PENDAHULUAN
Olahraga Bulutangkis dewasa ini menjadi salah satu cabang olahraga yang
Eksistensi Bulutangkis di Indonesia sendiri merupakan salah satu cabang olahraga yang
prestasi di kancah Internasional bahkan sampai tingkat Olimpiade. Sebagai salah satu
mendapat perhatian khusus bagi para pelaku pemandu bakat olahraga ini terutama
terhadap prestasi atlet dan regenerasi atlet. Atlet bulutangkis yang baik harus
Untuk mencapai suatu prestasi maksimal ada empat macam kelengkapan yang
Sesuai dengan perkembangan pengetahuan, sekarang ini telah berkembang suatu istilah
yang lebih populer dari physical build-up yaitu physical conditioning yang maksudnya
adalah pemeliharaan kondisi/keadaan fisik. Bahwa kondisi fisik adalah satu prasyarat
yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat
dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi.
Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat
(1995:8-10) kondisi fisik dalam tubuh manusia terdiri dari sepuluh komponen antara
1
2
salah satu pendukung untuk mencapai prestasi tertinggi podium juara dalam
bulutangkis, karena di dalam olahraga bulutangkis atlet tidak hanya menyelesaikan satu
turnamen. Atas dasar itu, faktor terpenting yang mempengaruhi kondisi fisik seseorang
atlet adalah kemampuan pelatih dalam menyusun program latihan yang tepat. Seperti
yang banyak dilakukan atlet, latihan harus diatur dan direncanakan dengan baik
sehingga dapat menjamin tercapainya tujuan dari latihan. Jadi, proses program latihan
menunjukan suatu yang diorganisasi dengan baik, secara metodologis dan menurut
prosedur ilmiah sehingga dapat membantu para atlet untuk mencapai hasil yang lebih
baik berdasarkan latihan dan prestasinya. Oleh karena itu perencanaan merupakan alat
yang sangat penting yang dapat dipakai oleh seorang pelatih dalam usaha mengarahkan
Dalam buku LTAD (Long Term Athlete Development) bahwa The LTAD model is
pathways in sport and physical activity, from infancy through all phases of adulthood.
The seven stages are as follows: (1) Active Start, (2) FUNdamentals, (3) Learn to
Train, (4) Train to Train, (5) Train to Compete, (6) Train to Win, (7) Active for Life.
(Norris, 2010). Jadi pada anak usia 6-12 tahun pada program latihan lebih diarahkan
pada FUNdamentals dan Learn to Train Stage, sehingga latihan dapat memiliki
memiliki fundamental skill yang baik dan benar maka secara langsung atlit akan siap
menuju masa train to compete dan train to win, sehingga akan tercipta ekosistem
3
kemampuan atlit 6-12 tahun sama halnya dengan upaya regenerasi atlit yang mana hal
ini harus dilakukan disetiap cabang olahraga termasuk bulutangkis untuk mendapatkan
atlit-atlit yang nantinya akan berjuang pada kejuaraan baik di tingkat regional maupun
internasional.
LTAD adalah cara untuk meyakinkan bahwa atlet akan mendapatkan pelatihan
yang optimal, kompetisi dan pemulihan sepanjang karir mereka yang memungkinkan
keikutsertaannya dalam olahraga dayung dan aktivitas fisik lainnya. Program latihan,
perkembangannya pada periode yang kritis ketika latihan yaitu ketika mengalami
fisik, mental, emosional dan kognitif dari para atlet. LTAD menyadari bahwa
pembinaan olahraga adalah bersifat jangka panjang dan tidak ada jalan pintas. Anak-
keterampilan dasar olahraga melalui aktivitas fisik sejak mereka masih muda. (Nurjaya,
2012).
atau WHO diberitahu mengenai adanya kasus penyakit misterius mirip pneumonia di
Kota Wuhan, China. Setelah diperiksa, ternyata virus tersebut tidak cocok dengan virus
kesehatan China mengkonfirmasi adanya virus baru penyebab penyakit tersebut yang
dinamakan virus corona atau coronavirus. Virus ini masih satu famili dengan MERS-
CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus) dan SARS (Severe Acute
4
Respiratory Syndrome). Sementara, virus corona baru ini dinamai 2019-nCoV (novel
penyebaran covid 19 dua kasus pasien positif, fakta perkembangan di seluruh dunia mengalami
situasi pandemi virus COVID-19 termasuk di Indonesia yang menyebar luas mulai dari awal
tahun 2020 (Pranita, 2020). Sampai dengan sekarang terutama di wilayah Jabodetabek masuk
pada zona merah, sehingga memaksa seluruh aktivitas manusia terhambat termasuk latihan atlet
bulutangkis. Hal ini tentunya merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi para pelatih
untuk berinovasi dan mengembangkan kemampuannya untuk dapat beradaptasi dan mampu
Berdasarkan realita dilapangan tentu saja ini merupakan hal penting untuk diketahui
bagaimana kesiapan pelatih dalam menyusun program latihan fisik di masa pandemi virus
COVID-19 dan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ―Model Latihan Atlet
B. Fokus Penelitian
Berdaarkan latar belakang tersebut maka fokus permasalahan pada penelitian ini
adalah pembuatan Model Latihan Fisik Atlet Bulutangkis Pada Masa Pandemi COVID-
19.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka fokus permasalahan pada penelitian ini
adalah :
1. Bagaimanakah model latihan fisik untuk atlet bulutangkis pada masa pandemic
covid 19?
2. Apakah model latihan fisik untuk atlet bulutangkis pada masa pandemi covid 19
D. Manfaat Penelitian
fisik atlet bulutangkis. Adapun kegunaan hasil penelitian ini nantinya antara lain :
1. Bagi peneliti, peneliti mampu menerapkan model yang sesuai dengan materi
latihan fisik untuk atlet bulutangkis pada masa pandemic covid 19.
2. Bagi klub, hasil penelitian model latihan fisik pada masa pandemic covid 19 ini
3. Hasil penelitian dapat ditindaklanjuti secara lebih luas dan masif sehingga dapat
4. Bagi pelatih, penerapan model latihan fisik pada masa pandemi covid 19 dapat