Self Medication - docx-WHO
Self Medication - docx-WHO
Terdapat beberapa hal yang harus di kuasai oleh seorang farmasis pada pelayanan
swamedikasi, yaitu (Blenkinsopp & paxton,2002):
1. Membedakan antara gejala minor dan gejala yang lebih serius.
“Triaging” adalah istilah yang diberikan untuk membedakan tingkat keseriusan gejala
penyakit yang timbul dan tindakan yang harus di ambil. Farmasis telah memiliki prosedur
untuk mengumpulkan informasi dari klien, sehingga dapat memberikan saran untuk
melakukan pengobatan atau menyarankan rujukan ke dokter.
2. Kemampuan mendengarkan (Listening skills)
Farmasis membutuhkan informasi dari klien untuk membatu membuat keputusan dan
merekomendasikan suatu terapi. Proses ini dimulai dengan suatu pertanyaan pembuka dan
penjelasan kepada klien kemungkinan diajukannya pertanyaan yang bersifat lebih pribadi.
Hal ini diperlukan agar farmasis dapat mengenali gejala lebih jauh, sehingga dapat
merekomendasikan terapi yg benar.
3. Kemampuan bertanya (Questioning skills)
Farmasis harus memiliki kemampuan untuk mengajukan pertanyaan dalam usaha untuk
mengumpulkan informasi tentang gejala klien. Farmasi harus mengembangkan suatu metode
untuk mengumpulkan informasi yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan dasar yang harus
diajukan. Ada dua metode umum yang digunakan.
Yang pertama disingkat sebagai WHAM
· W : Who is the patient and what are the symptoms (siapakah klien dan apa gejalanya)
· H : How long have the symptoms (berapa lama timbulnya gejala)
· A : Action taken (Tindakan yang sudah dilakukan)
· M : Medication being taken (obat yang sudah digunakan)
Yang kedua dikembangkan oleh Derek Balon, seorang farmasis di london yaitu ASMETHOD
· A : Age / appearance (Usia klien)
· S : Self or someone else (dirinya sendiri atau orang lain yang sakit)
Seorang farmasis harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi yang dapat diberikan oleh
seorang farmasis dalam pelayanan swamedikasi yaitu
1. Nama obat dan kekuatannya, farmasis harus menjelaskan kesamaan penggunaan obat paten
dan obat generik, apabila suatu saat terjadi penggantian obat.
2. Indikasi dan aturan pakai, hal ini merupakan faktor penting yang harus di ketahui klien saat
menerima obat. Sehingga klien benar – benar mengerti tentang waktu penggunaan obat dan
instruksi khusus yang harus di perhatikan oleh klien, misalnya “kocok dahulu” atau “harus
diminum saat lambung kosong”.
3. Mekanisme kerja farmasis harus menjelaskan kerja obat sesuai dengan gejala yang diderita
klien. Sebab beberapa obat memiliki mekanisme kerja yang berbeda, sesuai dengan indikasi
terapinya.
4. Efek pada gaya hidup, beberapa terapi dapat menimbulkan perubahan pada gaya hidup klien
misalnya mengurangi mengkonsumsi alkohol, merokok, mengurangi olah raga berlebihan.
5. Penyimpanan obat, informasi tentang cara penyimpanan obat sangat penting terutama untuk
obat – obat yang memiliki aturan penyimpanan tertentu, misalnya harus di simpan di lemari
es, harus disimpan terlindung dari cahaya atau di jauhkan dari jangkauan anak – anank.
6. Efek samping potensial, klien harus diinformasikan tentang efek samping yang mungkin
timbul dalam penggunaan obat. Efek samping tersebut dapat berupa efek samping ringan
yang dapat di prediksi, contoh perubahan warna urin, sedasi, bibir kering dan efek samping
yang perlu perhatian medis, misalnya reaksi alergi, nausea, vomiting dan impotensi.
7. Interaksi antar obat dan makan, farmasis harus memberikan informasi tentang kemungkinan
adanya interaksi antar obat yang digunakan ataupun dengan makan yang di konsumsi oleh
klien, sehingga klien dapat mengetahui aturan pakai yang benar dari masing – masing obat,
contohnya pemberian antikoagolan berinteraksi dengan pemberian aspirin.
Informasi tambahan lainya yaitu pembuangan obat yang telah kadaluarsa dan kapan saatnya
berkonsultasi ke dokter.