Anda di halaman 1dari 7

Apakah Khutbah Id Itu Dua Khutbah atau

Satu Khutbah?
67942

Tanggal Tayang : 26-09-2014

Penampilan-penampilan : 31036

Pertanyaan
Mana pendapat yang lebih kuat tentang khutbah shalat idul fitri dan idul adha, apakah satu
khutbah atau dua khutbah?, apa dalilnya?

Teks Jawaban
Alhamdulillah.

Jumhur ulama dari empat madzhab dan yang lainnya bahwa khutbah hari raya itu dua khutbah
dipisah dengan duduk, sebagaimana khutbah jum’at.

Disebutkan dalam “al Mudawwanah” 1/231: Imam Malik berkata: “Semua khutbah, baik
istisqa’, kedua shalat hari raya, khutbah hari Arafah, dan khutbah jum’at, dipisah dengan duduk
antara kedua khutbah”.

Imam Syafi’i –rahimahullah dalam “al Umm” 1/272 berkata: “Dari Ubaidillah bin Abdullah bin
‘Utbah berkata: Yang sesuai sunnah bahwa imam berkhutbah dalam kedua shalat id dengan dua
khutbah dipisah dengan duduk di antara keduanya”. Beliau juga berkata: “Termasuk khutbah
istisqa’, khutbah shalat gerhana, khutbah haji, dan setiap khutbah berjama’ah”.

Bisa dilihat di (“Bada’I shana’I 1/276”, dan “al Mughni 2/121)

Imam asy Syaukani –rahimahullah- mengomentari atsar di atas: “Hadits yang kedua dikuatkan
dengan qiyas atas shalat jum’at. Sedang Ubaidillah bin Abdullah adalah seorang tabi’in, maka
pernyataannya “termasuk sunnah” tidak berarti sunnah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-
sebagaimana dijelaskan dalam Ushul Fiqh. Dan telah disebutkan dalam hadits marfu’ tentang
duduk di antara dua khutbah id, yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, namun dalam sanadnya
terdapat Ismail bin Muslim, sedang dia adalah dha’if. (Nail Authar 3/323)

Hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah (1279) adalah dari Jabir –radhiyallahu ‘anhu- berkata:
“Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- keluar ke mushalla id pada idul fitri dan idul adha,
lalu berkhutbah dengan berdiri, kemudian duduk sejenak, kemudian berdiri lagi”. Hadits ini
disebutkan Albani dalam Dha’if Ibnu Majah, beliau menyatakan sebagai hadits mungkar.
Di dalam “Aunul Ma’bud” 4/4, Imam Nawawi berkata di dalam “al Kholashah”, bahwa
diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud berkata: “Adapun yang sesuai sunnah adalah khutbah id itu
terdiri dari dua khutbah dipisah dengan duduk”, riwayat ini dha’if tidak bersambung. Tidak ada
riwayat yang menyatakan pengulangan khutbah, dasar pengulangan itu adalah qiyas kepada
shalat jum’at”.

Maka yang menjadi dasar dua khutbah adalah:

1.Haidts Ibnu Majah dan atsar Ibnu Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu-. Namun keduanya adalah
dha’if.

2.Atsar Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah, namun beliau seorang tabi’in.

3.Qiyas kepada shalat jum’at.

4.Syeikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- menyebutkan perkara yang keempat yang kemungkinan
dapat dijadikan hujjah. Beliau –rahimahullah- berkata: “Bahwa pernyataan “dua khutbah” hal ini
sesuai dengan pendapat ahli fikih –rahimahumullah- bahwa khutbah id itu dua bagian; riwayat
ini ada di dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah, dengan sanad yang masih menuai
perdebatan, namun secara dzahir beliau berkhutbah dengan dua khutbah. Akan tetapi barang
siapa yang mencermati sunnah yang disepakati dalam shahih Bukhori dan Muslim dan yang
lainnya, bahwa beliau –shallallahu ‘alai wa sallam- tidak berkhutbah kecuali dengan satu
khutbah. Akan tetapi setelah beliau menyelesaikan khutbah pertama, beliau menghadap kepada
jama’ah wanita dan menasehati mereka. Apabila hal ini dijadikan dasar akan disyari’atkan dua
khutbah maka masih dipertanyakan; karena Rasulullah –shallallahu ‘alahi wa sallam- turun
menghadap kepada jama’ah wanita dan berkhutbah kepada mereka disebabkan jauhnya jarak
mereka dan tidak sampainya khutbah kepada mereka, atau khutbah sampai kepada mereka,
namun beliau ingin berbicara khusus kepada jama’ah wanita”. (asy Syarhul Mumthi’ 5/191)

Lajnah Daimah pernah ditanya: Apakah di antara kedua khutbah idul fitri dan idul adha ada
duduknya?

Lajnah Daimah menjawab:

”Kedua khutbah shalat idul fitri dan idul adha adalah sunnah, dilakukan setelah shalat.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh an Nasa’i, Ibnu Majah dan Abu Daud dari ‘Atha’ dari
Abdullah bin as Saib –radhiyallahu ‘anhuma- berkata: Saya melaksanakan shalat id bersama
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Seusai shalat beliau bersabda:

( ‫) إنا نخطب فمن أحب أن يجلس للخطبة فليجلس ومن أحب أن يذهب فليذهب‬

“Sesungguhnya kami akan menyampaikan khutbah, barang siapa yang ingin duduk
mendengarkan khutbah dipersilahkan, barang siapa yang ingin pulang dipersilahkan”.
Asy Syaukani –rahimahullah- dalam “Nail Authar” berkata: “Pengarang buku ini –rahimahullah-
berkata: hadits ini menunjukkan bahwa khutbah adalah sunnah, andaikata wajib maka mereka
diwajibkan duduk untuk mendengarkan”.

Disyari’atkan bagi yang berkhutbah dengan dua khutbah agar duduk sejenak di antara keduanya,
diqiyaskan kepada khutbah jum’at. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Syafi’i –
rahimahullah- dari Ubaid bin Abdullah bin Utbah –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Yang sesuai
sunnah adalah khutbah kedua shalat id itu dengan dua khutbah dipisah dengan duduk diantara
keduanya”.

Sebagian para ulama berpendapat bahwa khutbah shalat id adalah satu kali khutbah; karena
hadits-hadits yang shahih dari Rasulullah menyatakan khutbah id hanya satu kali. Wallahu a’lam.
(Dinukil dari Fatawa Islamiyah 1/42)

Syeikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- pernah ditanya: Apakah imam shalat id itu berkhutbah satu
kali atau dua kali khutbah?

Beliau menjawab:

“Pendapat yang populer di kalangan para ahli fiqih bahwa khutbah id itu terdiri dari dua khutbah,
berdasarkan hadits dha’if. Namun pada hadits yang disepakati keshahihannya bahwa Rasulullah
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidak berkhutbah id kecuali dengan satu khutbah, saya berharap
bahwa perkara ini adalah perkara yang luas”. (Majmu’ Fatawa Syeikh Ibnu Utsaimin 16/246)

Beliau juga mengatakan pada 16/248: “Yang sesuai sunnah bahwa khutbah id adalah satu kali
khutbah, jika imam menjadikannya dua khutbah maka tidak apa-apa; karena hal itu telah
diriwayatkan dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, namun juga tidak boleh
mengabaikan nasehat khusus bagi jama’ah wanita; karena Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa
sallam- melakukannya. Apabila khotib berbicara melalui pengeras suara yang didengar oleh
jama’ah wanita, maka hendaknya di akhir khutbahnya dikhususkan nasehat untuk mereka. Dan
jika tidak dengan pengeras suara dan jama’ah wanita tidak mendengarnya maka khotib turun dan
mendekati mereka ditemani satu atau dua orang laki-laki menasehati mereka”.

Jawaban secara ringkas bisa disimpulkan:

“Masalah ini adalah masalah ijtihad, perkara ini adalah perkara yang luas dan fleksibel. Dan
tidak ada sunnah nabawiyah nash yang menjadi pemutus dalam masalah ini. Meskipun secara
dzahir bahwa khutbah id itu satu kali khutbah, akan tetapi hendaknya seorang imam
mengamalkan apa yang menurut dia lebih dekat kepada sunnah”.

Wallahu a’lam.

pakah ada dalil yang bisa dijadikan dasar dalam masalah ini. Demikian pertanyaan saya, atas
jawaban pengasuh saya ucapkan terima kasih.
Jawab :

Di masyarakat kita memang kutbah Ied, baik Idul Fitri maupun Idul Adha ada yang
melaksanakan sekali dan ada yang dua kali khutbah. Yang melaksanakan dua kali karena selama
ini dianggap sama antara kutbah Id dengan kutbah Jumat. Tentang kutbah Jumat ada hadis yang
artinya: Dari Ibnu Umar, ia berkata: “Adalah Nabi saw biasa khubah pada hari Jumat dengan
berdiri, kemudian duduk, kemudian berdiri (lagi) sebagaimana orang-orang yang mengerjakan
sekarang” (HR. Jamaah).

Dengan demikian, bila ada yang melaksanakan kutbah dua kali caranya seperti kutbah Jumat
yang antara dua kutbah, si khatib harus duduk sebentar.

Tentang khutbah Id sekali, ada hadits yang berbunyi: Dari Ubaidilah bin Abdillah bin Uthbah, ia
berkata: “menurut sunnah, hendaklah imam berkhutbah dua kali pada dua hari raya yang
dipisahkan antara keduanya itu dengan duduk” (HR. Asy Syafi’i).

Tingkat keshahihan hadis ini memang perlu diteliti kembali, sebab di dalam kitab hadis Nailul
Authar hadits ini dinilai tidak bisa dijadikan sebagai dalil mengingat ubaidillah adalah seorang
tabi’in, karena perkataan ‘as-sunnah” di sini bukan sunnah Nabi.

Sementara hadis lain, demikian artinya: Dari Abu Said ia berkata: “Adalah Nabi SAW pada Idul
Fitri dan Adha keluar ke tempat salat. Dan sesuatu yang pertama kali ia kerjakan adalah salat,
kemudian ia salam lalu berdiri menghadap khalayak, sedang khalayak tetap duduk di saf-saf
mereka kemudian Nabi memberi peringatan kepada mereka, memesan dan memberikan perintah-
perintah kepada mereka dan jika ia bermaksud mengirim satu pasukan atau perintah sesuatu
maka ia memerintahkan di waktu kutbah itu kemudian ia berpaling (HR. Ahmad, Bukhari dan
Muslim).

Dari hadits ini dan hadis-hadis senada lainnya yang tidak kami cantumkan bisa disimpulkan
bahwa kutbah Id itu satu kali dengan rukun seperti dalam kutbah Jumat.

Meskipun begitu, sebagian ulama bersepakat bahwa khutbah Id itu boleh dilakukan sekali atau
dua kali, disini kemudian diperlukan adanya sikap tasamuh (toleran) terhadap adanya perbedaan
yang terjadi di masyarakat.

Demikianlah jawaban singkat pengasuh, semoga bisa dipahami dengan baik dan berguna bagi
kita semua.
PORTAL JEMBER- Dalam pelaksanaan ibadah shalat id baik Idul Fitri maupun Idul Adha,
khutbah menjadi pengiring setelah dilaksanakan shalat secara berjamaah baik di lapangan,
masjid maupun di rumah.

Namun dalam praktiknya kita melihat sebagian khatib menyampaikan khutbah Id dua kali seperti
salat Jumat.
 
Tetapi sebagian hanya menyampaikan khutbah satu kali saja (tidak ada jeda istirahat atau duduk
antara dua khutbah).
 

 
Lalu sebenarnya manakah yang benar, khutbah satu kali atau dua kali.
 
Terjadi perbedaan pendapat antara ulama dalam masalah ini.
 
Pendapat pertama mengatakan bahwa khutbah id baik Idul Fitri maupun Idul Adha itu sama
seperti khutbah jumat, yakni dilakukan dua kali.
 

 
Pendapat ini adalah pendapat mayoritas ulama dari kalangan 4 madzhab.
 
Ulama yang berpendapat khutbah id dua kali ini menggunakan beberapa dalil berikut:
 
1. Hadits Jabir bin Abdullah riwayat Ibnu Majah.
 
‫ ثُ َّم‬، ً‫ ثُ َّم قَ َع َد قَ ْع َدة‬، ‫ب قَائِ ًما‬ ْ ِ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَوْ َم ف‬
َ َ‫ فَخَ ط‬، ‫ط ٍر أَوْ أَضْ َحى‬ َ ِ ‫ ( خَ َر َج َرسُو ُل هَّللا‬: ‫ع َْن َجابِ ٍر رضي هللا عنه قَا َل‬
) ‫قَا َم‬ 
Dari Jabir bin Abdullah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: Rasulullah SAW keluar pada hari
Idul Fitri atau Idul Adha maka Rasul pun berkhutbah dengan berdiri kemudia beliau duduk sekali
lalu berdiri lagi (untuk khutbah kedua). (HR. Ibnu Majah).
 

 
2. Atsar baik dari Ibnu Mas'ud maupun Ubaidillah bin Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah
berkhutbah sekali.
 
3. Qiyas atau menyamakan dengan khutbah Jumat.
 
Imam Nawawi berkata:
ٌ
‫ ولم يثبت‬، ‫ضعيف غير متصل‬ ، ‫ السنة أن يخطب في العيد خطبتين يفصل بينهما بجلوس‬: ‫وما روي عن ابن مسعود أنه قال‬
‫ والمعتمد فيه القياس على الجمعة‬، ‫في تكرير الخطبة شيء‬.
 
Dan (yang menjadi dalil atas dilaksanakannya khutbag Idul Fitri  dan Idul Adha dua kali) adalah
apa yang diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas'ud. Ia berkata: dan salah satu sunnah Nabi adalah
berkhutbah dua kali di hari raya. Khubtah dua kali dipisahkan dengan duduk sebentar diantara
keduanya sehingga tidak tersambung antara khutbah pertama dan khutbah kedua. 
 

 
Tidak ada satu hadits shahih satupun yang menjelaskan khutbah id harus dua kali namun yang
menjadi pegangan/dalil dalam penetapan khutbah id dua kali adalah qiyas (analogi/menyamakan)
dengan khutbah jum'at.
 
Demikian imam Nawawi yang dikutip dari kitab 'Aunul Ma'bud jilid 4 hal. 4.
 
Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa dalam urusan ibadah ternyata dalil qiyas juga bisa
diberlakukan dengan syarat dan ketentuan tertentu.
 

 
Namun ulama lain berpendapat bahwa khutbah id cukup sekali saja.
 
Yang berpendapat demikian misalnya Majelis Tarjih Muhammadiyah dan  Syaikh Utsaimin
berkatam dalam Majmu' Fatawinya:
 
"Yang masyhur memang khutbah id dilaksanakan dua kali bedasarkan hadits yang diriwayatkan
tentangnya. Walaupun hadits itu lemah (dla'if). Namun berdasarkan hadits yang disepakati
shahihnya, justru difahami bahwa Rasulullah SAW melaksanakan khutbah satu kali saja"
(Majmu' Fatawi Syaikh Ibnu Utsaimin jilid 16 hal. 246).
 

 
Demikian perbedaan ulama mengenai pelaksanaan khutbah id sekali atau dua kali.
 
Jika memilih aman dan pendapat yang kuat, tentu pendapat jumhur yang mengatakan khutbah id
dua kali adalah pilihan.
 
Namun jika penyelenggara atau jamaah menghendaki khutbah sekali, maka tidaklah menjadi
masalah disampaikan satu kali karena memang ada pendapat sekali.
 
 
Serta jangan pula ada tuduhan atau komentar negatif terhadap saudara-saudara yang
melaksanakan khutbah id satu kali saja karena ini adalah masalah ijtihad.
 
Moment Idul Fitri  adakah momen persatuan yang jangan sampai dinodai dengan perdebatan-
perdebatan yang melukai sesama saudara muslim. ***
 
Dikutip dari kitab  al-fiqhu 'ala madzahib al-arba'ah,  edaran PP Muhammadiyah tertanggal 14
Mei 2020 dan islamqa.info

Anda mungkin juga menyukai