File PDF
File PDF
1106122801
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
OLEH
1106122801
PEMBIMBING
Agus Setiawan, SKp., MN., DN
Henny Permatasari, SKp., M.Kep., Sp.Kom
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAIT ORISINALITAS
NPM : 1106122801
Tanda Tangan
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Sp.Kep.Kom
Ditetapkan di : Depok
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI
NPM t106122801
Dibuat di : Depok
Yang
IV
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa karena atas anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah Akhir ini yang berjudul “MET-MYTRI Sebagai Bentuk Intervensi
Keperawatan Komunitas Dalam Mengatasi Perilaku Merokok Pada Aggregate
Remaja Di SMP T Kelurahan Curug Kota Depok”. Penulis menyadari bahwa
bimbingan dan dukungan dari semua pihak menjadikan penulis mampu
menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya
kepada :
1. Dra. Junaiti Sahar, Skp., M.App.Sc., PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia sekaligus sebagai sebagai supervisor
utama praktik residensi yang telah memberikan bimbingan, dan motivasi
selama proses residensi.
2. Bapak Agus Setiawan, SKp., MN., DN selaku pembimbing I yang telah
dengan sabar membimbing, memotivasi, memberikan ide-ide inspiratif demi
kesempurnaan karya ilmiah ini.
3. Ibu Henny Permatasari, SKp., M.Kep., Sp.Kom selaku Ketua Program Studi
Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia sekaligus
pembimbing II yang dengan sabar dan selalu semangat membimbing,
memberikan masukan, serta arahan selama praktik dan penyusunan karya
ilmiah ini.
4. Seluruh Tim Dosen Keperawatan Komunitas dan Staf Pasca Sarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah membantu kelancaran
proses penulisan ini.
5. Dinas Kesehatan Kota Depok yang telah memberikan ijin pelaksanaan praktik
residensi di Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.
6. Seluruh guru dan staf, serta siswa-siswi SMP T Kelurahan Curug Kota Depok
yang selalu memberikan dukungan dalam pelaksanaan praktik residensi.
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
7. Keluarga tercinta, Ajik, Ibu, Bli Sangtu, Shambala, yang selalu memberikan
dukungan, doa, semangat yang tiada henti. Kakiang dan Niang Mangku,
keluarga Bintaro atas doa dan dukungannya. Orang terkasih Made Indra
Pratama, SE, yang selalu memberikan semangat. Sahabatku Ns. Ni Putu
Wiwik Oktaviasi, S.Kep atas bantuan dan dukungan dalam penyusunan karya
ilmiah ini.
8. Teman-teman “ber-13, Pejuang Residen 2013” yang selalu kompak dan
senantiasa saling membantu serta memotivasi dalam menyelesaikan praktik
residensi.
9. Seluruh pihak yang telah membantu kesuksesan penulisan karya ilmiah ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah akhir ini dapat bermanfaat dan mampu memberikan
inspirasi bagi pengembangan model-model intervensi keperawatan komunitas
selanjutnya. Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan, kritik dan
saran demi kesempurnaan penulisan ini sangat penulis hargai.
Penulis
vi
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Kata Kunci :
Remaja, perilaku merokok, Motivational Enhancement Therapy (MET),
Mobilizing Youth Tobacco Related Initiatives (MYTRI)
vii
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
ABSTRACT
Adolescent is an at risk group who has certain characteristics that may contribute
to health problems, such as smoking behavior. MET-MYTRI (Motivational
Enhancement Therapy-Mobilizing Youth Tobacco Related Initiatives) is a
modified form of community nursing intervention to increase motivation to quit o
rreduce smoking in SMP T Curug Village District Depok. The aim of the paper
was to provide an overview of the implementation of MET-MYTRI to address
smoking behavior in adolescents. At the p value of 0.000, the sudy indicates that
there was a significant increase in the behavior (knowledge, attitudes, and skills)
after MET-MYTRI intervention to students. The ministry of health, community
health centers, and community nurses are advised to undertake the development of
prevention programs on adolescent smoking behavior in a sustainable manner.
MET-MYTRI can be used in the health management programs, especially
smoking behavior among adolescent.
Keyword : adolescent, smoking behavior, Motivational Enhancement Therapy
(MET), Mobilizing Youth Tobacco Related Initiatives (MYTRI)
viii
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 11
1.3 Manfaat 12
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Analisis Pencapaian dan Kesenjangan 94
5.2 Keterbatasan dalam Intervensi Keperawatan 104
5.3 Implikasi Keperawatan 105
ix
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan 107
6.2 Saran 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang beserta tujuan dari penerapan model asuhan
keperawatan keluarga dan komunitas pada aggregate remaja dengan perilaku merokok di
SMP T Kelurahan Curug Kota Depok.
Karakteristik risiko yang pertama adalah usia dan biologi. Pertambahan usia berkaitan
dengan tumbuh kembang remaja. Perubahan yang terjadi pada remaja meliputi perubahan
fisik, seperti tinggi badan, berat badan, dan perkembangan hormonal. Selain perubahan
fisik, remaja juga mengalami perubahan psikologis akibat dari perubahan hormonal,
seperti perubahan kognitif, moral, emosi, dan sosial sebagai bentuk perkembangan diri
remaja. Wong (2003) mengungkapkan bahwa kemampuan kognitif remaja meningkat,
mampu berfikir logis dan imajinatif. Informasi yang ditangkap oleh remaja akan diolah
dengan pemikirannya sebagai bentuk pemikiran yang logis. Hal ini sering diwujudkan oleh
remaja dengan rasa keingintahuan yang besar tentang berbagai hal-hal baru. Santrock
1 Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
2
(2007) juga menambahkan pada masa remaja dan menjalani masa transisi, mereka dituntut
untuk berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku, namun hal ini terkadang menjadi
penyebab timbulnya sikap pemberontakan remaja terhadap aturan atau norma yang
berlaku. Adanya larangan merokok tidak menghentikan remaja dari perilaku merokok.
Hasil penelitian Zhu, et al (1997, dalam Saprudin 2006) mengungkapkan bahwa 70.000
orang mulai merokok setiap tahunnya pada usia 12-17 tahun, terdiri dari 28% laki-laki dan
32% wanita. Remaja yang mulai merokok pada usia 10-12 tahun karena tekanan peer,
berteman dengan perokok di usia muda.
Perilaku merokok pada remaja juga dipengaruhi oleh faktor risiko sosial atau lingkungan
terdekat remaja. Remaja merokok karena tekanan peer, berteman dengan perokok saat usia
muda, mempunyai orangtua/saudara kandung yang merokok atau guru yang merokok;
penampilan bagi remaja menjadi modal utama dalam bergaul tidak saja dengan sesama
jenis, tetapi juga dengan lawan jenis (Saprudin, 2006; Fawzani & Triratnawati, 2005).
Adanya perbedaan nilai dengan orang tua menyebabkan remaja lebih mempercayai teman
sebayanya (Stanhope & Lancaster, 2014). Perkembangan sosial dihubungkan dengan
penyesuaian remaja dengan kelompok, keluarga, sekolah, pekerjaan dan komunitas. Pada
masa remaja mulai mengenal lawan jenis dan harus menyesuaikan diri dengan orang
dewasa di luar lingkungan keluarga maupun sekolah. Hasil wawancara dengan beberapa
remaja mengatakan bahwa merokok karena sedang stress dan bosan, orang tua yang
merokok juga mengatakan merokok karena banyak tekanan dan pekerjaan kantor maunpun
karena stress.
Perilaku merokok pada remaja juga tidak lepas dari pengaruh norma-norma yang ada di
dalam keluarga. Friedman, Bowden, dan Jones (2010) mengatakan bahwa agama
memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan di atas kehidupan sendiri. Beberapa pendapat menyatakan bahwa perilaku yang
bertentangan dengan norma agama pada remaja disebabkan oleh merosotnya kepercayaan
pada agama (Sarwono, 2011). Norma menentukan perilaku peran yang tepat bagi setiap
posisi di dalam keluarga dan masyarakat. Kurangnya dukungan dan rendahnya kontrol
keluarga manjadi salah satu penyebab perilaku berisiko pada remaja termasuk perilaku
merokok.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
3
Risiko ekonomi dihubungkan dengan rendahnya status ekonomi dan kemiskinan. Menurut
Kemenkes RI (2007) prevalensi merokok lebih tinggi pada masyarakat memiliki status
ekonomi rendah. Hal ini juga ditegaskan oleh Fawzani dan Triratnawati (2005) bahwa
60% dari perokok aktif di Indonesia atau sebesar 84,84 juta orang dari 141,44 juta orang
adalah mereka yang berasal dari penduduk miskin atau ekonomi lemah yang sehari-
harinya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Menurut Notoatmodjo (2003)
sumber pendapatan keluarga menentukan kesanggupan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan bagi anggota keluarganya.
Faktor risiko gaya hidup (life style risk) terjadi karena remaja mencoba mencari tokoh atau
idola yang bisa mereka tiru. Remaja akan mengikuti tokoh tersebut termasuk gaya hidup
agar terlihat lebih dewasa. Penelitian Saprudin (2006) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara media dengan kebiasaan merokok pada remaja. Kebiasaan merokok
dipengaruhi oleh lingkungan media, melihat tokoh idola di dalam film dan 30% orang
yang melihat adegan merokok sampai 150 kali akhirnya juga merokok. Hasil survey yang
dilakukan di SMP T Kelurahan Curug Kota Depok dengan jumlah responden yang pernah
mencoba merokok 117 orang, sebanyak 13,86% siswa merokok karena orang tua/saudara
juga merokok. Hasil wawancara dengan beberapa siswa mengatakan merokok karena ingin
terlihat gagah seperti iklan-iklan di televisi.
Faktor risiko sistem perawatan kesehatan terjadi karena remaja kurang memanfaatkan
layanan kesehatan atau konseling remaja, karena menganggap dirinya sehat dan tidak
membutuhkan layanan kesehatan apapun. Drotar et al (2000, dalam Santrock, 2007)
mengatakan bahwa remaja jarang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Berdasarkan hasil Study of Adolescent Health terhadap lebih dari 12.000 remaja yang
diwawancarai tentang kebutuhan perawatan kesehatan, sekitar 19% mengunjungi
pelayanan kesehatan satu tahun yang lalu. Kelompok yang dianggap khusus membutuhkan
perawatan kesehatan namun tidak menggunakannya adalah para remaja yang mempunyai
kebiasaan merokok, sering mengkonsumsi alkohol, dan melakukan hubungan seksual.
Studi Nasional di Amerika Serikat menemukan bahwa, laki-laki yang berusia 16-20 tahun
secara signifikan lebih jarang menggunakan layanan kesehatan dibandingkan dengan laki-
laki yang berusia 11-15 tahun. Namun sebaliknya, pada perempuan yang berusia 16-20
tahun lebih banyak mengunjungi layanan kesehatan dibandingkan dengan perempuan yang
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
4
lebih muda. Hasil wawancara dengan petugas PKPR di Puskesmas Kecamatan Cimanggis
mengatakan bahwa jarang remaja yang menggunakan layanan PKPR, biasanya remaja
berobat di poliklinik dan langsung pulang, Meskipun sudah diarahkan ke layanan PKPR
mereka enggan untuk melakukan konsultasi. Remaja mengunjungi puskesmas untuk
berobat jika ada keluhan fisik, dan menganggap puskesmas hanya untuk kuratif saja.
Beberapa siswa di SMP T Kelurahan Curug Kota Depok juga mengatakan tidak
mengetahui jika terdapat layanan kesehatan untuk remaja di puskesmas. Mereka juga
jarang berkonsultasi dengan guru BK di sekolah. Guru BK mengatakan siswa jarang
berkonsultasi atas kemauan mereka sendiri, biasanya siswa yang ditangani BK adalah
siswa yang bermasalah seperti membolos, jarang sekolah, ataupun pelanggaran disiplin
lainnya.
Kurangnya pemanfaatan layanan kesehatan khusus remaja dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Beberapa hambatan utama yang diungkapkan oleh remaja dalam mendapatkan
layanan kesehatan yang lebih baik adalah biaya, organisasi yang kurang baik dan
kurangnya layanan kesehatan, kurangnya kerahasiaan, dan keengganan para penyedia
layanan kesehatan untuk membahas isu-isu kesehatan yang sensitive dengan remaja,
sementara hanya beberapa tenaga kesehatan yang mendapatkan latihan khusus dalam
menangani remaja (Santrock, 2007). Orang tua mengungkapkan ketidaknyamanan dialami
remajanya saat mendiskusikan tentang topik-topik seksualitas atau obat terlarang, sehingga
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
5
Peningkatan prevalensi perokok terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun, dari 17,3% pada
tahun 2007 menjadi 18,6% pada tahun 2010 atau hampir naik 10% dalam kurun waktu 3
tahun (Pusat Promosi Kesehatan RI, 2011). Survei Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik
tahun 2001 dan 2004 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi anak-anak usia 15-19
tahun yang merokok, yaitu tahun 2001 sebesar 12,7% dan tahun 2004 meningkat menjadi
17,3%. Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey 2006 yang diselenggarakan oleh
Badan Kesehatan Dunia terbukti jika 24,5% anak laki-laki dan 2,3% anak perempuan
berusia 13-15 tahun di Indonesia adalah perokok, dimana 3,2% dari jumlah tersebut telah
berada dalam kondisi ketagihan atau kecanduan (Messwati, 2009). Laporan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013, perilaku merokok penduduk 15 tahun
ke atas cenderung meningkat dari 34,2% pada tahun 2007 menjadi 36,3% pada tahun
2013. Ditinjau dari jenis kelamin, mayoritas perokok adalah laki laki yaitu sebesar 64,9%
dan 2,1% perempuan, rerata batang rokok yang dihisap per hari per orang di Indonesia
adalah 12,3 batang (setara satu bungkus).
Hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa residen terhadap 250 siswa SMP T
Kelurahan Curug Kota Depok diperoleh data sebanyak 46,8% remaja pernah mencoba
merokok; dari 117 siswa yang pernah mencoba rokok, sebanyak 53% remaja sampai saat
ini masih merokok, rerata usia siswa mencoba rokok pada usis 12 tahun. Adapun alasan
siswa merokok karena ingin coba-coba (65,6%), orang tua atau saudara juga merokok
(13,86%), dan ikut-ikutan teman (13,6%). Siswa yang mempunyai pengetahuan kurang
baik sebsesar 23,6%, sikap negatif sebesar 43,6%, dan ketrampilan kurang baik sebesar
43,6%. Sebanyak 34% siswa setuju bahwa merokok di kalangan remaja merupakan hal
yang biasa di jaman modern seperti sekarang ini, dan sebanyak 10,4% siswa merasa lebih
percaya diri jika sedang merokok. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok remaja
memiliki risiko merokok yang lebih tinggi apabila tidak segera diatasi.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
6
Zat Adiktif), karena rokok merupakan golongan zat adiktif atau zat menimbulkan
ketergantungan pada seseorang. Hawari juga menjelaskan bahwa perilaku merokok
menjadi faktor pendorong seseorang untuk mencoba menggunakan narkotika atau pintu
masuknya narkotika pada seorang individu. Sifat adiktif atau ketergantungan yang
ditimbulkan oleh rokok menyebabkan seorang remaja tidak bisa lepas dari keinginan untuk
merokok. Jika dihentikan, remaja akan mengalami sindrom putus rokok. Gejala-gejala
yang dirasakan adalah mudah tersinggung, marah, cemas, gelisah, gangguan konsentrasi,
tidak dapat diam, nyeri kepala, mengantuk, dan gangguan pencernaan (Amstrong Sue,
2007). Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok menjadi semakin serius
mengingat merokok berisiko menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan
yang dapat terjadi baik pada perokok itu sendiri maupun orang lain di sekitarnya yang
tidak merokok/perokok pasif (Pusat Promosi Kesehatan RI, 2011).
Berbagai masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat merokok seperti kanker paru-
paru, kanker mulut, penyakit jantung, penyakit saluran pernapasan kronik, gangguan
kehamilan dan janin, katarak, kanker servik, kerusakan ginjal dan periodontitis. Menurut
Pusat Promosi Kesehatan RI (2011), gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
kebiasaan merokok remaja adalah penyakit saluran pernapasan (emfisema, kanker paru,
bronchitis kronis, dan penyakit paru lainnya), penyakit pembuluh darah, impotensi, stroke,
dan kanker kandung kemih. Dampak lain yang dapat terjadinya antara lain: penyakit
jantung koroner, peningkatan kolesterol darah, berat bayi lahir rendah pada ibu yang
terpapar asap rokok, keguguran dan bayi lahir mati. Menurut Messwati (2008), dampak
kesehatan akibat rokok tersebut tidak segera terlihat karena dibutuhkan waktu hingga 25
tahun dari sejak pertama kali merokok untuk menimbulkan penyakit kronis; dan setiap
tahunnya paling sedikit terdapat sekitar 200.000 kematian akibat merokok, 25.000 di
antaranya adalah perokok pasif.
Selain hanya rokoknya yang dapat merugikan kesehatan, asap rokok juga menimbulkan
dampak kesehatan. Asap rokok bukan saja memberikan dampak buruk bagi perokok, tapi
juga bagi orang lain di sekitar perokok yang ikut menghisap asap rokok tersebut. Perokok
pasif dewasa mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit kardiovaskuler, kanker
paru dan penyakit paru lainnya. Suatu penelitian di Firlandia menunjukkan bahwa orang
dewasa yang terpapar asap rokok berpeluang menderita asma dua kali lipat dibandingkan
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
7
orang yang tidak terpapar. Perokok pasif bayi dan anak-anak mempunyai risiko lebih
tinggi untuk terkena infeksi telinga dan sindroma kematian bayi mendadak/ SID (Sudden
Infant Death Syndrome) (Depkes, 2006).
Kebiasaan merokok tidak hanya menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, namun juga
terhadap perekenomian negara. Negara mengeluarkan biaya lebih besar untuk dampak dari
merokok dibandingkan dengan pemasukan yang diterima dari industri rokok. Penelitian
Kosen, et al (2009 dalam Pusat Promkes, 2011) mengungkapkan bahwa kerugian ekonomi
total penduduk Indonesia dalam satu tahun akibat mengkonsumsi produk-produk tembakau
mencapai 338,75 triliun, artinya lebih dari enam kali pendapatan cukai rokok pemerintah
yang hanya 53,9 triliun rupiah. Biaya yang besar dikeluarkan untuk membayar biaya
penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh merokok, absen dari bekerja, hilangnya
produktifitas, kematian prematur, dan membuat orang menjadi miskin lebih lama karena
mereka menghabiskan uangnya untuk membeli rokok.
Ditinjau dari aspek sosial dampak yang diakibatkan oleh rokok yaitu dapat mempengaruhi
keluarga, teman, maupun rekan kerja satu kantor. Seseorang yang bukan perokok apabila
terus menerus terkena asap rokok dapat menderita dampak risiko paling besar terkena
penyakit jantung. Merokok juga dapat menyebabkan bau nafas tidak sedap, warna
kecoklatan pada kuku dan gigi, serta bau tidak enak pada rambut dan pakaian. Selain itu
merokok juga menyebabkan penurunan kecantikan yaitu keriput pada kulit lebih mudah
terlihat, sehingga terlihat lebih tua dari yang sebenarmya. Dampak merokok bila ditinjau
dari segi moral, perokok yang kecanduan terkadang mengambil dan meminta uang orang
tua, tetangga, atau uang temannya untuk membeli rokok (Fawzani & Triratnawati, 2005).
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
8
namun kebiasaaan merokok masih banyak dilakukan di lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat.
Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) juga dilakukan sebagai upaya mengatasi bahaya
merokok. Kawasan tanpa rokok dilaksanakan baik di tempat umum, tempat kerja, kantor-
kantor pemerintah, maupun swasta. Upaya ini juga ditunjang oleh Peraturan Pemerintah
No.19 Tahun 2003 tentang pengamanan merokok bagi kesehatan dan Perda Gubernur DKI
No.2 Tahun 2005 tentang larangan merokok di tempat umum. Multilevel intervensi telah
diterapkan untuk menangani masalah merokok pada remaja dan anak-anak. Penerapan
IMPACT (Intervention Model to Protect adolescent and Children from Tobacco)
menunjukkan bahwa multi-level intervensi (orangtua, sekolah, komunitas) efektif dalam
menurunkan angka kejadian merokok pada remaja (Arora, Mathur, & Singh, 2012).
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) sebagai program dalam mengatasi perilaku
kesehatan remaja dilakukan di dalam dan luar gedung (Depkes, 2007). Pelaksanaan di
dalam gedung diwujudkan melalui pelayanan di klinik PKPR, kegiatan di luar gedung
dilakukan di sekolah, masyrakat, remaja masjid, atau karang taruna. Klinik sanitasi di
puskesmas merupakan salah layanan konseling bagi masyarakat untuk berhenti merokok.
Kegiatan PKPR dapat dilakukan melalui pemberdayaan remaja di sekolah maupun
masyarakat dengen membentuk pendidik sebaya dan konselor sebaya. Pendidik dan
konselor sebaya diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang dialami remaja.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
9
MET adalah terapi singkat yang digunakan untuk mengatasi perilaku berisiko yang
didasarkan pada teknik motivasi. MET awalnya dikembangkan berdasarkan analisis dari
unsur-unsur yang dianggap efektif untuk mengatasi masalah kecanduan alkohol pada
remaja, diantaranya yaitu sikap empatik, gaya terapi nonkonfrontasi, penekanan tanggung
jawab untuk perubahan kepada remaja, pemberian feedback, pemberian nasehat/saran,
adanya pilihan alternatif untuk berubah bagi remaja, dan peningkatan kepercayaan diri
remaja untuk berubah (Miller & Suvereign, 1989, dalam Tavyaw, et al, 2009); reflection
technique, pertanyaan terbuka (Galloway, 2007). Butler, et al (1999) mengungkapkan
pemberian intervensi MET terhadap remaja merokok menunjukkan hasil yang signifikan
dalam mengurangi konsumsi merokok dikalangan remaja setelah dilakukan tindakan
selama 6 bulan dibandingkan dengan kelompok remaja yang tidak mendapatkan perlakuan.
Colby, et al (2005) juga menambahkan remaja yang diberikan terapi MET sebagian besar
berhenti merokok dan membangun rasa percaya diri yang mebih baik dibandingkan
dengan terapi pengobatan lainnya.
Terapi peningkatan motivasi terdiri dari tiga sesi. Sesi pertama adalah mengidentifikasi
masalah dan memberikan feedback, mendiskusikan pro dan kontra dari merokok (Gallow,
et al, 2007; Tavyaw, et al, 2009). Sesi ini membutuhkan waktu 60 menit. Sesi kedua
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
10
adalah menggali alasan dan menggunakan keinginan remaja untuk melakukan perubahanm
berfokus pada peningkatan kepercayaan diri remaja dengan mendiskusikan kesuksesan
dirinya di masa lalu dan kemampuan karakteristik remaja untuk melakukan perubahan.
Sesi ketiga adalah mengevaluasi kegiatan, pengembangan rencana perubahan,
mengidentifikasi hambatan yang dialami. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan sesi 2
dan 3 berkisar 15-30 menit. Kegiatan ini dapat dilakukan setiap minggu atau dua minggu
sekali. Pemberian motivasi atau evaluasi dapat dilakukan melalui telepon atau sosial media
lainnya.
Upaya pencegahan dan penanganan perilaku merokok pada siswa di SMP T Kelurahan
Curug Kota Depok dilakukan melalui pendekatan Model MET-MYTRI, melalui beberapa
kegiatan seperti komunikasi informasi dan edukasi, coaching dan guidance pada kelompok
sebaya, dan pendidik sebaya (peer educator), serta melakukan kerjasama dengan lintas
sektor dan lintas program. Melalui model MET-MYTRI remaja mampu memahami bahaya
merokok terhadap kesehatan, termotivasi untuk menghindari rokok dan atau berhenti
merokok. MET merupakan salah satu dari terapi singkat, hal ini dapat mengurangi
kejenuhan remaja dalam mengikuti kegiatan mengingat remaja mempunyai banyak
kegiatan sekolah maupun dengan teman-temannya.
Peran perawat komunitas dalam mengatasi perilaku merokok pada remaja yaitu pemberi
asuhan keperawatan, pendidik, manajer, kolaborator, pemimpin dan peneliti (Helvie,
1998). Perawat sebagai pemberi perawatan memberikan perawatan langsung kepada
remaja yang mempunyai kebiasaan merokok dan berisiko merokok. Perawat dapat
memberikan informasi tentang bahaya merokok dan upaya pencegahannya kepada siswa
dan pendidik sebaya, sebagai manajer perawat melakukan monitoring dan evaluasi dari
pelaksanaan MET-MYTRI.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
11
kegiatan yang dilakukan dalam rangka upaya promotif dan preventif dengan melakukan
penyebaran informasi dan meningkatkan motivasi masyarakat/siswa untuk berperilaku
sehat (Stanhope & Lancaster, 2010). Pemberdayaan adalah suatu kegiatan keperawatan
komunitas dengan melibatkan siswa secara aktif untuk menyelesaikan masalah,
masyarakat sekolah sebagai subjek dalam menyelesaikan masalah kesehatan (Hitchock,
Schuber, & Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster, 2010).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
12
1.3 Manfaat
1.3.1 Pelayanan Kesehatan
1.3.1.1 Dinas Kesehatan Kota Depok
Model MET-MYTRI sebagai salah satu intervensi keperawatan, sebagai upaya
promotif dan preventif dalam mengatasi perilaku merokok pada remaja. Intervensi
ini dapat membantu program pemerintah membuat perencanaan atau kebijakan
untuk model PKPR di Kota Depok serta mensukseskan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) di sekolah dan masyarakat.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
13
1.3.1.5 Sekolah
Pelaksanaan MET-MYTRI di sekolah memberikan dampak yang positif dalam
meningkatkan perilaku kesehatan (pengetahuan, sikap, dan ketrampilan) pada
siswa dan masyarakat sekolah dalam upaya promotif dan preventif, sehingga siswa
mampu menghindari atau mengurangi kebiasaan merokok.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
15
Remaja awal berada pada rentang umur 10-14 tahun atau disebut juga dengan
early adolescence. Pada tahapan ini terjadi perubahan/transisi dari masa anak-
anak ke masa dewasa, dan dianggap tidak menyenangkan. Masa remaja awal
terjadi peningkatan kesadaran diri (self consciousness) dan perubahan fisik, psikis
maupun sosial sehingga remaja mengalami perubahan emosi kea rah yang
negative, menjadi mudah marah, tersinggung dan bahkan agresif. Remaja juga
sulit bertoleransi dan berkompromi dengan leingkungan sekitarnya, sehingga
remaja akan cenderung memberontak dan timbulnya konflik.
Remaja pertengahan atau middle adolescence berada pada rentang umur 15-16
tahun. Remaja yang berada pada tahapan ini biasanya lebih mudah untuk diajak
bekerjasama karena mampu untuk diajak berkompromi, lebih tenang, sabar, dan
lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain. Pada tahapan ini remaja belajar
berfikir independent dan menolak adanya campur tangan dari orang lain termasuk
dari orang tua mereka. Remaja juga mulai terfokus pada diri sendiri, mudah
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
16
bersosialisasi, tidak lagi pemalu dan mulai membutuhkan lebih banyak teman
bersifat solidaritas bahkan mulai membina hubungan dengan lawan jenis sehingga
lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman dibandingkan
keluarga. Ikatan hubungan dengan keluarga semakin longgar seiring dengan
peningkatan hubungan dengan kelompok sebaya (Santrock, 2007). Santrock
(2007) juga mengungkapkan bahwa remaja mulai menyalahgunakan zat-zat
terlarang karena tertarik dengan keterangan yang diberikan oleh media mengenai
sensasi yang dihasilkan, memberikan pengalaman yang sangat unik, sehingga
mereka ingin mencobanya. Iklan merokok saat ini sangat gencar di media massa.
Merokok diibaratkan dengan pemuda yang gagah, berwibawa, dan percaya diri.
Hal ini menjadi daya tarik bagi remaja dan berkesimpulan bahwa jika dirinya
merokok akan terlihat seperti yang ada di dalam iklan tersebut.
Remaja akhir atau late adolescence merupakan remaja yang berada pada rentang
umur 17-19 tahun. Menurut Depkes (2007) remaja yang berada dalam rentang
umur remaja akhir mengalami perkembangan intelektualitas, mulia menggeluti
masalah sosial, politik, maupun keagamaan. Mereka yang tumbuh dengan baik
dan tidak mengalami masalah dalam fase ini akan mulai belajar mandiri baik
secara finansial maupun emosional dengan lebih baik mengatasi stress sehingga
pada tahap ini remaja ingin diakui sudah menjadi seseorang yang dewasa dan
dapat menentukan keputusan hidupnya sendiri. Remaja sudah mulai sulit untuk
diajak mengikuti acara keluarga, mereka sudah mulai menjalin hubungan yang
serius dengan lawan jenisnya.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
17
Individu atau kelompok dikatakan kelompok risiko (at risk) apabila mereka
memiliki beberapa faktor risiko. Nies dan McEwen (2007) menyebutkan faktor
risiko mengacu kepada paparan faktor yang spesifik dan terjadi terus-menerus
pada seseorang, seperti paparan asap rokok, stress yang berlebihan, kebisingan,
atau bahan kimia yang terdapat pada lingkungan. Menurut Pender, Murdaugh, dan
Parsons (2002) faktor-faktor risiko terdiri dari faktor genetik, usia, karakteristik
biologis, kebiasaan sehat individu, gaya hidup dan lingkungan.
Gaya hidup merupakan faktor risiko pada masa remaja yang umumnya
mengakibatkan perilaku berisiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok usia lainnya. Menurut Youth Risk Behavior Surveillance System
(YRBSS) perilaku berisiko terhadap kesehatan remaja mencakup injury, rokok,
alkohol dan obat-obatan, perilaku seksual, perilaku diet yang tidak sehat, dan
kurangnya aktifitas fisik ( dalam Hitchock, Schubert, & Thomas, 1999).
Kelompok berisiko adalah sekumpulan orang yang memiliki peluang
meningkatnya masalah kesehatan akibat dari beberapa faktor yang
mempengaruhinya (Alender, Rector, & Warner, 2014). Menurut Hitchcock,
Shcubert, dan Thomas (1999) risiko (at risk) merupakan kemungkinan sebuah
kejadian, hasil, penyakit, atau kondisi yang akan berkembang pada suatu periode
tertentu. Alender, Rector, dan Warrner (2014) menjelaskan lebih lanjut mengenai
karakteristik risiko yakni risiko biologi, lingkungan, gaya hidup, dan sistem
perawatan kesehatan.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
18
Risiko biologi meliputi perubahan fisik, seperti tinggi badan, berat badan, dan
perkembangan hormonal. Selain perubahan fisik, remaja juga mengalami
perubahan psikologis akibat dari perubahan hormonal, seperti perubahan kognitif,
moral, emosi, dan sosial sebagai bentuk perkembangan diri remaja. Wong (2003)
mengungkapkan bahwa kemampuan kognitif remaja meningkat, mampu berfikir
logis dan imajinatif. Informasi yang ditangkap oleh remaja akan diolah dengan
pemikirannya sebagai bentuk pemikiran yang logis. Hal ini sering diwujudkan
oleh remaja dengan rasa keingintahuan yang besar tentang berbagai hal-hal baru.
Santrock (2007) juga menambahkan pada masa remaja dan menjalani masa
transisi, mereka dituntu untuk berprilaku sesuai dengan norma yang berlaku,
namun hal ini terkadang menjadi penyebab timbulnya sikap pemberontakan
remaja terhadap aturan atau norma yang berlaku. Adanya larangan merokok tidak
menghentikan remaja dari perilaku merokok.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
19
Perilaku merokok pada remaja juga tidak lepas dari pengaruh norma-norma yang
ada di dalam keluarga. Friedman, Bowden, dan Jones (2010) mengatakan bahwa
agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di
atas segalanya, bahkan di atas kehidupan sendiri. Beberapa pendapat menyatakan
bahwa perilaku yang bertentangan dengan norma agama pada remaja disebabkan
oleh merosotnya kepercayaan pada agama (Sarwono, 2011). Norma menentukan
perilaku peran yang tepat bagi setiap posisi di dalam keluarga dan masyarakat.
Kurangnya dukungan dan rendahnya kontrol keluarga manjadi salah satu
penyebab perilaku berisiko pada remaja termasuk perilaku merokok.
Faktor risiko gaya hidup (life style risk) terjadi karena remaja mencoba mencari
tokoh atau idola yang bisa mereka tiru. Remaja akan mengikuti tokoh tersebut
termasuk gaya hidup agar terlihat lebih dewasa. Penelitian Saprudin (2006)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara media dengan kebiasaan merokok
pada remaja. kebiasaan merokok dipengaruhi oleh lingkungan media, melihat
tokoh idola di dalam film dan 30% orang yang melihat adegan merokok sampai
150 kali akhirnya juga merokok. Hasil survey yang dilakukan di SMP T
Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis dengan jumlah responden yang pernah
mencoba merokok 117 orang, sebanyak 13,86% siswa merokok karena orang
tua/saudara juga merokok. Hasil wawancara dengan beberapa siswa mengatakan
merokok karena ingin terlihat gagah seperti iklan-iklan di televisi.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
20
Faktor risiko gaya hidup (life style risk) terjadi karena remaja mencoba mencari
tokoh atau idola yang bisa mereka tiru. Remaja akan mengikuti tokoh tersebut
termasuk gaya hidup agar terlihat lebih dewasa. Penelitian Saprudin (2006)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara media dengan kebiasaan merokok
pada remaja. Kebiasaan merokok dipengaruhi oleh lingkungan media, melihat
tokoh idola di dalam film dan 30% orang yang melihat adegan merokok sampai
150 kali akhirnya juga merokok. Hasil survey yang dilakukan di SMP Kelurahan
Curug Kecamatan Cimanggis dengan jumlah responden yang pernah mencoba
merokok 117 orang, sebanyak 13,86% siswa merokok karena orang tua/saudara
juga merokok. Hasil wawancara dengan beberapa siswa mengatakan merokok
karena ingin terlihat gagah seperti iklan-iklan di televisi.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
21
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
22
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
23
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
24
Model Community As A Partner mempunyai dua komponen utama yaitu core dan
subsistem. Core yang terdiri dari riwayat terbentuknya aggregate, demografi,
suku, nilai, dan kepercayaan. Sedangkan pada subsistem terdapat lingkungan fisik,
pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan
pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
25
Adapun data demografi yang dikaji dalam model pengkajian ini yaitu usia, jenis
kelamin, suku, nilai dan keyakinan terkait perilaku merokok. Menurut Papalia dan
Feldman (2011) remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa, pada masa ini mereka banyak mengalami perubahan baik secara
fisik, kepribadian, kognitif, maupun psikososial untuk membentuk identitas diri.
Batasan remaja menurut The World Health Organization (WHO) adalah orang
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
26
yang berada antara umur 10 tahun sampai dengan 19 tahun ( dalam Seme &
Wirtu, 2008). Kozier et.al (2004), membagi masa remaja menjadi tiga periode,
yaitu early adolescence (usia 12-13 tahun), middle adolescence (usia 14-16
tahun), dan late adolescence (usia 17-20 ) tahun. Undang-Undang No. 5 tahun
1979 tentang kesejahteraan anak, menetapkan remaja sebagai orang yang belum
mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Berdasarkan uraian diatas,
remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa, ditandai dengan
perubahan fisik dan mental, memiliki tanda-tanda pubertas, berada pada umur 10-
21 tahun dan belum pernah menikah. Depkes RI (2001, dalam Sumiati, 2009) juga
mengungkapkan perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu perkembangan psikososial awal (10-14 tahun), remaja pertengahan (15-16
tahun), dan remaja akhir (17-19 tahun).
2.3.1.2 Etnis
Menurut Anderson dan McFarlane (2011) pengkajian etnis terdiri dari distribusi
remaja berdasarkan etnis dan kebiasaan-kebiasaan terkait dengan etnis yang
berdampak pada masalah kesehatan remaja dan gaya hidup remaja yang
berpengaruh terhadap remaja dengan perilaku merokok. Keragaman suku dapat
menimbulkan variasi terhadap nilai kesehatan, sehingga program perencanaannya
relatif akan lebih bervariasi dibandingkan dengan suku yang relatif homogen.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
27
bagi individu; baik ditinjau dari segi religius, politik, hukum, moral, estetika,
ekonomi, dan sosial budaya. nilai juga merupakan rujukan dan keyakinan dalam
menentukan pilihan (Mulyana, 2004). Pengkajian nilai dan keyakinan siswa
mengenai perilaku merokok meliputi pandangan siswa tentang perilaku merokok
di kalangan remaja saat ini yang dapat mempengaruhi kesehatan remaja.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
28
kesehetan reproduksi, serta metode yang digunakan (tatap muka, internet, atau
media lainnya). Kegiatan kurikuler tidak kalah pentingnya dalam pengkajian ini,
keikutsertaan dan keaktifan siswa mengikuti kegiatan diluar jam pelajaran sekolah
mengurangi perilaku berisiko pda remaja.
2.3.2.3 Ekonomi
Pengkajian ekonomi pada remaja meliputi jumlah pendapatan keluarga, pekerjaan
orang tua, sumber uang saku dan penggunaan uang saku. Pendapatn keluarga dan
jumlah uang saku dapat mempengaruhi remaja dalam perilaku merokok.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa mengatakan bahwa membeli
rokok dengan uang saku sendiri, karena uang saku mencukupi untuk mereka jajan
dan membeli rokok ketengan/batang.
2.3.2.4 Komunikasi
Pengkajian komunikasi meliputi komunikasi formal dan non formal. Komunikasi
formal seperti koran, radio dan televisi, pelayanan pos. sedangkan komunikasi
informal antara lain papan pengumuman, poster, brosur, dan bagaimana remaja
mendapatkan informasi tentang kesehatan (Anderson & McFarlane, 2011).
Pengkajian komunikasi ditujukan kepada jenis dan sarana komunikasi yang
digunakan oleh siswa untuk mendapatkan informasi tentang bahaya merokok
maupun kesehatan remaja lainnya, komunikasi dengan orang tua maupun dengan
guru. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui interview dan
winshield survey.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
29
2.3.2.6 Rekreasi
Pengkajian rekreasi pada remaja meliputi penggunaan/pemanfaatan waktu luang,
tempat rekreasi remaja, tempat kumpul-kumpul remaja, frekuensi remaja
berekreasi. Pemanfaatan waktu luang remaja dapat dilakukan melalui kuesioner
dan diskusi kelompok. Pemanfaatan waktu luang yang kurang positif
menyebabkan remaja lebih berisiko untuk merokok.
2.3.3 Persepsi
Pengkajian persepsi bahaya merokok pada remaja dapat dilakukan kepada warga
sekolah (guru dan siswa) dan mahasiswa yang terdiri dari pernyataan umum
tentang kesehatan masyarakat setempat, kekuatan masyarakat, masalah dan
potensial masalah yang akan diidentifikasi oleh perawat. Pengkajian persepsi
masyarakat sekolah dapat dilakukan melalui wawancara dengan guru dan kepala
sekolah tentang penilaian mereka terhadap kelemahan dan kekuatan dalam
melaksanakan program kesehatan sekolah. Adanya temuan dan kekuatan dan
kelemahan ini dapat dijadikan dasar intervensi keperawatan. Selain itu hasil
penyebaran kuesioner kepada siswa mengenai bahaya merokok meliputi
pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja dapat digunakan sebagai sumber data
persepsi remaja.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
30
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
31
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
32
Family Center Nursing adalah model yang digunakan sebagai intervensi dalam
menagatsi perilaku merokok pada remaja. Pengkajian individu sebagai anggota
keluarga meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengkajian keluarga
terkait sosiokultural, data lingkungan, stuktur fungsi, dan strategi koping yang
digunakan untuk menentukan rencana tindakan dalam mengatasi masalah
kesehatan keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2010). Perawat bekerjasama
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
33
Fungsi keluarga dalam pencegahan perilaku merokok pada remaja meliputi fungsi
afektif, fungsi sosialisasi, dan fungsi perawatan kesehatan. Menurut Friedman,
Bowden, dan Jones (2010) fungsi afektif merupakan suatu fungsi yang menjadi
dasar pembentukan dan kesinambungan keluarga. Keluarga berfungsi sebagai
sumber kasih sayang, dukungan, pengakuan, dan penghargaan bagi anggota
lainnya. Fungsi ini dalam keluarga dapat diwujudkan melalui kasih sayang,
memberikan kondisi yang nyaman untuk perkembangan perilaku hidup sehat.
Keluarga merupakan tempat belajar bersosialisasi bagi remaja. sosialisasi keluarga
untuk mengenalkan dan mengajarkan remaja tentang bahasa, peran, norma,
budaya, dan moral yang bisa mempengaruhi perilaku remaja. Keluarga merupakan
tempat remaja untuk mengembangkan kemampuan sosialisasinya (Friedman,
Bowden, & Jones, 2010). Sosialisasi dengan lingkungan dampak memberikan
dampak yang positif maupun negatif. Selanjutnya keluarga juga mempunyai
perawatan kesehatan bagi anggota keluarganya.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
34
Adapun tujuan UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi
belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
derajat kesehatan peserta didik maupun warga sekolah serta menciptakan
lingkunngan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya. Adapaun tujuan khusus meliputi : 1) peningkatan
produktivitas belajar siswa; 2) peningkatan dan pengembangan pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan siswa dalam menjalankan prinsip hidup sehat serta
berpartisipasi aktif dalam upaya peningkatan kesehatan di sekolah, rumah tangga
maupun lingkungan masyarakat; c) peningkatan kondisi institusi pendidikan
sehingga dapat mendukung berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar
yang menunjang tercapainya kemampuan untuk menjalankan prinsip hidup sehat.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
35
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
36
Prior related
behavior
Perveived Immediate competing
barriers to action demands (low
control) and
preferences (high
control)
Perveived self-
efficacy
Activity-related
affect
Commitment Health
to a plan of promoting
action behavior
Personal factor :
biological, Interpersonal
psychological, influences (family,
sosiocultural peers, prividers);
norms, support,
model
Situational
influences; options
demand
characteristics
aesthetic
Skema 2.1 Health Promotion Model (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002).
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
37
tidak hanya mengatasi apa yang terjadi di dalam kelas, namun meliputi
lingkungan sekolah dengan seluruh tindakan.
Adapun empat pilar yang saling berhubungan dan memberikan pondasi yang kuat
dalam model ini adalah :
1. lingkungan fisik dan sosial;
2. pengajaran dan pembelajaran;
3. Kebijakan sekolah yang sehat, dan
4. Kemitraan dan jasa.
Ketika keempat pilar ini dilakukan secara harmonis, maka siswa akan didukung
untuk menyadari potensi mereka sebagai pelajar yang sehat dan menjadi anggota
masyarakat sekolah yang produktif.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
38
Terapi MET dinyatakan salah satu intervensi yang menjanjikan untuk mengatasi
perilaku merokok pada remaja (Tevyaw & Monti, 2004). Butler, et al (1999) juga
mengungkapkan pemberian intervensi MET terhadap remaja merokok
menunjukkan hasil yang signifikan dalam mengurangi konsumsi merokok
dikalangan remaja setelah dilakukan tindakan selama 6 bulan dibandingkan
dengan kelompok remaja yang tidak mendapatkan perlakuan. Colby, et al (2005)
juga menambahkan remaja yang diberikan terapi MET sebagian besar berhenti
merokok dan membangun rasa percaya diri yang mebih baik dibandingkan dengan
terapi pengobatan lainnya. Sejumlah penelitian lain mengungkapkan bahwa terapi
MET secara signifikan mampu mengurangi konsumsi alkohol pada klien (Brown
& Miller, 1993). Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Gallowat, et al
(2007) terhadap 127 klien pengguna obat-obatan terlarang, 78% klien mengurangi
konsumsi narkoba.
Sesi pertama (60 menit) berfokus kepada peningkatan motivasi keinginan untuk
mengurangi atau berhenti merokok. Empat langkah yang harus diikuti oleh
terapis/perawat pada sesi ini yaitu : membangun hubungan dengan remaja;
menilai motivasi remaja untuk berubah; peningkatan motivasi; dan menetapkan
tujuan untuk perubahan. Setelah memberikan gambara sesi dan membangun
hubungan, perawat memprakarsai diskusi tentang pro dan kontra merokok pada
remaja. Selanjutnya data yang telah didapatkan di review dan dimasukkan ke
dalam komputer, termasuk data demografi remaja, tingkat ketergantungan fisik
terhadap rokok dan konsekuensi berkaitan dengan rokok. Remaja diberikan
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
39
salinan feedback dari perawat beserta informasi tentang efek merokok, cara
mengatasi keinginan untuk merokok, dan strategi untuk berhenti merokok.
Perawat kemudian meminta remaja untuk membayangkan apa yang akan terjadi
jika remaja tetap merokok dan tidak memutuskan untuk berhenti dari sekarang.
Hambatan-hambatan yang dialami oleh remaja kemuadian dibahas kemudian
mencari pemecahan masalahnya. Perawat dan remaja mengembangkan rencana
untuk merubah perilaku tersebut, menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka
pendek untuk berhenti merokok. Akhirnya perawat berfokus kepada peningkatan
kepercayaan diri remaja dengan mendiskusikan kesuksesan dirinya di masa lalu
dan kemampuan karakteristik remaja untuk melakukan perubahan.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
40
dari rokok. Adapun strategi intervensi dari program MYTRI meliputi : (1)
kurikulum mengenai bahaya merokok; (2) poster; (3) postcad untuk orang tua;
dan (4) aktivitas oleh peer tentang kesehatan. MYTRI yang dilaksanakan di India
dan Amerika mampu mengurangi konsumsi rokok pada siswa.
Skema 2.2. Model Intervensi MYTRI (Sumber : Stiggler, Perry, & Arora, 2007)
Komponen Intervensi :
Intervensi :
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
41
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
42
kesehatan yang diberikan, dan juga sangat signifikan dilakukan karena mampu
menyentuh masyarakat luas. Perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang
bahaya merokok dan cara mengatasinya kepada siswa, masyarakat sekolah, serta
keluarga sehingga remaja dan keluarga mampu menghindari atau berhenti dari
kebiasaan merokok.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
43
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
44
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
45
BAB III
KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH
45
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
46
sekolah; dan 4) layanan dan kerjasama. Health Promotion Model (HPM) oleh
Pender juga digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas diantaranya adalah ;
1) faktor personal (usia, jenis kelamin, suku); 2) persepsi (persepsi hambatan dan
kepercayaan diri); 3) pengaruh interpersonal; dan 4) pengaruh situasi (Pender,
Murdaugh, & Parsons, 2002).
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
47
sebagian besar merupakan guru sekolah negeri yang mengajar kelas sore. Kepala
sekolah mengatakan belum ada penambahan guru tetap, karena semua keputusan
pengangkatan guru ditentukan oleh pengurus yayasan. Berdasarkan PP RI No 74
Tahun 2008 rasio guru dan siswa di tingkat SMP adalah 1 : 20. Hal ini dapat
dijabarkan bahwa dalam satu rombongan belajar (rombel) minimal terdiri dari 20
siswa dan maksimal adalah 32 siswa. Jumlah siswa SMP T Kelurahan Curug yang
cukup banyak dengan jumlah guru tetap dapat mengakibatkan pelayanan
kesehatan remaja di sekolah belum berjalan optimal, kegiatan lebih difokuskan
pada proses belajar mengajar.
Kepala Sekolah juga menambahkan bahwa kegiatan UKS di sekolah ini tidak
berjalan dalam beberapa tahun karena pembina UKS sebelumnya sudah pindah
dan belum ada pengganti. Keterbatasan SDM dan padatnya jam pembelajaran di
sekolah menyebabkan belum ada guru yang bersedia menjadi pembina UKS.
Beberapa guru juga mengatakan belum pernah mendapatkan pelatihan guru UKS
sehingga tidak bersedia menjadi pembina UKS. Obat-obatan diletakkan di
ruangan guru agar lebih mudah dijangkau, dan apabila ada siswa yang sakit
menjadi tanggung jawab jawab semua guru. Kegiatan pendidikan kesehatan
remaja seperti bahaya merokok, narkoba, dan seks bebas sudah masuk ke dalam
mata pelajaran BK. Selain itu guru dan wali kelas juga sering menyelipkan pesan-
pesan moral kepada siswa saat pembelajaran berlangsung. Beberapa poster
kesehatan bahaya merokok dan narkoba telah dipasang di mading yang berada
dimlorong-lorong menuju kelas. Setiap siswa wajib mengikuti minimal satu jenis
ekstrakurikuler, seperti sepakbola, basket, pramuka, musik dan tari.
Lokasi sekolah cukup strategis yaitu berada dekat pemukiman penduduk dan jalan
raya. Kondisi ini sangat memudahkan siswa untuk mendapatkan jasa transportasi
menuju ke sekolah. Sekolah juga berdekatan dengan pabrik-pabrik. Mudahnya
mobilisasi siswa dan masyarakat menuju sekolah tidak hanya berdampak positif,
tetapi perlu diantisipasi terhadap dampak negative yang akan muncul seperti
mudahnya siswa terpengaruh lingkungan sekitar yang kurang baik seperti perilaku
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
48
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
49
INPUT
Manajemen : Manajemen :
- Pembentukan pendidik - Terbentuknya pendidik sebaya
PENGKAJIAN
sebaya - Terbentuknya struktur organisasi
CAP, FCN, HPM, UKS, CSHM, dan Manajemen
- Pelatihan pendidik pendidik sebaya.
sebaya - Terbentuknya rencana kegiatan
1. Karakteristik remaja : usia, jenis kelamin, suku, nilai
- Supervisi, pengarahan pendidik sebaya.
dan keyakinan.
dan bimbingan - Peningkatan pengetahuan sikap
2. Karakteristik keluarga : tipe keluarga, tahap
pendidik sebaya dan ketrampilan pendidik sebaya
perkembangan keluarga, tugas perkembangan
melalui pre test dan post test
keluarga dengan remaja, struktur kekuasaan, struktur
- Minimal 75% anggota pendidik
peran, fungsi perawatan kesehatan keluarga, strategi
Keluarga : sebaya hadir dalam pelatihan
koping keluarga, tingkat kemandirian keluarga.
3. Komunikasi : sumber informasi kesehatan dalam - Pendidikan kesehatan
keluarga, masyarakat dan sekolah; pola komunikasi bahaya merokok
dalam keluarga, masyarakat dan sekolah (guru). - Konseling
4. Pelayanan kesehatan : layanan kesehatan remaja (PIK - Motivational Keluarga :
KRR, PKPR, UKS, BK). enhancement therapy - Peningkatan pengetahuan, sikap,
5. Perencanaan : visi dan misi, biaya, renstra, sarana dan (MET) dan ketramiplan keluarga setelah
prasarana, SDM. - Modifikasi perilaku pemberian informasi dan
Masalah keperawatan
6. Pengorganisasian : struktur organisasi, garis dengan taken economy edukasi
pada remaja dengan
komando, tupoksi, koordinasi, kerjasama lintas - Teknik komunikasi - Remaja mampu
program dan sektoral.
perilaku merokok : Bentuk asertif dan komunikasi
- Manajemen mengurangi/berhenti merokok
7. Personalia : rekrutmen, seleksi, orientasi, intervensi efektif pada remaja - Kemandirian keluarga :
- Keluarga
penempatan, beban kerja, pengembangan SDM,turn - Komunitas MET-MYTRI - Teknik berhenti a. I menjadi II
over, karir. merokok dengan b. II menjadi III
8. Pengarahan : supervisi, pendelegasian, komunikasi, membuat jadwal c. III menjadi IV
motivasi. berhenti merokok
9. Pengawasan : penilaian kinerja, monev, quality
ansurance
10. Rekreasi : tempat berumpul, bentuk kegiatan, Komunitas :
organisasi remaja, pemanfaatan waktu luang oleh - Pendidikan kesehatan Komunitas :
remaja. - Kampanye anti rokok - Peningkatan pengetahuan, sikap,
11. Ekonomi : jumlah pendapatan keluarga, pekerjaan - Menolak ajakan negatif dan ketramiplan melalui pre dan
orang tua, jumlah uang saku remaja, penggunaan secara asertif post test
uang saku. - Manajemen stress : - Penurunan perilaku merokok
12. Politik dan pemerintahan : organisasi remaja, aturan, relaksasi napas dalam pada siswa (70% dari siswa yang
kebijakan kesehatan remaja, struktur dan program - Terapi peningkatan dilakukan intervensi)
remaja, koordinasi dengan lembaga terkait/LSM. motivasi - 80% siswa mampu melakukan
13. Persepsi kesehatan : pengetahuan, sikap dan tindakan. komunikasi asertif
14. Pengaruh situasi : media dan lingkungan sekolah.
15. Pengaruh interpersonal : keluarga, teman sebaya,
layanan kesehatan.
16. Lingkungan : sekolah dan rumah, kenyamanan,
stressor.
(Anderson & McFaelan, 2011; Friedman, Bowden, &
Jones, 2010; Marquis & Huston, 2012; Pender, Murdaugh Universitas Indonesia
&Parsons, 2001) MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
50
MET adalah terapi singkat yang digunakan untuk mengatasi perilaku berisiko
yang didasarkan pada teknik motivasi. MET awalnya dikembangkan berdasarkan
analisis dari unsur-unsur yang dianggap efektif untuk mengatasi masalah
kecanduan alkohol pada remaja, diantaranya yaitu sikap empatik, gaya terapi
nonkonfrontasi, penekanan tanggung jawab untuk perubahan kepada remaja,
pemberian feedback, pemberian nasehat/saran, adanya pilihan alternatif untuk
berubah bagi remaja, dan peningkatan kepercayaan diri remaja untuk berubah
(Miller & Suvereign, 1989, dalam Tavyaw, et al, 2009); reflection technique,
pertanyaan terbuka (Galloway, 2007).
Terapi peningkatan motivasi terdiri dari tiga sesi. Sesi pertama adalah
mengidentifikasi masalah dan memberikan feedback, mendiskusikan pro dan
kontra dari merokok (Gallow, et al, 2007; Tavyaw, et al, 2009). Sesi ini
membutuhkan waktu 60 menit. Sesi kedua adalah menggali alasan dan
menggunakan keinginan remaja untuk melakukan perubahanm berfokus pada
peningkatan kepercayaan diri remaja dengan mendiskusikan kesuksesan dirinya di
masa lalu dan kemampuan karakteristik remaja untuk melakukan perubahan. Sesi
ketiga adalah mengevaluasi kegiatan, pengembangan rencana perubahan,
mengidentifikasi hambatan yang dialami. Waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan sesi 2 dan 3 berkisar 15-30 menit. Kegiatan ini dapat dilakukan setiap
minggu atau dua minggu sekali. Pemberian motivasi atau evaluasi dapat dilakukan
melalui telepon atau sosial media lainnya.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
51
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
52
BAB IV
PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA AGGREGATE REMAJA DENGAN PERILAKU MEROKOK
DI SMP KELURAHAN CURUG
52
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
53
anak sekolah dan kesehatan remaja melalui sekolah, yaitu pelatihan fasilitator
PKPR bagi petugas puskesmas, pelatihan bagi guru, serta pelatihan peer
counselor di 12 sekolah (Rancangan anggaran kesehatan anak dan remaja Dinkes
Depok Tahun 2013). Masalah dalam perencanaan dalam deteksi kesehatan remaja
yaitu belum adanya perencanaan screening risiko penggunaan tembakau pada
remaja. Kegiatan screening masih difokuskan kepada masalah fisik saja, masalah
psikososial remaja belum menjadi fokus utama.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
54
Puskesmas Cimanggis mengatakan saat ini belum dibuka kembali klinik PKPR
karena sempat terjadi kekosongan pemegang program dan baru dipilih kembali
pemegang program yang baru. PJ PKPR terdahulu juga mengatakan, ketika
klinik PKPR dibuka, jarang remaja yang datang untuk berkonsultasi, umumnya
mereka datang ke poliklinik karena keluhan fisik saja. Penyediaan klinik sanitasi
sebagai salah satu upaya mengatasi perilaku merokok di masyarakat akan segera
dibuka di Puskesmas Cimanggis. Hasil wawancara dengan beberapa siswa SMP
mengatakan mereka tidak mengetahui jika di Puskesmas terdapat klinik khusus
remaja yang bisa digunakan untuk berkonsultasi tentang masalah kesehatan
remaja. Hal ini menunjukkan kurangnya sosialisasi program PKPR kepada
remaja.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
55
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
56
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
57
Pelatihan bagi petugas PKPR telah direncanakan bagi guru, siswa dan petugas
puskesmas. Namun tidak semua petugas puskesmas dan sekolah mendapatkan
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
58
Belum berjalannya UKS di SMP Kota Depok disebabkan karena guru UKS
sebelumnya berhenti dan belum ada penggantinya. Menurut Kepala sekolah tidak
berjalannya program UKS juga disebabkan kurangnya tenaga guru tetap di
sekolah tersebut, sebagian besar guru adalah guru tidak tetap. Kegiatan PKPR
tidak berjalan, meskipun dua guru dan siswa sudah pernah mendapatkan pelatihan
sebelumnya, hal ini dikarenakan belum adanya pelatihan lanjutan bagi siswa-
siswa dan guru yang baru, sementara siswa yang telah dilatih sudah lulus dari
sekolah.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
59
Kota Depok dan Puskesmas Cimanggis. Jika pemegang program tidak bisa hadir
pada pelaksanaan kegiatan maka akan dilakukan pendelegasian kepada petugas
lain yang masih berada dalam satu seksi. Berdasarkan hasil wawancara dengan PJ
PKPR (2013) pendelegasian masih dilakukan secara lisan tanpa ada format
tertulis.
Program peer educator dan peer counselor yang telah terbentuk kurang
mendapatkan follow up dari puskesmas maupun dinas kesehatan. Pengarahan
telah dilakukan pada saat kegiatan UKS ataupun penjaringan kesehatan yaitu
hanya satu kali setahun setiap penerimaan siswa baru. Pengarahan dan pemberian
motivasi dilakukan pada saat kegiatan UKS tersebut dilakukan namun sifatnya
masih sebatas teknis pelaksanaan administrasi dan proses kegiatan Trias UKS
serta PKPR. Menurut Marquis dan Huston (2000) pengarahan yang baik melalui
komunikasi dan motivasi dapat mengarahkan pada delegasi tugas yang baik
sehingga akan mencegah konflik dalam suatu organisasi. Hasil wawancara dengan
guru BK SMP mengatakan bahwa belum pernah ada tindak lanjut setelah
pelatihan PKPR, sehingga PKPR di sekolah tidak berjalan.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
60
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
61
terkait kuantitas seperti jumlah peer counselor yang dilatih dan pengawasan
kegiatan UKS belum meliputi kualitas pelayanan. Monitor dan evaluasi dari
Puskesmas ke tingkat sekolah yang sudah dibentuk PKPR juga tidak berjalan
dengan baik, hal ini terjadi karena baru terpilih penanggung jawab baru untuk
program UKS dan PKPR sehingga banyak program yang belum dilaksanakan.
Kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan hanya
terkait dengan program yang dianggarkan, Hal ini menyebabkan tidak adanya
pengembangan dan modifikasi program untuk memenuhi kebutuhan informasi
yang terus berkembang bagi remaja. Hasil wawancara dengan guru yang sudah
mendapatkan pelatihan PKPR juga menyebutkan tidak ada tindak lanjut dari
pelatihan tersebut. Kondisi seperti ini menyebabkan kegiatan PKPR di sekolah
tidak pernah berjalan.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
62
Gambar 4.1 Diagram Fishbone Manajemen Asuhan Keperawatan Komunitas pada Aggregate Remaja dengan Perilaku Merokok
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
64
Pembenaran
Pendidik sebaya merupakan orang yang menjadi narasumber bagi kelompok
sebayanya (BKKBN, 2008). Kelompok sebaya terdiri dari sekumpulan individu
yang berfungsi secara informal untuk memberikan bantuan dan memenuhi
kebutuhan anggota kelompok lain (Pender, Murdaugh, & Parson, 2002). Pendidik
sebaya yang dibentuk bertujuan untuk membantu remaja dalam menyebarkan
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
65
Pelaksanaan
Kegiatan sosialisasi pembentukan pendidik sebaya dilakukan kepada guru dan
siswa kelas VII dan VIII. Sosialisasi dan rekrutmen dilakukan secara bersamaan
pada tanggal 12-25 November 2013 dengan bantuan wali kelas, guru BK, dan
Pembina OSIS. Selain perwakilan dari kelas, pendidik sebaya yang dipilih juga
merupakan perwakilan dari pengurus OSIS yang bersedia dan memiliki komitmen
untuk mebagikan informasi kepada temannya, memiliki semangat belajar yang
tinggi, mempunyai pengaruh besar bagi teman-temannya.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
66
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
67
Evaluasi
Sosialisasi dan pembentukan pendidik sebaya mendapatkan dukungan dari siswa
dan pihak sekolah. Pihak sekolah berharap dengan dibentuknya pendidik sebaya
di sekolah dapat meningkatkan perilaku hidup sehat siswa salah satunya adalah
tidak merokok. Struktur organisasi pendidik sebaya telah terbentuk dengan jumlah
anggota 24 orang yang merupakan perwakilan dari kelas VII dan VIII. Kegiatan
pertemuan sudah disusun dan tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan
apabila terbentur dengan jadwal ujian sekolah atau jadwal ujian kelas IX.
Pertemuan disepakati setiap hari Kamis pukul 11.00 WIB.
Kegiatan pendidik sebaya pertama yaitu pelatihan bahaya merokok bagi kesehatan
dilakukan pada tanggal 20 Januari 2014 pukul 11.00-12.45 WIB di ruangan
Multimedia. Jumlah pendidik sebaya yang hadir sebanyak 20 orang, 4 pendidik
sebaya tidak bisa hadir karena mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Pelaksanaan
kegiatan tertunda selama 30 menit karena menunggu peserta yang sedang dalam
perjalanan. Hasil pre dan post tes didapatkan terjadi peningkatan pengetahuan
pendidik sebaya dari nilai rata-rata 5,75 menjadi menjadi 6,6. Hasil uji
signifikansi t test di dapatkan nilai p-value 0,001. Hal ini menunjukkan terjadi
peningkatan pengetahuan yang signifikan setelah dilakukan pelatihan.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
68
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
69
napas dalam dengan mendengarkan musik sebagai salah satu upaya mengurangi
stress. Pendidik sebaya merasa lebih rileks dan tenang setelah melakukan teknik
relaksasi napas dalam.
Masalah II
Belum optimalnya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam pencegahan
perilaku merokok pada siswa di sekolah.
Tujuan Umum
Setelah intervensi keperawatan selama 9 bulan diharapkan adanya kerjasama
lintas program dan lintas sektor yang efektif dalam pencegahan perilaku merokok
pada siswa di SMP Kota Depok.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
70
Tujuan Khusus
Setelah dilakukana tindakan keperawatan selama 13 minggu diharapkan :
1. Terlibatnya Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan Dinas Pendidikan Kota Depok
dalam kegiatan pelayanan kesehatan remaja khusunya dengan perilaku
merokok pada remaja di sekolah. Keterlibatan Dinas Kesehatan, Puskesmas
dan Dinas Pendidikan dalam bentuk kehadiran dan pemberian pengarahan
pada kegiatan lokakarya mini di sekolah dihadiri minimal 50% dari undangan.
2. Terlibatnya Dinas Pendidikan Kota Depok dalam bentuk dukungan dana dan
pembinaan pendidik sebaya untuk keberlangsungan kegiatan pendidik sebaya
di sekolah.
3. Terbinanya kerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam
pengadaan media informasi tentang bahaya merokok dan upaya pencegahan
perilaku merokok pada siswa di sekolah dalam bentuk poster, leaflet, banner,
lembar balik, dan buku panduan bagi pendidik sebaya.
4. Adanya pemantauan dari pihak sekolah maupun guru BK dalam peningkatan
motivasi dan kinerja pendidik sebaya minimal 2 kali sebulan.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
71
Pembenaran
Menurut Depkes RI (2007) kemitraan merupakan hubungan kerja sama antara dua
pihak atau lebih berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan
serta memberikan manfaat. Perawat komunitas perlu membangun dukungan,
kolaborasi, dan koalisi sebagai upaya peningkatan peran serta masyarakat dalam
meingkatkan derajat kesehatan.
Pelaksanaan
1. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan Dinas
Pendidikan untuk menghadiri lokakarya mini kesehatan untuk koordinasi dan
meningkatkan layanan kesehatan remaja khususnya pencegahan perilaku
merokok pada siswa di sekolah yang dilakukan pada bulan Oktober 2013,
Februari 2014, dan Mei 2014.
2. Melakukan Koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam
pengadaan media informasi tentang bahaya merokok dan upaya pencegahan
perilaku merokok pada siswa di sekolah dalam bentuk poster, leaflet, banner,
lembar balik, dan buku panduan bagi pendidik sebaya.
3. Memfasilitasi kegiatan supervisi dan pendampingan dari Puskesmas dan
Dinkes dalam kegiatan pendidik sebaya minimal 1 kali selama 2 bulan.
4. Memfasilitasi adanya pemantauan dari pihak sekolah maupun guru BK dalam
peningkatan motivasi dan kinerja pendidik sebaya minimal 2 kali sebulan.
Evaluasi
1. Keterlibatan Dinkes dan Puskesmas pada kegiatan lokmin kesehatan di
sekolah sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan kehadiran dalam setiap
kegiatan. Namun keterlibatan dari Dinas Pendidikan kurang optimal, dari 3
kali kegiatan yang dilakukan Dinas Pendidikan hanya datang pada pertemuan
terakhir.
2. Diperoleh media informasi berupa poster, leaflet, dan stiker bahaya merokok
bagi kesehatan dari bagian promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota Depok.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
72
Kegiatan kampanye anti rokok dilakukan pada tanggal 30 Mei 2014 sekaligus
memperingati hari tanpa tembakau sedunia.
3. Pendampingan dari Puskesmas Cimanggis dalam kegiatan pendidik sebaya
dalam melakukan kegiatan pendidik sebaya terlaksana secara individu dan
berkelompok, dilakukan secara bergantian. Kegiatan dilakukan pada tanggal
12 Mei 2014 di ruangan multimedia.
4. Melakukan koordinasi dengan puskesmas dan guru di sekolah untuk
pemantauan kegiatan pendidik sebaya. Pemantauan dilakukan minimal 2 bulan
sekali.
2. Puskesmas
Melakukan supervisi secara berkala kegiatan penyuluhan dan pelatihan
pendidik sebaya di SMP. Melakukan supervisi kegiatan pendidik sebaya
dalam mengatasi perilaku merokok pada remaja.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
73
dengan karakteristik yang sama. Pada tahap awal pengkajian, dilakukan winshield
survey , untuk mengkaji dan mempelajari komunitas secara keseluruhan. Pada
winshield survey, banyak ditemukan remaja yang merokok di depan gang sekolah
maupun di warung-warung, selain itu banyak juga penjual rokok di lingkungan
sekolah dan wilayah Kelurahan Curug yang menjual rokok per batang/ketengan.
Wawancara juga dilakukan dengan guru, siswa, serta beberapa remaja yang
menjadi keluarga binaan, untuk menggali pandangan orang tua tentang remaja
merokok.
Populasi dalam pengkajian komunitas ini adalah siswa SMP Kota Depok kelas
VII sampai dengan kelas IX dengan kriteria inklusi sebagai berikut :
a. Remaja dengan usia 12-20 tahun dan belum menikah.
b. Remaja yang tinggal bersama keluarga.
c. Remaja yang mampu berkomunikasi dengan baik dan bersedia dijadikan
responden.
Menurut Polit dan Beck (2012) populasi penelitian merupakan kumpulan individu
atau objek yang memiliki karakteristik tertentu yang menjadi fokus penelitian.
Populasi di dalam suatu penelitian merupakan sekelompok subjek atau data
dengan karakteristik tertentu (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa SMPB dengan jumlah siswa 998 siswa.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu untuk
mewakili populasi yang akan diteliti (Polit & Beck, 2012). Burns dan Grove
(2009) menyebutkan sampel sebagai bagian sekelompok orang, kejadian, perilaku,
atau unsur-unsur lain yang dapat digunakan untuk penelitian. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Kota Depok setelah dilakukan
randomisasi.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
74
/ ( . )
n=
Keterangan :
n = Besar sampel
α = Tingkat kesalahan 5% atau 0,05.
Z2 α/2 = Nilai statistic pada distribusi normal standar, pada tingkat kemaknaan
α (untuk α = 5% maka nilai Z = 1,96).
p = proporsi kejadian perilaku merokok : 18,6%
q = 1-p (proporsi remaja yang tidak merokok) yaitu 0,814
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
75
Tabel 4.2 Perhitungan Jumlah Sampel di SMP Kota Depok Tahun 2013
(n=250)
No Kelas (tiap Jumlah Remaja Jumlah
angkatan= 7 Sampel/Kelas
kelas)
1. VII 370/998 x 250 = 93 13
2. VIII 320/998 x 250 = 80 11
3. IX 308/998 x 250 = 77 11
Total 250
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
76
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
77
Kurangnya pengetahuan
remaja tentang bahaya
merokok bagi kesehatan
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
78
Tujuan Umum
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 9 bulan diharapkan
pemeliharaan kesehatan di SMP Kota Depok menjadi efektif.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 9 bulan diharapkan :
a. Terjadi peningkatan pengetahuan siswa tentang bahaya merokok dan upaya
pencegahannya.
b. Terjadi peningkatan sikap siswa dalam pencegahan perilaku merokok sebesar.
c. Terjadi peningkatan ketrampilan siswa dalam mengatasi atau megurangi
kebiasaan merokok.
d. Terjadi penurunan perilaku merokok pada siswa sebesar 70%.
Rencana Tindakan
Tindakan yang dilakukan mengatasai permasalah antara lain : 1) Skreening
perilaku merokok pada siswa; 2) Pendidikan kesehatan bahaya merokok bagi
kesehatan dan cara mengatasi/mengurangi rokok; 3) Penyebarluasan informasi
bahaya merokok melalui leaflet, poster; 4) Pemantauan perilaku merokok pada
siswa di sekolah.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
79
Pembenaran
Menurut Stanhope dan Lancaster (2010) pendidikan kesehatan merupakan salah
satu kegiatan dalam rangka tindakan promotif dan preventif melalui penyebaran
informasi dengan tujuan meningkatkan motivasi masyarakat agar dapat
berperilaku hidup sehat. Skreening dilakukan untuk mengetahui lebih awal
kebiasaan merokok pada siswa di sekolah. Teori Health Promotion Model juga
mengungkapkan bahwa proses kognitif dari hasil interaksi faktor personal dengan
situasi lingkungan akan membentuk perilaku kesehatan individu (Pender,
Murdaugh, & Parsons, 2002).
Pelaksanaan
1. Melakukan screening perilaku merokok pada remaja kelas VII dan kelas VIII.
2. Melakukan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok terhadap kesehatan
dan upaya mengatasi atau mengurangi kebiasaan merokok pada siswa kelas
VII A, VII B, VIII G dan VIII D setiap 1 minggu sekali pada pelajaran BK.
3. Melakukan kampanye anti rokok bersama dengan Peraya Gerak melalui
penyebaran leaflet, poster, pin, yang berisikan informasi tentang bahaya
merokok bagi kesehatan.
4. Melakukan pemantauan kebiasaan merokok pada siswa bekerjasama dengan
Peraya Gerak dan guru sekolah pada jam istirahat atau jam pulang sekolah.
Evaluasi
1. Terjadi peningkatan pengetahuan siswa tentang bahaya merokok bagi
kesehatan serta upaya pencegahannya sebelum dan sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan (dari rerata nilai pre test 9,75 menjadi post test 8,11).
2. Terjadi peningkatan sikap siswa mengenai kebiasaan merokok pada siswa
(dari rerata nilai pre test 32.87 menjadi post test 10,45), uji statistik dengan
test wilcoxon didapatkan p-value 0.000.
3. Terjadi penurunan kebiasaan merokok pada siswa sebanyak 60%, dari 10
orang siswa yang merokok 6 orang mengatakan total berhenti merokok, dan 4
orang siswa sudah mengurangi kebiasaan merokok 1-2 batang perhari.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
80
4. Tersebarnya leaflet, poster, dan pin tentang keren tanpa rokok, bahaya
merokok, serta upaya mengatasi atau mengurangi kebiasaan merokok.
Masalah II
Pola koping remaja tidak efektif pada siswa SMPB di Kota Depok (NANDA,
2012-2014).
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 9 bulan koping remaja menjadi
efektif.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 9 bulan diharapkan :
a. Terjadinya peningkatan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan siswa secara
signifikan tentang menolak ajakan negatif secara asertif.
b. Terjadi peningkatan kemampuan secara signifikan dalam menerima masukan
dan mengevaluasi diri dengan teknik MET-MYTRI.
c. Terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan siswa secara
signifikan tentang manajemen stress sebagai upaya pencegahan perilaku
merokok.
d. Penurunan perilaku merokok pada siswa melalui intervensi MET-MYTRI
sebesar 70%.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
81
Rencana Tindakan
Rencana tindakan untuk mengatasi masalah : 1) Melakukan pendidikan kesehatan
latihan ketrampilan hidup : menolak ajakan negatif secara asertif; 2) Terjadi
peningkatan kemampuan secara signifikan dalam menerima masukan dan
mengevaluasi diri dengan teknik MET-MYTRI; 3) Memberikan pendidikan
kesehatan tentang manajemen stress sebagai upaya pencegahan dan mengurangi
kebiasaan merokok pada siswa; 4) Melakukan terapi peningkatan motivasi pada
siswa yang mempunyai kebiasaan merokok.
Pembenaran
Menurut Depkes (2007) keterampilan Hidup atau Life Skills adalah berbagai
keterangan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang
memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan
dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. Selama masa remaja, mereka
mengalami berbagai perubahan dalam diri maupun dengan lingkungan sekitar,
perubahan yang terjadi seringkali tidak mudah diatasi oleh remaja. Untuk
membantu remaja menghadapi berbagai perubahan dalam hidup maka remaja juga
perlu dibekali dengan berbagai ketrampilan hidup agar mereka mampu
mengembangkan sikap, tindakan dan perilaku sehat yang bermanfaat bagi dirinya
sendiri.
Asertif dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatakan diri dengan tulus,
jujur, jelas tegas, terbuka, sopan, spontan, apa adanya, tidak dilatarbelakangi
maksud-maksud tertentu (Sunardi, 2010). Inti dari perilaku asertif adalah
kejujuran, yaitu cara hidup atau bentuk komunikasi yang beralaskan kepada
kejujuran hati yang paling dalam sebagai bentuk penghargaan pada orang lain,
tanpa menyakiti perasaan orang lain, mampu mengontrol perasaan diri sendiri
tanpa rasa takut dan marah.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
82
Pelaksanaan
Berdasarkan masalah asuhan keperawatan komunitas yang ke dua intervensi yang
telah dilakukan antara lain melakukan pendidikan kesehatan tentang menolak
ajakan negative secara asertif kepada siswa kelas VII A (33 orang), VIII G (39
orang) dan VIII I (33 orang) kegiatan dilakukan di ruang multimedia pada tanggal
18 Desember 2013, 22 Januari 2014, dan 5 Maret 2014. Pertemuan dilakukan
dengan diskusi dan tanya jawab materi komunikasi asertif, yang kemudian
dilanjutkan dengan role play menolak ajakan negative secara asertif sesuai dengan
kasus yang diberikan (merokok, minum-minuman beralkohol, mencontek,
membolos, pergi tanpa ijin orang tua).
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
83
Evaluasi
Penilaian kognitif dilihat dari hasil pre test dan post test setelah dilakukan
intervensi keperawatan. Terjadi peningkatan pengetahuan siswa tentang latihan
asertif (rerata nilai pre test 6,2 menjadi 7,3). Hasil uji statistik Wilkoxon (data
berdistribusi tidak normal) didapatkan p value sebesar 0,000 dengan nilai α =
0,05. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan
tentang menolak ajakan negative secara asertif. Penilaian ketrampilan dilihat dari
kemampuan siswa melakukan redemonstrasi menolak anajakan negatif secara
asertif, 90% siswa mampu mempraktekkan kembali sementara 10% masih tampak
malu-malu dan harus dimotivasi.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
84
Memberikan terapi motivasi kepada siswa yang merokok, kegiatan dilakukan baik
secara individu maupun kelompok dilakukan selama 15-30 menit. Terjadi
penurunan kebiasaan merokok pada siswa sebanyak 70%, dari 10 orang siswa
yang merokok 7 orang mengatakan total berhenti merokok, dan 3 orang siswa
sudah mengurangi kebiasaan merokok 1-2 batang perhari (terjadi peningkatan
kesiapan untuk berhenti merokok dari skala 1 menjadi skala 5).
Pengkajian yang dilakukan pada keluarga Bpk. M terhadap An. R (14 tahun),
dengan informan Ibu. M diperoleh data bahwa Ibu sering mencium bau rokok
pada baju dan mulut An. R. Ketika ditanya anak tidak pernah mau mengaku. An.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
85
R mengatakan sudah mencoba merokok saat usia 12 tahun. Dia merokok bersama
dengan teman-temannya saat nongkrong di warnet. Jumlah rokok yang dihabiskan
biasanya 2 batang perhari, dibeli dengan uang jajannya sendiri atau patungan
dengan temannya. Anak mengatakan merokok di usia remaja tidak akan
menyebabkan sakit, walaupun dia sudah pernah mendapatkan informasi bahaya
merokok di sekolah. An. R mengatakan susah untuk berhenti merokok, dan saat
ini memang belum ada keinginan untuk berhenti merokok. Apalagi jika melihat
teman-temannya merokok, An. R pasti ingin merokok juga.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
86
Ibu merasa kewalahan mengurus An. R, ibu sering bercerita kepada suami tentang
perilaku anaknya untuk mengurangi pikirannya. Suami mengatakan jangan terlalu
galak dan cerewet kepada anak, nanti anak semakin membangkang. Ibu
menyadari terlalu galak dan cerewet, hal ini dilakukan karena khawatir akan
pergaulan anaknya. Ibu mengatakan anaknya berubah semenjak masuk SMP,
menyadari jika anaknya sudah menginjak usia remaja. Ibu mengatakan belum
mengetahui perkembangan psikologis pada anak remaja, cara berkomunikasi yang
baik kepada remaja. Ibu cepat emosi sehingga nada yang dikeluarkan seperti
marah-marah.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
87
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 bulan, keluarga mampu
berhenti merokok.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 45 menit, keluarga mampu : 1)
Mengenal bahaya merokok bagi kesehatan dengan menjelaskan zat berbahaya dan
dampak merokok bagi kesehatan; 2) Mengambil keputusan untuk merawat remaja
dengan perilaku merokok; 3) Merawat anggota keluarga dengan perilaku
merokok; 4) Memodifikasi lingkungan dalam merawat remaja dengan perilaku
merokok; 5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi perilaku merokok
pda remaja.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
88
Pembenaran
Menurut Notoatmodjo (1993) pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha untuk
membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam meningkatkan
kemampuannya untuk mencapai kesehatan yang optimal. Pendidikan kesehatan
merupakan suatu proses belajar yang berarti terjadi perubahan kea rah yang lebih
baik (Pender, 2001). Pemberian konseling, coaching menolak ajakan negative
secara asertif pada keluarga dengan anak remaja dapat memfasilitasi keluarga dan
remaja untuk dapat belajar berperilaku yang lebih positif.
Pelaksanaan
TUK 1-2 dengan menggunakan lembar balik dan leaflet : 1) Mendiskusikan
bersama keluarga tentang zat berbahaya yang terdapat di dalam 1 batang rokok,
bahaya merokok bagi kesehatan; 2) Memberikan kesempatan pada keluarga untuk
mengidentifikasi perilaku merokok pada keluarga; 3) Memberikan pujian atas
kemampuan keluarga; 4) Mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang apa yang
telah didiskusikan; 5) Memberikan motivasi/dukungan kepada keluarga untuk
mengambil keputusan mencegah akibat lanjut perilaku merokok pada remaja.
TUK 3-4 dengan 1) Mendiskusikan cara menolak ajakan negatif secara asertif
kepada remaja, memberikan kesempatan kepada remaja untuk mendemonstarikan
menolak ajakan negative secara asertif, memberikan pujian atas usaha yang
dilakukan keluarga dan remaja; 2) Mendiskusikan dan melatih remaja teknik
berhenti merokok dengan seketika, menunda, dan mengurangi. Mencatat
kebiasaan merokok dan upaya berhenti, serta menuliskan faktor penghambat
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
89
Evaluasi
Kemampuan keluarga dari aspek kognitif yang dinilai dengan memberikan
pernyataan terkait bahaya merokok bagi kesehatan dan upaya mengatasinya secara
lisan. Remaja dan keluarga mampu menjelaskan cara mengurangi kebiasaan
merokok, menolak ajakan merokok secara asertif agar tidak menyinggung
perasaan orang lain. Penilaian dari segi ketrampilan dilihat dari jadwal berhenti
merokok yang ditulis remaja, terjadi penurunan jumlah konsumsi rokok. Keluarga
mengatakan anaknya lebih sering berada di rumah, pulang tepat waktu, jarang
mencium bau rokok lagi. Setelah dilakukan terapi peningkatan motivasi, 6 dari 10
remaja mengatakan berhenti merokok karena takut terkena penyakit. Empat
remaja mengatakan mulai mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi,
mengurangi kumpul dengan teman-teman yang merokok.
Masalah II
Pola komunikasi keluarga tidak efektif.
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 bulan, pola komunikasi
keluarga menjadi efektif.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
90
Tujuan Khusus
Setelah pertemuan 3 x 45 menit, keluarga mampu : 1) Mengenal komunikasi
efektif pada remaja : pengertian, cara berkomunikasi dengan remaja; 2)
Mengambil keputusan mengatasi komunikasi tidak efektif pada remaja; 3)
Menjaga komunikasi efektif dengan remaja; 4) Mampu memodifikasi lingkungan
yang sesuai untuk menciptakan komunikasi yang efektif pada remaja; dan 5)
Memanfaatkan layanan kesehatan remaja untuk mengatasi masalah komunikasi
pada remaja seperti layanan PKPR di puskesmas.
Pembenaran
Menurut Depkes (2007) bimbingan atau coaching merupakan proses belajar
intensif melalui bimbingan perorangan, demonstrasi, dan praktik serta diikuti
dengan pemberian umpan balik segera. Coaching yang diberikan kepada keluarga
berupa cara berkomunikasi yang efektif dengan remaja, sehingga pesan yang
disampaikan tepat kepada remaja.
Pelaksanaan
TUK 1-2, dengan menggunakan lembar balik dan leaflet : 1) Mendiskusikan
bersama keluarga mengenai komunikasi efektif pada remaja, pengertian
komunikasi, tujuan komunikasi efektif dengan remaja, kunci pokok komunikasi
dengan remaja, dan teknik komunikasi efektif dengan remaja; 2) Mendiskusikan
bersama keluarga akibat yang terjadi apabila masalah komunikasi dengan remaja
tidak segera diatasi; 3) Memberi kesempatan kepada keluarga untuk
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
91
TUK 3-4, dengan 1) Coaching tentang teknik komunikasi dan latihan kesadaran
diri anggota keluarga dengan menggunakan permainan Johari Window, dilakukan
kepada An. R yang nantinya akan dipraktekkan secara mandiri ke anggota
keluarga yang lain ; 2) Konseling komunikasi efektif dengan remaja kepada orang
tua; 3) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk melakukan redemonstrasi
cara komunikasi efektif kepada remaja; 4) Memberikan pujian atas usaha yang
telah dilakukan oleh keluarga; 5) Mendiskusikan bersama keluarga menciptakan
suasana yang kondusif agar terbentuk komunikasi yang efektif dengan remaja.
Evaluasi
Penilaian pada aspek kognitif dengan memberikan pertanyaan secara lisan
mengenai komunikasi efektif pada remaja. Penilaian diperoleh dari orang tua dan
remaja. penilaian dari segi ketrampilan diperoleh dari kemampuan keluarga
mendemonstrasikan kembali cara komunikasi yag efektif dengan remaja.
Keluarga mampu mendemonstrasikan kembali komunikassi efektif dengan
remaja. Remaja mengatakan ibunya lebih sabar jika menasehati anak. Ibu juga
mengatakan selalu menjaga nada bicara saat berhadapan dengan anak remajanya.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
92
No Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Menerima petugas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(Perkesmas)
2. Menerima √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pelayanan kesehatan
sesuai rencana
keperawatan
4. Memanfaatkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai
anjuran
5. Melakukan tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
93
No Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
keperawatan
sederhana sesuai
anjuran
6. Melakukan tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pencegahan secara
aktif
7. Melakukan tindakan √ √ √ √ √ √ - √ - √
peningkatan
kesehatan
(promotif) secara
aktif
Hasil dari pengelolaan terhadap kesehatan keluarga binaan adalah 2 remaja sudah
berhenti merokok, dan mengurangi kumpul-kumpul dengan temannya yang
merokok. Delapan remaja mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi 1-2 batang
per hari. Selain itu, hasil penilaian didapatkan bahwa pengetahuan, sikap dan
ketrampilan keluarga mengatasi perilaku merokok pada remaja meningkat.
Remaja mulai mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi (tingkat kesiapan
berhenti merokok meningkat) hingga akhirnya bisa berhenti, mengurangi
nongkrong dengan teman-teman yang merokok, dan lebih banyak berada di rumah
atau melakukan kegiatan olahraga. Pada tahap terminasi terhadap masing-masing
keluarga kelolaan, terdapat dua keluarga yang masih memiliki tingkat
kemandirian III dan delapan keluarga dengan anak remaja telah memiliki tingkat
kemandirian IV.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
94
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah diperoleh hasil dari pelaksanaan asuhan keperawatan maka bab ini menguraikan
perbandingan kesenjangan dan pencapaian hasil dengan teori, konsep, dan penelitian
terkait. Pembahasan tersebut meliputi analisis kesenjangan dan pencapaian pelaksanaan
manajemen pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan keluarga, dan keperawatan
komunitas pada aggregate remaja dengan perilaku merokok di SMP Kota Depok.
Pelaksanaan pendidik sebaya dilakukan oleh peer educator dan merupakan salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk melaksanakan kegiatan PKPR. Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional juga membentuk pendidik sebaya yang disebut dengan PIK-
KRR yang dilaksanakan di sekolah maupun masyarakat. Pendidik sebaya (peer educator)
orang atau siswa yang menjadi narasumber bagi kelompok remaja sebaya yang telah
mengikuti pelatihan pendidik sebaya dalam membantu permasalahan yang dialami oleh
remaja. Seorang pendidik sebaya dalam melaksanakan tugasnya dibimbing oleh konselor
ahli atau pengelola program kesehatan remaja di Puskesmas atau fasilitas kesehatan
lainnya atau didampingi oleh guru, ketua atau pemimpin kelompok remaja. Menurut
Pender, Murdaugh, dan Parson (2002) kelompok sebaya terdiri dari sekumpulan individu
94 Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
95
yang berfungsi secara informal untuk memberikan bantuan dan memenuhi kebutuhan
anggota kelompok lain. Individu yang tergabung dalam kelompok ini memiliki
pengalaman hidup yang sama dengan anggota kelompok yang akan dibantunya.
Pengalaman, saran, dan keberhasilan koping yang digunakan dipandang penting untuk
membantu memecahkan masalah yang menjadi perhatian utama dan dipercaya sebagai
sumber dukungan bagi kelompok.
Menurut Cohen, Gottlien, dan Underwood (2000, dalam Pender, Murdaugh, & Parson,
2002) bahwa dukungan kelompok sebaya lebih cenderung memberikan pengertian, empati,
dan saling membantu, sehingga dibutuhkan ketrampilan dalam komunikasi diantaranya
mampu mendengarkan secara aktif dalam memecahkan masalah. Dalam mengatasi
permasalahan oleh remaja, mereka lebih sering mendiskusikannya dengan teman sebaya
daripada dengan orang tua atau orang dewasa lainnya. Upaya yang dilakukan untuk
membangun budaya teman sebaya yang positif adalah dengan mengembangkan pendidik
sebaya pada lingkungan sekolah.
Dukungan sosial dalam konteks area sekolah dinilai dari kader anti rokok dalam hal ini
adalah pendidik sebaya yang aktif sebagai kelompok sebaya di area sekolah. Kegiatan
promosi kesehatan oleh pendidik sebaya dalam kampanye anti-rokok memperlihatkan hasil
yang positif, terjadi peningkatan pengetahuan, dan sikap siswa terhadap kampanye anti
rokok. Pencapaian hasil ini memperkuat hasil penelitian Aslan dan Sahin (2003); Karabey
dan Simsek (2001) tentang peran kelompok swabantu remaja terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap positif remaja dalam berperilaku hidup sehat tanpa rokok dan
proteksi terhadap kejadian penyakit menular seksual dan HIV/AIDS. Berdasarkan hasil di
atas terlihat bahwa kelompok pendidik sebaya di area sekolah memiliki dampak positif
terhadap pencegahan perilaku merokok di kalangan remaja.
Pendidik sebaya yang telah dibentuk diberikan pelatihan tentang bahaya merokok dan
upaya mangatasi/mengurangi kebiasaan merokok. Hasil pelatihan menunjukkan
peningkatan pengetahuan yang signifikan tentang bahaya merokok dan pencegahannya (p-
value 0,0005). Pelatihan yang diberikan kepada pendidik sebaya harus diberikan secara
berkelanjutan. Ditinjau dari fungsi manajemen personalia, bahwa memperbaiki dan
peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan dengan cara merekrut, memilih, menempatkan,
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
96
Hambatan yang ditemui dalam kegiatan pendidik sebaya adalah pendidik sebaya masih
belum percaya diri memberikan pendidikan kesehatan dalam kelompok besar. Pendidik
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
97
sebaya harus dimotivasi dan dibekali ilmu yang cukup agar dapat tampil maksimal saat
melakukan penyuluhan kesehatan. Belum tersedianya media penyuluhan di sekolah
menyebabkan pendidik sebaya harus membuat sendiri, hal ini membutuhkan waktu.
Pelatihan secara berkelanjutan, penyediaan media di sekolah, dukungan dari guru dan
petugas puskesmas sangat diperlukan demi kelangsungan kegiatan pendidik sebaya di
SMP Kota Depok.
Pendidikan kesehatan perilaku merokok meliputi kandungan zat di dalam rokok, bahaya
merokok bagi kesehatan, dan upaya penanganannya. Kampanye anti rokok dilakukan
dengan penyebaran leaflet, poster dan pin. Terjadi peningkatan pengetahuan pada siswa
setelah diberikan pendidikan kesehatan (rerata nilai pretest 63,2 menjadi 73,2). Hal ini
sejalan dengan penelitian Hidayat (2013) bahwa terjadi peningkatan pengetahuan yang
signifikan pada siswa setelah dilakukan pendidikan kesehatan langsung tentang kesehatan
reproduksi. Menurut Bloom (1956, dalam Santrock, 2007) peningkatan pengetahuan
sangat berkontribusi pada pembentukan perilaku, karena pengetahuan merupakan elemen
dari perilaku.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
98
Penekanan pendidikan kesehatan lebih kepada upaya mengubah perilaku siswa agar
berperilaku sehat terutama pada aspek kognitif (pengetahuan dan pemahaman siswa),
sehingga pengetahuan sasaran pendidikan telah sesuai dengan yang diharapkan oleh
pendidikan kesehatan maka pendidikan kesehatan berikutnya akan dijalanan sesuai dengan
program yang telah direncanakan (Nasution, 2004). Menurut Bloom (1956, dalam
Santrock, 2007) elemen awal bagi terciptanya perilaku seseorang adalah dari pengetahuan.
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan di tiga area yaitu komunitas atau masyarakat,
sekolah, dan tempat perawatan. Menurut Glanz, et al (2008) pendidikan kesehatan di
sekolah mencakup pengajaran di kelas, pelatihan guru, dan perubahan lingkungan sekolah
yang mendukung perilaku sehat. Pendidikan kesehatan di sekolah diantaranya untuk
mendorong adopsi pengendalain perilaku merokok di sekolah, kesehatan reproduksi atau
HIV/AIDS. Adapun tujuan pendidikan kesehatan menurut Yazachew dan Alem (2004)
adalah memotivasi sesorang untuk mengadopsi perilaku sehat melalui promosi kesehatan
dengan memberikan pengetahuan yang tepat dan membantu untuk mengembangkan sikap
positif serta membantu individu membuat keputusan mengenai kesehatan dan memperoleh
kepercayaan diri serta ketrampilan dalam pengambilan keputusan.
Menurut Sunardi (2010) aserif merupakan kemampuan untuk menyatakan diri dengan
tulus, jujur, tegas, terbuka, sopan, spontan, apa adamya tentang hal-hal yang dianggap
menyenangkan maupun mengganggu sesuai dengan hak-hak yang dimiliknya tanpa
merugikan, menyinggung, atau melukai perasaaan orang lain. Adapun tujuan latihan asertif
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
99
ini agar seseorang dapat membuat pilihan tentang perilakunya, bisa merasakan membuat
keputusan untuk hidupnya, dan dapat membuat memilih apa yang akan dilakukan. Perilaku
asertif mengharuskan sesorang utnuk menghormati orang lain sebagaimana kita
menghormati diri sendiri. Latihan asertif dirancang untuk memberikan kesempatan
belajar, berlatih, dan mempraktekkan ketrampilan asertif yang baru (Pitt & Roth, 1978).
Pitt dan Roth juga mengungkapkan bahwa latihan asertif dapat mengubah konsep diri
menjadi positif, konsep diri merupakan sesuatu yang permanen namun dapat ditembus atau
diubah. Berdasarkan uraian tersebut maka latihan asertif mampu mengubah perilaku
negatif siswa menjadi perilaku yang positif dan hidup sehat tanpa rokok.
Pelaksanaan latihan asertif ini dilaksanakan kepada 53 siswa, jumlah ini masih kurang jika
dibandingkan dengan target pelayanan PKPR di sekolah yaitu minimal 20% dari jumlah
siswa (Depkes, 2008). Jika jumlah siswa SMPB 998 siswa, maka minimal 200 siswa yang
diberikan pelatihan. Keterbatasan waktu dan jadwal belajar mengajar yang cukup padat
menjadi kendala untuk melakukan pelatihan, sehingga pelatihan dilakukan secara bertahap
dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan jadwal pelajaran dan konseling.
Terjadi penurunan kebiasaan merokok pada siswa sebanyak 40%, dari 10 orang siswa yang
merokok 4 orang mengatakan total berhenti merokok, dan 6 orang siswa sudah
mengurangi kebiasaan merokok 1-2 batang perhari (terjadi peningkatan kesiapan untuk
berhenti merokok dari skala 1 menjadi skala 5) setelah dilakukan terapi motivasi. Terapi
dilakukan selama 15-30 menit dengan jumlah pertemuan 12 kali pertemuan. Motivational
Enhancement Therapy (MET) atau terapi peningkatan motivasi merupakan terapi singkat
yang digunakan untuk mengatasi perilaku berisiko yang didasarkan pada teknik motivasi
(Rollnick & Miller, 1991).
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
100
Gallowat, et al (2007) terhadap 127 klien pengguna obat-obatan terlarang, 78% klien
mengurangi konsumsi narkoba. Pertemuan yang singkat menyebabkan remaja tidak jenuh
untuk mengikuti kegiatan, unsur-unsur yang dianggap efektif untuk mengatasi masalah
kecanduan alkohol pada remaja, diantaranya yaitu sikap empatik, gaya terapi
nonkonfrontasi, penekanan tanggung jawab untuk perubahan kepada remaja, pemberian
feedback, pemberian nasehat/saran, adanya pilihan alternatif untuk berubah bagi remaja,
dan peningkatan kepercayaan diri remaja untuk berubah (Miller & Suvereign, 1989, dalam
Tavyaw, et al, 2009); reflection technique, pertanyaan terbuka (Galloway, 2007).
Terdapat beberapa kendala bagi remaja dalam mengurangi kebiasaan merokok antara lain
kurangnya niat dari remaja; adanya keluhan mulut terasa pahit jika tidak merokok; dan
lingkungan keluarga dan teman yang merokok menimbulkan keinginan remaja kembali
untuk merokok. Baldwin, Rothman, dan Hertel (2006) mengemukakan bahwa langkah
awal sebagai penentu keberhasilan seseorang dalam program berhenti merokok adalah
keyakinannya pada diri sendiri untuk berhenti merokok. Pendapat yang sama juga
dikemukakan oleh Whetherall (2006) yang mengatakan hal terpenting dalam penghentian
kebiasaan merokok ialah niat yang tulus dan kuat dari dalam diri perokok sendiri untuk
menghentikan kebiasaan merokok.
Adanya keluhan mulut terasa pahit jika tidak merokok menjadi salah satu penyebab
gagalnya remaja untuk berhenti merokok. Penelitan yang sama juga diungkapkan oleh
Kumboyono (2008) bahwa hambatan yang paling dominan dalam berhenti merokok adalah
timbulnya keluhan fisik seperti mulut terasa asam, lemas, dan psikologis seperti perasaan
tidak nyaman dari perokok ketika harus mengurangi rokok yang dikonsumsinya. Hal ini
menunjukkan gejala ketergantungan terhadap nikotin untuk menjalankan fungsi
kehidupan. Ketergantungan terhadap nikotin menunjukkan kebutuhan remaja untuk
dirujuk ke layanan kesehatan remaja yang ada di masyarakat maupun sekolah.
Hasil wawancara dengan beberapa siswa perokok mengatakan tidak pernah berkonsultasi
dengan guru BK di sekolah maupun klinik sanitasi yang ada di puskesmas untuk
membantu mengurangi kebiasaan merokok. Mereka mengatakan tidak nyaman
berkonsultasi dengan guru BK atau orang yang lebih tua, lebih nyaman bercerita dengan
teman sebaya, selain itu mereka merasa sehat-sehat saja jadi tidak perlu berobat atau
konseling ke petugas kesehatan. Faktor risiko sistem perawatan kesehatan terjadi karena
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
101
Adapun hambatan yang dialami saat melakukan intervensi keperawatan komunitas adalah
sulitnya mengatur jadwal pertemuan dengan siswa karena jadwal belajar mengajar yang
padat. Perawat melakukan pendekatan kepada kepala sekolah, bidang kurikulum, dan guru
BK agar bisa melakukan intervensi kepada siswa. Melalui diskusi maka kegiatan dapat
dilakukan pada jam pelajaran BK atau mengumpulkan siswa sebelum memulai pelajaran di
siang hari.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
102
Terapi peningkatan motivasi juga diberikan kepada remaja yang mempunyai kebiasaan
merokok. Hasil evaluasi menunjukkan 2 remaja berhenti merokok secara total di minggu
kedua, 5 remaja mengatakan berhenti merokok di minggu ke 10. Hal ini sesuai dengam
penelitian Rolnick dan Miller (1991) bahwa terjadi penurunan perilaku merokok pada
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
103
remaja setelah dilakukan intervensi Hambatan yang ditemui oleh mereka adalah adanya
keluhan mulut terasa pahit, dan tidak nyaman apabila tidak merokok. Hasil yang sama
diungkapkan oleh Kumboyono (2008) bahwa hambatan yang paling dominan terhadap
pencapaian target berhenti merokok adalah timbulnya keluhan fisik seperti mulut terasa
asam, lemas, serta keluhan psikologis seperti perasaan tidak nyaman dari perokok ketika
harus mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsinya. Adanya pengaruh dari lingkungan
(keluarga) dan teman sebaya menyebabkan remaja ingin merokok lagi. Berdasarkan hasil
penelitian Saprudin (2006) remaja merokok karena tekanan peer, berteman dengan
perokok usia muda, dan mempunyai orang tua yang merokok. Lingkungan dan dukungan
sangat penting dalam mencegah kebiasaan merokok. Lingkungan tersebut antara lain
support sosial yang baik (McMurray, 2003). Dukungan sosial terdekat dengan remaja
adalah keluarga ketika di rumah, dan jika di sekolah antara lain teman sekolah, guru, dan
staf.
Perubahan kognitif dan sosial pada remaja menyebabkan seringnya timbul konflik antara
remaja dengan orang tua (Papalia, Old, Feldman, 2003). Sehingga dibutuhkan komunikasi
efektif pada keluarga dengan anak remaja sehingga pesan yang disampaikan oleh orang tua
dapat diterima dengan benar oleh remaja. Elemen pertama keluarga sehat adalah
komunikasi yang jelas dan kemampuan untuk saling mendengarkan (Currand, 1983;
Friedman, Bowden, & Jones, 2010). Semakin besarnya tuntutan remaja untuk mandiri,
menguasai segala bidang menjadi hambatan orang tua saat melakukan komunikasi dengan
remaja. Menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2010) mengungkapkan bahwa hambatan
komunikasi orang tua dengan remaja biasanya terjadi karena proses komunikasi yang
disfungsional, yaitu membuat asumsi, respon yang menghakimi, ketidakmampuan
mendefisikan kebutuhan, gagal untuk mendengarkan, dan menghina. Adanya masalah
komunikasi dapat menimbulkan kebiasaan merokok pada remaja, komunikasi merupakan
faktor penting dalam struktur fungsional keluarga. Hal ini dibuktikan hasil penelitian
Saprudin (2006) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi dengan
kebiasaan merokok pada remaja. Keluarga dengan komunikasi yang baik berpeluang 3,171
kali untuk mencegah kebiasaan merokok daripada keluarga yang komunikasinya kurang
baik. Komunikasi dalam keluarga perlu dijaga dengan baik karena akan menjadi media
bagi remaja untuk mendiskusikan/curhat masalah yang dihadapinya.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
104
Menurut Depkes (2007) tingkat kemandirian keluarga dinilai melalui tujuh hal dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga yaitu : 1) Penerimaan keluarga terhadap
petugas kesehatan dan pengetahuan keluarga tentang remaja dengan perilaku merokok; 2)
Penerimaan keluarga untuk memutuskan tindakan keparawatan pada remaja; 3) Mampu
mengungkapkan permasalahan yang dihadapi keluarga; 4) Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan; 5) Keluarga melakukan tindakan
keperawatan sesuai anjuran perawat termasuk terapi modalitas; 6) Keluarga mampu
mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah remaja yang merokok; dan 7)
Keluarga mampu meningkatkan status kesehatannya melalui tindakan promotif. Hasil
evaluasi terhadap 10 keluarga binaan, 8 keluarga berada pada tingkat kemandirian IV dan
2 keluarga pada tingkat kemandirian III.
Adapun hambatan dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain membina hubungan
saling percaya tidak bisa dilakukan hanya dengan sekali kunjungan, remaja biasanya takut
jika didatangi ke rumahnya, remaja menganggap jika dirinya bermasalah jika dikunjungi
ke rumah. Keberadaan remaja di rumah juga menjadi kendala dalam memberikan asuhan
keperawatan. Remaja ada di rumah setelah jam dua siang, terkadang masih ada kegiatan di
luar jam sekolah, atau mereka kumpul dengan teman-temannya membuat kesulitan
bertemu dengan remaja. Mengantisipasi hal ini, perawat membuat janji jauh-jauh hari jika
akan melakukan kunjungan rumah. Selain dengan remaja, perawat juga membuat janji
yang sama dengan orang tua, diharapkan orang tua dapat mengingatkan anaknya untuk
tidak keluar sepulang sekolah, dan perawat datang lebih awal dari jadwal kunjungan
rumah.
5.2 Keterbatasan
Sosialisasi mengenai program pencegahan perilaku merokok di sekolah yang dilakukan
saat lokmin belum mencapai target sasaran, yaitu Dinkes, Puskesmas, dan Disdik tidak
hadir setiap pelaksanaan lokmin, hal ini memungkinkan terjadinya informasi yang terputus
mengenai materi yang disampaikan. Pendampingan dan pelatihan pendidik sebaya secara
berkelanjutan tidak dapat dilakukan secara optimal karena tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab terhadap layanan kesehatan remaja hanya satu orang dan merangkap
dengan tugas yang lain.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
105
Isu penelitian ini bersifat sensitif sementara proses informed consent dilakukan di kelas-
kelas sehingga remaja merasa tidak terjamin kerahasiaannya. Kondisi ini diasumsikan
dapat mempengaruhi diperolehnya data secara objektif karena kejujuran remaja. Ruangan
konseling di sekolah belum sesuai dengan gaya remaja, belum kedap suara, sehingga
kurang menjamin privacy remaja. Pertemuan dengan siswa terkdang dilakukan di kelas
atau di depan ruangan guru yang banyak dilalui siswa dan guru. Keterbatasan selanjutnya
adalah kurangnya kerjasama dan dukungan dari keluarga menyebabkan pertemuan yang
sudah direncanakan gagal karena remaja pergi dengan teman-temannya. Penilaian program
berhenti merokok dinilai dari pengakuan remaja dan hasil observasi selama di sekolah.
Sehingga diasumsikan belum menunjukkan penilaian perilaku yang optimal.
5.3 Implikasi
5.3.1 Praktik Keperawatan Komunitas
Penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi remaja, keluarga, pendidik sebaya,
perawat komunitas, Puskesmas, Dinkes, dan Disdik mengenai manfaat pelaksanaan MET-
MYTRI dalam mengatasi perilaku merokok pada siswa di sekolah yang umumnya belum
mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan. Pencegahan merokok melalui pembentukan
pendidik sebaya merupakan wadah bagi siswa untuk mendapatkan informasi kesehatan.
Penyampain informasi oleh pendidik sebaya lebih mudah diterima oleh kelompoknya
karena menggunakan bahasa yang sederhana dan dipahami oleh remaja.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
106
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
107
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
6.1.1 Telah terbentuk Pendidik sebaya (Peraya Gerak) sebagai salah satu strategi
penanggulangan perilaku merokok pada siswa di SMP Kota Depok. Kegiatan yang
dilakukan oleh Peraya Gerak adalah pendidikan kesehatan kepada kelompok
sebaya tentang bahaya merokok dan upaya pencegahannya, mengidentifikasi dan
memotivasi siswa yang merokok untuk mengurangi atau berhenti merokok.
6.1.2 Peningkatan pengetahuan pendidik sebaya secara signifikan setelah dilakukan
pelatihan bahaya merokok bagi kesehatan, cara mengurangi atau mencegah
kebiasaan merokok, dan manajemen stress pada remaja.
6.1.3 Peningkatan ketrampilan pendidik sebaya melakukan penyuluhan kepada
kelompok sebaya (rerata nilai pre test 7,23 menjadi 8,1) dengan p value 0,0210.
Hal ini menunujukkan peningkatan yang signifikan akan kemampuan pendidik
sebaya melakukan penyuluhan setelah diberikan pembekalan teknik MET-MYTRI.
6.1.4 Peningkatan pengetahuan siswa setelah dilakukan intervensi MET-MYTRI (rerata
nilai pretest 7,92 menjadi 8,7). Uji statistik dengan test wilcoxon didapatkan p-
value 0.000 maka dapat disimpulkan adanya perbedaan signifikan pengetahuan
siswa tentang bahaya merokok dan pencegahannya setelah dilakukan intervensi.
6.1.5 Peningkatan sikap siswa setelah dilakukan intervensi MET-MYTRI (rerata nilai
pretest 32,87 menjadi 33,16). Uji statistik dengan test wilcoxon di dapatkan p-value
0,000 maka dapat disimpulkan adanya perbedaan signifikan sikap remaja dalam
mengatasi perilaku merokok sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.
6.1.6 Terjadi peningkatan kemandirian keluarga setelah dilakukan kunjungan rumah
terhdap 10 keluarga kelolaan, 80% pada tingkat kemandirian IV dan 20% pda
tingkat kemandirian III.
6.1.7 Penurunan perilaku merokok pada kelompok intervensi sebanyak 60% dari 10
siswa total berhenti merokok, 40% telah mengurangi rokok yang dikonsumsi
setelah dilakukan intervensi MET-MYTRI.
107
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
108
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan
6.2.1.1 Menetapkan kebijakan layanan kesehatan remaja khususnya perilaku
merokok dalam renstra Dinas Kesehatan Kota Depok.
6.2.1.2 Menempatkan perawat spesialis komunitas untuk mengembangkan
program inovasi yang dilakukan di tingkat Dinas Kesehatan.
6.2.1.3 Menempatkan perawat dengan latar belakang pendidikan sarjana
keperawatan di tingkat Puskesmas untuk melaksanakan pembinaan
kesehatan remaja di suatu wilayah.
6.2.1.4 Menempatkan perawat minimal pendidikan sarjana di sekolah-sekolah
sebagai upaya peningkatan kesehatan anak usia sekolah.
6.2.1.5 Menetapkan anggaran untuk pelatihan, supervisi dan monitoring berkala
pelaksanaan layanan kesehatan remaja baik di tingkat Dinas Kesehatan
dan Puskesmas.
6.2.1.6 Mensosialisasikan program PKPR yang dapat digunakan siswa untuk
berkonsultasi ke sekolah-sekolah setiap ajaran baru
6.2.1.7 Memberdayakan pendidik sebaya sebagai strategi intervensi pencegahan
perilaku merokok pada remaja di sekolah dan masyarakat.
6.2.1.8 Media promosi kesehatan yang menarik (games, video, leaflet, poster) di
sekolah dan masyarakat tentang bahaya merokok bagi kesehatan.
6.2.1.9 Kerjasama dengan pihak terkait Disdik, BKKBN, maupun LSM dalam
mengatasi perilaku merokok pada remaja.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
109
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K.D. (2014). Community and Public Health
Nursing. Philadelphia : Lipincott Williams & Wilkins.
Allender, J.A., & Spradley, B.W. (2005). Community health nursing : promoting
and protecting the public’s health. Philadelphia : Lipincott Williams &
Wilkins.
Arora, Mathur, & Singh. (2012). A framework to prevent and control tobacco
among adolescents and children : Introducing the IMPACT Model.
Indian Journal Pediatric. DOI 10.1007/s12098-012-0768-y
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
-------------. (2007). Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR). Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga : Riset, Teori, & Praktik. Jakarta : EGC.
Hitchcock, J.E., Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing:
caring in action. Albani : Delmas Publisher.
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Komalasari, D., Helmi, A.F. (1999). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok
Pada Remaja. Buletin Psikologi. 1999 (10). Yogyakarta : Fakultas
Psikologi UGM.
Kozier, B., Glenora., B., & Synder, S.J. (2004). Fundamental of Nursing :
Concepts, Process, and Practice. New Jersey : Pearson Education. Inc.
Marquis, B.L., & Huston, C.J. (2012). Leadership Role and Management
Function In Nursing : Theory and Application. 7th edition. Philadelphia
: Lippincott Williams & Wilkins.
McDonald, et al. (2003). Peer education for evidenced and practice : an alcohol
& other drugs primer. http://www.nceta.flinders.edu.au/pdf/peer-
education/entire-monograph,pdf, diakses tanggal 5 Maret 2014.
Mellanby, et al. (2001). A comparative study of peer-led & adult-led school sex
study education. http://her.oxfordjournals.org/content/16/4/481.full,
diakses pada tanggal 9 Juni 2014.
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Nies, M.A., & McEwen, M. (2007). Community/ Public Health Nursing:
Promoting the Health of Populations. St. Louis, Missouri: Saunders
Elsevier.
Papalia, D.E., Old, S.W., & Feldman, F.D. (2008). Human Development. The
McGraw Hill Companies.
Pender, N.J., Murdaugh, C.L., & Parsons, M.A. (2002). Health Promotion in
Nursing Practice. New Jersey : Pearson Education, Inc.
Pitt, A., and Roth, B. (1978). A model for assertive training : integration of feeling
and behavior,
http://www.springerlink.com/index/Q48MM66T81311427.pdf, diakses
tanggal 10 Januari 2014.
Saucier, L.K., Janes, S., (2009). Community health nursing; caring for the
public’s health. Second edition. USA: Jones and Bartlett Publisher, LLC
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2010). Community health nursing : Promoting
health of agregates, families and individuals, 7th ed. St.Louis : Mosby,
inc.
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Steinberg, L. (2002). Adolescence. Sixth edition. USA: McGraww-Hill
Companies.
Tevyaw & Monti, P.M. (2004). Motivational Enhancement and other brief
intervention for adolescent substance abuse : foundation, application, and
evaluation. Addiction, 99, 63-67.
Tomey, A.M., & Aligood, M.R. (2006). Nursing Theorist and Their Work.
Philadelphia : Aelsevier.
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Lampiran 1
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Bagaimana Perubahan positif Peningkatan Peringkat semua
Pentingya untuk untuk komunitas kualitas masalah dari 1
dipecahkan jika dipecahkan kehidupan jika sampai 6
dipecahkan
Rendah =1 Tidak ada = 0 Kurang penting =
Diagnosa Total
Rata-rata = 2 Rendah =1 Tidak ada = 0 1
Tinggi = 3 Rata-rata = 2 Rendah =1 Sangat penting =
Tinggi = 3 Rata-rata = 2 6
Tinggi = 3
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Lampiran 2
Skoring Diagnosis Keperawatan Komunitas
No Masalah No Kriteria Beratnya Kriteria Ranking Prioritas Masalah
masalah (1-10) (1-10) (Berat msalah x
Ranking)
1. Ketidakefektifan 1. Kesadaran masyarakat terhadap masalah 8 7 56
pemeliharaan 2. Motivasi masyarakat untuk 8 8 64
kesehatan pada menyelesaikan masalah
siswa di SMP 3. Kemampuan masyarakat untuk 8 8 64
Kota Depok menyelesaikan masalah
4. Tersedianya fasilitas di masyarakat 8 8 64
5. Derajat keparahan masalah 7 7 49
6. Waktu untuk menyelesaikan masalah 7 8 56
353
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Masalah No Kriteria Beratnya Kriteria Ranking Prioritas Masalah
masalah (1-10) (1-10) (Berat msalah x
Ranking)
4. Tersedianya fasilitas di masyarakat 8 7 56
5. Derajat keparahan masalah 6 6 36
6. Waktu untuk menyelesaikan masalah 6 6 36
289
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Masalah No Kriteria Beratnya Kriteria Ranking Prioritas Masalah
masalah (1-10) (1-10) (Berat msalah x
Ranking)
4. Risiko 1. Kesadaran masyarakat terhadap masalah 7 7 49
peningkatan 2. Motivasi masyarakat untuk 7 7 49
angka kesakitan menyelesaikan masalah
pada remaja 3. Kemampuan masyarakat untuk 8 8 64
menyelesaikan masalah
4. Tersedianya fasilitas di masyarakat 8 8 64
5. Derajat keparahan masalah 7 7 49
6. Waktu untuk menyelesaikan masalah 7 7 49
324
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Prioritas Masalah Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga tidak efektif
3. Potensi masalah untuk 1/3 x 1 = 1/3 An. R sulit dinasehati semenjak beranjak
dicegah : rendah SMP, jika ada Bpk. M anak akan lebih
banyak berada di rumah, ibu sering
menasehati anaknya agar patuh dan
belajar bertanggung jawab. Orang tua
sampai memukul/mencubit anak jika
sudah keterlaluan.
Total 4 1/3
1. Sifat masalah : aktual 3/3 x 1 = 1 Saat ini An. R berada dalam tahap
perkembangan remaja. An. R
belum mengetahui tugas
perkembangan dan perannya
sebagai remaja. Orang tua
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No. Kriteria Skor Pembenaran
Total 3 1/3
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No. Kriteria Skor Pembenaran
Total 3 1/3
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No. Kriteria Skor Pembenaran
Total 2 2/3
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Lampiran
20
18
Res 1
16
Res 2
14
Res 3
12
Res 4
10
Res 5
8
Res 6
6 Res 7
4 Res 8
2 Res 9
0 Res 10
mgg mgg mgg mgg mgg mgg mgg mgg mgg mgg mgg mgg
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Diagram Evaluasi Kelompok Non Intervensi
14
12
10
Res 1
8 Res 2
Res 3
6 Res 4
Res 5
4
Res 6
Res 7
2
0
Mgg 1 Mgg 2 Mgg 3 Mgg 4 Mgg 5 Mgg 6 Mgg7 Mgg 8 Mgg 9 Mgg Mgg Mgg
10 11 12
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
LEMBAR EVALUASI MET-MYTRI
OLEH PENDIDIK SEBAYA
No Item Skor
0 1 2
Tahap Pre Interaksi
1. Mempersiapkan media penyuluhan (leaflet, lembar balik, dll)
2. Media penyuluhan sudah sesuai dengan materi yang akan
disampaikan.
3. Menyiapkan tempat kegiatan yang kondusif (ruangan tidak
sempit, tidak panas, tidak bising)
Tahap Kerja
4. Menyampaikan salam pembuka.
5. Memperkenalkan diri, menyampaikan maksud, dan tujuan dari
kegiatan.
6. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan.
7. Menggali informasi dari peserta tentang informasi yang sudah
diketahui tentang bahaya merokok, kebiasaan merokok pada
remaja (jumlah, waktu, dan tempat remaja merokok)
8. Sesi 1 : Mengidentifikasi masalah dan memberikan
feedback (nonkonfrontasi, tidak menghakimi)
Misal :
“Apa kerugian dan keuntungan yang kamu dapatkan dari
merokok?”
“Bayangkan apa yang terjadi jika kamu berhenti atau tetap
merokok?”
“Betapa sehatnya kamu jika kamu tidak merokok.”
9. Sesi 2 : Menggali alasan dan menggunakan menggunakan
keinginan remaja untuk melakukan perubahan, berfokus
pada peningkatan dirinya di masa lalu dan kemampuan
karakteristik remaja untuk melakukan perubahan.
Misal :
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Item Skor
0 1 2
“Apa saja kegiatan yang biasa kamu lakukan dengan penuh
semangat sebelum kamu mencoba merokok?”
“Raihlah cita-citamu itu tanpa bergaul dengan rokok.”
10. Sesi 3 : mengidentifikasi hambatan, mengembangkan
rencana perubahan
“Apa hambatan yang kamu alami ketika kamu mencoba
berhenti merokok?”
“Apa yang kamu lakukan untuk mengatasinya?”
“Mari mencari solusi untuk mengatasinya.”
8. Mempertahankan kontak mata ke peserta.
9. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.
10. Memberikan kesempatan bertanya kepada peserta
11. Memberikan pujian atas jawaban atau usaha yang telah
dilakukan oleh peserta
Tahap Terminasi
12. Melakukan kontrak untuk pertemuan atau kegiatan selanjutnya.
13. Menyampaikan salam penutup.
14. Merapikan media dan alat pendukung lainnya
15. Mendokumentasikan ke dalam buku kerja pendidik sebaya
Catatan :
Skor 0 : Tidak dilakukan
Skor 1 : Dilakukan tapi kurang lengkap
Skor 2 : Dilakukan dengan lengkap
1. Nama : …………………………………
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
2. Umur : ....................…………… tahun
3. Kelas :
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist (√) pada jawaban
yang kamu pilih!
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Pengkajian Motivational Enhancement Therapy
Tahun 2014
Data Demografi
Nama
Umur
Jenis Kelamin Laki-laki/perempuan (coret yang tidak sesuai)
Suku
Kelas
No.Telepon
Alamat
Time line Followback
Isilah pernyataan dibawah ini sesuai dengan kondisimu saat ini
Konsumsi rokok/hari
Alkohol/hari
Zat lainnya
(Ganja/ putaw/ shabu)
Contemplation Ladder
Berikan tanda checklist (√) tentang kesiapan kamu untuk berhenti merokok
Skala Respon Keterangan
1 Saya tidak punya masalah dengan merokok, dan saya
tidak bermaksud untuk menguranginya.
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Modified Fagestorm Tolerance Questinnaire
Berikan tanda checklist (√) pernyataan dibawah ini sesuai dengan keadaanmu sekarang.
No Pernyataan Skor
1 Berapa jumlah rokok yang kamu konsumsi dalam
sehari? 0
1-10 btg 1
11-20 btg 2
21-30 btg 3
31 atau lebih
2 Jenis rokok apa yang kamu konsumsi?
Rendah nikotin (0,5 mg atau kurang). 1
Nikotin kadar sedang (1,0-1,2 mg). 2
Tinggi nikotin (1,3,mg atau lebih).
3
3 Seberapa sering kamu menghirup asap rokokmu?
Tidak pernah 0
Kadang kadang 1
Selalu 2
4 Berapa lama setelah bangun pagi, kamu menghisap
rokok pertamamu?
Kurang dari 5 menit 3
Antara 6-30 menit 2
Antara 31-60 menit 1
5 Apakah dalam sehari kamu menghabiskan waktu
selama 2 jam untuk merokok?
Tidak 0
Ya 1
Terima Kasih
Universitas Indonesia
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Responden :
Petunjuk pengisian :
Isilah titik-titik dan berilah tanda checklist (√) pada pilihan yang tersedia.
Kuesioner A
1. Nama : .............................................
2. Alamat : RT ....... / RW ................. Kelurahan .................. Kecamatan .........................
3. Umur : .................. tahun
4. Jenis Kelamin : Laki-laki / perempuan* (*coret yang tidak sesuai)
5. Suku : ......................................
6. Pendidikan : SMP / Kelas .....................
7. Bagaimana status tinggal kamu saat ini ?
Satu rumah dengan keluarga
Kos atau kontrak rumah sendiri
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
12. Informasi masalah kesehatan remaja apa saja yang pernah kamu peroleh:
Bahaya merokok
Kesehatan reproduksi
Bahaya seks bebas
Bahaya NAPZA
HIV-AIDS
Lainnya (sebutkan) : ....................................
Tidak pernah
13. Kegiatan apa yang kamu lakukan untuk memanfaatkan waktu luang?
Olah raga
Kesenian
Bermain internet
Nongkrong dengan teman-teman
Lainnya (sebutkan) : ..................................
14. Berapa rerata jumlah uang saku kamu setiap hari : Rp ....................
16. Berikan tanda cheklist (√) masalah kesehatan yang kamu alami dalam 6 bulan terakhir :
Batuk
Sesak
Keputihan
Gatal di daerah alat kelamin
Lainnya (sebutkan) : ………………….
17. Berikan tanda cheklist (√) pernyataan dibawah ini yang kamu rasakan sebagai masalah
(jawaban boleh lebih dari satu) :
Kurang percaya diri jika tidak mengikuti kebiasaan teman
Merasa stress
Diejek karena tidak mengikuti kebisaan teman
Pulang larut malam
Sering bersikap emosional
Berbohong pada orang tua
Suka tidur larut malam
Prestasi disekolah menurun
Sulit konsentrasi untuk belajar
Lainnya (sebutkan) : …………………………………………………………………
18. Informasi mengenai perilaku merokok yang pernah kamu dapatkan dalam 6 bulan terakhir :
Bahaya dan dampak merokok
Tips mencegah perilaku merokok
Cara berhenti merokok
Tidak pernah
Lainnya (sebutkan) : ……………………..
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
19. Menurut kamu apa penyebab perilaku merokok di kalangan remaja (jawaban boleh LEBIH
DARI SATU)?
Pengaruh teman sebaya
Ingin coba-coba
Agar terlihat gagah
Lebih percaya diri dengan merokok
Agar diterima oleh teman-temannya
Orangtua/saudara perokok
Melihat iklan rokok
Lainnya (sebutkan) : ………………………………………….
Kuesioner B
No Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah kamu memiliki teman yang berpengaruh besar dalam
mempengaruhi kehidupan kamu?
2. Apakah keluarga kamu telah memberikan kasih sayang yang memuaskan?
3. Apakah kamu merasa telah diperlakukan dengan baik oleh orang tua?
4. Apakah kamu merasa lebih nyaman bergaul dengan teman daripada
keluarga?
5. Apakah kamu merasa lebih nyaman berada di dalam rumah daripada di luar
rumah?
6. Apakah kamu merasa lebih mudah berbicara masalah yang kamu alami
dengan teman daripada dengan keluarga?
7. Apakah kamu merasa bahwa keluarga tidak bisa memahami keadaan kamu
saat ini?
8. Apakah kamu merasa bangga dengan kondisi kamu saat ini?
9. Apakah kamu punya permasalahan dengan keluarga?
10. Apakah ada anggota keluarga kamu yang merokok?
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Pertanyaan Ya Tidak
sekolah?
12. Apakah kamu pernah mendapatkan informasi cara berhenti merokok dari
keluarga?
13. Apakah kamu pernah menggunakan uang saku untuk membeli rokok?
14. Apakah keluarga kamu sudah mengetahui bahwa kamu merokok?
15. Apakah kamu merasa bahwa keluarga mampu memberikan solusi masalah
merokok yang kamu hadapi?
16. Apakah kamu merasa bahwa keluarga mampu membantu kamu untuk
berhenti merokok?
17. Apakah kamu merasa bahwa lingkungan rumah sangat mendukung untuk
berhenti merokok?
18. Apakah kamu merasa bahwa keluarga telah membantu memanfaatkan
fasilitas kesehatan untuk berhenti merokok?
19. Apakah keluarga/orang tua/saudara kamu merokok?
Kuesioner C
No Pernyataan Benar Salah
1. Merokok dapat menyebabkan kanker paru dan mulut.
2. Merokok dapat menyebabkan impotensi/kemandulan.
3. Perokok aktif lebih berisiko terserang penyakit daripada
perokok pasif.
4. Merokok dapat mengakibatkan gastritis (penyakit
peradangan lambung).
5. Merokok dapat menyebabkan ketergantungan/ kecanduan.
6. Wanita hamil yang merokok, maupun terpapar asap rokok
dapat mengalami keguguran.
7. Selain merugikan kesehatan, merokok juga dapat
menimbulkan kerugian ekonomi.
8. Merokok dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.
9. Merokok di usia muda tidak menimbulkan masalah
kesehatan.
10. Merokok dapat mempengaruhi orang di sekitar kita untuk
ikut merokok.
11. Kandungan nikotin di dalam rokok menyebabkan
seseorang menjadi kecanduan.
12. CO2 hasil pembakaran rokok menyebabkan darah susah
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Kuesioner D
No Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat
Setuju Setuju Tidak
Setuju
1. Merokok dikalangan remaja merupakan hal yang
biasa di jaman modern sekarang ini.
2. Jika saya berteman dengan perokok, maka
kemungkinan besar saya akan ikut merokok juga.
3. Jika orang tua atau saudara saya perokok, maka saya
akan mudah terpengaruh untuk merokok.
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat
Setuju Setuju Tidak
Setuju
4. Iklan rokok di TV membuat saya terpengaruh untuk
merokok.
5. Saya lebih percaya diri jika sedang merokok.
6. Perokok lebih sering sakit dibandingkan dengan
bukan perokok.
7. Jika kamu merokok, temanmu akan ikut merokok.
8. Merokok dapat mengurangi stress dan dapat
mendatangkan inspirasi.
9. Merokok memudahkan pergaulan dengan teman-
teman.
10. Membeli rokok dapat menghabiskan uang saya.
11. Merokok dapat membuat saya menderita banyak
penyakit.
12. Merokok dapat meningkatkan harga diri.
Kuesioner E
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Saksi
( )
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
BUKU KERJA PENDIDIK
SEBAYA
Kelas : ……………………………………….
Alamat : ……………………………………….
No.Tlp : ……………………………………….
2
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
1 BAHAYA ROKOK
3
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Apakah rokok itu?
Rokok merupakan salah satu zat adiktif
yang bila digunakan mengakibatkan
bahaya kesehatan bagi diri sendiri
maupun masyarakat, oleh karena itu
diperlukan berbagai kegiatan pengamanan rokok bagi kesehatan.
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu
atau bentuk lainnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau
tanpa bahan tambahan.
Tar
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada
saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai
uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan
membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi,
saluran pernapasan dan paru-paru. Pengendapan bervariasi
antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar di
dalam rokok berkisar 24-45 mg.
4
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Nikotin
Nikotin itu sendiri apabila diisap akan merangsang keluarnya
hormone adrenalin dan horman non adrenalin, yaitu hormon
yang mengakibatkan naiknya frekuensi denyut jantung dengan
sendirinya akan menaikkan kebutuhan energi. Nikotin dapat
meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah,
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan
menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada
pemakainya. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu
kanker paru-paru yang mematikan, menjadi faktor utama
serangan penyakit jantung dan strok.
Karbonmonoksida
Karbon Monoksida adalah gas beracun yang biasanya
dikeluarkan oleh asap knalpot kendaraan. Jika racun rokok
itu memasuki tubuh manusia ataupun hewan, maka akan
merusak setiap organ, yaitu mulai dari hidung, mulut, tekak,
saluran pernafasan, paru-paru, pembuluh darah, jantung,
organ reproduksi, sampai ke saluran kencing dan kandung
kencing.
5
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Penyebab merokok pada remaja
NEXT… 6
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Mencoba
NEXT… 7
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
3. Tahap Menjadi Perokok
Salber dkk (dalam Leventhal dan Cleary, 1980, dalam Efendi
,2004) menyatakan bahwa merokok empat batang rokok sudah
cukup membuat orang untuk merokok pada masa dewasa dan
dapat membuat mereka jadi tergantung melalui percobaan
berulang dan pemakaian secara teratur. Data menunjukkan
bahwa 85%-90% orang yang merokok empat batang rokok akan
merokok secara teratur yang secara tidak langsung berarti bahwa
percobaan merokok pada masa remaja akan mendorong mereka
untuk merokok ketika dewasa, baik ketika usia muda mereka
ingin atau tidak ingin menjadi perokok. Namun jelas bahwa
banyak anak muda tidak sampai menghabiskan empat batang
rokok.
8
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
BAHAYA MEROKOK
Rambut Rontok
Rokok memperlemah sistem kekebalan tubuh, sehingga rentan
terhadap penyakit dan menyebabkan rambut rontok, sariawan mulut.
Katarak
Memutihnya lensa mata yang menghalangi masuknya cahaya dan
menyebabkan kebutaan. 40% terjadi pada seseorang yang perokok
Rokok menyebabkan katarak dengan cara mengiritasi mata dengan
Kulit Keriput
Merokok menyebabkan penuaan dini. Karena rusaknya protein yang
berguna untuk menjaga elastisitas kulit, terkikisnya vitamin A,
terhambatnya aliran darah sehingga kulit perokok menjadi kering dan
keriput terutama di sekitar bibir dan mata.
Hilangnya Pendengaran
Tembakau dapat menyebabkan timbulnya endapan pada dinding
pembuluh darah sehingga menghambat laju aliran darah ke dalam
telinga bagian dalam. Risiko terkena infeksi telinga bagi perokok 3 kali
lebih besar daripada orang yang tidak merokok
Kanker Kulit
Seorang perokok akan 2 kali besar akan mengalami kanker kulit yaitu
meninggalkan bercak merah pada kulit
NEXT…
9
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Karies
Rokok mempengaruhi keseimbangan kimiawi dalam mulut.
Membentuk plak yang berlebihan, membuat gigi menjadi kuning dan
akhirnya terjadi karies. Perokok berisiko kehilangan gigi mereka 1,5 kali
lipat
Emfisema
Merokok dapat menyebabkan emfisema, yaitu pelebaran dan rusaknya
kantong udara pada paru-paru yang dapat menurunkan kapasitas paru
untuk menghisap oksigen dan melepaskan CO2
Kerusakan Paru
Rusaknya kantung udara pada paru yang menurunkan kapasitas paru
dan oksigen untuk melepas oksigen (O2). Apabila keadaan ini berlanjut
maka akan terjadi penumpukan lendir sehingga mengakibatkan batuk
yang terasa nyeri dan kesulitan bernafas
Osteoporosis
Karbonmonoksida (C0) yaitu zat kimia beracun yang banyak terdapat
pada gas buangan mobil dan asap rokok yang lebih mudah terikat pada
darah daripada oksigen sehingga kemampuan darah untuk mengangkut
oksigen turun 15% pada perokok.
Akibatnya adalah :
Tulang pada perokok akan kehilangan kekuatannya dan menjadi lebih
mudah patah dan retak serta penyembuhannya 85% lebih lama.
Perokok lebih rentan terhadap masalah punggung
Tukak Lambung
Konsumsi tembakau dapat menurunkan kemampuan
lambung untuk menetralkan asam lambung setelah makan
sehingga sisa asam akan menggerogoti dinding lambung.
Tukak lambung yang diderita para perokok lebih sulit dirawat
dan disembuhkan
10
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Penyakit Jantung
Pemakaian tembakau merupakan salah satu faktor risiko terbesar
untuk penyakit ini
Rokok menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat, menaikkan
tekanan darah dan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dan yang
lebih parah lagi menyebabkan serangan jantung dan stroke
Diskolori jari-jari
Tar yang terdapat pada asap rokok menyebabkan jari-jari dan
kuku menjadi warna cokelat kekuningan
Kanker Uterus
Rokok menyebabkan masalah kesuburan pada wanita dan berbagai
komplikasi selama masa kehamilan dan kelahiran bayi. Kegagalan hamil
terjadi 2-3 kali lebih besar pada wanita perokok. Rokok dapat
menurunkan kadar estrogen yang menyebabkan terjadinya menopause
dini pada wanita
Kerusakan Sperma
Rokok menyebabkan perubahan bentuk pada sperma dan kerusakan
pada DNA. Pria yang merokok meningkatkan risiko menjadi seorang
ayah dari anak yang memiliki bakat kanker. Rokok juga dapat
memperkecil jumlah sperma dan ketidaksuburan banyak terjadi pada
perokok
Penyakit Buerger
Terhambatnya aliran darah sehingga jika dibiarkan tanpa
adanya perawatan akan mengarah ke gangren (matinya jaringan
tubuh) sehingga berdampak harus diamputasi/dipotong.
11
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Keuntungan Berhenti Merokok
Perubahan Tubuh Setelah Berhenti Merokok
Dalam 20 menit : Dalam 2-12 minggu :
Tekanan darah dan denyut nadi Sirkulasi di berbagai bagian
kembali normal tubuh mulai membaik
Dalam 72 jam :
Bernafas mulai lebih lega karena bronkus (paru) lebih elastis.
12
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
2 CARA BERHENTI
MEROKOK
13
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Cara Berhenti Merokok
a. Niat dan kemauan yang kuat untuk berhenti merokok.
b. Membuat evaluasi harian tentang keburukan merokok.
c. Jauhkan segala hal yang akan memunculkan keinginan untuk merokok.
d. Minum atau makan buah, permen atau makanan kecil lainnya jika
timbul keinginan untuk merokok.
e. Sibukkan diri dengan aktifitas atau hobi yang bermanfaat.
f. Meminta dukungan orang-orang terdekat. Cobalah menarik nafas
panjang selama tiga kali perlahan-lahan jika keinginan merokok muncul.
g. Mengubah citra tentang merokok
14
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No. Citra yang ada Kita ubah menjadi
15
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
KECERDASAN EMOSI SEBAGAI UPAYA
MENGHENTIKAN KEBIASAAN MEROKOK
1. Kesadaran Diri
16
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Sabar dalam menghadapi godaan dan keinginan merokok.
3. Memotivasi Diri
17
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
KETRAMPILAN MENOLAK AJAKAN
MEROKOK
1. Memberi Alasan
Cara ini adalah teknik mengatakan TIDAK dan memberikan
alasan atas tanggapan. Alasan tersebut mendukung keputusan
yang dibuat.
Contoh :
a. Pengaruh pada kalian :
“Tidak, aku tidak merokok karena akan membuat mulut dan
nafasku bau.”
b. Pendapat pribadi :
“Tidak, aku tidak suka merokok karena rasanya tidak enak.”
c. Pengaruhnya pada kesehatan :
“Tidak, aku tidak merokok karena akan merusak paru-paruku.”
d. Menyarankan kegiatan lain :
e.
2. Menyarankan Kegiatan Yang Lain
Menolak ajakan untuk merokok dengan member alternatif
kegiatan. Kegiatan ini membuat kalian tetap berteman dan bisa
membantu teman lain terhindar dari ajakan merokok.
Contoh :
a. “Tidak, terima kasih. Lebih baik kita main futsal aja yuk!”
b. “Tidak, aku tidak merokok. Lebih baik kita main basket saja.”
19
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
Bagaimana cara mengisi buku kerja ini?
Contoh :
No Masalah Remaja Informasi yang Hasil Keterangan
(Identitas teman, diberikan (Hambatan/
masalah merokok) pertanyaan yang
belum terjawab)
1. Nama : Al/ 14 thn/ 8G 1. Penyuluhan ttg 1. Al mengatakan 1. Tidak ada
Merokok sejak usia 10 bahaya merokok merokok sangat
tahun, Al tidak tahu (Kamis, 4 April mebahayakan
bahaya merokok bagi 2014, pkl : bagi kesehatan.
kesehatan. Al 10.00-12.00) Al mengatakan
mengatakan sulit ingin berhenti
menolak ajakan merokok
merokok dari teman-
temannya.
2. Melatih 2. Al mampu 2. Al masih ragu-
menolak ajakan mempraktekkan ragu, kurang
secara asertif kembali cara percaya diri.
(Kamis, 11 April menolak ajakan 3. Perlu dimotivasi
2014, pukul merokok secara terus menerus.
10.00-10.30) asertif.
20
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
FORMULIR CATATAN KEGIATAN PENDIDIK SEBAYA
BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN
21
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Masalah Remaja Informasi yang diberikan Hasil Keterangan
(Identitas teman, masalah (Hambatan/pertanyaan
merokok) yang belum terjawab)
22
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Masalah Remaja Informasi yang diberikan Hasil Keterangan
(Identitas teman, masalah (Hambatan/pertanyaan
merokok) yang belum terjawab)
23
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Masalah Remaja Informasi yang diberikan Hasil Keterangan
(Identitas teman, masalah (Hambatan/pertanyaan
merokok) yang belum terjawab)
24
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Masalah Remaja Informasi yang diberikan Hasil Keterangan
(Identitas teman, masalah (Hambatan/pertanyaan
merokok) yang belum terjawab)
25
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Masalah Remaja Informasi yang diberikan Hasil Keterangan
(Identitas teman, masalah (Hambatan/pertanyaan
merokok) yang belum terjawab)
26
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Masalah Remaja Informasi yang diberikan Hasil Keterangan
(Identitas teman, masalah (Hambatan/pertanyaan
merokok) yang belum terjawab)
27
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Masalah Remaja Informasi yang diberikan Hasil Keterangan
(Identitas teman, masalah (Hambatan/pertanyaan
merokok) yang belum terjawab)
28
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Masalah Remaja Informasi yang diberikan Hasil Keterangan
(Identitas teman, masalah (Hambatan/pertanyaan
merokok) yang belum terjawab)
29
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Masalah Remaja Informasi yang diberikan Hasil Keterangan
(Identitas teman, masalah (Hambatan/pertanyaan
merokok) yang belum terjawab)
30
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
No Masalah Remaja Informasi yang diberikan Hasil Keterangan
(Identitas teman, masalah (Hambatan/pertanyaan
merokok) yang belum terjawab)
31
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
REFERENSI
Alfi Satiti, 2011. Strategi Rahasia Berhenti Merokok. Penerbit Data Media : Yogyakarta
Atikah Proverawati & Eni Rahmawati, 2012. PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Penerbit Nuha Medika : Yogyakarta
Balai Pengobatan penyakit paru paru Yogyakarta. (2011). Menuju Generasi Tanpa Rokok.
BP4 : Yogyakarta.
Baiduri Widad, 2008. Rokok : Mengenal Bukan Berati Mencoba. Penerbit CV. Empat Pilar
Pendidikan : Yogyakarta
Muhammad Jaya, 2009. Pembunuh Berbahaya itu bernama Rokok. Penerbit Riz’ma :
Yogyakarta
Sugeng Triswanto, 2007. Stop Smoking. Penerbit Progresif Books : Yogyakarta
Suryo Sukendro, 2007. Filosofi rokok Sehat Tanpa Berhenti Merokok. Penerbit : Pinus Book
Publisher : Yogyakarta
Tjandra Yoga Aditama, 2011. Rokok dan Kesehatan. Edisi Ketiga. Penerbit Universitas
Indonesia Jakarta
32
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014
33
MET-MYTRI sebagai ..., Sang Ayu Made Adyani, FIK UI, 2014