerobik adalah
pelaksanaannya berlangsung cepat dan
singkat seperti lari 100, 200, 400 meter,
tolak peluru, lompat tinggi, tennis,
smash dalam voli dan lain sebagainya.
Definisi Koordinasi
Suharno (1982:110) koordinasi adalah kemampuan seseorang
untuk merangkai beberapa unsur gerak menjadi suatu gerakan yang
selaras sesuai dengan tujuannya. atau kemampuan menampilkan
tugas gerak dengan luwes dan akurat yang seringkali melibatkan
perasaan dan serangkaian koordinasi otot yang mempengaruhi
gerakan.
Nossek (1982:89) koordinasi adalah kemampuan untuk
memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu atau lebih pola
gerak khusus.
Rusli Lutan (2000:77) koordinasi adalah kemampuan
melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran
dengan cepat, efisien, dan penuh ketepatan.
Bompa (2004:43) coordination is a complex motor skill
necessary for high performance.
Macam – Macam Koordinasi
Pada dasarnya koordinasi dibedakan menjadi dua
macam (Bompa,1994:322), yaitu :

Koordinasi Umum

koordinasi Khusus
KELENTUKAN
FLEKSIBILITAS
Kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui
jangkauan gerak yang luas.Jangkauan gerak alami tiap
sendi pada tubuh tergantung pada pengaturan tendo –
tendo, ligament, jaringan penghubung dan otot – otot.
Batas jangkauan sendi disebut
posisi akhir. Cedera dapat terjadi bila
anggota badan atau otot dipaksa diluar
batas kemampuannya.
Latihan kelentukan dapat menolong
mengurangi resiko cedera dengan
meningkatnya jangkauan gerak sendi.
Kemampuan kelentukan yang terbatas juga
dapat menyebabkan penguasaan teknik yang
kurang baik dan prestasi rendah juga
menghalangi kecepatan dan daya tahan lari
karena otot – otot harus bekerja keras untuk
mengatasi tahapan menuju langkah yang
panjang
2. PERSIAPAN TEKNIK
Satu elemen yang membedakan berbagai macam olahraga
adalah struktur dari gerak khususnya. Pada dasarnya suatu
teknik meliputi semua struktur teknik dan elemennya
tergantung pada suatu nilai gerakan yang efisien melalui
usaha dari atlit tersebut untuk melaksanakan tugasnya
dalam olahraga.
TEKNIK yang BAIK = EFISIENSI yang TINGGI
Teknik sering hanya dilihat sebagai bentuk dari suatu
gerakan fisik, tapi formatnya/bentuknya selalu
berhubungkan dengan isi nya. Akibatnya kita harus
memandang setiap latihan dari dua segi yaitu dari
bentuk/formatnya dan isinya. Isi dari latihan digolongkan
pada lingkup, kegiatan dari susunan syaraf pusat (CNS),
kemauan untuk berusaha, kontraksi otot atau relaksasi,
kekuatannya dan kelentukan.
3. PERSIAPAN TAKTIK STRATEGI

Taktik adalah suatu siasat ataw pola


pikir tentang bagaimana menerapkan
teknik teknik yang telah dikuasai
dipakai untuk mendapatkan kemenangan

Menurut Wikipedia, pengertian


strategi adalah pendekatan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasaj, perencanaan, dan
eksekusi suatu aktivitas yang dijalankan
selama kurun waktu tertentu.
TAKTIK STRATEGI

1. MENYERANG
2. BERTAHAN
4. PERSIAPAN TEORI
Suatu konsep bahwa setiap atlit dilatih tidak hanya praktek tapi teori juga
diperlukan bahkan dilaksanakan sendiri – sendiri. Meskipun sekarang jarang
ditemui, beberapa pelatih masih percaya bahwa mereka perlu berpikir untuk
atlit mereka. “ Atlit adalah hanya untuk berlatih dan bertanding. Pelatih
hanya mengatur istirahatnya “. Dengan jelas konsep ini tidak hanya kuno
tetapi juga bisa berpengaruh terhadap kemampuan ketrampilan atlit lebih
maju dalam penampilannya. Tambahan dan aplikasi tentang pengetahuan
teori dalam praktek adalah tidak hanya penting artinya untuk mempercepat
perkembangan ketrampilan dan kemampuan atlit tetapi juga dapat
memotivasi atlit dalam latihan. Oleh karena itu perkembangan ketrampilan
terjadi bersamaan. Calon atlit harus diperkenalkan dengan program teori
latihan, teori latihan terbuksa terhadap sesuatu agar pelatih mengetahui
olahraga apa yang dipilih. Tentu saja pelatih harus mengetahui individu dan
memperhatikan tingkat pengetahuan mereka dalam olahraga.
Seorang pelatih harus mempunyai pengetahuan
yang fokus di bidangnya dengan pendidikannya di
ilmu keolahragaan, semua pengetahuan yang ilmiah,
membuat pelatih harus tidak tabu untuk diberikan
kepada atlit, mereka harus setuju kepada keahlian
pelatih. tanggung jawab pelatih tidaklah terbatas ke
pelatihan saja; [itu] meluas kepada atlit secara umum
dan pendidikan olahraga yang khusus.
Dari urutan berikut ini, merupakan suatu petunjuk yang
cukup untuk seorang pelatih Berbagi pengetahuan dengan
atlit :
1. Aturan dan peraturan resmi dari olahraga yang dipilih
2. Dasar ilmiah untuk mengerti dan menganalisa teknik
dari olahraganya. Biomekanika mempunyai implikasi
tertinggi dari pengertian teknik dan analisa
keterampilan.
3. Pengetahuan ilmiah dan Metodik dasar dari
pengembangan biomotor ability
4. Konsep perencanaan dalam latihan, pelatih harus
memberitahukan tentang periodisasi latihan
5. Adaptasi terhadap Anatomi dan fisiologi dalam latihan
6. Penyebab, perawatan dan pencegahan dari cedera.
7. Sosiologi Olahraga ( konflik antar kelompok ).
8. Psikologi Olahraga
9. Nutrisi
MENGAPA PERIODISASI DIPERLUKAN ?

KEINGINAN UNTUK MEMPERAGAKAN PRESTASI TERBAIK


PADA SAAT YANG DIINGINKAN
KESADARAN BAHWA TIDAK MUNGKIN SEPANJANG TAHUN
SEORANG ATLET SELALU BERADA PADA KONDISI PUNCAK
APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERIODISASI ?

PERIODISASI ADALAH PENGATURAN PERENCANAAN DAN


TAHAPAN DARIPADA SUATU PROGRAM LATIHAN DIMANA
SETIAP TAHAPAN DARIPADA PROSES LATIHAN MEMPUNYAI
TUJUAN BERBEDA

PERIODISASI ADALAH SEBUAH PERENCANAAN JANGKA PANJANG


DARI SUATU PROGRAM LATIHAN.MERUPAKAN VARIASI DARIPADA
DINAMIKA VOLUME DAN INTENSITAS LATIHAN YANG BERTUJUAN
MENCEGAH TERJADINYA OVERTRAINING, MENGAKOMODIR ATLET
MERAIH PENAMPILAN TERBAIK SESUAI DENGAN WAKTU YANG
DIINGINKAN
PERIODISASI
Periodisasi program latihan merupakan tahapan pengaturan
latihan yang bertujuan untuk pengembangan berbagai aspek
latihan, yang akan mengakomodir tercapainya ketepatan
prestasi puncak yang meliputi pentahapan latihan, peningkatan
kualitas komponen biomotor, teknik, psikologis dan nutrisi,
dimana pemberian stress latihan, pemulihan dan adaptasi
berikut proses kompensasinya diatur sedemikian rupa, agar
dapat berjalan seiring dan saling memberikan kontribusi positif,
sehingga penampilan puncak atlet terjadi sesuai dengan
kalender yang telah dirancanakan.
TAHAPAN PERIODISASI LATIHAN
1. Preparatory 1. Preparatory
2. Transition • General
• Specific
3. Competition
2. Competition
• Maintenance
• Pra
• Peaking
• Mayor
4. Active rest 3. Transisi
Matveyev’s
Tudor O. Bompa
BAGAN PEMILAHAN TAHAPAN LATIHAN
MENURUT
TERMINOLOGI PERIODISASI
TUDOR BOMPA

PERENCANAAN LATIHAN TAHUNAN

FASE LATIHAN PERSIAPAN KOMPETISI TRANSISI

SUB FASE PERSIAPAN PERSIAPAN PRA KOMPETISI TRANSISI


LATIHAN UMUM KHUSUS KOMPETISI UTAMA

SIKLUS MAKRO

SIKLUS MIKRO
SIKLUS LATIHAN
30

25

20

15
Plan
Actual
10

5
Start 6 10 14 18 22 26
Week of program

Tudor O. Bompa, Ph.D., Professor Emeritus


PERIODISASI SIKLUS LATIHAN
• Macrocycle 1. Macrocycle
Periode waktu yang 2 – 6 Mikro
panjang, 1 tahun
2. Microcycle
• Mesocycle
Periode waktu yang Periode waktu yang
sedang, beberapa minggu singkat, 1 minggu ( 7
– beberapa bulan Days )
• Microcycle 3. Training Unit
Periode waktu yang
singkat, 1 atau beberapa
1 day training
minggu 4. Training Season
Matveyev’s
Latihan pagi - sore
Tudor O. Bompa
STRUKTUR
PERIODISASI
MACRO ………….2 – 6 MINGGU
• MICRO ………….. 1 MINGGU
• TRAINING UNIT…1 HARI
• SESSION ……….. PAGI/ SORE
SIKLUS MIKRO
Secara estimologi istilah mikro diambil
dari bahasa yunani dan latin. Istilah
Yunani Mikro berarti kecil dan dalam
istilah latin siklus merupakan
serangkaian fenomena yang terjadi
secara teratur. Dalam metodologi
latihan, siklus mikro diartikan sebagai
suatu program latihan mingguan.
PARAMETER METODIS UNTUK KOMPILASI SATU
SIKLUS MIKRO
Untuk mendapatkan pengaruh latihan, acara latihan
yang sama harus diulangi 2-3 kali dalam satu siklus
mikro. Pengulangan bentuk latihan yang sama, yang
dilakukan berulang-ulang merupakan hal penting yang
harus dikondisikan dalam mempelajari elemen teknik
ataupun pengembangan daripada kemampuan biomotorik (
Repetitia mater studiorum est katau pengulangan
merupakan kunci dalam proses belajar ).
KLASIFIKASI SIKLUS MIKRO
Siklus mikro disusun berdasarkan jumlah jam latihan
yang direncanakan dalam minggu-minggu yang
khusus. Secara nyata, jumlah jam latihan tergantung
dari tingkat persiapan atlet, mengikuti program
latihan di perkumpulan ataupun dalam suatu
pemusatan latihan yang terpadu ( camp ).
Ketersediaan waktu latihan akan memainkan
peranan yang sangat penting.
Gambar 1 melukiskan siklus mikro dengan 8 sesi
latihan yang mana memaksimalkan waktu kosong
atlet pada akhir minggu. Symbol L menunjukan
adanya latihan sementara garis diagonal
menunjukan waktu istirahat.
SIKLUS MIKRO
dengan 8 kali latihan

SESI M T W TH F SAT SUN

PAGI T T

SORE T T T T T T

Gb. 1
Gambar dibawah ini merupakan ilustrasi
dari struktur 3 +1 yang mana
menyimpulkan bahwa latihan dilakukan
secara berurutan dalam 3 setengah hari (
3 sesi latihan ) sedangkan sesi latihan
yang ke 4 diatur untuk istirahat. Sedikit
perubahan struktur dapat
dipertimbangkan untuk atlet yang potensi
latihannya setara dengan siklus mikro
dengan tuntutan yang lebih banyak.
SIKLUS MIKRO
dengan 9 kali latihan/ 3 + 1

SESI M T W TH F SAT SUN

PAGI T T T T T T

SOR
T T T
E
Siklus mikro 5 + 1 atau 5+1+1
menyimpulkan bahwa akhir
siklus melibatkan 5 sesi latihan
yang kemudian ditambahkan
lagi satu sesi latihan. Siklus
mikro juga dapat disusun
berdasarkan ketersediaan
waktu dan jenis latihan yang
dilakukan.
SIKLUS MIKRO
dengan 10 kali latihan / 5 + 1
SESI M T W TH F SAT SUN

PAGI T T T T T T

SORE T T T T
SIKLUS MIKRO
dengan 11 kali latihan / 5 + 1 + 1

SESI M T W TH F SAT SUN

PAGI T T T T T T T

SORE T T T T

Anda mungkin juga menyukai