Anda di halaman 1dari 152

PERANAN HUKUM

DALAM PEMBANGUNAN
EKONOMI

Oleh: Putu Sudarma Sumadi


Katalog Dalam Terbitan (KDT)

PERANAN HUKUM DALAM


PEMBANGUNAN EKONOMI
Oleh: Putu Sudarma Sumadi
Surabaya Pàramita 2018
vi + 94 hal : 14.8 x 21 mm
ISBN : 978-602-204-673-8

PERANAN HUKUM DALAM


PEMBANGUNAN EKONOMI
Oleh : Putu Sudarma Sumadi
layout & sampul : A Muzaki

Penerbit & Percetakan : “PÀRAMITA”


Email :
penerbitparamita@gmail.co
m
info@penerbitparamita.com
http://www.penerbitparamita.com
Jl. Menanggal III No. 32 Telp. : (031) 8295555, 8295500
Surabaya 60234 Fax : (031) 8295555
Pemasaran “PÀRAMITA”
Jl. Letda Made Putra No.16 Telp. : (0361)
226445 Denpasar Fax : (0361)
226445
Cetakan 2018
KATA PENGANTAR

Penulisan buku yang berjudul “Peranan Hukum Dalam


Pembangunan Ekonomi” ini dilatarbelakangi terutama oleh
amanat dari Pasal 49 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, yang pada pokoknya
menentukan, Profesor memiliki kewajiban khusus menulis buku
dan karya ilmiah serta menyebarluaskan gagasannya untuk
mencerahkan masyarakat.
Di samping itu topik yang diusung dalam buku ini juga
terhitung masih jarang digarap oleh para penulis di dalam
negeri. Menurut penelusuran sampai saat ini baru ada dua
penulis yang mempublikasikan bukunya dengan topik tersebut.
Oleh karena itu keinginan untuk melengkapi buku-buku yang
sudah ada juga menjadi latar belakang penulisan buku ini.
Dengan tetap berpatokan pada International Standard of
Book Number (ISBN) dan terus mengupayakan peningkatan
kualitas substansinya, dengan penuh santutthi (sukacita), buku
ini akhirnya dapar dirampungkan dan dipublikasikan. Namun
demikian karena terkendala masalah yang sulit diatasi, buku ini
terpaksa dicetak dalam jumlah yang sangat terbatas dan TIDAK
DIJUAL.
Dengan segala kerendahan hati disampaikan kepada yang
berminat dan membutuhkannya dapat memperoleh buku ini
secara cuma-cuma dengan menghubungi putusudarmasumadi@
gmail.com atau WA dan LINE pada nomor 081353080150.
Mengingat kerajinan tangan ini tidak luput dari berbagai
keterbatasan, bahkan kekuarangan, dengan segala kerendahan
hati pula dimohonkan masukkan yang konstruktif dari semua
pihak

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi iii


Akhirnya tidak ada kata lain lagi yang dapat disampaikan
kecuali terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terbitnya buku ini. Semoga semua
perbuatan bajik yang telah dilakukan membuahkan kebajikan
pula dan melindungi; Dhamma Rakshati Rakshitah.

Denpasar, 09 Juli 2018

Penulis,
Putu Sudarma Sumadi

iv Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................v
BAB I KONSEP DAN PENGERTIAN...............................1
BAB II MENGATUR PEREKONOMIAN.......................51
1. Pengaturan Hukum Kontrak.........................................58
2. Model Minimalis Hukum Pembangunan Ekonomi.....67
a. Hukum Anti-monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat......................................................69
b. Hukum Investasi.........................................................75
c. Hukum Ekspor – Impor.............................................79
d. Hukum Lalu Lintas Devisa........................................81
BAB III MENYELESAIKAN SENGKETA......................85
DAFTAR PUSTAKA............................................................89
RIWAYAT PENULIS...........................................................93

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi v


vi Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi
BAB I
KONSEP DAN PENGERTIAN

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi merupakan


suatu terma untuk sebuah mata kuliah wajib mahasiswa S2
Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Bisnis pada banyak
perguruan tinggi penyelenggara program pascasarjana. Namun
demikian konsep tersebut tidak dipergunakan secara seragam
sehubungan dengan adanya mata kuliah Hukum Pembangunan
Ekonomi yang silabusnya sama dengan Peranan Hukum Dalam
Pembangunan Ekonomi.
Konsep apa pun yang dipergunakan, yang sudah menjadi
tetap adalah bahwa obyek besar dari mata kuliah tersebut
berkisar pada pembangunan ekonomi (economic development).
Istilah yang disebutkan terakhir ini sebaiknya dipahami secara
terpisah dengan istilah ekonomi pembangunan (development
economic), terlepas dari persoalan apakah masing-masing dari
keduanya merupakan representasi dari makro ekonomi dan
mikro ekonomi.1
1. ……Economic development is a broad survey of the field of development
economics with attention to general theories of development, key sectors such
as agriculture and industry, mechanism such as financial transfer and
technological change, and worries such as environmental cost of
development……… Development economics is the first in a two-course
sequence in microeconomic development. The focus is on the application of
economic theory, and especially econometrics, to a variety of questions
important for understanding household and government behavior in
developing countries. The emphasis of the course is on interpretation and
evaluation of empirical evidence relevant for the conduct of public policy in
developing countries ( Difference Between Economic Development and
Development Economics. https://www.urch. com )

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 11


Sehubungan dengan ekonomi pembangunan maka
pertama-tama perhatian di arahkan kepada Paul A
Samuelson, peraih Nobel pada 1970. Sejarahwan ekonomi
Randall E. Parker menyebutnya sebagai Bapak Ekonomi
Modern. Sementara itu The New York Times memandangnya
sebagai the foremost academic economist of the 20 th . oleh
karena itu tidak terlalu berlebihan apabila pandangan-
pandangannya juga menjadi acuan.
Pandangannya mengenai ekonomi pembangunan seringkali
pula dijadikan acuan oleh para ekonom dan dituangkan
dalam berbagai essay. Salah satu esai yang dimaksud adalah
yang dikemas dengan tajuk Paul Samuelson and
Development Economics: A Missed Opportunity. Esai ini
ditulis oleh Jane S. Shaw2 dari Political Economy Research
Center.
Jane S. Shaw sendiri selain aktivis pada pusat penelitian
yang telah disebutkan juga dikenal sebagai an American free-
market environmentalist, editor dan jurnalis. Dalam kapasitas
sebagai environmentalisme pasar bebas amerika, Shaw
berpendapat bahwa pasar bebas, hak milik dan tort law
merupakan sarana terbaik untuk melestarikan lingkungan,
menginternalisasikan berbagai biaya polusi, dan melestarikan
sumber daya.
Shaw menuliskan pandangan Samuelson mengenai
ekonomi pembangunan itu dengan mengemukakan pada
pokoknya bahwa ekonomi pembangunan itu tumbuh secara
hampir berbarengan dengan berkembangnya perhatian para
ekonom terhadap kondisi Negara-negara yang baru merdeka
secara politik, akan tetapi perekonomiannya masih tertinggal.
Jadi ekonomi pembangunan itu merupakan suatu studi ekonomi
yang bertujuan mempercepat kemajuan perekonomian yang
tertinggal.
2 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi
2. Jane S. Shaw, n.d. Paul Samuelson and Development Economic. Political
Economy Research Center. https://journal.apee.org

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 3


M. Akbar yang mengutip Michael Todao3 pada pokoknya
mengemukakan bahwa ekonomi pembangunan merupakan
kumpulan analisa dan masalah-masalah yang dihadapi oleh
Negara sedang berkembang, serta menjawab cara penyelesaian
masalah tersebut agar pembangunan ekonomi di Negara tersebut
dapat berjalan dengan lebih baik dan lebih cepat. B e r t u m p u
pada pengertian tersebut selanjutnya dapat dikembangkan
ekonomi pembangunan (development economics) itu merupakan
suatu cabang ilmu ekonomi lanjutan dalam rangka improvement
dan acceleration atau percepatan pencapaian hasil-hasil
dari implementasi dasar dan kebijakan yang telah ditempuh
menurut pembangunan ekonomi. Hal ini semakin memperkuat
pertimbangan untuk meletakkan proritas pada pembangunan
ekonomi.
Namun demikian hal tersebut sama sekali tidak
mengandung pengertian bahwa setelah mata kuliah Peranan
Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi atau Hukum
Pembangunan Ekonomi, mahasiswa S2 (Magister) Ilmu Hukum
khususnya yang berkonsentrasi pada bidang Hukum Bisnis
diwajibkan lagi menempuh mata kuliah Peranan Hukum Dalam
Ekonomi Pembangunan atau Hukum Ekonomi Pembangunan.
Prioritas pada mata kuliah Peranan Hukum Dalam
Pembangunan Ekonomi sesungguhnya merupakan suatu bentuk
penghormatan, penghargaan, dan pengakuan atas kreativitas
perancang kurikulum pendidikan Program S2 (Magister) Ilmu
Hukum Konsentrasi Hukum Bisnis yang telah dengan jelinya
“menyelipkan” topik bahasan yang sangat penting. Lagi pula
status Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi itu
merupakan Kurikulum Nasional.

3. M. Akbar, n.d. Ekonomi Pembangunan. https://www.coursehero.com.


Hal. 3

4 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Berikut ini akan dipaparkan secara garis besarnya beberapa
pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pembangunan
ekonomi (economic development). Dari paparan tersebut akan
dapat disimak dan diabsorpsi peranan apa saja atau partisipasi
apa saja yang dapat diharapkan dari hukum dalam rangka
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan
ekonomi itu sendiri.
Secara berturut-turut beberapa situs website yang dapat
dipandang sebagai sumber hukum tertier mengemukakan ;
Economic development progress in an economy, or the
qualitative measure of this. Economic development usually
refers to the adoption of new technologies, transition from
agriculture-based to industrial-based economy, and
general improvement in living standards.4
Economic development economic development is the
process by which a nation improves the economic,
political, and social well-being of its people. The term has
been used frequently by economists, politicians, and others
inthe 20th and 21st centuries. The concepts, however, has been
in existence in the West for centuries. “Modernization,”
“westernization”, and “especially “industrialization” are
other terms often used while discussing economic
development. Economic development has a direct
relationship with the environtment and environmental
issues. {explain/raison=this conclusion is far from obvious.
Economic deveprimilopment is very often confused with
industrial development, even in some academic sources.
This conclusion may be one example. Whatever the reason
the conjecture need an explanation.5
Economic development , the process whereby simple,
low- income national economies are transformed into
modern
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 5
4. Economic Development. https://www.businessdictionary.com
5. Economic Development. https://en.m.wikipedia.org

6 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


industrial economies. Although the term is sometimes used
as a synonym for economic growth, generally it is
employed to describe a change in a country’s economy
involving qualitative as well as quantitative improvements.
The theory of economic development – how of primitive
and poor economics can evolve into sophisticated and
relatively prosperous ones – is of critical importance to
underdeveloped countries, and it is usually in this context
that the issues of economic development are discussed.6
Pengertian yang pertama pada pokoknya mengemukakan
bahwa pembangunan ekonomi itu merupakan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi penerapan teknologi baru dan
berbagai metode pengukuran kualitatif yang berhubungan
dengan teknologi tersebut. Pembangunan ekonomi berperan
dalam rangka mengalihkan ekonomi yang berbasis pertanian
menuju ekonomi industri. Di samping itu pembangunan
ekonomi bertujuan untuk menciptakan peningkatan secara
umum berbagai standar dalam kehidupan.
Menurut pengertian yang kedua, pembangunan ekonomi
pada dasarnya merupakan suatu istilah yang umum
dipergunakan tidak terbatas pada kalangan ekonom tetapi juga
oleh para politisi dan kalangan lain untuk menggambarkan serta
mengkomunikasikan tentang suatu proses dalam mana suatu
Negara merencanakan, melaksanakan peningkatan kesejahteraan
ekonomi, politik dan sosial lengkap dengan sistem
pengawasannya.
Pada tahapan ini pembangunan ekonomi sudah mulai
bersentuhan dan dipandang memiliki hubungan yang sangat
dekat bahkan pengaruh langsung dengan isu-isu lingkungan.
Pembangunan ekonomi tidak semata-mata membutuhkan
lingkungan, akan tetapi juga harus menjadikannya sebagai
bagian
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 7
6. Economic Development. https://britanica.com

8 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


pembangunan itu sendiri. Ukuran keberhasilan pembangunan
ekonomi tidak lagi hanya bertumpu pada parameter ekonomi
saja, melainkan harus juga diukur dengan pencapaian kondisi
serta kualitas lingkungan.
Definisi yang ketiga mengemukakan bahwa pembangunan
ekonomi merupakan suatu proses yang mengubah perekonomian
nasional yang pada awalnya bercorak sederhana dengan
masyarakatnya yang berpenghasilan rendah menjadi suatu
teritori dengan ekonomi industri yang modern. Transformasi
masyarakat sederhana menjadi modern dilakukan dengan
pembangunan ekonomi.
Definisi yang ketiga sesungguhnya hampir sama dengan
yang pertama; sama-sama menekankan transformasi ekonomi
dan sosial, yaitu peralihan…. from agriculture-based to
industrial-based economy…. the process whereby simple, low-
income national economies are transformed into modern
industrial economies. Dapat dikemukakan bahwa mengalihkan
sesuatu yang sudah mapan terlebih-lebih lagi yang sudah
menghasilkan suatu budaya merupakan pekerjaan besar dan
sulit.
Proyek besar itu nantinya akan menjadi salah satu tugas
hukum (melalui Peranan Hukum Dalam Pembangunan
Ekonomi) disamping tugas-tugas konvensional yang
sesungguhnya tidak kalah besar dan beratnya. Belum lagi
apabila transformasi yang dimaksudkan itu bersentuhan dengan
antisipasi kemunculan masyarakat ekonomi post industrial.
Dengan konsep ini peranan hukum tentunya akan lebih besar
dan kompleks lagi.
Sebagai suatu tambahan perlu kiranya diinformasikan
bahwa ciri-ciri masyarakat post industrial dapat diidentifikasi dari
unsur- unsur sebagai berikut ;

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 9


The concept of the post-industrial society is a large
generalization. Its meaning can be more easily understood if one
specifies five dimensions, or components, of the term:
1. Economic sector: the change from a goods-producing to
a service economy;
2. Occupational distribution: the pre-eminence of the
professional and technical class;
3. Axial principle: the centrality of the theoretical
knowledge as the source of innovation and of policy
formulation for the society;
4. Future orientation: the control of technology and
technological assessment;
5. Decision-making: the creation of a new intellectual
technology. 7
Dalam kata pengantar untuk bukunya yang berjudul The
Republic Of Technology, Reflection on Our Future Community,
Daniel J. Boorstein8 mengemukakan….technology, a synonym
for experiment, is a name for the applications of science, which
transcend political boundaries, language, religion, and local
tradition. Teknologi itu tampak seperti kebal dan independen
serta berlaku secara umum terhadap siapa, dimana dan kapan
pun. Sekadar sebagai suatu upaya dalam rangka endorsement,
besar kemungkinannya hanya hukum yang dapat membatasi
teknologi.
Kemungkinan tersebut kendati pun besar tetap saja
mengundang kekhawatiran sehubungan dengan kemunculan
suatu jenis komunitas baru. Dalam kalimat Boorstein9
digambarkan….
7. Daniel Bell, 1973, The Coming Of Post-Industrial Society. A Venture in
Social Forecasting. Basic Books, Inc., Publishers, New York. Hal.14.
8. Daniel J. Boorstein, 1978. The Republic Of Technology, Reflection on Our Future

10 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Communit. Harper & Row, Publisher, New York. Hal. xiii
9. Ibid. hal. 2

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


1
the monster steam engine was an appropriate symbols of the….
future, but not for the reason most of the spectators suspected.
The special hopes, opportunities, and achievements, the fears
and frustrations that marked the nation’s grandeur….these came
not from biggest but from a new kind of community…. I call this
community the Republic of Technology.
Kemunculan Republik Teknologi akan mengubah segala
aspek kehidupan. Berbagai akses menuju relasi-relasi baru ke
seluruh dunia berkembang secara hampir tak terbatas. Namun
demikian kemunculan berbagai teknologi baru tidaklah berarti
sebagai penghancuran terhadap teknologi lama. Berbagai hasil
karya teknologi arsitektur legendaris masih tetap dipertahankan
hingga sekarang dan di masa depan justru dilakukan dengan
mempekerjakan berbagai teknologi baru. Boorstein10 menyebut
fenomena tersebut dengan konsep The New Obsolescence.
Itulah salah bentuk kebaruan yang dihasilkan dalam
Republik Teknologi, bentuk kebaruan lainnya adalah The New
Convergence. Kebaruan ini digambarkan ….. the supreme
law of the Republic Technology is convergence, the tendency
for everything to become more like everything else. Now the
distinction is seldom made between nations that are civilized
and thos that are uncivilized. Today, when we rely on the
distinction between the developed and the underdeveloped or
developing countries, we see the experience of all peoples
converging.11
Dalam era Republik Teknologi setiap orang tanpa memandang
apakah yang bersangkutan miskin, kaya, hina, terhormat, berasal
dari negara maju atau sebaliknya, mendapati diri masing-masing
berada dalam kesetaraan dalam segala hal. Apa yang dilakukan oleh
orang yang satu, itu pula yang ingin dilakukan oleh yang
lainnya.

12 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


10. Ibid. hal. 4
11. Ibid. hal. 5

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


3
Semua ini dapat diwujudkan berkat jasa dari yang dinamakan
dengan teknologi. Ringkasnya teknologi telah menimbulkan
atau menjadi katalisator timbulnya revolusi yang terus bergulir
tanpa ada yang dapat memprakirakan kapan berhentinya.
Aspek keabadian itulah yang pada dasarnya membedakan
antara revolusi teknologi misalnya dengan revolusi politik.
….Political revolutions in modern times are the final result of long
and careful planning toward specific ends, of countless clandestine
meetings and numerous public rallies, of collaborative shaping
toward a declared goal. Organized purposefulness, focus,
clarity, and limitation of objectives – all these are crucial.12
Revolusi politik sesungguh merupakan hasil akhir dari
perencanaan yang panjang dan cermat yang menyasar tujuan-
tujuan tertentu. Hasil itu dapat ditelorkan mulai dari pertemuan-
pertemuan bawah tanah yang tak terhitung jumlahnya dan
banyak rapat umum, dari langkah-langkah kolaboratif, berbagai
lobby menuju tujuan-tujuan yang diinginkan. Dalam politik,
sebuah revolusi merupakan suatu puncak perjuangan. Setelah itu
terdapat semacam masa jeda dalam waktu yang relatif, di samping
upaya-upaya melalui berbagai bentuk indoktrinasi dalam rangka
memelihara semangat revolusi. Boleh jadi tujuannya adalah untuk
melahirkan revolusi jilid berikutnya. Oleh karena itu tidak
terlalu berlebihan apabila dikemukakan bahwa tujuan revolusi
sudah tercapai bersamaan waktunya dengan lahirnya revolusi itu
sendiri.
Suatu kenyataan yang tak dapat atau setidak-tidaknya sulit
dipungkiri tampak ketika politik berusaha untuk menyelesaikan
masalah. Hasilnya, masalah yang dimaksud tidak selesai-selesai
karena kebanyakan masalah itu selesai dengan sendirinya atau
dilupakan seiring berlalunya sang waktu. Politik cenderung
memelihara dan mengelola masalah.

14 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


12. Ibid. hal. 25

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


5
Untuk penjelasan yang lebih akurat, Daniel Boorstein13
mengilustrasikannya sebagai berikut ; political revolution
are made by men who urge known remedies for known evils,
technological revolutions by men finding unexpected answers to
unimagined questions. While political change starts from
problem, technological change starts from the search for
problem.
Ringkasnya, revolusi teknologi dirancang oleh orang-orang
yang ingin menemukan jawaban yang diharapkan atas
pertanyaan yang tak terbayangkan sebelumnya. Teknologi
beranjak dari pencarian untuk penemuan jawaban atas masalah.
Sementara itu politik justru beranjak dari masalah. Syukur-
syukur apabila itu tidak merupakan masalahnya yang dibuatnya
sendiri. Kalau pun katanya politik itu mampu menemukan suatu
solusi, maka jalan keluar tersebut seringkali seperti jalan keluar
dari pintu yang satu untuk masuk lagi ke pintu yang sama.
Pada tahap industrial economics boleh jadi peranan hukum
akan berkisar pada upaya-upaya bagaimana mengalihkan
teknologi (transfer of technology) dari suatu negara ke negara
yang lain. Sementara itu pada tahap post industrial, hukum itu
sudah harus mampu mendorong masyarakat untuk menciptakan
teknologi sendiri dan bersaing dengan pencipta-pencipta
teknologi yang lain.
Namun demikian seperti yang sudah diungkapkan oleh
Boorstein14; finally, there remains a crucial difference between
our ability to imagine future political revolutions and to imagine
future technological revolutions, kesulitan membayangkan
tersebut tentunya menimbulkan kesulitan pula dalam hal
perencanaan-persiapan atau yang dalam bahasa ekonomi disebut
forecasting merespon terutama kemajuan teknologi.
13. Ibid. hal. 27

16 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


14. Ibid. hal. 31

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


7
Berkenaan dengan kemampuan ekonomi melakukan
prakiraan, Daniel Bell15 mengemukakan sebagai berikut ;
There are three kinds of economic forecasting. The
first is the simple market survey, based on income data,
age distributions, household formations, and anticipated
needs, which firms use for anticipating consumer demand,
the amount of inventory to carry, and the acceptance of
new products. The second, and most standardized, is the
creation of time series of macrovariables – e.g. wholesale
and consumer price as hundred other items-that serve as
indicators of business activity and which are combined to
make forecasts about the state of the economy. The third,
and most sophisticated, is the econometric model which,
by defining the actual interaction of the crucial variables
in the system, seeks to stimulate the reality of the economic
system as a whole. (Daniel Bell, 1973, The Coming Of
Post- Industrial Society. A Venture in Social Forecasting.
Basic Books, Inc., Publishers, New York. Hal. 5).
Dari tiga jenis peramalan ekonomi seperti yang disebutkan,
yang pertama adalah survei pasar sederhana, berdasarkan data
pendapatan, penggolongan usia, formasi rumah tangga, dan
kebutuhan yang diantisipasi, yang digunakan perusahaan untuk
mengantisipasi permintaan konsumen, jumlah persediaan yang
harus dibawa, dan penerimaan produk baru. Peramalan yang
kedua merupakan yang paling standar, adalah pembuatan
rangkaian waktu dari variable-variabel makro - misalnya harga
grosir dan konsumen serta banyak yang sejenis lainnya - yang
berfungsi sebagai indikator aktivitas bisnis dan yang
digabungkan untuk membuat perkiraan tentang keadaan
ekonomi. Peramalan yang ketiga, yang paling canggih, adalah
model ekonometrik yang, dengan mendefinisikan interaksi
aktual dari variabel-variabel

18 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


15. Daniel Bell. Op.cit. hal. 5

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


9
penting dalam sistem, berusaha untuk menstimulasi realitas
sistem ekonomi secara keseluruhan itu, timbulah pertanyaan;
manakah diantaranya yang merupakan forecasting dalam rangka
menyambut datangnya revolusi teknologi ?
Ilustrasi dengan mengetengahkan jenis-jenis peramalan
dalam ekonomi sesungguhnya hanya merupakan suatu deskripsi
untuk menggambarkan betapa sulitnya membayangkan
bagaimana bentuk dan hasil dari revolusi teknologi tersebut.
Sulit pula untuk mengatakan ilmu ekonomi yang usianya sudah
cukup tua itu memiliki forecast yang akurat berkenaan dengan
revolusi tersebut. Terlebih-lebih ilmu hukum yang walaupun
dengan usia yang tidak kalah tuanya dengan ilmu-ilmu lain,
masih perlu dipertanyakan kemampuannya memiliki ramalan
tentang revolusi teknologi. Lagi pula fungsi hukum dapat
dikaryakan untuk meramal walaupun seringkali putusan hakim
atas suatu kasus dapat diramalkan sebelumnya.
Dalam menjelaskan peranan hukum berkaitan dengan
kegiatan rama-meramal, terdapat sebuah kajian yang
mengetengahkan tentang kemampuan atau tepatnya harapan
yang didambakan agar hukum dapat melakukan fungsi
prediction yang intinya merupakan keberharapan hukum
melakukan procasting. Adapun kajian yang dimaksudkan itu
adalah studi Burg. Studi tersebut mengetengahkan pada
pokoknya bahwa hukum yang kondusif bagi pembangunan
ekonomi paling sedikit harus mengandung kualitas ; stability,
predictability, fairness, education, dan the special abilities of the
lawyers.16
Untuk menjelaskan fungsi yang pertama (stability),
hendaknya dimulai dengan pengamatan bahwa kehidupan
bermasyarakat, bernegara terlebih-lebih lagi dalam berekonomi
16. Burg seperti dikutip oleh Leonard J. Theberge, Law and Economic Development.

20 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Kajian ini banyak dijadikan obyek kajian lagi oleh berbagai kalangan.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 2


1
itu penuh dengan berbagai kepentingan. Antara kepentingan
yang satu dengan yang lainnya dalam satu rangkaian saja
misalnya dalam kehidupan berekonomi seringkali tidak selaras.
Apabila ini yang terjadi maka hukum harus dapat memenuhi
harapan akan peranannya sebagai penjaga keseimbangan agar
tidak sampai terdistorsi oleh ketidakselarasan.
Fungsi yang kedua dapat dipahami melalui langkah
pengamatan terhadap kemampuan hukum berkenaan dengan
hasil dari suatu kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah-
negara atau orang perseorangan baik warga domestik maupun
warga Negara asing atau badan hukum baik domestik maupun
asing. Apa yang dapat dilakukan oleh hukum setelah
dilakukannnya suatu kebijakan, tindakan dan perbuatan hukum.
Inilah yang kurang lebih dimaksudkan dengan kegiatan meramal
(predictability) dari hukum.
Jika demikian halnya maka prediktitabilitas hukum itu
pertama-tama hendaknya dipisahkan pemahamannya dengan
pandangan bahwa hakikat hukum itu hipotetis atau hukum itu
bersifat hipotetis. Perihal yang disebut belakangan ini tidak ada
kaitannya dengan kegiatan forecast, melainkan suatu pernyataan
dari suatu pandangan bahwa hukum itu pasif dalam pengertian
tidak mampu bergerak (berlaku) dengan sendirinya sebelum
terjadi suatu peristiwa sebagai aktivator hukum. Tanpa faktor
pengaktif, hukum itu diam dengan begitu anggunnya. Jadi
peristiwa atau hubungan hukum pada dasarnya merupakan
pemicu bagi berlakunya hukum.
Setelah dengan pandangan mengenai hukum yang
hipotetis, perihal prediktabilitas hukum tampaknya perlu pula
diperbandingkan dengan pemungsian hukum di masa depan.
Pandangan yang paling populer dan banyak dikutip berkenaan
dengan fungsi hukum di masa depan adalah yang dikemukakan

22 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


oleh Roscoe Pound. Pandangan mantan Dekan Harvard Law School
itu dikemas dalam konsep the law as tool of social engeneering.
Terdapat beberapa artikel yang dapat diharapkan mampu
menjelaskan makna dari konsep the law as a tool of social
engineering, selain dari pemahaman bahwa konsep itu memiliki
padanan dalam bahasa Indonesia; hukum sebagai sarana perubahan
sosial. Dalam padanan ini tampak bahwa hukum dapat difungsikan
sebagai alat untuk melakukan perubahan sosial yang diinginkan.
Artikel yang pertama ditulis oleh Lee W. Potts17 dalam artikel
yang berjudul Law as a Tool of Social Engineering: The Case of
the Republic of South Africa. Dalam artikel tersebut pada pokoknya
diketengahkan bahwa Partai Nasional yang berkuasa di Afrika
Selatan menerapkan suatu strategi yang disebut dengan
Apartheid yang secara harfiah berarti “terpisah”. Sementara itu
kata heid sendiri berarti keterpisahan.
Kenyataan secara faktual menunjukkan bahwa di Negara
tersebut bermukim orang-orang dari berbagai macam ras
(multirasial) yang secara garis besarnya dapat dibedakan
menjadi dua; kulit putih dan berwarna. Ras yang disebutkan
terakhir ditekankan pada ras kulit hitam yang merupakan penduduk
asli area wilayah yang kemudian dikenal sebagai Negara Afrika
Selatan.
Sejak 1948 awal berkuasanya Partai Nasional kondisi
memperlihatkan bahwa aspek-aspek kehidupan politik, ekonomi
dan sosial didominasi oleh ras kulit putih. Kondisi inilah yang
hendak dikembangkan oleh Partai Nasional, partai yang
berkuasa hingga 1994 dengan memperkenal strategi yang
disebut dengan Budaya Afrikaner. Budaya ini mengandung
suatu skema yang memperkenankan dilakukan berbagai
hubungan kontrak antar ras.
17. Lee W. Potts, 1982. Law as a Tool of Social Engineering: The Case of the

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 2


3
Republic of South Africa. Boston College International and Ciomparative Law
Review. Vol.
5. Hal. 1

24 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Selain itu dan yang paling penting Afrikaner juga
bermaksud memberikan porsi yang lebih besar kepada non-kulit
putih. Implementasi dan aplikasi Afrikaner dilakukan dengan
bantuan sistem hukum. Lee W. Potts kemudian menuliskan the
process by which the National Party regime has used las as a
tool of social engineering to achieve these goals…. And by
which the legal system contributes to realization of Afrikaner
social ideals.
Artikel kedua ditulis oleh Karandeep Makkar18 pada
pokoknya mengetengahkan tentang kondisi India, suatu
Negara yang juga dikenal sebagai “buaian peradaban” (the
cradle of civilizations) karena berbagai agama terwakili disana
dan berbagai kebudayaan dunia bertemu di Negara yang oleh
Pandit Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India yang pertama
menyebut India merupakan “museum agama-agama dunia”.
Kondisi yang sangat pluralistis itu masih harus ditambah
lagi dengan luasnya wilayah yang menempatkan India sebagai
“anak benua”, jumlah penduduk yang melebihi seribu juta plus,
jumlah bahasa resmi menyamai seluruh jumlah jari-jari tangan
dan kaki dengan sekitar 2000 dialek yang secara keseluruhan
mempengaruhi liberalism, sekularitas, sistem pemerintahan dan
politik hukum India.
Dengan kondisi seperti itu dapatlah dimaklumi jika di
dalamnya terdapat berbagai kepentingan yang antara satu
dengan yang lainnya tidak selalu berjalan selaras. Oleh karena
itu maka India memandang sangatlah penting untuk memiliki
suatu mekanisme yang berfungsi dan dapat menciptakan
keseimbangan terhadap kepentingan-kepentingan individu,
masyarakat dan Negara.
18. Karandeep Makkar, 2010, Law As A Tool For Social Engeneering In India.
https://www.manupatra. Com. Hal. 1

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 2


5
Dikemukakan pula negara tersebut perlu memiliki suatu
program kesejehteraan sosial dalam berbagai bidang. Secara
spesifik program itu menyasar dapatnya dibangun suatu tatanan
sosial yang tidak memberikan tempat bagi bertumbuhnya
berbagai bentuk eksploitasi, akan tetapi memberikan
kesempatan yang sama untuk semua warga Negara, dan
memberikan kepastikan bahwa mereka dapat menikmati jaminan
sosial.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut India meyakini bahwa
hukum dapat menciptakan faktor-faktor yang kondusif bagi
perubahan yang dikehendaki. Hukum dapat berfungsi sebagai
agen penyeimbang terhadap berbagai konflik kepentingan dan
menjadi sarana perubahan sosial….it is generally recognized
that legislation does create healthy conditions for such
changes…. that law comes into play act as an agency balancing
conflicting interests and becomes a tool for social engineering.19
Dengan konsep law as a tool of social engineering atau
apa yang juga disebut dengan Doctrine of Social Engineering,
pencetusnya (Roscoe Pound) bertujuan mengkaryakan hukum
membangun struktur masyarakat yang efisien. Dalam pengertian
struktur yang menghasilkan masyarakat dengan tingkat
kepuasan masksimum dan sebaliknya dengan friksi serta
pemborosan yang minimum.
Akan tetapi patut dipahami apabila yang dimaksudkan
dengan hukum itu sama dengan undang-undang, maka Negara-
negara yang “malas” membuat undang-undang baik karena
faktor kurangnya kemampuan dalam bidang drafting maupun
karena “mahalnya” ongkos yang harus dialokasikan untuk
sebuah undang-undang, akan selalu ketinggalan oleh perubahan
sosial dan tentunya tidak dapat mewujudkan The Law as a tool
of social engineering Doctrine sepenuhnya.

26 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


19. Ibid. hal. 2

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 2


7
Dengan gagasan yang cemerlang ini, Pound menempatkan
hukum sebagai variabel bebas, variabel yang mempengaruhi dan
mengarahkan variabel-variabel yang lainnya. Namun demikian
rupanya gagasan tersebut tidak cukup efektif pada Negara-
negara yang selalu terlambat membuat undang-undang dan
selalu ketinggalan oleh kondisi sosial yang berubah dengan
cepat.20
Fungsi ketiga; fairness. Leonard J. Theberge secara jelas
telah mengemukakan bahwa fungsi yang ketiga dari hukum
dalam pembangunan ekonomi itu adalah economic fairness.
Terma ini tidak dengan begitu saja dapat diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia, terlebih-lebih lagi apabila dipadankan
dengan “keadilan ekonomi” yang padanannya dalam bahasa
Inggris adalah economic justice.
Sehubungan itu wajarlah jikalau timbul pertanyaan; istilah
economic fairness dipadankan dengan apa?. Janganlah risau,
dalam suatu bahasan sesungguhnya tidak ada kewajiban untuk
menerjemahkan atau memadankan suatu istilah. Dalam hal ini
yang menjadi kewajiban itu adalah menjelaskannya. Ini sangat
relevan dengan ilmu hukum yang merupakan “ilmu
menjelaskan”. Oleh karena itu dalam rangka pemahaman yang
lebih kompprehensif, maka baik economic fairness maupun
economic justice, keduanya harus dijelaskan.
Economic Justice atau keadilan ekonomi pada dasarnya
berkenaan dengan individu dan juga tatanan sosial, mencakup
prinsip-prinsip moral yang memberi pedoman dalam merancang
institusi ekonomi. Prinsip-prinsip ini menentukan bagaimana
seharusnya setiap orang mencari nafkah, menjadi para pihak
dalam kontrak, menukar barang dan jasa dengan orang lain dan
sebaliknya menghasilkan landasan material yang independen
20. Putu Sudarma Sumadi, 2017, Sejarah Hukum dan Hukum Masa Depan
Properti Serta Kontrak. Unit Publikasi & Dokumentasi Fakultas Hukum Unud-

28 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Pelawa Sari, Denpasar. Hal. 95.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 2


9
untuk mengais rezeki dalam berekonomi. Tujuan utama keadilan
ekonomi adalah memberikan kebebasan kepada setiap orang
untuk terlibat secara kreatif dalam memilih pekerjaan yang tidak
terbatas.21
Keadilan ekonomi bukanlah merupakan suatu jenis keadilan
yang berdiri sendiri, melainkan suatu keadilan yang bersifat
campuran. Dikemukakan demikian karena keadilan ekonomi
terdiri atau mengandung tiga jenis keadilan yang masing-masing
sesungguhnya merupakan jenis-jenis keadilan yang mandiri.
Bertumpu pada uraian yang ringkas sangat boleh jadi keadilan
ekonomi merupakan “keadilan derivatif”.

Istilah yang disebutkan terakhir ini pada pokoknya


dipergunakan untuk mendeskripsikan bahwa keadilan ekonomi
tidak merupakan keadilan asli dalam pengertian tidak sedari
sejak dicetuskan sudah membawa sifat asli (bukan lawan kata
dari palsu), melainkan yang bersifat terusan atau turunan. Sifat
keadilan ekonomi yang demikian ini setara dengan sifat “hak
ekonomi” yang juga merupakan hak derivatif.
Prinsip-prinsip keadilan yang terkandung dalam keadilan
ekonomi dapat disimak pada gambar atau skema sebagai
berikut22 :

Keadilan partisipatif dapat dipahami terwujudnya ketika


orang-orang atau badan hukum sebagai pelaku ekonomi
memberikan input ke dalam proses ekonomi misalnya dengan
21. 2014. Defining Economic Justice and Social Justice. http://www.cesj.org/
learn/definitions/defining-economic-justice-and-social-justice/ . hal. 2.
22. Ibid. hal. 3

30 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


jalan menjadi tenaga kerja dan/atau investor. Secara ekonomi
kegiatan tersebut merupakan aktivitas mencari nafkah yang
di samping membutuhkan kesetaraan akses terhadap sistem
keuangan termasuk kredit, untuk memperoleh properti
pribadi dan asset produktif, memerlukan pula kesempatan
yang sama untuk melakukan pekerjaan produktif yang sama
seperti yang dilakukan oleh pelaku ekonomi yang lainnya.
Keadilan partisipatif tidak menjamin hasil yang sama dalam
pengertian tidak menjamin bahwa setiap pelaku ekonomi
akan memperoleh pendapatan yang sama. Akan tetapi
keadilan ini menjamin hak ekonomi setiap subyek hukum
untuk dapat ikut berpartisipasi dan memberikan kontribusi
terhadap produksi barang dan jasa. Dengan demikian
dapatlah dikemukakan, keadilan partsipatif itu merupakan
atau identik dengan prinsip anti-monopoli (antitrust
principle) yang sangat menjunjung tinggi persamaan
kesempatan mencari nafkah pada bidang yang sama. Prinsip
yang terkandung inilah yang sesungguhnya merupakan inti
dari keadilan partisipatif.
Keadilan distributif secara umum dipahamkan sebagai suatu
kondisi dimana perlakukan yang diberikan kepada seseorang
disesuaikan jasa-jasa yang telah dilakukan. Berdasarkan prinsip
keadilan distributif, para pihak yang mengikatkan diri
masing- masing dalam suatu kontrak akan menerima kontra
prestasi sesuai dengan prestasi yang telah dilakukan. Dalam
bahasa ekonomi dijelaskan, keadilan distributif memberikan
hak atas output atau out-take dari sistem ekonomi yang
disesuaikan dengan input tenaga kerja dan modal setiap
orang.
Prinsip pokok dari keadilan distributif berbunyi :
“distributive justice” is based on the idea “to each according
to his contribution.” Dengan prinsip ini, keadilan distributive
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 3
1
merupakan sarana yang paling obyektif dan demokratis untuk

32 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


menentukan harga yang adil, upah yang adil dan keuntungan
yang adil. Namun demikian fondasi yang dibangun berdasarkan
keadilan distributif akan hancur apabila persamaan kesempatan
berusaha tidak dibuka.
Berkenaan dengan istilah keadilan sosial terlebih dahulu
akan disinggung sekilas tentang Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Selanjutnya keadilan yang khas
ini akan diperbandingkan dengan pandangan mengenai social
justice. Indonesia merupakan negara yang berdasarkan
Pancasila. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
adalah sila yang keempat dari Pancasila.
Akhirnya haruslah dikemukakan karena ternyata untuk
menguraikan makna dari sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia menemui kesulitan. Ada pun kesulitan
yang dimaksud adalah yang berkenaan dengan tersedianya
sumber acuan yang membingungkan; yang lama karena
perubahan rezim kekuasaan, statusnya sudah hampir menjadi
bahan historis, sementara yang baru kiranya masih sedang
disusun.
Namun demikian dalam rangka memenuhi kebutuhan
berkaitan dengan proses pembelajaran, maka bahan-bahan
yang nyaris menjadi sejarah pun akan tetap dikemukakan
dengan harapan adanya kebijaksanaan dalam menyikapinya,
dan sudah tentu menjadikannya sebagai bahan perbandingan
dengan bahan, pandangan atau pemikiran dari para ahli yang
muncul kemudian.
Bahan yang nyaris historis yang dimaksudkan adalah butir-
butir yang bersumber dari Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4) yang penataran dilaksanakan secara
intensif antara era 1980 – 1990an. Dalam pedoman yang juga
disebut dengan Ekaprasetya Pancakarsa itu diberikan petunjuk-

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 3


3
petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan sila Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia sebagai berikut :
1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotong-royongan.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersikap boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan
umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.
Berpuluh-puluh tahun setelah era Penataran P4 munculah
penulis muda seperti Yudi Latif23 dengan perspektif teoretis-
komparatifnya mengenai Pancasila pada pokoknya memandang
bahwa sila kelima Pancasila berpasangan dengan sila
keempat, ibarat dua sisi dari keping uang yang sama. Bila
sila keempat mengandung prinsip “demokrasi politik”, sila
kelima mengandung prinsip “demokrasi ekonomi”. Keduanya
merefleksikan hasrat bangsa untuk beremansipasi dari
penindasan politik – ekonomi penjajahan dengan memuliakan
daulat rakyat

34 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


23.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 3


5
melalui pemberdayaan partisipasi warga di bidang politik dan
ekonomi.
Mengikuti perspektif tersebut dapatlah dikemukakan bahwa
sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia setara
dengan demokrasi ekonomi. Jikalau demikian halnya, demokrasi
ekonomikah namanya ciri-ciri positif sebagai berikut :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan,
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagu Negara
dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh Negara,
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Sumber-sumber kekayaan dan keuangan Negara
digunakan dengan permufakatan Lembaga-lembaga
Perwakilan Rakyat, serta pengawasa terhadap
kebijaksanaannya ada pada Lembaga - lembaga
Perwakilan Rakyat pula.
5. Warga Negara memiliki kebebasan dalam memilih
pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak
dan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
6. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya
tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
masyarakat.
7. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga
Negara diperkembangkan sepenuhnya dalam batas-
batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
8. Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara
oleh Negara.

36 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Rumusan Demokrasi Ekonomi seperti itu dikutip dari
Garis- Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang pada Era Orde
Baru selalu hadir setiap lima tahun sekali. Setelah reformasi
1999, GBHN sudah tidak pernah disusun lagi sehingga tidak
pernah lagi tampil rumusan ciri-ciri positif Demokrasi Ekonomi.
Di dalam naskah atau dokumen yang tampak berfungsi
menggantikan GBHN pun juga tidak dijumpai lagi rumusannya.
Kondisi ketidaksepahaman atas pengertian mengenai
demokrasi ekonomi sesungguhnya sudah terjadi semenjak istilah
tersebut diperkenalkan. Di Indonesia kondisi demikian terjadi
bahkan ketika GBHN secara rutin disusun setiap lima tahun.
Artinya, kendati pun sudah dituangkan dalam salah satu produk
MPR dan juga beberapa undang-undang yang terkait seperti
Undang-undang tentang Koperasi, istilah demokrasi ekonomi
masih juga menjadi topik perbincangan yang hangat.
Syahrir,24 mengawali kata pengantarnya dengan
mengemukakan, “mungkin sudah saatnya kita bertutur tentang
demokrasi ekonomi sebagai percakapan dengan diri sendiri. Kalau
kita mencoba melihat apa yang telah kita perbuat selama ini dan
apa yang belum kita peroleh hingga sekarang, maka jarak yang ada
merupakan cerminan dari kemampuan dan keterbatasan kita
jua….dengan titik tolak yang demikian maka demokrasi ekonomi
dapat kita bahas dari what ought, what is, dan what next dengan
uruttan yang runtun, nalar yang tepat dan sikap jernih yang bebas
dari ilusi dan jargon.
Dalam konteks Indonesia, Negara Kesatuan Republik
Indonesia bukanlah sosialis atau kapitalis, tetapi suatu bentuk
ekonomi politik yang merupakan koordinasi dari ketiga sistem
: politik, ekonomi, dan moral-kultural….bertolak dari idealisasi
demokrasi ekonomi sebagai hubungan yang harmonis antara
24. Sjahrir, 1990, Demokrasi Ekonomi dan Kita. Dalam : Politik Pembangunan.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 3


7
Pemikiran ke Arah Demokrasi Ekonomi. LP3ES, Jakarta. Hal. ix

38 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


ketiga sistem, maka tidak ada pengertian intrinsik demokrasi
ekonomi. Dengan kata lain demokrasi ekonomi adalah konsep
ekonomi politik yang inheren dalam pengertian demokrasi yang
lebih luas mengaitkan interaksi ketiga sistem sosial. Sistem
ekonomi sendiri tidak menciptakan demokrasi ekonomi.25
Bentuk penjabaran demokrasi ekonomi ditentukan oleh
apa yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi….demokrasi
ekonomi sebagai suatu situasi kehidupan ekonomi nasional
dimana kalangan masyarakat luas ikut serta menjadi pelaku aktif
dalam proses ekonomi dan dalam keikutsertaan ini memperoleh
kesempatan untuk menikmati secara wajar manfaat-manfaat
yang timbul dari proses ekonomi ini.
Sampai sejauh ini uraian para ekonom tersebut kiranya
dapat diterima kecuali apabila ada yang mengemukakan bahwa
demokrasi ekonomi merupakan istilah yang khas Indonesia dan
sulit ditemui dalam khasanah literatur economic system atau
esei-esei tentang normative economics, yang masih perlu
dibahas lebih lanjut.
Sehubungan dengan itu Yudi Latif26 mengemukakan
penggunaan istilah “demokrasi ekonomi” lebih kerap ditemukan
dalam literatur mutakhir. Setelah mengutip hasil pengamatan Sri
Edi Swasono, seorang ekonom Indonesia yang juga mengutip
antara lain Robert A. Dahl Selanjutnya dikutipkan beberapa
judul buku, A Preface to Economic Democracy (1985), J.W.
Smith, Economic Democracy. The Political Struggle of the
Twenty-First Century (2000), bahkan Encyclopedia Americana.
Dengan bertumpu pada uraian tadi maka istilah economic
justice itu merupakan salah satu konsep dari keadilan pada
umumnya. Pemahaman mengenai keadilan yang bertumpu dan
25. Umar Juoro, 1990, Demokrasi Ekonomi Sebagai Sebuah Konsensus. Dalam :
Politik Pembangunan. Pemikiran ke Arah Demokrasi Ekonomi. LP3ES, Jakarta.
Hal. 106 – 107.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 3


9
26. Ibid.hal. 549

40 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


dikembangkan dari pemikiran Aristoteles. Lantas kalau
demikian halnya maka pertanyaannya adalah apakah yang
dimaksudkan dengan economic fairness. Apakah fairness tidak
dapat dipadankan dengan justice sehingga pekerjaan kita tidak
menjadi semakin bertele-tele.
Setelah melakukan penelusuran ternyata sumber-sumber
belajar menyediakan bahan-bahan berkenaan dengan economic
fairness tidaklah sebanyak yang disediakan untuk economic justice.
Kelangkaan ini terjadi terutama untuk keperluan memahami apa
yang dimaksud dengan economic fairness untuk menjelaskan
pertanyaan-pertanyaan tersebut pada paragraph sebelumnya.
Kebanyakan penulis mengaitkan atau menempatkan economic
fairness tersebut dengan perilaku ekonomi – bagaimana para pelaku
ekonomi bersikap dan bertindak dalam berekonomi - bahkan ada
diantaranya yang memasukannya ke dalam ranah etika ekonomi.
Dengan sudut pandang demikian pada akhirnya wacana berkenaan
dengan economic fairness bermuara pada keadilan (justice).
Dalam perspektif demikian, pertama-tama cara pandang
yang khas ekonomi terhadap kedudukan manusia sebagai
homo economicus itu tetap dipertahankan. Dalam kedudukan
demikian, manusia merupakan makhluk ekonomi yang rasional,
mementingkan diri sendiri, dan sudah tentu semuanya dijalani
tanpa memperhatikan apalagi berlandaskan etika. Akan tetapi
cara pandangan ini tidak lagi bertengger semata-mata pada
pemahaman yang khas ekonomi. Cara ini baru memperlihatkan
satu dari dua sisi pendekatan yang saling menunjang.
Ada pun sisi lainnya adalah tujuan tercapainya apa yang
disebut dengan welfare economics dealing with aggregate or
social welfare. Manusia sebagai makhluk ekonomi yang rasional
bahkan individual boleh berlanjut, akan tetapi dengan tidak
boleh mengabaikan, mengingkari apalagi melanggar
kepentingan (ekonomi) orang lain agar terwujud kesejahteraan
sosial. Inilah yang merupakan aspek etika dalam berekonomi.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 4


1
Seperti sudah dikemukakan, kesejahteraan sosial
merupakan suatu tujuan yang mempersyaratkan adanya suatu
sarana yang dapat dipergunakan untuk mencapainya. Dalam hal
ini yang sudah sangat jelas, sarana yang dimaksudkan itu
bukanlah homo economicus dengan segala atributnya, melainkan
“kesetaraan” atau “ekuitas” (equity). Makna ini dapat disarikan
antara lain dari artikel yang berjudul Affect and Fairness in
Economics.27
Sampai sejauh ini terma equity belumlah menjelaskan
konsep economic fairness yang dapat dikuakan melalui
pertanyaan bagaimana equity dapat mewujudkan economic
fairness. Untuk ini dibutuhkan sejumlah kebijakan atau tindakan
Negara; pertama- tama Negara harus memberikan atau
menetapkan “hak ekonomi” bagi setiap orang dan badan hukum,
kedua, mengembangkan hak ekonomi, dan yang ketiga,
melindungi hak ekonomi tersebut.
Menurut Scott Davidson28 yang mengutip Karel Vasak pada
pokoknya mengemukakan, Hak ekonomi merupakan hak
generasi kedua, sejajar dengan perlindungan bagi hak sosial dan
budaya; hak atas terciptanya oleh Negara kondisi-kondisi yang
akan memungkinkan setiap individu mengembangkan
kemampuannya sampai maksimal. “Hak atas” yang menjadi ciri
generasi kedua ini, mewajibkan Negara menyusun program-
program bagi pelasanaan sepenuhnya hak-hak tersebut.
Apabila dihubungkan dengan ketentuan dalam Pasal 27 ayat
(2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
yang berbunyi : “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, maka sudah
cukup dasar untuk mengatakan bahwa Negara Republik
Indonesia mengakui, mengembangkan dan melindungi hak
ekonomi warga Negara Indonesia.

27. Frans van Winden, 2007. Affect and Fairness in Economic.


https://link. springer.com
28. Scott Davidson, 1994, Hak Asasi Manusia.Sejarah, Teori, dan Praktek

42 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Dalam Pergaulan Internasional. Judul asli: Human Rights. Terjemahan: A.
Hadyana. PT. Temprint, Jakarta. Hal. 8.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 4


3
Dalam perkembangannya, Negara telah mengundangkan
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Berdasarkan undang-undang tersebut pada intinya Negara
telah berupaya memberikan persamaan kesempatan berusaha
bagi setiap pelaku usaha untuk mengusahakan bidang usaha
yang sama. Praktek monopoli dicegah dan dilarang,
persaingan usaha yang fair dilindungi dan dikembangkan.
Uraian yang ringkas tersebut secara tidak langsung
telah merefleksikan bahwa inti dari hak ekonomi itu adalah
“persamaan”, dan kesetaraan merupakan aspek yang dominan
dari persamaan itu sendiri. Berdasarkan prinsip persamaan,
akses dalam pengertian kesempatan untuk mengusahakan
suatu bidang usaha yang diminati dibuka secara seluas-
luasnya bagi setiap pelaku usaha.
Paragraph tadi pada satu sisi memperlihatkan aspek
ekuitas berupa perlakuan yang sama bagi setiap pelaku usaha
dan pada sisi lain membuka selebar-lebar kesempatan bagi
masyarakat untuk menjadi pelaku usaha. Sisi yang
disebutkan terakhir ini dapat disebut sebagai fairness.
Dengan demikian pada dasarnya terjawablah sudah persoalan
bagaimana ekuitas itu mewujudkan fairness.
Selanjutnya apa yang kemudian merupakan economic
fairness itu harus dengan sungguh-sungguh dapat
dimanfaatkan secara luas oleh warga masyarakat luas.
Pemanfaatan dengan dilakukan dengan cara demikianlah
yang dapat mewujudkan kesejahteraan sosial dalam
pengertian yang sesungguhnya. Tidak pula tertutup
kemungkinannya, “obsesi” Jeremy Bentham tentang the
greatest happiness for the greatest number – kebahagiaan
terbesar untuk jumlah terbesar- yang merupakan prinsip
keadilan mazhab utilitarianisme juga dapat diwujudkan
terlepas dari kritiknya John Rawls.
44 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi
Demikianlah uraian secara garis besarnya yang telah
diupayakan semaksimalnya di tengah-tengah berbagai
keterbatasan terutama yang menyangkut sumber. Akan tetapi
berkenaan dengan economic fairness masih terdapat satu
persoalan yang perlu dijelaskan; bagaimana ihwalnya hingga
dikatakan bahwa segala yang bersifat fair pada akhirnya
bermuara pada keadilan.
Uraian ringkas berikutnya diawali dengan sebuah kutipan
dari pandangan W. Friedmann29 sebagai berikut :
In a formal amd general sense equality is a postulate of
justice. Aristotle’s “distributive justice” demand the equal
treatment of those equal before the law. This like any
general formula of justice is, however, applicable to any
form of government or society; for it leaves it to a
particular legal order to determine who are equal before
the law….Equality in rights as a postulated by the great
democratic characters, means the extention of individual
rights, in principle, to all citizens as distinct from a
privileged minority.
Secara garis besarnya pula pandangan tersebut dapat
diuraikan dalam bentuk tabel sebagai berikut ;

Pengertian formal / Suatu dalil mengenai keadilan:


umum persamaan perlakuan dalam hukum
Sebagai suatu hak Merupakan perluasan makna dari
hak-hak individual setiap warga
Negara

Sebagai suatu unsur keadilan, persamaan sesungguhnya


merupakan asas yang universal, dan keadilan adalah tujuan
hukum. Dalam mencapai tujuan tersebut, keadilan dipandang
sebagai sikap tidak memihak (impartiality). Sikap inilah yang
29. W. Friedman, 1960, Legal Theory. Steven & Sons Limited, London. Hal. 385.
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 4
5
mengandung gagasan mengenai persamaan (equality), yaitu
persamaan perlakuan dalam hukum. Menurut Friedmann30
terdapat hubungan antara persamaan dengan kebebasan yang
membuka jalan seluas-luasnya bagi pengembangan personalitas.
Di samping sebagai suatu dalil keadilan, persamaan juga
merupakan suatu hak. Hal ini dapat ditelusuri dri ketentuan
Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945. Intinya, economic fairness itu mengarah pada
sikap anti-monopoli dan memajukan-melindungi persaingan
usaha yang sehat, dengan jalan membuka akses yang seluas-
luasnya bagi setiap warga Negara untuk mengembangkan
potensinya mencapai kesejahteraan, dengan pembinaan dan
pengawasan pemerintah.
Fungsi yang keempat: education. Setelah pada fungsi-
fungsi sebelumnya banyak menyinggung tentang ekonomi
termasuk pula pandangan para ekonom, maka pada bagian ini
konteks uraian mulai bersentuhan dengan aspek pendidikan.
Ada pun makna yang terkandung pada fungsi ini kiranya sistem
hukum dalam kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan kegiatan ekonomi, hendaknya pula dapat
menampilkan serta memberikan pendidikan. Sangat boleh jadi
pendidikan dalam kaitan ini bermakna sebagai pembinaan
terhadap para pelaku ekonomi dan warga masyarakat pada
umumnya.
Disimak dari maksud yang terkadung, kewajiban hukum
memberikan pendidikan sesungguhnya tidak merupakan
hal baru. Tujuan yang mulia itu sudah terkandung sejak
hukum itu memiliki tendensi menyadarkan dalam rangka
memberikan kebahagiaan kepada subyek hukum. Dalam
hubungan ini terdapat pemahaman yang tinggi bahwa salah
30. Ibid. hal. 387.

46 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


satu cara mewujudkan kebahagiaan adalah melalui pendidikan.
Kewajiban bagi pembuat undang-undang untuk mengundangkan
(mengumumkan) setiap undang-undang yang dibuatnya agar
setiap orang mengetahuinya, pada dasarnya dapat dipandang
sebagai suatu kebijakan yang mengarah pada pendidikan hukum.
Dengan demikian dapatlah dikemukakan, memberikan
pendidikan merupakan fungsi hukum dalam pembangunan
ekonomi yang sangat penting. Hal ini dilandasi pertimbangan,
pertama, output dari pendidikan adalah pengetahuan dan
pemahaman. Kedua, output dari pengetahuan dan pemahaman
mengarahkan lahirnya tindakan pencegahan serta kepatuhan
hukum. Ketiga, pendidikan hukum juga dapat mengarahkan
pada semakin kokohnya budaya hukum dan pengembangannya.
Oleh karena itu memberikan pengetahuan dan pemahaman
hukum melalui berbagai sarana pendidikan hukum merupakan
kebijakan yang bersifat strategis dalam rangka prevensi dan
refresi hukum.
Kredit bank yang disalurkan tanpa memperhatikan “the
5 c’s” dan prudential banking principle merupakan praktek
yang tidak mendidik. Dalam praktek perbankan seringkali
terjadi pemberian kredit kepada debitor yang jumlahnya jauh
melampaui nilai jaminannya. Konsekuensinya, apabila terjadi
non performance loan (NPL) maka bank akan mengalami
kerugian besar jikalau mengeksekusinya. Bercermin pada
makna dari uraian terdahulu kiranya dapat disepakati bahwa
persoalan ini merupakan suatu “malpraktek perbankan yang
tidak mendidik”.
Di samping karena kondisi internal perbankan yang selalu
menuntut peningkatan ratio kredit dan produktivitas bank,
banyaknya persoalan seperti itu pada dasarnya juga timbul
karena hukum perbankan positif yang kurang berfungsi
mendidik.
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 4
7
Selama ini hukum perbankan hanya menentukan bahwan
perusahaan perbankan diwadahi suatu badan hukum (perseroan
terbatas). Belum ada ketentuan yang menyatakan pengelolanya
harus banker yang sudah menjalani proses sertfikasi. Belum
juga terdapat ketentuan bahwa modal perusahaan perbankan
harus legal dalam rangka mencegah praktek money laundering.
Artinya, selama ini tidak ada pendidikan yang diperoleh
dari dunia perbankan selain paksaan halus agar berupaya
melunasi hutang. Pendidikan ini pun hanya dipatuhi oleh debitor
yang membayar angsurannya secara langsung dengan jalan
potong gaji setiap awal bulan. Umumnya kelompok ini terdiri
dari pegawai negeri sipil yang pada satu sisi diberikan
kemudahan memperoleh kredit tanpa jaminan properti yang
konvensional, tetapi cukup dengan Surat Keputusan (SK)
Pengangkatan dan SK Terakhir, dan pada pada sisi lain
diberikan kredit dengan cicilan secara potong gaji. Jadi sampai
sejauh ini belum pernah ada kasus NPL pada pegawai negeri
yang sudah dipotong gajinya secara langsung pada setiap awal
bulan. Kredit macet umumnya terjadi di luar kelompok tersebut.
Terdapat satu fenomena lagi yang berkaitan dengan
kegiatan meminjamkan sejumlah uang untuk jangka waktu
tertentu, dengan imbalan tertentu dan pelunasannya dibackup
dengan sejenis jaminan. Terlepas dari institusi yang
melaksanakannya, disimak dari unsur-unsur kegiatannya,
fenomena tersebut susungguhnya sudah memenuhi persyaratan
untuk dikatakan sebagai kegiatan usaha perbankan, akan tetapi
yang bersangkutan “tidak mau” disebut bank, dan menghindari
sebisa-bisanya dikategorikan sebagai usaha perbankan. Uraian
ini sama sekali tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa
fenomena tersebut tidak mendidik, melainkan berharap dengan
sangat agar ada yang berkenan menjelaskan fenomena tersebut.

48 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Di tengah-tengah iklim persaingan yang berkembang
dengan pesat sekarang ini tidaklah menjadi persoalan lagi
apabila industri perbankan mengalami pertumbuhan yang
signifikan. Mereka bersaing secara fair sesuai dengan hukum
persaingan, akan tetapi di antaranya ada yang sudah merupakan
bank umum namun mendirikan pula “bank khusus” dan
diantaranya pula bahkan ada beroperasi sampai ke pelosok
desa. Apakah ini merupakan fenomena yang mendidik,
sangatlah sulit menjelaskannya. Namun yang jelas Bank
Indonesia (BI) kiranya tidak lagi mengurus persoalan seperti ini.
Boro-boro mengurus yang lain, kewenangan BI mencetak dan
mengedarkan mata uang rupiah juga memperoleh saingan antara
lain dari “Dimas Kanjeng” yang mengaku mampu
menggandakan uang.
Dewasa ini berkembang juga suatu cara berusaha yang
masih mengandalkan strategi hubungan upliner – downliner.
Dengan strategi ini perusahaan awal cukup merekrut beberapa
orang sebagai upliner yang wajib merekrut downliner dan
demikian seterusnya seperti bola salju yang menggelinding
dan semakin besar. Jadi strategi ini sesungguhnya sama dengan
kinerja multi level marketing (MLM). Dalam kaitan uraian ini
persoalannya adalah imbalan untuk upliner maupun downliner
tidak dibayar dengan uang tunai, akan tetapi tur-berwisata- ke
beberapa Negara.
Lebih merupakan persoalan lagi, pelaksana tur adalah anak
perusahaan atau perusahaan anak dari pemilik perusahaan yang
menerapkan strategi MLM itu. Demikianlah sekelumit uraian
mengenai fungsi hukum yang mendidik. Ekonomi
membutuhkan pendidikan agar lebih beretika, sedangkan hukum
agar dapat mengemban fungsi yang mulia itu membutuhkan
insan-insan hukum yang terdidik agar menghasilkan norma dan
penegakan hukum yang cerdas.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 4


9
Fungsi kelima: the special abilities of the lawyers. Pada
bagian ini uraian di samping mengetengahkan beberapa peranan
ahli hukum, juga diimbangi dengan yang menyangkut kualitas-
kualitas yang dibutuhkan dalam menunjang peranan hukum
dalam pembangunan ekonomi. Kualitas-kualitas tersebut
terutama ditujukan tidak terbatas kepada para ahli hukum baik
yang berstatus sebagai akademisi, praktioner penegak hukum
maupun birokrat, melainkan juga para politisi yang turut dan
banyak berkiprah dalam pembentukan undang-undang.
Dalam kaitan ini terdapat dua tulisan yang akan diacu,
pertama, Peranan Hukum Dan Fungsi Ahli Hukum Di Negara
Berkembang, yang ditulis oleh Wolfgang G. Friedman, dan yang
kedua, Legal Education for Developing Countries: A Personal
Case Study from Indonesia oleh Cliff F. Thompson. Terhadap
kedua tulisan tersebut diupayakan menampilkan pokok-
pokoknya sehingga tampak benang merah yang
mengindikasikan relevansinya.
Wolfgang Friedman31 mengawali tulisannya dengan
mengemukakan, fungsi hukum dan peranan ahli hukum biasanya
berhubungan erat satu sama lain,…. Hukum dapat dibuat – dan
pada dekade belakangan ini sering dibuat oleh para pemimpin
politik yang tidak terdidik atau pun tidak menaruh perhatian
terhadap bidang itu ….semuanya mampu menciptakan hukum
dengan persetujuan politik, hanya dengan adanya peran-serta
yang minimal dari ahli hukum baik dalam proses pembuatannya
maupun pelaksanaannya.
Uraian tersebut pada dasarnya memperlihatkan dan
bahkan dapat membuktikan kebenaran dari apa yang pernah
31. Wolfgang G. Friedman, 1986, Peranan Hukum Dan Fungsi Ahli Hukum
Di Negara Berkembang. Dalam : Peranan Hukum Dalam Perekonomian Di
Negara Berkembang. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Hal. 1

50 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


dikemukakan antara lain David Easton ….bahwa the chief
output of political system is a law. Sementara itu D.H.M.
Meuwissen mengemukakan….undang-undang merupakan
kristalisasi atau endapan dari keinginan-keinginan politik.
Di Indonesia kebenaran tersebut sudah berlangsung sejak
kemerdekaan dan semakin menjadi nyata pada dekade-
dekade berikutnya sejalan dengan silih bergantinya
berbagai kekuatan politik.
Tidak tertutup kemungkinannya ada yang
menggumam terutama dalam hati; bagaimana hal itu dapat
terjadi pada negara yang konstitusinya telah menetapkan
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Negara Hukum. Ketetapan ini mengandung pengetian,
hukum memegang supremasi yang tertinggi. Terlepas dari
adanya semacam jargon bahwa Indonesia adalah Negara
agraris dan juga maritim, belumlah pernah dijumpai
terutama dalam dokumen-dokumen resmi pernyataan
Indonesia Negara politik. Akan tetapi politik sedemikian
berkuasanya hingga mampu mengubah konstitusi dan
menentukan presiden.
Selanjutnya dengan membandingkan antara kondisi
masyarakat pada Negara-negara yang baru merdeka
dengan masyarakat yang modern dan demokratis,
Friedmann32 juga mengemukakan, pada masyarakat yang
pertama, para ahli hukum selain menjalankan dengan setia
fungsi konservatif yang secara tradisional lebih bertindak
sebagai pembela kepentingan-kepentingan yang sudah
mapan daripada sebagai seorang pembaru, peranan ahli
hukum cenderung ditekan, statusnya rendah dan fungisnya
terbatas.
Sebaliknya pada masyarakat modern dan demokratis,
peranan ahli hukum sangat penting, bahkan pada
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 5
1
32. Ibid. hal. 1-3

52 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


beberapa Negara seperti Amerika Serikat pernanannya
sangat menonjol. Penyebabnya sebgian besar karena
suatu konstitusi dan tertib hukum yang demokratis, yaitu
konstitusi yang didasarkan pada keseimbangan antara
fungsi dan kemampuan. Hal ini menjadikan pentingnya
peranan ahli hukum sebgai orang yang terltih dalam
menjaga keseimbangan tersebut.
Sebagai suatu ilustrasi maka dicontohkanlah relevansi
antara peranan ahli hukum yang sesuai dengan corak
kemasyarakatan yang sedang berkembang. Dalam era
berkembangnya paham ekonomi yang disebut dengan
laissez faire, dimana swasta sebagai alat dan promotor
utama kegiatan ekonomi dan pengembangannya. Fungsi
Negara tetap terbatas pada bidang pertahanan, masalah
luar negeri, kegiatan administratif serta kepolisian,
sedangkan arus utama kehidupan ekonomi dan sosial
mengalir melalui saluran-saluran swasta. Dalam hubungan
ini pendidikan dan fungsi utama ahli hukum menyangkut
bidang perdata, baik sebagai pembela atau penasehat,
sebagai hakim yang mengalisa tertib dan konsep hukum
dari masyarakat yang termasuk dalam tipe ini. Intinya,
peranan dan fungsi ahli hukum dilandasi dan diarahkan
pada dasar serta tujuan yang mendukung laissez faire.
Bertumpu pada uraian dalam garis besarnya tersebut
dapatlah dikemukakan bahwa Friedmann sesungguhnya
hendak menegaskan bahwa peranan hukum dan fungsi ahli
hukum berbanding sejajar dengan tipe masyarakat dengan
sistem ekonominya masing-masing dimana hukum serta
ahli hukumnya eksis. Oleh karena itu peranan dan fungsi
tersebut dapat dideskripsikan dengan tabel sebagai berikut
:

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 5


3
Tipe masy/sistem
No. Peranan&Fungsi Hukum
ekonomi
Masyarakat Cenderung mempertahankan
1
revolusioner status quo
Masy.dgn laissez Mengembangkan hak-hak
2
faire keperdataan vested rights
Masy.dgn
Memperkuat dan
sistem ekoniomi
3 mengembangkan demokrasi
berdasar atas asas
ekonomi
kekeluargaan

Sejak abad 19 hingga 20 komunitas besar seperti yang


digambarkan Firedmann33sebagai masyarakat dengan paham
laissez faire sesungguhnya merupakan tipe yang dinamis. Hal
ini dapat dibuktikan dengan terjadinya pergeseran dari laissez
faire menjadi masyarakat sejahtera. Sekali pun kebebasan dalam
berekonomi pada tipe yang disebutkan belakangan itu masih
tetap dipertahankan, akan tetapi pergeseran ke arah masyarakat
sejahtera mengandung perbedaan yang cukup signifikan.
Apabila disimak dari proses berlangsungnya kegiatan
ekonomi yang diawali perencanaan, gerakan arus modal hingga
mekanisme pasar yang pada masyarakat laissez faire semuuanya
bersumber dan berlangsung atas inisiatif swasta, maka pada
masyarakat sejahtera dibutuhkan adanya campur tangan
pemerintah yang dalam perkembangan sistem ketatanegaraan
dan pemerintahan memang mengalokasikan sejumlah
kewenangannya untuk menangani persoalan-persoalan swasta.
Pergeseran yang terjadi sekitar dua abad yang lalu memiliki
dampak yang sangat luas terhadap perkembangan sistem
ekonomi
33. Ibid.hal. 3
54 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi
pada banyak Negara di dunia. Pada kenyataannya dewasa ini
tidak ada satu Negara pun yang benar-benar mempertahankan
laissez faire secara murni. Kondisinya setara dengan semakin
moderatnya sistem ekonomi pasar dan sistem ekonomi
perencanaan terpusat.
Sudah dapat dipastikan pergeseran tersebut
mempersyaratkan perlunya dilakukan langkah-langkah
penyesuaian yang relevan dengan perekonomian masyarakat
sejahtera. Penyesuaian itu juga berlaku terhadap fungsi dan
peranan hukum terutama dalam rangka perencanaan ekonomi,
penanganan masalah-masalah sosial serta perilaku Negara baik
sebagai pemikir maupun aktor ekonomi yang semakin
meningkat. Fenomena ini sekalian memperlihatkan adanya
korelasi positif antara perubahan sistem ekonomi terhadap
eksistensi dan peranan hukum.
Pada masyarakat laissez faire dan juga masyarakat
sejahtera pada dasarnya memang terdapat kepentingan publik
dan kepentingan privat. Penyelenggaraan kepentingan publik
yang meliputi keamanan, administrasi, kepolisian, dan lain-
lain merupakan wewenang Negara, serta penyelenggaraan
kepentingan privat yang antara lain meliputi kegiatan
pedagangan dan perekonomian pada umumnya, pada akhirnya
membangkitkan kembali dikhotomi antara hukum publik dan
hukum privat.
Disimak dari aspek perkembangannya, pada masyarakat
laisses faire hukum privat lebih berkembang daripada hukum
publik. Hal ini kiranya dilandasi pertimbangan dan mengingat
karena pembentukan hukum privat dapat terjadi secara lebih
cepat tanpa prosedur yang rumit. Kebanyakan norma dan
doktrin hukum privat terutama yang berkaitan dengan
pedagangan dan perekonomian pada umumnya terbentuk dari
kebiasaan dalam perniagaan. Kebiasan akan semakin
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 5
5
berkembang karena didukung terbukanya kesempatan untuk
berinisiatif dan adanya kebebasan yang dijamin oleh sistem yang
mapan.

56 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Dikaji dari metode terjadi atau terbentuknya hukum yang
pada dasarnya terdiri dari tiga cara ; melalui kebiasaan (by
custom), peradilan (by administration of justice), dan peraturan
perundang-undangan (by legislation), maka pernyataan bahwa
hukum privat lebih berkembang daripada hukum publik hanya
relevan apabila hukum privat itu meliputi hukum-hukum yang
timbul dari kebiasaan dalam trasaksi perdagangan, dan yang
timbul dari prakek peradilan terutama pada Negara-negara yang
menganut sistem judge made law.
Dalam hal luas cakupan hukum privat sudah merambah
ranah legislasi maka terjadilah keseimbangan dalam
perkembangannya. Baik hukum privat maupun hukum publik
sebaliknya dapat mengalami kondisi yang sama ; sama-sama
mandeg. Undang- undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman sudah
diusulkan perubahannya bertahun- tahun yang lalu. Jangankan
mengubah undang-undangnya, yang terjadi justru penundaan fit
and proper test personalia KPPU hingga Presiden berkali-kali
harus memperpanjang masa jabatan anggota komisi tersebut.
Menyangkut hukum publik, perubahan terhadap Undang-
undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang sudah
diusulkan sejak lebih dari dua tahun yang lalu cenderung
ditolak. Akan tetapi seolah-olah dan seperti menunggu kejadian-
seperti penyanderaan terhadap anggota Brimob di markasnya
sendiri, pemboman gereja dan markas polisi di Surabaya, setelah
itu barulah perubahan undang-undangnya disetujui. Uraian
secara garis besarnya pada dua paragraph tersebut sesungguhnya
hanyalah sekadar memperlihatkan betapa sulitnya membuat
undang-undang pada Negara hukum yang sebagian terbesar
hukumnya berbasis pada undang-undang itu. Kelambatan

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 5


7
membuat dan kekurangan undang-undang seringkali terjadi,
padahal salah satu fungsi legislatif yang dalam dekade terakhir
ini sudah dilengkapi dengan Balegnas dan Prolegnas itu adalah
membuat undang-undang.
Demikianlah pada satu sisi hukum memiliki fungsi yang
strategis dan diharapkan perananya dalam pembangunan
ekonomi, akan tetapi pada sisi lain hukum itu juga dihadapkan
pada berbagai macam keterbatasan. Diantaranya ada yang
bersumber dari internal hukum itu sendiri yang dalam hal ini
menyangkut perencanaan, perumusan dan pembentukan undang-
undang. Selain itu ada juga “pembatasan” yang datang dari
eksternal-luar dunia hukum.
Sesuai dengan yang dikutip Friedmann34, kalangan
eksternal yang dimaksudkan itu salah satunya adalah Friedrich
August Hayek yang pada pokoknya mengemukakan, hukum
seharusnya hanya memberikan petunjuk saja, ….tidak dapat
menentukan jalan mana yang harus ditempuh. Kiranya Hayek
ingin mengemukakan hukum itu ibarat papan rambu lalu lintas
yang berfungsi menunjukkan, tetapi tidak dapat memaksa agar
menempuh arah yang ditunjukkan. Arahan dari Hayek itu
mengandung makna bahwa hukum dalam pembangunan
ekonomi berfungsi mengatur.
Masih menurut Friedmann35 Ahli hukum tentu saja
memainkan bagian yang cukup penting sebagai pembuat
undang- undang, sebagian dalam dalam bentuk perencanaan
modern perundang-undangan kesejahteraaan……keahlian para
ahli hukum mungkin berguna dalam merancang bagian
perundang- undangan tertentu. Namun dalam ranaagka
mengarahkan studi hukum sebagai suatu disiplin ilmu
pengetahuan dan cara yang komprehensif, serta sebagai suatu
alat tertib sosial bagi fungsi

58 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


34. Ibid. hal.3
35. Ibid.hal.3

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 5


9
hukum dalam masyarakat yang cita-cita, kondisi dan
kebutuhannya berbeda sama sekali dari cita-cita, kondisi, dan
kebutuhannya di waktu sebelumnya.
Untuk memenuhi tuntutan Friedmann dibutuhkan sarjana
hukum dan ahli hukum serta juga para fungsionaris (pejabat
yang berfungsi dan memiliki kewenang membentuk dan
mengubah hukum) hendaknya memiliki kualifikasi khusus.
Pencapaian ini sangat membutuhkan dukungan dari dunia
pendidikan (tinggi) hukum. Sudah tentu pula dunia pendidikan
tidak dapat melepaskan diri input eksternal agar dapat berperan
maksimal.
Cliff F. Thompson36 dalam sebuah artikelnya berkenaan
pendidikan hukum di Indonesia pada pokoknya mengemukakan,
“pendidikan hukum harus responsif terhadap kebutuhan Negara,
dan ahli hukum yang efektif tidak hanya mengetahui hukum
modern semata-mata, melainkan hendaknya memiliki
kemampuan untuk menerapkannya dalam penyusunan undang-
undang”.
Selain itu secara khusus untuk para dosen (seluruh pengajar
pada perguruan tinggi), Thompson37 pada pokoknya menekankan
….kemampuan teori dan praktek dimanfaatkan semaksimalnya
juga untuk preparing teaching materials to educate the students,
the new generation of lawyers….must attract to the law school
the students and teachers who are as excellent as
possible….must avoid one of the greatest barriers to effective
legal skills, namely an education that is too rote, without
sufficient opportunities to learn application.
Dengan bertumpu pada konteks uraian yang sedang
berlangung ini berkaitan dengan pembangunan ekonomi, maka
36. Cliff F. Thompson, 2005, Legal Education for Developing Countries: A Personal
Case Study from Indonesia. Dalam : The Role Of Law In Development Past,
Present and Future. Ed.: Y. Matsuura. Center for Asian Legal Exchange Graduate

60 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


School of Law, Nagoya University. hal. 21
37. Ibid.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 6


1
yang dimaksudkan Thompson dengan the need of the country
pada dasarnya berkisar pada kebutuhan Negara yang sedang
membangung perekonomiannya. Maknanya, ahli hukum
ekonomi dan/atau bisnis tidak semata-mata memahami aspek
hukumnya saja, tetapi juga aspek ekonominya. Tidak hanya
aspek teoritis, melainkan pula prakteknya. Sudah tentu sangat
sulit untuk membayangkan harapan tersebut dapat diwujudkan
dalam kondisi pendidikan hukum yang terlalu menekankan
output dan predikat. Sungguh masih banyak hal yang harus
dikerjakan terutama pengajar hukum tersebut, termasuk juga
menyempurnakan tulisan ini.
Secara ringkas dari pandangan Burg seperti dikutip oleh
Leonard J. Theberge dapat dikemukakan adanya lima kualitas
yang terkandung dalam hukum berkenaan dengan pembangunan
ekonomi. Ada pun kualitas yang dimaksudkan, pertama, stability
(menjaga keseimbangan berbagai kepentingan dalam
masyarakat), kedua, predictability (kemampuan melakukan
forecasting tentang hukum (ekonomi) apa saja yang dibutuhkan
di masa depan), ketiga, fairness (hukum harus dapat
memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk
menjadi pelaku ekonomi, education (hukum harus bersifat
mendidik, membangkitkan kecerdasan dan inisiatif dalam
berekonomi), dan yang kelima, the special abilities of the
lawyers (dengan ditunjang pendidikan hukum yang memadai,
para ahli hukum harus responsif terhadap kebutuhan Negara
dalam pembangunan ekononmi).
Kata kuncinya terletak pada “pembangunan ekonomi”,
bagaimana hukum itu berperan dalam pembangunan tersebut.
Bagaimanakah ihwalnya hukum harus turut mengambil peranan
dalam perekonomian. Bukankah sebelumnya berkembang
pandangan bahwa “masalah ekonomi hanya dapat diatasi oleh
ilmu ekonomi itu sendiri”. Apabila dicermati, pandangan

62 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


tersebut

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 6


3
sesungguhnya juga mengandung kebenaran, karena
pernyataannya berkenaan dengan “masalah ekonomi” yang
merupakan wilayah kompetensi ilmu ekonomi.
Pembangunan ekonomi sendiri kiranya tidak semata-
mata merupakan masalah ekonomi. Akan tetapi untuk
menjernihkan atau memperluas pandangan, mari sejenak
melepaskan kacamata kuda yang menghambat visi. Untuk itu
jalan yang paling baik dilakukan adalah mempertegas kembali
pemahaman mengenai apa yang dimaksud dengan
pembangunan ekonomi (economic development ) sebagai
obyek yang akan “digarap” oleh hukum. Selanjutnya
dipahamkan juga istilah peranan dan fungsi hukum.
Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu
konsep dalam ilmu ekonomi khususnya makro ekonomi. Hingga
saat ini telah diperkenalkan begitu banyak definisi mengenai
konsep tersebut. Di antaranya ada yang mengemukakan,
pembangunan ekonomi identik dengan penciptaan berbagai
kesempatan kerja yang baru. Pihak yang lainnya memaknainya
dengan indikasi meningkatnya pendapatan per kapita.
Sementara itu pihak yang lainnya lagi memandang bahwa
pembangunan ekonomi sebagai suatu proses konsumsi
sumber daya yang terbatas dan berpengaruh terhadap
degradasi lingkungan.
Demikianlah masing-masing pihak memandang
pembangunan ekonomi tersebut sesuai visinya yang cenderung
sempit dan terbatas. Sebenarnya pembangunan ekonomi
merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan peningkatan
kapasitas dan kesejahteraan penduduk secara
berkesinambungan. Dengan definisi ini, pembangunan tidak
hanya meningkatkan akses terhadap lapangan pekerjaan, tetapi
juga mampu menciptakan akses terhadap lapangan pekerjaan
yang baik. Sehingga hal ini
64 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi
akan mendukung peningkatan standar kehidupan bagi seluruh
penduduk secara langgeng.38
Apabila pengertian tersebut digabungkan dengan
pengertian- pengertian yang telah diuraikan pada halaman
terdahulu, maka dapatlah dipetik makna bahwa dalam
pembangunan ekonomi terkandung aspek-aspek sebagai
berikut ;
1. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penerapan
teknologi baru dalam rangka mengentaskan ekonomi
yang berbasis pertanian menjadi ekonomi industry,
2. Upaya peningkatan berbagai standar dalam kehidupan,
3. Proses peningkatan kesejahteraan ekonomi, politik dan
sosial berikut dengan sistem pengawasannya,
4. Pengukuran keberhasilan pembangunan ekonomi
berdasarkan pencapaian kondisi dan kualitas tertentu
atas lingkungan,
5. Peningkatan kesempatan kerja,
6. Peningkatan pendapatan masyarakat,
7. Mitigasi kemiskinan,
8. Peningkatan efisiensi,
9. Berkesinambungan.
Dalam proses pembangunan ekonomi berbagai pemikiran
dan langkah yang dirancang serta dilakukan berkisar pada
upaya-upaya untuk peningkatan kesejahteraan antara lain
melalui pembukaan kesempatan berekonomi seluas-luasnya.
Semuanya pada akhirnya bermuara pada mitigasi kemiskinan.
Oleh karena itu dapat dikemukakan pembangunan ekonomi
sesungguhnya merupakan proses dalam rangka peningkatan
berkesinambungan.
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 6
5
38. Sonny Harry B. Harmadi, 2016. Pengantar Ekonomi Makro. Penerbit Univerditas
Terbuka, Jakarta. Hal. 1.33

66 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Sudah merupakan dalil dalam ilmu ekonomi bahwa
pelaksanaan setiap kegiatan ekonomi beranjak dari yang
dinamakan dengan kelangkaan (scarcity). Suatu sumber untuk
suatu saat tertentu memang tersedia secara melimpah, akan
tetapi hal ini tidak mengandung pengertian bahwa sumber
tersebut bersifat tidak terbatas. Setiap sumber tidak dapat
melepaskan diri dari keterbatasan. Oleh karena demikian
ditekanlah aspek berkesinambungan dalam pembangunan
ekonomi.
Anggaran pembangunan memang dapat dicantumkan secara
terus-menerus bahkan dengan jumlah yang cenderung semakin
meningkat. Akan tetapi dalam kaitannya dengan pembangunan
berkesinambungan (sustainable development), pelaksanaan
pembangunan sama sekali tidak dapat diartikan bahwa
pembangunan itu boleh berjalan terus seperti tanah longsor atau
banjir yang melabrak apa pun. Pembangunan berkesinambungan
tidak tunduk pada jargon the show must go on.
Sumber yang dikutip terakhir tadi39 Penekanan pada aspek
berkesinambungan pada dasarnya mengandung pengertian
bahwa pendayagunaan sumber harus dilakukan secara bijaksana.
Perlu memperhatikan bahwa definisi berkesinambungan
(sustainable) pada dasar mengarahkan agar pemanfaatan sumber
daya saat ini tidak mengorbankan kualitas hidup jangka panjang.
Secara ekonomi alur dalam proses pembangunan
berkesinambungan pada intinya dijelaskan dengan menampilkan
Bagan The Circle of Prosperity. Oleh karena penjelasan secara
detail kiranya dapat lebih dipahami dengan menyimak bagan
tersebut.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 6


7
39. Ibid.hal. 1.34

68 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


The Circle of Prosperity

akses terhadap pendidikan dan kesehatan berkualitas


perumahan yang layak
lingkungan yang bersih
peningkatan kapasitas komunitas

- tenaga kerja
dengan ketrampilan Pendapatan masyarakat
tinggi
- pertumbuhan industri Akan meningkatkan
- peningkatan upah
- penurunan angka
kemiskinan

Menurut Brundtland Commission40 (World Commission


on Environment and Development yang diketuai oleh Ny. Gro
Harlem Brundtland pada 1984. Komisi yang dipimpinnya
sering disebut Brundtland Commission) yang merumuskan dan
mendefinisikan konsep tersebut pada pokoknya mengemukakan
prinsip pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi
kebutuhan sekarang tanpa mengorban pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan.
Dari perspektif tersebut atau per definisi setelah disesuaikan
dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing,
pembangunan berkelanjutan tampak setara dengan pengertian
efisiensi yang dikemukakan oleh Vilfredo Pareto, seorang ekonom
dan insinyur dari Italia. Oleh karena itu pandangannya disebut
40. Meidia Pratama, 2014. Pembangunan Berkelanjutan, Gagasan, Implementasi
dan Kecenderungan Realitas Di Indonesia. Bandung Magazine,

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 6


9
https://www. bandungmagazine.com

70 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


dengan Pareto’s Efficiency. Vilfredo Pareto pada intinya
mendefinisikan efisiensi …. as the economic situation when
the circumstances of one individual cannot be made better
without makin situation worse for another individual.
Pareto’s Efficiency takes places when the resources are most
optimally used.41
Penekanan pada faktor efisiensi menyebabkan
pembangunan ekonomi menjadi tidak mudah pelaksanaan
kendati pun modal finansial tersedia tanpa batas. Sepanjang
tidak memenuhi kriteria efisiensi maka pelaksanaan
pembangunan dikatakan masih jauh dari berhasil. Efisiensi
yang sesungguhnya merupakan konsep engineering, dewasa ini
telah menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan
ekonomi.
Dalam format yang lebih lengkap indikator berkenaan
dengan keberhasilan pembangunan tersebut adalah sebagai
berikut ;
a. Peningkatan kesempatan kerja yang memiliki etika kerja
yang baik;
b. Stabilitas harga barang dan jasa sebagai akibat adanya
mekanisme pasar yang baik;
c. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tanpa
merugikan kesempatan pertumbuhan di masa mendatang
;
d. Pencapaian kualitas hidup yang lebih baik (pendidikan,
kesehatan);
e. Adanya akses yang baik bagi masyarakat terhadap
pusat aktivitas ekonomi (major market areas);
f. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam proses
produksi;42
41. Definitions of Pareto’s Efficiency, https://economictimes.indiatimes.com
42. Sonny Harry B. Harmadi. Op.cit. hal. 1.34

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 7


1
Khusus terhadap indikator yang disebutkan terakhir
(Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam proses produksi)
perlu diberikan sedikit catatan bahwa dalam rangka peningkatan
produksi yang efisien memang sangat tepat apabila
diterapkan teknologi-teknologi yang menghasilkan efisiensi.
Namun demikian akan lebih efisien lagi sekiranya teknologi
yang dimaksudkan itu merupakan hasil karya dan milik putra
bangsa sendiri.
Rangkaian peraturan perundang-undangan di bidang hak
milik perindustrian (industrial property rights) yang telah
diundangkan lengkap dengan perubahan-perubahannya yang
telah dilakukan dengan gencar, idealnya lebih berorientasi
pada tujuan meningkatkan inisiatif masyarakat untuk berkreasi
menghasilkan invensi yang dapat diberikan paten, hak atas
merek, hak atas rancangan sirkuit terpadu, hak atas desain
industri.
Sebaliknya apabila idealisasi tersebut tidak terpenuhi maka
perekonomian nasional telah terjebak dalam suatu hubungan
hukum milik perindustrian yang berat sebelah. Celakanya
timbangan menunjukkan berat lebih ke arah perlindungan
hukum terhadap para pemilik intellectual property rights
yang secara kebetulan dewasa ini mereka adalah para
inventor dari berbagai Negara asing.
Lebih celaka lagi apabila terjerumus membeli dan
membayar royalty untuk paten-paten yang sudah berstatus
sebagai public domain atau terjebak dalam pola hubungan
hukum milik perindustrian dalam bentuk yang disebut
dengan pemberian paten dengan pembatasan area
pemasaran (restricted paten area).43 Dengan pola tersebut
penerima lisensi paten di suatu Negara dapat
mendayagunakan paten tersebut
43. H.S. Kartadjoemena, 1977. Perusahaan Multinasional Dan Beberapa

72 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Catatan Dari Segi Profesi Hukum. Makalah Seminar. Pusat Studi Hukum dan
Ekonomi FH UI, Jakarta. Hal. 18.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 7


3
sama seperti yang dilakukan oleh pemilik paten atau pemberi
lisensi, akan tetapi tidak dapat menjual produk yang
dihasilkan dari paten tadi ke Negara lain.
Pembangunan ekonomi pada dasarnya memiliki tiga tujuan
dasar yang hendak dicapai, yaitu mengurangi kemiskinan,
mengatasi pengangguran, dan pemerataan pendapatan.44
Dari uraian ini dapat dikemukakan, mengurangi kemiskinan
merupakan tujuan pokok dan utama, sedangkan mengatasi
pengangguran dan menciptakan pemerataan merupakan
strategi untuk mewujudkan tujuan pokok.
Pandangan tersebut juga menampakkan hubungan antara tujuan
dengan apa yang harus dilakukan, alat dan strategi apa yang harus
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan. Dari
hubungan yang digambarkan itu tampak pula bahwa sesungguhnya
tujuan menentukan peranan. Menurut Soerjono Soekanto45,
peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status.
Peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam
melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang
dimilikinya.
Perilaku yang diharapkan dari hukum dalam pembangunan
ekonomi ditentukan oleh tujuan pembangunan ekonomi
itu sendiri. Demikianlah strategi yang dipergunakan untuk
menentukan keluasan cakupan peranan hukum dalam
pembangunan ekonomi. Ruang lingkup peranan hukum tersebut
berbanding sejajar dengan tujuan pembangunan ekonomi.
Hanya saja yang sudah menjadi jelas, rupanya sudah
dapat diprediksi bahwa nanti tidak akan ada undang-undang
pemberantasan kemiskinan kendati pun ini merupakan tujuan
utama. Berkenaan dengan tujuan tersebut dapatlah diterima
apabila yang dikaryakan itu adalah aturan-aturan hukum

44. Sonny Harry B. Harmadi. Loc.cit. hal. 1.34

74 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


45. Soerjono Soekanto, 2012, Sosiologi Suatu Pengantar.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 7


5
yang berhubungan dengan peningkatan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha. Semuanya merupakan legal device
dalam rangka mitigasi kemiskinan.
Sesungguhnya terma peranan merupakan konsep yang
sangat melekat dengan kata kerja dan kata kerja itu sendiri
melekat dengan subyek hukum baik orang maupun badan
hukum. Sementara itu tujuan pembangunan ekonomi tidaklah
dapat dilepaskan kaitannya dengan eksistensi hukum hukum
sebagai sarana atau alat (legal device). Implementasi hukum
dalam kedudukan seperti itu dipahamkan sebagai konsep
fungsi hukum.
Dengan demikian secara garisnya sudah dapat dikemukakan
bahwa ruang lingkup materi pengajaran peranan hukum
dalam pembangunan ekonomi meliputi fungsi-fungsi hukum
dan sudah tentu peranan hukum itu sendiri dalam
pembangunan tersebut. Fungsi hukum mencakup aspek yang
paling fundamental yaitu mengatur, sementara peranan
hukumnya diimplementasikan dengan perilaku Negara-
pemerintah dalam perekonomian.

76 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 7
7
BAB II
MENGATUR PEREKONOMIAN

Pada bab terdahulu telah diuraikan bahwa tujuan


pembangunan ekonomi pada dasarnya adalah mitigasi
kemiskinan-karena tidak mungkin memberantasnya. Untuk
mencapai tujuan tersebut hukum diharapkan dapat mengarahkan
perekonomian antara lain membuka kesempatan kerja yang
seluas-luasnya. Tahapan ini sesungguhnya sudah bersentuhan
dengan fungsi hukum. Untuk menjelaskan figure hukum tersebut
maka sebatas yang relevan akan diuraikan perihal fungsi hukum
sambil sesekali membandingkannya dengan konsep peranan.
Seperti yang tampak secara kasat mata, konsep itu
didahului dengan kata “fungsi” yang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia online mengandung banyak pengertian.
Dikemukakan diantaranya bahwa kata fungsi berarti jabatan
(pekerjaan) yang dilakukan. Di samping itu ada juga yang
mendefinisikan sebagai
…..an activity or purpose nature to or intended for a person or
thingand proper. Dengan contoh ; bridges perform function of
providing access acros water.46
Secara hukum dalam Black’s Law Dictionary47 diuraikan
….derived form Latin “functus,” the pas participle of the verb
“fungor” which means to perform execute, administer. The
nature and proper action of anything; activity appropriate to
any business or profession….fulfillment of a definition end or set
of ends by the correct adjustment of means. The occupation of
46. Function, www.google.co.id
47. Henry Campbell Black, 1979, Black’s Law Dictionary. West Publishing Co., St.

78 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Paul Minn. Hal, 606

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 7


9
an office. By the performance of its duties, the officer is said to
fill his function.
Apabila dibandingkan tampaklah bahwa terma fungsi
rupanya lebih bersifat alami dan lebih bernuansa yuridis. Terma
fungsi pada dasarnya lebih menggambarkan tentang tugas-tugas
yang melekat karena merupakan pembawaan secara alami dan
yuridis serta harus dikerjakan. Dalam bahasa Belanda kata
functie (fungsi) dan tugas (taak) dapat dipergunakan secara
saling menggantikan.
L.J. van Apeldoorn48 ketika menguraikan tentang pekerjaan
apa saja yang dapat diberikan melalui suatu penetapan baik
terhadap pemerintah maupun hakim, sarjana hukum yang salah
satu tulisannya menjadi buku wajib bagi setiap mahasiswa
Fakultas Hukum di Indonesia itu, mempergunakan istilah tugas-
tugas. Tentu saja istilah ini harus dipahami bahwa tugas
pengertiannya setara dengan fungsi.
Secara ringkas dapat dikemukakan, istilah fungsi atau
tugas pada dasarnya hakiki dan menunjukkan suatu kelayakan
dalam pengertian bahwa seseorang, organisasi atau sesuatu yang
mengerjakan sesuatu itu memang sudah selayaknya, sepantasnya
dan sewajarnya melakukan pekerjaan yang dimaksud. Fungsi
atau tugas lebih menonjolkan faktor otentisitas yang jauh dari
segala unsur yang bersifat artifisial.
Sementara itu istilah peranan yang berasal dari kata
peran lebih mengarah pada sesuatu yang merupakan buatan,
sesuatu yang secara sengaja diciptakan walau pun berdasarkan
perencanaan lengkap dengan segala tujuan. Oleh karena itu
setiap peranan akan selalu mengandung unsur yang bersifat
48. L.J.van Apeldoorn, 1978, Pengantar Ilmu Hukum. Judul asli : Inleiding Tot
De Studie Van Het Nederlandse Recht. Terjemahan : Oetarid Sadino. Pradnya
Paramita, Jakarta. Hal. 313, 391

80 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


artifisial, sesuatu yang dapat direkayasa secara berulang-ulang.
Dalam dunia sandiwara, seorang aktor dapat bertingkah seperti
tokoh yang dimainkan.
Apabila diformulasikan dengan contoh maka yang
mendekati untuk melihat perbandingan antara fungsi dan
peranan adalah dengan membayangkan sebuah jembatan.
Hakikat sebuah jembatan adalah untuk menyambung daratan
sehingga dapat diseberangi. Namun demikian sebuah jembatan
dapat pula diharapkan menjadi semacam ikon yang bertujuan
menambah keindahan suatu kawasan.
Keberadaan jembatan yang pertama adalah sebagai
sarana yang menghubungkan dua sisi daratan yang dipisahkan
oleh perairan (sungai dan laut) atau celah, dan yang kedua
memperindah landscap suatu kawasan. Pada yang pertama
wacana mengarah pada apa yang dimaksud dengan istilah
fungsi, sedangkan yang kedua memperlihatkan peranan.
Dengan demikian peranan sesungguhnya menunjukkan kinerja
tambahan atas fungsi.
Berdasarkan uraian tersebut dapatlah dikemukakan bahwa
konsep fungsi hukum (legal function atau the function of law)
memberikan suatu deskripsi bahwa hukum memiliki pekerjaan
atau tugas-tugas yang memang tidak dapat dipisahkan dengan
keberadaan hukum itu sendiri dan harus dilaksanakan. Ada pun
sifat, jenis, dan jumlah tugas yang dimaksudkan tergantung pada
hukum yang memungsikannya.
Fungsi apakah yang dimiliki atau yang dapat dimiliki oleh
hukum dalam keadaan sosial yang silih berganti ? itulah antara
lain pertanyaan yang akan dipersoalkan dalam uraian ini. Atas
pertanyaan ini telah diberikan jawaban yang sangat berbeda-
beda. Di satu pihak misalnya terdapat pemikiran, bahwa hukum
itu seolah-olah membentuk kerangka masyarakat dan ketertiban

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 8


1
sosial, tergantung dari pemerliharaan aturan hukum; keyakinan
ini antara lain tampak dalam seruan yang terkenal untuk “law
and order”/ hukum dan ketertiban.49
Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia
hukum mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang
hendak dicapai. Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan
tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan
keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban dalam masyarakat
diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi. Dalam mencapai
tujuannya itu hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar
perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur
cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian
hukum.50
Fungsi hukum dapat juga diidentifikasi Dari pandangan Prof.
Mochtar Kusumaatmadja,51 bahwa tujuan pokok dan pertama dari
hukum adalah ketertiban, dan ketertiban ini merupakan syarat
pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat manusia yang
teratur. Di samping ketertiban tujuan lain dari hukum adalah
terciptanya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut
masyarakat dan zamannya.
Apabila dirangkum dengan pandangan Roscoe Pound mengenai
the law as a tool of social engineering, maka dikenalah adanya tiga
fungsi dasar hukum, yaitu; hukum sebagai alat ketertiban dan
keketaraturan serta perlindungannya, hukum sebagai sarana untuk
mewujudkan keadilan, dan hukum sebagai alat pendorong
pembangunan. Ketiga fungsi tersebut pada dasarnya memanfaatkan
hukum untuk “mengatur” subyek dan obyek hukum agar dapat
mencapai tujuan.

49. N.E. Algra, 1983, Mula Hukum. Judul asli : Rechtsaanvang. Terjemahan :
J.C.T. Simorangkir. Binacipta, Bandung .hal. 378
50. Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar).
Liberty, Yogyakarta. Hal. 57

82 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


51. Mochtar Kusumaatmadja, 1983, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam
Pembangunan Nasional. Binacipta, Bandung. Hal. 2

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 8


3
Dalam Kamus Merriam-Webster,52 pada pokoknya
dikemukakan mengatur atau regulate…is to govern or direct
according to rule. Jadi mengatur itu sesungguhnya mengandung
pengertian menjalankan fungsi pengendalian atau mengarahkan
obyek pengaturannya agar sesuai dengan hukum. Bahkan
pemahaman dalam ilmu kedokteran menjelaskan bahwa aturan
dapat mengarahkan fungsi.
Dalam kaitannya dengan perekonomian, Wolfgang
Friedmann mengemukakan…under the global description of
“regulation” are comprised the manifold ways by which the
state interferes….controls over the manifold processes of
contemporary life are almost infinite.53 Fungsi mengatur
merupakan metode bagi Negara untuk melakukan campur
tangan pada ranah yang pada dasarnya merupakan kegiatan
privat.
Dari ragam kontrol (pengendalian) yang dapat dilaksanakan
terdapat tipe-tipe yang paling representatif. Tipe-tipe tersebut
seolah-olah memperlihatkan urutan langlah-langkah Negara
dalam mengontrol perekonomian. Ada pun langkah-langkah
yang dimaksud adalah sebagai berikut;
First, the legal restraints on freedom of contract and
property,
Second, the legal controls seeking to mitigate undue
concentration of economic power,
Third, the legal controls directed to the protection of the
national economy-especially in developing countries-by
the regulation of the flow of money and goods between the
national economy and the outside world.54

52. Definition of regulate. Httpps://www.merriam-webster.com


53. Wolfgang Friedmann, 1971, The State and The Role Of Law In A Mixed Economy.
Steven & Sons, London. Hal. 30 – 31.

84 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


54. Ibid.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 8


5
Ketiga langkah tersebut secara tidak langsung mengarahkan
pada suatu model yang menunjukkan sekalian mewajibkan bidang-
bidang hukum berkenaan dengan ekonomi dan bisnis yang minimal
dan mutlak harus ada terutama pada Negara-negara sedang
berkembang. Penunjukan dan pengarahan ini dapat disebut dengan
“model minimal eksistensi bidang hukum ekonomi dan bisnis”.
Aturan-aturan hukum yang bertujuan mencegah dan
mengurangi konsentrasi berbagai kekuatan ekonomi pada
dasarnya merupakan bidang hukum yang bertujuan
meningkatkan kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan.
Sementara itu aturan-aturan hukum yang mengarahkan dan
melindungi perekonomian nasional pengaturan arus uang dan
barang ke dalam serta keluar negeri dapat dikemukakan sebagai
bidang-bidang hukum dalam rangka meningkatkan kesempatan
kerja sekalian mengurangi pengangguran. Ihwal aturan hukum
yang pertama sesungguhnya lebih banyak menggambarkan
tentang berbagai bentuk pembatasan terhadap prinsip kebebasan
berkontrak. Prinsip ini merupakan asas yang sangat dijunjung
tinggi, yang bersamaan dengan redupnya spirit yang menjiwai
kelahirannya; “liberalism-kapitalisme”, yang berkembang
kearah yang semakin berwajah sosial, maka asas yang paling
prinsip dalam hukum kontrak ini pun tidak mampu
mempertahankan kedudukannya.
Secara perlahan dan bertahap Negara memandang perlu
meletakan campurtangannya dalam hubungan hukum kontrak
serta harta kekayaan. Sehubungan dengan campur tangan
tersebut, berdasarkan kutipan, Friedmann55
mengemukakan….the best summary of the various wais in
which the state interferes with freedom of contract and property,
is that of an eminent French jurist-Ripert- and it is equally
applicable to other countries, in the civil law and the common
law world alike;

86 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


55. Ibid.hal. 40-41

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 8


7
In the first place, the state prohibits the citizen from doing
certain things, from entering into contract or into other
relationships with certain objectives. In the second place,
is subjects actions by private persons to administrative
authorization. In the third place, it proceeds by injunctions,
it prohibition, authorization, and orders, or it even
commands the making of certain contracts. In the fourth
place, aware of the insufficiency of prohibition,
authorization, and orders, the state exercise a constant
supervision over the private activities and, particularly,
over those of corporate persons, as this is easier to
achieve. Finally, where the state considers that it is alone
capable of undertaking what the citizens do or would like
to do, it takes hold of their goods or their operations and it
acts itself. Prohibition, authorization, order, supervision,
exploitation here is the gamut of state interventions,
justified in the interests of private persons.
Dari kutipan tersebut tampak sedikit demi sedikit Negara
merasuki perekonomian yang menyangkut aspek kehidupan
privat. Sam Muller56, editor buku The Law of the Future and the
Future of Law yang diterbitkan oleh Torkel Opsahl Academic
Epublisher Oslo mengemukakan sebuah istilah untuk Negara
yang semakin dalam terlibat dalam urusan perdata sebagai
private actor.
56. Sam Muller, et.al., 2011, The Law of the Future and The Future of Law.
Torkel Opsahl Academic Epublisher, Oslo. https;//www.fichl.org/fileadmin/fichl/
documents/FICHL. Hal. 260. Muller dan kawan-kawannya itu menuliskan istilah
tersebut serangkaian dengan rencana besar program harmonisasi hukum kontrak
seluruh dunia….harmonisation seems to go along with internationasation and
globalization, but the kind of harmonization is itself variable. The rise of comparative
law enabled horizontal harminisation between states, such as within the
European integration process. After World War II vertical harmonization
expanded, and political and legal entities were created which were superior to nation
states….twenty- first century has wirnessd the emerged of governance
polycentrism, of the potential broadening of the mechanics of law beyond the
memorialization of commands of territorially bounded states, of the rise or private
law with public functions and public entities as private actors.
88 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi
1. Pengaturan hukum kontrak
Dapat dikemukakan hukum kontrak dipahami sebagai suatu
bidang hukum perdata yang paling privat, bidang hukum yang
steril dari campur tangan pemerintah, dirancang dan berlaku
setara undang-undang bagi para pihak yang membuatnya
(contracting parties). Boleh jadi pemahaman bahwa hukum
kontrak imun dari pengaruh apalagi tekanan pemerintah itu
dipengaruhi oleh asas kebebasan berkontrak yang dipahami
sebagai prinsip yang memberikan kebebasan sepenuhnya kepada
para pihak.
Apabila disimak dari aspek kesejarahan maka dengan
mempertimbangkan bahwa perjanjian – dalam uraian ini
dipergunakan secara bergantian dengan konsep kontrak –
merupakan suatu figur hukum yang terbentuk dari adanya
kesepakatam dan kesepakatan sendiri lahir dari proses interaksi,
dapatlah dikemukakan perjanjian itu sudah eksis, dikenal dan
dimanfaatkan sejak zaman Hukum Primitif.57
Perihal yang disebut dengan hukum primitif itu pada
dasarnya merupakan aturan-aturan yang khas dari zaman
penggembalaan yang belum memperoleh pengaruh dalam
bentuk yang sangat sederhana sekali pun dari organisasi
politik.58 Pada zaman hukum primitif bentuk-bentuk organisasi
tersebut belum dikenal, oleh karena itu walau pun ada input
maka hal ini bersumber dari unsur masyarakat internal yang
masih bersahaja.
Bertumpu pada pandangan-pandangan tersebut dapatlah
dikemukakan, pertama, hukum kontrak pada intinya merupakan
bidang hukum yang terbentuk lebih awal daripada bidang-
bidang hukum lainnya. Kedua, praktek hukum kontrak
berlangsung hanya berdasarkan kesepakatan. Ketiga, hukum
kontrak masih
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 8
9
57. Putu Sudarma Sumadi, Op.cit. hal. 49.
58. William Seagle. 1946. The History of Law, Tudor Publishing Co., New
York. Hal. Xv.

90 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


mampu mempertahankan coraknya yang asli sepanjang pressure
figure yang kuat dan dominan belum eksis. Ketika memasuki
zaman yang disebut periode hukum kuno (the archaic law) yang
ditandai dengan berkembangnya “teknologi hukum” dalam
proses pembentukan (hukum), hukum kontrak tidak lagi dapat
menghindar dari berbagai input asing. Jikalau pada periode
sebelumnya hukum itu muncul secara tidak terstruktur, maka
pada periode archaic law, hukum mulai memasuki proses
pembuatan secara sengaja (law in the making). Norma-norma
hukum kontrak mulai diaransemen.59
Dalam proses law in the making, selain menerima masukan
dari kristalisasi pengalaman hidup sehari-hari, hukum juga
menerima pengaruh atau entry point dari agama. Pengaruh
tersebut bersifat sangat dominan, bahkan tidak berlebihan
apabila dikemukakan terdapat hukum yang semata-mata isinya
merupakan ajaran agama itu sendiri.60 Beberapa poin
diantaranya kemudian yang men jadi input bagi hukum yang
sekuler – bukan hukum agama.
William Seagle pada pokoknya mengemukakan….the
church helped to developed many legal instistutions that have
passed into the law of modern Europe….that the church as a
moral power helped developed a law of contract based upon
principle that a mere promise as such was binding….61 Masukan
tersebut memiliki pengaruh yang sangat luas dan merasuk pada
hukum sekuler di seluruh dunia.
Periode sejarah hukum selanjutnya adalah era the maturity
of law, zaman dimana aturan-aturan telah terhimpun dalam
sistem hukum. Dari aspek waktu kemunculannya, periode ini
berlangsung secara hampir bersamaan waktunya dengan
berkembangnya
59. Putu Sudarma Sumadi, Op.cit. hal. 59.
60. Op.cit. hal. 51

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 9


1
61. William Seagle, Op.cit. hal. 129.

92 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


paham ekonomi yang berpuncak pada kemunculan kapitalisme
modern. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila corak
hukum kontrak pada periode ini juga dipengaruhi oleh paham
ekonomi pasar yang sedang berkembang.
Dengan mendasarkan pandangan …..
the law of contract has grown and expanded with the market,
and since the institution of the free market is the very crux of
modern capitalism….The law of contract is the law of free
market…and freedom of contract is only the legal formula which
reflects the economic institution of the free market….freedom of
contract was the great goal toward which society was
moving……
…..free market is a market system in which the prices for goods
and services are set freely by consent between sellers and
consumers, in which the laws and forces of supply and demand
are free from any intervention by a government, price-setting
monopoly, or other authority,62
Dapatlah dikemukakan bahwa konsep the law of contract is
the law of free market itu sesungguhnya mengandung makna,
dalam era pasar bebas, pernjanjian sepenuhnya merupakan
kompetensi para pihak yang membuatnya. Perjanjian terbebas
dari interferensi atau campur tangan pemerintah.63
Dalam perkembangan selanjutnya, paham ekonomi pasar
bebas tidak lagi menjadi paham ekonomi satu-satunya yang
dianut dunia. Setelah paham tersebut berhasil menanamkan
pengaruhnya bahkan hingga saat ini dalam bentuk neo-
liberalism yang ramai diperbincangkan misalnya ketika
berlangsung perhekatan politik untuk menyerang lawannya. Di
samping paham itu berkembang pula paham seperti yang telah
disinggung pada halaman terdahulu
; paham yang menekankan aspek kesejahteraan masyarakat
dalam ekonomi.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 9


3
62. William Seagle, Op.cit. hal. 253.
63. Putu Sudarma Sumadi. Op.cit. hal. 55.

94 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Dalam konteks kenegaraan juga muncul paham yang
mengetengahkan secara dominan aspek kesejahteraan
masyarakat. Semata-mata untuk memudahkan komunikasi maka
dalam tulisan ini, paham tersebut diperkenalkan dengan konsep
welfare state (Negara kesejahteraan). Ternyata welfare state
memiliki pengaruh yang sangat luas terhadap hukum; mulai dari
timbulnya hubungan yang sangat mesra antara hukum dan
ekonomi, meningkatnya campur tangan pemerintah dalam
hukum hingga kemungkinan timbulnya kondisi yang
menyenangkan.
Hubungan mesra antara hukum, ekonomi dan lainnya itu
digambarkan oleh Jan M. Broekman 64….. the welfare state
is generally understood as the integration of economic facts
and general ideas about justice. It also includes the pervasive
presence and functioning of law in various aspects of socil life.
It is thus evident that law is intertwined with the welfare state.
Such intertwinement has often been understood as a direct and
open relation between law and the welfare state.
Pandangan yang sesungguhnya memperoleh inspirasinya
oleh pandangan yang awalnya dikemukakan oleh Vilhelm
Aubert itu menunjukkan betapa hukum sangat dibutuhkan pada
Negara kesejahteraan. Ada pun yang menjadi dasarnya adalah
karena Negara kesejahteraan berorientasi pada keadilan seperti
halnya tujuan hukum itu sendiri. Titik yang penting dicermati
terletak pada kedudukan dan apa saja yang dilakukan hukum
dalam Negara kesejahteraan. Perihal yang disebutkan terakhir
itu dapat disimak dari pandangan Vilhelm Aubert65 sebagai berikut
;

64. Jan M. Broekman, 1986. Legal Subjectivity as a Precondition for the


Intertwinment of Law and the Welfare State. Dalam : Dilemmas of Law in the
Welfare State. Ed.: Gunter Teubner. Walter de Gruyter, Berlin-New York. Hal.
79

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 9


5
65. Vilhelm Aubert, 1986. The Rule of Law and the Promotional Function of Law
in the Welfare State. Dalam : Dilemmas of Law in the Welfare State. Ed.: Gunter
Teubner. Walter de Gruyter, Berlin-New York. Hal.30, 38.

96 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


laws have been viewed as a means to secure expectations and
promote predictability in commerce as well as in other areas
of life. In so far as statutes are enforced with a modicum of
certainty, predictability could, of course, be viewed simply as
a precondition of effective governance. However, it does
not seem natural always to view legal rules in this
perspective, especially not in private law regulating market
activities. One basic aim of the law of contracts is to lend
credibility to contracts, but not to determine their contents.
Law has to with establishment of trust in social life.
….the promotional goals of law may appear most clearly
in the increasing tendency to include ambitious
programmatic statements, either in the enactment or in
the form of a preamble. Important instance of this
tendency are to be found in laws aimed at equality
between the sexes as well as in legislation concerning
protection of work environment, workers’ participation and
industrial democracy.
Pandangan tersebut mengandung makna bahwa dalam negera
kesejahteraan, hukum tetap memegang peranan baik sebagai sarana
untuk menjamin terwujudnya berbagai harapan maupun untuk
memajukan prediktitabilitas dalam perdagangan dan bidang-bidang
kehidupan lainnya. Kendati pun demikian, untuk mewujudkan
makna tersebut tetap dibutuhkan perundang-undangan dengan tingkat
kepastian yang tinggi. Prediktitabilitas hukum tidak boleh
menurunkan tingkat kepastian hukum.
Selain kecenderungan hukum berfungsi promosional dengan
mengemukakan antara lian undang-undang yang memajukan
kesetaraan jender (gender), undang-undang perlindungan lingkungan
kerja dan demokrasi industri, yang terpentingan adalah
dikemukakannya tentang tujuan hukum kontrak yang paling
mendasar; memberikan aspek kredibilitas pada kontrak, bukan
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 9
7
menentukan isinya.

98 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


Perihal yang disebutkan terakhir ini pada pokoknya mengandung
maksud bahwa pertanyaan mengenai pihak mana yang menentukan
isi kontrak sudah tidak penting lagi. Dalam perkembangan terutama
yang menunjukkan semakin banyaknya kontrak dibuat dan melibatkan
semakin banyak orang dengan kebutuhan yang mendasar, maka
yang terpenting adalah bagaimana mengupayakan agar kontrak itu
dapat dilaksanakan atau dipatuhi, dan tidak merugikan. Inilah yang
dimaksudkan dengan tujuan hukum kontrak memberikan kredibilitas
pada kontrak.
Ringkasnya, pandangan-pandangan yang dipaparkan secara
garisnya tadi mengarahkan pemahaman pada lahirnya suatu variant
dari kontrak baku yang dipahami secara umum selama ini. Kontrak
baku atau standardized contract atau contract d’adhesion pada
pokoknya merupakan suatu perjanjian sebagaimana lazimnya
dalam pengertian perjanjian itu dibuat oleh dua pihak atau lebih,
akan tetapi syarat atau syarat-syaratnya ditentukan secara baku
(standar) oleh salah satu pihak saja. Umumnya pihak yang
membakukan syarat atau syarat-syarat perjanjian adalah pihak
yang lebih dominan.
Amos dan Walton seperti dikutip Michael Furmston,66
mengemukakan the term contract d’adhesion is employed
to denote the type of contract of which the conditions are
fixed by one of the parties in advance and are open to
acceptance by anyone. The contract, which frequently
contains many conditions is presented for acceptance en
block and is not open to discussion.
Kendati pun terkesan berat sebelah dan sama sekali
menutup negosiasi, eksistensi kontrak baku selama ini telah
diterima secara luas dan dimanfaatkan secara luas pula.
Berbagai subyek hukum yang memiliki atau berpotensi
dominan mulai dari perusahaan
66. Michael Furmston, 2007, Cheshire, Fifoot & Furmston’s Law Of Contract,
Oxford University Press, Oxford, halaman 26.
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 9
9
yang bergerak di bidang perbankan, asuransi, pembiayaan,
perusahaan properti, jasa telepon seluler,dll sampai jasa binatu
pun sangat mengandalkan “keampuhan” kontrak baku untuk
mewadahi transaksi-transaksi yang mereka lakukan.
Pada sisi lain, dengan kotrak baku, nasabah dan atau konsumen
yang sebenarnya merupakan contracting party tidak diperlakukan
sebagai demikian. Dalam kedudukan sebagai contracting party,
nasabah atau konsumen memiliki hak untuk ikut menentukan
syarat perjanjian, akan tetapi dalam kontrak baku hak tersebut
didominasi bahkan beralih ke pihak bank atau produsen.
Menurut Lord Diplock yang dikutip Furmston67 terdapat dua
jenis standard form of contracts; pertama, ancient origin dan kedua,
yang modern origin.
Jenis yang pertama, ancient origin, are those which set out
the terms on which mercantile transaction of common occurance
are to be carried out. Examples are bill of loading,
charterparties, polices of insurance, contracts of sale in
commodity markets. The standard clauses in these contracts
have been settled over the years by negotiation by
representatives of the commercial interests involved and have
been widely adopted because experience has shown that they
facilitate the conduct of trade.
Sedangkan jenis yang kedua, modern origin. It is the result
of the concentration of particular kinds of business in relatively
few hands. The tickets cases in the 19th century provide what
are probably the first examples. The terms of this kind of
standard form of contract have not been subject of negotiation
between the parties to it, or approved by any organisation
representing the interest of the weaker party. They have been
dictated by that party whose bargaining power, either exercised
alone or in conjunction with other providing similar goods or
services, enables him to say: “if you want these goods or
services at all, these are the only terms on which they are
obtainable. Take it or leave it.

10 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


0
67. Ibid.hal. 25.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


0
Kontra baku yang selama ini hampir selalu dikemukakan
sebagai hubungan hukum bersegi dua yang terjadi antara bank dengan
nasabah sebagai contoh yang hampir abadi, ternyata juga mengalami
perkembangan yang setara (nyaris) dengan jenis kontrak yang
konvensional (non-baku). Dalam perkembangan tersebut, kontrak
baku eksis dalam dua corak yang khas ; kuno dan modern yang
masing- masing dilengkapi dengan contoh dalam aplikasinya.
Kendati pun kontrak-kontrak yang dikemukakan dengan
mengambil konosemen, perjanjian carter, polis asuransi, faktur
penjualan barang sebagai contoh aplikasinya dikelompokan sebut
kontrak baku kuno, sesungguhnya unsur kesepakatan kedua belah
pihak yang berkontrak itu tetap ada dan menentukan. Hanya saja
dalam kontrak baku ini standar kontrak tersebut tidak dilakukan secara
langsung oleh pihak asli yang sesungguhnya menjadi para pihak
dalam kontrak tersebut (principal), melainkan salah satunya atau
keduanya dapat diwakili oleh representasinya dalam kegiatan
komersial.
Berbeda halnya dengan kontrak baku modern yang mengidentifikasi
adanya pihak yang lebih lemah (the weaker party), pihak yang selalu
didikte oleh pihak yang lebih memiliki kekuatan tawar-menawar. Dalam
hubungan kontrak baku yang kedua ini tidak dikenal adanya
kelompok- kelompok perwakilan kepentingan komersial dari para
pihak yang berkontrak. Dalam kontrak ini pihak yang memiliki
bargaining position yang lebih kuat menekan yang lemah posisinya
baik secara tunggal maupun bersama-sama dengan pihak lain yang
memiliki kapasitas sejenis. Dengan demikian pihak yang kuat dapat
dengan leluasa menerapkan “prinsip” Take it or leave it.
Dari dua jenis kontrak baku yang ekstrem tersebut kini sudah
saat bagi Namun demikian sejarah hukum untuk menunjukkan
bahwa di samping kedua jenis kontrak baku seperti yang sudah
dikemukakan itu, sesungguhnya masih ada satu jenis lagi yang
perlu dipahamkan. Ada pun jenis yang dimaksud adalah
10 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi
2
perjanjian

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


0
baku yang mengandung instrument of command. Untuk
sementara waktu, perjanjian demikian dapat disebut dengan
“Perjanjian Baku Standar Pemerintah”.
Istilah instrument of command untuk pertama kalinya
diperkenalkan oleh W. Friedmann68, yang menunjukkan salah
satu dari lima langkah yang paling representatif yang dilakukan
oleh pemerintah dalam campur tangan terhadap kebebasan
kepemilikan, kebebasan berkontrak dan kebebasan memberikan
(freedom of testamentary disposition).
Dengan mengutip dan menerjemahkan sendiri karya G.
Ripert yang berjudul Le declin du droit (1949), seorang ahli
hukum berkebangsaan Perancis, W. Friedmann69
mengemukakan pada pokoknya dengan Instrument of
Command, negara-pemerintah
....prescribes certain actions or it orders, or it even commands
the making certain contracts.
Di Indonesia, kontrak baku dengan kandungan instrument
of command sesungguhnya sudah ada sejak awal dekade
1960an, ketika diterapkan sistem jual-beli hak atas tanah.
Pengikatan yang dituangkan dalam akte jual-beli merupakan
contoh yang represenatif bagi kontrak baku dengan kandungan
instrument of command. Untuk memudahkan komunikasi,
kontrak baku yang terakhir ini dapat juga diberi konsep “kontrak
baku gaya baru” yang seharusnya tidak boleh berhenti hanya
pada akte jual- beli hak atas tanah saja, melainkan harus
dikembangkan hingga mencakup kontrak-kontrak lain yang
melibatkan orang banyak sebagai contracting party.
Dalam kontrak baku sebelumnya syarat-syarat perjanjian
ditentukan oleh pihak yang dominan, sedangkan dalam
perjanjian baku gaya baru, ditentukan oleh pemerintah. Dalam
hal ini pemerintah sama sekali tidak menjadi para pihak,
melainkan hanya melakukan campur tangan, pertama
menuangkan syarat dan kondisi perjanjian dalam suatu bentuk
peraturan perundang-
68. W. Friedmann, Op.cit. hal. 35.
10 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi
4
69. Opcit. Hal., 40

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


0
undangan, dan kedua, membakukan format perjanjian untuk
mewadahi langkah pertama, dan ketiga, mewajibkan para pihak
mematuhinya.
Kehadiran kontrak baku dengan standar pemerintah
tersebut sesungguhnya merupakan anti klimaks dari perjanjian
pasar bebas yang sama-sama muncul ketika hukum mengalami
masa kedewasaan. Pada perjanjian pasar bebas segala bentuk
pengaruh dari pemerintah dieliminasi semaksimalnya; privat
yang memegang kendali, sebaliknya dalam subperiode
berikutnya, pengaruh pemerintah mengalir deras ke dalam
kontrak baku (dengan standar pemerintah).
Kendati pun sifatnya tidak saling menggantikan, kontrak
baku dengan standar pemerintah dapat hidup bersisian dengan
perjanjian pasar bebas. Namun demikian, kehadiran kontrak
baku dengan standar pemerintah tidak mengurangi nilai
keabsahan perjanjianya, karena syarat-syarat keabsahan berlaku
secara sama terhadap setiap bentuk perjanjian. Kontrak baku
dengan standar pemerintah dapat direkomendasikan untuk
transaksi-transaksi masal; transaksi yang berobyek pada
kebutuhan pokok misalnya sandang, pangan dan papan dan
ketenagakerjaan (jasa).

2. Model Minimalis hukum Pembangunan Ekonomi


Seperti sudah dikemukakan pada halaman terdahulu;
target pembangunan ekonomi pada dasarnya menyasar pada
pengurangan kemiskinan, solusi pengangguran dan pemerataan
pendapatan. Ketiga aspek tersebut secara langsung menjadi
kriteria dalam rangka evaluasi keberhasilan pelaksanaan
pembangunan ekonomi itu sendiri. Dalam hubungan ini hukum
diharapkan peranannya dalam pengertian terutama menjalankan
fungsi-fungsinya.

10 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


6
Seperti juga sudah diuraikan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan pembangunan ekonomi, hukum
memiliki fungsi mengatur (antara lain meliputi kata kerja
mengendalikan dan mengarahkan agar obyek yang diatur sesuai
dengan hukum). Dalam melaksanakan fungsi mengatur
dibutuhkan legal device sebagai wadah dan dasar serta
pedoman. Persoalannya bidang hukum apa saja yang diperlukan
dalam rangka mencapai target pembangunan ekonomi yang
telah dicanangkan itu.
Apabila menyimak perkembangan hukum (baca: peraturan
perundang-undangan) yang substansinya berkaitan dengan
perekonomian maka akan dijumpai jumlah yang sangat banyak.
Dengan jumlah yang banyak tentunya akan memberikan
kemudahan sehubungan dengan maksud melakukan seleksi
manakah diantaranya yang termasuk dalam kategori bidang
hukum pembangunan ekonomi.
Dengan berpedoman pada tujuan pembangunan ekonomi
dapatlah diidentifikasi bahwa;
- Hukum anti-monopoli,
- Hukum investasi,
- Hukum ekspor-impor,
- Hukum lalu lintas devisa, merupakan bidang-bidang
hukum pembangunan ekonomi.
Wolfgang Friedmann sebelumnya mengemukakan… within
the function as regulator, state uses various leverages of control,
notably the power to regulate investment in industrial development,
the volume and kind of import and export through such means as
axchange controls, and import and industrial licencing…. legal
controls seeking to mitigate undue concentration of economic
power,….legal controls directed to the protection of the national
economy-especially in developing countries-by the regulation of
the flow of money and goods between the national economy and
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1
0
the outside world.70
Uraian-uraian tersebut pada dasarnya sekalian menunjukan
suatu model minimalis hukum pembangunan ekonomi, suatu
model yang sesungguhnya sangat relevan dengan kondisi
Negara
–negara sedang berkembang (developing countries). Di samping
itu model minimalis relevan juga Negara-negara yang seringkali
mengalami kesulitan mengimplementasikan hukum dalam
bentuk undang-undang.
Kesulitan yang dimaksud dapat terjadi antara lain karena
persoalan menyesuaikan asas pokok dalam konstitusi dengan
undang-undang organik yang akan dibentuk misalnya antara
asas kekeluargaan dengan atribut ekonomi pasar. Selain itu
kesulitan- kesulitan yang terjadi pada lembaga pembentuk
undang-undang juga dapat menghambat terbentuknya undang-
undang yang justru harus dihasilkannya.

a. Hukum Anti-monopoli dan Persaingan Usaha Tidak


Sehat
Pernyataan …. legal controls seeking to mitigate undue
concentration of economic power, selanjutnya dijelaskan
sendiri oleh Friedmann71 dengan menambahkan…the attempt to
curb excessive private economic power through the use of
regulatory legal controls is the characteristic approach of a
society that does not believe in total or even partial, socialization,
generallyrejects the state’s entrepreneurial role, and believes in
the possibility to restore, by legal administrative controls and
judicial regulations, a more healthy balance of economic power
and competition.
Dari penjelasan tersebut terdapat dua konsep yang perlu
dijelaskan lebih lanjut. Ada pun konsep yang dimaksud adalah ….

10 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


8
70. Wofgang Friedmann, Loc.cit. hal. 3, 30, 31
71. Wolfgang Friedmann., Op..cit. hal. 31

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


0
regulations, a more healthy balance of economic power yang
pada dasarnya mengarah pada antitrust law dan konsep
competition. Dalam bahasa Indonesia, konsep antitrust law dapat
dipadankan dengan “hukum anti-monopoli”, sedangkan
competition law sepadan dengan “hukum persaingan usaha”.
Hukum secara umum mendefinisikan monopoli sebagai ….a
privilege or peculiar advantage vested in one or more persons or
companies, consisting in the exclusive right (or power) to carry
on a particular business or trade, manufacture a particular
article, or control the sale of the whole supply of a particular
commodity. A form of market structure in which one or only a few
firms dominate the total sales of a product or service.72
Sementara itu terhadap konsep persaingan didefinisikan
….the effort of two or more parties, acting independently, to
secure the business of a third party by the offer of the most
favourable terms. It is the struggle between rivals for the same
trade at the same time; the act of seeking or endeavoring to gain
at the same time. The terms implies the idea of endeavoring by
two or more to obtain the same object or result.73
Dari definisi mengenai monopoli diperoleh pemahaman
bahwa dalam konsep tersebut terdapat tiga hal pokok, yaitu
monopoli sebagai suatu hak, monopoli sebagai suatu bentuk
struktur pasar, dan monopoli sebagai suatu hasil. Ketiga hal itu
memiliki sifat yang eksklusif dalam pengertian hanya dapat
dimiliki dan dilakukan serta tentunya dinikmati secara tunggal
atau beberapa subyek hukum yang terbatas pula sifatnya.
Sebagai suatu hak misalnya dalam atau yang berkaitan
dengan harta kekayaan intelektual, karya cipta, paten, merek dan
sejenisnya yang dihasilkan memberikan “hak eksklusif” kepada
72. Henry Campbell Black, Op.cit. hal. 908.
73. Henry Campbell Black, Op.cit.,hal.257.

11 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


0
pencipta dan inventor. Hak eksklusif tersebut setara dengan hak
untuk melakukan monopoli atas ciptaan, paten, dan seterusnya
yang dihasilkan. Monopoli yang demikian tidak dilarang bahkan
hukum mendorong subyek hukum yang potensial untuk berkreasi
mencipta dan menemukan agar memiliki hak eksklusif. Hukum
persaingan sendiri memberikan pengecualian monopoli atas
ciptaan dan paten dari larangan.
Monopoli sebagai suatu bentuk struktur pasar mengandung
pemahaman tentang situasi pasar dimana seorang atau suatu
kelompok mempunyai pengaruh demikian besar atas penawaran
artikel tertentu, hingga ia atau mereka dapat menentukan harga. 74
Dalam bahasa ekonomi, monopoli digambarkan sebagai kondisi
pasar dalam mana hanya terdapat satu penjual saja yang
melakukan penawaran barang dan atau jasa yang tidak ada
penggantinya (no substitution), sehingga dapat mempengaruhi
pasar melalaui posisi sebagai price leader yang dimilikinya.
Sebagai suatu hasil atau akibat, monopoli dapat terjadi
antara lain karena yang bersangkutan memiliki barang dan/jasa
yang bersifat eksklusif yang merupakan suatu keunggulan.
Adanya “skala ekonomis” seperti yang dimiliki oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) dan Perusahaan Listrik Negara
(PLN) di Indonesia juga dapat melahirkan monopoli. Perusahaan
yang memiliki skala ekonomis dikatakan memperoleh “monopoli
alamiah” atau natural monopoly.75
Di samping itu monopoli juga dapat diperoleh karena
memang diperkenankan melalui hukum yang sengaja diciptakan
untuk itu. Hukum yang dimaksudkan adalah aturan-aturan yang
bersifat mengecualikan berlakunya hukum dengan proposisi
yang melarang. Contohnya, pengecualian berlakunya norma-
74. Winardi, 1981, Kamus Ekonomi (Inggris – Indonesia). Alumni, Bandung. Hal. 224.
75. Sadono Sukirno, 1997. Pengantar Teori Mikroekonomi. PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta. Hal. 264.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


1
norma Undang-undang mengenai larangan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat terhadap hak eksklusif dalam rangka
Hukum Kekayaan Intelektual.
Monopoli juga dapat diberikan melului konsesi dalam
pengertian pemberian hak misalnya untuk membuka lahan
pertambangan atau membuka hutan ribuan hektar. Kendati pun
sifatnya terbatas pada bidang yang diusahakan, akan tetapi justru
disanalah monopoli itu bersemayam dan berkembang hingga
batas waktu untuk berapa lama konsesi tersebut diberikan
berakhir.
Bentuk monopoli yang lagi ngetren sekarang ini adalah
praktek bisnis yang menyangkut pengusahaan bidang usaha
yang diperoleh dari Kesepakatan Kerjasama Operasional (KSO)
terutama yang dilakukan antara swasta dengan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). Ceritanya begini; secara sederhana
BUMN itu adalah monopolis apakah termasuk natural monopoly
ataukah state monopoly tidaklah penting lagi, kemudian BUMN
itu mengikat KSO dengan swasta. Dalam kondisi demikian
apakah ini tidak berarti BUMN tersebut sedang berbagi monopoli
atau mendelegasikan monopoli ?
Ringkasnya, konsentrasi kekuatan ekonomi pada satu atau
sekelompok dapat terjadi karena monopoli. Apabila monopoli itu
diperoleh dengan menerapkan efisiensi, alami (natural monopoly)
dan dikecualikan oleh hukum, maka hal ini dapat diterima dengan
wajar. Sebaliknya jikalau terkonsentrasinya kekuatan ekonomi
pada monopolis melalui praktek persaingan yang tidak fair dan
dilarang maka disinilah titiknya pemahaman mengenai hukum
anti-monopoli itu dimulai.
Penjelasan perihal hukum anti-monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat dikategorikan sebagai bidang “hukum mitigasi
kemiskinan” sehingga memenuhi peranan hukum dalam
pembangunan ekonomi, dapat digali dari filsafat dasar hukum
11 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi
2
persaingan itu sendiri. The philosophy of antitrust laws is that the
freedom of every person to carry on the business of his choice is
in the nature of a personal liberty as much as a property right.76
Secara sederhana filsafat tersebut dapat dijelaskan dengan
pola berpikir sebagai berikut; agar tidak miskin harus memiliki
pendapatan yang diperoleh dengan jalan bekerja. Dengan
demikian pintu kebebasan harus dibuka selebar-lebarnya agar
setiap orang dapat mengakses lapangan pekerjaan yang
diinginkannya. Terbukanya jalan menuju persaingan akan dapat
mencegah konsentrasi kekuatan ekonomi pada satu orang atau
kelompok orang. Kebebasan yang berintikan persamaan
kesempatan berusaha menyebabkan berkembangnya persaingan
dengan banyaknya pelaku usaha dipasar yang menyediakan
berbagai pilihan (substitusi) produk barang dan/atau jasa. Dalam
kondisi demikian kualitas dan harga juga bersaing; kualitas
semakin terjamin dan harga menjadi lebih murah. Intinya hukum
persaingan itu dapat melakukan mitigasi atas kemiskinan.
Keberadaan aturan hukum dalam rangka persaingan usaha
di Indonesia sesungguhnya sudah terbingkai dalam sejarah yang
panjang. Hal ini dapat diidentifikasi bersamaan dengan
berlakunya Burgerlijke Wetboek atau yang dikenal juga dengan
Kitab Undang- undang Hukum Perdata. Serangkaian dengan kitab
hukum tersebut dalam prakteknya terdapat larangan misalnya
dalam jual-beli tempat berjualan (took) tidak boleh
memperjanjikan bahwa pembeli tidak akan menjual barang yang
sama dengan yang dijual oleh penjual toko.
Cikal-bakal hukum persaingan dapat pula dijumpai dalam
Pasal 382 bis Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
tentang persaingan curang dalam mendapatkan, melangsungkan

76. Gary A. Moore, Arthur M. Magaldi, John A. Gray., n.d. The Legal
Environment Of Business: A Contextual Approach. South-Western. Hal. 343.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


1
atau memperluas hasil perdagangan untuk menyesatkan khalayak
atau orang tertentu. Bahkah klaim atas kerugian yang timbul
pada konkuren-konkuren (pesaing, kompetitor) didasarkan
pada Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Hingga
kemerdekaan Republik Indonesia tidak tampak perkembangan
yang signifikan kecuali yang tercantum dalam Garis Garis Besar
Haluan Negara (GBHN). Dalam produk yang dihasilkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) terutama sejak
tampilnya rezim orde baru. Keinginan untuk mencegah free fight
liberalism, mencegah monopoli dan persaingan tidak sehat selalu
dicantumkan.
Selama berkuasanya rezim orde baru, keinginan tersebut
tetap menjadi bagian dari GBHN yang hampir menyerupai daftar
keinginan saja. Keinginan mencegah monopoli dan persaingan
tidak sehat tidak pernah mengalami peningkatan status. Pembuat
undang-undang seperti tidak memiliki kemampuan untuk
meningkatkan keinginan tersebut menjadi undang-undang
organik.
Produk hukum persaingan dalam bentuk undang-undang
organik baru dapat diwujudkan setelah bergantinya rezim
pemerintahan pada 1999. Atas usul inisiatif Dewan Perwakilan
Rakyat pada waktu itu, rancangan undang-undang yang diajukan
disetujui menjadi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat.
Dapat dikemukakan sejak tahun itulah Indonesia baru mulai
melakukan mitigasi kemiskinan.
Namun demikian hal tersebut sama sekali tidak berarti
undang- undang tersebut dapat menjalankan peranannya tanpa
gangguan. Selain gangguan yang tampil dalam wujud
ketidakpahaman terutama terhadap Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU), gangguan datang pula dari pihak yang semestinya
ikut memfasilitasi kinerja KPPU tetapi justru kurang cepat
11 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi
4
memproses suksesi keanggotan komisi yang berfungsi menegakan
hukum persaingan itu.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


1
b. Hukum Investasi
Hukuminvestasimerupakanaturan-aturandariberbagai
bidang hukum yang pada pokoknya berkenaan dengan
konsep, bentuk, kebijaksanaan, tata cara pelaksanaan, dan
konsekuensi-konsekuensi dari perbuatan memperoleh,
menggunakan sumber-sumber dalam rangka menghasilkan
pendapatan serta mendistribusikan hasilnya.77 Pengertian
ini bersifat sangat umum yang disusun berdasarkan
keterlibatan dari berbagai bidang hukum, mulai dari dasar
konstituional mengenai pemanfaatan sumber-sumber
hingga proses berakhirnya suatu proyek penanaman modal.
Di samping yang bersifat umum terdapat juga
pengertian yang secara khusus menunjuk pada suatu jenis
penanaman modal tertentu. Pengertian ini dikemukakan
oleh Ray August bahwa ….the regulations governing
foreign investment are commonly set out in investment
laws.78 Pengertian ini terkesan menunjuk pada jenis
penanaman modal asing (foreign investment) semata-mata.
Padahal kenyataannya hukum investasi juga berkenaan
dengan penanaman modal dalam negeri (domestic
investment).
Pengertian yang dipaparkan belakangan itu boleh
jadi dapat membangkitkan kembali semacam trauma
investasi terutama bagi Indonesia yang sudah
bersentuhan dengan penanaman modal asing sejak abad
16. Menurut catatan Charles Himawan, keturunan bangsa
Eropa pertama yang datang ke Indonesia sebagai investor
adalah Portugis,
77. Putu Sudarma Sumadi, 2008, Pengantar Hukum Investasi. Pustaka Sutra,
Bandung. Hal. 9
78. Ray August, 1999, International Business Laws, Text, Cases, and Readings.

11 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


6
ray@august.com

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


1
dengan membentuk suatu entitas yang termasuk dalam
kategori state’s business enterprices.79
Setelah Portugis angkat kaki, peta investasi dikuasai
oleh Belanda melalui Verenigde Oost Indische Company
(VOC) sejak 20 Maret 1602. VOC yang didirikan atas
desakan para pedagang Belanda yang sepakat untuk
membentuk suatu united company yang dilengkapi dengan
suatu anggaran dasar (charter of the association) setelah
melewati ikatan kerjasama dengan pihak pemerintah dalam
hal ini Staten General.
Anni Abbas Manopo80 yang mengutip catatan Grinten
pada pokoknya mengemukakan VOC dapat dianggap
sebagai permulaan suatu badan yang mengumpulkan capital
untuk keperluan dagang dimana anggota badan itu
berkewajiban menyerahkan sejumlah uang demi
kepentingan badan itu, dan bagi mereka timbul suatu hak
untuk memperjualbelikan hak atas sejumlah uang yang
mereka serahkan itu.
Atas dasar itu dapat pula dikemukakan bahwa VOC
merupakan suatu badan hukum. Apabila diukur dengan
kriteria hukum pada zaman sekarang ini, VOC yang
didirikan sebagai suatu kesatuan usaha oleh beberapa
perusahaan swasta Belanda dan pemerintah Kerajaan
Belanda itu dapat disetarakan dengan perseroan terbatas.
Namun demikian VOC tidak disebut dengan Naamloose
Vennootschaft (NV) karena istilah ini baru muncul
bersamaan dengan diundangkannya Wetboek van
Koophandel (WvK) atau Kitab Undang-undang Hukum
Dagang pada abad 19. Pendirian VOC sebagai suatu
79. Charles Himawan, 1980, The Foreign Investment Process In Indonesia. Gunung
Agung, Jakarta. Hal. 241.
80. Anni Abbas Manopo, 1980, Masalah PT (Perseroan Terbatas) Di Indonesia

11 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


8
Sekarang. Dalam: Simposium Pembaharuan Hukum Dagang Nasional. BPHN –
Binacipta, Jakarta – Bandung. Hal. 85

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


1
united company merupakan implementasi strategi pokok
dalam rangka menguasai peta investasi di Indonesia. Pertama,
dengan menggabungkan beberapa perusahaan Belanda
menjadi satu, masalah konsolidasi dapat diselesaikan.
Kedua, dengan adanya satu perusahaan berarti pesaing-
pesaing dapat disingkirkan. Ketiga, dengan adanya satu
perusahaan pasokan pasar akan tergantung pada VOC,
sehingga kondisi pasar dapat ditentukan secara sepihak.81
Demikianlah pengalaman Indonesia dengan penanaman
modal asingnya dalam hal ini Belanda yang berlangsung
hampir tiga setengah abad lamanya. Pengalaman tersebut
secara tidak langsung menunjukkan perekonomian
Indonesia yang didominasi oleh modal asing, kecuali yang
diselingi oleh pendirian perusahaan pribumi antara lain
Asuransi Jiwa Bersama (AJB) atau Onderlinge
Levensverzekering Maatschappij Bumiputera pada 1912 di
Magelang. Pengamalan tersebut juga menimbulkan kesan
bahwa penanaman modal asing (PMA) itu lebih
diprioritaskan daripada penanaman modal dalam negeri.
Sejarah hukum investasi akhirnya mencatat sinyalemen
tersebut dapat dibuktikan kedekatannya dengan kebenaran.
Bukti ini dapat disimak dengan diundangkannya Undang-
undang Nomor 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal
Asing. Sementara itu undang-undang penanaman modal
dalam negeri (UU. No. 6 Tahun 1968) baru diundangkan
pada 1968 setelah berlakunya Undang-undang Nomor 1
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal asing yang
menggantikan UU. No.78 Tahun 1958.
Memang terdapat perbedaan yang prinsip antara UU.
No. 78 Tahun 1958 dan UU. No. 1 Tahun 1967 tentang hal
yang sama. Undang-undang yang pertama membedakan
secara tegas antara investor asing dengan investor domestik,

12 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


0
81. Charles Himawan., Op.cit. hal. 98, 100, 101.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


2
sementara undang-undang yang kedua sesungguhnya lebih
berpihak kepada investor asing dengan berbagai fasilitas
khusus yang tidak diperoleh oleh investor domestik. Namun
semua perbedaan akhir dianulir dengan diundangkannya
UU. No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
berdasarkan prinsip persamaan perlakuan.
Seperti dicantumkan dalam Pasal 3 ayat (1) UU. No.
25 Tahun 2007 bahwa tujuan penyelenggaraan penanaman
modal, antara lain untuk: a. meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional, b. menciptakan lapangan kerja,
c.meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, d.
meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional,
e. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi
nasional, f. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan,
g. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi
riil dengan menggunakan dana yang berasal baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri, dan h.meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Rumusan tujuan tersebut
secara tidak langsung menunjukan bahwa hukum investasi
memenuhi kriterium sebagai bidang hukum yang diharapkan
turut berperan dalam pembangunan ekonomi. Rumusan
terutama pada huruf b dan c memperlihatkan hukum
investasi merupakan bidang hukum yang juga bertujuan
melakukan mitigasi kemiskinan dan meneruskan lingkungan
yang lestari untuk generasi mendatang.
Tujuan hukum investasi yang tertuang dalam UU. No.
25 tahun 2007 mencerminkan realitas dengan pengakuan
bahwa Indonesia memilik ekonomi potensial yang untuk
mengubahnya menjadi ekonomi riil membutuhkan dana
baik dari investor domestik maupun asing. Pengakuan ini
mengandung makna atas harapan akan terciptanya
kesetaraan antara investor dalam negeri dengan yang

12 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


2
dari berbagai

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


2
Negara. Perihal yang terjadi tidak sesuai kenyataan dimana
investor asing lebih dominan sementara yang domestic
menjadi pelengkap penderita, maka kenyataan ini harus
dipahami sebagai bencana investasi yang sulit diatasi oleh
Negara kaya sekali pun.

c. Hukum Ekspor-Import
Negara-negara di dunia sesungguhnya hadir dengan
faktor produksi yang berbeda-beda antara Negara satu
dengan yang lainnya. Ada Negara yang begitu bangga
kendati pun hanya didirikan di atas wilayah yang tidak
begitu luas, gersang dan tidak memiliki sumber daya alam
yang dapat diandalkan, tetapi Negara ini tetap eksis dan
garang di dunia internasional terutama berkaitan dengan isu-
isu hak asasi manusia. Disinyalemen Negara yang demikian
itu hidup dari hasil “menjual hak suaranya” pada forum-
forum kepentingan politik internasional.
Pada lain sisi ada Negara yang juga wilayahnya relatif
sempit, tidak memiliki sumber mineral, tidak ada sistem
perdagangan yang complicated, akan tetapi Negara ini
memiliki sistem hukum yang sangat melindungi (very
protective system of laws). Ternyata Negara-negara seperti
ini dapat tetap eksis dengan mengandalkan hasil misalnya
dari menyewakan tempat berlindung bagi perusahaan-
perusahaan holding untuk para pengemplang pajak. Hukum
menyebut Negara-negara yang menjalankan praktek seperti
dengan konsep Negara tax haven.
Pada Negara-negara seperti yang digambar pada kedua
alinea tersebut dapat dipastikan tidak ada kegiatan ekspor.
Perdagangan luar negerinya didominasi oleh kegiatan impor

12 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


4
yang kebanyakan berupa barang-barang konsumsi (termasuk
kebutuhan para penikmat tax haven) dan elektronik. Negara-
negara yang demikian tidak memiliki komoditas yang
dihasilkan sendiri di dalam negeri yang dapat diekspor ke
luar negeri.
Berbeda halnya dengan Negara yang memiliki sumber
daya mineral, kelautan, pertanian, perkebunan, kehutanan
dan jasa dari sumber daya manusia. Hasil dari sumber-
sumber tersebut merupakan komoditas yang sangat
dibutuhkan dunia. Perdagangan komoditas ini ke luar negeri
memicu terjadi ekspor. Sebaliknya dalam hal ini
membutuhkan produk- produk non pertanian dan seterusnya
yang dihasilkan oleh Negara lain, maka kebutuhan akan
komiditas ini merupakan pemicu terjadinya impor.
Berdasarkan ilustrasi yang sedikit tersengal-sengal
itu dapatlah dirumuskan bahwa yang dimaksudkan dengan
hukum ekspor – import pada dasarnya merupakan aturan-
aturan yang ditetapkan sehubungan dengan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan dalam arus keluarnya barang dan/
atau jasa yang dihasilkan dan masuknya barang dan/atau
jasa yang dibutuhkan dalam kerangka sistem perekonomian
nasional. Dapat saja terjadi karena kurang kapasitas
produksi lalu dimasukankanlah barang yang sudah dapat
diproduksi di dalam negeri.
Dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi,
hukum ekspor-impor diharapkan peranannya dalam rangka
turut serta menjaga ekuilibrium dalam neraca perdagangan
yaitu memelihara keseimbangan antara nilai ekspor dan nilai
impor pada periode tertentu dalam perekonomian nasional.
Hal ini sesungguhnya mengindikasikan bahwa hukum
ekspor-impor itu hanya memiliki fungsi yang bersifat
partisipatif karena
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1
2
yang lebih dibutuhkan itu adalah kebijakan ekonomi jangka
pendek. Oleh karena itu aturan-aturan hukum ekspor –
impor tidak perlu dituangkan dalam wadah undang-undang.
Berkenaan dengan peranan hukum ekspor – impor
terdapat satu hal penting untuk diinformasikan bahwa
pengukuran keseimbangan neraca perdagangan itu
dilakukan dengan mata uang yang berlaku. Apabila mata
uang yang berlaku itu merupakan mata uang asing, maka
pengukuran neraca perdagangan atau disebut juga dengan
neraca ekspor- impor itu memiliki kaitan yang sangat erat
dengan lalu lintas devisa yang akan diuraikan secara garis
besarnya berikut ini.

d. Hukum Lalu Lintas Devisa


Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999
tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar
ditentukan bahwa devisa adalah asset dan kewajiban
finansial yang digunakan dalam transaksi internasional
(Pasal 1 angka 2). Ini merupakan pengertian yang luas
hingga meliputi aset non-mata uang. Secara sederhana
pengertian tersebut dapat dijelaskan dengan mengemukakan
bahwa devisa merupakan valuta asing yang digunakan
sebagai prestasi dalam transaksi perdagangan internasional.
Ditegaskan sebagai valuta asing karena devisa pada
umumnya terdiri dari mata uang (asing) yang diterima
secara luas sebagai alat pembayaran.
Konsep lalu lintas devisa diberikan pengertian sebagai
perpindahan aset dan kewajiban finansial antar penduduk
dan bukan penduduk termasuk perpindahan aset kewajiban
transaksi ke luar negeri antar penduduk (Pasal 1 angka 1).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa

12 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


6
penggunaan mata uang asing dalam kegiatan ekspor – impor

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


2
termasuk dalam ruang lingkup lalu lintas devisa. Demikian
juga halnya dengan seluruh kewajiban finansial misalnya
pembayaran-pembayaran yang dilakukan terhadap pihak
luar negeri.
Bertumpu pada kedua pengerian yang pada dasarnya
merupakan obyek pengaturan dalam hukum lalu lintas
devisa tersebut dapat disusun pengertian dasar dari hukum
lalu lintas devisa itu sendiri; aturan-aturan yang berkenaan
dengan sistem devisa dan kewenangan bank sentral
sehubungan dengan pergerakan mata uang yang
dipergunakan baik sebagai prestasi dalam transaksi
perdagangan luar negeri maupun kewajiban finansial
terhadap pihak luar negeri.
Mengingat kedudukan perdagangan luar negeri
misalnya ekspor – impor merupakan salah satu alat pemuas
kebutuhan ekonomi dan salah satu sumber pendapatan
berupa devisa baik bagi Negara maupun swasta dalam
pengertian orang perseroangan, badan hukum privat sebagai
pelaku ekonomi, maka perlu ditetapkan persamaan akses
untuk turut serta melakukan kegiatan perdagangan dengan
luar negeri.
Sehubungan dengan maksud tersebut Pasal 2 ayat (1)
Undang-undang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar
menentukan “setiap penduduk dapat dengan bebas memiliki
dan menggunakan devisa”. Ketentuan ini memberikan
indikasi bahwa UU. No. 24 Tahun 1999 menganut Sistem
Devisa Bebas atau The Free Transfer of Foreign Exchange
System. Dapat dikemukakan, sistem ini membuka pintu
yang lebar bagi setiap pemilik devisa untuk berkiprah dalam
perdagangan luar negeri.
Undang-undang Lalu Lintas Devisa memberikan

12 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


8
kewenangan kepada Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
untuk mengatur lebih lanjut dan melakukan pengawasan

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


2
terhadap penggunaan devisa dalam rangka mengamankan
cadangan devisa dan stabilitas moneter. Mengingat jumlah
cadangan devisa dan kondisi moneter merupakan alat ukur
untuk menentukan kuat-lemahnya perekonomian Negara,
maka penetapan kewenangan bank sentra melakukan
pengaturan dan pengawasan dapat dikemukakan sebagai
suatu wujud pengejawantahan peranan hukum dalam
pembangunan terutama memelihara stabilitas moneter yang
juga merupakan prasyarat pembangunan ekonomi.
Di balik pleasure story terbetik juga cerita kelam
berkenaan dengan sistem devisa bebas. Berdasarkan sistem
ini setiap orang asing yang memiliki devisa dapat dengan
bebas memasukannya ke dalam negeri dan sebaliknya orang
Indonesia dengan bebas pula membawanya ke luar negeri.
Banyak uang hasil korupsi di Indonesia berhasil dibawa
kabur dengan memanfaatkan sistem ini.

13 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


0
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1
3
BAB III
MENYELESAIKAN
SENGKETA

Berbeda halnya dengan penulis-penulis lainnya yang ketika


menguraikan tentang fungsi-fungsi hukum, rata-rata mereka
membahas habis sekitar tugas-tugas hukum sebagai sarana untuk
memelihara ketertiban (order) dalam masyarakat dan mencari
atau mewujudkan keadilan. N.E. Algra,82 menuliskan fungsi-
fungsi hukum dengan cara yang berbeda. Sarjana hukum dari
Belanda yang ahli dalam dasar-dasar ilmu hukum tersebut
menuliskannya sebagai berikut ;
Fungsi yang pertama dari aturan hukum ialah bahwa
ia merupakan suatu alat untuk membagikan hak dan
kewajiban di antara para anggota suatu masyarakat.
Aturan hukum itu memberikan suatu penunjuk arah kepada
tuntutan yang dapat dilaksanakan oleh berbagai peserta
dalam lalu lintas sosial satu sama lainnya. Hukum itu
menggariskan apa yang diizinkan dan apa yang dilarang.
Hukum itu meletakkan kewajiban, menimbulkan harapan
baru dalam penghidudupan dan memberikan sanksi pada
harapan yang telah ada. Juga oleh karena hukum,
seseorang mengetahui apa dapat diharapkannya pada suatu
keadaan sosial tertentu atau apa yang dapat dituntut orang
lain darinya.
Fungsi kedua, dari aturan hukum ialah
mendistribusikan wewenang untuk mengambil
keputusan mengenai
soal publik, soal umum (apa yang disebut secondary rules
13 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi
2
dari Hart). ….Adalah merupakan salah satu fungsi dari
hukum, bahwa hukum itu memberikan kepada pribadi atau
82. N.E. Algra., Op.cit. hal. 380, 381, 382.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


3
lembaga tertentu untuk mengambil keputusan semacam
itu. Melalui pemberian wewenang itu dibukalah
jalan memungkinkan untuk memerintah suatu masyarakat,
karena dengan demikian tidak perlu lagi untuk senantiasa
mempermasalahkan mengenai pertanyaan siapa yang berhak
untuk memeritah itu. Diantara wewenang yang dibagikan
oleh hukum itu, wewenang untuk membentuk aturan hukum
dan wewenang untuk memaksanya, acapkali menduduki
tempat yang penting. Adanya suatu organisasi tersendiri
yang mempunyai tugas khusus memaksakan penataan
peraturan – yustisi dan polisi – sering dipandang sebagai ciri
dari suatu tata hukum.
Fungsi ketiga dari aturan hukum ialah, bahwa
aturan itu menunjukkan suatu jalan bagi penyelesaian
pertentangan. Oleh karena hukum itu menunjukkan
lembaga yang dapat memberikan putusan yang dapat
dipaksakan dalam penyelesaian pertentangan antara para
anggota suatu masyarakat, dan memberikan peraturan
mengenai cara bagaimana lembaga tersebut bekerja
dalam menangani hal itu serta memberi aturan yang harus
dilaksanakan pada penyelesaian pertentangan tersebut,
maka hukum itu bekerja sebagai suatu mekanisme bagi
penyelesaian perselisihan.
Terlepas dari pentingnya fungsi pertama dan kedua,
“kelainan” dari tulisan Algra itu terletak pada fungsi hukum
yang ketiga, bahwa hukum juga memiliki tugas untuk
menunjukkan jalan bagi penyelesaian pertentangan. Dengan
tugas tersebut, sesungguhnya yang dimaksudkan itu dapat
dikomunikasikan dengan bahasa hukum sekarang adalah “fungsi
hukum dalam penyelesaian sengketa”. Sampai sejauh ini belum
atau jarang sekali ada yang mengemukakan bahwa hukum
berperan dalam

13 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


4
penyelesaian sengketa. Padahal yang disebut dengan sengketa
itu hampir selalu menjadi alternatif dari antiklimaks suatu
hubungan dan/atau peristiwa hukum.
Sehubungan dengan kelengkapan sstem hukum (The
completeness of the system), A.M. Bos83 mengemukakan, a system of
law is complete if it contains an answer to all questions of law…
tentunya juga termasuk persoalan-persoalan yang kemudian menjadi
pangkal sengketa. Hal ini penting ditekankan mengingat sengketa
hampir selalu merupakan sisi lain dari keberhasilan suatu hubungan
dan/atau peristiwa hukum.
Di samping Algra, dalam konteks Negara hukum dalam
perekonomian, Friedmann84 juga menyempatkan diri menguraikan
tentang peranan Negara sebagai penengah (umpire). Ia memandang
….the state as the repository of legislative, administrative and judicial
power must evolve some standards of justice….perlu menjalankan
kedudukan sebagai wasit yang menengahi pihak-pihak yang
bersengketa.
Pandangan yang cemerlang tersebut dengan segera menuai
persoalan; bagaimanakah jadinya apabila salah satu pihak yang
bersengketa itu adalah Negara, mengingat Negara dalam sistem
ekonomi campuran (mixed economy) juga berkedudukan sebagai
entrepreneur yang boleh mendirikan, memiliki dan mengelola
perusahaan. Artinya, di samping sebagai pemain, Negara juga menjadi
wasit. Dalam kondisi demikian apakah Negara mampu memberikan
keadilan berdasarkan standard yang diciptakannya sendiri.
Atas persoalan yang muncul dengan segera itu, dengan segera
pula Friedmann85 menjawab; It therefore differentiate between the
entrepreneurial and the arbitral function. ….it must retain certain

83. A.M. Bos, n.d., Methods For The Formation Of Legal Concepts And For
Legal Reasearch. Rijkuniversiteit te Groningen, Institute Of Sociology, Grote Markt.
Hal. 3

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


3
84. Wolfgang Friedmaan. Op.cit. hal. 3
85. Wolfgang Friedmann. Op,cit. hal. 3, 71

13 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


6
functions that put it above the contest of the various forces and
activities in society. Rupanya untuk menjadi wasit (umpire) dalam
sistem tersebut dibutuhkan figur-figur yang berkualitas negarawan
(statesman).
Sebagai alternatif dari pandangan Friedmann yang pada dasarnya
menimbulkan keraguan terhadap netralitas wasit yang merangkap
menjadi pemain itu, terdapat juga segi baiknya apabila menjatuhkan
lirikan bukan kepada arbitral function yang masih mengandung
campur tangan Negara yang kental, melainkan arbitrase yang
konvensional, dalam pengertian ….the reference of the dispute to an
impartial (third) person chosen by the parties to the dispute who agree
in advance to abide by the arbitrator’s award issued after a hearing at
which both parties have an opportunity to be heard.86
Dalam rangka menyelesaikan sengketa-sengketa yang timbul
dari hubungan-hubungan yang perdagangan- komersial, arbitrase yang
dimaksudkan itu dapat dibentuk atau diselenggarakan baik secara
institusional maupun ad hoc, baik yang didirikan pada tingkat nasional
maupun tataran internasional seperti The International Commission on
Settlement of Investment Dispute (ICSID) yang didirikan oleh institusi
internasional yang netral.
Ringkasnya, dimulai dari ihwal para pihak memutuskan sengketa
diselesaikan melalui arbitrase, pelaksanakan persidangan yang bersifat
tertutup hingga kesepakatan yang dibuat atas putusan yang dihasilkan,
semuanya dilakukan tanpa campur tangan Negara. Sudah cukup
Negara hanya menyediakan dasar hukum bagi eksistensi arbitrase
saja dan dengan demikian berarti hukum sudah turut berperan dalam
pembangunan ekonomi yang tidak dihambat oleh sengketa.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


3
86. Henry Campbell Black. Op.cit. hal. 96.

13 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


8
DAFTAR PUSTAKA

Algra,N.E., 1983, Mula Hukum. Judul asli : Rechtsaanvang.


Terjemahan : J.C.T. Simorangkir. Binacipta, Bandung
Anni Abbas Manopo, 1980, Masalah PT (Perseroan Terbatas)
Di Indonesia Sekarang. Dalam: Simposium Pembaharuan
Hukum Dagang Nasional. BPHN – Binacipta, Jakarta –
Bandung.
Apeldoorn, L.J.van, 1978, Pengantar Ilmu Hukum. Judul asli
: Inleiding Tot De Studie Van Het Nederlandse Recht.
Terjemahan : Oetarid Sadino. Pradnya Paramita, Jakarta.
Aubert, Vilhelm, 1986. The Rule of Law and the Promotional
Function of Law in the Welfare State.
Dalam : Dilemmas of Law in the Welfare State. Ed.: Gunter
Teubner. Walter de Gruyter, Berlin-New York.
August, Ray, 1999, International Business Laws, Text, Cases,
and Readings. ray@august.com
Bell, Daniel, 1973. The Coming of Post-Industrial Society. A
Venture in Social Forecasting. Basic Books, Inc. Publishers,
New York.
Black, Henry Campbell, 1979, Black’s Law Dictionary. West
Publishing Co., St. Paul Minn.
A.M. Bos, n.d., Methods For The Formation Of Legal Concepts
And For Legal nReasearch. Rijkuniversiteit te Groningen,
Institute Of Sociology, Grote Markt.
Boorstein, Daniel J., 1978. The Republic of Technology, Reflection
on Our Future Community. Harper & Row Publisher, New York

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


3
Broekman, Jan M., 1986. Legal Subjectivity as a Precondition
for the Intertwinment of Law and the Welfare State. Dalam :
Dilemmas of Law in the Welfare State. Ed.: Gunter Teubner.
Walter de Gruyter, Berlin-New York.
Charles Himawan, 1980, The Foreign Investment Process In
Indonesia. Gunung Agung, Jakarta.
Davidson, Scott, 1994. Hak Asasi Manusia, Sejarah, Teori dan
Praktek Dalam Pergaulan
Internasional. Judul asli : Human Rights. Terjemahan: A.
Hadyana. PT. Temprint, Jakarta.
Friedmann, W., 1960. Legal Theory. Steven & Sons Limited,
London.
Friedmann, Wolfgang G., 1986. Peranan Hukum dan Fungsi
Ahli Hukum Di Negera Berkembang. Dalam: Peranan Hukum
Dalam Perekonomian Di Negara Berkembang. Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Friedmann,Wolfgang, 1971, The State and The Role Of Law In
A Mixed Economy. Steven & Sons, London.
Michael Furmston, 2007, Cheshire, Fifoot & Furmston’s Law
Of Contract, Oxford University Press, Oxford
H.S. Kartadjoemena, 1977. Perusahaan Multinasional dan
Beberapa Catatan Dari Segi Profesi Hukum. Makalah
Seminar. Pusat Studi Hukum dan Ekonomi FH UI, Jakarta.
M. Akbar, n.d., Ekonomi Pembangunan. https://www.coursehero.com
Makkar, Karandeep, 2010. Law As A Tool For Social
Engineering
In India. https://www.manupatra.com
Mochtar Kusumaatmadja, 1983, Fungsi dan Perkembangan
Hukum Dalam Pembangunan Nasional. Binacipta, Bandung.
Moore,Gary A. Arthur M. Magaldi, John A. Gray., n.d. The Legal
14 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi
0
Environment Of Business: A Contextual Approach. South-Western.
Muller, Sam, et.al., 2011, The Law of the Future and The Future
of Law. Torkel Opsahl
Academic Epublisher, Oslo. https;//www.fichl.org/fileadmin/
fichl/documents/FICHL
Potts, Lee W., 1982. Law as a Tool of Social Engineering: The
Case of The Republic of South Africa. Boston College
International and Comparative Law. Vol. 5
Pratama, Meida, 2014. Pembangunan Berkelanjutan, Gagasan,
Implementasi dan Kecenderungan Realitas Di Indonesia.
Bandung Magazine, https://www.bandungmagazine.com
Putu Sudarma Sumadi, 2017. Sejarah Hukum dan Hukum
Masa Depan Properti Serta Kontrak. Unit Publikasi &
Dokumentasi Fakultas Hukum Unud – Pelawa Sari, Denpasar.
Putu Sudarma Sumadi, 2008, Pengantar Hukum Investasi.
Pustaka Sutra, Bandung.
Sadono Sukirno, 1997. Pengantar Teori Mikroekonomi. PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Seagle, William. 1946. The History of Law, Tudor Publishing
Co., New York.
Shaw, Jane S., n.d., Paul Samuelson and Development Economic.
Political Economy Research Center. https://journal.apee.org
Sjahrir, 1990. Demokrasi Ekonomi dan Kita. Dalam: Politik
Pembangunan. Pemikiran ke Arah Demokrasi Ekonomi. LP3ES,
Jakarta.
Sonny Harry B. Harmadi, 2016. Pengantar Ekonomi Makro.
Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar).
Liberty, Yogyakarta.

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


4
Thompson, Cliff F., 2005. Legal Education For Developing
Countries: A Personal Case Study From Indonesia. Dalam :
The Role Of Law In Development Past, Present And Future. Ed.:
Y. Matsuura. Center for Asian Legal Exchange Graduate School
of Law, Nagoya University.
Umar Juoro, 1990. Demokrasi Ekonomi Sebagai Sebuah
Konsensus. Dalam : Politik Pembangunan. Pemikiran ke Arah
Demokrasi Ekonomi. LP3ES, Jakarta.
Yudi Latif, 2011. Negara Paripurna Historisitas, Rasionalitas,
dan Aktualitas Pancasila. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winardi, 1981, Kamus Ekonomi (Inggris – Indonesia). Alumni,
Bandung

14 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


2
RIWAYAT PENULIS

Putu Sudarma Sumadi lahir di Klungkung, Bali,


tanggal 19 April 1956. Menyelesaikan pendidikan dasar di
Desa Kusamba (1969), pendidikan menengah di Klungkung
(SMPN; 1972, SMAN; 1975). Memperoleh gelar Sarjana
Hukum (SH) dari Fakultas Hukum Universitas Udayana
pada 1981, gelar Sarjana Utama (SU) – Magister Hukum dari
Fakultas Pascasarjana Universitas Gadjah Mada pada 1987
dan gelar Doktor Ilmu Hukum dari Program S3 Program
Pascasarjana Universitas Airlangga pada tahun 1999, dengan
disertasi berjudul : “Pengaturan Hukum Persaingan Usaha Di
Indonesia”.
Sejak 1983 menjadi dosen Fakultas Hukum Universitas
Udayana, menjabat Sekretaris Bagian Hukum Perdata (1993),
menjabat Ketua Pusat Kajian Hukum Bagian Timur
Indonesia (1999-2002), Ketua Program Studi Magister (S2)
Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana
(2008-2012). Sejak 2009 diangkat menjadi Guru Besar Tetap
Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Sampai saat ini masih bercita-cita menjadi Hakim Adhoc
Peradilan Tindak Pidana Korupsi, dan tetap berkeinginan
menerbitkan buku dengan pola seperti ini.
Buku-buku yang telah dihasilkan hingga saat ini;
1. Pengantar Hukum Investasi (2008)
2. Likuidasi Perseroan Terbatas Dalam Perspektif Perbandingan
Hukum I (2008)
3. Hukum Olahraga Dalam Bingkai Hukum Bisnis (2016)
4. Sejarah Hukum dan Hukum Masa Depan Properti serta Kontrak
(2017)

Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi 1


4
5. Penegakan Hukum Persaingan Usaha (2017)
6. Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi (2018)
7. Hukum Kebencanaan (Disaster Law) dan Bencana Hukum
(draft-akhir 2018)

14 Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi


4

Anda mungkin juga menyukai