Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Lapangan pandang merupakan perluasan perifer dari dunia visual.1


Tranquair mengatakan bahwa lapangan pandang bagaikan sebuah pulau
penglihatan ( island of vision ) di lautan yang gelap, dimana pulau tersebut
merupakan lapangan pandang dan lautan gelap merupakan daerah sekililing
yang tidak dapat dilihat.2 Lapangan pandang sendiri juga dibagaikan sebuah
bukit, dimana ketajaman penglihatan yang terbaik berada di fovea atau puncak
bukit dan menurun secara progresif ke perifer. Pada orang normal, lapangan
pandang meluas hingga sekitar 50° ke arah superior, 60° ke arah nasal, 70° ke
arah inferior, dan 50° ke arah temporal. Di sisi temporal lapang pandang
terletak bintik buta antara 10° dan 20°. 3,4
Pada kelainan lapangan pandang, dapat terjadi penyempitan dari batas
lapangan pandang tersebut atau adanya bintik buta di berbagai macam daerah di
lapangan pandang. Oleh karena kelaianan lapangan pandang yang besar
sekalipun dapat saja tidak jelas bagi pasien, pemeriksaan lapangan pandang
sebaiknya dilakukan pada setiap pemeriksaan oftalmologis. Hasil dari
pemeriksaan lapangan pandang dapat membantu diagnosis penyebabnya.5
Terdapat berbagai macam metode pemeriksaan lapangan pandang, dari
yang sederhana hingga kompleks dan membutuhkan alat khusus. Antara lain
pemeriksaan lapangan pandang yang sering digunakan adalah : tes konfrontasi,
perimetri, dan kisi – kisi Amsler. Pemilihan metode pemeriksaan lapangan
pandang dapat disesuaikan kebutuhan. Pemeriksaan – pemeriksaan tersebut
tidak ada yang menimbulkan nyeri dan tidak memiliki risiko. 5,6

1
BAB II
PEMBAHASAN

II. 1. Anatomi Jalur Visual


II. 1. 1. Retina
Retina merupakan lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan
semitransparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola
mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh corpus ciliare dan berakhir
pada ora serrata dengan tepi tidak rata. Retina terdiri dari 10 lapisan, dimulai
dari sisi dalamanya adalah sebagai berikut: (1) membran limitans interna, (2)
lapisan serat saraf yang mengandung akson – akson sel ganglion yang berjalan
menuju nervus optikus, (3) lapisan sel ganglion, (4) lapisan pleksiform, (5)
lapisan inti dalam, (6) lapisan pleksiform luar, (7) lapisan inti luar, (8) membran
limitans eksterna, (9) lapisan fotoreseptor, dan (10) epitel pigmen retina.
Pada bagian tengah – tengah retina posterior terdapat makula
berdiameter 5 – 5,6 mm, yang secara klinis dinyatakan sebagai daerah yang
dibatasi oleh cabang – cabang pembuluh darah retina temporal. Makula lutea
merupakan daerah yang berdiameter 3 mm yang mengandung pigmen luteal
kuning – xantofil. Di pusat makula terdapat fovea yang berdiameter 1,5 mm ini
merupakan zona avaskular retina, dan ditengahnya fovea terdapat foveola yang
tampak sebagai cekungan dan merupakan bagian retina yang paling tipis, hanya
mengandung fotoreseptor kerucut, dan memberi tajam penglihatan yang
optimal. Medial dari fovea terdapa discus opticus, yaitu bagian dari nervus
opticus yang tampak dengan oftalmoskop.
Fotoreseptor, yang terdiri dari sel batang yang bertanggung jawab untuk
penglihatan malam hari ( skotopik ) dengan beragam corak abu – abu dan sel
kerucut yang bertanggung jawab untuk penglihatan siang hari ( fotopik ) dan
warna. Fotoreseptor tersusun sedemikian rupa sehingga kerapatan sel kerucut
meningkat di pusat makula ( fovea ), seemakin berkurang ke perifer, sedangkan
kerapatan sel batang lebih tinggi di perifer. Sel – sel fotoreseptor tersebut
deteksi cahaya yang masuk ke dalam mata dan mengubah rangsangan cahaya
tersebut menjadi impuls saraf. Badan sel fotoreseptor tersebut mengeluarkan
tonjolan ( processus ) yang bersinaps dengan sel bipolar. Kemudian sel bipolar
bersinaps dengan sel ganglion, yang akson - aksonnya membentuk lapisan serat
saraf pada retina dan menyatu membentuk nervus opticus pada discus opticus. 3

Gambar 1. Anatomi Retina.


II. 1. 2. Nervus Opticus
Nervus opticus meninggalkan rongga orbita melelui canalis opticus dam
bergabung dengan nervus opticus sisi kontralateral membentuk chiasma
opticum. Di dalam chiasma opticum, serabut dari setengah bagian sisi nasal
( medial ) setiap retina, temasuk setengah bagian nasal makula, menyilang garis
tengah dan masuk ke traktus opticus sisi kontralateral, sedangkan serabut –
serabut dari setengah bagian temporal ( lateral ) setiap retina, termasuk
setengah bagian temporal makula berjalan ke posterior dalam tractus opticus
sisi yang sama. Masing – masing tractus opticus berjalan mengelilingi
penduculus cerebri menuju ke corpus geniculatus lateralis, tempat tractus
opticus akan bersinaps. Akson – akson sel saraf di dalam corpus geniculatus
lateralis keluar dan membentuk radiatio optica yang melintasi lobus temporalis
dan parietalis dalam perjalanan ke korteks lobus oksipitalis, dimana terdapat
korteks visual primer ( area 17 ) dan korteks asosiasi visual ( area 18 dan 19 ). 3

Gambar 2. Jaras Nervus Opticus. 8


II. 2. Lapangan Pandang
Lapangan pandang merupakan seluruh daerah yang dapat dilihat tanpa
mengalihkan pandangan.3 Tiap lapang pandang dapat direpresentasikan sebagai
suatu jenis kontur, mendemonstrasikan kemampuan untuk melihat satu target
dengan ukuran dan kecerahan tertentu. Lapang pandang tidak rata; daerah pusat
mata dapat mendeteksi objek yang jauh lebih kecil dibandingkan di perifer. Hal
ini menghasilkan ‘bukit penglihatan’ di mana objek yang dilihat dengan detil
terbaik berada di puncak bukit ( di fovea ) dan berkurang secara progresif
menuju ke perifer. Ini berhubungan dengan papil saraf di mana tidak terdapat
fotoreseptor. 1

Gambar 3. Bukit Penglihatan. 10

Aspek luar dari lapangan pandang meluas hingga sekitar 50° ke arah
superior, 60° ke arah nasal, 70° ke arah inferior, dan 50° ke arah temporal. Di
sisi temporal lapang pandang terletak bintik buta antara 10° dan 20°. 4
II. 3. Pemeriksaan Lapangan Pandang
Pemeriksaan lapangan pandang digunakan untuk menentukkan batas
luar dari persepsi visual pada retina perifer dan kualitas berbagai penglihatan di
area tersebut. Sebaiknya pemeriksaan lapangan pandang dilakukan pada setiap
pemeriksaan oftalmologik. Pemeriksaan lapangan pandang dapat mendeteksi
kehilangan penglihatan perifer dan memberikan gambaran peta dari defek
penglihatan tersebut yang dapat membantu dalam menemukan penyebabnya. 6
Lapangan pandang dapat diperiksa dengan berbagai metode, antara
lain : tes konfrontasi, perimetri, dan kisi – kisi Amsler. Semua pemeriksaan
lapangan pandang dilakukan dengan menutup satu mata dan evaluasi mata yang
terbuka secara bergantian. Masing – masing mata diuji secara terpisah karena
lapangan penglihatan kedua mata saling tumpang – tindih. 3,6

II. 4. Tes Konfrontasi


Pemeriksaan konfrontasi tidak memerlukan alat khusus dan memberikan
gambaran estimasi kasar lapangan pandang pasien yang dibandingkan dengan
lapangan pandang pemeriksa. Pada pemeriksaan ini, lapangan padang
pemeriksa diasumsikan normal.
Pada pemeriksaan ini pasien dan pemeriksa saling berhadapan dengan
jarak 1 meter. Satu mata pasien ditutup dan pemeriksa juga menutup mata pada
sisi yang sama. Dengan menggunakan mata yang tidak ditutup tersebut, pasien
diminta untuk melihat ke mata pemeriksa pada sisi yang sama yang juga tidak
tertutup. Satu objek, biasanya kepala jarum berukuran besar atau jari pemeriksa
diletakkan di tengah – tengah antara pasien dan pemeriksa. Objek tersebut
kemudian digerakkan dalam lapang pandang mulai dari perifer menuju ke
pusat. Pasien diminta mengatakan kapan ia pertama kali melihat objek tersebut.
Tiap kuadran diperiksa dan lokasi bintik buta ditentukan. Lapang pandang
pasien dibandingkan dengan lapang pandang pemeriksa. Lalu, pemeriksaan
tersebut juga dilakukan pada mata sebelahnya. Dengan pemerriksaan teliti,
bintik buta dan skotoma fokal dapat ditemukan. 1,3,6
Gambar 4. Tes Konfrontasi. 11

II. 5. Perimetri
Perimetri digunakan untuk memeriksa lapangan pandang perifer dan
sentral. Teknik ini, yang digunakan terpisah pada setiap mata, mengukur fungsi
retina, nervus opticus, dan jaras visual intrakranial secara bersama. Alat ini
secara klinis digunakan untuk mendeteksi atau memonitor hilangnya lapangan
pandang akibat penyakit di tempat – tempat tersebut. Kerusakan suatu bagian
tertentu pada jaras visual neurologik mungkin menimbulkan pola perubahan
yang khas pada pemeriksaan lapangan pandan serial.
Lapangan pandang mata diukur dan dipetakan menurut derajat
kelengkungan ( degrees of arc ). Pengukuran derajat kelengkungan itu tetap
konstan, tidak tergantung jarak bidang dari mata yang diperiksa. Sensitivitas
penglihatan paling besar di pusat lapangan pandang ( fovea ) dan paling kecil di
perifer. Perimetri tergantung pada respon pasien secara subjekstif, dan hasilnya
akan tergantung status psikomotor dan status penglihatan pasien. Meskipun
perimetri bersifat subjektif, metode – metode berikut telah distandarkan untuk
memudahkan pengulangan dan memungkinkan perbandingan di kemudian hari.
Pemeriksaan perimetri memerlukan (1) fiksasi tetap dan perhatian
pasien, (2) jarak yang tetap dari mata ke layar atau alat penguji, (3) kadar
pencahayaan dan kontras latar belakang yang seragam dan standar, (4) target uji
dengan ukuran dan kecerahan yang standar,
(5) protokol yang universal, untuk pelaksaan uji oleh pemeriksa. Terdapat dua
metode dasar penyajian objek, yaitu statik dan kinetik, yang dapat dipakai
sendiri – sendiri atau digabung selama pemeriksaan.
Pada perimetri kinetik, mula – mula diuji sensitivitas seluruh lapangan
pandang terhadap satu objek uji ( dengan ukuran dan kecerahan yang tetap ).
Objek itu perlahan – lahan digerikkan dari perifer ke pusat sampai ia pertama
kali terlihat. Dengan melalukan hal serupa dari berbagai arah, tercipata batas –
batas peta yang disebut isopter yang khas untuk objek tersebut. Isopter
membentuk batas – batas terlihatnya objek, diluar batas itu, objek tidak terlihat.
Jadi, makin besar isopter, makin baik lapangan pandang mata tersebut. Batas –
batas isopter diukur dan dipetakan dalam derajat kelengkungan. Dengan
mengulang uji menggunakan sejumlah objek yang ukuran atau kecerahannya
berbeda, tercipta banyak isopter bagi mata tersebut. Makin kecil atau makin
lemah objek yang diujikan, makin sempit isopter yang dihasilkan.
Pada perimeteri statik, lokasi yang berbeda dalam lapangan pandang diuji
satu per satu. Sebuah objek uji yang sulit. seperti cahaya lemah, disajikan
pertama kali di lokasi tertentu. Jika tidak terlihat ukuran atau intensitas cahaya
secara bertahap dinaikkan sampai cukup besar atau cukup terang agar dapat
terdeteksi. Ini disebut tingkat sensitivitas ambang untuk lokasi itu. Hal serupa
dilakukan di lokasi – lokasi lain sehingga sensitivitas cahaya berbagai titik
dalam lapangan pandang dapat dinilai dan digabungkan, membentuk gambaran
lapangan pandang. 3
Terdapat berbagai macam jenis perimetri, antara lain: Tangent screen,
perimetri Goldmann, dan computerized automated perimetri.

II. 5. 1. Tangent Screen ( Bjerrum Screen )


Tangent screen merupakan alat sederhana untuk perimetri standar.
Pemeriksaan ini memakai jarum dengan berbagai ukuran pada tongkat hitam
yang ditampilkan pada layar hitam dan dipakai terutama untuk menguji lapangan
pandang sentral 30°. Pemeriksaan ini menggunakan metode kinetik perimetri.
Pasien duduk 1 meter dari suatu layar hitam berukuran 2 m 2 dengan
target di tengah. Mata yang tidak diperiksa ditutup. Saat pasien memandang
target tersebut, objek dengan ukuran 3 hiingga 50 mm digerakkan dari perifer
ke pusat dan pasien memberi tahu ketika objek tersebut terlihat dan
menghilang.
Keuntungan metode ini, yaitu kesederhanaan dan kecepatannya,
kemungkinan mengubah jarak subjek ke layar, dan kebebasan memilih jenis
fiksasi dan objek uji, termasuk warna yang berbeda. 3,6

Gambar 5. Tangent Screen.12

II. 5. 2. Perimetri Goldmann ( Hemispheric Projection Perimeter )


Perimeter Goldmann adalah alat yang lebih canggih berupa sebuah
meangkuk bulat putih yang terletak pada jarak tetap di hadapan pasien yang
dapat digunakan untuk memeriksa baik lapangan pandang sentral dan perifer.
Pasien diposisikan di depan alat yang berbentuk mangkuk bulat tersebut, dan
dagu pasien dilatakkan pada chin rest. Satu mata ditutup dan mata yang tidak
tertutup diposisikan sejajar dengan target fiksasi. Pemeriksa duduk di belakang
alat perimeter dan fiksasi mata pasien dimonitor melalui sebuah teleskop.
Cahaya dengan berbagai ukuran dan intensitas disajikkan oleh pemeriksa,
memakai prinsip statik atau kinetik. Ketika pasien melihat cahaya tersebut,
pasien menekan buzzer untuk memberitahu pemeriksa. Metode ini dapat
menguji seluruh pandangan perifer dan menetapkan lapangan pandang pasien –
pasien glaukoma. 1,3,4,5,6,13
Gambar 6. Perimetri Goldmann. 14

Gambar 7. Contoh Hasil Pemeriksaan Goldmann Perimetri. 15


II. 5. 3. Computerized Automated Perimeter
Computerized automated perimeter kini merupakan alat penguji
lapangan padang yang paling sensitif dan paling canggih. Alat ini memakai
mangkuk yang mirip dengan yang dipakai perimeter Goldmann, menampilkan
titik – titik cahaya uji dengan berbagai intensitas dan ukuran, tetapi memakai
format penguji ambang statik kuantitatif yang lebih tepat dan komprehensif dari
pada metode lain. Skor – skor numerik yang sesuai dengan ambang –
sensitivitas setiap lokasi uji dapat disimpan dalam memori komputer dan dapat
dibandingkan secara statistik dengan hasil pemeriksaan terdahulu atau dari
pasien normal lainnya. Makin tinggi skor numerik, makin baik sensitivitas
viusal lokasi tersebut. Keuntungan lainnya adalah tampilan uji telah terprogram
dan terotomatisasi, mencegah variasi dari pihak pemeriksa. Analisis hasil uji
memberikan informasi apakah kehilangan lapangan pandang bersifat difus atau
fokal, dan informasi mengenai mampu atau tidaknya pasien menjalankan tes
yang bisa diandalkan. 1,3,4,5,6,13

Gambar 8. Contoh Hasil


Computerized
Automated Perimetry.1
II. 6. Kisi – kisi Amsler ( Amsler Grid )
Kisi – kisi Amsler merupakan gambar kotak – kotak kecil atau kisi pada
selembar kertas yang dipakai untuk menguji lapangan pandang sentral 20°.
Amsler grid diamati oleh masing – masing mata secara terpisah pada jarak baca
30 cm dan dengan memakai kacamata baca jika pasien memang memakainya.
Pasien melihat ke bagian tengah gambar tersebut dan melaporkan bila melihat
garis – garis yang mengalami distorsi bergelombang atau daerah yang tidak
terlihat. Mata yang satu dibandingkan dengan mata sebelahnya.
Alat ini paling sering dipakai untuk menguji fungsi makula. Sebuah
skotoma atau daerah yang tak terlihat – sentral maupun parasentral – dapat
menunjukkan penyakit makula atau nervus optikus. Garis – garis yang
mengalami distorsi bergelombang ( metamorfopsia ) dapat menunjukkan eema
makula atau cairan submakula. 1,3,4,5,6,13

Gambar 8. Kisi – kisi Amsler. 16


II. 7. Hasil dari Pemeriksaan Lapangan Pandang
Adanya defek pada lapangan pandang berupa bintik buta ( scotoma )
yang abnormal. Hasil yang abnormal dapat mengindikasikan adanya kelaian
sistem saraf sentral, seperti tumor, atau penyakit lain seperti, glaukoma,
degenerasi makula, ablasio retina, diabetes mellitus, hipertensi, multiple
sclerosis, optic glioma, kelainan hipertiroid, gangguan kelenjar pituari, stroke,
dan temporal arteritis.
Skotoma atau daerah fokal dalam lapangan pandang dengan sesitivitas
yang berkurang dapat terjadi di berbagai lokasi di lapangan pandang. Skotoma
dapat sentral, apabila disebabkan oleh penyakit – penyakit makula atau nervus
opticus. Sedangkan, skotoma perifer disebabkan oleh glaukoma stadium akhir,
retinitis pigmentosa, retinopati diabetik yang diterapi dengan fotokoagulasi,
serta kelainan dan penyakit sistem saraf pusat, seperti tumor, stroke, atau
trauma. 3
Selain itu, pada hasil pemeriksaan lapangan pandang dapat juga
ditemukan hemianopsia nasalis akibat lesi parsial pada lesi chiasma opticum,
hemianopsia bitemporalis yang disebabkan oleh terpotongnya chiasma opticum
secara sagital, hamianopsia homonim kontralatral karena terputusnya tractus
opticus, dan kebutaan pada satu mata yang disebabkan oleh terputusnya salah
satu nervus opticus,. 8
Gambar 9. Lokasi Skotoma. 17
Gambar 10. Lesi Jaras Opticus. 18
BAB III

KESIMPULAN

Pemeriksaan lapangan pandang dapat menggunakan berbagai metode. Terdapat tes


konfrontasi yang paling sederhana dan tidak membutuhkan alat khusus, namun hanya
memberikan estimasi kasar dari lapangan pandang seseorang. Perimetri dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain perimetri yang sederhana yang menggunakan Tangent
screen atau layar hitam dimana objek digerakkan pada layar tersebut, perimetri Goldmann,
dimana membutuhkan alat khusus perimeter Goldmann, dan computerized automated
perimetry yang menggunakan alat yang lebih canggih dan sensitif. Selain itu, dapat juga
digunakan kisi – kisi Amsler yang dapat menguji lapangan pandang sentral.
Pemeriksaan lapangan pandang sangat beragam dan berguna dalam menunjang
diagnosis penyakit sistem saraf sentral atau penyakit – penyakit lain, seperti glaukoma dan
degenerasi makular yang dapat menyebabkan defek pada lapangan pandang. Abnormalitas
pada lapangan pandang dapat berupa skotoma atau distorsi penglihatan yang dapat
mengganggu penglihatan seseorang. Gangguan penglihatan dapat menimbulkan kesulitan
membaca, mengenali wajah, dan detil – detil lain. Dapat juga terjadi gangguan penglihatan
yang tidak disadari oleh pasien. Pemeriksaan lapangan pandang beragam, namun ada yang
sederhana, sehingga sebaiknya dilakukan pada setiap pemeriksaan oftalmologis. 3
DAFTAR PUSTAKA

1. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Penerbit


Erlangga; 2006. hal. 20 – 22.
2. Plitz – Seymour JR, Heath – Phillip O. Drance SM. Visual Field in Glaucoma.
Duanne’s Opthalmology. C. 2006. [ tidak diperbaharui; diunduh 2 Januari 2012 ].
Diunduh dari:
http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v3/v3c049.html
3. Riordan – Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.
4. Kanski JJ, Menon J. Clinical Opthalmology. Edisi 5. China: Butterworth –
Heinemann; 2003.
5. Vorvick LJ, Lusby FW. Visual Field. Medline Plus. . C. 2011. [ tidak diperbaharui;
diunduh 2 Januari 2012 ]. Diunduh dari:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003879.htm
6. Pavon – Langston D. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. Edisi 5. USA:
Lippincott Williams & Wilkins; 2002.
7. Davydov A. Eye Anatomy. Forbes Vision. C 2010 [ tidak diperbaharui; diunduh 2
Januari 2012 ]. Diunduh dari: http://www.forbestvision.com/retina-macula-fovea-
foveola/
8. Snell RS. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007. hal. 370 – 374.
9. ThinkQuest. C 2010 [ tidak diperbaharui; diunduh 2 Januari 2012 ]. Diunduh dari:
http://library.thinkquest.org/26313/eye_work.htm
10. Plitz – Seymour JR, Heath – Phillip O. Drance SM. Visual Field in Glaucoma.
Duanne’s Opthalmology. C. 2006. [ tidak diperbaharui; diunduh 2 Januari 2012 ].
Diunduh dari:
http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v3/v3c049.html
11. Cooper SA, Metcalf RA. Assess and Interpret Visual Fields at the Bedside. Practical
Neurology C. 2012. [ tidak diperbaharui; diunduh 2 Januari 2012 ]. Diunduh dari:
http://pn.bmj.com/content/9/6/324.abstract
12. Tangent Screen Examination. C. 2011. [ tidak diperbaharui; diunduh 2 Januari 2012 ].
Diunduh dari:
http://www.ttuhsc.edu/eye/Faculty%20Presentations/Visual%20Field%20Testing%20
Tech%20Seminar_files/slide0123_image067.jpg
13. Retina dan Vitreous. Rumah Sakit Dr. YAP. C. 2012. [ tidak diperbaharui; diunduh 2
Januari 2012 ]. Diunduh dari: http://www.rsmyap.com/content/view/15/29/
14. Mayer L. Visual Fields. C. 2011. [ tidak diperbaharui; diunduh 2 Januari 2012 ].
Diunduh dari: http://www.e-advisor.us/vf/tests.html
15. Mahmood U et al. A 16 – year Old Girl with Optic Disc Swelling. Digital Journal of
Opthalmology 2011. C. 2011. [ tidak diperbaharui; diunduh 2 Januari 2012 ]. Diunduh
dari: http://www.djo.harvard.edu/print.php?url=/physicians/gr/1443&print=1
16. Diagnostic Tests. CNIB. C. 2011. [ tidak diperbaharui; diunduh 2 Januari 2012 ].
Diunduh dari: http://www.cnib.ca/en/your-eyes/eye-
conditions/amd/diagnosing/diagnostic-tests/
17. Scotoma. Signs and Symptoms. C. 2008. [ tidak diperbaharui; diunduh 2 Januari 2012
]. Diunduh dari: http://www.rightdiagnosis.com/symptoms/impaired_vision/book-
causes-8a.htm
18. Digree KB. Basics in Neuro – opthalmology. University of Utah School of Medicine.
C. 2002. [ tidak diperbaharui; diunduh 2 Januari 2012 ]. Diunduh dari:
http://umed.med.utah.edu/neuronet/lectures/2002/Basics%20in%20Neuro-
Ophthalmology.htm

Anda mungkin juga menyukai