Anda di halaman 1dari 71

POTENSI INFUSA UMBI BAWANG DAYAK (Eleutherine americana

Merr.) DAN BATANG BAJAKAH TAMPALA (Spatholobus littoralis Hassk)


SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus

DAN Escherichia coli

oleh:
NUR RAHMIATI
NIM : 20171305B

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
POTENSI INFUSA UMBI BA POTENSI INFUSA UMBI BAWANG DAYAK
(Eleutherine americana Merr.) DAN BATANG BAJAKAH TAMPALA
(Spatholobus littoralis Hassk) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP
Staphylococcus aureus

DAN Escherichia coli

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
Derajat Ahli Madya Farmasi
Program Studi D-III Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi

Oleh :
NUR RAHMIATI
201713055B

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
Berjudul
POTENSI INFUSA UMBI BAWANG DAYAK (Eleutherine americana Merr.)
DAN BATANG BAJAKAH TAMPALA (Spatholobus littoralis Hassk)
SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus

DAN Escherichia coli

Oleh
Nur Rahmiati
20171305B
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Karya Tulis Ilmiah

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Pada tanggal :

Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi
Dosen pembimbing Dekan,

Dr. Ana Indrayati, M.Si Prof. Dr. apt. R.A. Oetari, SU.,MM.,M.Sc.

Penguji : 1.
2.
3.
HALAMAN PERSEMBAHAN

” Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka
mengubah diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Ra’d:11)
Tetaplah melangkah
“Jika kau berada di jalan Allah berlarilah kencang jika sulit maka tetaplah berlari
meski hanya lari-lari kecil bila engkau telah lelah berjalanlah, apabila semua itu tak
tak mampu kau lakukan tetaplah maju meski harus merangkak dan jangan pernah
sekalipun berbalik arah.” (Al-imam As-Syafi’i)
“ Cobalah untuk tidak menjadi seorang yang SUKSES, tapi jadilah seorang yang
BERNILAI.” ( Albert Einstein 1879-1955)
Dengan mengucap rasa syukur dan Alhamdulillahirobbilaalaamin , penulis
mempersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada:
 Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan dalam setiap langkahku,
memberikan kekuatan dan mempermudah segala urusanku dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
 Bapak mamah kakak dan keluarga serta mas yang selalu mendoakan setiap
langkahku dan memberi semangat untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
 Dr. Ana Indrayati, M.Si sebagai dosen pembimbing saya yang selalu
membimbing dan memberi masukkan hingga karya tulis ilmiah ini dapat
selesai dan ucapan terimakasih pun tidak cukup dan semoga ilmu yang saya
dapat bermanfaat.
 Amel, Cici, Elvy, Milla, Nova, ona, sahaq, dinda, vina dan teman-teman D3
Farmasi yang selalu menemani, memberikan semangat, dukungan dan
bantuannya selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dan bantuannya
selama menempuh kuliah di Universitas Setia Budi. Dan terimakasih atas
kebersamaannya selama 3 tahun suka dukanya yang dilalui bersama.
 Almamater yang ku banggakan
HALAMAN PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri

dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan di sebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila karya tulis ilmiah ini merupakan jiplakan dari penelitian/karya

ilmiah/skripsi orang lain, maka saya siap menerima sanksi, baik secara akademis

maupun hukum.

Surakarta, agustus 2020

Nur rahmiati

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmilah yang berjudul POTENSI INFUSA UMBI
BAWANG DAYAK (Eleutherine americana Merr.) DAN BATANG BAJAKAH
TAMPALA (Spatholobus littoralis Hassk) SEBAGAI ANTIBAKTERI
TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli guna memenuhi
persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Farmasi dalam ilmu kefarmasian di
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, Penulis menyadari bahwa

selesainya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima

kasih kepada:

1. Dr. Ir. Djoni Tarigan, MBA.Selaku Rektor Universitas Setia Budi Surakarta.

2. Prof. Dr. apt. R.A. Oetari, SU.,MM.,M.Sc. Selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi Surakarta.

3. Dr. apt. Gunawan Pamudji Widodo, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III

Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta.

4. Dr. Ana Indrayati,M.Si Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan nasehat dengan meluangkan waktunya hingga karya

tulis ini dapat tersusun dengan baik.

5. Segenap dosen, seluruh Staff dan Karyawan, Staff Laboratorium Fakultas

Farmasi dan Perpustakaan Universitas Setia Budi Surakarta yang telah banyak

memberikan ilmu pengetahuan khusus di bidang farmasi.


6. Orangtua yang saya sayangi, segenap keluarga besar dan sahabat. Terima

kasih atas doa dan dukungannya.

7. Dan teman-teman angkatan 2017 yang telah memberi dukungan dan

masukkan.

Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat-Nya kepada semua pihak yang

telah membantu.Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis menyadari

bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan sarannya yang membangun untuk mencapai hasil yang lebih

baik.Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Surakarta,…Agustus 2020

Penulis

Daftar isi

Daftar gambar
Daftar tabel

Daftar lampiran

INTISARI
RAHMIATI, N., 2020, POTENSI INFUSA UMBI BAWANG DAYAK
(Eleutherine americana Merr.) DAN BATANG BAJAKAH TAMPALA
(Spatholobus littoralis Hassk) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP
Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli KARYA TULIS ILMIAH,
FAKULTAS FARMASI, UNIVERSITAS SETIA BUDI, SURAKARTA.

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli merupakan bakteri yang dapat


menyebabkan penyakit. S. aureus menyebabkan beberapa penyakit seperti jerawat,
pneumonia, mastitis, impetigo, phlebitis, meningitis, infeksi saluran kemih,
endokarditis dan sindroma syok toksik. Sedangkan penyakit yang disebabkan E. coli
seperti diare, sakit perut, infeksi saluran kemih, mual dan muntah. Umbi bawang
Dayak dan batang bajakah tampala merupakan tanaman khas Kalimantan yang sudah
digunakan oleh masyarakat secara turun temurun. Pada penelitian sebelumnya umbi
bawang Dayak dan batang bajakah tampala telah diketahui mempunyai aktivitas
antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri infusa
umbi bawang Dayak dan batang bajakah tampala terhadap bakteri S. aureus dan E.
coli.
Umbi bawang Dayak dan batang bajakah tampala diekstraksi dengan metode
infusa dengan aquadest, kemudian dilakukan skrining fitokimia dan uji aktivitas
antibakteri dengan metode difusi . Aktivitas antibakteri infusa umbi bawang Dayak
dan batang bajakah terhadap S. aureus dan E. coli didasarkan pada studi pustaka.
Hasil uji skrining fitokimia infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah
tampala mengandung alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Karakteristik
Staphylococcus aureus ATCC 25923 merupakan bakteri Gram positif menunjukkan
sel berwarna ungu berbentuk bulat dengan susunan bergerombol seperti buah anggur,
S. aureus pada media VJA adanya fermentasi mannitol yang menghasilkan asam dan
pada kondisi asam indikator fenol red akan berubah menjadi kuning, serta S. aureus
memiliki dinding peptidoglikan lebih tebal daripada bakteri Gram negatif dan
memiliki beberapa enzim ekstraseluler yaitu katalase dan koagulase. Hasil studi
pustaka infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah tampala memiliki aktivitas
antibakteri terhadap S. aureus dan E. coli.
Kata kunci: Antibakteri, bawang Dayak, bajakah tampala, Staphylococcus aureus,
Escherichia coli
ABSTRACT

RAHMIATI, N., 2020, POTENTIAL INFUSA OF DAYAK ONION BULBS


(Eleutherine americana Merr.) AND STEM OF BAJAKAH TAMPALA
(Spatholobus littoralis Hassk) AS an ANTIBACTERIAL AGAINST
Staphylococcus aureus AND Escherichia coli, SCIENTIFIC WRITINGS,
FACULTY OF PHARMACY, UNIVERSITY OF SETIA BUDI, SURAKARTA.
ABSTRACT

RAHMIATI, N., 2020, POTENTIAL INFUSA OF DAYAK ONION BULBS


(Eleutherine americana Merr.) AND STEM OF BAJAKAH TAMPALA
(Spatholobus littoralis Hassk) AS an ANTIBACTERIAL AGAINST
Staphylococcus aureus AND Escherichia coli, SCIENTIFIC WRITINGS,
FACULTY OF PHARMACY, UNIVERSITY OF SETIA BUDI, SURAKARTA.
Staphylococcus aureus and Eschericia coli are bacteria that can cause disease.
S. aureus cause some diseases such as acne, pneumonia, Mascleis, impetigo,
phlebitis, meningitis, urinary tract infections, endocarditis and toxic shock syndrome.
Meanwhile, the disease caused by E. coli such as diarrhea, abdominal pain, urinary
tract infections, nausea and vomiting. Dayak onion bulbs and the stem bajakah
tampala is a typical plant of Borneo that has been used by the community in
generations. In previous studies Dayak onion bulbs and the stem bajakah tampala
have been known to have antibacterial activity. This research aims to find out the
antibacterial activity of the Dayak onion bulbs and the stem bajakah tampala of the
bacteria of S. aureus and E. coli.
Dayak onion bulbs and the stem bajakah tampala extracted with Infusa
method with Aquadest, then carried out phytochemical screening and antibacterial
activity test with diffusion method. Anti-bacterial activity of the dayak onion bulbs
and the stem bajakah tampala of both S. aureus and E. coli are based on the study of
the library.
The results of screening test phytochemical Infusa tuber Dayak onion and the
stem of the Bajakah tampala contain alkaloids, flavonoids, saponins and tannins.
Characteristics of Staphylococcus aureus ATCC 25923 is a Gram-positive bacteria
indicating a rounded purple colored cell with a serombol arrangement such as grapes,
S. aureus on the VJA medium of fermentation of mannitol that produces acid and in
the acidic condition of the red phenol indicator will turn yellow,. The results of the
study of the library Infusa Dayak onion and the stem Bajakah tampala that has
antibacterial activity of S. aureus and E. coli.
Keywords: antibacterial, dayak onion bulbs, the stem bajakah tampala,
Staphylococcus aureus, Eschericia coli
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk
bulat bergelombol yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti bisul,
jerawat, impetigo, pneumonia, mastitis, phlebitis, meningitis, infeksi saluran
kemih, endocarditis dan sindroma syok toksik (Kusuma, 2009). S. aureus
menghasilkan racun yang jika terdapat pada makanan menyebabkan
keracunan (intoksikasi).
Escherichia coli merupakan salah satu jenis bakteri Gram negatif yang
secara normal hidup dalam saluran pencernaan manusia. Namun, apabila
dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi, E. coli akan menjadi bakteri
patogen dalam tubuh dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi ( Erwiyani,
2009; Waluyo,2012). Beberapa penyakit yang disebabkan oleh E. coli ialah,
infeksi saluran kemih, diare, sepsis dan meningitis ( Smith-Keary P.F, 1988).

Obat antibakteri yang telah ada cukup efektif, tetapi tidak menutup
kemungkinan timbul resistensi terhadap obat tersebut, penemuan baru tentang
obat antibakteri sangat diperlukan (Chopra, 2007). Penemuan antibiotik baru
masih dianggap lambat bila dibandingkan dengan masalah resistensi bakteri
karena penggunaan antibiotik. Kecenderungan mulai timbul akhir-akhir ini
untuk mengubah pengobatan dari penggunaan antibiotik dengan
menggunakan tanaman yang berkhasiat sebagai antibakteri (Kumala, 2008).

Indonesia sebagai negara tropis dipenuhi oleh beragam kekayaan alam,


termasuk berbagai jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat alami.
Tanaman obat telah dibudidayakan dibanyak rumah tangga keluarga
Indonesia sejak dulu bukan hanya dari daun, berbagai bagian dari tanaman
obat juga bisa digunakan dan diolah, termasuk akar, daun, umbi, batang, atau
bunga. Namun hal ini tidak dapat menggantikan obat-obatan medis yang telah
teruji klinis. Seiring dengan tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan,
penggunaan obat yang berasal dari tumbuhan atau pengobatan dengan cara
tradisional atau alami lebih digemari, karena relatif lebih murah dan minim
efek samping dibanding menggunakan obat-obatan dari bahan kimia.
Pemanfaatan obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan dan gangguan
penyakit hingga saat ini masih sangat dibutuhkan dan dikembangkan,
terutama dengan mahalnya biaya pengobatan dan harga obat-obatan.

Penduduk asli di Kalimantan sudah sejak zaman dahulu memanfaatkan


tumbuhan dalam pengobatan berbagai penyakit dan dalam kehidupan sehari-
hari. Herbal tradisional pada etnis asli Kalimantan umumnya masih dalam
bentuk sederhana. Bahan baku obat yang diambil dari alam setelah
dibersihkan biasanya langsung digunakan dalam bentuk segar dengan cara
direndam maupun direbus untuk kemudian diminum ataupun dimandikan,
sebagian lagi diolah dengan cara dihaluskan dan ditumbuk ataupun
dipanaskan dalam bungkus daun. Sayangnya, pengetahuan tersebut tidak
terdokumentasi dan dikhawatirkan akan terkikis seiring dengan hilangnya
habitat alami dan punahnya tumbuhan berkhasiat obat terutama tumbuhan
hutan akibat eksploitasi dan konversi lahan yang berlebihan. Kurangnya minat
generasi muda untuk mempelajari pengetahuan pengobatan tradisional dengan
menggunakan tumbuhan juga dapat menjadikan warisan tradisional lambat
laun akan punah . Salah satu tanaman yang memiliki banyak khasiat dan
sudah lama digunakan oleh penduduk Kalimantan ialah tanaman umbi
bawang dayak (Eleutherine americana Merr.) dan batang bajakah tampala
(Spatholobus littoralis Hassk).

Umbi bawang Dayak, bawang sabrang, bawang hantu, adalah sebutan


umum untuk tanaman dengan nama latin (Eleutherine americana Merr.)
Tanaman ini berasal dari Amerika, tetapi banyak tumbuh di Kalimantan
Tengah sehingga populer dengan nama bawang dayak. Tumbuhan ini secara
turun temurun telah dipergunakan oleh masyarakat dayak sebagai tumbuhan
obat yaitu berbagai jenis penyakit seperti kanker payudara, obat penurun
darah tinggi (hipertensi), penyakit kencing manis (diabetes mellitus), penurun
kolestrol, obat jerawat dan bisul, kanker usus, mencegah stroke (Galingging,
2009).

Salah satu keanekaragamaan hayati yang berpotensi sebagai obat


tradisional adalah bajakah tampala (Spatholabus littoris Hassk.). Bajakah
dalam bahasa Dayak Ngaju berarti akar-akaran yakni ratusan spesies
tumbuhan pembelit-pemanjat yang ada di hutan hujan Kalimantan. Bajakah
tampala merupakan tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan semua
bagiannya (Anshari, 2012). Tanaman ini berasal dari pedalaman provinsi
Kalimantan Tengah yang belum tersebar ke daerah lain. Bajakah tampala
belum dibudidayakan karena kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar akan
manfaat tanaman ini, Masyarakat Dayak sudah turun temurun menggunakan
bajakah sebagai pengobatan yang digunakan sebagai penyembuhan luka, obat
diare, mencegah diabetes dan bahkan masyarakat Dayak menggunakan
bajakah sebagai obat kanker. Cara penggunaannya cukup sederhana hanya
dengan merebusnya.

Penelitian tentang tanaman umbi bawang dayak (Eleutherine


americana Merr.) dan batang bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk)
sebagai obat belum banyak dilakukan oleh karena itu peneliti tertarik
melakukan penelitian menggunakan infusa kedua tanaman sebagai antibakteri
terhadap S. aureus dan E.coli.

Rumusan Masalah

1. Senyawa apa sajakah yang terdapat dalam infusa umbi bawang Dayak dan
batang bajakah tampala ?
2. Bagaimanakah karakteristik bakteri Staphylococcus aureus ATCC
25923 ?
3. Bagaimanakah aktivitas antibakteri umbi bawang Dayak dan batang
bajakah tampala terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli ?
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalam
infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah tampala.
2. Untuk mengetahui karakteristik bakteri Staphylococcus aureus ATCC
25923.
3. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri umbi bawang Dayak dan batang
bajakah tampala terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli
C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah mengenai


efektivitas infusa umbi bawang dyak (Eleutherine americana Merr.) dan batang
bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk) dalam menghambat pertumbuhan
S. aureus dan E. coli yang berpotensi menyebabkan suatu penyakit. Apabila
terbukti memiliki aktivitas antibakteri, maka infusa ini dapat dikembangkan
menjadi antibakteri baru yang berasal dari bahan alam mengingat bahwa banyak
antibiotik yang tersedia tidak poten terhadap S. aureus dan E. coli. Selain itu,
hasil penelitian ini diharpakan mampu meningkatkan pemanfaatan bahan alam
sebagai tanaman berkhasiat obat dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Bawang Dayak
1. Deskripsi Tanaman
Bawang Dayak (Eleutherine americana Merr.) merupakan
tanaman khas Kalimantan Tengah.Tanaman ini sudah secara turun
temurun dipergunakan masyarakat Dayak sebagai Tanaman obat.
Tanaman ini memiliki warna umbi merah dengan daun hijau berbentuk
pita dan bunganya berwarna putih. (LIPI, 1987).
Penyebaran bawang Dayak ditemukan mulai dari semenanjung
Malaysia hingga Filipina, Sumatera (bawang kapal), Kalimantan (bawang
hantu atau bawang makkah), Jawa (brambang sabang, bawang siyem,
lulupan sapi, teki sabrang, bebawangan beureum), Sulawesi dan Nusa
Tenggara. Secara ekologis tumbuhan bawang dayak tumbuh di daerah
pegunungan pada ketinggian 600-2000 meter diatas permukaan laut.
Dalam ilmu taksonomi, berikut adalah klasifikasi dari bawang dayak
(Eleutherine americana Merr.)

Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Lilidae
Ordo : Liliales
Gambar 1. Tanaman umbi bawang dayak
Famili : Iridaceae (Eleutherine americana Merr.)

Genus : Eleutherine
Spesies : Eleutherine americana Merr. ( Yusuf 2009)
2. Morfologi
Bawang Dayak mempunyai banyak spesies yang tersebar di daerah
tropis yang ada di dunia. Bawang Dayak dengan spesies Eleutherine
Americana Merr. dapat tumbuh di Cina, Indonesia, dan Afrika Selatan.
Selain itu, beberapa penelitian mengindikasikan keluarga bawang dayak
dari spesies Eleutherine plicata tersebar luas di sekitar daerah Amazon
(Couto dkk. 2016).
Bawang Dayak memiliki ciri-ciri yang dapat membedakannya dari
tumbuhan lain yaitu daun berwarna hijau dan berbentuk seperti pedang
serta mempunyai tulang daun sejajar dengan tepi daun licin (Kamillah,
2014). Bawang dayak memiliki umbi berbentuk lonjong, bulat telur, dan
berwarna merah. Bunga bawang dayak bercirikan tunggal, berwarna
putih, serta mempunyai kelopak bunga berjumlah 6 buah (Yusni, 2008).
3. Kandungan kimia dan manfaat
Bawang Dayak mengandung senyawa-senyawa kimia seperti:
alkaloid, glikosid, flavonoid, fenolik, steroid, dan tanin yang merupakan
sumber potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman obat. Alkaloid
memiliki fungsi sebagai antimikroba. Selain itu, alkaloid, glikosid, dan
flavonoid juga memiliki fungsi sebagai hipoglikemik sedangkan tanin
biasa digunakan sebagai obat sakit perut (Galingging, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umbi bawang Dayak
mengandung senyawa naphtoquinonens dan turunannya seperti
elecanacine, eleutherine. eleutherol, eleuthernone. Napthoquinonens
dikenal sebagai antimikroba, antifungal, antivirial, dan atiparasitik. Selain
itu, napthoquinones memiliki bioaktivitas sebagai antikanker dan
antioksidan yang biasanya terdapat di dalam sel vakuola dalam bentuk
glikosida (Hara, 1997).
Umbi bawang Dayak mengandung senyawa-senyawa turunan
anthrakinon yang mempunyai daya pencahar, yaitu senyawa-senyawa
eleutheurin, isoeleutherin dan senyawa-senyawa sejenisnya, senyawa-
senyawa lakton yang disebut eleutherol dan senyawa turunan pyron yang
disebut eleutherinol (Hara,1997). Adapun senyawa bioaktif yang terdapat
dalam bawang dayak terdiri dari senyawa alkaloid, steroid, glikosida,
flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid, tanin dan kuinon (Firdaus,2006).
Tanaman ini secara empiris dapat menyembuhkan penyakit kanker
usus, kanker payudara, diabetes melitus, hipertensi, menurunkan kolestrol,
obat bisul, stroke, sakit perut sesudah melahirkan. Kenyataan yang ada
dimasyarakat lokal merupakan bukti bahwa tanaman ini merupakan obat
multifungsi yang sangat bermanfaat. Khasiat dari tanaman bawang dayak
di antaranya sebagai antikanker payudara, mencegah penyakit jantung,
immunostimulant, antinflamasi, antitumor serta anti bleeding agent
(Saptowalyono,2007).
Mengkonsumsi bawang Dayak banyak manfaat yang dapat diperoleh
secara empiris, manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan bawang
Dayak yakni : radang, usus, disentri, bisul, penyakit kuning, diabetes
militus, dan dapat menurunkan kolestrol (Rosa, 2013). Manfaat bawang
dayak secara empiris tersebut, kemudian dilakukan pengujian secara
ilmiah. Hasil dari pengujian secara ilmiah yang dilakukan terhadap
manfaat empiris bawang dayak diantaranya didapatkan hasil yaitu sebagai
antimikrobial bawang Dayak memiliki senyawa bioaktif berupa
eleutherine yang terletak pada umbi bawang dayak. Senyawa eleutherine
yang terdapat pada umbi bawang dayak, dapat digunakan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (Ifesan dkk.
2010). Khasiat sebagai antidiabetes disebabkan karena pada umbi bawang
Dayak mengandung senyawa eleutherinosida yang dapat menghambat
aktivitas enzim maltase (Insanu dkk. 2014). Menurut Prof. Dr.Sidik, Apt.,
kandungan allicin pada bawang dayak / bawang berlian dipercaya dapat
menurunkan tekanan darah dan mengurangi kekentalan darah (Utami dan
Mardiana 2013).
Penelitian tersebut menemukan pula kandungan penting dalam bawang
Dayak sebagai antikanker yang sangat ampuh mencegah perkembangan
sel kanker dalam tubuh dan menangkal radikal bebas. Beberapa testimoni
ditemukan pula bahwa bawang Dayak mampu menyembuhkan penyakit
diabetes dan hipertensi (Bintari, 2002).

B. Tanaman Bajakah Tampala


1. Deskripsi Tanaman
Masyarakat indonesia telah menggunakan tumbuhan sebagai salah
satu alternatif pengobatan secara turun temurun. Bajakah tampala
(Spatholabus littoralis Hassk) dari famili fabaceatelah digunakan oleh
masyarakat Pulang pisau (Kalimantan Tengah) secara empiris sebagai obat
disentri, obat pegal, dan obat luka (Maria dkk, 2014).

Bajakah banyak ditemukan di daerah pedalaman hutan Kalimantan,


khususnya Kalimantan Tengah. Tanaman bajakah ini memiliki batang
yang cukup besar dan kokoh dengan akar yang merambat lebih dari 5
meter. Bajakah terdiri dari tiga jenis (Putra, 2019), yaitu : Bajakah
Tampala (Spatholobus littoralis Hassk) Bajakah ini memiliki kandungan
senyawa fenolik, flavonoid, tanin, dan saponin yang mampu mempercepat
proses penyembuhan luka. Bajakah Lamei Bajakah ini memiliki
kandungan air yang merupakan tanaman hutan hujan tropis yang tumbuh
dengan cara merambat. Dan bajakah Kalalawit (Uncaria gambir Roxb)
bajakah ini memiliki kandungan phenol dan antibakteri dengan ekstrak
gambir terdapat kandungan katekin yang cukup tinggi.
Gambar 2. Tanaman batang bajakah Gambar 3. Daun batang bajakah
tampala ( Sphatolabus littoralis Hassk) tampala ( Sphatolabus littoralis Hassk)

https://images.app.goo.gl/xdnzPhGM https://images.app.goo.gl/8YFi6A3
pHasXP86 AHPotrmVN7

2. Morfologi
Spatholobus adalah genus tumbuhan yang merambat di pohon kayu
dari suku phaseoleae. Genus ini ditemukan pada 1842 oleh ahli Botani asal
Jerman bernama Justus Karl Hasskarl. Ada 29 spesies dari genus
Spatholobus Hassk yang sebagian besar tersebar di hutan tropis
Indonesia (The Genus Spatholobus Hassk in Thailand, Jurnal Tropical
Natural History, 2014, hlm 87).
Bajakah Tampala banyak ditemukan di hutan Kalimantan, baik di
wilayah Indonesia maupun Malaysia. Dari genusnya tadi, bajakah disebut
berkerabat dekat dengan Genus Vigna. Vegetasi Vigna tumbuh di
Pegunungan Kilimanjaro, Afrika. Sedangkan di Kalimantan, bajakah
tumbuh merambat di pohon kayu dengan ketinggian hingga 50 meter.
Daun bajakah ini berbentuk tajam dengan warna kuning, coklat, dan putih.
Bunganya kecil dengan variasi warna ungu, pink, dan putih (The
Leguminosae, a Source Book of Characteristics, Uses, and Nodulation,
1981, hlm 618).
3. Kandungan kimia dan manfaat
Bagian batang bajakah tampala dipercaya mampu menghentikan
pendarahan pada luka. Berdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan,
bajakah tampala positif pada uji fenolik, flavonoid, tanin dan saponin
(Anshari,2012).Senyawa fenolik merupakan senyawa yang dihasilkan oleh
tumbuhan sebagai respons terhadap stres lingkungan. Senyawa fenolik
berfungsi sebagai pelindung terhadap sinar UV-B dan kematian sel untuk
melindungi DNA dari dimerisasi dan kerusakan (Lai & Lim, 2011).
Komponen pada senyawa ini diketahui memiliki peranan penting sebagai
agen pencegah dan pengobatan beberapa gangguan penyakit seperti
arteriosklerosis, disfungsi otak, diabetes dan kanker (Garg et al, 2016).
Flavonoid hampir terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk
buah, akar, daun dan kulit luar batang (Worotikan, 2011). Sejumlah
tanaman obat yang mengandung flavonoid telah dilaporkan memiliki
aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang, antialergi, dan
antikanker (Miller, 1996). Beberapa tanin terbukti mempunyai aktivitas
antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor, dan menghambat enzim
seperti reverse transkriptase dan DNA topoisomerase (Robinson, 1995).
Saponin dapat digunakan pada berbagai bidang diantaranya
perikanan, tekstil, kosmetik, dan kesehatan. Di bidang perikanan saponin
digunakan sebagai pembasmi hama udang (Musalam dan Yuliana, 1989),
dalam industri tekstil sebagai deterjen, dalam bidang kosmetik digunakan
sebagai pembentuk busa pada sampo (Aghel dkk., 2007 ; Thoha dkk.,
2009). Di bidang kesehatan saponin dapat digunakan sebagai penghambat
pertumbuhan sel kanker (Arcuri, 2004; Bachran dkk., 2014).
C. Bahan Alam

Bahan alam secara khusus diartikan sebagai segala material organik


yang dihasilkan oleh alam yang telah dipelajari dan dibuktikan baik secara
empiris maupun secara tradisonal melalui pengalaman penggunaan turun
temurun memiliki khasiat tertentu untuk kesehatan baik dalam bentuk
segar, sediaan kering, ekstrak, maupun senyawa tunggal hasil pemurniaan.
(Nugroho.A.,2017).

Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, obat tradisional


adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sariaan (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Tumbuhan obat adalah seluruh spesies
tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat obat, yang dikelompokan
manjadi : (1) Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang
diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah
digunakan sebagai bahan baku obat tradisional; (2) Tumbuhan obat
modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan
mengandung senyawa atau bahan bioaktif dan penggunaannya dapat
dipertanggungjawabkan secara medis; (3) Tumbuhan obat potensial, yaitu
spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif
yang berkhasiat obat tetapi belum secara ilmiah atau penggunaannya
sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri (Zuhud et al, 2004).

D. Ekstraksi

Ekstrak merupakan sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan


menyari simplisia nabati atau hewani dengan metode ekstraksi yang
sesuai. Metode ekstraksi digunakan berdasarkan beberapa faktor seperti
daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi, kepentingan
dalam memperoleh ekstrak yang sempurna dari bahan mentah. Sifat dari
bahan mentah obat merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan
dalam memilih metode ekstraksi. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi
harus dipilih berdasarkan kemampuan dalam melarutkan jumlah yang
maksimal dari zat aktif dan seminimal mungkin bagi unsur yang tidak
diperlukan. Ekstraksi merupakan penarikan zat pokok dari bahan mentah
dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat pokok akan larut
(Depkes,1979).
1. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia
dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit. Infusa adalah proses
penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari kandungan zat aktif
yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara infus
menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan
kapang, oleh sebab itu sari yang diperoleh tidak boleh di simpan lebih dari
24 jam. Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan
obat tradisional. Cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak
(Depkes, 1986).
2. Pelarut
Pemilihan pelarut yang tepat meningkatkan efisiensi ekstraksi. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut diantaranya adalah
selektivitas, toksisitas, kepolaran, kemudahan untuk diuapkan, dan harga
pelarut (Akbar, 2010). Pelarut yang digunakan yaitu aquadest, karena
merupakan penyari serbaguna yang baik untuk infusa. Aquades tidak
menyebabkan pembengkakan membran sel, tidak beracun, netral, absorbsi
baik, panas yang diperlukan untuk penelitian (Amalia et al., 2009).
E. Bakteri Staphylococcus aureus
1. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari bakteri Staphylococcus aureus adalah
sebagai
berikut:
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Classis : Bacilli
Ordo : Bacillales
Familia : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus (Bergeys, 1998).
2. Morfologi
S. aureus adalah bakteri berbentuk sferis yang biasanya
bergerombol seperti buah anggur. Bakteri ini merupakan bakteri Gram
positif, tidak bergerak, tidak berspora, bersifat aerob atau anaerob
fakultatif, dan berdiameter 0,8-1,0 mikron. Pada kultur bakteri, S. aureus
dapat tumbuh pada suhu antara 15oC sampai 40oC. Pertumbuhan
optimumnya yaitu pada suhu 35oC dengan pH 7,4. Pada lempeng agar,
koloninya berbentuk bulat dengan diameter 1-2 mm, cembung, buram,
mengkilat, dan konsistensinya lunak. Koloni S. aureus biasanya berwarna
abu-abu hingga kuning tua kecoklatan. Pada lempng agar darah, umumnya
koloni lebih besar dan pada varietas tertentu koloninya dikelilingi oleh
zona hemolis (Warsa, 2010).

Staphylococcus mengandung polisakarida antigenik dan protein


serta substansi penting lainnya di dalam struktur dinding sel. Penyusun
dinding sel ini antara lain peptidoglikan, asam teikoat, dan protein A.
Peptidoglikan adalah polimer polisakarida yang tersusun dari subunit yang
merupakan eksoskelet yang kaku pada dinding sel. Asam teikoat, yang
merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat, berhubungan dengan
peptidoglikan dan dapat menjadi antigenik. Protein A adalah komponen
dinding sel pada banyak strain Staphylococcus yang menjadi reagen
penting dalam imunologi dan teknologi laboratorium diagnostik (Brooks
dkk., 2010).

3. Patologi
Staphylococcus aureus merupakan patogen utama untuk manusia.
Genus Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit melalui
kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar di jaringan serta
dengan cara menghasilkan berbagai substansi ekstraselular. Substansi
ekstraselular yang dihasilkan Staphylococcus aureus yaitu katalase,
hialuronidase, stafilokina , proteinase, lipase, β laktamase, eksotoksin,
leukosidin, toksin eksfoliatif, toksin sindrom syok toksik, dan enterotoksin
(Brooks dkk., 2010).
Infeksi Staphylococcus aureus bersifat oportunistik yang dalam
kondisi tertentu dapat menyebabkan infeksi yang serius. Staphylococcus
aureus umumnya berkolonisasi pada manusia di permukaan kulit luar dan
saluran pernapasan atas, terutama bagian hidung. Individu yang sehat
biasanya tidak menyadari adanya Staphylococcus aureus tetapi dapat
terkena infeksi kulit seperti bisul dan abses yang merupakan ciri khas
infeksi Staphylococcus. Infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus
aureus meliputi pneumonia, meningitis, empiema, mastitis, infeksi kulit,
osteomielitis, endokarditis, dan sepsis. Staphylococcus yang memiliki
daya invasi rendah dapat menyebabkan berbagai infeksi kulit misalnya
acne, pioderma, atau impetigo. Infeksi luka bakar dan luka bedah juga
biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, dimana toksin yang
diproduksi oleh bakteri ini dapat menimbulkan toxic shock syndrome yang
menyebabkan demam, sakit, dan dalam beberapa kasus menyebabkan
kematian (Stapleton dan Taylor, 2007; Brooks dkk., 2010).

F. Bakteri Eschericia coli


1. Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari bakteri Eschericia coli adalah sebagai berikut :

Superdomain : Phylogenetica
Filum : Proterobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia Coli (Jawetz et al., 1995).

2. Morfologi
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang
pendek yang memiliki panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7 μm, lebar 0,4-
0,7μm dan bersifat anaerob fakultatif. Bentuk sel dari bentuk seperti
coocal hingga membentuk sepanjang ukuran filamentous. Tidak
ditemukan spora. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam
rantai pendek, biasanya tidak berkapsul. Escherichia coli membentuk
koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata (Jawetz
et al., 1995).
Kapsula atau mikrokapsula terbuat dari asam-asam polisakarida.
Mukoid kadang-kadang memproduksi pembuangan ekstraselular
yangtidak lain adalah sebuah polisakarida dari speksitifitas antigen K
tententu atau terdapat pada asam polisakarida yang dibentuk oleh banyak
Escherichia coli seperti pada Enterobacteriaceae. Selanjutnya digambarkan
sebagai antigen M dan dikomposisikan oleh asam kolanik (Smith-Keary,
1988).
3. Patologi
Escherichia coli adalah anggota flora normal usus, namun dapat
menjadi patogen bila jumlahnya meningkat dalam saluran pencernaan atau
berada diluar saluran pencernaan yang normal. Tempat yang paling sering
terinfeksi adalah salura kemih, saluran empedu, dan tempat lain dalam
saluran abdomen. Bakteri Escherichia coli sering menjadi peyebab
penyakit diare, selain itu ia juga dapat menyebkan infeksi pada saluran
kemih, meningitis dan sepsis. Berbagai jalur Escherichia coli mungkin
menyebabkan diare dengan salah satu dari dua mekanisme:

1. Escherichia coli memproduksi enterotoksin (enterotoksinogen),


memproduksi salah satu atau kedua toksin yang berbeda, yaitu
toksin yang tahan panas dan toksin yang tidak tahan panas.
Toksin yang tidak tahan panas dapat menyebabkan peningkatan
aktifitas enzin adenilat siklase dalam sel mukosa usus halus dan
merangsang sekresi cairan. Sedangkan toksin yang tahan panas
dapat mengaktifkan enzin guanilat siklase sehingga dapat
menyebabkan gangguan absorbsi klorida dan natrium, selain itu
dapat menurunkan motilitas usus halus.
2. Escherichia coli dapat menginvasi langsung pada epitel dinding
usus, sehingga lipopolisakarida dinding sel bakteri (endotoksin)
akan mempengaruhi epitel usus.
G. Media

Media adalah suatu wadah yang digunakan untuk menumbuhkan dan


mengembangbiakkan mikroba, agar mikroba dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Media yang dipergunakan harus dalam keadaan
steril yang tidak ditumbuhi mikroba lain yang tidak diharapkan. Di dalam
media diperlukan beberapa persyaratan tertentu yaitu pertama, didalam
media harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan mikroba. Kedua, media harus
mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai
kebutuhan mikroba. Ketiga, media harus dalam keadaan steril artinya
belum ditanami mikroba yang diuji dan tidak ditumbuhi oleh mikroba lain
yang tidak diharapkan (Suriawiria, 1986).

Media pertumbuhan mikroorganisme bakteri atau media kultur bakteri


adalah cairan atau gel yang di design untuk mendukung pertumbuhan
mikroorganisme dan sel. Terdapat dua jenis utama media pertumbuhan
yaitu media yang digunakan untuk kultur pertumbuhan sel tumbuhan atau
binatang dan jenis yang kedua yaitu kultur mikrobiologi yang digunakan
untuk menumbuhkan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur (Madigan,
2005). Medium dapat dibuat bermacam-macam bergantung kepada
keperluannya. Bahan yang paling umum digunakan untuk membuat
medium menjadi padat dapat dipakai agar. Praktisnya semua media yang
digunakan untuk penyediaan medium mikrobia sudah secara komersial
dalam bentuk bubuk dan juga dalam bentuk siap pakai. Dalam penyediaan
media, kebanyakan bersifat alamiah sudah mengandung semua nutrien
yang dibutuhkan. Oleh karena itu, dalam lingkup mikribiologi sangat
berkaitan dengan sterilisasi. Hal ini agar medium yang dibuat dapat
berhasil. Jadi, proses sterilisasi pun perlu dipelajari lebih dalam (Pleczar,
1986).

H. Uji Antibakteri

Uji senyawa antibakteri adalah untuk mengetahui apakah suatu


senyawa uji bisa menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengukur
respon pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen antibakteri.
Obat yang dipakai untuk membunuh bakteri penyebab infeksi pada
manusia harus memiliki sifat toksisitas slektif setinggi mungkin, bersifat
sangat toksik untuk bakteri,tetapi relatif tidak toksik untuk hospes
(Pratiwi,2008).

Berbagai metode laboratorium dapat digunakan untuk


mengevaluasi atau menilai aktivitas antimikroba suatu ekstrak atau bahan
murni. Metode utama pada uji aktivitas antimikroba adalah metode difusi
dan dilusi (Brooks dkk., 2010). Metode difusi yang banyak digunakan
diantaranya metode difusi cakram, metode gradient antimikroba (Etest),
dan metode sumuran. Sedangkan, pada metode dilusi yang sering
digunakan yaitu metode dilusi broth dan metode dilusi agar (Balouiri dkk.,
2016).

I. Metode Difusi

Metode difusi cakram sering digunakan laboratorium mikrobiologi


klinis untuk uji kepekaan antimikroba. Pada prosedur ini, cawan agar
diinokulasi dengan inokulum standar pada uji mikroorganisme. Kemudian
bahan uji ditambahkan pada cakram kertas saring dengan diameter sekitar
6 mm. Cakram diletakkan diatas permukaan agar kemudian diinkubasi
pada kondisi sesuai standar. Agen antimikroba menyebar pada agar dan
menghambat pembentukan dan pertumbuhan mikroorganisme yang diuji
kemudian diameter zona hambat diukur (Soleha, 2015). Difusi cakram
didasarkan pada penentuan zona hambat yang ditandai dengan zona jernih
disekitar cakram. Besarnya zona hambat sebanding dengan daya hambat
antibakteri pada cakram. Diameter zona hambat berbanding terbalik
dengan konsentrasi hambat minimal, sehingga semakin besar zona hambat
maka semakin rendah konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri. Namun, hal ini tergantung pada konsentrasi dan
kemampuan berdifusi antibakteri yang terdapat dalam cakram (OIE,
2012).

J. Antibiotik

Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri dan


fungi, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan
kuman. Obat yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
penyebab infeksi pada manusia dan harus memiliki toksisitas selektif yang
tinggi. Sifat antibiotik sebaiknya menghambat atau membunuh
mikroorganisme patogen tanpa merusak inang, bersifat bakterisid, tidak
menyebabkan resistensi pada kuman, tidak bersifat alergenik atau
menimbulkan efek samping bila dipergunakan dalam jangka waktu yang
lama, larut di dalam air serta stabil (Rostinawati, 2010). Menurut Hasibuan
(2016), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba
antara yaitu pH lingkungan, Komponen-komponen, Besarnya inokulum
bakteri, Masa pengeraman, Aktivitas metabolik mikroorganisme.

K. Kloramfenikol

Kloramfenikol merupakan antibiotik bakteriostatik berspektrum


luas yang aktif terhadap mikroorganisme aerobik dan anaerobik, bakteri
Gram positif maupun Gram negatif. Kloramfenikol aktif terhadap bakteri
Neisseria meninghitidis, Haemophilus influenza, Rickettsiae (Katzung dan
Bertram, 2004), Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Salmonella
typhi (Noviana, 2004). Menurut Levinson (2004), kloramfenikol mampu
mengikat subunit ribosom 50S sel mikroba target dan menghalangi
aktivitas enzim peptidyltransferase, akibatnya terjadi hambatan
pembentukan ikatan peptida dan b iosintesis protein.
L. Landasan Teori

Staphylococcus aureus merupakan anggota flora normal yang


terdapat pada tubuh manusia tetapi dalam jumlah yang tidak seimbang
justru mempunyai peluang untuk menjadi patogen yang dapat
membahayakan manusia (Hiramatsu et al, 2014). S. aureus merupakan
salah satu bakteri penyebab infeksi yang sering dialami hampir setiap
orang. Tingkat keparahan infeksinya bervariasi, mulai dari infeksi minor
di kulit sev(furunkulosis dan impetigo), infeksi traktus urinaris, infeksi
traktus respiratorius, sampai infeksi mata dan Central Nervous System
(Septiana et al., 2017). Di Amerika, S. aureus menyebabkan terjadinya
kasus food-borne diseases (FBD) sebanyak 241.000 kejadian. WHO
mendefinisikan FBD sebagai penyakit infeksi yang diakibatkan dari
konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri (Kadariya
et al, 2014).

Escherichia coli merupakan kuman oportunis yang banyak terdapat


di usus besar (kolon) manusia dan sebagai flora normal colon, sifat E. coli
dapat menyebabkan infeksi primer pada usus besar sehingga dapat
menyebabkan penyakit diare (Gillespie, SH and KB Bamford, 2000).
Infeksi E. coli O157:H7 yang patogen pada manusia yaitu yang bersifat
varotoksigenik yang telah menyebabkan 16.000 kasus penyakit melalui
makanan (Food Borne Diseases) dan 900 orang meninggal per tahun di
Amerika serikat. Kejadian wabah tunggal pada tahun 1993 di Western AS
telah menyebabkan 700 menderita sakit dan 4 orang meninggal (Sartika
dkk, 2005).

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman


hayati dan dari data Bappenas pada tahun 2003 memperkirakan terdapat
38.000 jenis tumbuhan dan 55% diantaranya merupakan tumbuhan
endemik Indonesia (Triyono, 2013). Banyak manfaat yang dapat diperoleh
dari penggunaan rempah-rempah dalam kehidupan sehari-hari antara lain
sebagai pemberi bau, rasa, dan dapat pula digunakan sebagai obat berbasis
herbal. Hal ini, dikarenakan rempah-rempah mempunyai kandungan
antioksidan (Hakim dkk. 2015). Antioksidan merupakan senyawa yang
dapat digunakan untuk memperlambat proses oksidasi dari radikal bebas
(Fitriana dkk. 2015). Selain itu, rempah-rempah juga bisa digunakan
sebagai zat warna alami. Pewarna alami adalah zat warna yang diperoleh
dari alam seperti binatang, tumbuhan, maupun mineral yang diperoleh
dengan cara langsung maupun tak langsung. Terdapat lebih dari 3 macam
bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan warna alami
seperti akar, kulit kayu, daun, bunga, biji, dan getah (Sutara, 2009).

Keanekaragamaan hayati hutan kalimantan sangat tinggi sebagian


diantaranya berkhasiat sebagai obat, pengetahuan masyarakat pedalaman
kalimantan mengenal tumbuhan hutan berkhasiat obat cukup besar
sehingga banyak digunakan sebagai obat tradisional. Tumbuhan hutan
kalimantan yang berkhasiat belum semuanya tergali dan dan pengetahuan
masyarakat mengenai pen ssgobatan tradisional belum terdokumentasi
dengan baik seperti bawang dayak (Eleutherine americana Merr.)
merupakan tanaman khas Kalimantan Tengah yang sudah di ketahui
memiliki beragam manfaat. Masyarakat lokal memanfaatkan umbi bawang
dayak sebagai obat dari berbagai jenis penyakit yaang ada. Penyakit-
penyakit yang dipercaya dapat sembuh karena pemanfaatan bawang dayak
antara lain : penurun diabetes, penurun kolestrol, obat penyakit kanker
payudara, obat kanker usus, obat bisul, dan pencegah stroke ( Raga dkk.
2012). Umbi bawang dayak mengandung senyawa fitokimia yaitu
alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, steroid, dan tanin yang merupakan
sumber obat sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai tanaman
obat modern dalam kehidupan manusia (Galingging, 2009). Pada
flavonoid dapat berperan sebagai antibiotik dengan menganggu fungsi
mikroorganisme dari bakteri dan virus (Yusni, M.H., 2008). Tanaman
batang bajakah tampala (Spatholabus littoralis Hassk) merupakan tanaman
yang berasal dari pedalaman provinsi Kalimantan Tengah yang belum
tersebar kedaerah lain. Batang bajakah tampala belum dibudidayakan
karena kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar tentang manfaat
tanaman ini. Bajakah tampala positif mengandung fenolik, flavonoid, tanin
dan saponin (Anshari,2012). Menurut Noorlaili et al (2019) batang
bajakah tampala merupakan tanaman obat yang sudah digunakan secara
turun temurun oleh masyarakat desa Garong Pulang Pisau Kalimantan
Tengah diketahui mengandung senyawa flavonoid dan saponin yang
memiliki daya hambat bakteri. Tanaman umbi bawang dayak dan batang
bajakah tampala pada penelitian sebelumnya diketahui positif mengandung
flavonoid menurut Sabir (2008) senyawa flavonoid dapat menyebabkan
kerusakan permeabilitas pada dinding sel bakteri, didukung dengan
penelitian Mirzoeva et al (1997) yang juga mengatakan bahwa flavonoid
mampu menghambat motilitas bakteri.

M. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori diatas, hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah tampala mengandung


beberapa senyawa yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.
2. Karakteristik Staphylococcus aureus ATCC 25923 adalah merupakan
bakteri Gram positif sel berwarna ungu, berbentuk bulat dengan
susunan bergerombol seperti anggur, S. aureus pada media VJA
adanya fermentasi mannitol yang menghasilkan asam dan pada kondisi
asam indikator Fenol red akan berubah menjadi kuning. Serta S.
aureus memiliki dinding peptidoglikan lebih tebal dan mengandung
beberapa enzim ekstraseluler antara lain yaitu koagulase dan katalase.
3. Infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah tampala mempunyai
aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dan E. coli.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah umbi bawang
dayak didapatkan dari daerah Berau Kalimantan Timur dan batang bajakah
tampala dari daerah Landak Kalimantan Barat.
2. Sampel
Sampel pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi
bawang Dayak (Eleutherine americana Merr.) yang diambil dari kebun di
daerah Berau Kalimantan Timur yang dipanen bawang dayak yang
berumur 5-6 bulan, tidak busuk, dan tidak terkena hama. Sampel yang
kedua batang bajakah tampala (Spatholabus littoralis Hassk) yang diambil
dari Hutan di daerah Landak Kalimantan Barat.
B. Variabel Penelitian
1. Identifikasi variabel utama
Variabel utama yang pertama penelitian ini adalah infusa umbi
bawang Dayak dan infusa batang bajakah tampala.
Variabel utama yang kedua adalah aktivitas antibakteri umbi
bawang Dayak dan batang bajakah tampala terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
2. Klasifikasi variabel
Variabel utama dapat di klasifikasikan ke dalam berbagai macam
variabel yaitu variabel bebas, variabel kendali, dan variabel tergantung.
2.1 Variabel bebas, variabel bebas penelitian ini adalah berbagai
konsentrasi dari infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah
tampala.
2.2 Variabel terkendali, variabel terkendali dalam penelitian ini
adalah pelarut yang digunakan dalam penelitian ini
2.3 Variabel tergantung, variabel tergantung penelitian ini adalah
pertumbuhan aktivitas antibakteri infusa umbi bawang dayak
dan batang bajakah terhadap S. aureus dan E. coli.
3. Definisi operasional variabel utama
Pertama, umbi bawang Dayak yang diambil dari kebun di daerah
Berau Kaltim yang dipanen umbi bawang Dayak yang berumur 5-6
bulan, tidak busuk, dan tidak terkena hama lalu dicuci bersih
dimaksudkan agar kotoran yang menempel dapat hilang.
Kedua, Sampel yang kedua batang bajakah tampala (Spatholabus
littoralis Hassk) yang diambil dari Hutan di daerah Landak Kalteng.
Dibersihkan kulit batangnya lalu dirajang dan dijemur dibawah sinar
matahari dimaksudkan agar kotoran yang menempel dapat hilang.
Ketiga, infusa umbi bawang Dayak adalah bawang dayak direbus
dengan panci infus sebanyak 12,5 gram dalam 50 ml aquadest.
Keempat, infusa bajakah tampala adalah bawang dayak direbus
dengan panci infus sebanyak 12,5 gram dalam 50 ml aquadest.
Kelima, antibakteri adalah kemampuan sampel uji untuk
menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri uji.
Keenam, difusi cakram adalah metode untuk mengetahui diamter
zona hambat di sekitar cakram yang telah diisi sampel.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain panci
infus, saringan, pisau, erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi, beaker
glass, termometer, jarum ose, lampu spirtus, corong kaca, timbangan
analitik, kapas, autoklaf, mikroskop, dan inkubator.

2. Bahan
Bahan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
umbi bawang dayak ((Eleutherine americana Merr.) dari Berau
Kaltim. Dan batang bajakah tampala (Spatholabus littoralis Hassk)
dari Landak Kalbar. Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini
adalah S. aureus ATCC 25923 dari Laboratorium Mikrobiologi,
Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi, Surakarta. Media yang
digunakan dalam penelitian ini adalah VJA (Vogel Jhonson Agar),
BHI (Brain Heart Infusion), Mc.Farland 0,5.
D. Jalannya Penelitian
1. Determinasi tanaman
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah melakukan
determinasi tanaman determinasi tanaman ini dimaksudkan untuk
menetapkan kebenaran sampel yang digunakan dalam penelitian
serta menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri-ciri
morfologi. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium
Biologi Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Setia
Budi dan hasil uji Laboratorium Univeristas Tanjungpura fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
2. Pengambilan sampel
Umbi bawang Dayak yang diambil dari Berau Kaltim.
Batang bajakah tampala diambil dari Landak Kalbar. Pengambilan
bahan perlu diperhatikan kualitasnya seperti masih segar serta tidak
busuk agar mendapat bahan obat yang terbaik dari tanaman.
3. Pembuatan infusa
Pertama, pembuatan infusa umbi bawang Dayak yaitu 12,5
gram umbi bawang Dayak yang sudah dirajang dimasukkan ke
dalam panci infus kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 50 ml
lalu dipanaskan diatas penangas air suhu 90 oC selama 15 menit.
Selanjutnya cairan infusa disaring menggunakan kain flannel.
Kedua, pembuatan infusa batang bajakah tampala yaitu
batang yang sudah dirajang dan dikeringkan sebanyak 12,5 gram
dimasukkan ke dalam panci infus kemudian ditambahkan aquadest
sebanyak 50 ml lalu dipanaskan diatas penangas air suhu 90 oC
selama 15 menit. Selanjutnya cairan infusa disaring menggunakan
kain flannel. Selanjutnya masing-masing infusa dibuat seri
konsentrasi 50; 25; 12,5%.
4. Uji organoleptik

Uji organoleptik merupakan pengenalan awal yang


sederhana sesubjektif mungkin. Pengujian organoleptik disebut
penilaian dengan suatu cara penilaian dengan memanfaatkan panca
indera manusia, bagian tubuh yang berperan dalam penginderaan
adalah mata, telinga, indera pencicip, dan indera pembau. Pada
penelitian ini infusa bawang dayak dan batang bajakah diamati
perubahan warna, bau, dan bentuk.

5. Identifikasi kandungan senyawa kimia


Identifikasi kandungan senyawa kimia dimaksudkan untuk
mendapatkan kebenaran yang zat kimia yang terkandung dalam
infusa umbi bawang dayak dan infusa batang bajakah. Identifikasi
senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin dilakukan di
Laboratorium Fitokimia Universitas Setia Budi, Surakarta.
4.1 Alkaloid. Infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah
tampala masing-masing ditambah dengan 1 ml asam klorida 2N
dan 9 ml air, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit
kemudian didinginkan dan disaring. Dipindahkan 3 tetes filtrat
pada kaca arloji kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi
Bouchardat LP. Jika dengan pereaksi Bouchardat LP terbentuk
endapan berwarna coklat sampai hitam, maka positif
mengandung alkaloid (Depkes RI, 1977)
4.2 Flavonoid. Infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah
masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak
2 ml, kemudian dipanaskan 5 menit. Setelah dipanaskan
ditambahkan 0,1 gram logam magnesium dan 5 tetes HCl
pekat. Jika larutan terbentuk warna kuning jingga sampai
merah, maka positif mengandung flavonoid (Mustikasari &
aryani, 2010).
4.3 Saponin. Infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah
tampala masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambah 2 ml aquadest, lalu dikocok sampai
homogen. Setelah itu, dipanaskan selama 2-3 menit kemudian
didinginkan, setelah dingin dikocok dengan kuat. Adanya busa
yang stabil selama 30 detik menunjukkan sampel mengandung
saponin (Harborner,1987).
4.4 Tanin. Infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah tampala
masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambah 3 tetes besi (III) klorida. ditambah 50 ml air panas
kemudian didihkan selama 15 menit dan saring. Hasil yang
diperoleh sebanyak 5 ml ditambah dengan terbentuknya warna
biru tua atau hijau kehitaman( Depkes RI,1989).
5. Pembuatan media
5.1 Media BHI. Sebanyak 4,7 g serbuk BHI ditimbang dan
ditambahkan 100 ml aquadest dimasukkan di dalam panci
direbus sampai homogen selanjutnya media dimasukkan ke
tabung reaksi masing-masing 10 ml ditutup menggunakan
kapas, lalu disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 oC selama
15 menit pada tekanan 1,5 atm.
5.2 Media VJA. Ditimbang 3,6 g serbuk VJA, ditambahkan 60 ml
aquadest kedalam panci lalu direbus sampai mendidih,
kemudian dimasukkan ke erlenmeyer dan ditutup
menggunakan kapas, lalu di sterilkan dengan autoklaf pada
suhu 121oC selama 15 menit pada tekanan 1,5 atm kemudian
dituang kedalam cawan petri yang sudah di sterilkan.
Ditambahkan 3 tetes kalium telurit dan ditunggu sampai media
dingin.
5.3 Media MHA. Ditimbang 6,8 g serbuk MHA, ditambahkan
aquadest 180 ml lalu dipanaskan sampai mendidih, kemudian
dituangkan pada tabung reaksi (pertabung 10ml) dan ditutup
kapas, setelah itu disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 oC
selama 15 menit pada tekanan 1,5 atm. Media dituang kedalam
petri secara aseptis kemudian didiamkan sampai padat. Dibuat
lempeng agar dengan menggunakan cawan petri steril
(diameter cawan petri minimum 10 cm) sehingga diperoleh
ketebalan lempeng tertentu.
6. Identifikasi morfologi bakteri dengan VJA
Media Vogel Jhonson Agar (VJA) sebanyak 6 gram ditimbang dan
ditambahkan aquadest sebanyak 100 ml, dihomogenkan dengan
pemanasan. Media disterilkan dengan autoklaf pada 121oC selama 15
menit. VJA steril dimasukkan dalam cawan petri yang telah ditambah
2 tetes kalium tellurite 3,5%. Didiamkan pada suhu ruang hingga
menjadi padat. Inokulasikan bakteri uji, inkubasi selama 24 jam pada
suhu 37oC dan amati pertumbuhan bakteri.
7. Identifikasi bakteri dengan pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram dilakukan dengan diambil 1 ose bakteri, dibuat
apusan tipis pada preparat, fiksasi diatas api kemudian ditetesi Gram A
(cat kristal violet sebagai cat utama) dibiarkan 1 menit, dibilas dengan
air mengalir, ditetesi Gram B (lugol iodine sebagai mordan) dibiarkan
1 menit, dicuci dengan Gram C (etanol : aceton = 1:1 sebagai peluntur)
ditiriskan kemudian ditetesi Gram D (cat safranin sebagai cat
lawan/penutup) dibiarkan 1 menit, dibilas kembali dengan air lalu
dikeringkan. Diamati di bawah mikroskop. Bakteri Gram positif akan
mempertahankan zat warna kristal violet sehingga akan berwarna
ungu, sedangkan Gram negatif akan kehilangan zat warna kristal violet
setelah dicuci dengan etanol dan sewaktu diberi zat warna
tandingannya (safranin) akan tampak warna merah.
8. Identifikasi bakteri dengan uji biokimia
8.1 Uji Katalase. Uji katalase dibuat dengan cara dicampurkan
0,05 ml H2O2 3% dengan 1 ose bakteri Staphylococcus aureus
ATCC 25923. Hasil positif jika terbentuk gelembung udara
atau buih. Gelembung udara atau buih akan terbentuk jika
terjadi pemecahan hidrogen peroksida (H 2O2) menjadi air
(O2) oleh enzim katalase yang terdapat bakteri Staphylococcus
aureus ATCC 25923.
8.2 Uji Koagulase. Uji koagulase disiapkan plasma sitrat
perbandingan 1:4 sebanyak 0,5 ml ditanami suspensi dibiakan
bakteri berumur 24 jam pada plasma tersebut dan dieramkan
pada suhu 37oC selama 1-4 jam dan diamati perubahannya. Bila
terdapat gumpalan maka uji koagulase dinyatakan positif.
Adanya penggumpalan karena fibrinogen pada plasma menjadi
fibrin oleh adanya koagulase. Koagulase merupakan protein
ekstrakulikuler yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus
ATCC 25923 yang dapat menggumpalkan plasma (Dewi A,
2013).
9. Pembuatan suspensi bakteri uji
Disiapkan media BHI yang telah disterilkan 10 ml dalam tabung
reaksi bakteri uji S.aureus ATCC 25923 tabung reaksi bakteri uji
diambil 2 ose dan ditanam dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml
medium BHI secara aseptis. Distandarkan kekeruhannya dengan
larutan Mc Farland 0,5 setara dengan 1,5 x 10 8 CFU/ml (Coloni
Forming Unit/ml).
10. Uji daya hambat S. aureus menggunakan metode studi pustaka
Penelitian ini tidak dilanjutkan karena adanya pembatasan kerja
dilaboratorium sehingga dilanjutkan dengan studi pustaka atau
literatur review. Literature review atau studi pustaka adalah istilah
yang sering dikerjakan oleh mahasiswa ketika sedang mengerjakan
skripsi, tesis atau disertasi. Literature review tidak hanya bermakna
membaca literatur, tapi lebih ke arah evaluasi yang mendalam dan
kritis tentang penelitian sebelumnya pada suatu topik. Pada penelitian
ini jenis metode yang digunakan adalah Systematic literature
review atau sering disingkat SLR atau dalam bahasa indonesia disebut
tinjauan pustaka sistematis adalah metode literature review yang
mengidentifikasi, menilai, dan menginterpretasi seluruh temuan-
temuan pada suatu topik penelitian, untuk menjawab pertanyaan
penelitian (research question) yang telah ditetapkan sebelumnya
(Kitchenham & Charters, 2007) dan metode ini yang biasa dilakukan
peneliti di bidang farmasi dan kedokteran.
Data yang dicari pada studi pustaka pada penelitian ini adalah uji
aktivitas infusa umbi bawang dayak dan batang bajakah tampala
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. kata kunci
yang digunakan adalah aktivitas antibakteri umbi bawang dayak dan
batang bajakah tampala bakteri terhadap Staphylococcus aureus dan
Eschericia coli atau sinonim dan kombinasi kata-kata pada rumusan
masalah. Pemilihan jurnal relevan diidentifikasi berdasarkan nama
jurnal, tahun terbit jurnal, dan nomor ISSN jurnal tersebut. Jurnal
nasional terakreditasi adalah terbitan berkala yang menyebarluaskan
perkembangan ilmu pengetahuan, diterbitkan secara resmi dengan
ISSN dan disebarluaskan. Jurnal nasional yang digunakan pada
penelitian ini yaitu Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy), Pharmacon
: Jurnal Farmasi Indonesia, Jurnal Ilmiah Manuntung dan Jurnal Surya
Medika.
E. Skema jalannya Penelitian

Identifikasi makroskopis bakteri Bawang dayak


S.aureus dengan media VJA dan di dibersihkan dan batang
inkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC bajakah yang sudah
dipotong-potong yang
telah dikeringkan
Identifikasi mikroskopis S.aureus secara
dengan pewarnaan gram
Timbang masing-masing
12,5 gram
Penumuhan suspensi bakteri S.aureus
ditanam pada media BHI inkubasi selama
24 jam Masing-masing masukkan
kedalam panci infus dan
tambahkan aquadest
Suspeni bakteri S.aureus diteteskan ke
sebanyak 50 ml
tabung reaksi yang ada BHI baru, lalu
dibandingkan kekeruhannya dengan
standar 0,5 Mc.Farlan
Lalu dipanaskan di atas
penangas air suhu 90oC
Uji aktivitas antibakteri menggunakan selama 15 menit
studi pustaka

Mengidentifikasi
kandungan senyawa
infusa bawang dayak dan
batang bajakah tampala
F. Analisis data
Aktivitas infusa bawang dayak dan batang bajakah tampala yang digunakan
untuk antibakteri dianalisis dengan menggunakan studi pustaka.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pada bulan januari 2020 di Laboratorium


Mikrobiologi Universitas Setia Budi dan dilanjutkan dengan studi pustaka.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Determinasi tanaman umbi bawang Dayak (Eleutherine americana


Merr.) dan batang bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk).

Determinasi umbi bawang Dayak (Eleutherine americana Merr.) yang di


dapat dari Berau Kalimantan timur, ini dilakukan di Laboratorium Biologi
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Setia Budi Solo Jawa
tengah. Determinasi batang bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk)
yang di dapat dari Landak Kalimantan Barat hasil uji dari laboratorium
fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
Pontianak Kalimantan Barat.

2. Identifikasi infusa umbi bawang dayak dan batang bajakah tampala


Uji organoleptis meliputi: bentuk, warna dan bau. Uji organoleptis
merupakan cara pengujian dengan menggunakan indra manusia yang
bertujuan untuk mendiskripsikan warna, bau, dan bentuk sediaan dan untuk
mengetahui apakah infusa yang dibuat memang benar infusa umbi bawang
dayak (Eleutherine americana Merr.) dan batang bajakah tampala
(Spatholobus littoralis Hassk). Hasil uji organoleptis didapatkan hasil yang
sudah sesuai dengan infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah tampala.
Hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji Organoleptis Infusa umbi bawang dayak dan batang bajakah tampala

Hasil Organoleptis
Pengujian
Infusa Bawang Dayak Infusa Batang Bajakah Tampala
Bentuk Larutan Infusa Larutan Infusa

Warna Merah keunguan Merah pekat

Bau
Khas bawang dayak Tidak ada bau

TABEL DIRAPIKAN, GARIS INI MENYATU DENGAN TABEL


3. Identifikasi kandungan infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah
tampala
Identifikasi kandungan kimia bertujuan untuk mengetahui kandungan
kimia infusa bawang Dayak dan batang bajakah tampala. Identifikasi senyawa
alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin dilakukan di Laboratorium Fitokimia
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta. Identifikasi alkaloid
dilakukan dengan beberapa pereaksi pengendap. Pereaksi Bouchardart
terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam dan Mayer larutan pereaksi
terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang larut dalam
methanol pekat. Identifikasi flavonoid menggunakan pereaksi serbuk Mg dan
HCl pekat. Reaksi positif jika menunjukkan hasil warna kuning jingga sampai
merah.
Identifikasi saponin ditunjukkan adanya buih setelah digojog kuat
terbentuk busa selama 30 detik dengan tinggi 1–10 cm maka positif
mengandung tanin. Identifikasi tanin menggunakan menggunakan pereaksi
besi (III) klorida reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau
kehitaman.
Identifikasi yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa infusa umbi
bawang dayak dan batang bajakah tampala mengandung alkaloid, flavonoid,
saponin, dan tanin. Hasil identifikasi kandungan kimia infusa umbi bawang
Dayak dan batang bajakah tampala dapat dilihat pada Tabel 2. Gambar hasil
identifikasi kandungan bahwa infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah
tampala dapat dilihat pada lampiran 5.

Tabel 2. Hasil Uji Kandungan Kimia Infusa umbi bawang dayak dan batang bajakah
tampala

Hasil Penelitian Interpertasi Data


Golongan
Infusa umbi Infusa batang Pustaka Infusa umbi Infusa batang
Senyawa
bawang Dayak bajakah bawang bajakah
tampala dayak tampala
Alkoloid Endapan Endapan Endapan putih atau + +
berwarna coklat berwarna coklat kuning atau coklat
kehitaman sampai hitam dengan
Bouchartdat LP
(Depkes RI, 1987)

Flavonoid Terbentuk Terbentuk warna Warna kuning jingga + +


warna kuning jingga sampai merah
(Mustikasari & Ariyani,
2010)

Saponin Terbentuk buih Terbentuk buih Terbentuk buih selama + +


yang mantap yang mantap 30 detik tinggi 1-10 cm
selama 30 detik selama 30 detik (Harboneri 1987)

Tanin Terbentuk Terbentuk warna Terbentuk warna hijau + +


warna hijau hijau kehitaman kehitaman (Depkes RI,
kehitaman serta endapan 1989)
berwarna coklat
4. Pembuatan suspensi bakteri
Prinsip pembuatan suspensi bakteri uji yaitu pengambilan bakteri dari
biakan murni kemudian distandarkan dengan Mc. Farland 0,5 yaitu setara
dengan 108 CFU/ml bakteri Staphylococcus aureus, kemudian diencerkan
dalam medium BHI dengan pengenceran 1:1000. Tujuan distandarkannya
dengan Mc. Farland 0,5 yaitu untuk mengetahui kisaran jumlah koloni bakteri
yang terdapat pada suspensi bakteri, bila tidak distandarkan dengan Mc.
Farland 0,5 yaitu dimungkinkan bakteri terlalu banyak atau sedikit sehingga
mempengaruhi. Hasil penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Perbandingan BHI dengan Mc. Farland 0,5

5. Identifikasi bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 pada VJA


Identifikasi bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 pada media VJA
dilakukan dengan cara menginokulasikan biakan bakteri pada media VJA
yang telah ditetesi kalium telurit 1% dalam cawan petri dan diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37oC. Hasil pengamatan yaitu beberapa koloni dengan
warna hitam, karena Staphylococcus aureus ATCC 25923 dapat mereduksi
telurit menjadi metalik dan warna medium disekitar koloni berwarna kuning
karena adanya fermentasi mannitol yang menghasilkan asam. Pada kondisi
asam indikator fenol red akan berubah warna menjadi kuning. (Jawetz et al
2012). Hasil penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3. Hasil identifikasi Staphylococcus aureus ATCC 25923
pada medium VJA.

6. Identifikasi bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan metode


Pewarnaan Gram
Hasil pewarnaan gram menunjukkan sel berwarna ungu, berbentuk bulat
dengan susunan bergerombol seperti buah anggur. Hal tersebut menunjukkan
S. aureus merupakan bakteri Gram positif. Bakteri tampak berwarna ungu
karena S. aureus merupakan bakteri Gram positif. yang memiliki dinding
peptidoglikan lebih tebal daripada bakteri Gram negatif, sehingga pada
pengecatan Gram S. aureus dapat mempertahankan warna ungu dari larutan
kristal violet.

Gambar 4. Hasil pewarnaan Gram

7. Identifikasi secara biokimia


Pengujian biokimia dari bakteri S. aureus ATCC 25923 menggunakan
dua uji yaitu katalase. dan koagulase
7.1 Uji katalase dilakukan dengan mencampurkan 0,05 ml H2O2 3%
dengan 1 ose bakteri S. aureus ATCC 25923. Hasil penelitian ini
menunjukkan hasil yang positif ditandai dengan adanya gelembung
udara karena S. aureus akan menguraikan H2O2 menjadi H2O dan O2.
Hasil uji katalase dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5. Hasil uji katalase S. aureus

7.2 Uji koagulase . Uji koagulase dilakukan dengan uji menggunakan


tabung reaksi Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang positif
karena adanya penggumpulan yang disebabkan fibrinogen pada plasma
diubah menjadi fibrin oleh adanya koagulase. Uji koagulase bertujuan
untuk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan enzim koagulase.
Hasil uji dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 6. Hasil uji koagulase S. aureus

8. Uji aktivitas antibakteri


8.1 Hasil uji aktivitas antibakteri umbi bawang dayak (Eleutherine
americana Merr.) dapat dilihat pada review jurnal tabel dibawah ini.
Tabel 3. Hasil studi pustaka uji aktivitas antibakteri umbi bawang Dayak.

Konsentrasi Zona
Tanaman Bakteri Metode paling hambat Pustaka
efektif (mm)
(%)
Ekstrak Eschericia Difusi 100 13,11 Alifa
etil asetat coli Purwahari
umbi Putri,
Dayak Yusianti
Silvian,
2019

Ekstrak Staphylococ Sumuran 30 mg / ml 18,404 ± Fitriyanti


etil asetat cus aureus 0,579 dkk, 2019
bawang
Dayak
Ekstrak Staphylococ Difusi 100 12,33±1,61 Warsiti
etanol cus aureus dkk, 2018
bawang
Dayak
Ekstrak Staphylococ Difusi 15 18,0±1,7 Susi
etanol cus aureus Novaryatiin
bawang dkk, 2019
Dayak

Hasil studi pustaka tabel pertama diatas “aktivitas antibakteri


ekstrak etil asetat umbi dayak ( Eleutherine palmifolia (L.) Merr terhadap
Eschericia coli ”. sumber Jurnal Farmasi ( Journal of Pharmacy) volume 1,
No 1 dan halaman 10 – 15. Penulis Alifa Purwahari Putri, Yusianti Silvia
dan tahun terbit 2019. Penelitian ini menggunakan metode difusi dan
bakteri yang digunakan ialah E. coli. Kandungan kimia yang terdapat
pada ekstrak etil asetat umbi dayak yaitu positif mengandung flavonoid
ditunjukkan dengan adanya warna jingga, positif mengandung tanin
ditunjukkan dengan hasil terbentuk busa yang tidak hilang selama 10
menit, positif tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam dan
positif alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan berwarna
jingga. Hasil yang diperoleh dari penelitian ekstrak etil asetat umbi dayak
Eleutherine palmifolia (L.) ialah memiliki kemampuan dalam
menghambat Eschericia coli ditandai dengan terbentuknya zona radikal di
sekitar disc pada semua variasi konsentrasi. Pada penelitian ini
menggunakan 4 konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100% yang mana
zona hambat (zona radikal) mulai terbentuk pada konsentrasi terkecil 25%
dengan rata-rata diameter 7,36 mm hingga konsentrasi terbesar 100% rata-
rata diameter sebesar 13,11 mm. hal ini menunjukkan bahwa variasi
konsentrasi memiliki kemampuan yang berbeda sebagai antibakteri dalam
menghambat E. coli. Penelitian ini menggunakan kontrol positif
ciprofloxacin 5 ug mampu membentuk zona hambat dengan rata-rata
34,28 mm pada pertumbuhan E. coli sehingga dapat dikatakan sensitif
menurut CLSI (2018) serta kontrol negatif yaitu disc blank yang diberi
DMSO 10% tidak membentuk zona hambat karena disc blank tidak
memiliki aktivitas antibakteri. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekstrak etil
asetat umbi E. palmifolia mampu menghambat pertumbuhan Escherichia
coli dan ada perbedaan konsentrasi ekstrak etil asetat umbi E. palmifolia
dengan kontrol positif ciprofloxacin 5 ug dalam menghambat
pertumbuhan E. coli ( Tidak dapat menyamai kontrol positif ciprofloxacin
5 ug ).

Hasil studi pustaka tabel kedua diatas “ Uji efektivitas antibakteri


ekstrak etil asetat bawang Dayak (Eleutherine palmifolia Merr) terhadap
Staphylococcus aureus dengan metode sumuran” sumber Jurnal Ilmiah
Manuntung volume 5(2) halaman 174 – 182. Penulis Fitriyanti,
Abdurrazaq, Muhammad Nazarudin dan tahun terbit 2019. Penelitian ini
menggunakan metode sumuran dan bakteri yang digunakan ialah
Staphylococcus aureus. Ekstrak etil asetat bawang Dayak positif
mengandung alkaloid menggunakan 3 pereaksi yaitu HCl 2N–Mayer
ditunjukkan dengan terbentuk endapan berwarna putih, HCl–Boucahrdat
terbentuk endapan coklat, HCl–Dragendorff terbentuk endapan jingga
kecoklatan, positif mengandung flavonoid HCl–Magnesium ditunjukkan
dengan perubahan warna merah, positif mengandung triterpenoid dengan
menggunakan 2 pereaksi asam asetat anhidrat dan H 2S2O4 ditunjukkan
dengan perubahan warna ungu dan positif mengandung saponin
menggunakan aquadest dan HCl 2N ditunjukkan dengan terdapat busa
stabil selama 10 menit dan tidak hilang ketika ditambahi HCl. Pada
penelitian yang telah dilakukan, dapat dikatakan MEC (Minimum
Effective Concentration) yang terdapat pada ekstrak etil asetat umbi
bawang Dayak yaitu pada konsentrasi 3,75 mg/ml dengan diameter zona
hambat 10,367 mm, selain itu konsentrasi 7,5 mg/ml dan 15 mg/ml didapat
rata-rata zona hambat 11,377 mm dan 13,050 mm termasuk dalam
kategori lemah. Pada konsentrasi 30 mg/ml didapat zona hambat tertinggi
yaitu 18,404 mm termasuk dalam kategori sedang. Hasil dari data
menunjukan ekstrak etil asetat umbi bawang Dayak memiliki potensi
sebagai antibakteri terhadap bakteri S. aureus tetapi tidak lebih kuat
dibandingkan kontrol positif eritromisin yang memiliki daya hambat
sangat kuat dengan diameter zona hambat sebesar 48,857 mm.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa : ekstrak etil asetat umbi bawang Dayak mengandung alkaloid,
flavonoid, saponin dan triterpenoid. Konsentrasi efektif ekstrak etil asetat
umbi bawang Dayak (Eleutherine palmifolia Merr.) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S.aureus dengan metode sumuran didapat Minimum
Effective Concentration (MEC) 3,75 mg/ml dengan zona hambat 10,376
mm sedangkan pada konsentrasi tertinggi yaitu pada konsentrasi 30 mg/ml
diperoleh zona hambat sebesar 18,404 mm dalam kategori sedang sebagai
zat antibakteri.

Hasil studi pustaka tabel ketiga diatas ” Uji aktivitas antibakteri


ekstrak etanol bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terhadap
bakteri Staphylococcus aureus” sumber Pharmacon : Jurnal Farmasi
Indonesia volume 15, No 2 halaman 75 – 82 . Penulis Warsiti, Sisca
Dwi Kusuma Wardani, Ardea Achmad Ramadhan, Ratna Yuliani dan
tahun terbit 2018. Penelitian ini menggunakan metode difusi disk dan
bakteri yang digunakan ialah Staphylococcus aureus. Menurut
Febrinda (2013) Ekstrak bawang dayak mengandung alkaloid, saponin,
tanin, fenolik, dan triterpenoid sedangkan ekstrak etanol bawang dayak
mengandung alkaloid, saponin, tannin, fenolik, flavonoid, dan
triterpenoid. Dan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sa’adah
(2017), terdapat perbedaan yang signifikan kandungan flavonoid dalam
ekstrak bawang dayak yang diekstraksi dengan metode maserasi dan
metode sokhletasi. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
kandungan flavonoid yang diekstraksi dengan metode maserasi lebih
banyak daripada metode sokhletasi. Metode maserasi merupakan
metode yang tepat untuk mendapatkan senyawa flavonoid dalam
bawang dayak. Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan dan
antibakteri. Dan pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak etanol
memiliki aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus hasil yang
didapat yaitu Diameter rata-rata zona hambat yang terbentuk dari 3 kali
uji masing-masing konsentrasi 25% yaitu 8,17 ± 0,29 mm, konsentrasi
50% yaitu 10,67 ± 1,44 mm, konsentrasi 75% yaitu 10,33 ±1,53 mm,
dan konsentrasi 100% yaitu 12,33 ± 1,61 mm. Jadi dapat disimpulkan
bahwa Ekstrak etanol bawang dayak memiliki aktivitas antibakteri
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Diameter rata-rata zona
hambat yang terbentuk masing-masing konsentrasi 25% yaitu
8,17±0,29 mm, konsentrasi 50% yaitu 10,67±1,44 mm, konsentrasi
75% yaitu 10,33±1,53 mm, dan konsentrasi 100% yaitu 12,33±1,61
mm. Hasil berbeda tetapi tidak signifikan.
Hasil studi pustaka tabel keempat“ uji daya hambat ekstrak etanol
bawang Dayak ( Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) terhadap bakteri
Staphylococcus aureus” sumber Jurnal Surya Medika voleme 4 no.2
halaman 51 – 59 dan tahun terbit 2019. Penulis Susi Novaryatiin, Ahmad
Ramli, Syahrida Dian Ardhany. Ekstrak etanol bawang Dayak memiliki
kandungan kimia alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Ekstrak bawang
Dayak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus,
mendapatkan hasil uji daya hambat yang dilakukan sebanyak 3 kali
pengulangan menunjukkan nilai diameter zona hambat yang berurutan
sesuai dengan konsentrasi yang digunakan. Standar deviasi (SD) diukur
untuk mengetahui seberapa baik mean (rata- rata) mewakili data. Semakin
kecil SD mengindikasikan data dekat dengan mean. Semakin besar SD
mengindikasikan data jauh dari mean. Rata-rata zona hambat ekstrak
etanol Bawang Dayak pada konsentrasi 1%, 5%, 10%, dan 15% secara
berturut-turut yaitu 14,3±2,5 mm; 16,6±1,7mm; 16,2±2,0 mm; dan
18,0±1,7 mm. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol umbi bawang
Dayak mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Umbi bawang Dayak pada tabel review jurnal diatas ” aktivitas
antibakteri ekstrak etil asetat umbi dayak ( Eleutherine palmifolia (L.)
Merr terhadap Eschericia coli ” bahwa umbi Dayak memiliki kandungan
flavonoid, saponin, alkaloid dan tanin yang mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Gram negatif yaitu Eschericia coli dengan
konsentrasi terbesar 100% rata-rata diameter sebesar 13,11 mm. Pada
jurnal “ Uji efektivitas antibakteri ekstrak etil asetat bawang Dayak
(Eleutherine palmifolia Merr) terhadap Staphylococcus aureus dengan
metode sumuran” bahwa ekstrak etil asetat umbi Dayak memiliki
kandungan alkaloid, flavonoid, saponin dan triterpenoid yang mempunyai
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus
aureus dengan konsentrasi 30 mg/ml rata-rata diameter 18,404 mm. Pada
jurnal ” Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol bawang dayak (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr) terhadap bakteri Staphylococcus aureus “. Ekstrak
bawang dayak mengandung alkaloid, saponin, tanin, fenolik, dan
triterpenoid sedangkan ekstrak etanol bawang dayak mengandung
alkaloid, saponin, tannin, fenolik, flavonoid, dan triterpenoid
(Febrinda, 2013). Bahwa mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus aureus dengan konsentrasi
terbesar 100% diameter zona hambat sebesar 12,33 ± 1,61 mm. Dan
pada “ uji daya hambat ekstrak etanol bawang Dayak ( Eleutherine
bulbosa (Mill.) Urb.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus” bahwa
ekstrak etanol bawang Dayak memiliki kandungan alkaloid, flavonoid,
saponin dan tanin bahwa mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus dengan konsentrasi terbesar 15% dengan diameter
zona hambat 18,0±1,7 mm.

Jadi dapat disimpulkan keempat studi pustaka jurnal tersebut


bahwa umbi bawang dayak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Gram negatif yaitu Eschericia coli dan bakteri Gram positif yaitu
Staphylococcus aureus.

8.2 Hasil uji antibakteri batang bajakah tampala (Spatolabus littoralis


Hassk) dapat dilihat pada review jurnal tabel dibawah ini.

Tabel 4. Hasil antibakteri batang bajakah tampala ( Spatolabus littoralis Hassk)

Konsentrasi Zona
Tanaman Bakteri Metode paling hambat Pustaka
efektif (mm)
(%)
Ekstrak etanol Eschericia Difusi 50 20,32
Mochamma
bajakah coli sumuran d Maulidie
tampala Alfiannor
dkk, 2019
Hasil studi pustaka tabel diatas “Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) kadar ekstrak etanol batang bajakah tampala (Spatolabus littoralis
Hassk) terhadap bakteri Eschericia coli melalui metode sumuran”. Sumber
Jurnal Ilmiah Manuntung volume 5(2) Halaman 167-173. Penulis
Mochammad Maulidie Alfiannor Saputera, Tio Widia Astuti Marpaung,
Noverda Ayuchecaria dan tahun terbit 2019. Kandungan ekstrak bajakah
positif mengandung flavonoid ditunjukkan adanya endapan berwarna
coklat menggunakan pereaksi Pb asetat, positif mengandung saponin
ditunjukkan dengan terbentuk buih ± 10 menit setinggi 1-10 cm yang
artinya positif mengandung saponin menggunakan aquadest, positif
mengandung tanin dengan terbentuknya warna biru kehitaman
menggunakan pereaksi FeCl3, positif mengandung polifenol dengan
terbentuknya warna biru yang kehitaman yang lebih dominan yang artinya
positif mengandung polifenol dan hasil negatif pada alkaloid karena tidak
terbentuk endapan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ekstrak etanol
bajakah tampala ( Spatolabus littoralis Hassk) memiliki kemampuan
dalam menghambat Eschericia coli. Ekstrak etanol bajakah dibuat 5
kosentrasi yaitu 3,125 %, 6,25 %, 12,5%, 25% dan 50% berdasarkan rata-
rata menunjukkan diameter zona hambat yaitu 9,8 mm, 11,71 mm, 15,83
mm, dan 20,32 mm. terlihat pada konsentrasi tertinngi yaitu 50% dengan
zona hambat 20,32 mm. dan konsentrasi 3,125 % tidak memiliki zona
hambat. Zona hambatan yang terbentuk pada semua kelompok perlakuan
ekstrak etanol bajakah tampala menunjukan bahwa terdapat daya hambat
pada E. coli. Terdapat perbedaan zona hambatan yang terbentuk pada
masing-masing konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang
digunakan, maka semakin besar zona hambatan yang terbentuk. Dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian bahwa ekstrak etanol batang
bajakah tampala memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri E. coli.
Konsentrasi hambat minimum yaitu pada 6,25%, 12,5% dan 25%, 25%
dan 50% terdapat perbedaan yang bermakna antara zona hambat.
Konsentrasi 6,25% dan 12,5% tidak terdapat perbedaan bermakna antara
konsentrasi.

Umbi bawang Dayak (Eleutherine americana Merr.) dapat


disimpulkan bahwa memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus dan Eschericia coli dilihat pada studi pustaka tabel
3. Dan pada dan infusa batang bajakah tampala ( Spatolabus littoralis
Hassk) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Eschericia coli dilihat dari
studi pustaka tabel 4 dan pada batang bajakah tampala belum ada
penelitian sebelumnya mengenai aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus tapi dilihat dari studi pustaka ” Uji aktivitas
antibakteri ekstrak etanol bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.)
Merr) terhadap bakteri Staphylococcus aureus” bahwa ekstrak etanol
bawang dayak mengandung alkaloid, saponin, tannin, fenolik, flavonoid,
dan triterpenoid dan pada studi pustaka “Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) kadar ekstrak etanol batang bajakah tampala (Spatolabus littoralis
Hassk) terhadap bakteri Eschericia coli melalui metode sumuran” bahwa
ekstrak etanol bajakah positif mengandung flavonoid, saponin, tanin dan
polifenol. Jadi dapat disimpulkan bahwa batang bajakah tampala juga
memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus karena
memiliki beberapa kandungan yang sama terhadap ekstrak etanol bawang
dayak.
Jadi disimpulkan infusa umbi bawang dayak (Eleutherine americana
Merr.) dan batang bajakah tampala (Spatolabus littoralis Hassk) memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
Eschericia coli dapat dilihat dari studi pustaka dan kandungan senyawa
kimia yang terdapat pada infusa umbi bawang dayak (Eleutherine
americana Merr.) dan infusa batang bajakah tampala ( Spatolabus
littoralis Hassk) pada tabel 2.
Infusa umbi bawang dayak (Eleutherine americana Merr.)
menunjukkan positif mengandung alkaloid adanya endapan berwarna
coklat kehitaman dan infusa batang bajakah tampala (Spatolabus littoralis
Hassk )menunjukkan positif alkaloid adanya endapan bewarna coklat.
Alkaloid mampu menganggu integritas komponen penyusun peptidoglikan
pada sel bakteri. Peptidoglikan merupakan komponen penyusun dinding
sel bakteri sehingga adanya gangguan tersebut akan menyebabkan lapisan
dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel
(Robinson T, 1995).
Infusa umbi bawang dayak (Eleutherine americana Merr.) positif
mengandung flavonoid terbentuk warna kuning dan batang bajakah
tampala (Spatolabus littoralis Hassk) positif mengandung senyawa
flavonoid ditandai dengan warna jingga. Mekanisme kerja senyawa
flavonoid dalam merusak membran sel bakteri yaitu membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler sehingga membran sel bakteri rusak
dan diikuti dengan masuknya air yang tidak terkontrol kedalam sel bakteri,
hal ini menyebabkan pembengkakan dan akhirnya membran sel bakteri
pecah (Black dan Jacobs, 1993).
Infusa umbi bawang dayak (Eleutherine americana Merr.) dan batang
bajakah tampala (Spatolabus littoralis Hassk) positif mengandung
senyawa saponin menunjukkan hasil terbentuk buih yang mantap selama
30 detik. Mekanisme senyawa saponin sebagai antibakteri memiliki 3 cara,
yaitu menghambat permeabilitas membran sel, menghambat sintesis
dinding sel dan menghambat sintesis protein dengan membentuk senyawa
kompleks dengan protein bakteri melalui ikatan hidrogen (Cannel, 1998
dalam Rinawati, 2011).
Infusa umbi bawang dayak (Eleutherine americana Merr.) positif
mengandung tanin menunjukkan hasil Terbentuk warna hijau kehitaman
dan batang bajakah tampala (Spatolabus littoralis Hassk) positif tanin
menunjukkan hasil Terbentuk warna hijau kehitaman serta endapan
berwarna coklat. Menurut akiyama dan chung mekanisme kerja tanin
sebagai bahan antibakteri antara lain melalui perusakan membran sel
bakteri karena toksisitas tanin dan pembentukan ikatan ion logam dari
tanin yang berperan dalam toksisitas tanin. Bakteri yang tumbuh dalam
kondisi aerob memerlukan zat besi untuk berbagai fungsi termasuk reduksi
dan prekursor ribonukleotida DNA. Adanya ikatan antara tanin dan besi
akan menyebabkan terganggunya berbagai fungsi bakteri.
Keseluruhan data dari review jurnal menunjukkan bahwa kandungan
aktif alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin pada infusa umbi bawang
dayak (Eleutherine americana Merr.) dan batang bajakah tampala
(Sphatolabus littoralis Hassk) mempunyai kemampuan untuk menghambat
Staphylococcus aureus. Pada penelitian ini infusa umbi dayak dan batang
bajakah tampala dibuat seri konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50%.
Konsentrasi yang mempunyai aktivitas antibakteri yang lebih besar yaitu
konsentrasi 50% karena semakin tinggi konsentrasi infusa umbi bawang
dayak (Eleutherine americana Merr.) dan batang bajakah tampala
(Spatolabus littoralis Hassk) maka kandungan senyawa aktif yang bersifat
antibakteri semakin tinggi sehingga kemampuan dalam menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Eschericia coli juga semakin
besar. Hal ini sejalan dengan Brooks bahwa kemampuan suatu bahan
dalam menghambat pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh besarnya
konsentrasi antibakteri.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah tampala mengandung
alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.
2. Karakteristik dari Staphylococcus aureus ATCC 25923 adalah merupakan
bakteri Gram positif, mampu memfermentasikan laktosa, katalase dan
koagulase positif.
3. Infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah tampala memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli dilihat dari
studi pustaka dan kandungan kimia yang terkandung pada infusa umbi
bawang Dayak dan batang bajakah tampala.
B. Saran

Pertama
DAFTAR PUSTAKA

Aghel, N., Moghimipour, E., and Dana, R.S., (2007), Formulation of a Herbal
Shampoo using Total Saponins of Acanthopyllum squarrosum, Iranian
Journal of Pharmaceutical Research, 6(3).

Akbar B. 2010. Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang Berpotensi


Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta : Adabia Press pp 6-7.

Amalia, H., Sitompul, R., Hutauruk, J., Adrianjah, Mun’im, A., 2009,
Effectiviness of Piper batle Leaf Infusion As a Palpebral Skin Antiseptic,
Universal Medicina, 28:2, 83-91.

Arcuri P.B., (2004), Animal Science 625. Nutritional Toxicology Phenolic


Toxicants,http://www.ansci.cornel.edu/co urces/ac625/625 polyphytox.html.

Atmadja PS, Kadi A, Sulistijo, Satari R. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut


Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseanologi LIPI. 1996.

Balouiri M, Sadiki M, Ibnsouda SK. 2016. Methods for in vitro evaluating


antimicrobial activity : a review. Journal of Pharmaceutical Analysis. 6(2):
71–9.

Brooks GF, Carrol KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. 2010. Mikrobiologi
kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg. Edisi ke-25. Jakarta: EGC.

Chopra, I., (2007), The Increasing Use Of Silver-Based Product As Antimicrobial


Agents: Auseful Development or A Cause for Concern, Journal of
antimicrobial, Chemotherapy, vol. 59, pp. 587-590.

DEPKES RI.1977. Materia Medika Indonesia Jilid 1. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.
DEPKES RI. 1979. Farmakope Indonesia I. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

DEPKES RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. Jakarta hal 4-11, 25-26.

Dewi, A. L. (2013). Formulasi Salep Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica


(L.) Urban) dengan Basis Polietilenglikol dan Uji Aktivitas Antibakteri
Terhadap Staphylococcus aureus (Doctoral dossertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Fitriyanti., Abdurrazaq., dan Nazarudin, M. 2019. Uji efektifitas antibakteri


ekstrak etil asetat bawang dayak (Eleutherine palmifolia Merr) terhadap
Staphylococcus aureus dengan metode sumuran. Samarinda : Akademi
Farmasi Samarinda

Firdaus, Rininta.2006. Telaah Kandungan Kimia Ekstrak Metanol Umbi Bawang


Tiwai (Eleutherine americana (Aubl.) Merr.). Skripsi, Insitut Teknologi
Bandung, Bandung.

Galingging, R. Y. 2007. Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) sebagai


tanaman Obat Multifungsi. Warta Penelitian dan Pengembangan. Vol. 15,
N. 3, Hal: 2-4.

Garg, N., Abdel-Aziz, S.M., & Aeron, A., 2016, Microbes in Food and Health,
Springer, Switzerland 42-45.

Hara, H., N. Maruyama, S. Yamshita, Y. hayaski, K.H. Lee, K.F. Bastow,


Chairul, R. Marumoto, Y. Imakura. 1997. Elecanacin, a Novel
Napthoquinone from the Bulg of Eleutherine americana. Chem, Pharm.
Bull. Vol. 45, No. 10, Hal:1714-1716.

Harborne JB. 1997. Metode Fitokimia, Jilid 3. Bandung: ITB.


Hasibuan SA. 2017. Perbandingan daya hambat ekstrak daun jarak pagar
(jatropha curcas linn) terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus
aureus dan escherichia coli secara in vitro [skripsi]. Lampung:
Universitas Lampung.

Kumala. S., Indriani. D., 2008. Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Cengkeh
(Eugenia Aromatic L.)Jurnal Farmasi Indonesia. Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila.

Lai, Y.H., Lim Y.Y., 2011, Evaluation of Antioxcidant Activities of the


Methanolic Extract of Selected Ferns in Malaysia. IPCBEE 20.

Levinson, W., 2004, Medical Microbiology & Imunology, Examination & Board
review, 8th edition, McGraw-Hill, New York.

Madigan, M. 2005. Brock Biology Of Microorganism. Englewood Cliff: Prentice


Hall.

Miller, A.L. (1996). Antioxidant flavonoids: structure, function, and clinical


usage. Alt Med Rev1:103 – 111.

Musalam dan AYuliana, (1989), Pemanfaatan Saponin Biji Teh Pembasmi Hama
Udang, Gambung : Pusat Penelitian Perkebunan,.

Novaryatiin, S., Ramli. A., dan Ardhany, S.D. 2019. Uji daya hambat ekstrak
etanol bawang dayak ( Eleutherine bulbosa (Mill) Urb.) terhadap bakteri
Staphylococus aureus

Pelczar, Michael J., dan Chan, E. C. S., 1986, 190-191, Dasar-Dasar


Mikrobiologi, Universitas Indonesia, UI-Press, Jakarta.

Putri, A. P. dan Silviani, Y. 2019. Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat umbi
bawang dayak ( Eleutherine palmifolia (L) Merr) terhadap pertumbuhan
Escherichia coli. Jurnal Farmasi ( Journal of Pharmacy) volume 1, No 1
dan halaman 10 – 15
Robinson, T., 1995, The Organic Constituent of Higher Plants, diterjemahkan
oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Edisi VI, 71-72, penerbit
ITB, Bandung.

Rosa, Lena Alvira. 2013. Penentuan Kuersetin Dalam Bawang Dayak


(Eleutherine Palmifolia) Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Rostinawati T. 2010. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga rosella (hibiscus


sabdariffa l.) Terhadap escherichia coli, salmonella typhi dan
staphylococcus aureus dengan metode difusi agar. Jatinangor: Fakultas
Farmasi Universitas Padjajaran, 8(1), 78–82.

Saputera, M. M. A., Marpaung, T. W. A., dan Ayuchecaria, N. 2019. Konsentrasi


hambat minimum (KHM) kadar ekstrak etanol batang bajakah tampala
(Spatholobus littoralis Hassk) terhadap bakteri Escherichia coli melalui
metode sumuran. Samarinda : Akademi Farmasi Samarinda.

Septiani. 2017. Aktivitas antibakteri ekstrak lamun (Cymodocea rotundata)


terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
(Antibacterial Activities of Seagrass Extracts Cymodocea) Saintek
Perikanan: Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology 13 (1),
1-6.

Stapleton PD, Taylor PW. 2007. Methicillin resistance in Staphylococcus aureus:


mechanism and modulation. Europe PMC Funders Group. 85(1): 1–14.

Soleha, TU. 2015. Uji kepekaan terhadap antibiotik. Juke Unila. 5(9): 3–7. Tong
Xue Fa et al. Factors Influencing Entrepreneurial Intention Among
University Students. International Journal Of Social Sciences And
Humanity Studies. Vol 3, No 1, 2011 ISSN: 1309-8063(Online).

Utami Dp., Mardiana L. 2013. Umbi Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Warsa UC (2010). Kokus Positif Gram. Dalam: Syahrurachman A, Chatim A,
Soebandrio A, Karuniawati A, Santoso AUS, Harum BMH, et al. Buku
ajar mikrobiologi kedokteran edisi revisi. Jakarta: Binarupa Aksara
Publisher, pp 125-134.

Warsiti., Wardani, S. D. K., Ramadhan, A. A., dan Yuliani, R. Uji aktivitas


antibakteri ekstrak etanol bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L)
Merr) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Surakarta : Fakultas
Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yusuf, Hartarto. 2009. Pengaruh Naungan dan Tekstur Tanah Terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Bawang Sabrang (Eleutherine americana
Merr.). Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Lampiran 1. Determinasi umbi bawang dayak
Lampiran 2. Determinasi batang bajakah
Lampira
Lampiran 3. Umbi bawang Dayak dan batang bajakah tampala

Foto bawang Dayak

Foto batang bajakah tampala


Lampiran 4. Foto alat infusa, autofortex, incubator, oven, dan autoklaf

Panci Infusa Autofortex

Autoklaf Oven

Inkas Inkubator
Lampiran 5. Hasil identifikasi infusa umbi bawang Dayak dan batang bajakah tampala

Alkaloid Flavonoid

Saponin Tanin

Anda mungkin juga menyukai