Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PERAN HUKUM DALAM PEMBANGUNAN


EKONOMI

Mata Kuliah : Peran Hukum dalam Pembangunan Ekonomi

Dosen : Dr. M. Ghufron AZ, SH., M.Hum

Disusun Oleh :
Insan Solichin
NIM : 16074000046

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2016/2017

0
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas rahmat, karunia,

serta taufik, dan HidayahNyalah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul

“Peran Hukum dalam Pembangunan Ekonomi” ini tepat pada waktunya

Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Peran Hukum dalam

Pembangunan Ekonomi Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca

Sarjana Universitas Merdeka Malang. Kami mengucapkan terimakasih kepada

Bapak Dr. M. Ghufron AZ, SH., M.Hum sebagai Dosen Mata Kuliah Peran

Hukum dalam Pembangunan Ekonomi yang telah memberikan tugas ini kepada

kami

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai Peran Hukum dalam Pembangunan

Ekonomi. Makalah ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi bagi kita semua

untuk mengkaji Peran Hukum dalam Pembangunan Ekonomi dikemudian hari

Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya

kritik, saran dan usulan demi perbaikan proposal yang telah kami buat ini di masa

yang akan datang.

Samarinda, 12 Mei 2017

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 4

C. TUJUAN .................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 5

A. KONSEP SISTEM EKONOMI ................................................................ 5

1. Sistem Perekonomian Pasar (Liberalis / Kapitalis).............................. 6

2. Sistem Perekonomian Perencanaan (Etatisme / Sosialis) .................... 6

3. Sistem Ekonomi Campuran.................................................................. 7

4. Sistem Ekonomi Pancasila ................................................................... 7

B. GLOBALISASI EKONOMI....................................................................... 9

C. HUKUM DAGANG.................................................................................... 13

1. Sejarah Munculnya Hukum Dagang ..................................................... 13

2. Hukum Dagang Internasional................................................................ 14

3. Hukum Dagang Indonesia ..................................................................... 16

B. PERAN HK DALAM PEMB EKONOMI DI INDONESIA...................... 17


iii

1. Politik Hukum Ekonomi Didalam Konstitusi ...................................... 17

2. Politik Hk Ekonomi dalam Konstitusi Menghadapi Era Globalisasi... 20

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 24

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 25

A. KESIMPULAN ........................................................................................... 25

B. SARAN ....................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Semenjak awal the founding father sudah merumuskan sistem

ekonomi sebagai salah satu subtansi konstitusi yang amat penting. Terlihat

bagaimana cemerlangnya rumusan sistem ekonomi yang kemudian tertuang

dalam ketentuan pasal 33 UUD 1945, sebagai suatu sistem yang memadukan

kearifan lokal budaya bangsa sehingga norma itu begitu visioner dan amat

maju.

Namun, sesuai dengan logika konstitusi yang memang hanya

mengatur pokok-pokok kaidah negara yang fundamental belaka, maka

ketentuan pasal 33 itu pada aspek yang lain juga abstrak dan secara ilmiah

amat mungkin menimbulkan perbedaan penafsiran sehingga

pengewajantahannya dalam subsistem kehidupan bernegara begitu berbeda

dari satu waktu ke waktu berkutnya. Puncak dari rupa-rupa tafsir itu

terdokumentasi pada saat muncul perdebatan apakah ketentuan pasal 33

UUD 1945 itu perlu diubah atau tidak dalam konteks reformasi konstitusi.

Salah satu pemicu perdebatan itu kemudian dikaitkan dengan

watak dasar norma dalam pasal 33 UUD 1945 yang dianggap sudah tidak

sesuai dengan perkembangan zaman dimana perekonomian dunia, termasuk

Indonesia sudah begitu rupa terintegrasi dalam konfigurasi global, bahkan

mengarah kepada sifat depedensi satu negara dengan negara lain.


2

Ditengah-tengah menata tata kehidupan bangsa semenjak reformasi

nasional 1998, kompleksitas problema politik domestik, dan kebutuhan

mencari format pembangunan yang tepat, maka persoalan itu menjadi

kebutuhan paling mendasar untuk dipecahkan. Bagaimanakah kedudukan

hukum dalam konteks sistem ekonomi yang cenderung terintegrasi secara

global?

Dalam sejarah, Indonesia pernah terjebak dalam memposisikan

hukum dalam konteks sebagai alat pembangunan semata, terutama pada

masa Orde Baru, yang memamng orientasi kebijakan ekonomi adalah pada

pertumbuhan ekonomi tinggi untuk memancing devisa yang bercengkrama

erat dengan tatanan politik yang amat menonjolkan stabilitas dan ketertiban

represif. Pada aras ini, hukum akhirnya terperangkap menjadi media untuk

memberikan jutifikasi kebijakan negara tanpa koreksi, termasuk dalam

pengaturan dibidang ekonomi yang sebenarnya amat responsive, tetapi

terjebak ke dalam perangkap kapitalisme semu yang menguntungkan pihak-

pihak yang dekat dengan kekuasaan.

Setelah reformasi nasional, hukum terombang-ambing dalam

jalinan kelindan dengan kebutuhan legitimasi keadilan atau sebagai sarana

rekayasa perubahan. Tentu posisi serupa ini, yang hingga sekarang masih

berlansung, tidak bisa dibiarkan terus menerus. Kontektualisasi hukum

ekonomi sebagai panglima, menuntut mekanisme yang integral dan tahapan

yang runut. Ia harus menjadi obor penerang untuk menterjemahkan

semangat konstitusi sekaligus menjadi cahaya pemandu bagi kebijakan


3

ekonomi agar mampu mendorong pertumbuhan. Namun pada waktu yang

sama juga harus mengayomi dan memayungi bagi isu-isu pemerataan,

pengentasan kemiskinan dan pemihakan pada sector ekonomi kerakyatan.

Faktor utama bagi hukum untuk dapat berperan dalam

pembangunan ekonomi adalah apakah hukum mampu menciptakan stability,

predictability dan fairness. Dua hal yang pertama adalah prasyarat bagi

sistem ekonomi apa saja untuk berfungsi. Termasuk dalam fungsi stability

adalah potensi hukum menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan

yang saling bersaing. Kebutuhan fungsi hukum untuk dapat meramalkan

(predictability) akibat dari suatu langkah-langkah yang diambil khususnya

penting bagi negeri yang sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali

memasuki hubungan-gubungan ekonomi yang tradisional. Aspek keadilan

(fairness), seperti perlakuan yang sama dan standar pola tingkah laku

pemerintah adalah perlu untuk menjaga mekanisme pasar dan mencegah

birokrasi yang berlebihan.

Fenomena globalisasi ekonomi berkembang sedemikian kuat dan

cepatnya sehingga memaksa negara-negara didunia duduk berunding untuk

memperbaiki norma-norma aturan global dibidang perdagangan antarnegara.

Kecendrungan demikian ini pada saatnya membentuk suatu norma yang

sangat kuat dan mengatasi sistem hukum dan konstitusi yang berlaku dan

mengikat di masing-masing negara anggota. Globalisasi itu mendorong

muncul dan berkembangnya regionalisme ekonomi yang pada gilirannya

memerlukan pola-pola pengaturan baru dalam hubungan antar negara.


4

Sehingga memaksa pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan

ekonomi yang terkadang tidak sesuai dengan dengan nilai-nilai yang telah

diamanatkan oleh konstitusi.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka penyusun akan mencoba

membahas tentang “Peran Hukum dalam Pembangunan Ekonomi”.

B. RUMUSAN MASALAH

Dengan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan yaitu apa saja peran hukum dalam pembangunan ekonomi?

C. TUJUAN

Mengacu pada judul dan permasalahan diatas, maka dapat dikemukakan

bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah untuk megetahui

apa saja peran hukum dalam pembangunan ekonomi di Indonesia


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP SISTEM EKONOMI

Ekonomi adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia mencukupi

kebutuhannya hidupnya seperti produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan

jasa. Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang berarti “keluarga,

rumah tangga” dan νόμος (nomos) yang berarti “peraturan, aturan, hukum”1

Motif ekonomi adalah dorongan untuk melakukan tindakan ekonomi dalam rangka

mencapai kemakmuran. Dengan motif ekonomi orang melakukan kegiatan ekonomi,

misalnya memproduksi suatu barang atau menjalankan sebuah perusahaan. Akan tetapi

yang jelas motif ekonomi mula-mula adalah dorongan untuk kesejahteraan diri sendiri dan

keluarga. Setelah hasrat diri terpenuhi barulah muncul kehendak mensejahterakan pihak

lain, atau pun tetap ada hubungannya dengan yang termotivasi. Prinsip ekonomi dapat

diartikan dengan tindakan untuk mendapatkan hasil yang maksimum dengan pemanfaatan

biaya tertentu. Atau dengan faktor produksi tertentu berusaha untuk mendapatkan hasil

produksi yang maksimal. Prinsip ekonomi harus diberlakukan sesuai denan faktor

kelangkaan yang telah kita bicarakan sebelumnya. Didorong engan faktor kelangkaan,

maka faktor faktor produksi yang ada harus digunakan semaksimal mungkin dalam rangka

menghasilkan barang dan jasa. Tindakan ekonomi adalah setiap usaha manusia yang

dilandasi oleh pilihan yang paling baik dan paling menguntungkan. misalnya: Ibu

memasak dengan kayu bakar karena harga minyak tanah sangat mahal. Tindakan ekonomi

terdiri atas dua aspek, yaitu :

1
http://rustyrisdy.blogspot.com/2013/05/definisi-ekonomi.html. Diakses 12 Mei 2017
6

- Tindakan ekonomi Rasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang

paling menguntungkan dan kenyataannya demikian.

- Tindakan ekonomi Irrasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang

paling menguntungkan namun kenyataannya tidak demikian.2

Sistem ekonomi adalah suatu aturan dan tata cara untuk mengatur perilaku

masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi untuk menraih suatu tujuan. Sistem

perekonomian di setiap negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ideologi

bangsa, sifat dan jati diri bangsa, dan struktur ekonomi. Ada beberapa system ekonomi di

dunia antara lain :3

1. Sistem Perekonomian Pasar (Liberalis / Kapitalis)

Sistem ekonomi pasar/liberal/kapitalis adalah sistem ekonomi dimana

ekonomi diatur oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Sistem ekonomi

liberal merupakan sistem perekonomian yang memberikan kebebasan seutuhnya

dalam segala bidang perekonomian kepada setiap orang untuk memperoleh

keuntungan yang seperti dia inginkan. Sistem ekonomi liberal banyak dianut negara-

negara eropa dan amerika serikat. Ciri-ciri : menerapkan sistem persaingan bebas,

kedaulatan konsumen dan kebebasan dalam konsumsi, peranan pemerintah dibatasi,

dan peranan modal sangat penting

2. Sistem Perekonomian Perencanaan (Etatisme / Sosialis)

Sistem ekonomi etatisme/sosialis merupakan sistem ekonomi dimana ekonomi

diatur negara. Dalam sistem ini, jalannya perekonomian sepenuhnya menjadi


2
http://okywulansari.blogspot.co.id/2013/03/prinsip-dan-motif-ekonomi.html. Diakses 12 Mei 2017
3
http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.co.id/2014/02/sistem-ekonomi-di-indonesia.html. Diakses 12
Mei 2017
7

tanggung jawab negara atau pemerintah pusat. Dalam perekonomia ini yang menjadi

dasar adalah Karl Marx , dia berpendapat bahwa apabila kepemilikan pribadi

dihapuskan maka tidak akan memunculkan masyarakat yang berkelas-kelas sehingga

akan menguntungkan semua pihak. Negara yang menganut sistem ini seperti Rusia,

Kuba, Korea Utara, dan negara komunis lainnya. Ciri-ciri : hak milik individu tidak

diakui, seluruh sumber daya dikuasai Negara, semua masyarakat adalah karyawan

bagi Negara, dan kebijakan perekonomian disusun dan dilaksanakan pemerintah

3. Sistem Ekonomi Campuran

Sistem ekonomi campuran merupakan campuran atau perpaduan antara sistem

ekonomi liberal dengan sistem ekonomi sosialis. Pada sistem ekonomi campuran

pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian dalam perekonomian, namun

pihak swasta (masyarakat) masih diberi kebebasan untuk menentukan kegiatan-

kegiatan ekonomi yang ingin mereka jalankan. Ciri-ciri : jenis dan jumlah barang

diproduksi ditentukan oleh mekanisme pasar, hak milik swasta atas alat produksi

diakui, asalkan penggunaannya tidak merugikan kepentingan umum, pemerintah

bertanggung jawab atas jaminan sosial dan pemerataan pendapatan, dan ada

persaingan, tetapi masih ada kontrol pemerintah

4. Sistem Ekonomi Pancasila4

Sistem ekonomi yang dianut negara Indonesia adalah sistem ekonomi

Pancasila. Sistem ekonomi Pancasila adalah salah satu tata ekonomi yang dijiwai oleh

ideologi Pancasila, yang di dalamnya terkandung makna demokrasi ekonomi yaitu

kegiatan ekonomi yang dilakukan berdasarkan usaha bersama berasaskan

4
http://maharanigaluh08.blogspot.co.id/2015/04/sistem-perekonomian-indonesia.html. Diakses 12 Mei 2017
8

kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pimpinan

dan pengawasan pemerintah. Ciri pokok sistem ekonomi Pancasila terdapat pada

UUD 1945 Pasal 33 (setelah amandemen tahun 2002), antara lain :

- Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas

kekeluargaan.

- Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

- Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

- Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan

prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional.

- Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-

undang.

Sedangkan dalam GBHN Bab III B No. 14 disebutkan bahwa “Pembangunan

ekonomi yang didasarkan kepada demokrasi ekonomi menentukan bahwa masyarakat

harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Oleh karenanya maka

pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap

pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia

usaha; sebaliknya dunia usaha perlu memberikan tanggapan terhadap pengarahan dan

bimbingan serta penciptaan iklim tersebut dengan kegiatan yang nyata”


9

B. GLOBALISASI EKONOMI5

Globalisasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu kehidupan ekonomi secara

global dan terbuka, tanpa mengenal batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu

sama lain. Sisi kegiatan investasi perdagangan dan bergerak menuju liberalisasi

perdagangan dan investasi dunia secara keseluruhan.

Globalisasi ekonomi erat kaitannya dengan perdagangan bebas. Free trade atau

perdagangan bebas berusaha menciptakan kawasan perdagangan yang makin luas dan

menghilangkan hambatan-hambatan tidak lancarnya perdagangan internasional.

Pengertian globalisasi ekonomi merupakan suatu proses aktivitas ekonomi dan

perdagangan, dimana berbagai negara di seluruh dunia menjadi kekuatan pasar yang satu

dan semakin terintegrasi tanpa hambatan atau batasan teritorial negara. Globalisasi

perekonomian ini berarti adanya keharusan penghapusan seluruh batasan dan hambatan

terhadap arus barang, jasa serta modal.

Perwujudan nyata terjadinya globalisasi ekonomi menurut Tanri Abeng, terjadi

dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

- Globalisasi produksi. Dalam hal ini, perusahaan berproduksi di berbagai Negara dengan

tujuan agar biaya produksi jadi lebih rendah. Upaya ini dilakukan baik karena

rendahnya upah buruh, tarif bea masuk murah, infrastruktur memadai ataupun karena

adanya iklim usaha dan politik yang mendukung atau kondusif. Dunia dalam kondisi ini

menjadi lokasi manufaktur global.

- Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global dalam hal ini mempunyai akses untuk

mendapatkan pinjaman atau melakukan kegiatan investasi (baik dalam bentuk

portofolio maupun langsung) di seluruh negara di dunia. Contohnya, PT. Telkom dalam

upaya memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT. Jasa Marga dalam usahanya

5
http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-globalisasi-ekonomi-dan.html. Diakses 12 Mei 2017
10

memperluas jaringan jalan tol telah menggunakan sistem pembiayaan dengan pola

build- operate-transfer (BOT) bersama mitra usaha dari mancanegara.

- Globalisasi tenaga kerja. Hadirnya tenaga kerja asing adalah gejala terjadinya

globalisasi di bidang tenaga kerja. Perusahaan global dalam kondisi ini akan mampu

memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai tingkatannya, misalnya

penggunaan staf profesional dari tenaga kerja yang sudah memiliki pengalaman

internasional atau pemanfaatan buruh kasar yang umumnya diperoleh dari negara-

negara berkembang.

- Globalisasi jaringan informasi. Bentuk globalisasi jaringan informasi dapat dilihat pada

masyarakat suatu negara dimana dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari

berbagai negara di dunia dengan majunya teknologi, diantaranya melalui: Radio, TV,

media cetak, dan lain-lain. Jaringan komunikasi yang makin maju membantu

meluasnya pasar ke penjuru dunia untuk produk yang sama. Contohnya: Celana jeans

levi's, KFC, atau hamburger yang telah melanda pasar di seluruh dunia. Sehingga

berakibat pada selera masyarakat negara-negara di dunia, yang ada di kota maupun di

desa menuju selera global.

- Globalisasi Perdagangan. Di bidang perdangan, globalisasi terwujud dalam bentuk

penyeragaman dan penurunan tarif serta penghapusan hambatan-hambatan non tarif.

Sehingga kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi makin ketat, cepat dan fair.

Dampak Globalisasi Ekonomi dapat dibagi menjadi dampak positif dan negatif.

Dampak positif globalisasi ekonomi adalah :

- Meningkatnya produksi global. Melalui spesialisasi dan perdagangan, maka faktor-

faktor produksi dunia dapat digunakan lebih efesien, output dunia kian bertambah dan
11

masyarakat akan mendapatkan keuntungan dalam bentuk pendapatan yang meningkat,

yang pada gilirannya dapat berakipat pada meningkatnya pembelanjaan dan tabungan.

- Meningkatnya kemakmuran pada suatu Negara. Perdagangan yang lebih bebas

memungkinkan masyarakat berbagai negara lebih banyak mengimpor barang dari luar

negeri. Ini menyebabkan konsumen mempunyai lebih banyak pilihan barang. Selain itu,

konsumen dapat menikmati barang dengan harga yang lebih rendah dan lebih baik.

- Meluasnya pasar produk domestik. Perdagangan luar negeri yang lebih bebas

memungkinkan setiap negara mendapatkan pasar jauh lebih luas disbanding pasar

dalam negeri.

- Memperoleh lebih banyak modal serta tingkat teknologi yang lebih baik. Modal yang

dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati negara-negara berkembang

akibat kekurangan modal dan tenaga terdidik serta tenaga ahli berpengalaman.

- Menyediakan dana tambahan bagi pembangunan di bidang ekonomi. Pembangunan di

berbagai sektor lainnya bukan hanya dikembangkan perusahaan asing, namun terutama

investasi dari perusahaan swasta domestik. Perusahaan ini kerap memerlukan modal

dari bank atau pasar saham. Dana luar negeri terutama dari negara maju yang masuk

pasar uang dan pasar modal dalam negeri membantu penyediaan modal yang

dibutuhkan

Sementara dampak negatif yang ditimbulkan akibat globalisasi ekonomi

diantaranya:

- Menghambat pertumbuhan di sektor industri. Globalisasi ekonomi menyebabkan

negara-negara berkembang tidak bias lagi memakai tarif tinggi untuk memproteksi

industri yang baru berkembang (infant industry). Sehingga, perdagangan luar negeri

yang cukup bebas menimbulkan hambatan bagi negara berkembang dalam memajukan
12

sektor industry. Selain itu, semakin meningkatnya ketergantungan pada industri-

industri yang dimiliki perusahaan multinasional

- Memperburuk neraca pembayaran. Globalisasi ekonomi cenderung menaikkan barang-

barang impor. Sebaliknya, jika suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak

akan berkembang. Kondisi ini dapat saja memperburuk neraca pembayaran. Efek buruk

lain terhadap neraca pembayaran yakni pembayaran neto pendapatan untuk faktor

produksi dari luar negeri cenderung mengakibatkan defisit. Bertambah banyaknya

investasi asing menyebabkan arus pembayaran keuntungan (pendapatan) dari investasi

ke luar negeri akan makin meningkat.

- Sektor keuangan semakin tidak stabil. Arus investasi (modal) portofolio yang semakin

besar menjadi salah satu efek dari globalisasi. Investasi dalam hal ini terutama meliputi

partisipasi dana dari luar negeri ke pasar saham. Di saat pasar saham mengalami

peningkatan, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah baik dan

nilai uang akan bertambah baik. Dan sebaliknya, di saat harga-harga saham menurun,

dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi

makin buruk serta nilai mata uang dalam negeri merosot. Ketidakstabilan di sektor

keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi

secara keseluruhan.

- Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apabila hal-hal yang

dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dlam jangka pendek pertumbuhan

ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini

akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan

kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat

diatasi atau malah semakin memburuk.


13

C. HUKUM DAGANG

1. Sejarah Munculnya Hukum Dagang6

Perkembangan hukum dagang sebenarnya telah di mulai sejak abad

pertengahan eropa (1000/ 1500) yang terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa dan

pada zaman itu di Italia dan perancis selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat

perdagangan (Genoa, Florence, vennetia, Marseille, Barcelona dan Negara-negara

lainnya).

Tetapi pada saat itu hokum Romawi (corpus lurus civilis ) tidak dapat

menyelsaikan perkara-perkara dalam perdagangan , maka dibuatlah hokum baru di

samping hukum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16 & ke- 17 yang berlaku

bagi golongan yang disebut hokum pedagang (koopmansrecht) khususnya mengatur

perkara di bidang perdagangan (peradilan perdagangan ) dan hokum pedagang ini

bersifat unifikasi

Karena bertambah pesatnya hubungan dagang maka pada abad ke-17 diadakan

kodifikasi dalam hokum dagang oleh mentri keuangan dari raja Louis XIV (1613-

1715) yaitu Corbert dengan peraturan (ordonnance du commerce) 1673. Dan pada

tahun 1681 disusun ordonnance de la marine yang mengatur tenteng kedaulatan.

Dan pada tahun 1807 di Perancis di buat hokum dagang tersendiri dari hokum

sipil yang ada yaitu (code de commerce ) yang tersusun dari ordonnance du

commerce (1673) dan ordonnance du la marine(1838) . Pada saat itu Nederlands

menginginkan adanya hokum dagang tersendiri yaitu KUHD Belanda, dan pada tahun

6
https://rismaeka.wordpress.com/2012/03/25/hukum-dagang. Diakses 12 Mei 2017
14

1819 drencanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab dan tidak mengenal peradilan khusus,

lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan

KUHD Belanda berdasarkan azas konkordansi KUHD belanda 1838 menjadi

contoh bagi pemmbuatan KUHD di Indonesia pada tahun 1848 . dan pada akhir abad

ke-19 Prof. molengraaff merancang UU kepailitan sebagai buku III di KUHD

Nederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku 1896).Dan sampai

sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu , tentang dagang umumnya dan

tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari pelayaran.

2. Hukum Dagang Internasional7

Menurut Sumantoro perdagangan internasional adalah the exchange of goods

and services between nations, as used, it generally refers to the total goods and

services exchanges among all nations. Intinya mengandung perngertian pertukaran

seluruh barang dan jasa antara semua negara/bangsa. Istilah perdagangan

internasional adalah kegiatan pertukaran barang / jasa / dan modal, modal antar

penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain.

Adapun pengertian umum dari perdagangan internasional adalah kegiatan –

kegiatan perniagaan dari suatu negara asal yang melintasi perbatasan menuju suatu

negara tujuan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan perpindahan barang,

jasa dan modal tenaga kerja, teknologi (pabrik) dan merek dagang.

Adapun prinsip hukum perdagangan internasional yang diatur daalm

GATT/WTO, meliputi:

1. Prinsip Non-Diksriminasi (Non-Discrimination Principle), meliputi Prinsip most

favoured Nation dan Prinsip National Treatment

7
http://nurmaliaandriani95.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-prinsip-dan-eksistensi.html. Diakses 12 Mei
2017
15

2. Prinsip Resiprositas, yaitu prinsip yang mensyaratkan adanya perlakuan timbal balik

diantara sesama negara anggota WTO dalam kebijaksanaan perdagangan internasional.

Artinya, apabila suatu negara dalam kebijaksanaan perdagangan internasionalnya

menurunkan tarif masuk atas produk impor dari suatu negara, maka negara yang

mengekspor produk tersebut wajib juga menurunkan tarif masuk untuk produk dari

negara pertama tadi. Prinsip ini diterapkan terutama dalam hal terjadinya pertukaran

barang antara dua negara secara timbal balik, dan menghendaki adanya kebijaksanaan

atau konsesi yang seimbang dan saling menguntungkan antara negara yang satu

dengan yang lainnya dalam perdagangan internasional.

3. Prinsip penghapusan hambatan kuantitatif (prohibition of quantitative rectriction).

Hambatan kuantitatif dalam GATT/WTO adalah hambatan perdagangan yang bukan

merupakan tarif atau bea masuk. Termasuk dalam katagori hambatan ini adalah kuota

dan pembatasan ekspor secara sukarela. Menyadari bahwa pembatasan kuota

cenderung tidak adil dan dalam prakteknya justru dikriminasi. Oleh karena itu, hukum

perdagangan internasional melalui WTO, menetapkan menghendaki transparansi dan

menghilangkan jenis hambatan kuantitatif. Jadi, jika ingin melakukan proteksi

perdagangan internasional, tidak boleh menggunakan kouta sebagai penghambat,

melainkan hanya tarif yang hanya boleh diterapkan.

4. Prinsip perdagangan yang adil (fairness principles). Dalam perdagangan internasional,

prinsip fairness ini diarahkan untuk menghilangkan praktik – praktik persaingan

curang, dalam kegiatan ekonomi yang disebut dengan praktik dumping dan subsidi

dalam perdagangan internasional. Maka, apabila hal diatas terjadi negara pengimpor

yang dirugikan mempunyai hak untuk menjatuhkan sanksi balasan. Sanksi balasan itu

adalah berupa pengenaan bea masuk tambahan yang disebut dengan bea masuk

dumping yang dijatuhkan terhadap produk – produk yang di ekspor secara dumping
16

dan countervailing duties atau bea masuk untuk barang – barang yang terbukti telah

diekspor dengan fasilitas subsidi.

5. Prinsip tarif mengikat (binding tarif principles). Setiap negara anggota WTO harus

memenuhi berapapun besarnya tarif yang telah disepakatinya atau disebut dengan tarif

mengikat. Pembatasan perdagangan bebas dengan prinsip tarif yang masih ditoleransi,

misalnya melakukan tindakan proteksi terhadap industri domestik melalui kenaikan

tarif (bea masuk). Penerapan tarif impor mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :

- tarif sebagai pajak, adalah tarif terhadap barang impor (pajak barang impor) yang

merupakan pengutan oleh negara untuk dijadikan kas Negara.

- tarif untuk melindungi industri domestik dari praktik dumping yang dilakukan oleh

negara pengekspor.

- tarif untuk memberikan balasan terhadap negara pengekspor yang melakukan

proteksi produk melalui praktik subsidi terhadap produk ekspor.

3. Hukum Dagang Indonesia8

Hukum dagang atau perdagangan adalah keseluruhan peraturan atau norma

hukum yang mengatur hubungan hukum antara kepentingan perseorangan dan atau

badan di bidang perdagangan. Hukum dagang juga dapat diartikan sebagai

keseluruhan peraturan atau hukum yang mengatur segala sesuatu yang dihasilkan dan

dapat dipakai atau digunakan, yang berkenaan dengan peredaran barang-barang atau

dengan kata lain semua perbuatan manusia yang bertujuan untuk mengangkut barang-

barang dari produsen ke konsumen. Adapun yang menjadi sumber-sumber hukum

dagang di Indonesia antara lain :

- Kitab Undang-Undang Hukum dagang ( Wetboek van Koophandel).

8
http://everythingaboutvanrush88.blogspot.co.id/2015/03/dasar-dasar-hukum-dagang-di-indonesia.html.
Diakses 12 Mei 2017
17

- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW).

- Undang-Undang khusus lainnya, antara lain Undang-Undang Kepailitan, Undang-

Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Perbankan, dan lain-lain.

- Perjanjian.

- Hukum kebiasaan.

- Yurisprudensi.

- Doktrin Hukum

Pada awalnya, KUHD terdiri atas 3 buku, kemudian dipisah dan sekarang

tinggal dua buku. Buku I KUHD mengatur tentang “ perdagangan pada umumnya”

meliputi pembukuan, macam-macam perseroan dan badan usaha, bursa perniagaan,

makelar, dan kasir;komisioner, juru kirim, tukang pedati, juragan kapal di perairan

sungai, surat-surat berharga, cek, promes, dan kwitansi, reklame atau penungtutan

kembali dalam keadan pailit; pertanggung jawaban pada umumnya, serta macam-

macam pertanggungan.

Buku ke II KUHD mengatur “ hak-hak dan kewajiban akibat pelayaran atan

perkapalan”. Yang diatur dalam buku II KUHD antara lain meliputi kapal laut dan

muatannya;pengusaha kapal;kapten kapal laut, anak buah kapal, penumpang kapal;

perjanjian kerja di laut, penyewaan kapal, pengangkutan barang, pengangkutan orang,

dan lain-lain.

B. PERAN HUKUM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

1. Politik Hukum Ekonomi Didalam Konstitusi

Undang-Undang dasar negara modren dewasa ini cenderung tidak hanya

terbatas sebagai dokumen politik, tetapi juga dokumen ekonomi yang setidak-
18

tidaknya mempengaruhi dinamika perkembangan perekonomian suatu negara. Karena

itu, konstitusi modren dapat dilihat sebagai konstitusi politik, sosial, ataupun sebagai

ekonomi. Memang ada konstitusi yang tidak secara lansung dapat disebut sebagai

konstitusi ekonomi, karena tidak mengatur secara eksplisit prinsip-prinsip kebijakan

ekonomi. Konstitusi negara-negara liberal seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada,

Jepang dan sebagainya dapat disebut hanya konstitusi politik. Namun didalam

konstitusi negara liberal tersebut, ketentuan mengenai moneter, anggaran (budget),

fiscal, perbankan dan pemeriksaan keuangan tetap diatur, yang pada gilirannya juga

memengaruhi dinamika perekonomian negara bersangkutan.

Kebijakan-kebijakan tersebut lebih terkait dengan sistem administrasi negara

daripada persoalan sistem ekonomi secara lansung. Konstitusi negara-negara ini

mungkin lebih tepat disebut konstitusi ekonomi secara tidak lansung. Sedangkan

konstitusi ekonomi secara lansung disebut konstitusi ekonomi adalah kosntitusi yang

mengatur mengenai pilihan-pilihan kebijakan ekonomi dan anutan prinsip-prinsip

tertentu di bidang hak-hak ekonomi (economic rights).

Jika corak konstitusi tersebut diukur dari ketentuan-ketentuan mengeanai

kebijakan perekonomian seperti yang diatur dalam Pasal 33 UUD 1945, maka dapat

dikatakan bahwa UUD 1945 merupakan satu-satunya dokumen hukum Indonesia

yang dapat disebut sebagai konstitusi ekonomi. Pasal 33 menentukan:

- Perekonomian disusun sebagai usaha bersama beradasarkan atas asas

kekeluargaan.

- Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh negara.

- Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.


19

Secara normatif, ketentuan pasal 33 UUD 195 merupakan politik hukum

ekonomi Indonesia, sebab mengatur tentang prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan

roda perekonomian. Pada Pasal 33 Ayat (1), menyebutkan bahwa perekonomian

nasional disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Asas ini

dapat dipandang sebagai sebagai asas bersama (kolektif) yang bermakna dalam

kontek sekarang yaitu persaudaraan, humanisme dan kemanusiaan. Artinya ekonomi

tidak dipandang sebagai wujud sistem persaingan liberal ala barat, tetapi ada nuansa

moral dan kebersamaannya, sebagai refleksi tanggung jawab sosial. Bentuk yang ideal

terlihat seperti wujud sistem ekonomi pasar sosial (social market economy). Pasal ini

dianggap dari ekonomi kerakyatan.

Pada Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3), menunjukkan bahwa negara masih

mempunyai peranan dalam perekonomian. Peranan itu ada dua macam, yaitu sebagai

regulator dan sebagai aktor. Ayat (2) menekankan peranan negara sebagai aktor yang

berupa Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Peranan negara sebagai regulator tidak

dijelaskan dalam rumusan yang ada, kecuali jika istilah “dikuasai” diinterpretasikan

sebagai “diatur” tetapi yang diatur disini adalah sumber daya alam yang diarahkan

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sumber daya strategis meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam dan

sumber daya buatan keseluruhannya telah diatur oleh konstitusi Pasal 33 UUD 1945

didalamnya tercantum demokrasi ekonomi. Produksi dikerjakan oleh semua untuk

semua dibawah pimpinan dan pemilihan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran

masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran seorang-seorang. Sebab itu

perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan

bangsa. Perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Perekonomian


20

berdasarkan atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang. Sebab itu

cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup

orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh

ketangan orang-orang yeng berkuasa dan rakyat banyak ditindas.

Sistem ekonomi yang berlaku di Indonesia ialah sistem ekonomi pancasila.

Menurut Mubyarto, ciri-ciri sistem ekonomi pancasila adalah sebagai berikut:

1. Roda kegiatan ekonomi digerakkan oleh ransangan-ransangan ekonomi, sosial dan

moral.

2. Ada tekad kuat seluruh bangsa untuk mewujudkan kemerataan sosial.

3. Ada nasionalisasi ekonomi.

4. Koperasi merupakan sokoguru ekonomi nasional.

5. Ada keseimbangan yang selaras, serasi, dan seimbang dari perencanaan ekonomi

dan pelaksanaannya didaerah.

Dalam model pembangunan ekonomi yang menempatkan manusia sebagai titi

sentralnya, sasaran penciptaan peluang kerja dan partisipasi rakyat dalam arti seluas-

luasnya perlu mendapatkan perhatian utama. Ini berarti bahwa dalam penyusunan

rencana-rencana pembangunan, setiap kebijakan, program, proyek-proyeknya berisi

komponen-komponen kuantitatif dalam sasaran-sasaran peluang kerja, peluang

berusaha dan partisipasi rakyat tersebut, lengkap dengan tolak ukur dan cara-cara

menilainya.

2. Politik Hukum Ekonomi Didalam Konstitusi Menghadapi Era Globalisasi.

Salah satu masalah serius yang dihadapi dalam pembangunan ekonomi di

Indonesia adalah mempraktekkan kerangka hukum dan kostitusi dalam


21

pengembangan kebijakan-kebijakan perekonomian. Selama ini, persoalan tersebut

dianggap tidak penting mengingat praktek penyelenggaraan ekonomi sejak

kemerdekaan telah berjalan mengikuti arus logika pembangunan ekonomi yang

berkembang atas dasar pengalaman empiris dilapangan atau teori-teori dan kisah-

kisah sukses di negara-negara lain yang dipandang layak dijadikan contoh. Sulit

membayangkan bahwa konstitusi harus diajdikan acuan subtantif dalam setiap

kebijakan resmi dalam proses pembangunan ekonomi. Apalagi kenyataan dizaman

sekarang menuntut semua bangsa akrab bergaul dengan sistem ekonomi pasar yang

diidialkan bersifat bebas dan terbuka. Tidak eksklusif. Liberalisasi perdagangan dan

globalisasi ekonomi sudah menjadi kenyataan yang tidak dapat di hindarkan.

Dalam keadaan demikian, memang sulit dibayangkan bahwa penyusunan

kebijakan ekonomi harus tunduk kepada logika normatif yang sempit sebagaimana

telah disepakati dalam rumusan undang-undang dasar yang tertulis. Sebaik-baiknya

rumusan konstitusi sebagai sumber kebijakan tertinggi tidak dapat mengikuti dengan

gesit dan luwes perubahan-perubahan dinamis yang terjadi dipasar ekonomi global

maupun lokal yang bergerak cepat setiap hari. Karena itu, kebiasaan untuk

menjadikan konstitusi sebagai rujukan dalam penyusunan kebijakan ekonomi dapat

dikatakan sangat minim. Hal itu terjadi disemua negara demokrasi. Pengaturan

kebijakan ekonomi secara ketat dalam konstitusi merupakan fenomena negara-negara

sosialis-komunis yang terbukti tidak berhasil memenuhi hasrat warga negara untuk

bebas, baik secara politik maupun ekonomi.

Indonesia sebagai negara yang bukan komunis, juga berusaha mengadopsi

beberapa prinsip yang dipraktekkan terutama dinegara-negara eropa timur, yaitu

dengan mengatur prinsip-prinsip dasar kebijakan ekonomi dalam bab XIV UUD 1945

tentang perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Namun kemudian,


22

kalaupun disadari dan dalam praktek memang dijadikan acuan, biasanya, ketentuan-

ketentuan undang-undang dasar itu hanya dijadikan rujukan formal, sekedar untuk

menyebut bahwa kebijakan-kebijakan ekonomi itu dikembangkan berdasarkan UUD

1945.

Oleh beberapa ahli ekonomi, pasal yang mengatur tentang perekonomian

didalam UUD 1945 dinilai tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Pertama,

perekonomian tidak dapat lagi hanya berdasarkan kepada asas kekeluargaan, karena

didunia bisnis modern tidak dapat dihindarkan sistem pemilikan pribadi sebagai hak

asasi manusia yang juga dilindungi oleh undang-undang dasar.

Sifat-sifat kekeluargaan dari suatu bangun usaha hanya relevan jika dikaitkan

dengan koperasi sebagai bentuk-bentuk perseroan, yang berlaku adalah prinsip “one

share one vote” dengan penghargaan yang tinggi terhadap hak milik (property), yaitu

sama tingginya dengan penghargaan terhadap kebebasan (freedom). Hal ini tercermin

dalam cara pandang masyarakat modern yang sangat mengagungkan prinsip liberty

dan property.

Kemudian, cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup

orang banyak memang harus dikuasi oleh negara, tetapi pengertian dikuasai tersebut

tidak dimaksudkan untuk dimiliki. Perekonomian modern menghendaki efisiensi yang

tinggi, sehingga membiar badan-badan usaha milik negara untuk eksis selama ini

justru sama dengan membiarkan berkembang inefisiensi dalam pengelolaan sumber

daya ekonomi yang justru merugikan negara dan rakyat banyak. Lagi pula, zaman

modren menghendaki adanya pemisahan yang tegas antara fungsi regulasi dan policy

maker dengan fungsi pelaku usaha. Tidak seharusnya pemerintah yang bertanggung

jawab dibidang regulasi dan pembuatan kebijakan, terjun sendiri dalam kegiatan

usaha. Karena itu, perusahaan milik negara yang ada, justru perlu diprivatisasikan
23

agar lebih efisien dan menjamin fairness diantara pelaku usaha. Tidak mungkin ada

fairness bagi pengusaha swasta jika instansi menentukan kebijakan juga turut

mengambil bagian sebagai pelaku usaha secara lansung.

Dan yang terakhir, pengertian “di kuasai oleh negara” harus dipahami tidak

identik dengan “dimiliki oleh negara”. Bahkan, dikatakan bahwa pengertian

pengusaan oleh negara dalam ketentuan Pasal 33 Ayat (2) dan (3) tersebut bukan

harus diwujudkan melalui kepemilikan negara. Negara cukup berperan sebagai

regulator, bukan pelaku lansung.9

9
http://aagsyugimbal.blogspot.co.id/2011/02/makalah-aspek-hukum-dalam-ekonomi.html. Diakses 8 Mei
2017
24

BAB III

PEMBAHASAN

Pembangunan ekonomi harus dibarengi dengan pembangunan hukum.

Pembangunan ekonomi yang dibarengi dengan pembangunan hukum maka akan

terbentuk tatanan perekonomian yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dalam

perekonomian negara. Sehingga pembangunan ekonomi bisa dirasakan oleh

seluruh masyarakat Indonesia secara merata sesuai dengan amanat Undang-

Undang Dasar 1945 maupun Pancasila. Maka untuk itu diperlukan pembangunan

hukum yang progresif yang lebih menyentuh nilai-nilai keadilan yuridis, keadilan

sosiologis maupun keadilan filosofis.

Dampak dari globalisasi telah menyentuh semua sendi-sendi kehidupan

bangsa, termasuk ekonomi. Saling ketergantungan antar negara menimbulkan

norma-norma baru dalam menjalin hubungan antar negara. Dan terkadang norma-

norma tersebut selalu berbenturan dengan nilai-nilai yang terdapat didalam sebuah

konstitusi, untuk memenuhi kebutuhannya, maka mau tidak mau dilakukan

langkah-langkah berani untuk menerobos konstitusi dalam menjalin hubungan

dengan negara lain. Untuk itu diperlukan sebuah konstitusi dibidang ekonomi

yang memiliki nilai keseimbangan dan keadilan. Disatu sisi tidak menutup diri

dari dunia luar dan disisi yang lain tetap menjaga kepentingan-kepentingan

masyarakat banyak.

Anda mungkin juga menyukai